Anda di halaman 1dari 16

IKHTISAR

ILMU
FARAIDL

TIPAR CISAAT SUKABUMI

1434 H./2013 M.
Pengertian Mawaris dan Faraidl

Mawarits adalah Jama’ dari Mirats (irts, wirts, wiratsah, turats) = warisan harta peninggalan orang yang
meninggal (muwarrits) yang diwariskan kepada orang yang diwarisi/berhak menerimanya (warits).
Faraidh adalah jama’ dari faridhah, semakna dengan mafrudhah = suatu bagian ahli waris yang telah
ditentukan kadarnya oleh syara’.

Dasar Hukum Faraidl/Mawaris

1. Al-Qur’an
Surat al-Nisa ayat 7, 11, 12, 176, dll.
2. Hadits
)‫ فما بقِي فهو ألولى رجل ذكر (متفق عليه‬،‫ألحقوا الفرائض بأهلها‬
3. Ijma’ dan Ijtihad
- Status saudara bersama kaket (Jad-ikhwat)
- Cucu yang ayahnya lbh dahulu meninggalnya dari kakeknya (Kitab UU Hkm Wasiat Mesir)

Pengertian Ilmu Faraidl

Ilmu fiqh yang berpautan dengan pembagian harta pusaka, pengetahuan ttg cara perhitungan yang dapat
menyampaikan kepada pembagian harta pusaka, dan pengetahuan ttg bagian-bagian yang wajib dari harta
peninggalan untuk setiap pemilik hak pusaka

Tujuan, Hukum Mempelajari, Obyek dan Tujuan Ilmu Faraid

- Mengamalkan ilmu Faraid/menerapkan ketentuan Allah dalam membagikan harta warisan adalah
wajib / fardlu ‘ain.
- Mempelajari ilmu Faraid, sebagian Ulama menetapkan hukum fardu kifayah, sebagian yang lain fardu
‘ain
- Obyek (maudlu) ilmu faraid adalah bagian-bagian warisan menurut syara’
- Tujuan ilmu Faraid adalah mengetahui bagian-bagian harta warisan bagi ahli waris/orang yang berhak
menerima nya .
Rukun Waris

1. Mauruts (tirkah/turats) = harta benda yang ditinggalkan mayit yang akan diberikan kepada ahli waris
setelah diambil oleh hak-hak berkaitan dg harta itu dan pengurusan mayit.
2. Muwarrits = orang yang meninggal dunia, baik mati haqiqi maupun mati hukmy (yang ditetapkan
oleh Hakim atas beberapa sebab)
3. Warits = orang yang akan menerima warisan .

Syarat Waris

1. Meninggalnya Muwarrits, baik meninggal haqiqi maupun meninggal hukmy


2. Hidupnya warits (orang diberi warits) ketika muwarrits meninggal
3. Tidak adanya penghalang-penghalang mempusakai (mawani’ul irtsi)

Hal-Hal yang Berhubungan dengan Harta Peninggalan Mayyit

1. Hal-hal yang berhubungan dengan harta, seperti pinjaman, sewaan


2. Tajhiz (biaya pengurusan mayit)
3. Hutang piutang, termasuk zakat, kewajiban haji, dll.
4. Wasiyat
5. Warisan

Sebab-Sebab dan Halangan Mendapat Warisan (Asbabul Irtsi wa Mawaainuhu)

Sebab-sebab Menerima Warisan


1. Nasabiyah : Kekerabatan/hubungan darah
2. Sababiyah : a. Pernikahan
b. Memerdekakan budak
c. Se-agama
Sebab-sebab tidak mendapat Warisan
1. Pembunuhan
2. Budak
3. Beda Agama

Ahli Waris

• Ahli Waris Nasabiyah, yaitu ahli waris yang disebabkan kekerabatan, terdiri dari tiga jihat :
– Ahli waris Ushulul Warits, yaitu Bapak, Ibu, Kakek dan Nenek
– Ahli waris Furu’l warits, yaitu Anak laki-laki, anak perempuan, Cucu laki-laki garis anak laki-laki
dan Cucu perempuan garis anak laki-laki
– Ahli waris Al-khowasyi, yaitu Saudara (laki-laki/perempuan) sekandung, Saudara
(laki-laki/perempuan) seayah, saudara (laki-laki/perempuan) seibu, anak laki-laki saudara laki-laki
sekandung, anak laki-laki saudara laki-laki seayah, paman sekandung, paman seayah, anak laki-
laki paman sekandung dan anak laki-laki paman seayah.
• Ahli waris Sababiyah, yaitu ahli waris yang disebabkan pernikahan dan memerdekakan hamba sahaya,
yaitu ; Suami, Isteri, Mu’tiq dan Mu’tiqoh

Ahli Waris Laki-Laki


– Anak laki-laki (‫)االبن‬
– Cucu laki-laki garis anak laki-laki (‫)ابن االبن‬
– Bapak (‫)االب‬
– Kakek dari bapak(‫)الجد‬
– Saudara laki-laki sekandung(‫)االخ الشقيق‬
– Saudara laki-laki seayah(‫)االخ لالب‬
– Saudara laki-laki seibu (‫)االخ لالم‬
– Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung (‫)ابن االخ الشقيق‬
– Anak laki-laki saudara laki-laki seayah(‫)ابن االخ لالب‬
– Paman sekandung(‫)العم الشقيق‬
– Paman seayah(‫)العم لالب‬
– Anak laki-laki paman sekandung(‫)ابن العم الشقيق‬
– Anak laki-laki paman seayah(‫)ابن العم لالب‬
– Suami(‫)زوج‬
– Laki-laki yang memerdekakan(‫)المعتق‬

• Jika semua ahli waris laki-laki ada, maka yg mendapat warisan hanya 3 orang, yaitu
– Anak laki-laki
– Bapak
– Suami

Ahli Waris Perempuan

– Anak perempuan(‫)البنت‬
– Cucu perempuan garis anak laki-laki(‫)بنت االبن‬
– Ibu(‫)االم‬
– Nenek garis bapak(‫)الجدة من جهة االب‬
– Nenek garis ibu(‫)الجدة من جهة االم‬
– Saudara perempuan sekandung(‫)االخت الشقيقة‬
– Saudara perempuan seayah(‫)االخت لالب‬
– Saudara perempuan seibu(‫)االخت لالم‬
– Isteri(‫)زوجة‬
– Perempuan yang memerdekakan(‫ )المعتقة‬ 

• Jika semua ahli waris perempuan ada, maka yang mendapat warisan hanya lima orang, yaitu :
– Anak Perempuan
– Cucu perempuan garis anak laki-laki
– Isteri
– Ibu
– Saudara perempuan sekandung

Adanya Seluruh Ahli Waris (laki-laki dan perempuan)
• Jika semua ahli waris ada, baik laki-laki maupun perempuan, maka yang mendapat warisan hanya
lima orang, yaitu :
- Anak laki-laki
- Anak perempuan
- Bapak
- Ibu
- Suami atau Isteri

PEMBAGIAN WARISAN
Pembagian warisan terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu : (1) bagian warisan yang telah ditentukan (al-furudl
al-muqaddarah / al-furudl al-madzkurah), (2) sisa (ashabah).

AL-FURUDL AL-MUQADDARAH
Al-furudl al-muqaddarah/al-furudl al-madzkurah (bagian warisan yang telah ditentukan) yaitu bagian
warisan yang telah ditentukan oleh Syara’ dalam al-Qur’an dan Hadits. Bagian warisan yang telah
ditentukan ada 6 (enam), yaitu : (1) 1/2, (2) 1/4, (3) 1/8, (4) 2/3, (5) 1/3 dan (6) 1/6.
Ahli waris yang mendapat bagian 1/2 ada 5 (lima), yaitu :
(1) Suami, syaratnya : tidak ada far’ul mayyit/waris (anak dan cucu)
: Firman Allah pada surat al-Nisa, ayat 12
ُ ‫صفُ َما تَ َركَ َأ ْز َو‬
‫اج ُك ْم ِإنْ لَ ْم يَ ُكنْ لَ ُهنَّ َولَ ٌد‬ ْ ِ‫َولَ ُك ْم ن‬
dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka .12
tidak mempunyai anak
(2) Anak perempuan, syaratnya : sendiri/tunggal dan tidak ada anak laki-laki

ْ ِّ‫ت ََركَ وَِإنْ َكانَتْ َوا ِح َدةً فَلَ َها الن‬


ُ‫صف‬
11. ……jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta.
(3) Cucu perempuan dari anak laki-laki, syaratnya : sendiri/tunggal, tidak ada anak (laki-laki dan/atau
anak perempuan) dan tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-laki
(4) Saudara perempuan sekandung, syaratnya : sendiri/tunggal, tidak ada far’ul mayyit/waris, tidak ada
bapak, tidak ada kakek, tidak ada saudara laki-laki sekandung

‫ك ۚ َوهُ َو يَ ِرثُهَٓا ِإن‬ ٌ ‫ْس لَهۥُ َولَ ٌد َولَ ٓۥهُ ُأ ْخ‬


ُ ْ‫ت فَلَهَا نِص‬
َ ‫ف َما ت ََر‬ َ َ‫يَ ْستَ ْفتُونَكَ قُ ِل ٱهَّلل ُ يُ ْفتِي ُك ْم فِى ْٱل َك ٰلَلَ ِة ۚ ِإ ِن ٱ ْم ُرٌؤ ۟ا هَل‬
َ ‫ك لَي‬
‫ۚ لَّ ْم يَ ُكن لَّهَا َولَ ٌد‬
176. mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah
(yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi
saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai
(seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak;
(5) Saudara perempuan sebapak, , syaratnya : sendiri/tunggal, tidak ada far’ul mayyit/waris, tidak ada
bapak, tidak ada kakek, tidak ada saudara sekandung (laki-laki maupun perempuan), tidak ada
saudara laki-laki sebapak.

Ahli waris yang mendapat bagian 1/4 ada 2 (dua), yaitu :


(1) Suami, syaratnya : Ada far’ul mayyit/waris
Firman Allah pada surat al-Nisa, ayat 12 :
‫وصينَ بِ َها َأ ْو َد ْي ٍن‬ ُّ ‫فَِإنْ َكانَ لَ ُهنَّ َولَ ٌد فَلَ ُك ُم‬
ِ ‫الربُ ُع ِم َّما تَ َر ْكنَ ِمنْ بَ ْع ِد َو‬
ِ ُ‫ة ي‬rٍ َّ‫صي‬
12. ….jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang
ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya….
(2) Istri (sendiri atau lebih/banyak), syaratnya : Tidak ada far’ul mayyit/waris.

Firman Allah pada surat al-Nisa ayat 12 :


‫الربُ ُع ِم َّما تَ َر ْكتُ ْم ِإنْ لَ ْم يَ ُكنْ لَ ُك ْم َولَ ٌد‬
ُّ َّ‫َولَ ُهن‬
12. ……..Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai
anak. jika kamu mempunyai anak …….
Ahli waris yang mendapat bagian 1/8 ada 1 (satu), yaitu : Istri syaratnya : Ada far’ul mayyit/waris
Firman Allah pada surat al-Nisa ayat 12 :
‫صونَ بِ َها َأ ْو َد ْي ٍن‬ ِ ‫فَِإنْ َكانَ لَ ُك ْم َولَ ٌد فَلَ ُهنَّ الثُّ ُمنُ ِم َّما ت ََر ْكتُ ْم ِمنْ بَ ْع ِد َو‬
ُ ‫صيَّ ٍة تُو‬
Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi …… .12
wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu
Ahli waris yang mendapat bagian 2/3 ada 4 (empat), yaitu :
(1) Anak perempuan banyak (lebih dari satu orang), syaratnya : banyak (lebih dari satu orang), dan tidak
ada anak laki-laki
‫ق ا ْثنَتَ ْي ِن فَلَ ُهنَّ ثُلُثَا َما ت ََرك‬
َ ‫سا ًء فَ ْو‬
َ ِ‫فَِإنْ ُكنَّ ن‬
11. dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan
(2) Cucu perempuan dari anak laki-laki banyak (lebih dari satu orang) syaratnya : banyak (lebih dari satu
orang), tidak ada anak (laki-laki dan/atau anak perempuan) dan tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-
laki
(3) Saudara perempuan sekandung banyak (lebih dari satu orang) syaratnya : banyak (lebih dari satu
orang), tidak ada far’ul mayyit/waris, tidak ada bapak, tidak ada kakek, tidak ada saudara laki-laki
sekandung

‫ك ۚ َوهُ َو يَ ِرثُهَٓا‬ ٌ ‫ْس لَهۥُ َولَ ٌد َولَ ٓۥهُ ُأ ْخ‬


ُ ْ‫ت فَلَهَا نِص‬
َ ‫ف َما ت ََر‬ َ ‫ك لَي‬ َ َ‫يَ ْستَ ْفتُونَكَ قُ ِل ٱهَّلل ُ يُ ْفتِي ُك ْم فِى ْٱل َك ٰلَلَ ِة ۚ ِإ ِن ٱ ْم ُرٌؤ ۟ا هَل‬
‫ك‬
َ ‫ان ِم َّما ت ََر‬ِ َ‫ِإن لَّ ْم يَ ُكن لَّهَا َولَ ٌد ۚ فَِإن َكانَتَا ْٱثنَتَي ِْن فَلَهُ َما ٱلثُّلُث‬
176. mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang
kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan,
Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki
mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua
orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal
(4) Saudara perempuan sebapak banyak (lebih dari satu orang) syaratnya : banyak (lebih dari satu orang),
tidak ada far’ul mayyit/waris, tidak ada bapak, tidak ada kakek, tidak ada saudara sekandung (laki-
laki maupun perempuan), tidak ada saudara laki-laki sebapak.

Ahli waris yang mendapat bagian 1/3 ada 2 (dua), yaitu :


(1) Ibu, syaratnya : Tidak ada far’ul mayyit/waris dan tidak ada saudara banyak
ُ ُ‫ َأبَ َواهُ فَأل ِّم ِه الثُّل‬rُ‫فَِإنْ لَ ْم يَ ُكنْ لَهُ َولَ ٌد َو َو ِرثَه‬
‫ث‬
11. ……. jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya
mendapat sepertiga; ……..
(2) Saudara laki-laki (dan/atau) saudara perempuan seibu banyak (lebih dari satu orang), syaratnya :
Banyak (tidak seorang) dan tidak terhijab (yang menghijab adalah far’ul mayyit, bapak, kakek, ibu)

َ‫ ِمن‬rً‫صيَّة‬ َ ‫صى بِ َها َأ ْو َد ْي ٍن َغ ْي َر ُم‬


ِ ‫ضا ٍّر َو‬ َ ‫صيَّ ٍة يُو‬ ِ ُ‫فَِإنْ َكانُوا َأ ْكثَ َر ِمنْ َذلِكَ فَ ُه ْم ش َُر َكا ُء فِي الثُّل‬
ِ ‫ث ِمنْ بَ ْع ِد َو‬
‫هَّللا ِ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َحلِي ٌم‬
12-..tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi
wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)[274]. (Allah
menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Penyantun.

Ahli waris yang mendapat bagian 1/6 ada 7 (tujuh), yaitu :


((1) Ibu, syaratnya : Ada far’ul mayyit/waris dan tidak ada saudara banyak
‫ُس ِم َّما ت ََركَ ِإنْ َكانَ لَهُ َولَ ٌد فَِإنْ لَ ْم يَ ُكنْ لَهُ َولَ ٌد َو َو ِرثَهُ َأبَ َواهُ فَأل ِّم ِه‬ ُ ‫سد‬ ُّ ‫َوألبَ َو ْي ِه لِ ُك ِّل َوا ِح ٍد ِم ْن ُه َما ال‬
‫وصي بِ َها َأ ْو َد ْي ٍن‬ِ ُ‫صيَّ ٍة ي‬ ِ ‫ُس ِمنْ بَ ْع ِد َو‬
ُ ‫سد‬ ُّ ‫ث فَِإنْ َكانَ لَهُ ِإ ْخ َوةٌ فَأل ِّم ِه ال‬ ُ ُ‫الثُّل‬
11. …..dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang
meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya
(saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya
mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)
sesudah dibayar hutangnya
(2) Nenek, syaratnya : Tidak ada ibu (dan tidak ada bapak, bagi nenek dari bapak)
(3) Bapak, syaratnya : Ada far’ul mayyit (kalau far’ul mayyitnya laki-laki, maka bapak 1/6, dan kalau
far’ul mayyitnya perempuan, maka bapak dapat 1/6 dan sisa/sudus ma’al baqi)
‫ُس ِم َّما ت ََركَ ِإنْ َكانَ لَهُ َولَ ٌد‬ ُّ ‫َوألبَ َو ْي ِه لِ ُك ِّل َوا ِح ٍد ِم ْن ُه َما ال‬
ُ ‫سد‬
11. ……..dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang
meninggal itu mempunyai anak…….
(4) Kakek, syaratnya : Tidak ada bapak dan ada far’ul mayyit (kalau far’ul mayyitnya laki-laki, maka
kakek 1/6, dan kalau far’ul mayyitnya perempuan, maka kakek dapat 1/6 dan sisa/sudus ma’al baqi)
(5) Cucu perempuan dari anak laki-laki, syaratnya : Tidak ada anak laki-laki dan cucu laki-laki dari anak
laki, ada (beserta) satu orang anak perempuan.

‫صف وابنة اإلبن الس••دسُ تكمل •ةً للثّل••ثين وم••ا بقي فُألخت (رواه‬
ُ ّ‫قضى النب ّي صلّى هللا عليه وسلّم لإلبنة الن‬
)‫البخارى عن ابن مسعود‬
“Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk anak perempuan adalah setengah, cucu perempuan dari anak laki-laki
adalah seperenam sebagai penyempurna dua pertiga dan sisanya untuk saudari. (HR Bukhari dari Ibn Mas’ud)
(6) Saudara perempuan sebapak, syaratnya : Tidak ada bapak, kakek, far’ul mayyit, saudara laki-laki
sekandung dan sebapak, ada (beserta) satu orang sauadar perempuan sekandung..
(7) Saudara laki-laki (atau) saudara perempuan seibu, syaratnya : Sendiri (saru orang) dan tidak terhijab
(yang menghijab adalah far’ul mayyit, bapak, kakek, ibu)
‫ُس‬
ُ ‫سد‬ ِ ‫ث َكاللَةً َأ ِو ا ْم َرَأةٌ َولَهُ َأ ٌخ َأ ْو ُأ ْختٌ فَلِ ُك ِّل َو‬
ُّ ‫اح ٍد ِم ْن ُه َما ال‬ ُ ‫ور‬
َ ُ‫َوِإنْ َكانَ َر ُج ٌل ي‬
12-..jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi
mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing
dari kedua jenis saudara itu seperenam harta

Far’ul waris/mayit adalah anak (lk/pr.) atau cucu lk/pr dari anak laki-laki

ASHABAH

Ashabah (sisa) terbagi kepada 3 (tiga) bagian, yaitu : (1) ashabah bi al-nafsi, (2) ashabah bi al-ghair, dan
(3) ashabah ma’ al-ghair.

Ashabah bi al-nafsi yaitu menerima sisa warisan karena dirinya sendiri.


Ahli waris yang mendapat ashabah bi al-nafsi, yaitu :
(1) Anak laki-laki
(2) Cucu laki-laki dari anak laki-laki
،‫ ذكرُهم كذكرهم وُأنثاهم كُأنثاهم• يرث••ون كم••ا يرث••ون‬،‫ ولد األبناء بمنزلة األبناء إذا لم يكن دونهم• أبنا ٌء‬: ‫قال زيد بن ثابت‬
‫ذكر فللبنت النصفُ والبن اإلبن ما بَقِ َي‬ ٍ ‫ فإن ترك ابنةً وابنَ بن‬،‫ وال يرث ولد بن مع ابن ذكر‬، ‫يَحجُبون كما يَحجُبون‬
Zaid bin Tsabit berkata : “Cucu pancar (laki-laki dari anak) laki-laki menduduki serajat anak laki-laki bila si mati
tidak meninggalkan anak-anak. Kelaki-lakian mereka (cucu-cucu) seperti kelaki-lakian anak-anak dan
keperempuan mereka (cucu-cucu) seperti keperempuan anak-anak, yakni mereka dapat mewarisi sebagaimana
halnya anak-anak mewarisi dan dapat menghijab sebagaimana halnya anak-anak menghijab dan cucu-cucu
pancar (laki-laki dari anak) laki-lakitidak dapat mewarisi bersama dengan anak laki-laki. Oleh karena itu, bila
seseorang meninggalkan seorang anak perempuan dan cucu laki-laki pancar laki-laki, maka untuk anak
perempuan mendapat separoh dan untuk cucu laki-laki mendapat sisanya.
(3) Bapak
(4) Kakek
(5) Saudara laki-laki sekandung
‫ك ۚ َوهُ َو يَ ِرثُهَٓا ِإن‬ ٌ ‫ْس لَهۥُ َولَ ٌد َولَ ٓۥهُ ُأ ْخ‬
ُ ْ‫ت فَلَهَا نِص‬
َ ‫ف َما ت ََر‬ َ َ‫يَ ْستَ ْفتُونَكَ قُ ِل ٱهَّلل ُ يُ ْفتِي ُك ْم فِى ْٱل َك ٰلَلَ ِة ۚ ِإ ِن ٱ ْم ُرٌؤ ۟ا هَل‬
َ ‫ك لَي‬
‫لَّ ْم يَ ُكن لَّهَا َولَ ٌد‬
176. mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah
(yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi
saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai
(seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak;
(6) Saudara laki-laki sebapak
(7) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
(8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
(9) Paman sekandung
(10) Paman sebapak
(11) Anak laki-laki dari paman sekandung
(12) Anak laki-laki dari paman sebapak.

Ashabah bil ghair yaitu ahli perempuan menerima sisa warisan karena dengan saudaranya yang laki-laki
yang setingkat.
Ashabah bil ghair adalah :
1 Anak perempuan apabila beserta anak laki-laki

َّ ِ‫صي ُك ُم هَّللا ُ فِي َأ ْوال ِد ُك ْم ل‬


‫لذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ األ ْنثَيَ ْي ِن‬ ِ ‫يُو‬
Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama .11
.……dengan bagahian dua orang anak perempuan[272]
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki apabila beserta cucu laki-laki dari anak laki-laki
3. Saudara perempuan sekandung apabila beserta saudara laki-laki sekandung

۟ ُّ‫ضل‬
‫وا ۗ َوٱهَّلل ُ بِ ُك ِّل َش ْى ٍء َعلِي ۢ ٌم‬ ِ َ‫َوِإن َكانُ ٓو ۟ا ِإ ْخ َوةً رِّ َجااًل َونِ َسٓا ًء فَلِل َّذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ٱُأْلنثَيَي ِْن ۗ يُبَي ُِّن ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم َأن ت‬
176 ……..dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara
laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak
sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

4. Saudara perempuan sebapak apabila beserta saudara laki-laki sebapak.


Ketentuannya : ahli waris laki-laki mendapat 2 kali ahli waris perempuan.

Ashabah ma’al ghair yaitu ahli perempuan menerima sisa warisan karena dengan ahli perempuan
lainnya.
Ashabah ma’al ghair adalah :
1. Saudara perempuan sekandung apabila beserta anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-
laki;
2. Saudara perempuan sebapak apabila beserta anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki;
ُ •‫ أقضى فها بما قضى الن••ب ّي ص••لّى هللا علي••ه وس••لّم للبنت النّص‬: ‫قال ابن مسعود رضي هللا عنه‬
‫•ف والبن••ة‬
)‫اإلبن السدسُ تكم َل الثّلثين ومابقي فلُألخت (رواه الجماعة إالّ مسلما والنسائ‬
“Kata Ibn Mas’ud R.A. : Aku putuskan masalah itu sesuai dengan putusan Nabi Muhammad SAW untuk anak
perempuan adalah setengah, cucu perempuan dari anak laki-laki adalah seperenam sebagai penyempurna dua
pertiga dan sisanya untuk saudari. (HR Bukhari dari Ibn Mas’ud)

HIJAB

Hijab terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu : (1) hijab hirman, (2) hijab nuqshan

Hijab Nuqshan yaitu penghalang yang dapat mengurangi bagian yang seharusnya diterima oleh ahli waris
karena ada ahli waris yang lain. Seperti : Ibu seharusnya (asalnya) mendapat 1/3 menjadi 1/6, karena ada
far’ul mayit (anak atau cucu).
Hijab hirman yaitu penghalang yang menyebabkan ahli waris tidak mendapatkan warisan sama sekali
karena ada ahli waris yang lainnya. Seperti : Kakek tidak mendapatkan warisan (terhijab) karena adanya
bapak.

TATA CARA PEMBAGIAN HARTA WARIS

Apabila hendak membagikan harta waris, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut :

1. Menginventarisir semua peninggalan pewaris, menurut madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali peninggalan ini
meliputi semua harta dan hak yang ditinggalkan oleh pewaris, baik hak harta benda maupun hak bukan harta
benda. Hanya Imam Malik saja yang memasukkan hak-hak si pewaris, baik hak yang tidak dapat dibagi, seperti
hak menjadi wali nikah.

2. Melaksanakan hak-hak yang berkaitan dengan harta waris, yaitu biaya perawatan, membayar utang,
melaksanakan wasiat. Sisa dari pemenuhan hak-hak tersebut kemudian dibagikan kepada ahli waris.

3. Menginventarisir dan menentukan bagian semua ahli waris dari si pewaris, baik ahli waris ashabul furudl atau
‘ashobah.
Contoh : Ahli waris terdiri dari : Suami, Anak laki-laki, Ibu, Saudara perempuan sekandung, Nenek, Bapak, dan
Paman sekandung
4. Menseleksi semua ahli waris yang ada, siapa ahli waris yang menjadi ashabul furudl, ‘ashobah dan yang
terhijab, serta menentukan fardl (bagian) masing-masing ahli waris.
Dari contoh diatas apabila diseleksi, maka akan menjadi sebagai berikut :

Ahli Waris Fardl/bagian Alasan


Suami 1/4 Karena ada anak lk.
Anak laki-laki ‘ashobah Ahli waris ‘ashobah binnafsi
Ibu 1/6 Karena ada anak lk.
Saudara perempuan sekandung - Terhijab oleh anak laki-laki dan bapak
Nenek - Terhijab oleh ibu
Bapak 1/6 Karena ada anak lk.
Paman sekandung - Terhijab oleh anak laki-laki dan bapak

5. Setelah diketahui fardl masing-masing, kemudian menentukan asal masalah yang selanjutnya fardl dikalikan
dengan asal masalah yang telah dipilih dan hasilnya adalah bagian masing-masing (saham) yang akan diterima
ahli waris.
Dari contoh diatas, maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

Asal Masalah (AM) : 12


Asal Masalah (AM) Bagian/saham (fardl X AM)
Ahli waris fardl
suami 1/4 12 3
Ibu 1/6 12 2
Bapak 1/6 12 2
Anak laki-laki ‘ashobah 12 5
Jumlah 12
6. Setelah diketahui bagian masing-masing, kemudian bagian tersebut dikalikan dengan harta waris
Dari contoh diatas, apabila harta warisnya sebesar Rp. 240.000,- maka bagian masing-masing adalah :
Asal Masalah (AM) : 12
Bagian (fardl X AM) Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl AM
Suami ¼ 12 3 3/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 60.000,-
Ibu 1/6 12 2 2/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 40.000,-
Bapak 1/6 12 2 2/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 40.000,-
Anak laki-laki ‘ash 12 5 5/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 100.000,-
Jumlah 12 Rp. 240.000,

I. CARA MENENTUKAN ASAL MASALAH ______________

Asal masalah (ashl al-masalah) adalah suatu angka terkecil (kelipatan persekutuan terkecil) yang dapat
dibagi oleh masing-masing angka penyebut (maqam) dari fardl-fardl ahli waris tanpa ada bilangan pecahan.
Besarnya asal masalah itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan fardl ahli waris yang ada. Besarnya angka
asal masalah terdiri dari angka : 2, 3, 4, 6, 8, 12, dan 24.
Misalnya apabila fardl ahli waris terdiri dari ½ dan 1/3, maka asal masalahnya adalah 6 (enam), karena angka
enam adalah angka terkecil yang dapat dibagi oleh angka penyebut (maqam) 2 dan 3. Apabila fardl ahli
waris terdiri dari 1/3, 1/6 dan 1/4, maka asal masalahnya adalah 12, karena angka 12 adalah angka terkecil
yang dapat dibagi oleh angka penyebut (maqam) 3, 6 dan 4.

Apabila menghitung pembagian harta waris dengan asal masalah, maka akan terjadi (3) tiga macam hasil
perhitungan, yaitu : ‘Adilah, ‘Ailah dan qhosirah/Naqishah.

1. ‘Adilah, yaitu masalah dimana jumlah bagian/saham ahli waris dengan asal masalah sama. Sehingga semua ahli
waris mengambil bagiannya secara utuh tanpa ada pengurangan atau penambahan.

