Anda di halaman 1dari 39

MATERI KE – 2

FARAHDINNY SISWAJANTHY, SH MH
AHLI WARIS DAN BAGIANNYA
Ahli waris adalah :
“Orang-orang yang berhak mendapatkan harta
pusaka (peninggalan = tirkah) seseorang yang
meninggal dunia”.
Adapun tertib ahli waris yaitu :
1. Suami atau isteri
2. Ayah dan/atau ibu
3. Anak (laki-laki maupun perempuan)
4. Kakek dan/atau nenek
5. Cucu dari anak laki-laki (laki-laki ataupun perempuan)
6. Saudara sekandung
7. Saudara seayah
8. Saudara seibu
9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
10. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah
11. Saudara laki-laki ayah sekandung
12 Saudara laki-laki ayah seayah
13. Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah sekandung
14. Anak laki-laki dari saudara laki-laki ayah seauah
15. Mu’liq, yaitu orang yang memerdekakan budak atau
hamba sahaya baik laki-laki maupun perempuan.
Dalam pembagian waris (harta pusaka), jika semua
ahli waris tsb. di atas berkumpul, tidak semuanya berhak
mendapatkan warisan, karena terdapat ahli waris yang ke
dudukannya terhijab (tertutup/tercegah) oleh ahli waris
yang lain.

Ahli waris yang kedudukannya tidak terhalang


oleh siapapun, yaitu :
1. Ayah dan/atau ibu
2. Suami atau isteri
3. Anak (laki-laki maupun perempuan).

Hijab dibedakan menjadi 2, yaitu :


1. Hijab hirman, terhalang penuh (tidak mendapatkan
bagian sama sekali)
2. Hijab nuqson, terhalang sebagian.
Dasar penentuan hijab (penghalang), yaitu :
1. Setiap ahli waris yang hubungannya dengan mayit
melalui perantara (tidak langsung), maka perantara itu
yang menjadi penghalang baginya.
2. Ahli waris yang mempunyai hubungan lebih dahulu
dan lebih dekat dengan mayit, harus didahulukan dan
diutamakan, sesudah itu yang diutamakan adalah yang
lebih kuat hubungannya secara nasabiyah.

Ahli waris di dalam waris Islam dibedakan antara


laki-laki dan perempuan.
Ahli waris laki-laki
1. Anak laki-laki dari muwaris (yang meninggal)
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki (terus ke bawah asal
pertaliannya laki-laki)
3. Bapak
4. Datuk dari pihak bapak (ayah bapak) dan terus ke atas
asal pertaliannya belum putus dari pihak bapak
5. Saudara laki-laki sekandung (seibu sebapak)
6. Saudara laki-laki sebapak
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
(keponakan)
9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
10. Paman yang sekandung dengan bapak
11. Paman yang sebapak dengan bapak
12. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak
13. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak
14. Suami.

Jika ahli waris tsb. di atas semuanya ada, maka


yang mendapat warisan dari antara mereka hanya 3
yaitu :
1.Anak laki-laki
2. Suami
3. Bapak
Catatan : cucu laki-laki dari anak perempuan tidak
termasuk ke dalam kelompok ahli waris tsb. di
atas.
Ahli waris perempuan
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki (terus ke bawah
asal saja pertaliannya dengan orang yang meninggal
masih terus laki-laki)
3. Ibu
4. Nenek (ibu dari ibu) terus ke atas dari pihak ibu
sebelum berselang laki-laki
5. Nenek (ibu dari bapak)
6. Saudara perempuan kandung
7. Saudara perempuan sebapak
8. Saudara perempuan seibu
9. Isteri
Jika ahli waris tsb. di atas semuanya ada, maka
yang mendapat bagian dari mereka hanya 5 saja, yaitu :
1. Isteri
2. Anak perempuan
3. Cucu perempuan dari anak laki-laki
4. Ibu
5. Saudara perempuan kandung.
Catatan : Cucu perempuan dari anak perempuan
tidak termasuk ke dalam kelompok ahli
waris yang tersebut di atas.

Apabila semua ahli waris tsb. di atas ada


semua, baik laki-laki maupun perempuan, maka ha-
nya 5 (lima) saja yang mendapat bagian warisan,
yaitu :
1. Suami atau isteri
2. Ibu
3. Bapak
4. Anak laki-laki
5. Anak perempuan.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa


ahli waris dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Dzawill Furuudl/Faraidh (disebut juga Furudul
Muqodaroh), yaitu ahli waris yang besar bagiannya telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an.
2. Dzawill Arham, yaitu ahli waris yang besar bagiannya
tidak ditentukan dalam Al-Qur’an ataupun Al-Hadits.

