Anda di halaman 1dari 25

Meningkatkan Derajat

Keluarga melalui Mawāriś


Kelompok 4
Daftar Siswa

01 02 03 04
Inka Marsha Nashua Natessa
Azzahra Nabila Eka W Ayu L

05 06 07 08
Piona Radhya Steven Zahwa
Wulan S Marsha A Rivaldo Khalila K
Materi
Materi yang akan dibahas pada bab 9 yaitu:

A.Hukum Waris dalam Islam


B.Rukun Waris
C.Hikmah Adanya Hukum Waris
D.Perhitungan Membagi Waris
A. Hukum Waris
dalam Islam
Apa Itu Mawaris ?

Pengertian warisan atau disebut juga dengan mawaris adalah


serangkaian kejadian mengenai pengalihan kepemilikan
harta benda dari seseorang yang meninggal dunia kepada
seseorang yang masih hidup. Menurut ilmu yang ilmu Fiqih,
dikenal dengan sebutan Ilmu Fara’id, yaitu membicarakan
tentang pembagian harta waris dari seorang
muslim/muslimah yang meninggal. Dalam masalah warisan,
di satu sisi terjadi perdebatan di antara ahli Fiqih, khususnya
perbedaan yang diterima ahli waris laki-laki para dengan
perempuan.
‫ٰل‬ ‫ۤا‬
‫َالِّر َج اُل َقَّو اُم ْو َن َع َلى الِّنَس ِء ِبَم ا َفَّض َل ُهّٰللا َبْع َض ُهْم َع ى َبْع ٍض‬
‫َّو ِبَم ٓا َاْنَفُقْو ا ِم ْن َاْم َو اِلِهْم‬

‫‪—Q.S. An-Nisa /4:34‬‬


B. Rukun Waris
Rukun Waris
Rukun Waris Berikut yang termasuk rukun waris.
1. Muwaris, yaitu orang yang meninggal (orang yang mewariskan) dan ada harta yang
ditinggalkan.
2. Harta waris, yaitu harta pribadi (bukan harta bersama sekalipun suami istri) peninggalan
dari orang yang meninggal. Harta pribadi asalnya dapat diketahui dari hasil usaha,
peninggalan orang tuanya, rimbanya. Hadiah atau hibah. Dikatakan harta waris, jika harta
peninggalan tersebut, sudah dikurangi hal-hal sebagai berikut.
A. Biaya mengurus jenazah mulai meninggal sampai sat dimakamkan.
B. Pelunasan utang apabila ada
c. Adapun syarat-syarat berwasiat, antara lain:
1) Tidak boleh lebih dari 1/3 harta miliknya.
2) Tidak boleh wasiat kepada salah satu ahli waris saja jika ada ahli waris yang lain dan ada
saksi.
3) Tidak untuk maksiat.
Rukun Waris
3. Maurus atau ahli waris, yaitu satu atau beberapa orang hidup sebagai keluarga yang
ditinggalkan yang berhak mendapat harta waris dari muwāris.

A. Penyebab terjadinya seseorang dapat menjadi ahli waris ada empat, yaitu sebagai berikut.
1) Adanya hubungan pertalian darah dengan yang meninggal (nasab), seperti orang tua, anak,
saudara. Paman dan seterusnya.
2) Adanya hubungan pernikahan, seperti suami dan istri.
3) Adanya pertalian agama, apabila orang yang meninggal tidak meninggalkan ahli waris.
4) Karena memerdekakan statusnya dari budak menjadi orang yang merdeka.
Rukun Waris
B. Kelompok-kelompok ahli waris Jumlah ahli waris yang berhak menerima harta warisan dari
seseorang yang meninggal dunia ada 25 orang, yaitu 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 orang
dari pihak perempuan. Ahli waris dari pihak laki-laki, yaitu:
1) Anak laki-laki
2) Cucu laki-laki dari anak laki-laki
3) Bapak
4) Kakek dari bapak
5) Saudara laki-laki sekandung 6) Saudara laki-laki sebapak
7) Saudara laki-laki seibu
8) Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
9) Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
10) Paman yang sekandung dengan bapak
11) Paman yang sebapak dengan bapak
12) Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak
13) Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak
14) Suami
Rukun Waris
15) Laki-laki yang memerdekakan jika dia statusnya sebagai budak
Jika ahli waris dari pihak laki-laki, semuanya ada, yang mendapat warisan tiga orang saja, yaitu:
1) Anak
2) Bapak
3) Suami
Selanjutnya ahli waris dari pihak perempuan, yaitu:
1) Anak perempuan
2) Cucu perempuan (anak perempuan dari anak laki-laki)
3) Ibu
4) Nenek dari bapak
5) Nenek dari ibu
6) Saudara perempuan sekandung
7) Saudara perempuan sebapak 8) Saudara perempuan seibu
9) Istri
10) Perempuan yang memerdekakan kalau dia statusnya sebagai budak
Rukun Waris
Selanjutnya, jika ahli waris dari pihak peremp semuanya ada, yang
mendapat warisan lima orang, yaitu:
1) Istri
2) Anak perempuan
3) Ibu
4) Cucu perempuan dari anak laki-laki
5) Saudara perempuan sekandung
Begitu juga, apabila ahli waris baik laki-laki maupu perempuan ada semua,
hanya lima orang saja yang mendapa bagian:
1) Suami/istri
2) Ibu
3) Bapak
4) Anak laki-laki
5) Anak perempuan
Rukun Waris
c. Furudul Muqaddarah
Pengertian furüḍul muqaddarah adalah bagian-bagian yang diterima ahli
waris. Bagian ini dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu Żawil Furud dan
‘Aşabah.
1) Zawil Füruḍ: ahli waris yang mendapat bagian dari harta peninggalan
menurut ketentuan
a) Yang mendapat ½:
•Anak perempuan tunggal (Q.S. An-Nisa’/4: 11).
•Cucu perempuan tunggal dari anak laki-laki, apabila tidak ada anak dan
saudara laki-laki.
•Saudara perempuan tunggal sekandung, apabila tidak ada anak.
•Saudara perempuan tunggal sebapak, apabila tidak ada anak.
•Suami apabila tidak ada anak
Rukun Waris
b) Yang mendapat ¼:
• Suami, apabila ada anak/cucu. Ada anak/cucu.
• Istri, apabila tidak ada
c) Yang mendapat 1/8:
• Istri apabila ada anak/cucu.
D ) Yang mendapat 1/3:
• Ibu, apabila tidak ada anak/cucu/saudara (Q.S. An-Nisa’/4: 11).
• Dua orang saudara/lebih, Dua baik laki-laki/perempuan yang seibu (QS An Nisa’/4: 12), apabila tidak
ada anak atau bapak.
E) Yang mendapat 2/3:
• Dua orang anak perempuan/lebih, apabila tidak ada anak/cucu laki-laki (QS. An-Nisa’/4: 11).
• Dua orang cucu perempuan/lebih, apabila tidak ada anak/cucu laki-laki. • Dua orang saudara
perempuan/lebih sekandung, apabila tidak ada anak atau saudara laki-laki (QS. An-Nisa’/4: 176).
• Dua orang saudara perempuan/lebih sebapak, apabila tidak ada anak atau saudara laki-laki (Q.S. An-
Nisa’/4: 176).
Rukun Waris
F) Yang mendapat 1/6:
• Ibu, apabila ada anak/cucu/saudara (QS. An-Nisa/4: 11). • Bapak, apabila ada anak
laki-laki/cucu.
• Nenek, apabila tidak ada ibu (hadits).
• Cucu perempuan, apabila bersama anak perempuan tunggal.
• Kakek, apabila tidak ada bapak.
• Seorang saudara yang seibu, baik laki-laki maupun perempuan (Q.S. An-Nisa’/4: 12), apabila
tidak ada anak/cucu/bapak.
• Saudara perempuan seorang/lebih sebapak, apabila bersama seorang saudara perempuan
sekandung.
2) Asabah: ahli waris yang ketentuannya mendapat sisa atau menghabiskan harta waris.
‘Asabah dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
A) ‘Asabah binafsi: ahli waris yang menjadi ‘aşabah dengan sendirinya. Mereka itu adalah: Anak
laki-laki, Cucu laki-laki dari anak laki-laki, Bapak, Kakek dari bapak, Saudara laki-laki
sekandung, Saudara laki-laki sebapak, Anak saudara laki-laki sekandung, Anak saudara laki-laki
sebapak, Paman yang sekandung dengan bapak, Paman yang se bapak dengan bapak & Anak
laki laki paman sekandung
Rukun Waris
b) Asabah bil gair, ahli waris yang menjadi ‘asabah karena sebab orang lain (ditarik oleh
saudara laki-lakinya Mereka itu adalah:
Anak perempuan jika ditarik saudaranya yang laki-laki, Cucu perempuan jika ditarik saudaranya
yang laki laki, Saudara perempuan sekandung jika ditarik saudaranya yang laki-laki, Saudara
perempuan yang sebapak jika ditarik saudaranya yang laki-laki (Q.S. An-Nisa’/4: 11).
C) Asabah ma’al gair: ahli waris yang menjadi ‘aşabah bersama ahli waris wanita lain. Mereka
itu adalah: Saudara perempuan sekandung seorang/lebih bila bersama anak perempuan/cucu
perempuan seorang/lebih, Saudara perempuan sebapak seorang/lebih bila bersama anak
perempuan/cucu perempuan bila seorang/lebih.
D. Penyebab terjadinya hal-hal yang mengugurkan ahli waris Pada dasarnya ahli waris di atas
semuanya dapat memperoleh harta waris dari orang yang meninggal, tetapi dikarenakan sebab
tertentu ahli waris di atas dapat gugur, penyebabnya ada dua hal, yaitu sebagai berikut.
1) Faktor luar diri dari waris yang bersangkutan
2) Faktor dalam diri ahli waris yang bersangkutan
3) Berbeda agama dengan muwaris
C. Hikmah Adanya
Hukum Waris
Hikmah dari Hukum Waris
C. Hikmah Adanya Hukum Waris Berikut hikmah adanya hukum waris:
1. Menghindari perselisihan yang mungkin terjadi antarsesama ahli waris.
2. Menjalin persaudaraan berdasarkan hak dan kewajiban yang seimbang.
3. Menghindari keserakahan terhadap ahli waris lainnya.
4. Menghilangkan pilih kasih dari orang tua.
5. Melindungi hak anak yang masih kecil atau dalam keadaan lemah.
D.
PERHITUNGAN
MEMBAGI
WARIS
Hal yang harus diperhatikan sebelum menghitung
pembagian Ha waris, yaitu sebagai berikut.
1. Perhatikan susunan ahli waris, apakah ada yang
terhalang (tidak menerima warisan).
2. Bedakan ahli waris zawil furud dan ‘asabah,
apabila ada ahli waris asabah lebih dari satu
kelompok, ahli waris yang lebih jauh
keberadaannya dari yang meninggal menjadi
ahli waris zawil furud.
1. Asabah

1. Aşabah
Cara membagi meninggal di mana ahli
warisnya terhadap 'asabah, misalnya:
warisnya satu orang istri, Bapak Ahmad
wafat, ahli satu orang anak laki-laki, dua
orang anak perempuan, dan tiga orang
saudara laki-laki. Harta yang
ditinggalkan Rp12.400.000 sebelum
meninggal memiliki utang sebanyak
Rp200.000 wasiat Rp100.000 dan biaya
mengurus jenazah Rp2.100.000.
Berapa bagian masing-masing?
2. Al- ‘Aul

2. Al-’Aul
Cara membagi waris yang tidak
terdapat asabah, yaitu setelah KPK
semua ahli waris disamakan kemudian
ditambahkan, ternyata hasilnya lebih
banyak dari satu bilangan, artinya
jumlah pembilang lebih besar dari
penyebut. Agar bilangan menjadi genap,
penyebutnya ditambahkan agar sama
dengan pembilang.
3. Ar-Radd

3. Ar-Radd
Cara membagi waris yang tidak
terdapat ‘asabah, yaitu setelah KPK
semua ahli waris disamakan kemudian
ditambahkan, ternyata ada sisa harta.
Sisa harta tersebut dikembalikan
kepada ahli waris asli (yang bertalian
darah) selain suami atau istri.
4. Gharawain

4. Gharawain
Pembagian waris yang
terdiri dari bapak, ibu, suami
atau istri, di mana bagian
ibu diambil dari bagian
suami atau istri.
Thanks
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai