Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TAFSIR TENTANG KEWAJIBAN BELAJAR


Q.S. AL-ALAQ AYAT 1-5
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu
Mata Kuliah Tafsir Tarbawi

Disusun Oleh : Kelompok 1

Ahmad M. Al-firdausi (2112.2359)


Sekar Melati (2112.2301)

Siti Fatimah Azzahra (2112.2302)

Dosen Pengampu : Silvia Rahmah, S.S, M.Ag.

SEMESTER III.2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MASTHURIYAH
SUKABUMI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang maha pengasih lagi
maha penyayang. Karena limpahan karunia serta nikmatnya saya dapat menyelesaikan
makalah yang memiliki judul “penafsiran surat Al-alaq ayat 1-5” dengan tanpa halangan
suatu apapun. Penyusunan masalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Tafsir
Tarbawi.

Pada saat proses penyusunannya tidak lepas dari bantuan arahan serta masukan dari
berbagai pihak. Dan oleh karena itu saya mengucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasi dalam menyelesaikan makalah yang saya buat ini.

Walaupun sudah banyak dibantu saya sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak
sekali kekurangan serta kekeliruan yang ada di dalam makalah ini. Baik dalam kesalahan
penulisan makalah, dari segi tanda baca, tata bahasa ataupun isi. Dikarenakan hal itu penulis
Sangat terbuka menerima segala kritik serta saran positif dari pembaca.

Demikianlah apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah yang telah saya buat
ini dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum dan saya sendiri khususnya.

Sukabumi, 9 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Tujuan ..................................................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Lafadz dan Terjemahan Surat Al-Alaq Ayat 1-5 .................................................... 3


B. Tafsir Mufrodat ....................................................................................................... 3
C. Munasabah Surat Al-Alaq....................................................................................... 4
D. Asbabun Nuzul Surat Al-Alaq ................................................................................ 4
E. Syarah Ayat ............................................................................................................. 5
F. Isi Pokok Kandungan Surat Al-Alaq ..................................................................... 8

BAB III PENUTUPAN ..................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. Yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw. Melalui perantara malaikat Jibril secara berangsur-angsur, sebagai pedoman hidup
umat manusia.3 Al-Qur’an berisi penjelasan tentang pentingnya ilmu untuk
bertanggung jawab di setiap kegiatan, berisi perintah mengembangkan seluruh potensi
yang dimiliki dengan belajar sepanjang hayat, sehingga dalam bekerja dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan, keahlian dan potensinya. Di antara permasalahan
kehidupan yang perlu menjadi perhatian umat muslim ialah pendidikan Islam dan
bagaimana cara penyampaiannya dalam proses pembelajaran. Ayat-ayat tentang
pendidikan dan pembelajaran banyak terdapat di dalam Al-Qur’an, seperti yang
terdapat di dalam Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5.Pendidikan pada dasarnya
adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia
peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka.
Secara detail, dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bab I Pasal I (1): “Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Kurangnya
kesadaran umat Islam saat ini dalam bidang pendidikan agama Islam, disebabkan oleh
beberapa faktor. Salah satunya faktor umat Islam yang tidak mempelajari Al-Qur’an
dan Hadis sebagai pedoman hidupnya, sehingga kurang pahamnya umat Islam dalam
mempelajari Al-Qur’an dan Hadis.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana lafadz dan terjemah surat Al-alaq ayat 1-5
2. Bagaimana tafsir mufrodatnya?
3. Apa munasabah surat Al-alaq?
4. Bagaimana Asbabun Nuzul surat Al-alaq?
5. Bagaimana Syarah ayatnya?

1
6. Apa saja isi pokok kandungan surat Al-alaq?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui lafadz dan terjemah surat Al-alaq ayat 1-5
2. Untuk mengetahui Tafsir mufrodatnya
3. Untuk mengetahui munasabah surat Al-alaq
4. Untuk mengetahui Asbabun Nuzul surat Al-alaq
5. Untuk mengetahui syarah ayatnya
6. Untuk mengetahui Isi pokok kandungan surat Al-alaq

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lafadz Dan Terjemah Surat Al-Alaq Ayat 1-5

ۡ ۡ ۡ ِۡ ۡ ِۡ ۡ ۡ
‫ك اۡلَكَرۡم‬ ۡ ِ
َۡ ُّ‫اق َرۡا َوَرب‬, ۡ‫ َخلَ َۡق اۡلن َسا َۡن م ۡن َعلَۡق‬, ‫ى َخلََۡۡق‬ َۡ ِ‫اِق َرۡا ِِب ۡس ِۡم َرب‬
ۡۡ ‫ك الَّ ِذ‬
ۡ ِ ۡ َّ ِ ۡ ِ َّ ۡ ِ َّ
ؕ‫اۡلن َسا َۡن َما َۡۡل يَ ۡعلَ ۡۡم‬ ‫ َعل َۡم‬, ‫ى َعل َۡم ِبل َقلَ ۡم‬ ۡ ‫الذ‬

