Anda di halaman 1dari 27

Pendidikan

Agama Islam
dan Budi Pekerti
Kelas XII
Drs. H. Abd. Rohman
SMK Negri 48 Jakarta
BAB 9
Meningkatkan Derajat Keluarga
Melalui Mawāriṡ

Sumber: www.Pixabay.com/Abdullah_Shakoor
KD. Kompetensi Dasar

• . 1.29 Meyakini kebenaran • 4.29 Menggunakan


ketentuan waris berdasarkan ketentuan pembagian waris
syariat Islam. Islam dalam kehidupan.
• 2.29 Peduli kepada orang
lain sebagai cerminan
pelaksanaan ketentuan waris
dalam Islam.
• 3.29 Mengevaluasi
ketentuan waris dalam Islam.
•TUJUAN PEMBELAJARAN
• Siswa mampu yang diterima
menjelaskan oleh ahli waris
pengertian waris, serta dapat
ketentuan waris mempraktikkan
dalam Islam dalil pelaksanaan
tentang waris dalam
ketentuan waris Islam
dalam Islam,
ketentuan bagian
Hukum Waris dalam Islam

Islam tidak hanya mengatur masalah diperhatikan (Q.S. An-Nisā'/4:9).


ibadah kepada Allah swt., Islam juga Berdasarkan ayat ini, orang tua
mengatur hubungan manusia dengan harus merasa khawatir terhadap
sesamanya, di antaranya tentang masa depan keluarganya.
pewarisan. Keberadaan warisan Pengertian warisan atau disebut
menjadi bukti bahwa orang tua harus juga dengan mawāriṡ adalah
bertanggung jawab terhadap serangkaian kejadian mengenai
keluarga dan keturunannya. pengalihan kepemilikan harta benda
Bukan hanya pada segi mental dari seseorang yang meninggal
rohaniah, namun juga dari segi dunia kepada seseorang yang masih
materi dan ekonomi juga harus hidup.
Hukum Waris dalam Islam

Firman Allah swt. dalam Q.S. An- Nisā’/4: 34:

‫ْض َّوبِ َم ۤا‬


ٍ ‫ع‬َ ‫ب‬ ‫ى‬ ٰ ‫ضهُ ْم َع‬
‫ل‬ َّ َ‫لر َجا ُل قَ َّوا ُم ْو َن َعلَى النِّ َسٓا ِء بِ َما ف‬
َ ‫ض َل هللاُ بَ ْع‬ ِّ َ‫ا‬
﴾٣٤ :‫ ﴿النّسآء‬.… ‫اَ ْنفَقُ ْوا ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه‬
Artinya: “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri) karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-Iaki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (Iaki-Iaki) telah memberikan nafkah dari
hartanya ....”
(Q.S. An- Nisā'/4: 34)
Rukun Waris

1. Muwāriṡ, yaitu orang yang (bukan harta bersama sekalipun suami


meninggal (orang yang mewariskan) istri) peninggalan dari orang yang
dan ada harta yang ditinggalkan. meninggal. Harta pribadi asalnya dapat
Kematian seseorang terbagi dua: diketahui dari hasil usaha, peninggalan
kematian hakiki, yaitu kematian nyata orang tuanya, hadiah atau hibah.
yang dapat disaksikan, dan kematian Dikatakan harta waris, jika harta
secara hukum, apabila kematiannya peninggalan tersebut, sudah dikurangi
tidak diketahui secara pasti, seperti hai-hal sebagai berikut.
orang hilang yang tidak diketahui
rimbanya.
2. Harta waris, yaitu harta pribadi
Rukun Waris

a. Biaya mengurus jenazah mulai seseorang meninggal (Q.S. An-


meninggal sampai saat dimakamkan. Nisā'/4: 11). Adapun syarat-syarat
b. Pelunasan utang apabila ada berwasiat, antara lain:
(Q.S. An-Nisā'/4: 12). Utang ada dua: 3)Tidak boleh lebih dari 1/3 harta
1)Utang terhadap Allah swt., contoh: miliknya.
zakat, menunaikan ibadah haji, 4)Tidak boleh wasiat kepada salah
kafarat, nazar, dan lain sebagainya. satu ahli waris saja jika ada ahli waris
2)Utang terhadap sesama manusia, yang Iain dan ada saksi.
contoh: bisa berupa uang, barang 5)Tidak untuk maksiat.
atau bentuk lainnya.
c. Wasiat, yaitu pesan sebelum
Rukun Waris