Dzawill Furuudl/ Faraidh


Para ahli waris yang disebutkan di atas, baik dari
yang laki-laki maupun yang perempuan, sebagian dari
mereka termasuk yang mendapat bagian tertentu
(dzawill furuudl), dan sebagian lagi diantara mereka
selaku ashobah (yang mendapat semua harta atau sisa,
mungkin).
Diantara mereka yang telah ditetapkan bagian
tertentu atau selaku dzawill furuudl (ditentukan dalam
Al-Qur’an dan Hadist), yaitu mereka yang mendapat
bagian:
1. Seperdua (1/2)
2. Seperempat (1/4)
3. Seperdelapan (1/8)
4. Duapertiga (2/3)
5. Sepertiga (1/3)
6. Seperenam (1/6).

1. Ahli waris yang mendapat seperdua (1/2)


a. Anak perempuan tunggal (QS An-Nissa :11)
b.Cucu perempuan tunggal dari anak laki-laki
diqiyaskan/dianalogikan kepada anak perempuan)
c. Saudara perempuan tunggal sekandung, saudara
perempuan sebapak, apabila saudara perempuan
yang sekandung tidak ada (QS An-Nissa :175).
d. Suami (apabila isteri tidak mempunyai anak atau
cucu laki-laki atau perempuan) dari anak laki-laki
(QS. An-Nissa :12).
2. Ahli waris yang mendapat seperempat (1/4)
a. Suami, apabila isterinya mempunyai anak atau cucu
dari anak laki-laki (QS An-Nissa :12)
b. Isteri, apabila seorang atau lebih (apabila suami
tidak mempunyai anak atau cucu dari anak laki-
laki (QS. An-Nissa :12).
3. Ahli waris yang mendapat seperdelapan (1/8)
Isteri, seorang atau lebih (apabila suami punya
anak, cucu dari laki-laki - QS. An-Nissa: 12).
4. Ahli waris yang mendapat duapertiga (2/3)
a. Dua orang anak perempuan atau lebih (apabila
tidak ada anak laki-laki - QS. An-Nissa : 11)
b. Dua orang cucu perempuan atau lebih dari anak
laki-laki (apabila anak perempuan tidak ada dan
cucu tsb. diqiyaskan kepada anak perempuan).
c. Dua orang saudara perempuan atau lebih
sekandung (seibu sebapak - QS. An-Nissa : 177)
d. Dua orang saudara perempuan yang sebapak
(QS. An-Nissa : 177)
5. Ahli waris yang mendapat sepertiga (1/3)
a. Ibu (apabila anaknya yang meninggal tidak punya
anak atau cucu dari anak laki-laki atau tidak
mempunyain saudara, baik laki-laki atau perempuan
yang sekandung sebapak atau seibu - QS. An-Nissa : 11)
b. Dua orang saudara atau lebih (laki-laki atau
perempuan – QS. An-Nissa : 12).
6. Ahli waris yang mendapat seperenam (1/6)
a. Ibu (apabila anak yang meninggal mempunyai anak
atau cucu dari anak laki-laki atau saudara (laki-laki
atau perempuan) yang sekandung, sebapak atau
seibu - QS. An-Nissa : 11)
b. Bapak (apabila anaknya yang meninggal itu
mempunyai anak atau cucu dari laki-laki – QS. An-Nissa :
11)
c. Bapak dan Ibu dari ibu atau ibu dari bapak
(apabila ibu tidak ada). HR Zaid : sesungguhnya Nabi
Muhammad SAW telah menetapkan bagian nenek 1/6
d. Cucu perempuan seorang atau lebih dari anak
laki-laki (apabila orang yang meninggal mempunyai
anak tunggal)
e. Kakek (apabila yang meninggal mempunyai anak
atau cucu dari anak laki-laki), sedangkan bapaknya
tidak ada (Ijma’ : konsensus ulama)
f. Seorang saudara (laki-laki atau perempuan) yang
seibu (QA. An-Nissa : 12)
g. Seorang perempuan yang sebapak (seorang atau
lebih).

