An Nisa : 11, Berkenaan dengan Ushul (Orang tua ke atas) dan Furu’ (Keturunan ke bawah)
Secara bahasa, sesuatu yang diwajibkan dan dipastikan atau sesuatu yg telah di tentukan kadarnya.
Secara istilah, Berilmu tentang pembagian harta warisan secara fiqih dan perhitungan.
Sebagiannya lagi mendefinisikan,
Intinya adalah dengan mempelajari Ilmu Al Faraidh kita akan mengetahui siapa yang termasuk ahli
waris, sehingga dia berhak mendapatkan harta peninggalan si mayit, berdasarkan kadar dan ketentuan
yang telah ditetapkan.
Hak-hak yg hubungannya dengan harta peninggalan dan penjelasan apa yang didahulukan
Contoh:
Seorang meninggal, sementara yg berhubungan dengan harta peninggalannya mencapai biaya seperti
berikut :
- 1jt biaya pemakaman
- 1jt hutang gadai
- 1jt hutang lepas
- 1jt wasiat yg diperbolehkan
Apabila si mayit hanya meninggalkan 1jt, maka diarahkan untuk perlengkapan jenazah
Apabila si mayit hanya meninggalkan 2jt, maka diarahkan untuk perlengkapan jenazah dan hutang gadai
Apabila si mayit hanya meninggalkan 3jt, maka diarahkan untuk perlengkapan jenazah dan hutang gadai
dan hutang lepas.
Apabila si mayit hanya meninggalkan 6jt, maka 3jt diarahkan untuk perlengkapan jenazah dan hutang
gadai dan hutang lepas.
3jt sisanya di keluarkan untuk Jika wasiat 1jt dipisahkan, maka pembagiannya sebagai berikut.
Tersisa 2jt, di bagi :
2
1/2 Suami 1
1/2 Saudara pr kandung 1
Namun jika Wasiat tidak dipisahkan, akan menimbulkan Aul (bertambahnya harta)
6 8 8
1/3 Wasiat 2 2 750rb
1/2 Suami 3 3 1150rb
1/2 Saudara pr kandung 3 3 1150rb
Rukun-rukun Warisan
1. Nikah :
Akad pernikahan yang sah, maka suami mendapatkan warisan dari istrinya, dan istri
mendapatkan warisan dari suaminya hanya dengan sekedar akad, meskipun belum terjadi
hubungan.
2. Nasab (Kekerabatan):
Yaitu hubungan kekerabatan yg menyambung antara yg meninggal dan yg ditinggal, apakah
sebagai
3. Wala’ (Pembebasan Budak):
Yakni yg membebaskan si mayit dari perbudakan
Pembagian Kerabat
1. Ushul, Sebab lahirny si mayit (Orang tua keatas). Seluruhnya ahli waris (Fardh, Ta’shib), kecuali
o Setiap laki-laki yg antara mayit dengannya ada wanita (kakek dari ibu(bapaknya ibu))
termasuk Dzaul Arham.
Ayah Ibu
o Setiap wanita setelah laki-laki, yg antara laki-laki tersebut dengan mayit ada
wanita(kakeknya ibu), termasuk Dzaul Arham.
Ayah Ibu
Pria Wanita
3. Hawasyi, Yang menjadi cabang Ushulnya mayit, seperti saudara-saudara dan paman-paman,
seluruhnya ahli waris (Fardh, Ta’shib), kecuali
o Seluruh laki-laki yang diperantarai wanita, kecuali saudara seibu
Ayah
Ayah Ibu Ayah Ibu
Ayah
Ayah Ibu Ayah Ibu
1. Diyakinkannya meniggalnya yang mewariskan (pemilik harta) atau dihukumi meniggal, misal :
a. Orang hilang, apabila telah berlalu masa penungguannya sehingga dihukumi dengan
persangkaan yg terkuat bahwa ia telah meninggal atau berdasarkan keputusan dari
pemerintah.
2. Diyakinkannya atau di hukumi hidupnya ahli waris setelah meniggalnya pemilik harta, misal :
a. Orang yg masih dalam kandungan saat pemilik harta meninggal, meskipun belum
ditiupkannya ruh.
b. Orang hilang, namun masih dalam masa penungguan dan belum divonis kematiannya.
Tidak saling mewarisi 2 orang yg meninggal bersamaan, dalam keadaan tidak diketahui siapa yang mati
terlebih dahulu, seperti : kecelakaan, terkena reruntuhan, kebakaran, dan yg semisalnya.
3. Harus diketahui tentang status orang yg mendapatkan warisan, apakah sebagai suami, istri,
kerabat atau yg lainnya.
1. Perbedaan agama
Bila salah satunya diatas satu agama sementara yg kedua berada diatas agama yang lain, maka
tidak saling mewarisi dari 2 arah.
2. Perbudakan
Orang yang berstatus dimiliki, hal ini juga mencegah dari 2 arah.
3. Pembunuhan
Menghilangkan nyawa pemilik harta tanpa hak (sengaja/tanpa sengaja).
berselisih para ulama jika dilakukan tanpa sengaja, adapun beliau (Ibnu Utsaimin)berpendapat
hukumnya tetap sama.
Sama hukumnya jika dilakukan secara langsung atau ia menjadi penyebab terjadinya
pembunuhan.
Hukum ini hanya berlaku satu arah, yakni dari sisi pembunuh/penyebab pembunuhan, adapun
yg terbunuh bisa mendapatkan warisan, misal
Seseorang melukai saudaranya yg menyebabkan kematian, namun masih sempat di
dirawat/bertahan, adapun si pembunuh setelah melakukan percobaan pembunuhan
terkena serangan jantung atau kecelakaan, sehingga ia meninggal sebelum kematian
saudaranya. Maka yang terluka mewarisi harta yang melukai/hendak membunuh.
Adapun jika membunuh karena hak, maka ini tidak menjadi penghalang warisan.
Kapan di temukannya 1 dari 3 keadaan diatas, maka keadaannya seperti tidak ada/dianggap tidak ada,
dan tidak mempengaruhi ahli waris yg lain.
Suami dapat ¼
Seorang wanita meninggal, meninggalkan suami dan anak laki-laki, Suami dapat
¼ dan anak laki-laki dapat sisa
4
¼ Suami 1
Sisa Alk 3
Istri - is
Mendapatkan warisan
¼ bila mayit tidak memiliki furu’ yang berhak dapat warisan.
1/8 bila mayit memiliki furu’ yang berhak dapat warisan.
Contoh :
Istri dapat ¼
Seorang suami meninggal, meninggalkan Istri dan Ayah. Istri dapat ¼, ayah
dapat sisa
4
¼ Istri 1
Sisa Ayah 3
* Berbilangnya jumlah istri tidak menambah pembagian istri (tetap ¼ atau 1/8)
Ibu - bu
Mendapatkan warisan
1/3
Bila mayit tidak memiliki furu’ yang berhak dapat warisan.
Bila mayit tidak memiliki saudara 2 atau lebih (laki-laki atau
perempuan).
Tidak termasuk dalam pembahasan Al Umariyyatain.
Contoh :
Seorang meninggal, meninggalkan Ibu dan Ayah. Ibu dapat ¼, Ayah dapat sisa
3
1/3 Ibu 1
Sisa Ayah 2
Seorang meninggal, meninggalkan Ibu dan 2 saudara laki-laki. Ibu dapat 1/6,
saudara laki-laki dapat sisa
6 6 12
1/6 Ibu 1 1/6 Ibu 1 2
Sisa 2 sdlk 5 5
Sisa 2 sdlk 5
5
Contoh :
12
1/4 Istri 3
1/3 Ibu 4
Sisa Ayah 5
Pembagian menurut Umar (Al Umariyyatain)
12
1/4 Istri 3
1/3 sisa Ibu 3
Sisa Ayah 6
6
1/2 Suami 3
1/3 sisa Ibu 1
Sisa Ayah 2
Ayah - ay
Mendapatkan warisan
1/6 bila mayit memiliki furu’ laki-laki saja.
Contoh :
Seorang meninggal, meninggalkan Ayah dan anak laki-laki. Ayah dapat 1/6, anak
laki-laki dapat sisa.
6
1/6 Ayah 1
Sisa Alk 5
6 18
Bu-bu-bu 1 6/18
1/6 3 Nenek Bu-bu-ay 1 6/18
Bu-ay-ay 1 6/18
sisa Ayah 5 15/18
Kakek - kek
Mendapatkan warisan yang sama seperti Ayah (1/6, sisa, 1/6+sisa), dengan syarat
Bila tidak memiliki ayah.
Tidak ada kakek yang lebih dekat dengan mayit.
Contoh :
1/6 bila mayit memiliki furu’ laki-laki saja
6
1/6 Kakek 1
sisa Alk 5
6 18
4/18
2/3 3 Apr 4 4/18
4/18
1/6 Ibu 1 3
1/6+sisa Ayah 1 3
8 24
1/8 Istri 1 8/24
1 Cucupr 7/24
sisa 7
2 Cuculk 14/24
3 9
3/9
2/3 2 Cucupr 2
3/9
1 Cicitpr(pr-alk-alk) 1/9
sisa 1
2 Cicitlk(lk-alk-alk-alk) 2/9
6
1/6 Nenek 1
2/3 2 Cucupr 4
1/6+sisa Ayah 1
6 18
4/18
2/3 3 Cucupr 4 4/18
4/18
1/6+sisa Ayah 1+1 6/18
6
½ Apr 3
1/6 Cucupr 1
sisa Cicitlk 2
12
¼ Suami 3
½ Apr 6
1/6 2 Cucupr 2
sisa Pmn 1
Fardh, bila tidak ada saudara kandung laki-laki dan tidak ada furu’
perempuan dengan pembagian yg sama pada anak perempuan (1/2
atau 2/3).
4
½ Sdprkd 2
¼ Istri 1
sisa Sdlkay 1
6 6
2/6
2/3 2 Sdprkd 4
2/6
1/6 Ibu 1 1/6
sisa Pmn 1 1/6
6 18
4
2/3 3 Sdrprkd 4 4
4
1/6 Nenek 1 3
sisa Sdlkay 1 3
6 12
½ Sdprkd 3 6
1
1/6 2 Sdpray 1
1
1/6 Ibu 1 2
sisa Pmn 1 2
3 9
Sdlkbu 1
1/3 1 1
2 Sdprbu
1
sisa sdlkkd 2 6
Aul
Jika berkumpul ahlul fardh yg tidak bisa di gugurkan sehingga muncul permasalahan Aul
(berkurangnya masing-masing pembagian dari ahlul fardh).
Contoh :
Seorang meninggal, meninggalkan suami, saudara perempuan kandung 2 orang
6 7 (Aul)
½ Suami 3 3/7
2/3 2 Sdprkd 4 4/7
Total 7
Seorang meninggal, meninggalkan suami, ibu, 2 saudara perempuan kandung, 2 saudara perempuan
seibu
6 10 (Aul)
½ Suami 3 3/10
1/6 Ibu 1 1/10
2/3 2 Sdprkd 4 4/10
Seorang meninggal, meninggalkan Istri, 2 saudara perempuan kandung, saudara perempuan seibu
12 13 (Aul)
¼ Istri 3 3/13
2/3 2 Sdprkd 8 8/13
1/6 Sdprbu 2 2/13
Total 13
2. Ahlu Ta’shib (Al A’shobah), mereka yg mewarisi harta tanpa kadar tertentu (sisa dari ahlul
Furudh).
- Bisa mewarisi seluruh harta selama tidak ada ahlul fardh.
Contoh :
Seorang meninggal, meniggalkan saudara kandung laki-laki, maka ia mendapatkan seluruh
harta.
3 9
3
2/3 2 Apr 2
3
Cucupr 1
sisa 1
Cicitlk 2
Tidak ada wanita yg menjadi ahli ta’shib bersama dengan laki-laki, kecuali 4 jenis yg
telah disebutkan diatas.
2
½ Apr 1
sisa Alk-sdlkkd 1
Apr-sdlkkd 0 Bukan ahli ta’shib
3
2/3 2 Sdprkd 2
Sdpray Bukan ahli ta’shib
sisa Alk-sdlkay 1
6
½ Apr 3
1/6 Cucupr 1
sisa Sdpray 2
1. Arah.
Furu’ (anak laki-laki kebawah).
6
1/6 Ayah 1
sisa Alk 5
Hawasyi.
Saudara.
Paman.
Paman Dapat seluruhnya
Wala’
Wala’.
3
1/3 Ibu 1
sisa Wala’ 2
2. Kedekatan.
Alk-pmn Dapat seluruhnya
Cclk-pmn
3. Kekuatan.
Sdlkkd Dapat seluruhnya
Sdlkay
Al Hajb (penghalang)
Yakni orang yang asalnya ahli waris namun tercegah, menyeluruh atau sebagian.
Sifat,
ahli waris yg memiliki salah satu dari pencegah :
o Beda agama
o Budak
o Pembunuhan
Orang,
Ahli waris yg terhalangi oleh orang lain :
- Ushul
o Setiap laki-laki menghalangi siapa saja laki-laki diatasnya.
Ayah Dapat seluruhnya
Kakek
- Furu’
o Setiap laki-laki furu’ menghalangi siapapun dibawahnya.
Alk Dapat seluruhnya
cuculk Terhalangi
cucupr Terhalangi
- Hawasyi
o Semuanya terhalangi oleh ushul atau furu’ laki-laki.
Ayah Dapat seluruhnya
sdlkkd Terhalangi
Ar Raddu
Kelebihan harta warisan setelah di bagi kepada ahlu fardh, sementara yg menjadi ahlu ta’shib
tidak ada, sehingga kelebihannya dikembalikan kepada ahlu fardh
2
1/2 Apr 1 fardh
½ di kembalikan ke apr rad 1 rad
Ahli rad, yakni seluruh ahli fardh kecuali suami atau istri.
3 6
2 3
2/3 2 Apr 2 fardh
2 3
rad 1 rad 1
1
6 5
½ Apr 3 3
1/6 Cucupr 1 1
1/6 Ibu 1 1
4 6 3 4
¼ Istri 1 1
1/3 Ibu 2 2 2
3
1/6 Sdlkbu 1 1 1
rad 3
3. Zaul Arham (Kerabat), mereka yg merawisi harta karena hubungan kekerabatan. Disamakan
kedudukannya dengan ahlul Fardh dan Ta’shib, namun pada asalnya mereka bukan ahli waris.
o Ushul
Setiap laki-laki, yg antara dia dan mayit ada perempuan.
Ayah Ibu
Mayit
Ayah Ibu
Mayit
Setiap yg diperantarai wanita.
Mayit
LK PR
LK PR LK PR
LK PR LK PR LK PR LK PR
ALK ALK
ALK Apr
6
½ Alk-sdprkd 3
1/6 Apr-sdpray 1
1/6 Alk-sdlkbu 1
1/6 Pmn-ibu 1
--Alhamdulillahi Rabbil Alamin--