Anda di halaman 1dari 23

At Talkhis Fiqhul Faraaidh

Beberapa ayat yg menerangkan tentang pembagian Warisan, diantaranya :

An Nisa : 11, Berkenaan dengan Ushul (Orang tua ke atas) dan Furu’ (Keturunan ke bawah)

                      

                      

                       

           

An Nisa : 12, Berkenaan dengan pembagian untuk Istri/Suami/Saudara Seibu

                      

                     

                      

                     

         

An Nisa : 176, Berkenaan dengan pembagian untuk Saudara sekandung/seayah

                       

                       

        

Definisi, Jamak dari Faridhah yang maknanya Mafrudhah.

Secara bahasa, sesuatu yang diwajibkan dan dipastikan atau sesuatu yg telah di tentukan kadarnya.

Secara istilah, Berilmu tentang pembagian harta warisan secara fiqih dan perhitungan.
Sebagiannya lagi mendefinisikan,

- mengenal siapa ahli waris dan hak-hak mereka.


- Ilmu yang dengannya seseorang mengetahui siapa yang termasuk ahli waris dan siapa yg tidak
termasuk dan kadar masing-masing dari ahli waris tersebut.

Intinya adalah dengan mempelajari Ilmu Al Faraidh kita akan mengetahui siapa yang termasuk ahli
waris, sehingga dia berhak mendapatkan harta peninggalan si mayit, berdasarkan kadar dan ketentuan
yang telah ditetapkan.

Faedah, Memberikan setiap bagian warisan kepada ahli waris.

Hukum, Fardhu Kifayah.

Pembahasannya, Harta peninggalan si mayit.

Penisbatannya, Termasuk cabang ilmu Syar’i.

Keutamaannya, Mempelajarinya adalah mempelajari sebagian dari agama Allah.

Yang menetapkan, Yang meletakkannya adalah Allah.

Nama ilmu ini, Al Faraidh disebut juga Al Mawarits.

Sumber, Al Qur’an, Sunnah, dan Ijma’.

Pembahasan, Pembagian masing-masing ahli waris dari harta peninggalan.

Hak-hak yg hubungannya dengan harta peninggalan dan penjelasan apa yang didahulukan

1. Biaya pengurusan Jenazah.


2. Hak-hak yang hubungannya dengan harta peninggalan (Hutang Gadai).
3. Hak-hak yang hubungannya dengan tanggung jawab mayit (Hutang Lepas, Hutang Zakat,
Kaffarah, dll).
4. Wasiat yang diperbolehkan, dengan jumlah maksimal 1/3 atau kurang kepada selain Ahli Waris.
5. Warisan :
* Al Fardh (Ahlul Furudh), Orang-orang yang telah ditetapkan kadar warisannya.
* At Ta’shib (Al Ashobah), Orang-orang yang mendapatkan warisan tanpa kadar tertentu, yakni
sisa dari yg telah dibagi dari ahlul Fardh.
* Dzaul Arham (Rahim), Kerabat yang tidak termasuk ahli waris, baru mendapatkannya jika Al
Fardh dan At Ta’shib tidak ada.

Contoh:

Seorang meninggal, sementara yg berhubungan dengan harta peninggalannya mencapai biaya seperti
berikut :
- 1jt biaya pemakaman
- 1jt hutang gadai
- 1jt hutang lepas
- 1jt wasiat yg diperbolehkan

Ahli waris yang ditinggalkan Suami dan Saudara kandung perempuan :

Apabila si mayit hanya meninggalkan 1jt, maka diarahkan untuk perlengkapan jenazah
Apabila si mayit hanya meninggalkan 2jt, maka diarahkan untuk perlengkapan jenazah dan hutang gadai
Apabila si mayit hanya meninggalkan 3jt, maka diarahkan untuk perlengkapan jenazah dan hutang gadai
dan hutang lepas.
Apabila si mayit hanya meninggalkan 6jt, maka 3jt diarahkan untuk perlengkapan jenazah dan hutang
gadai dan hutang lepas.
3jt sisanya di keluarkan untuk Jika wasiat 1jt dipisahkan, maka pembagiannya sebagai berikut.
Tersisa 2jt, di bagi :

2
1/2 Suami 1
1/2 Saudara pr kandung 1
Namun jika Wasiat tidak dipisahkan, akan menimbulkan Aul (bertambahnya harta)

6 8 8
1/3 Wasiat 2 2 750rb
1/2 Suami 3 3 1150rb
1/2 Saudara pr kandung 3 3 1150rb

Rukun-rukun Warisan

1. Yang mewariskan (Mayit)


2. Yang di warisi (Ahli waris)
3. Harta warisan

Sebab- mendapatkan Warisan

1. Nikah :
Akad pernikahan yang sah, maka suami mendapatkan warisan dari istrinya, dan istri
mendapatkan warisan dari suaminya hanya dengan sekedar akad, meskipun belum terjadi
hubungan.
2. Nasab (Kekerabatan):
Yaitu hubungan kekerabatan yg menyambung antara yg meninggal dan yg ditinggal, apakah
sebagai
3. Wala’ (Pembebasan Budak):
Yakni yg membebaskan si mayit dari perbudakan
Pembagian Kerabat

1. Ushul, Sebab lahirny si mayit (Orang tua keatas). Seluruhnya ahli waris (Fardh, Ta’shib), kecuali
o Setiap laki-laki yg antara mayit dengannya ada wanita (kakek dari ibu(bapaknya ibu))
termasuk Dzaul Arham.

Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu

Ayah Ibu Ayah Ibu

Ayah Ibu

Bukan Ahli Waris


Mayit

o Setiap wanita setelah laki-laki, yg antara laki-laki tersebut dengan mayit ada
wanita(kakeknya ibu), termasuk Dzaul Arham.

Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu

Ayah Ibu Ayah Ibu

Ayah Ibu

Bukan Ahli Waris Mayit


2. Furu’, Keturunan si mayit (Anak kebawah). Seluruhnya termasuk ahli waris (Fardh, Ta’shib),
kecuali yg menjadi perantaranya wanita. (cucu dari anak wanita) termasuk Dzaul Arham.

Bukan Ahli Waris


Mayit

Pria Wanita

Pria Wanita Pria Wanita

Pria Wanita Pria Wanita

3. Hawasyi, Yang menjadi cabang Ushulnya mayit, seperti saudara-saudara dan paman-paman,
seluruhnya ahli waris (Fardh, Ta’shib), kecuali
o Seluruh laki-laki yang diperantarai wanita, kecuali saudara seibu

Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu

Ayah
Ayah Ibu Ayah Ibu

Pmn Ayah Pmn Ibu Pmn

Sdr Pr Mayit Sdr

Pria Wanita Pria Wanita


o Semua wanita bukan ahli waris, kecuali saudara perempuan sekandung/seayah/seibu

Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu

Ayah
Ayah Ibu Ayah Ibu

Pmn Ayah Bibi Ibu Bibi

Sdr Mayit Sdr Pr


Wanita

Pria Wanita Pria Wanita

kesimpulan yg termasuk ahli waris

Dari pihak laki-laki Dari pihak perempuan


1 Anak laki-laki Anak perempuan
2 Cucu dari anak laki-laki, kebawah Cucu dari anak laki-laki, kebawah dengan perantara
laki-laki
3 Ayah Ibu
4 Kakek dari ayah, keatas Nenek dari ibu, keatas dengan perantara
perempuan
5 Saudara laki-laki sekandung Nenek dari Ayah, keatas dengan perantara laki-laki
seluruhnya
6 Saudara laki-laki seayah Saudara perempuan sekandung
7 Saudara laki-laki seibu Saudara perempuan seayah
8 Anak saudara laki-laki sekandung, kebawah Saudara perempuan seibu
9 Anak saudara laki-laki seayah, kebawah Istri
10 Paman dari ayah sekandung Yang membebaskan budak, jika ia seorang wanita
11 Paman dari ayah seayah
12 Anak paman dari ayah sekandung
13 Anak paman dari ayah seayah, kebawah
14 Suami
15 Yang membebaskan budak

Syarat-syarat adanya warisan :

1. Diyakinkannya meniggalnya yang mewariskan (pemilik harta) atau dihukumi meniggal, misal :
a. Orang hilang, apabila telah berlalu masa penungguannya sehingga dihukumi dengan
persangkaan yg terkuat bahwa ia telah meninggal atau berdasarkan keputusan dari
pemerintah.
2. Diyakinkannya atau di hukumi hidupnya ahli waris setelah meniggalnya pemilik harta, misal :
a. Orang yg masih dalam kandungan saat pemilik harta meninggal, meskipun belum
ditiupkannya ruh.
b. Orang hilang, namun masih dalam masa penungguan dan belum divonis kematiannya.

Tidak saling mewarisi 2 orang yg meninggal bersamaan, dalam keadaan tidak diketahui siapa yang mati
terlebih dahulu, seperti : kecelakaan, terkena reruntuhan, kebakaran, dan yg semisalnya.

3. Harus diketahui tentang status orang yg mendapatkan warisan, apakah sebagai suami, istri,
kerabat atau yg lainnya.

Pencegah/penghalang untuk mendapatkan harta waris

1. Perbedaan agama
Bila salah satunya diatas satu agama sementara yg kedua berada diatas agama yang lain, maka
tidak saling mewarisi dari 2 arah.
2. Perbudakan
Orang yang berstatus dimiliki, hal ini juga mencegah dari 2 arah.
3. Pembunuhan
Menghilangkan nyawa pemilik harta tanpa hak (sengaja/tanpa sengaja).
berselisih para ulama jika dilakukan tanpa sengaja, adapun beliau (Ibnu Utsaimin)berpendapat
hukumnya tetap sama.
Sama hukumnya jika dilakukan secara langsung atau ia menjadi penyebab terjadinya
pembunuhan.
Hukum ini hanya berlaku satu arah, yakni dari sisi pembunuh/penyebab pembunuhan, adapun
yg terbunuh bisa mendapatkan warisan, misal
Seseorang melukai saudaranya yg menyebabkan kematian, namun masih sempat di
dirawat/bertahan, adapun si pembunuh setelah melakukan percobaan pembunuhan
terkena serangan jantung atau kecelakaan, sehingga ia meninggal sebelum kematian
saudaranya. Maka yang terluka mewarisi harta yang melukai/hendak membunuh.

Adapun jika membunuh karena hak, maka ini tidak menjadi penghalang warisan.

Kapan di temukannya 1 dari 3 keadaan diatas, maka keadaannya seperti tidak ada/dianggap tidak ada,
dan tidak mempengaruhi ahli waris yg lain.

Pembagian ahli waris ditinjau dari jenis mewarisi

1. Ahlul Fardh (Ahlul Furudh), mereka yg warisannya telah ditentukan kadarnya.


 Suami - su
Mendapatkan warisan
 ½ bila mayit tidak memiliki furu’ yang berhak dapat warisan.
 ¼ bila mayit memiliki furu’ yang berhak dapat warisan (walaupun anaknya istri)
Contoh :
Suami dapat ½
seorang wanita meninggal, meninggalkan Suami dan Ayah. Suami dapat ½, ayah
dapat sisa
2
½ Suami 1
Sisa Ayah 1

Suami dapat ¼
Seorang wanita meninggal, meninggalkan suami dan anak laki-laki, Suami dapat
¼ dan anak laki-laki dapat sisa
4
¼ Suami 1
Sisa Alk 3

 Istri - is
Mendapatkan warisan
 ¼ bila mayit tidak memiliki furu’ yang berhak dapat warisan.
 1/8 bila mayit memiliki furu’ yang berhak dapat warisan.
Contoh :
Istri dapat ¼
Seorang suami meninggal, meninggalkan Istri dan Ayah. Istri dapat ¼, ayah
dapat sisa
4
¼ Istri 1
Sisa Ayah 3

Istri dapat 1/8


Seorang wanita meninggal, meninggalkan Istri dan anak laki-laki, Istri dapat 1/8
dan anak laki-laki dapat sisa
8
1/8 Istri 1
Sisa Alk 7

* Berbilangnya jumlah istri tidak menambah pembagian istri (tetap ¼ atau 1/8)

 Ibu - bu
Mendapatkan warisan
 1/3
 Bila mayit tidak memiliki furu’ yang berhak dapat warisan.
 Bila mayit tidak memiliki saudara 2 atau lebih (laki-laki atau
perempuan).
 Tidak termasuk dalam pembahasan Al Umariyyatain.
Contoh :
Seorang meninggal, meninggalkan Ibu dan Ayah. Ibu dapat ¼, Ayah dapat sisa
3
1/3 Ibu 1
Sisa Ayah 2

 1/6 bila mayit memiliki furu’ yang berhak dapat warisan.


 Bila mayit memiliki furu’ yang berhak dapat warisan.
 Bila mayit memiliki saudara 2 atau lebih (laki-laki atau perempuan).
Contoh :
Seorang meninggal, meninggalkan Ibu dan anak laki-laki. Ibu dapat 1/6, anak
laki-laki dapat sisa
6
1/6 Ibu 1
Sisa Alk 5

Seorang meninggal, meninggalkan Ibu dan 2 saudara laki-laki. Ibu dapat 1/6,
saudara laki-laki dapat sisa
6 6 12
1/6 Ibu 1 1/6 Ibu 1 2
Sisa 2 sdlk 5 5
Sisa 2 sdlk 5
5

 1/3 sisa, masuk dalam permasalahan Al Umariyyatain, yakni :


 Meninggalkan Suami – Ayah – Ibu
 Meninggalkan Istri – Ayah – Ibu

Contoh :

 Pembagian menurut Ibnu Abbas (berdasarkan Keumuman Ayat dari An


Nisa:12), yakni 1/3
6
1/2 Suami 3
1/3 Ibu 2
Sisa Ayah 1

12
1/4 Istri 3
1/3 Ibu 4
Sisa Ayah 5
 Pembagian menurut Umar (Al Umariyyatain)

12
1/4 Istri 3
1/3 sisa Ibu 3
Sisa Ayah 6

6
1/2 Suami 3
1/3 sisa Ibu 1
Sisa Ayah 2

 Ayah - ay
Mendapatkan warisan
 1/6 bila mayit memiliki furu’ laki-laki saja.
Contoh :
Seorang meninggal, meninggalkan Ayah dan anak laki-laki. Ayah dapat 1/6, anak
laki-laki dapat sisa.
6
1/6 Ayah 1
Sisa Alk 5

 Sisa bila mayit tidak memiliki furu’.


Contoh :
Seorang meninggal, meninggalkan Istri dan Ayah. Istri dapat 1/4, Ayah dapat
sisa.
4
1/4 Istri 1
Sisa Ayah 3

 1/6 + sisa bila mayit memiliki furu’ perempuan saja.


Contoh :
Seorang meninggal, meninggalkan anak perempuan dan Ayah. Anak
perempuan dapat 1/2, Ayah dapat 1/6 + sisa.
6 2
1/2 Apr 3 1
1/6+Sisa Ayah 1+2 1
 Nenek - nnk
Mendapatkan warisan 1/6 berapapun jumlah nenek
 bila tidak ada ibu.
 Bila tidak ada nenek yang lebih dekat kepada mayit.
Contoh :
Seorang meninggal, meninggalkan nenek (Ibunya ayah) dan anak laki-laki.
Nenek dapat 1/6, anak laki-laki sisa.
6
1/6 Nenek 1
sisa Alk 5

6 18
Bu-bu-bu 1 6/18
1/6 3 Nenek Bu-bu-ay 1 6/18
Bu-ay-ay 1 6/18
sisa Ayah 5 15/18

 Kakek - kek
Mendapatkan warisan yang sama seperti Ayah (1/6, sisa, 1/6+sisa), dengan syarat
 Bila tidak memiliki ayah.
 Tidak ada kakek yang lebih dekat dengan mayit.
Contoh :
1/6 bila mayit memiliki furu’ laki-laki saja
6
1/6 Kakek 1
sisa Alk 5

Sisa bila mayit tidak memiliki furu’


3
1/3 Ibu 1
Sisa Kakek 2

1/6+sisa bila mayit memiliki furu’perempuan saja


6 2
½ Apr 3 1
1/6+sisa kakek 1/6+2/3 1

 Anak perempuan - apr


Mendapatkan warisan yg mirip seperti ayah(1/2, sisa, 2/3), dengan perhitungan:
 ½ bila ia bersendirian.
8
1/8 Is 1
½ Apr 4
s Sdrkd 3

 2/3 bila berjumlah 2 atau lebih.


6 6
2/6
2/3 2 apr 4
2/6
1/6+sisa Ayah 1+1 2/6

6 18
4/18
2/3 3 Apr 4 4/18
4/18
1/6 Ibu 1 3
1/6+sisa Ayah 1 3

 Sisa bila ada anak laki-laki yg seangkatan bersamanya.


3
2 Alk 2
sisa Apr 1

 Cucu perempuan dari anak laki-laki - ccpralk


 Tidak dapat warisan bila ada anak laki-laki yg diatasnya
 Maksimal pendapatan furu’ perempuan 2/3, sebagai ahlul fardh.
 Tidak dapat warisan bila ada anak perempuan diatasnya, yg berjumlah 2 atau
lebih, kecuali jika ada cucu laki-laki yg setingkat atau dibawahnya
Mendapatkan warisan ½, sisa, 2/3, 1/6
 Sisa, bila ada cucu laki-laki yg setingkat atau lebih rendah.
3 9
3/9
2/3 2 Apr 2
3/9
1 Cucupr 1/9
sisa 1
2 Cuculk 2/9

8 24
1/8 Istri 1 8/24
1 Cucupr 7/24
sisa 7
2 Cuculk 14/24

 Fardh, bila tidak ada cucu laki-laki yang setingkat.


o ½ bila ia bersendirian
4
¼ Suami 1
½ Cucupr 2
sisa Cicitlk 1

o 2/3 bila berjumlah 2 atau lebih

3 9
3/9
2/3 2 Cucupr 2
3/9
1 Cicitpr(pr-alk-alk) 1/9
sisa 1
2 Cicitlk(lk-alk-alk-alk) 2/9

6
1/6 Nenek 1
2/3 2 Cucupr 4
1/6+sisa Ayah 1

6 18
4/18
2/3 3 Cucupr 4 4/18
4/18
1/6+sisa Ayah 1+1 6/18

o 1/6 bila ada anak perempuan yg mendapatkan warisan ½ yakni


1/6 penyempurna 2/3.

6
½ Apr 3
1/6 Cucupr 1
sisa Cicitlk 2

12
¼ Suami 3
½ Apr 6
1/6 2 Cucupr 2
sisa Pmn 1

 Saudara perempuan bukan seibu (sekandung/seayah) - sdprkd/sdpray


 Saudara perempuan Kandung
Tidak ada yg mendapatkan warisan selama ada laki-laki dari furu’ atau ushul.
Warisannya terbagi :
 Sisa, karena ada saudara laki-laki sekandung (Ta’shib bil ghair).
3
1 sdprkd 1
2 sdlkkd 2

 Sisa, karena ada furu’ perempuan (Ta’shib maal ghair).


6
½ Apr 3
1/6 Cucupr 1
Sisa Sdprkd 2
Sdlkay 0

 Fardh, bila tidak ada saudara kandung laki-laki dan tidak ada furu’
perempuan dengan pembagian yg sama pada anak perempuan (1/2
atau 2/3).
4
½ Sdprkd 2
¼ Istri 1
sisa Sdlkay 1

6 6
2/6
2/3 2 Sdprkd 4
2/6
1/6 Ibu 1 1/6
sisa Pmn 1 1/6

6 18
4
2/3 3 Sdrprkd 4 4
4
1/6 Nenek 1 3
sisa Sdlkay 1 3

 Saudara perempuan Seayah


 Tidak mendapat warisan selama ada saudara laki-laki sekandung.
 Tidak mendapat warisan bila ada saudara perempuan sekandung 2 atau
lebih. Kecuali ada yg setingkat dengannya dari laki-laki.
3 9
3
2/3 2 Sdprkd 2
3
Sdpray 1
sisa 1
Sdlkay 2
6
½ Sdprkd 3
1/6 Sdpray 1
sisa Pmn 2

6 12
½ Sdprkd 3 6
1
1/6 2 Sdpray 1
1
1/6 Ibu 1 2
sisa Pmn 1 2

 Anak ibu (saudara seibu, laki-laki/perempuan) -


Tidak mendapat warisan selama ada laki-laki dari furu’ atau ushul.
Pembagiannya :
 1/6, bila ia bersendirian.
6
1/6 Sdprbu 1
½ Sdprkd 3
1/6 Sdpray 1
1/6 Ibu 1

 1/3, bila 2 atau lebih.


3 6
1
1/3 2 Sdrlkbu 1
1
2
2/3 2 Sdprkd 2
2

3 9
Sdlkbu 1
1/3 1 1
2 Sdprbu
1
sisa sdlkkd 2 6

Aul
Jika berkumpul ahlul fardh yg tidak bisa di gugurkan sehingga muncul permasalahan Aul
(berkurangnya masing-masing pembagian dari ahlul fardh).
Contoh :
Seorang meninggal, meninggalkan suami, saudara perempuan kandung 2 orang
6 7 (Aul)
½ Suami 3 3/7
2/3 2 Sdprkd 4 4/7
Total 7
Seorang meninggal, meninggalkan suami, ibu, 2 saudara perempuan kandung, 2 saudara perempuan
seibu
6 10 (Aul)
½ Suami 3 3/10
1/6 Ibu 1 1/10
2/3 2 Sdprkd 4 4/10

1/3 2 Sdprbu 2 2/10


Total 10

Seorang meninggal, meninggalkan Istri, 2 saudara perempuan kandung, saudara perempuan seibu
12 13 (Aul)
¼ Istri 3 3/13
2/3 2 Sdprkd 8 8/13
1/6 Sdprbu 2 2/13
Total 13

Seorang meninggal, meniggalkan Istri, 2 anak perempuan, Ibu, Ayah


24 27 (Aul)
1/8 Istri 3 3/27
2/3 2 Apr 16 16/27
1/6 Ibu 4 4/27
1/6+sisa Ayah 4 4/27
Total 27

2. Ahlu Ta’shib (Al A’shobah), mereka yg mewarisi harta tanpa kadar tertentu (sisa dari ahlul
Furudh).
- Bisa mewarisi seluruh harta selama tidak ada ahlul fardh.
Contoh :
Seorang meninggal, meniggalkan saudara kandung laki-laki, maka ia mendapatkan seluruh
harta.

- Bisa mewarisi sisa selama ada ahlul fardh.


Contoh :
Seorang meninggal, meniggalkan Suami, 2 saudara laki-laki seibu, 2 saudara laki-laki
kandung.
6
½ Suami 3
1/3 2 Sdlkbu 2
sisa 2 Sdlkkd 1

- Tidak mendapatkan, bila bersama ahlul fardh yg menguasai seluruh harta.


Contoh :
Seorang meninggal, meninggalkan Suami, Ibu, 2 saudara perempuan seibu, 2 saudara laki-
laki kandung.
6
½ Suami 3
1/6 Ibu 1
1/3 2 Sdprbu 2
sisa 2 Sdlkkd 0

A’shobah (sisa) terbagi :

 Sisa – dengan sendirinya (A’shib bin nafsh).


 Seluruh laki-laki dari ushul & furu’ & hawasyi, kecuali saudara seibu & dzaul
arham.
 Seluruh yang mendapatkan warisan dengan cara wala’.

 Sisa – dengan sejenisnya (A’shib bil ghair).


 Anak perempuan – bila ada anak laki-laki.
 Cucu perempuan – bila ada cucu laki-laki yang setingkat atau lebih rendah.
 Saudara perempuan kandung – bila ada saudara laki-laki kandung.
 Saudara perempuan seayah – bila ada saudara laki-laki seayah.
2 6
½ Apr 1 3
Cucupr 1
sisa 1
Cuculk 2

3 9
3
2/3 2 Apr 2
3
Cucupr 1
sisa 1
Cicitlk 2
Tidak ada wanita yg menjadi ahli ta’shib bersama dengan laki-laki, kecuali 4 jenis yg
telah disebutkan diatas.
2
½ Apr 1
sisa Alk-sdlkkd 1
Apr-sdlkkd 0 Bukan ahli ta’shib

3
2/3 2 Sdprkd 2
Sdpray Bukan ahli ta’shib
sisa Alk-sdlkay 1

Pmn dari ayah Dapat seluruhnya


Bibi dari ayah Bukan ahli ta’shib

Alk-pmn Dapat seluruhnya


Apr-pmn Bukan ahli ta’shib

 Sisa – dengan lain jenis (A’shib maal ghair).


 Saudara perempuan kandung.
 Saudara perempuan seayah.
Dengan syarat, turut bersamanya furu’ perempuan yg dapat fardh.
2
½ Apr 1
sisa Sdprkd 1

6
½ Apr 3
1/6 Cucupr 1
sisa Sdpray 2

Urutan Ahlu Ta’shib

1. Arah.
 Furu’ (anak laki-laki kebawah).
6
1/6 Ayah 1
sisa Alk 5

 Ushul (ayah keatas).


Ayah Dapat seluruhnya
Sdlkkd

 Hawasyi.
 Saudara.
 Paman.
Paman Dapat seluruhnya
Wala’

 Wala’.
3
1/3 Ibu 1
sisa Wala’ 2
2. Kedekatan.
Alk-pmn Dapat seluruhnya
Cclk-pmn

Alk-wala’ Dapat seluruhnya


Pmn-wala’

Alk Dapat seluruhnya


cuculk

Ayah Dapat seluruhnya


Kakek

Cicit-pmn Dapat seluruhnya


Pmnay

3. Kekuatan.
Sdlkkd Dapat seluruhnya
Sdlkay

Alk-pmnkd Dapat seluruhnya


Alk-pmnay

Al Hajb (penghalang)
Yakni orang yang asalnya ahli waris namun tercegah, menyeluruh atau sebagian.
Sifat,
ahli waris yg memiliki salah satu dari pencegah :

o Beda agama
o Budak
o Pembunuhan

Adanya mereka teranggap tidak ada.


6
1/3 Ibu 2
½ Sdpray 3
Sdlkay-Nasrani Dianggap tidak ada
sisa Pmn 1

Orang,
Ahli waris yg terhalangi oleh orang lain :

- Ushul
o Setiap laki-laki menghalangi siapa saja laki-laki diatasnya.
Ayah Dapat seluruhnya
Kakek

o Setiap perempuan menghalangi siapa saja perempuan diatasnya.


1/3 Ibu
Nenek Terhalangi
sisa pmn

- Furu’
o Setiap laki-laki furu’ menghalangi siapapun dibawahnya.
Alk Dapat seluruhnya
cuculk Terhalangi
cucupr Terhalangi

- Hawasyi
o Semuanya terhalangi oleh ushul atau furu’ laki-laki.
Ayah Dapat seluruhnya
sdlkkd Terhalangi

Alk Dapat seluruhnya


Sdprkd Terhalangi

o Saudara seibu terhalangi furu’ perempuan.


1/2 Apr
Sdlkbu Terhalangi
sisa sdlkkd

o Saudara laki-laki seayah terhalangi saudara laki-laki kandung.


1/6 Sdprbu
Sdpray Terhalangi
sisa Sdlkkd

Ar Raddu
Kelebihan harta warisan setelah di bagi kepada ahlu fardh, sementara yg menjadi ahlu ta’shib
tidak ada, sehingga kelebihannya dikembalikan kepada ahlu fardh
2
1/2 Apr 1 fardh
½ di kembalikan ke apr rad 1 rad

Ahli rad, yakni seluruh ahli fardh kecuali suami atau istri.

3 6
2 3
2/3 2 Apr 2 fardh
2 3
rad 1 rad 1
1

6 5
½ Apr 3 3
1/6 Cucupr 1 1
1/6 Ibu 1 1

4 6 3 4
¼ Istri 1 1
1/3 Ibu 2 2 2
3
1/6 Sdlkbu 1 1 1
rad 3

3. Zaul Arham (Kerabat), mereka yg merawisi harta karena hubungan kekerabatan. Disamakan
kedudukannya dengan ahlul Fardh dan Ta’shib, namun pada asalnya mereka bukan ahli waris.
o Ushul
 Setiap laki-laki, yg antara dia dan mayit ada perempuan.

ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu

Ayah Ibu Ayah Ibu

Ayah Ibu

Mayit

 Setiap perempuan yg diperantarai laki-laki, yg menghalangi antara dia dengan


mayit.

ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu Ayah Ibu

Ayah Ibu Ayah Ibu

Ayah Ibu

Mayit
 Setiap yg diperantarai wanita.

Mayit

LK PR

LK PR LK PR

LK PR LK PR LK PR LK PR

 Setiap laki-laki yg diperantarai wanita, kecuali saudara seibu

Ayah Ibu Ayah Ibu

Pmn Ayah Ibu Pmn

Sdr Pr Mayit Sdr LK

ALK ALK

 Semua perempuan, kecuali saudara perempuan.

Ayah Ibu Ayah Ibu

Ayah Ibu Bibi


Bibi

Sdr Pr Mayit Sdr LK

ALK Apr

6
½ Alk-sdprkd 3
1/6 Apr-sdpray 1
1/6 Alk-sdlkbu 1
1/6 Pmn-ibu 1
--Alhamdulillahi Rabbil Alamin--

Anda mungkin juga menyukai