Agama Islam
dan Budi Pekerti
Kelas XII
Drs. H. Abd. Rohman
SMK Negri 48 Jakarta
BAB 9
Meningkatkan Derajat Keluarga
Melalui Mawāriṡ
Sumber: www.Pixabay.com/Abdullah_Shakoor
KD. Kompetensi Dasar
Selanjutnya, jika ahli waris dari pihak laki maupun perempuan ada semua,
perempuan, semuanya ada, yang hanya lima orang saja yang mendapat
mendapat warisan lima orang, yaitu: bagian:
1) istri 6)Suami/istri
2) Anak perempuan 7)Ibu
3) Ibu 8)Bapak
4) Cucu perempuan dari anak laki- 9)Anak laki-laki
laki 10) Anak perempuan
5) Saudara perempuan sekandung
d. Penyebab terjadinya haI-hal yang mendapat bagian waris, sedang ahli waris
mengugurkan ahli waris lainnya belum pasti. Hal ini disebabkan ada
ahli waris yang kedudukannya lebih dekat
Pada dasarnya ahli waris di atas semuanya
dengan yang meninggal. Halangan untuk
dapat memperoleh harta waris dari orang
tidak mendapat warisan disebut ” Ḥijāb”,
yang meninggal, tetapi dikarenakan sebab
orangnya disebut ”Maḥjūb”. Ada halangan
tertentu ahli waris di atas dapat gugur,
yang sifatnya mengurangi, seperti suami bila
penyebabnya ada dua hal, yaitu sebagai
tidak ada anak mendapat 1/2, tetapi jika ada,
berikut.
hanya mendapat 1/4. Ḥijāb model ini disebut
1) Faktor luar diri dari waris yang ḥijāb Nuqṣān. Sementara itu, ada juga ḥijāb
bersangkutan, yaitu adanya ḥijāb dan maḥjūb penuh, seperti cucu tidak mendapat bagian
Semua ahli waris yang berjumlah 25 ahli apabila ada ayahnya. Ḥijāb jenis ini disebut
waris, hanya ibu, bapak, suami/istri, anak laki- ḥijāb Ḥirmān.
laki dan perempuan saja yang sudah pasti
Rukun Waris
2) Faktor dalam diri ahli waris yang bersangkutan, yaitu:
a) Dikarenakan statusnya sebagai budak.
b) Membunuh muwāriṡ, sabda Rasulullah saw.
ُ اَ ْلقَاتِ ُل اَل يَ ِر:صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَنَّهُ قَا َل
ث (رواه ابن َ َِع ْن اَبِ ْي هُ َر ْي َرةَ َع ْن َرس ُْو ِل هللا
)ماجه
Artinya: "Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah saw bersabda: Pembunuh tidak dapat warisan dari
keluarga yang dibunuhnya.” (H.R. Ibnu Majah)
2. Al-‘Aul
Cara membagi waris yang tidak terdapat ‘aṣabah, yaitu setelah KPK semua ahli waris disamakan kemudian ditambahkan,
ternyata hasilnya lebih banyak dari satu bilangan, artinya jumlah pembilang lebih besar dari penyebut. Agar bilangan
menjadi genap, penyebutnya ditambahkan agar sama dengan pembilang.
Contoh:
lbu Hj. Siti Sarah meninggal, ahli warisnya suami dan empat saudara perempuan. Harta waris Rp49.000.000. Berapa
bagian masing-masing ahli waris tersebut?
Jawab:
Suami = 1/2
4 saudara perempuan = 2/3
KPK = 6
Suami + 4 saudara perempuan = 1/2 + 2/3 = 3/6 + 4/6 = 7/6 di’aul 7/7
Suami = 1/2 = 3/6 = 3/7 x Rp49.000.000 = Rp21.000.000
4 saudara perempuan = 2/3 = 4/6 = 4/7 x Rp49.000.000 = Rp28.000.000
1 saudara perempuan = Rp28.000.000 : 4 = Rp7.000.000
Perhitungan Membagi Waris
3. Ar-Radd lstri = 1/8 x 24 = 3
Cara membagi waris yang tidak terdapat ‘aṣabah, 1 anak perempuan = 1/2 x 24 = 12 +
yaitu setelah KPK semua ahli waris disamakan Jumlah 19
kemudian ditambahkan, ternyata ada sisa harta. Sisa Karena ada istri sedangkan istri tidak mendapatkan
harta tersebut dikembalikan kepada ahli waris asli bagian radd, sebelum sisa warisan dibagikan, hak
(yang bertalian darah) selain suami atau istri. untuk istri dibagikan lebih dahulu yaitu: 3/24 x
Contoh: Tuan Haris meninggal, ahli warisnya terdiri Rp19.000.000 = Rp2.375.000.
dari ibu, istri dan seorang anak perempuan. Harta Sisa warisan adalah Rp16.625.000.
waris sebesar Rp19.000.000. Berapa bagian masing- lbu + 1 anak perempuan = 4 + 12 = 16.
masing ahli waris tersebut? Bagian masing-masing adalah
Jawab: 1 anak perempuan = 12/16 x Rp16.625.000 =
Ibu = 1/6 Rp12.468.750
Istri = 1/8 lbu = 4/ 16 x Rp16.625.000 = Rp4.156.250
1 anak perempuan = 1/2
KPK = 24
lbu = 1/6 x 24 = 4
Perhitungan Membagi Waris
4. Gharawain
Pembagian waris yang terdiri dari bapak, ibu, suami atau istri, di mana bagian ibu diambil dari
bagian suami atau istri.
Contoh: Ibu Zainab meninggal, ahli warisnya terdiri dari bapak, ibu dan suami. Harta waris
Rp12.000.000. Berapa bagian masing-masing ahli waris tersebut?
Jawab:
Suami : 1/2
Ibu : 1/3
Bapak : 'Aṣabah
Suami : 1/2 x Rp12.000.000 = Rp6.000.000
lbu : 1/3 x (Rp12.000.000 Rp6.000.000) = Rp2.000.000
Bapak : Rp12.000.000 (Rp6.000.000 + Rp2.000.000) = Rp4.000.000
Ikhtisar
• Dasar pembagian waris diungkapkan dalam Q.S. An-Nisā’/4; 11-12
dan 176.
• Mawāriṡ adalah pengalihan kepemilikan harta dari seseorang yang
meninggal dunia kepada orang yang masih hidup (ahli waris).
• Farā‘iḍ adalah ilmu yang membicarakan tentang pembagian harta
waris dari seorang muslim/ muslimah yang meninggal.
• Rukun waris ada tiga yaitu, muwāriṡ, waris, dan maurūṡ.
• Muwāriṡ adalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan
harta waris. Waris adalah harta pribadi peninggalan dari muwāriṡ
setelah dikeluarkan untuk kepentingan yang meninggal, contohnya
biaya pengurusan jenazah, utang, baik kepada Allah swt. atau
sesama, dan wasiat.
Ikhtisar
• Maurūṡ adalah ahli waris yang mendapatkan bagian dari muwāriṡ jumlahnya
ada 25 orang, yaitu 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 dari pihak perempuan.
• Penyebab seseorang menjadi ahli waris dikarenakan ada hubungan darah,
hubungan pernikahan, pertalian agama, dan sebagai orang yang memberikan
kemerdekaan terkait dengan status sebagai budak.
• Penyebab seseorang gugur sebagai ahli waris ada dua sebab. Pertama, faktor
dari luar sebagai ahli waris; karena ada maḥjūb. Kedua, Faktor dari dalam
sebagai ahli waris; karena sebagai pembunuh, berbeda keyakinan, dan
perbedaan status sebagai budak.
• Hikmah adanya pembagian waris antara lain menghindari perselisihan yang
mungkin terjadi antarsesama ahli waris, menghindari keserakahan,
menghindari pilih kasih orang tua, dan untuk menjalin persaudaraan serta
melindungi hak anak yang masih kecil atau dalam keadaan lemah.