Contoh :
Ahli waris terdiri dari Suami, Ibu, Bapak dan Anak laki-laki
Jumlah harta waris Rp. 240.000,-
Asal Masalah (AM) : 12
Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl AM
(fardl X AM)
Suami ¼ 12 3 3/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 60.000,-
Ibu 1/6 12 2 2/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 40.000,-
Bapak 1/6 12 2 2/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 40.000,-
Anak laki-laki ‘ash 12 5 5/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 100.000,-
Jumlah 12 Rp. 240.000,
Dari contoh diatas dapat dilihat, bahwa besar jumlah bagian/saham dengan asal masalah sama, yaitu 12

2. ‘Ailah, yaitu masalah dimana jumlah bagian/saham ahli waris lebih besar dari asal masalah, sehingga terjadilah
kekurangan untuk bagian para ahli waris. Untuk menyelesaikan masalah ini dalam perhitungan pembagian
waris disebut ‘Aul.
Contoh :
Ahli waris terdiri dari Suami, 2 sdr. Pr. Sekandung dan Nenek
Jumlah harta waris Rp. 480.000,-
Asal Masalah (AM) : 6
Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl AM
(fardl X AM)
Suami ½ 6 3 3/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
2 sdr. Pr. 2/3 6 4 4/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 320.000,-
Sekandung
Nenek 1/6 6 1 1/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 80.000,-
Jumlah 8 Rp. 640.000,-

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham (8) lebih besar dari asal masalah (6), sehingga
terjadi kekurangan harta waris sebesar Rp. 160.000,-

3. Qashirah atau Naqishah, Yaitu masalah dimana jumlah bagian/saham ahli waris lebih kecil dari asal masalah,
sehingga terjadilah kelebihan harta waris dan tidak ada ‘ashobah yang mengambil sisanya. Untuk
menyelesaikan masalah ini dalam perhitungan pembagian waris disebut Radd.

Contoh :
- Ahli waris terdiri dari Anak Perempuan dan Nenek
- Jumlah harta waris Rp. 480.000,-
Asal Masalah (AM) : 6
Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl AM
(fardl X AM)
Anak Pr. ½ 6 3 3/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
Nenek 1/6 6 1 1/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 80.000,-
Jumlah 4 Rp. 320.000,-
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham (4) lebih kecil dari asal masalah (6), sehingga terjadi
kelebihan/sisa harta waris sebesar Rp. 160.000,-

II. ‘AUL DAN RADD ________________________________

1. ‘AUL
‘Aul adalah terjadi karena adanya kelebihan dalam bagian/saham ahli waris dibandingkan dengan
besarnya asal masalah dan adanya pengurangan dalam kadar penerimaan ahli waris, karena besarnya
asal masalah tidak cukup untuk memenuhi bagian-bagian(saham) dari ahli waris. Atau jumlah
bagian/saham ahli waris lebih besar dari asal masalah.
Cara penyelesaian masalah ‘aul adalah dengan cara merubah asal masalah dengan meningkatkan
besarnya asal masalah sesuai dengan besarnya jumlah bagian/saham ahli waris.
Contoh masalah ‘aul dan penyelesaiannya.
Ahli waris terdiri dari :
- Suami,
- 2 saudara perempuan sekandung
- Nenek.
Harta warisnya sebesar Rp. 480.000,-
a. Perhitungan sebelum terjadi ‘Aul
Asal Masalah (AM) : 6
Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl AM
(fardl X AM)
Suami ½ 6 3 3/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
2 sdr. Pr. 2/3 6 4 4/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 320.000,-
Sekandung
Nenek 1/6 6 1 1/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 80.000,-
Jumlah 8 Rp. 640.000,-

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham yaitu 8 (delapan) lebih besar dari asal masalah
yaitu 6 (enam), sehingga terjadi kekurangan harta waris sebesar Rp. 160.000,-, yaitu jumlah penerimaan
masing-masing Rp. 640.000,-, sedangkan jumlah harta warisnya sebesar Rp. 480.000,-

b. Perhitungan Penyelesaian dengan menggunakan ‘Aul


Cara penyelesaiannya adalah merubah Asal Masalah (AM) yang semula ditetapkan 6, diubah dengan cara
ditingkatkan menjadi 8 sesuai dengan jumlah bagian/saham ahli waris.

Asal Masalah (AM) : 6, di-’aul-kan menjadi : 8


Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl AM (fardl X AM) Setelah terjadi ‘aul
Suami ½ 6 3 3/8 x Rp. 480.000,- = Rp. 180.000,-
2 sdr. Pr. 2/3 6 4 4/8 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
Sekandung
Nenek 1/6 6 1 1/8 x Rp. 480.000,- = Rp. 60.000,-
Jumlah 8 Rp. 480.000,-

2. RADD
Radd adalah pengembalian bagian yang tersisa dari bagian ahli waris kepada mereka sesuai dengan besar
kecilnya bagian masing-masing, apabila tidak ada lagi yang berhak menerimanya, dengan demikian radd
adalah kebalikan dari ‘aul. Radd terjadi karena dalam pembagian harta waris jumlah bagian/saham ahli waris
lebih kecil dari asal masalah, sehingga apabila dibagikan langsung akan terdapat kelebihan harta waris,
kelebihan tersebut harus dibagikan kembali kepada ahli

waris secara seimbang sesuai dengan bagian masing-masing. Radd juga terjadi karena tidak ada ahli waris
yang menerima ‘ashobah/sisa harta.
Menurut jumhur ulama, radd bisa dilaksanakan hanya terbatas kepada ahli waris nasabiyah saja, sehingga
ahli waris sababiyah tidak dapat menerima radd. Ahli waris sababiyah yang tidak menerima radd adalah
suami dan isteri.
Cara penyelesaian masalah radd adalah dengan cara mengurangi asal masalah, sehingga sama besarnya
dengan jumlah bagian yang diterima oleh ahli waris, atau jumlah bagian (saham) ahli waris dijadikan asal
masalah baru.

 Contoh penyelesaian masalah radd yang ahli warisnya terdiri dari ahli waris nasabiyah saja.
- Ahli waris terdiri dari : Anak perempuan dan Nenek
- Harta warisnya sebesar Rp. 480.000,-

a. Perhitungan sebelum terjadi Radd

Asal Masalah (AM) : 6


Ahli Bagian Penerimaan masing-masing
fardl AM
waris (fardl X AM)
Anak Pr. ½ 6 3 3/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
Nenek 1/6 6 1 1/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 80.000,-
Jumlah 4 Rp. 320.000,-

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham yaitu 4 (empat) lebih kecil dari asal masalah yang
ditetapkan yaitu 6 (enam), sehingga terjadi kelebihan harta waris sebesar Rp. 160.000,-, yaitu jumlah penerimaan
masing-masing Rp. 320.000,-, sedangkan jumlah harta warisnya sebesar Rp. 480.000,-

b. Perhitungan Penyelesaian dengan menggunakan Radd


Cara penyelesaiannya adalah merubah Asal Masalah (AM) yang semula ditetapkan 6, diubah menjadi 4 sesuai
dengan jumlah bagian/saham ahli waris.
Asal Masalah (AM) : 6, dirubah menjadi : 4
Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl AM
(fardl X AM)
Anak Pr. ½ 6 3 3/4 x Rp. 480.000,- = Rp. 360.000,-
Nenek 1/6 6 1 1/4 x Rp. 480.000,- = Rp. 120.000,-
Jumlah 4 Rp. 480.000,-

 Contoh penyelesaian masalah radd yang ahli warisnya terdiri dari ahli waris nasabiyah dan ahli
waris sababiyah
- Ahli waris terdiri dari : Isteri, Ibu dan Saudara seibu
- Harta warisnya sebesar Rp. 240.000,-

a. Perhitungan sebelum terjadi Radd

Asal Masalah (AM) : 12


Bagian Penerimaanmasing-masing
Ahli Waris Fardl AM
(Fardl x AM)
Isteri ¼ 12 3 3/12 X Rp. 240.000,- = 60.000,-
Ibu 1/3 12 4 4/12 X Rp. 240.000,- = 80.000,-
Saudara 1/6 12 2 2/6 X Rp. 180.000,- = Rp. 60.000,-
seibu
Jumlah 9 Rp. 240.000,-

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham yaitu 9 (sembilan) lebih kecil dari asal masalah yang
ditetapkan yaitu 12 (dua belas), sehingga terjadi kelebihan harta waris sebesar Rp. 60.000,-, yaitu jumlah
penerimaan masing-masing Rp. 180.000,-, sedangkan jumlah harta warisnya sebesar Rp. 240.000,-
b. Perhitungan penyelesaian dengan menggunakan Radd
Cara penyelesaiannya yaitu ahli waris sababiyah (isteri) diberikan bagian terlebih dahulu (karena tidak
menerima radd) sebelum terjadi radd, kemudian sisa harta diberikan kepada ahli waris nababiyah dengan
menggunakan radd.
Asal Masalah (AM) : 12
Bagian/Saham Penerimaanmasing-masing
Ahli Waris Fardl AM
(Fardl x AM)
Isteri ¼ 12 3 3/12 X Rp. 240.000,- = Rp. 60.000,-
Sisa harta waris : Rp. 240.000,- dikurangi Rp. 60.000,- = Rp. 180.000,-
Asal masalah untuk ibu dan saudara seibu adalah : 6
Ibu 1/3 12 4 4/6 X Rp. 180.000,- = Rp. 120.000,-
Saudara 1/6 12 2 2/6 X Rp. 180.000,- = Rp. 60.000,-
seibu
Jumlah Rp. 240.000,-

6. dan ujilah[269] anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah
cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak
yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa
(di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang
miskin, Maka bolehlah ia Makan harta itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka,
Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas
persaksian itu).
7. bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian
(pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.
8. dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[270], anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu
[271] (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik.
9. dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah
mereka mengucapkan Perkataan yang benar.
10. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh
perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama
dengan bagahian dua orang anak perempuan[272]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi
mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan
untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai
anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat
sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-
anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan
dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
12. dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak.
jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi
wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan
jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang
kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati,
baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang
saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara
itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,
sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli
waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui
lagi Maha Penyantun.

[269] Yakni: Mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha mereka, kelakuan dan lain-lain
sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai.
[270] Kerabat di sini Maksudnya : Kerabat yang tidak mempunyai hak warisan dari harta benda pusaka.
[271] Pemberian sekedarnya itu tidak boleh lebih dari sepertiga harta warisan.
[272] Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena kewajiban laki-laki lebih berat dari perempuan, seperti
kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah. (Lihat surat An Nisaa ayat 34).
[273] Lebih dari dua Maksudnya : dua atau lebih sesuai dengan yang diamalkan Nabi.
[274] Memberi mudharat kepada waris itu ialah tindakan-tindakan seperti: a. Mewasiatkan lebih dari sepertiga harta pusaka. b.
Berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan. Sekalipun kurang dari sepertiga bila ada niat mengurangi hak waris, juga
tidak diperbolehkan.

            
                
          
             
 
176. mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah
(yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi
saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh
harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua
pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan
perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan
(hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

[387] Kalalah Ialah: seseorang mati yang tidak meninggalkan ayah dan anak.
Surat An-Nisa Ayat 6

 ‫َوا ْبتَلُوا ْاليَتَا َم ٰى َحتَّ ٰى ِإ َذا بَلَ ُغوا النِّ َكا َح فَِإ ْن آنَ ْستُ ْم ِم ْنهُ ْم ُر ْش ًدا فَا ْدفَعُوا‬
‫ان َغنِيًّا‬َ ‫ِإلَ ْي ِه ْم َأ ْم َوالَهُ ْم ۖ َواَل تَْأ ُكلُوهَا ِإ ْس َرافًا َوبِ َدارًا َأ ْن يَ ْكبَرُوا ۚ َو َم ْن َك‬
ِ ‫ان فَقِيرًا فَ ْليَْأ ُكلْ ِب ْال َم ْعر‬
‫ُوف ۚ فَِإ َذا َدفَ ْعتُ ْم ِإلَ ْي ِه ْم َأ ْم َوالَهُ ْم‬ َ ‫ف ۖ َو َم ْن َك‬ ْ ِ‫فَ ْليَ ْستَ ْعف‬
‫فََأ ْش ِه ُدوا َعلَ ْي ِه ْم ۚ َو َكفَ ٰى ِباهَّلل ِ َح ِسيبًا‬ 

 Terjemah Arti: Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika
menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada
mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan
dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di
antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim
itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut.
Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-
saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas
persaksian itu).

Surat An-Nisa Ayat 7

 ‫ك‬ َ ‫ان َواَأْل ْق َرب‬


ِ َ‫ُون َولِلنِّ َسا ِء ن‬
َ ‫صيبٌ ِم َّما تَ َر‬ ِ ‫ك ْال َوالِ َد‬َ ‫صيبٌ ِم َّما تَ َر‬ ِ َ‫ال ن‬
ِ ‫لِل ِّر َج‬
‫صيبًا َم ْفرُوضًا‬ ِ َ‫ُون ِم َّما قَ َّل ِم ْنهُ َأ ْو َكثُ َر ۚ ن‬
َ ‫ان َواَأْل ْق َرب‬ ْ
ِ ‫ال َوالِ َد‬ 
 Terjemah Arti: Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.

Surat An-Nisa Ayat 8

ُ ‫ض َر ْالقِ ْس َمةَ ُأولُو ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِك‬


 ُ‫ين فَارْ ُزقُوهُ ْم ِم ْنه‬ َ ‫َوِإ َذا َح‬
‫ َوقُولُوا لَهُ ْم قَ ْواًل َم ْعرُوفًا‬ 
 Terjemah Arti: Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin,
maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
baik.

Surat An-Nisa Ayat 9

 َ ‫ض َعافًا َخافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هَّللا‬


ِ ً‫ين لَ ْو تَ َر ُكوا ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم ُذرِّ يَّة‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
َ ‫ش الَّ ِذ‬
‫ َو ْليَقُولُوا قَ ْواًل َس ِدي ًدا‬ 
 Terjemah Arti: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.

Surat An-Nisa Ayat 10

َ ُ‫ون َأ ْم َوا َل ْاليَتَا َم ٰى ظُ ْل ًما ِإنَّ َما يَْأ ُكل‬


 ۖ ‫ون فِي بُطُونِ ِه ْم نَارًا‬ َ ُ‫ين يَْأ ُكل‬
َ ‫ِإ َّن الَّ ِذ‬
‫ َو َسيَصْ لَ ْو َن َس ِعيرًا‬ 
 Terjemah Arti: Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim,
sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka).

ْ‫ق ا ْثنَتَ ْي ِن فَلَ ُهنَّ ثُلُثَا َما تَ َر َك َوِإنْ َكانَت‬ َ ‫سا ًء فَ ْو‬ َ ِ‫لذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ األ ْنثَيَ ْي ِن فَِإنْ ُكنَّ ن‬ َّ ِ‫وصي ُك ُم هَّللا ُ فِي َأ ْوال ِد ُك ْم ل‬ِ ُ‫ي‬
rُ‫ُس ِم َّما تَ َركَ ِإنْ َكانَ لَهُ َولَ ٌد فَِإنْ لَ ْم يَ ُكنْ لَهُ َولَ ٌد َو َو ِرثَه‬ ُ ‫سد‬ ُّ ‫اح ٍد ِم ْن ُه َما ال‬ِ ‫صفُ َوألبَ َو ْي ِه لِ ُك ِّل َو‬ ْ ِّ‫اح َدةً فَلَ َها الن‬ِ ‫َو‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫صي بِ َها ْو َد ْي ٍن آبَاُؤ ُك ْم َو ْبنَاُؤ ُك ْم ال‬ ِ ‫ة يُو‬rٍ َّ‫صي‬ ِ ‫ُس ِمنْ بَ ْع ِد َو‬ ُ ‫سد‬ ُّ ‫ث فَِإنْ َكانَ لَهُ ِإ ْخ َوةٌ فَأل ِّم ِه ال‬ ُ ُ‫َأبَ َواهُ فَأل ِّم ِه الثُّل‬
ُ ‫صفُ َما تَ َر َك َأ ْز َو‬
‫اج ُك ْم‬ ْ ِ‫) َولَ ُك ْم ن‬١١( ‫ ِمنَ هَّللا ِ ِإنَّ هَّللا َ َكانَ َعلِي ًما َح ِكي ًما‬rً‫يضة‬ َ ‫ب لَ ُك ْم نَ ْف ًعا فَ ِر‬ ُ ‫تَ ْد ُرونَ َأيُّ ُه ْم َأ ْق َر‬
َّ‫صينَ بِ َها َأ ْو َد ْي ٍن َولَ ُهن‬ ِ ‫صيَّ ٍة يُو‬ ِ ‫الربُ ُع ِم َّما تَ َر ْكنَ ِمنْ بَ ْع ِد َو‬ ُّ ‫ِإنْ لَ ْم يَ ُكنْ لَ ُهنَّ َولَ ٌد فَِإنْ َكانَ لَ ُهنَّ َولَ ٌد فَلَ ُك ُم‬
‫صونَ بِ َها‬ ِ ‫الربُ ُع ِم َّما ت ََر ْكتُ ْم ِإنْ لَ ْم يَ ُكنْ لَ ُك ْم َولَ ٌد فَِإنْ َكانَ لَ ُك ْم َولَ ٌد فَلَ ُهنَّ الثُّ ُمنُ ِم َّما تَ َر ْكتُ ْم ِمنْ بَ ْع ِد َو‬
ُ ‫ة تُو‬rٍ َّ‫صي‬ ُّ
ْ‫ُس فَِإنْ َكانُوا َأ ْكثَ َر ِمن‬ ُ ‫سد‬ ِ ‫ث َكاللَةً َأ ِو ا ْم َرَأةٌ َولَهُ َأ ٌخ َأ ْو ُأ ْختٌ فَلِ ُك ِّل َو‬
ُّ ‫اح ٍد ِم ْن ُه َما ال‬ ُ ‫َأ ْو َد ْي ٍن َوِإنْ َكانَ َر ُج ٌل يُو َر‬
( ‫ ِمنَ هَّللا ِ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َحلِي ٌم‬rً‫صيَّة‬ ِ ‫ار َو‬ ٍّ ‫ض‬ َ ‫وصى بِ َها َأ ْو َد ْي ٍن َغ ْي َر ُم‬ َ ُ‫صيَّ ٍة ي‬ ِ ‫ث ِمنْ بَ ْع ِد َو‬ ِ ُ‫ش َر َكا ُء ِفي الثُّل‬ ُ ‫َذلِكَ فَ ُه ْم‬
١٢

Terjemah Surat An Nisa Ayat 11-12 (Aturan Pembagian Warisan)

11.[1] [2] Allah mensyari’atkan kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu[3], yaitu
bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan[4]. Dan jika anak itu
semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga[5] dari harta yang
ditinggalkan[6]. Jika anak perempuan itu seorang saja[7], maka dia memperoleh setengah (harta yang
ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan,
jika yang meninggal itu mempunyai anak[8]. Jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan dia
diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga[9]. Jika yang meninggal itu
mempunyai beberapa saudara[10], maka ibunya mendapat seperenam[11]. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) setelah dipenuhi wasiat yang dibuatnya atau (dan) setelah dibayar hutangnya[12].
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih
banyak manfaatnya bagimu[13]. Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana.

12. Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika
mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu mendapat
seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) setelah
dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak
mempunyai anak[14]. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta
yang kamu tinggalkan setelah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) setelah dibayar hutang-
hutangmu. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan
ayah[15] dan tidak meninggalkan anak[16], tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu) atau
seorang saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam
harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian
yang sepertiga itu[17], setelah dipenuhi wasiat yang dibuatnya[18] atau (dan) setelah dibayar hutangnya
dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris)[19]. Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Penyantun.
Quran Surat An-Nisa Ayat 176

‫ك ۚ َوهُ َو يَ ِرثُهَٓا ِإن‬ َ ‫ف َما تَ َر‬ ُ ْ‫ت فَلَهَا نِص‬ ٌ ‫ْس لَهۥُ َولَ ٌد َولَ ٓۥهُ ُأ ْخ‬ َ َ‫يَ ْستَ ْفتُونَكَ قُ ِل ٱهَّلل ُ يُ ْفتِي ُك ْم فِى ْٱل َك ٰلَلَ ِة ۚ ِإ ِن ٱ ْم ُرٌؤ ۟ا هَل‬
َ ‫ك لَي‬
َّ •‫لَّ ْم يَ ُكن لَّهَا َولَ ٌد ۚ فَِإن َكانَتَا ْٱثنَتَي ِْن فَلَهُ َما ٱلثُّلُثَا ِن ِم َّما تَ• َركَ ۚ َوِإن َك••انُ ٓو ۟ا ِإ ْخ• َوةً ِّر َج• ااًل َونِ َس•ٓا ًء فَلِل‬
ِّ‫•ذ َك ِر ِم ْث• ُل َح• ظ‬
۟ ُّ‫َضل‬
‫وا ۗ َوٱهَّلل ُ بِ ُكلِّ َش ْى ٍء َعلِي ۢ ٌم‬ ِ ‫ٱُأْلنثَيَي ِْن ۗ يُبَي ُِّن ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم َأن ت‬

Terjemah Arti: Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah: "Allah memberi fatwa
kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan
mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang
ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia
tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara
laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara
perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu

Referensi: https://tafsirweb.com/1708-quran-surat-an-nisa-ayat-176.html

‫ َوا ْبتَلُوا ْاليَ ٰتمٰ ى َح ٰتّ ٓى اِ َذا بَلَ ُغوا النِّ َكا ۚ َح فَا ِ ْن ٰانَ ْستُ ْم ِّم ْنهُ ْم ُر ْشدًا فَا ْدفَع ُْٓوا اِلَ ْي ِه ْم اَ ْم َوالَهُ ْم ۚ َواَل تَْأ ُكلُوْ هَٓا اِ ْس َرافًا‬
ِ ْ‫ف ۚ َو َم ْن َكانَ فَقِ ْيرًا فَ ْليَْأ ُكلْ بِ ْال َم ْعرُو‬
‫ف ۗ فَا ِ َذا َدفَ ْعتُ ْم اِلَ ْي ِه ْم اَ ْم َوالَهُ ْم‬ ْ ِ‫َّوبِدَارًا اَ ْن يَّ ْكبَرُوْ ا ۗ َو َم ْن َكانَ َغنِيًّا فَ ْليَ ْستَ ْعف‬
‫فَا َ ْش ِه ُدوْ ا َعلَ ْي ِه ْم ۗ َو َك ٰفى بِاهّٰلل ِ َح ِس ْيبًا‬
Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut
pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartanya.
Dan janganlah kamu memakannya (harta anak yatim) melebihi batas kepatutan dan (janganlah kamu)
tergesa-gesa (menyerahkannya) sebelum mereka dewasa. Barangsiapa (di antara pemelihara itu) mampu,
maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa miskin, maka
bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu
kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas. (6)

ُ‫ك ْال َوالِ ٰد ِن َوااْل َ ْق َربُوْ نَ ِم َّما قَ َّل ِم ْنه‬ ِ َ‫ك ْال َوالِ ٰد ِن َوااْل َ ْق َربُوْ ۖنَ َولِلنِّ َس ۤا ِء ن‬
َ ‫صيْبٌ ِّم َّما ت ََر‬ َ ‫َصيْبٌ ِّم َّما ت ََر‬
ِ ‫ال ن‬ ِ ‫ لِل ِّر َج‬
ِ َ‫اَوْ َكثُ َر ۗ ن‬
‫ص ْيبًا َّم ْفرُوْ ضًا‬
Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, dan bagi perempuan
ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bagian yang telah ditetapkan. (7)

‫ض َر ْالقِ ْس َمةَ اُولُوا ْالقُرْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس ِكي ُْن فَارْ ُزقُوْ هُ ْم ِّم ْنهُ َوقُوْ لُوْ ا لَهُ ْم قَوْ اًل َّم ْعرُوْ فًا‬
َ ‫ َواِ َذا َح‬
Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir beberapa kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin,
maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. (8)

 ‫ض ٰعفًا َخافُوْ ا َعلَ ْي ِه ۖ ْم فَ ْليَتَّقُوا هّٰللا َ َو ْليَقُوْ لُوْ ا قَوْ اًل َس ِد ْيدًا‬ ْ ‫ش الَّ ِذ ْينَ لَوْ تَ َر ُكوْ ا ِم ْن‬
ِ ً‫خَلفِ ِه ْم ُذرِّ يَّة‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang
lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (9)

‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ اَ ْم َوا َل ْاليَ ٰتمٰ ى ظُ ْل ًما اِنَّ َما يَْأ ُكلُوْ نَ فِ ْي بُطُوْ نِ ِه ْم نَارًا ۗ َو َسيَصْ لَوْ نَ َس ِع ْيرًا‬ 
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan
api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (10)
ْ ‫ك ۚ َواِ ْن َكان‬
‫َت‬ َ ‫ق ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما تَ َر‬ َّ ِ‫ص ْي ُك ُم هّٰللا ُ فِ ْٓي اَوْ اَل ِد ُك ْم ل‬
َ ْ‫لذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَي ِْن ۚ فَا ِ ْن ُك َّن نِ َس ۤا ًء فَو‬ ِ ْ‫ يُو‬
‫ك اِ ْن َكانَ لَهٗ َولَ ٌد ۚ فَا ِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد َّو َو ِرثَ ٗ ٓه‬ َ ‫ف ۗ َواِل َبَ َو ْي ِه لِ ُكلِّ َوا ِح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما ت ََر‬ ُ ْ‫اح َدةً فَلَهَا النِّص‬ ِ ‫َو‬
‫ص ْي بِهَٓا اَوْ َد ْي ٍن ۗ ٰابَ ۤاُؤ ُك ْم َواَ ْبن َۤاُؤ ُك ۚ ْم اَل‬ِ ْ‫صيَّ ٍة يُّو‬ ِ ‫ث ۚ فَا ِ ْن َكانَ لَهٗ ٓ اِ ْخ َوةٌ فَاِل ُ ِّم ِه ال ُّس ُدسُ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َو‬ ُ ُ‫اَبَ ٰوهُ فَاِل ُ ِّم ِه الثُّل‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫ضةً ِّمنَ ِ ۗ اِ َّن َ َكانَ َعلِ ْي ًما‬
‫ح ِك ْي ًما‬ َ ‫تَ ْدرُوْ نَ اَيُّهُ ْم اَ ْق َربُ لَ ُك ْم نَ ْفعًا ۗ فَ ِر ْي‬
Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu)
bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu
semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan. Jika dia (anak perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang
ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari harta yang ditinggalkan,
jika dia (yang meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia
diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal)
mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di
atas) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang tuamu
dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu.
Ini adalah ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. (11)

‫ف َما تَ َركَ اَ ْز َوا ُج ُك ْم اِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّه َُّن َولَ ٌد ۚ فَا ِ ْن َكانَ لَه َُّن َولَ ٌد فَلَ ُك ُم الرُّ بُ ُع ِم َّما تَ َر ْكنَ ِم ۢ ْن بَ ْع ِد‬ ُ ْ‫ ۞ َولَ ُك ْم نِص‬
‫ص ْينَ بِهَٓا اَوْ َد ْي ٍن ۗ َولَه َُّن الرُّ بُ• ُع ِم َّما تَ• َر ْكتُ ْم اِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّ ُك ْم َولَ • ٌد ۚ فَ•ا ِ ْن َك••انَ لَ ُك ْم َولَ • ٌد فَلَه َُّن الثُّ ُم ُن ِم َّما‬ ِ ْ‫صيَّ ٍة يُّو‬ ِ ‫َو‬
‫ت فَلِ ُك ِّل َوا ِح•• ٍد‬ ٌ ‫ث َك ٰللَةً اَ ِو ا ْم َراَةٌ َّولَ ٗ ٓه اَ ٌخ اَوْ اُ ْخ‬ ُ ‫صيَّ ٍة تُوْ صُوْ نَ بِهَٓا اَوْ َدي ٍْن ۗ َواِ ْن َكانَ َر ُج ٌل يُّوْ َر‬ ِ ‫ت ََر ْكتُ ْم ِّم ۢ ْن بَ ْع ِد َو‬
ۚ ٍّ‫ض ۤار‬َ ‫صى بِهَٓا اَوْ َد ْي ۙ ٍن َغي َْر ُم‬ ٰ ْ‫صيَّ ٍة يُّو‬ِ ‫ث ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َو‬ ِ ُ‫ك فَهُ ْم ُش َر َك ۤا ُء فِى الثُّل‬ َ ِ‫سُ فَا ِ ْن َكانُ ْٓوا اَ ْكثَ َر ِم ْن ٰذل‬ ۚ ‫ِّم ْنهُما ال ُّس ُد‬
َ
ۗ‫صيَّةً ِّمنَ هّٰللا ِ ۗ َوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم َحلِ ْي ٌم‬ ِ ‫َو‬
Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka
tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat
dari harta yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat yang mereka buat atau (dan setelah dibayar)
utangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai
anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu
tinggalkan (setelah dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah dibayar) utang-utangmu. Jika
seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak
meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara perempuan
(seibu), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-
saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu, setelah
(dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya dengan tidak menyusahkan (kepada
ahli waris). Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun. (12)

‫هّٰللا‬
‫ك َوهُ َو يَ ِرثُهَ••ٓا اِ ْن لَّ ْم‬ َ ۚ ‫ف َما تَ َر‬ ُ ْ‫ت فَلَهَا نِص‬ َ ‫ْستَ ْفتُوْ نَ ۗكَ قُ ِل ُ يُ ْفتِ ْي ُك ْم فِى ْال َك ٰللَ ِة ۗاِ ِن ا ْم ُرٌؤ ا هَلَكَ لَي‬
ٌ ‫ْس لَهٗ َولَ ٌد َّولَهٗ ٓ اُ ْخ‬
‫لذ َك ِر ِم ْث • ُل َح• ظِّ ااْل ُ ْنثَيَي ۗ ِْن‬ َّ ِ‫يَ ُك ْن لَّهَا َولَ ٌد ۚ فَا ِ ْن َكانَتَا ْاثنَتَ ْي ِن فَلَهُ َما الثُّلُ ٰث ِن ِم َّما تَ َركَ ۗ َواِ ْن َكانُ ْٓوا اِ ْخ َوةً رِّ َجااًل َّونِ َس ۤا ًء فَل‬
‫َضلُّوْ ا ۗ َوهّٰللا ُ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫يُبَي ُِّن ُ لَ ُك ْم اَ ْن ت‬
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang
kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan,
maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya
yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika
saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika
mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara
laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar
kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”(176)

Anda mungkin juga menyukai