Ashobah
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa ahli
waris ada yang bagiannya telah tertentu (Dzawill Furuudl)
dan ada yang akan mendapat semua harta atau semua
sisa (Dzawill Arham atau Ashobah).
Ashobah adalah ahli waris yang tidak memperoleh
bagian tertentu, tetapi (mungkin) mereka berhak
mendapatkan seluruh harta peninggalan jika tidak ada
Dzawill Furuudl, atau (mungkin) berhak mendapatkan
seluruh sisa harta peninggalan setelah dibagikan kepada
Dzawill Furuudl.
Kemungkinan lainnya dari ashobah yaitu tidak
menerima apa-apa, karena harta peninggalan sudah habis
dibagikan kepada Dzawill Furuudl.
Ahli waris ashobah ini ada 3 (tiga) macam, yaitu :
1. Ashobah Binnafsi
2. Ashobah Bilghair
3. Ashobah Ma’alghair
Penjelasan dan rinciannya sbb. :
1. Ashobah Binnafsi
Adalah ahli waris yang berhak mendapat semua
sisa harta secara langsung dengan sendirinya (bukan
bersama ahli waris yang lain atau tanpa disebabkan orang
lain), mereka berjumlah 12 orang, yaitu :
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki (terus ke bawah asal
pertaliannya laki-laki)
c. Bapak (dalam hal ini bapak memperoleh sebagai
furuudl dan juga memperoleh ashobah
d. Kakek (dari pihak bapak dan terus ke atas)
e. Saudara laki-laki sekandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Anak saudara laki-laki sebapak
h. Paman sekandung dengan bapak
i. Paman sebapak dengan bapak
j. Anak laki-laki paman sekandung dengan bapak
k. Anak laki-laki paman sebapak dengan bapak.
Catatan :
Apabila para ahli waris (ashobah) tsb. semuanya
ada, maka tidak seluruhnya mendapat bagian, tetapi
harus didahulukan yang lebih dekat pertalian
keluarganya dengan muwaris. Urutan para ashobah di
atas telah menunjukkan jauh dekatnya kekerabatan,
jadi penentuannya diatur menurut nomor urut. Jika
para ashobah itu terdiri dari anak laki-laki dan anak
perempuan mereka mengambil semua harta atau
semua sisa, sesuai dengan ketentuan umum bagian anak
laki-laki
dua kali bagian anak perempuan (QS. An-Nissa :
11).
2. Ashobah Bilghair
Adalah ahli waris yang berhak mendapatkan semua
sisa harta karena bersama (ditarik/tertarik) bersama ahli
waris yang lain. Para ashobah ini semuanya perempuan
dan ada 4 (empat) orang, yaitu :
a. Anak perempuan (menjadi ashobah karena ada
saudaranya yang laki-laki atau bersama anak laki- laki)
b. Cucu perempuan (karena bersama cucu laki-laki)
c. Saudara perempuan sekandung (menjadi ashobah
bersama/ditarik saudara laki-laki sekandung)
d. Saudara perempuan sebapak (jika bersama/ditarik
saudaranya laki-laki).
Catatan :
Jika para ahli waris ashobah ini dua orang saudara
atau lebih, maka cara pembagiannya untuk laki-
laki dua kali lipat bagian untuk perempuan (QS.
An-Nissa : 176).
3. Ashobah Ma’alghair
Adalah ahki waris yang berhak menjadi ashobah
bersama-sama ahli waris yang lain, ashobah ini ada 2
orang, yaitu :
a. Saudara perempuan sekandung (seorang atau lebih)
bersama-sama anak perempuan atau cucu perempu
an. Tentu saja mereka mendapat bagian setelah
ahli waris yang lainnya mengambil bagiannya.
b. Saudara perempuan sebapak (seorang atau lebih)
bersama-sama dengan anak perempuan atau cucu
perempuan.
Catatan :
Perlu diingat bahwa saudara perempuan
sekandung atau sebapak dapat menjadi ashobah
maalghair, apabila mereka tidak mempunyai
saudara laki-laki. Apabila mereka mempunyai
saudara laki-laki, maka kedudukannya berubah
menjadi ashobah bilghair (karena ada/tertarik
saudara laki-laki).
Dzawill Arham
Setelah dari Dzawill Furuudl dan ashobah
sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dalam sistem pembagian waris Islam dikenal satu
kelompok lagi yang disebut Dzawill Arham yaitu ahli waris
yang tidak berhak mendapat bagian tertentu (furuudl) dan
juga tidak berhak mendapat bagian sisa (ashobah), hal
tersebut disebabkan pertalian keluarganya telah jauh.
Sebagaimana ulama dan sahabat Nabi Muhammad
SAW berpendapat, apabila dzawill Furuudl tidak ada,
demikian juga ashobahnya tidak ada, maka harta pusaka/
waris tersebut dapat dibagi-bagikan kepada rahim yang
dekat hubungannya dengan muwaris (hal tersebut di atas
dasarnya yaitu QS. An-Anfal : 75 ).
Cara pembagian warisan.
Sebelum diadakan pembagian warisan, terlebih
dahulu diadakan penelitian beberapa hal di bawah ini :
1. Menginventarisir (pencatatan) seluruh ahli waris yang
ada, baik laki-laki maupun perempuan, yang dekat
maupun yang jauh.
2. Meneliti lebih jauh, apakah ada diantara mereka yang
terhalang oleh ahli waris yang lebih dekat hubungannya
dengan muwaris atau kemungkinan lainnya ada yang
hilang haknya (mammu) karena sesuatu sebab.
3. Menentukan siapa-siapa yang berhak mendapat bagian
ttt. (dzawill furuudl) dan berapa bagiannya.
4. Ditetapkan pula siapa-siapa diantara mereka yang
berhak menerima semua atau sisa harta (ashobah)
Sebelumnya telah diterangkan tentang bagian masing-
masing ahli waris, yaitu ada yang mendapat 1/2, ¾, 1/8,
1/3 dan 1/6 bilangan-bilangan mana, semua pecahan.
Cara pelaksanaan pembagian suatu warisan, dapat
dicontohkan sbb. :
a. Seseorang mendapat 1/3
b. Seseorang lainnya mendapat ½
Maka pertama-tama menurut Kelipatan Persekutuan
Terkecil (KPK) yang habis dibagi 3 dan 2, yaitu bilangan
6.
Di dalam istilah Imu Faraidl, KPK itu disebut atau
dinamakan asal masalah, dimana asal masalah ini
dalam faraidl ada 7, yaitu :
a. Masalah dua
b. Masalah tiga
c. Masalah empat
d. Masalah enam
e. Masalah delapan
f. Masalah dua belas
g. Masalah dua puluh empat
Beberapa masalah yang menyalahi ketentuan umum
Perlu diketahui bahwa tidak selamanya jumlah
bagian masing-masing (saham masing-masing) selalu
sama dengan asal masalahnya. Kadang-kadang asal
masalah (penyebut) lebih kecil atau lebih sedikit dari
jumlah saham yang seharusnya (pembilang).
Dalam Ilmu Faraidl disebut “AUL”, yaitu
menambah angka asal masalah (ditambah/menambah).
Sebaliknya dari keadaan di atas, kadang-kadang asal
masalahnya justru lebih besar atau banyak drpd jumlah
saham/bagian yang ada. Dalam penyelesaian pembagian
harta warisan semacam ini, asal masalahnya dikurangi
sehingga sama/sesuai dengan bagian yang ada. Dalam
Ilmu Faraidl , masalah semacam ini disebut “RAD”
Catatan :
Menurut ulama Ilmu Faraidl, khusus menyangkut
masalah “AUL” (ditambah/menambah), hanya untuk 3
masalah saja, yaitu :
a. Masalah enam (6)
b. Masalah dua belas (12)
c. Masalah dua puluh empat (24)
Ad. 1. Masalah enam hanya boleh di AUL, menjadi :
a. Tujuh
b. Delapan
c. Sembilan
d. Sepuluh
Ad. 2. Masalah dua belas hanya di AUL menjadi :
a. Tiga belas
b. Lima belas
c. Tujuh belas
Ad.3. Masalah dua puluh empat hanya boleh di AUL
menjadi dua puluh tujuh.
Masalah AUL dan RAD yang dijelaskan di atas,
termasuk masalah-masalah yang menyalahi ketentuan
umum (istimewa) dalam kewarisan Islam.
Ada masalah lain lagi yang masih termasuk dalam
istimewa karena menyalahi ketentuan umum,yang
terkenal dengan “masalah Al Gharrawan”, artinya dua
yang sangat terang karena masalah ini dua-duanya
telah diketahui dan masalah Al Musyarakah, yaitu yang
menyangkut :
a. Ahli waris hanya seorang (isteri atau suami dan 2
orang ibu dan bapak
b. Ashobah yang tidak mendapat bagian berserikat
dengan orang yang mendapat bagian.
Al-Qur’an dan Hadist tidak mengatur mengenai
AUL dan RAD. Dalam KHI, masalah AUL diatur dalam
Ps 192 :
“Apabila dalam pembagian harta warisan di
antara para ahli warisnya Dzawil Furuudl
menunjukkan bahwa angka pembilang lebih
besar dari angka penyebut, maka angka
penyebut dinaikkan sesuai dengan angka
pembilang, dan baru sesudah itu harta
warisannya dibagi secara AUL menurut angka
pembilang”.

Dalam KHI, masalah RAD diatur dalam Ps 193 :


“Apabila dalam pemberian harta warisan di
antara para ahli waris Dzawil Furuudl
menunjukkan bahwa angka pembilang lebih
kecil dari angka penyebut, sedangkan tidak ada
ahli waris ashobah, maka pembagian harta
warisan tsb. dilakukan secara RAD, yaitu
sesuai dengan hak masing-masing ahli waris
sedang sisanya dibagi berimbang di antara
mereka”.
Contoh pembagian warisan
1. Seseorang meninggal dunia, meninggalkan ahli waris
yang terdiri dari seorang anak perempuan, cucu
perempuan dari anak laki-laki, suami dan kakek. Siapa
ahli warisnya dan berapa bagian masing-masing ?
Jawab :
-Bagian seorang anak perempuan ½ (krn sendiri)
-Bagian cucu perempuan dr anak laki 1/6
-Bagian suami ¼ (krn ada anak)
-Bagian kakek, yaitu sisa (krn tidak ada anak laki-laki)

Penentuan asal masalah dilakukan dengan terlebih


dahulu memperhatikan angka penyebut tiap-tiap bagian
tsb. di atas, yaitu : 2, 6 dan 4. Penyebut 2 harus
dijadikan peranan yaitu ½ = 3/6 agar angka penyebut
menjadi sama dengan 1/6 (bagian cucu perempuan).
Dengan demikian, susunan besarnya bagian masing-
masing menjadi 3/6, 1/6 dan ¼. Pecahan ¼ tidak dapat
dijadikan peranan, oleh karenanya agar diperoleh angka
penyebut yang sama, harus dilipatkan semuanya
menjadi perduabelas sehingga susunannya menjadi
sbb. :
-Bagian seorang anak perempuan ½ =3/6 = 6/12
-Bag. Cucu perempuan dr anak laki = 1/6 = 2/12
-Bagian suami = ¼ = 3/12
----------------------------------
Jumlah = 11/12
-Jadi bagian kakek = 12/12 – 11/12 = 1/12
Dari pembagian tsb. berarti asal masalahnya yaitu : 12

Adapun bagian warisan masing-masing sbb :


-Seorang anak perempuan ½ x 12 = 6 bagian
-Cucu perempuan 1/6 x 12 = 2 bagian
-Suami ¼ x 12 = 3 bagian
- ------------------------------------
- Jumlah = 11 bagian
-- Kakek = sisa (12-11) = 1 bagian

Misalnya jumlah harta warisan Rp. 48.000.000,- (empat


puluh delapan juta rupiah) , sehingga 1 bagian warisan =
48/12 = 4 juta
- Bagian anak perempuan = 6 bag. X 4 juta = 24 juta
- Bagian cucu perempuan = 2 bag. X 4 juta = 8 juta
- Suami = 3 bag. X 4 juta = 12 juta
- Bagian kakek = 1 bag. X 4 juta = 4 juta
------------------------------------------
Jumlah asal masalah = 48 juta
2. Seseorang meninggal dunia, dengan ahli waris: istri,
bapak, ibu dan 2 anak laki-laki. Bila harta yang
ditinggalkan Rp. 480.000.000,00, berapa bagian mereka
masing-masing ?
JAWAB:
Istri = 1/8
Bapak = 1/6
Ibu = 1/6
2 anak laki-laki = sisanya
Akar masalahnya = 24
Bagian masing-masing =
Istri = 1/8 x 24 = 3
Bapak = 1/6 x 24 = 4
Ibu = 1/6 x 24 = 4
2 anak lak-laki = 24 - 3 – 4 – 4 = 13
Harta warisan = Rp. 48.000.000,00 : 24 =
Rp. 20.000.000,00

Jadi bagian masing-masing :


Istri = 3 x Rp. 20.000.000,00 = Rp. 60.000.000,00
Bapak = 4 x Rp. 20.000.000,00 = Rp. 80.000.000,00
Ibu = 4 x Rp. 20.000.000,00 = Rp. 80.000.000,00
Anak laki-laki @ = (13 x Rp. 20.000.000,00) : 2
= Rp. 260.000.000,00 : 2
= Rp. 130.000.000,00
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai