Anda di halaman 1dari 13

TIPAR CISAAT SUKABUMI

1434 H./2013 M.
Pengertian Mawaris dan Faraidl Rukun Waris

Mawarits adalah Jama’ dari Mirats (irts, wirts, wiratsah, turats) = warisan harta 1. Mauruts (tirkah/turats) = harta benda yang ditinggalkan mayit yang akan diberikan
peninggalan orang yang meninggal (muwarrits) yang diwariskan kepada orang yang kepada ahli waris setelah diambil oleh hak-hak berkaitan dg harta itu dan
diwarisi/berhak menerimanya (warits). pengurusan mayit.
Faraidh adalah jama’ dari faridhah, semakna dengan mafrudhah = suatu bagian ahli 2. Muwarrits = orang yang meninggal dunia, baik mati haqiqi maupun mati hukmy
waris yang telah ditentukan kadarnya oleh syara’. (yang ditetapkan oleh Hakim atas beberapa sebab)
3. Warits = orang yang akan menerima warisan .
Dasar Hukum Faraidl/Mawaris
Syarat Waris
1. Al-Qur’an
Surat al-Nisa ayat 7, 11, 12, 176, dll. 1. Meninggalnya Muwarrits, baik meninggal haqiqi maupun meninggal hukmy
2. Hadits 2. Hidupnya warits (orang diberi warits) ketika muwarrits meninggal
)‫ فما بقِي فهو ألولى رجل ذكر (متفق عليه‬،‫ألحقوا الفرائض بأهلها‬ 3. Tidak adanya penghalang-penghalang mempusakai (mawani’ul irtsi)
3. Ijma’ dan Ijtihad
- Status saudara bersama kaket (Jad-ikhwat) Hal-Hal yang Berhubungan dengan Harta Peninggalan Mayyit
- Cucu yang ayahnya lbh dahulu meninggalnya dari kakeknya (Kitab UU Hkm
Wasiat Mesir) 1. Hal-hal yang berhubungan dengan harta, seperti pinjaman, sewaan
2. Tajhiz (biaya pengurusan mayit)
3. Hutang piutang, termasuk zakat, kewajiban haji, dll.
Pengertian Ilmu Faraidl 4. Wasiyat
5. Warisan
Ilmu fiqh yang berpautan dengan pembagian harta pusaka, pengetahuan ttg cara
perhitungan yang dapat menyampaikan kepada pembagian harta pusaka, dan Sebab-Sebab dan Halangan Mendapat Warisan (Asbabul Irtsi wa Mawaainuhu)
pengetahuan ttg bagian-bagian yang wajib dari harta peninggalan untuk setiap pemilik
hak pusaka Sebab-sebab Menerima Warisan
1. Nasabiyah : Kekerabatan/hubungan darah
Tujuan, Hukum Mempelajari, Obyek dan Tujuan Ilmu Faraid 2. Sababiyah : a. Pernikahan
b. Memerdekakan budak
- Mengamalkan ilmu Faraid/menerapkan ketentuan Allah dalam membagikan harta c. Se-agama
warisan adalah wajib / fardlu ‘ain.
- Mempelajari ilmu Faraid, sebagian Ulama menetapkan hukum fardu kifayah, Sebab-sebab tidak mendapat Warisan
sebagian yang lain fardu ‘ain 1. Pembunuhan
- Obyek (maudlu) ilmu faraid adalah bagian-bagian warisan menurut syara’ 2. Budak
- Tujuan ilmu Faraid adalah mengetahui bagian-bagian harta warisan bagi ahli 3. Beda Agama
waris/orang yang berhak menerima nya .
Ahli Waris