Maurūṡ atau ahli waris, yaitu satu paman dan seterusnya.


atau beberapa orang hidup sebagai 2) Adanya hubungan pernikahan,
keluarga yang ditinggalkan yang seperti suami dan istri.
berhak mendapat harta waris dari 3) Adanya pertalian agama. apabila
muwāriṡ. orang yang meninggal tidak
a. Penyebab terjadinya seseorang meninggalkan ahli waris.
dapat menjadi ahli waris ada 4) Karena memerdekakan statusnya
empat, yaitu sebagai berikut. dari budak menjadi orang yang
1) Adanya hubungan pertalian darah merdeka.
dengan yang meninggal (nasab),
seperti orang tua, anak, saudara,
Rukun Waris

b. Kelompok-kelompok ahli waris 7) Saudara Iaki-Iaki seibu


Jumlah ahli waris yang berhak 8) Anak laki-laki saudara laki-laki
menerima harta warisan dari seseorang sekandung
yang meninggal dunia ada 25 orang. 9) Anak Iaki-Iaki saudara Iaki-laki sebapak
yaitu 15 orang dari pihak Iaki-Iaki dan 10 10) Paman yang sekandung dengan bapak
orang dari pihak perempuan. 11) Paman yang sebapak dengan bapak
Ahli waris dari pihak |aki-laki, yaitu: 12) Anak Iaki-Iaki paman yang sekandung
1) Anak laki-laki dengan bapak
2) Cucu laki-laki dari anak laki-laki 13) Anak laki-laki paman yang sebapak
3) Bapak dengan bapak
4) Kakek dari bapak 14) Suami
5) Saudara laki-Iaki sekandung 15) Laki-laki yang memerdekakan jika dia
6) Saudara laki-laki sebapak statusnya sebagai budak
Rukun Waris

Jika ahli waris dari pihak laki-Iaki, 3) lbu


semuanya ada, yang mendapat 4) Nenek dari bapak
warisan tiga orang saja, yaitu: 5) Nenek dari ibu
1) Anak 6) Saudara perempuan sekandung
2) Bapak 7) Saudara perempuan sebapak
3) Suami 8) Saudara perempuan seibu
Selanjutnya ahli waris dari pihak 9) istri
perempuan, yaitu: 10) Perempuan yang memerdekakan
1) Anak perempuan kalau dia statusnya sebagai budak.
2) Cucu perempuan (anak
perempuan dari anak laki-Iaki)
Rukun Waris

Selanjutnya, jika ahli waris dari pihak laki maupun perempuan ada semua,
perempuan, semuanya ada, yang hanya lima orang saja yang mendapat
mendapat warisan lima orang, yaitu: bagian:
1) istri 6)Suami/istri
2) Anak perempuan 7)Ibu
3) Ibu 8)Bapak
4) Cucu perempuan dari anak laki- 9)Anak laki-laki
laki 10) Anak perempuan
5) Saudara perempuan sekandung

Begitu juga, apabila ahli waris baik laki-


Rukun Waris

Perhatikan Firman Allah swt. (Q.S. An-Nisā'/4: 7) berikut.

‫ك‬ ِ َ‫ك ْال َوالِ ٰد ِن َوااْل َ ْق َرب ُْو َن ۖ َولِلنِّ َسٓا ِء ن‬


َ ‫صيْبٌ ِّم َّما تَ َر‬ َ ‫صيْبٌ ِّم َّما تَ َر‬
ِ َ‫ال ن‬ِ ‫لر َج‬ ِّ ِ‫ل‬
﴾٧ :‫ضا ﴿النّسٓاء‬ ً ‫ص ْيبًا َّم ْفر ُْو‬ِ َ‫ْال َوالِ ٰد ِن َوااْل َ ْق َرب ُْو َن ِم َّما قَ َّل ِم ْنهُ اَ ْو َكثُ َر ۗ ن‬
Artinya: “Bagi Iaki-Iaki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua
orang tua dan kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian (pula)
dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit
atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.”
(Q.S. An- Nisā'/4: 7)
Rukun Waris

c. Furūḍul Muqaddarah Iaki-laki, apabila tidak ada anak dan


Pengertian furūḍul muqaddarah adalah saudara laki-laki.
bagian-bagian yang diterima ahli waris. - Saudara perempuan tunggal sekandung,
Bagian ini dikelompokan menjadi dua apabila tidak ada anak.
bagian, yaitu Żawil Furūḍ dan ‘Aṣabah. - Saudara perempuan tunggal sebapak,
1) Żawil Furūḍ : ahli waris yang mendapat apabila tidak ada anak.
bagian dari harta peninggalan menurut - Suami apabila tidak ada anak
ketentuan yang telah diterangkan pada (Q.S. An- Nisā’/4: 12).
Al-Qur'an/hadits, yaitu sebagai berikut. b. Yang mendapat 1/4:
a) Yang mendapat 1/2: - Suami, apabila ada anak/cucu.
Anak perempuan tunggal (Q.S. - Istri. apabila tidak ada anak/cucu.
An- Nisā'/4: 11).
- Cucu perempuan tunggal dari anak
Rukun Waris
c. Yang mendapat 1/8: apabila tidak ada anak atau saudara laki-Iaki (Q.S. An-
- lstri apabila ada anak/cucu. Nisā’/4: 176).
d. Yang mendapat 1/3: f. Yang mendapat 1/6:
- Ibu, apabila tidak ada anak/cucu/saudara (Q.S. An- - Ibu, apabila ada anak/cucu/saudara (Q.S. An-
Nisā’/4: 11). Nisā’/11).
- Dua orang saudara/lebih, baik laki-laki/perempuan - Bapak, apabila ada anak laki-laki/cucu.
yang seibu (Q.S. An- Nisā’/4: 12), apabila tidak ada - Nenek, apabila tidak ada ibu (hadits).
anak atau bapak. - Cucu perempuan, apabila bersama anak perempuan
e. Yang mendapat 2/3: tunggal
- Dua orang anak perempuan/lebih, apabila tidak ada - Kakek, apabila tidak ada bapak.
anak/cucu laki-Iaki (Q.S. An- Nisā’/4: 11). - Seorang saudara yang seibu, baik laki-Iaki maupun
- Dua orang cucu perempuan/lebih, apabila tidak ada perempuan (Q.S. An-Q.S. An- Nisā’/4: 12), apabila tidak
anak/cucu laki-Iaki. ada anak/cucu/bapak.
- Dua orang saudara perempuan/lebih sekandung, - Saudara perempuan seorang/Iebih sebapak, apabila
apabila tidak ada anak atau saudara laki-iaki (Q.S. An- bersama seorang saudara perempuan sekandung.
Nisā’/4: 176).
- Dua orang saudara perempuan/lebih sebapak,
Rukun Waris
2. ‘Aṣabah: ahli waris yang - Saudara laki-laki sebapak
ketentuannya mendapat sisa atau - Anak saudara laki-laki sekandung
menghabiskan harta waris. ‘Aṣabah - Anak saudara Iaki-Iaki sebapak
dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai - Paman yang sekandung dengan bapak
berikut. - Paman yang sebapak dengan bapak
a. ‘Aṣabah binafsi: ahli waris yang - Anak laki-laki paman yang sekandung
menjadi ‘Aṣabah dengan sendirinya. dengan bapak
Mereka itu adalah: - Anak laki-laki paman yang sebapak
- Anak laki-laki dengan bapak
- Cucu laki-laki dari anak iaki-iaki
- Bapak
- Kakek dari bapak
- Saudara laki-laki sekandung
Rukun Waris
b) ‘Aṣabah bil gair. ahli waris yang menjadi c) ‘Aṣabah ma'al gair. ahli waris yang
‘aṣabah karena sebab orang lain (ditarik oleh menjadi 'aṣabah bila bersama ahli
saudara laki-Iakinya). Mereka itu adalah: waris wanita lain. Mereka itu adalah:
• Anak perempuan jika ditarik saudaranya • Saudara perempuan sekandung
yang laki-laki seorang/Iebih bila bersama anak
• perempuan/cucu perempuan
Cucu perempuan jika ditarik saudaranya
seorang/lebih.
yang laki-laki
• Saudara perempuan sebapak
• Saudara perempuan sekandung jika
seorang/Iebih bila bersama anak
ditarik saudaranya yang laki-laki
perempuan/cucu perempuan
• Saudara perempuan yang sebapak jika seorang/lebih.
ditarik saudaranya yang laki-laki (Q.S.
An- Nisā’/4: 11).
Rukun Waris

d. Penyebab terjadinya haI-hal yang mendapat bagian waris, sedang ahli waris
mengugurkan ahli waris lainnya belum pasti. Hal ini disebabkan ada
ahli waris yang kedudukannya lebih dekat
Pada dasarnya ahli waris di atas semuanya
dengan yang meninggal. Halangan untuk
dapat memperoleh harta waris dari orang
tidak mendapat warisan disebut ” Ḥijāb”,
yang meninggal, tetapi dikarenakan sebab
orangnya disebut ”Maḥjūb”. Ada halangan
tertentu ahli waris di atas dapat gugur,
yang sifatnya mengurangi, seperti suami bila
penyebabnya ada dua hal, yaitu sebagai
tidak ada anak mendapat 1/2, tetapi jika ada,
berikut.
hanya mendapat 1/4. Ḥijāb model ini disebut
1) Faktor luar diri dari waris yang ḥijāb Nuqṣān. Sementara itu, ada juga ḥijāb
bersangkutan, yaitu adanya ḥijāb dan maḥjūb penuh, seperti cucu tidak mendapat bagian
Semua ahli waris yang berjumlah 25 ahli apabila ada ayahnya. Ḥijāb jenis ini disebut
waris, hanya ibu, bapak, suami/istri, anak laki- ḥijāb Ḥirmān.
laki dan perempuan saja yang sudah pasti
Rukun Waris
2) Faktor dalam diri ahli waris yang bersangkutan, yaitu:
a) Dikarenakan statusnya sebagai budak.
b) Membunuh muwāriṡ, sabda Rasulullah saw.
ُ ‫ اَ ْلقَاتِ ُل اَل يَ ِر‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَنَّهُ قَا َل‬
‫ث (رواه ابن‬ َ ِ‫َع ْن اَبِ ْي هُ َر ْي َرةَ َع ْن َرس ُْو ِل هللا‬
)‫ماجه‬
Artinya: "Dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah saw bersabda: Pembunuh tidak dapat warisan dari
keluarga yang dibunuhnya.” (H.R. Ibnu Majah)

Berbeda agama dengan muwāriṡ, sabda Rasulullah saw.:


‫ث ْال ُم ْس ِل ُم‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ُ ‫ اَل يَ ِر‬:‫ال‬ َ ‫ي‬ ِ ‫َع ْن ُأ َسا َمةَ ب ِْن َز ْي ٍد َر‬
َّ ِ‫ َأ َّن النَّب‬،‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما‬
)‫ْال َكافِ َر َواَل ْال َكافِ ُر ْال ُم ْس ِل َم (رواه البخارى‬
Artinya: Dari Usamah bin Zaid r.a. sesungguhnya nabi saw. bersabda "Orang Islam tidak
mewarisi orang kafir, dan orang kafir tidak mewarisi orang Islam." (H.R. Bukhari)
Hikmah Adanya Hukum Waris

Berikut hikmah adanya hukum waris:


1. Menghindari perselisihan yang mungkin terjadi antarsesama ahli
waris.
2. Menjalin persaudaraan berdasarkan hak dan kewajiban yang
seimbang.
3. Menghindari keserakahan terhadap ahli waris lainnya.
4. Menghilangkan piIih kasih dari orang tua.
5. Melindungi hak anak yang masih kecil atau dalam keadaan
Iemah.
Perhitungan Membagi Waris
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum Contoh:
menghitung pembagian waris. yaitu sebagai
1. 'Aṣabah
berikut.
Cara membagi meninggal di mana ahli
1. Perhatikan susunan ahli waris, apakah
warisnya terdapat 'aṣabah, misalnya:
ada yang terhalang (tidak menerima
warisan). Bapak Ahmad wafat, ahli warisnya satu
orang istri, ibu, bapak, satu orang anak laki-
2. Bedakan ahli waris Żawil furūḍ an Iaki, dua orang anak perempuan, dan tiga
'aṣabah. apabila ada ahli waris 'aṣabah
orang saudara laki-laki. Harta yang
lebih dari satu kelompok, ahli waris yang ditinggalkan Rp12.400.000 sebelum
lebih jauh keberadaannya dari yang
meninggal memiliki utang sebanyak
meninggal menjadi ahli waris żawil furūḍ. Rp200.000 wasiat Rp100.000 dan biaya
mengurus jenazah Rp2.100.000. Berapa
bagian masing-masing?
Perhitungan Membagi Waris
Jawab: lstri 1/8 = 3/24 x Rp10.000.000 = Rp1.250.000
Harta peninggalan Rp 12.400.000 Bapak 1/6 = 4/24 X Rp10.000.000 = Rp1.666.666
Kewajiban yang dikeluarkan: lbu 1/6 == 4/24 X Rp10.000.000 = Rp1.666.666
1. Utang Rp 200.000 +
2. Wasiat Rp 100.000 Jumlah Rp4.583.332
3. Biaya pengurusan jenazah Rp2.100.000+ 1 anak laki-Iaki (2 bagian) + 2 anak perempuan (2
Jumlah: Rp 2.400.000 bagian) : 4 bagian.
Harta Waris: Rp 10.000.000 Bagian anak-anak = Rp10.000.000 - Rp4.583.332 =
Ahli waris Rp5.416.668
1. lstri : 1/8 1 anak laki-laki = 2/4 x Rp5.416.668 = Rp2.708.334
2. Ibu : 1/6 1 anak perempuan = 1/4 x Rp5.416.668 =
3. Bapak : 1/6 Rp1.354.167
4. Anak laki-laki : 'Aṣabah
5. Anak perempuan : 'Aṣabah
6. Saudara laki-laki : Maḥjūb
KPK : 24
Perhitungan Membagi Waris

2. Al-‘Aul
Cara membagi waris yang tidak terdapat ‘aṣabah, yaitu setelah KPK semua ahli waris disamakan kemudian ditambahkan,
ternyata hasilnya lebih banyak dari satu bilangan, artinya jumlah pembilang lebih besar dari penyebut. Agar bilangan
menjadi genap, penyebutnya ditambahkan agar sama dengan pembilang.
Contoh:
lbu Hj. Siti Sarah meninggal, ahli warisnya suami dan empat saudara perempuan. Harta waris Rp49.000.000. Berapa
bagian masing-masing ahli waris tersebut?
Jawab:
Suami = 1/2
4 saudara perempuan = 2/3
KPK = 6
Suami + 4 saudara perempuan = 1/2 + 2/3 = 3/6 + 4/6 = 7/6 di’aul 7/7
Suami = 1/2 = 3/6 = 3/7 x Rp49.000.000 = Rp21.000.000
4 saudara perempuan = 2/3 = 4/6 = 4/7 x Rp49.000.000 = Rp28.000.000
1 saudara perempuan = Rp28.000.000 : 4 = Rp7.000.000
Perhitungan Membagi Waris
3. Ar-Radd lstri = 1/8 x 24 = 3
Cara membagi waris yang tidak terdapat ‘aṣabah, 1 anak perempuan = 1/2 x 24 = 12 +
yaitu setelah KPK semua ahli waris disamakan Jumlah 19
kemudian ditambahkan, ternyata ada sisa harta. Sisa Karena ada istri sedangkan istri tidak mendapatkan
harta tersebut dikembalikan kepada ahli waris asli bagian radd, sebelum sisa warisan dibagikan, hak
(yang bertalian darah) selain suami atau istri. untuk istri dibagikan lebih dahulu yaitu: 3/24 x
Contoh: Tuan Haris meninggal, ahli warisnya terdiri Rp19.000.000 = Rp2.375.000.
dari ibu, istri dan seorang anak perempuan. Harta Sisa warisan adalah Rp16.625.000.
waris sebesar Rp19.000.000. Berapa bagian masing- lbu + 1 anak perempuan = 4 + 12 = 16.
masing ahli waris tersebut? Bagian masing-masing adalah
Jawab: 1 anak perempuan = 12/16 x Rp16.625.000 =
Ibu = 1/6 Rp12.468.750
Istri = 1/8 lbu = 4/ 16 x Rp16.625.000 = Rp4.156.250
1 anak perempuan = 1/2
KPK = 24
lbu = 1/6 x 24 = 4
Perhitungan Membagi Waris

4. Gharawain
Pembagian waris yang terdiri dari bapak, ibu, suami atau istri, di mana bagian ibu diambil dari
bagian suami atau istri.
Contoh: Ibu Zainab meninggal, ahli warisnya terdiri dari bapak, ibu dan suami. Harta waris
Rp12.000.000. Berapa bagian masing-masing ahli waris tersebut?
Jawab:
Suami : 1/2
Ibu : 1/3
Bapak : 'Aṣabah
Suami : 1/2 x Rp12.000.000 = Rp6.000.000
lbu : 1/3 x (Rp12.000.000 Rp6.000.000) = Rp2.000.000
Bapak : Rp12.000.000 (Rp6.000.000 + Rp2.000.000) = Rp4.000.000
Ikhtisar
• Dasar pembagian waris diungkapkan dalam Q.S. An-Nisā’/4; 11-12
dan 176.
• Mawāriṡ adalah pengalihan kepemilikan harta dari seseorang yang
meninggal dunia kepada orang yang masih hidup (ahli waris).
• Farā‘iḍ adalah ilmu yang membicarakan tentang pembagian harta
waris dari seorang muslim/ muslimah yang meninggal.
• Rukun waris ada tiga yaitu, muwāriṡ, waris, dan maurūṡ.
• Muwāriṡ adalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan
harta waris. Waris adalah harta pribadi peninggalan dari muwāriṡ
setelah dikeluarkan untuk kepentingan yang meninggal, contohnya
biaya pengurusan jenazah, utang, baik kepada Allah swt. atau
sesama, dan wasiat.
Ikhtisar
• Maurūṡ adalah ahli waris yang mendapatkan bagian dari muwāriṡ jumlahnya
ada 25 orang, yaitu 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 dari pihak perempuan.
• Penyebab seseorang menjadi ahli waris dikarenakan ada hubungan darah,
hubungan pernikahan, pertalian agama, dan sebagai orang yang memberikan
kemerdekaan terkait dengan status sebagai budak.
• Penyebab seseorang gugur sebagai ahli waris ada dua sebab. Pertama, faktor
dari luar sebagai ahli waris; karena ada maḥjūb. Kedua, Faktor dari dalam
sebagai ahli waris; karena sebagai pembunuh, berbeda keyakinan, dan
perbedaan status sebagai budak.
• Hikmah adanya pembagian waris antara lain menghindari perselisihan yang
mungkin terjadi antarsesama ahli waris, menghindari keserakahan,
menghindari pilih kasih orang tua, dan untuk menjalin persaudaraan serta
melindungi hak anak yang masih kecil atau dalam keadaan lemah.

Anda mungkin juga menyukai