• Ahli Waris Nasabiyah, yaitu ahli waris yang disebabkan kekerabatan, terdiri dari
tiga jihat :
– Ahli waris Ushulul Warits, yaitu Bapak, Ibu, Kakek dan Nenek – Nenek garis ibu(‫)الجدة من جهة االم‬
– Ahli waris Furu’l warits, yaitu Anak laki-laki, anak perempuan, Cucu laki-laki – Saudara perempuan sekandung(‫)االخت الشقيقة‬
garis anak laki-laki dan Cucu perempuan garis anak laki-laki – Saudara perempuan seayah(‫)االخت لالب‬
– Ahli waris Al-khowasyi, yaitu Saudara (laki-laki/perempuan) sekandung, – Saudara perempuan seibu(‫)االخت لالم‬
Saudara (laki-laki/perempuan) seayah, saudara (laki-laki/perempuan) seibu, – Isteri(‫)زوجة‬
anak laki-laki saudara laki-laki sekandung, anak laki-laki saudara laki-laki – Perempuan yang memerdekakan(‫ )المعتقة‬ 
seayah, paman sekandung, paman seayah, anak laki-laki paman sekandung dan
anak laki-laki paman seayah. • Jika semua ahli waris perempuan ada, maka yang mendapat warisan hanya lima
• Ahli waris Sababiyah, yaitu ahli waris yang disebabkan pernikahan dan orang, yaitu :
memerdekakan hamba sahaya, yaitu ; Suami, Isteri, Mu’tiq dan Mu’tiqoh – Anak Perempuan
– Cucu perempuan garis anak laki-laki
Ahli Waris Laki-Laki – Isteri
– Anak laki-laki (‫)االبن‬ – Ibu
– Cucu laki-laki garis anak laki-laki (‫)ابن االبن‬ – Saudara perempuan sekandung
– Bapak (‫)االب‬ – Saudara perempuan sebapak
– Kakek dari bapak(‫)الجد‬
– Saudara laki-laki sekandung(‫)االخ الشقيق‬ Adanya Seluruh Ahli Waris (laki-laki dan perempuan)
– Saudara laki-laki seayah(‫)االخ لالب‬ • Jika semua ahli waris ada, baik laki-laki maupun perempuan, maka yang mendapat
– Saudara laki-laki seibu (‫)االخ لالم‬ warisan hanya lima orang, yaitu :
– Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung (‫)ابن االخ الشقيق‬ - Anak laki-laki
– Anak laki-laki saudara laki-laki seayah(‫)ابن االخ لالب‬ - Anak perempuan
– Paman sekandung(‫)العم الشقيق‬ - Bapak
– Paman seayah(‫)العم لالب‬ - Ibu
– Anak laki-laki paman sekandung(‫)ابن العم الشقيق‬ - Suami atau Isteri
– Anak laki-laki paman seayah(‫)ابن العم لالب‬
– Suami(‫)زوج‬
– Laki-laki yang memerdekakan(‫)المعتق‬

• Jika semua ahli waris laki-laki ada, maka yg mendapat warisan hanya 3 orang,
yaitu
– Anak laki-laki
– Bapak
– Suami

Ahli Waris Perempuan

– Anak perempuan(‫)البنت‬
– Cucu perempuan garis anak laki-laki(‫)بنت االبن‬
– Ibu(‫)االم‬
– Nenek garis bapak(‫)الجدة من جهة االب‬
PEMBAGIAN WARISAN
Ahli waris yang mendapat bagian 1/4 ada 2 (dua), yaitu :
Pembagian warisan terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu : (1) bagian warisan yang telah (1) Suami, syaratnya : Ada far’ul mayyit/waris
ditentukan (al-furudl al-muqaddarah / al-furudl al-madzkurah), (2) sisa (ashabah). Firman Allah pada surat al-Nisa, ayat 12 :
….           
   
AL-FURUDL AL-MUQADDARAH 12. ….jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat
dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau
Al-furudl al-muqaddarah/al-furudl al-madzkurah (bagian warisan yang telah
(dan) seduah dibayar hutangnya….
ditentukan) yaitu bagian warisan yang telah ditentukan oleh Syara’ dalam al-Qur’an
(2) Istri (sendiri atau lebih/banyak), syaratnya : Tidak ada far’ul mayyit/waris.
dan Hadits. Bagian warisan yang telah ditentukan ada 6 (enam), yaitu : (1) 1/2, (2) 1/4,
Firman Allah pada surat al-Nisa ayat 12 :
(3) 1/8, (4) 2/3, (5) 1/3 dan (6) 1/6.
        
Ahli waris yang mendapat bagian 1/2 ada 5 (lima), yaitu : 12. ……..Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu
(1) Suami, syaratnya : tidak ada far’ul mayyit/waris (anak dan cucu) tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak …….
: Firman Allah pada surat al-Nisa, ayat 12
          Ahli waris yang mendapat bagian 1/8 ada 1 (satu), yaitu : Istri syaratnya : Ada far’ul
dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri- .12 mayyit/waris
isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak Firman Allah pada surat al-Nisa ayat 12 :
(2) Anak perempuan, syaratnya : sendiri/tunggal dan tidak ada anak laki-laki            
    
     Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan …… .12
11. ……jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-
(3) Cucu perempuan dari anak laki-laki, syaratnya : sendiri/tunggal, tidak ada anak hutangmu
(laki-laki dan/atau anak perempuan) dan tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-laki
(4) Saudara perempuan sekandung, syaratnya : sendiri/tunggal, tidak ada far’ul Ahli waris yang mendapat bagian 2/3 ada 4 (empat), yaitu :
mayyit/waris, tidak ada bapak, tidak ada kakek, tidak ada saudara laki-laki (1) Anak perempuan banyak (lebih dari satu orang), syaratnya : banyak (lebih dari satu
sekandung orang), dan tidak ada anak laki-laki
        
          11. dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi mereka dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan
             (2) Cucu perempuan dari anak laki-laki banyak (lebih dari satu orang) syaratnya :
    banyak (lebih dari satu orang), tidak ada anak (laki-laki dan/atau anak perempuan)
176. mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi fatwa dan tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-laki
kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan
mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta
(3) Saudara perempuan sekandung banyak (lebih dari satu orang) syaratnya : banyak
yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara (lebih dari satu orang), tidak ada far’ul mayyit/waris, tidak ada bapak, tidak ada
perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; kakek, tidak ada saudara laki-laki sekandung
(5) Saudara perempuan sebapak, , syaratnya : sendiri/tunggal, tidak ada far’ul
mayyit/waris, tidak ada bapak, tidak ada kakek, tidak ada saudara sekandung (laki-
laki maupun perempuan), tidak ada saudara laki-laki sebapak.
          11. …..dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
             mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga;
           jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)
 sesudah dibayar hutangnya
176. mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi fatwa (2) Nenek, syaratnya : Tidak ada ibu (dan tidak ada bapak, bagi nenek dari bapak)
kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai (3) Bapak, syaratnya : Ada far’ul mayyit (kalau far’ul mayyitnya laki-laki, maka bapak
anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu
seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh 1/6, dan kalau far’ul mayyitnya perempuan, maka bapak dapat 1/6 dan sisa/sudus
harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu ma’al baqi)
dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal           
(4) Saudara perempuan sebapak banyak (lebih dari satu orang) syaratnya : banyak 11. ……..dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
(lebih dari satu orang), tidak ada far’ul mayyit/waris, tidak ada bapak, tidak ada ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak…….
kakek, tidak ada saudara sekandung (laki-laki maupun perempuan), tidak ada (4) Kakek, syaratnya : Tidak ada bapak dan ada far’ul mayyit (kalau far’ul mayyitnya
saudara laki-laki sebapak. laki-laki, maka kakek 1/6, dan kalau far’ul mayyitnya perempuan, maka kakek
dapat 1/6 dan sisa/sudus ma’al baqi)
Ahli waris yang mendapat bagian 1/3 ada 2 (dua), yaitu : (5) Cucu perempuan dari anak laki-laki, syaratnya : Tidak ada anak laki-laki dan cucu
(1) Ibu, syaratnya : Tidak ada far’ul mayyit/waris dan tidak ada saudara banyak laki-laki dari anak laki, ada (beserta) satu orang anak perempuan.
        
11. ……. jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya ‫ا‬gg‫ثين وم‬gg‫ةً للثّل‬g ‫دسُ تكمل‬gg‫صف وابنة اإلبن الس‬
ُ ّ‫قضى النب ّي صلّى هللا عليه وسلّم لإلبنة الن‬
)‫بقي فُألخت (رواه البخارى عن ابن مسعود‬
(saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; ……..
(2) Saudara laki-laki (dan/atau) saudara perempuan seibu banyak (lebih dari satu
orang), syaratnya : Banyak (tidak seorang) dan tidak terhijab (yang menghijab
“Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk anak perempuan adalah setengah, cucu
adalah far’ul mayyit, bapak, kakek, ibu)
perempuan dari anak laki-laki adalah seperenam sebagai penyempurna dua pertiga dan
sisanya untuk saudari. (HR Bukhari dari Ibn Mas’ud)
            (6) Saudara perempuan sebapak, syaratnya : Tidak ada bapak, kakek, far’ul mayyit,
             saudara laki-laki sekandung dan sebapak, ada (beserta) satu orang sauadar
  perempuan sekandung..
tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, (7) Saudara laki-laki (atau) saudara perempuan seibu, syaratnya : Sendiri (saru orang)
sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi dan tidak terhijab (yang menghijab adalah far’ul mayyit, bapak, kakek, ibu)
mudharat (kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-           
benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.
   
jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak
Ahli waris yang mendapat bagian 1/6 ada 7 (tujuh), yaitu : meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara
((1) Ibu, syaratnya : Ada far’ul mayyit/waris dan tidak ada saudara banyak perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta

             Far’ul waris/mayit adalah anak (lk/pr.) atau cucu lk/pr dari anak laki-laki
           
            ASHABAH
Ashabah (sisa) terbagi kepada 3 (tiga) bagian, yaitu : (1) ashabah bi al-nafsi, (2) Ashabah bil ghair adalah :
ashabah bi al-ghair, dan (3) ashabah ma’ al-ghair. 1 Anak perempuan apabila beserta anak laki-laki

Ashabah bi al-nafsi yaitu menerima sisa warisan karena dirinya sendiri.          
Ahli waris yang mendapat ashabah bi al-nafsi, yaitu : 11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian
(1) Anak laki-laki seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan[272]…….
(2) Cucu laki-laki dari anak laki-laki 2. Cucu perempuan dari anak laki-laki apabila beserta cucu laki-laki dari anak laki-laki
‫ وُأنثاهم كُأنثاهم‬g‫ ذكرُهم كذكرهم‬،‫ أبنا ٌء‬g‫ ولد األبناء بمنزلة األبناء إذا لم يكن دونهم‬: ‫قال زيد بن ثابت‬ 3. Saudara perempuan sekandung apabila beserta saudara laki-laki sekandung
‫ةً وابنَ بن‬g‫رك ابن‬gg‫إن ت‬gg‫ ف‬،‫ر‬gg‫ وال يرث ولد بن مع ابن ذك‬، ‫ يَحجُبون كما يَحجُبون‬،‫يرثون كما يرثون‬
‫ذكر فللبنت النصفُ والبن اإلبن ما بَقِ َي‬          
ٍ
Zaid bin Tsabit berkata : “Cucu pancar (laki-laki dari anak) laki-laki menduduki serajat anak          
laki-laki bila si mati tidak meninggalkan anak-anak. Kelaki-lakian mereka (cucu-cucu) seperti 176 ……..dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka
kelaki-lakian anak-anak dan keperempuan mereka (cucu-cucu) seperti keperempuan anak- bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah
anak, yakni mereka dapat mewarisi sebagaimana halnya anak-anak mewarisi dan dapat menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala
menghijab sebagaimana halnya anak-anak menghijab dan cucu-cucu pancar (laki-laki dari sesuatu.
anak) laki-lakitidak dapat mewarisi bersama dengan anak laki-laki. Oleh karena itu, bila
seseorang meninggalkan seorang anak perempuan dan cucu laki-laki pancar laki-laki, maka 4. Saudara perempuan sebapak apabila beserta saudara laki-laki sebapak.
untuk anak perempuan mendapat separoh dan untuk cucu laki-laki mendapat sisanya. Ketentuannya : ahli waris laki-laki mendapat 2 kali ahli waris perempuan.
(3) Bapak
(4) Kakek Ashabah ma’al ghair yaitu ahli perempuan menerima sisa warisan karena dengan ahli
(5) Saudara laki-laki sekandung perempuan lainnya.
          Ashabah ma’al ghair adalah :
1. Saudara perempuan sekandung apabila beserta anak perempuan atau cucu
            
perempuan dari anak laki-laki;
    2. Saudara perempuan sebapak apabila beserta anak perempuan atau cucu perempuan
176. mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi fatwa dari anak laki-laki;
kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak
dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari ‫لّم للبنت‬gg‫ أقضى فها بما قضى النب ّي صلّى هللا عليه وس‬: ‫قال ابن مسعود رضي هللا عنه‬
harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara ّ‫ة إال‬gg‫ابقي فلُألخت (رواه الجماع‬gg‫ثين وم‬gg‫ َل الثّل‬g ‫دسُ تكم‬gg‫ة اإلبن الس‬gg‫ف والبن‬g
ُ g‫النّص‬
perempuan), jika ia tidak mempunyai anak;
(6) Saudara laki-laki sebapak )‫مسلما والنسائ‬
(7) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
(8) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak “Kata Ibn Mas’ud R.A. : Aku putuskan masalah itu sesuai dengan putusan Nabi Muhammad
(9) Paman sekandung SAW untuk anak perempuan adalah setengah, cucu perempuan dari anak laki-laki adalah
(10) Paman sebapak seperenam sebagai penyempurna dua pertiga dan sisanya untuk saudari. (HR Bukhari dari Ibn
(11) Anak laki-laki dari paman sekandung Mas’ud)
(12) Anak laki-laki dari paman sebapak.
HIJAB
Ashabah bil ghair yaitu ahli perempuan menerima sisa warisan karena dengan
saudaranya yang laki-laki yang setingkat. Hijab terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu : (1) hijab hirman, (2) hijab nuqshan
Ahli Waris Fardl/bagian Alasan
Hijab Nuqshan yaitu penghalang yang dapat mengurangi bagian yang seharusnya Suami 1/4 Karena ada anak lk.
diterima oleh ahli waris karena ada ahli waris yang lain. Seperti : Ibu seharusnya Anak laki-laki ‘ashobah Ahli waris ‘ashobah binnafsi
(asalnya) mendapat 1/3 menjadi 1/6, karena ada far’ul mayit (anak atau cucu). Ibu 1/6 Karena ada anak lk.
Saudara perempuan sekandung - Terhijab oleh anak laki-laki dan bapak
Hijab hirman yaitu penghalang yang menyebabkan ahli waris tidak mendapatkan Nenek - Terhijab oleh ibu
warisan sama sekali karena ada ahli waris yang lainnya. Seperti : Kakek tidak Bapak 1/6 Karena ada anak lk.
Paman sekandung - Terhijab oleh anak laki-laki dan bapak
mendapatkan warisan (terhijab) karena adanya bapak.
5. Setelah diketahui fardl masing-masing, kemudian menentukan asal masalah yang
selanjutnya fardl dikalikan dengan asal masalah yang telah dipilih dan hasilnya adalah
bagian masing-masing (saham) yang akan diterima ahli waris.
Dari contoh diatas, maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

Asal Masalah (AM) : 12


Asal Masalah (AM) Bagian/saham (fardl X AM)
Ahli waris fardl
TATA CARA PEMBAGIAN HARTA WARIS suami 1/4 12 3
Ibu 1/6 12 2
Bapak 1/6 12 2
Apabila hendak membagikan harta waris, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut : Anak laki-laki ‘ashobah 12 5
Jumlah 12
1. Menginventarisir semua peninggalan pewaris, menurut madzhab Maliki, Syafi’i dan
Hanbali peninggalan ini meliputi semua harta dan hak yang ditinggalkan oleh pewaris, baik 6. Setelah diketahui bagian masing-masing, kemudian bagian tersebut dikalikan dengan
hak harta benda maupun hak bukan harta benda. Hanya Imam Malik saja yang harta waris
memasukkan hak-hak si pewaris, baik hak yang tidak dapat dibagi, seperti hak menjadi wali Dari contoh diatas, apabila harta warisnya sebesar Rp. 240.000,- maka bagian masing-
nikah. masing adalah :
Asal Masalah (AM) : 12
2. Melaksanakan hak-hak yang berkaitan dengan harta waris, yaitu biaya perawatan, Bagian (fardl X AM) Penerimaan masing-masing
membayar utang, melaksanakan wasiat. Sisa dari pemenuhan hak-hak tersebut kemudian Ahli waris fardl AM
dibagikan kepada ahli waris. Suami ¼ 12 3 3/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 60.000,-
Ibu 1/6 12 2 2/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 40.000,-
3. Menginventarisir dan menentukan bagian semua ahli waris dari si pewaris, baik ahli waris Bapak 1/6 12 2 2/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 40.000,-
ashabul furudl atau ‘ashobah. Anak laki-laki ‘ash 12 5 5/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 100.000,-
Contoh : Ahli waris terdiri dari : Suami, Anak laki-laki, Ibu, Saudara perempuan Jumlah 12 Rp. 240.000,
sekandung, Nenek, Bapak, dan Paman sekandung

4. Menseleksi semua ahli waris yang ada, siapa ahli waris yang menjadi ashabul furudl, I. CARA MENENTUKAN ASAL MASALAH ______________
‘ashobah dan yang terhijab, serta menentukan fardl (bagian) masing-masing ahli waris.
Dari contoh diatas apabila diseleksi, maka akan menjadi sebagai berikut : Asal masalah (ashl al-masalah) adalah suatu angka terkecil (kelipatan persekutuan
terkecil) yang dapat dibagi oleh masing-masing angka penyebut (maqam) dari fardl-
fardl ahli waris tanpa ada bilangan pecahan. Besarnya asal masalah itu berbeda-beda Suami ½ 6 3 3/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
sesuai dengan perbedaan fardl ahli waris yang ada. Besarnya angka asal masalah terdiri 2 sdr. Pr. 2/3 6 4 4/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 320.000,-
dari angka : 2, 3, 4, 6, 8, 12, dan 24. Sekandung
Misalnya apabila fardl ahli waris terdiri dari ½ dan 1/3, maka asal masalahnya adalah 6 Nenek 1/6 6 1 1/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 80.000,-
(enam), karena angka enam adalah angka terkecil yang dapat dibagi oleh angka Jumlah 8 Rp. 640.000,-
penyebut (maqam) 2 dan 3. Apabila fardl ahli waris terdiri dari 1/3, 1/6 dan 1/4, maka
asal masalahnya adalah 12, karena angka 12 adalah angka terkecil yang dapat dibagi Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham (8) lebih besar dari asal
oleh angka penyebut (maqam) 3, 6 dan 4. masalah (6), sehingga terjadi kekurangan harta waris sebesar Rp. 160.000,-

Apabila menghitung pembagian harta waris dengan asal masalah, maka akan terjadi (3) 3. Qashirah atau Naqishah, Yaitu masalah dimana jumlah bagian/saham ahli waris lebih
tiga macam hasil perhitungan, yaitu : ‘Adilah, ‘Ailah dan qhosirah/Naqishah. kecil dari asal masalah, sehingga terjadilah kelebihan harta waris dan tidak ada ‘ashobah
yang mengambil sisanya. Untuk menyelesaikan masalah ini dalam perhitungan
1. ‘Adilah, yaitu masalah dimana jumlah bagian/saham ahli waris dengan asal masalah sama. pembagian waris disebut Radd.
Sehingga semua ahli waris mengambil bagiannya secara utuh tanpa ada pengurangan atau
Contoh :
penambahan.
- Ahli waris terdiri dari Anak Perempuan dan Nenek
- Jumlah harta waris Rp. 480.000,-
Contoh :
Ahli waris terdiri dari Suami, Ibu, Bapak dan Anak laki-laki Asal Masalah (AM) : 6
Jumlah harta waris Rp. 240.000,- Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl AM
(fardl X AM)
Asal Masalah (AM) : 12 Anak Pr. ½ 6 3 3/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
Bagian Penerimaan masing-masing Nenek 1/6 6 1 1/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 80.000,-
Ahli waris fardl AM
(fardl X AM) Jumlah 4 Rp. 320.000,-
Suami ¼ 12 3 3/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 60.000,-
Ibu 1/6 12 2 2/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 40.000,- Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham (4) lebih kecil dari asal masalah
Bapak 1/6 12 2 2/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 40.000,- (6), sehingga terjadi kelebihan/sisa harta waris sebesar Rp. 160.000,-
Anak laki-laki ‘ash 12 5 5/12 x Rp. 240.000,- = Rp. 100.000,-
Jumlah 12 Rp. 240.000,
Dari contoh diatas dapat dilihat, bahwa besar jumlah bagian/saham dengan asal masalah
sama, yaitu 12 II. ‘AUL DAN RADD ________________________________
2. ‘Ailah, yaitu masalah dimana jumlah bagian/saham ahli waris lebih besar dari asal 1. ‘AUL
masalah, sehingga terjadilah kekurangan untuk bagian para ahli waris. Untuk
‘Aul adalah terjadi karena adanya kelebihan dalam bagian/saham ahli waris
menyelesaikan masalah ini dalam perhitungan pembagian waris disebut ‘Aul.
dibandingkan dengan besarnya asal masalah dan adanya pengurangan dalam kadar
Contoh : penerimaan ahli waris, karena besarnya asal masalah tidak cukup untuk memenuhi
Ahli waris terdiri dari Suami, 2 sdr. Pr. Sekandung dan Nenek bagian-bagian(saham) dari ahli waris. Atau jumlah bagian/saham ahli waris lebih
Jumlah harta waris Rp. 480.000,- besar dari asal masalah.
Asal Masalah (AM) : 6 Cara penyelesaian masalah ‘aul adalah dengan cara merubah asal masalah dengan
Bagian Penerimaan masing-masing meningkatkan besarnya asal masalah sesuai dengan besarnya jumlah bagian/saham
Ahli waris fardl AM ahli waris.
(fardl X AM)
Contoh masalah ‘aul dan penyelesaiannya. Radd adalah pengembalian bagian yang tersisa dari bagian ahli waris kepada mereka
sesuai dengan besar kecilnya bagian masing-masing, apabila tidak ada lagi yang berhak
Ahli waris terdiri dari : menerimanya, dengan demikian radd adalah kebalikan dari ‘aul. Radd terjadi karena
- Suami, dalam pembagian harta waris jumlah bagian/saham ahli waris lebih kecil dari asal
- 2 saudara perempuan sekandung masalah, sehingga apabila dibagikan langsung akan terdapat kelebihan harta waris,
- Nenek. kelebihan tersebut harus dibagikan kembali kepada ahli
Harta warisnya sebesar Rp. 480.000,-
waris secara seimbang sesuai dengan bagian masing-masing. Radd juga terjadi karena
a. Perhitungan sebelum terjadi ‘Aul tidak ada ahli waris yang menerima ‘ashobah/sisa harta.
Menurut jumhur ulama, radd bisa dilaksanakan hanya terbatas kepada ahli waris
Asal Masalah (AM) : 6
nasabiyah saja, sehingga ahli waris sababiyah tidak dapat menerima radd. Ahli waris
Bagian Penerimaan masing-masing
Ahli waris fardl AM sababiyah yang tidak menerima radd adalah suami dan isteri.
(fardl X AM)
Cara penyelesaian masalah radd adalah dengan cara mengurangi asal masalah, sehingga
Suami ½ 6 3 3/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
sama besarnya dengan jumlah bagian yang diterima oleh ahli waris, atau jumlah bagian
2 sdr. Pr. 2/3 6 4 4/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 320.000,-
(saham) ahli waris dijadikan asal masalah baru.
Sekandung
Nenek 1/6 6 1 1/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 80.000,-  Contoh penyelesaian masalah radd yang ahli warisnya terdiri dari ahli waris
Jumlah 8 Rp. 640.000,- nasabiyah saja.

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham yaitu 8 (delapan) lebih - Ahli waris terdiri dari : Anak perempuan dan Nenek
besar dari asal masalah yaitu 6 (enam), sehingga terjadi kekurangan harta waris sebesar - Harta warisnya sebesar Rp. 480.000,-
Rp. 160.000,-, yaitu jumlah penerimaan masing-masing Rp. 640.000,-, sedangkan jumlah
harta warisnya sebesar Rp. 480.000,- a. Perhitungan sebelum terjadi Radd

b. Perhitungan Penyelesaian dengan menggunakan ‘Aul Asal Masalah (AM) : 6


Ahli Bagian Penerimaan masing-masing
fardl AM
Cara penyelesaiannya adalah merubah Asal Masalah (AM) yang semula ditetapkan 6, waris (fardl X AM)
diubah dengan cara ditingkatkan menjadi 8 sesuai dengan jumlah bagian/saham ahli Anak Pr. ½ 6 3 3/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,-
waris. Nenek 1/6 6 1 1/6 x Rp. 480.000,- = Rp. 80.000,-
Jumlah 4 Rp. 320.000,-
Asal Masalah (AM) : 6, di-’aul-kan menjadi : 8
Bagian Penerimaan masing-masing Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham yaitu 4 (empat) lebih kecil dari
Ahli waris fardl AM (fardl X AM) Setelah terjadi ‘aul asal masalah yang ditetapkan yaitu 6 (enam), sehingga terjadi kelebihan harta waris sebesar
Suami ½ 6 3 3/8 x Rp. 480.000,- = Rp. 180.000,- Rp. 160.000,-, yaitu jumlah penerimaan masing-masing Rp. 320.000,-, sedangkan jumlah harta
2 sdr. Pr. 2/3 6 4 4/8 x Rp. 480.000,- = Rp. 240.000,- warisnya sebesar Rp. 480.000,-
Sekandung
Nenek 1/6 6 1 1/8 x Rp. 480.000,- = Rp. 60.000,- b. Perhitungan Penyelesaian dengan menggunakan Radd
Jumlah 8 Rp. 480.000,-
Cara penyelesaiannya adalah merubah Asal Masalah (AM) yang semula ditetapkan 6,
diubah menjadi 4 sesuai dengan jumlah bagian/saham ahli waris.
2. RADD
Asal Masalah (AM) : 6, dirubah menjadi : 4
Bagian Penerimaan masing-masing Isteri ¼ 12 3 3/12 X Rp. 240.000,- = Rp. 60.000,-
Ahli waris fardl AM
(fardl X AM) Sisa harta waris : Rp. 240.000,- dikurangi Rp. 60.000,- = Rp. 180.000,-
Anak Pr. ½ 6 3 3/4 x Rp. 480.000,- = Rp. 360.000,- Asal masalah untuk ibu dan saudara seibu adalah : 6
Nenek 1/6 6 1 1/4 x Rp. 480.000,- = Rp. 120.000,- Ibu 1/3 12 4 4/6 X Rp. 180.000,- = Rp. 120.000,-
Jumlah 4 Rp. 480.000,- Saudara 1/6 12 2 2/6 X Rp. 180.000,- = Rp. 60.000,-
seibu
Jumlah Rp. 240.000,-

 Contoh penyelesaian masalah radd yang ahli warisnya terdiri dari ahli waris
nasabiyah dan ahli waris sababiyah
- Ahli waris terdiri dari : Isteri, Ibu dan Saudara seibu
- Harta warisnya sebesar Rp. 240.000,-
       
       
a. Perhitungan sebelum terjadi Radd
          
       
Asal Masalah (AM) : 12         
Bagian Penerimaanmasing-masing
Ahli Waris Fardl AM        
(Fardl x AM)
Isteri ¼ 12 3 3/12 X Rp. 240.000,- = 60.000,-          
Ibu 1/3 12 4 4/12 X Rp. 240.000,- = 80.000,-        
Saudara 1/6 12 2 2/6 X Rp. 180.000,- = Rp. 60.000,-        
seibu
        
Jumlah 9 Rp. 240.000,-
        
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa jumlah bagian/saham yaitu 9 (sembilan) lebih kecil
       
dari asal masalah yang ditetapkan yaitu 12 (dua belas), sehingga terjadi kelebihan harta waris           
sebesar Rp. 60.000,-, yaitu jumlah penerimaan masing-masing Rp. 180.000,-, sedangkan           
jumlah harta warisnya sebesar Rp. 240.000,-            
b. Perhitungan penyelesaian dengan menggunakan Radd              
Cara penyelesaiannya yaitu ahli waris sababiyah (isteri) diberikan bagian terlebih dahulu          
(karena tidak menerima radd) sebelum terjadi radd, kemudian sisa harta diberikan kepada
          
ahli waris nababiyah dengan menggunakan radd.
           
Asal Masalah (AM) : 12
Bagian/Saham Penerimaanmasing-masing
      
Ahli Waris Fardl AM
(Fardl x AM)
             meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara
perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi
            jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,
              sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi
mudharat (kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-
            benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.
            
[269] Yakni: Mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha mereka,
           kelakuan dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai.
            [270] Kerabat di sini Maksudnya : Kerabat yang tidak mempunyai hak warisan dari harta benda pusaka.
[271] Pemberian sekedarnya itu tidak boleh lebih dari sepertiga harta warisan.
            [272] Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena kewajiban laki-laki lebih berat dari
6. dan ujilah[269] anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut perempuan, seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah. (Lihat surat An Nisaa ayat 34).
pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta- [273] Lebih dari dua Maksudnya : dua atau lebih sesuai dengan yang diamalkan Nabi.
hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) [274] Memberi mudharat kepada waris itu ialah tindakan-tindakan seperti: a. Mewasiatkan lebih dari
tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu) sepertiga harta pusaka. b. Berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan. Sekalipun kurang dari
mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang sepertiga bila ada niat mengurangi hak waris, juga tidak diperbolehkan.
miskin, Maka bolehlah ia Makan harta itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan
harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka.
dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).          
7. bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang
wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak             
menurut bahagian yang telah ditetapkan.           
8. dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[270], anak yatim dan orang miskin, Maka berilah
mereka dari harta itu [271] (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik.          
9. dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka            
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. 
10. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu 176. mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi fatwa
menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan
11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang
seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan[272]; dan jika anak itu semuanya ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia
perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga
perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-
masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang
jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah
mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat Maha mengetahui segala sesuatu.
seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)
sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di [387] Kalalah Ialah: seseorang mati yang tidak meninggalkan ayah dan anak.
antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
12. dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka
tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari
harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar
hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai
anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu
tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika
seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak
Faraidh adalah jama’ dari faridhah, semakna dengan mafrudhah = suatu bagian ahli
waris yang telah ditentukan kadarnya oleh syara’.

Dasar Hukum Faraidl/Mawaris


1. Al-Qur’an
Surat al-Nisa ayat 7, 11, 12, 176, dll.
2. Hadits
)‫ فما بقِي فهو ألولى رجل ذكر (متفق عليه‬،‫ألحقوا الفرائض بأهلها‬
3. Ijma’ dan Ijtihad
- Status saudara bersama kaket (Jad-ikhwat)
- Cucu yang ayahnya lbh dahulu meninggalnya dari kakeknya (Kitab UU Hkm
Wasiat Mesir)

Pengertian Ilmu Faraidl


Ilmu fiqh yang berpautan dengan pembagian harta pusaka, pengetahuan ttg cara
perhitungan yang dapat menyampaikan kepada pembagian harta pusaka, dan
pengetahuan ttg bagian-bagian yang wajib dari harta peninggalan untuk setiap pemilik
hak pusaka

Tujuan, Hukum Mempelajari, Obyek dan Tujuan Ilmu Faraid


- Mengamalkan ilmu Faraid/menerapkan ketentuan Allah dalam membagikan harta
warisan adalah wajib / fardlu ‘ain.
- Mempelajari ilmu Faraid, sebagian Ulama menetapkan hukum fardu kifayah,
sebagian yang lain fardu ‘ain
- Obyek (maudlu) ilmu faraid adalah bagian-bagian warisan menurut syara’
- Tujuan ilmu Faraid adalah mengetahui bagian-bagian harta warisan bagi ahli
waris/orang yang berhak menerima nya .

Rukun Waris
1. Mauruts (tirkah/turats) = harta benda yang ditinggalkan mayit yang akan diberikan
kepada ahli waris setelah diambil oleh hak-hak berkaitan dg harta itu dan
pengurusan mayit.
2. Muwarrits = orang yang meninggal dunia, baik mati haqiqi maupun mati hukmy
(yang ditetapkan oleh Hakim atas beberapa sebab)
3. Warits = orang yang akan menerima warisan .
Syarat Waris
Pengertian Mawaris dan Faraidl 1. Meninggalnya Muwarrits, baik meninggal haqiqi maupun meninggal hukmy
Mawarits adalah Jama’ dari Mirats (irts, wirts, wiratsah, turats) = warisan harta 2. Hidupnya warits (orang diberi warits) ketika muwarrits meninggal
peninggalan orang yang meninggal (muwarrits) yang diwariskan kepada orang yang 3. Tidak adanya penghalang-penghalang mempusakai (mawani’ul irtsi)
diwarisi/berhak menerimanya (warits).
Hal-Hal yang Berhubungan dengan Harta Peninggalan Mayyit

1. Hal-hal yang berhubungan dengan harta, seperti pinjaman, sewaan


2. Tajhiz (biaya pengurusan mayit)
3. Hutang piutang, termasuk zakat, kewajiban haji, dll.
4. Wasiyat
5. Warisan

Sebab-Sebab dan Halangan Mendapat Warisan (Asbabul Irtsi wa Mawaainuhu)

Sebab-sebab Menerima Warisan


1. Nasabiyah : Kekerabatan/hubungan darah
2. Sababiyah : a. Pernikahan
b. Memerdekakan budak
c. Se-agama

Sebab-sebab tidak mendapat Warisan


1. Pembunuhan
2. Budak
3. Beda Agama

Ahli Waris

• Ahli Waris Nasabiyah, yaitu ahli waris yang disebabkan kekerabatan, terdiri dari
tiga jihat :
– Ahli waris Ushulul Warits, yaitu Bapak, Ibu, Kakek dan Nenek
– Ahli waris Furu’l warits, yaitu Anak laki-laki, anak perempuan, Cucu laki-laki
garis anak laki-laki dan Cucu perempuan garis anak laki-laki
– Ahli waris Al-khowasyi, yaitu Saudara (laki-laki/perempuan) sekandung,
Saudara (laki-laki/perempuan) seayah, saudara (laki-laki/perempuan) seibu,
anak laki-laki saudara laki-laki sekandung, anak laki-laki saudara laki-laki
seayah, paman sekandung, paman seayah, anak laki-laki paman sekandung dan
anak laki-laki paman seayah.
• Ahli waris Sababiyah, yaitu ahli waris yang disebabkan pernikahan dan
memerdekakan hamba sahaya, yaitu ; Suami, Isteri, Mu’tiq dan Mu’tiqoh

Anda mungkin juga menyukai