“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmulah yang
Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq 1:5)

B. Tafsir Mufrodat Surat Al-Alaq Ayat 1-5

‫ اقرأ‬: Kata Iqra terambil dari kata kerja QA-RA-A (‫ أقلخ‬yang secara harfiah berarti
menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya dan
membentuk suatu bacaan. dalam kamus-kamus lain ditemukan aneka ragam arti
dari kata qara’a tersebut, antara lain menyampaikan, menelaah, membaca,
mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan lain sebagainya, yang
kesemuanya bermuara pada makna menghimpun. Hal ini senada dengan yang
diungkap kan Quraish Shihab, qara’a ini awal mulanya berarti menghimpun, di
mana apabila anda merangkai huruf atau kata kemudian membaca rangkaian
tersebut, disanalah anda telah menghimpunnya atau membacanya. Sehingga bisa 1
difahami bahwa realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan objek bacaan tidak
pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain.

‫ االنسان‬: Kata al-Insan terambil dari kata UNSI - ‫ )سنأ‬yang artinya menghibur,
senang, jinak, dan harmonis), Atau dari kata NISYUN - ‫ )نيس‬yang berarti lupa) Atau
berasal dari kata NAUS - ‫ )ن‬yang berarti Gerak atau dinamika).

1* Al-Raghib al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Alfadz al-Qur’an, (Bairut: Dar al-Fikr, tth), hal 414
2* M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 15, Jakarta: Lentera Hati, 2002, hal. 454

3
Dari makna-makna di atas, sekilas memberi gambaran sepintas tentang potensi atau
sifat yang dimiliki makhluk tersebut (manusia, yakni sifat lupa, kemampuan
bergerak yang melahirkan dinamika. Makhluk yang sewajarnya selalu melahirkan
rasa senang, harmonis, dan kebahagiaan pada makhluk lainnya. Jadi, kata INSAN
menggambarkan manusia dengan beragam sifatnya, yang berbeda dengan kata
BASYAR yang diterjemahkan dengan manusia yang lebih mengacu pada segi fisik
serta nalurinya.
C. Munasabah Surat Al-alaq
Surat al-’Alaq terdiri dari 19 ayat memiliki hubungan yang sangat erat dengan
surat sebelumnya, yakni surat At-Tiin, di mana pada ayat tersebut dibicarakan
tentang penciptaan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya, sedangkan pada Surah
al- ’Alaq ini dibicarakan tentang penciptaan manusia dari ‘Alaq (segumpal darah)
berikut sifat-sifat yang dimiliki mereka (manusia) yang menentukan nasib mereka
di akhirat kelak. Dengan demikian, secara tidak langsung surah al-’Alaq ini menjadi
penjelas atau keterangan terhadap keterangan sebelumnya.
Menurut Pa Quraish Shihab, Surah al-Alaq ini masih memiliki keterkaitan
dengan kandungan Surah sebelumnya, yakni Surah Al-Insyirah – Alam Nasyrah, di
mana pada ayat tersebut berbicara tentang aneka nikmat yang dianugerahkan Allah
swt. Kepada Nabi Muhammad saw. Pada surah tersebut mengingatkan agar
Rasulullah tidak ragu dan berkecil hati dalam menyampaikan risalah kenabiannya.
Pada Surah Al-’Alaq ini, Rasulullah saw diperintahkan untuk MEMBACA guna
lebih memantapkan lagi hati beliau. Surah ini seolah menyatakan ‘Bacalah wahyu-
wahyu Ilahi yang sebentar lagi akan banyak engkau terima dan BACA juga alam
dan masyarakatmu. BACALAH agar engkau membekali dirimu dengan kekuatan
ilmu pengetahuan.
D. Asbabun Nuzul Surat Al-Alaq Ayat 1-5
Seperti diketahui secara umum, Sebagian besar ulama tafsir berpendapat bahwa
turunnya ayat pertama sampai ke-lima surah Al-’Alaq ini merupakan ayat-ayat yang
pertama kali diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw pada waktu ia
berkhalwat di Gua Hira’. Pada saat itu, malaikat Jibril datang kepada Nabi
Muhammad dan menyuruhnya membaca ayat- ayat tersebut. Setelah 3x Malaikat
Jibril memintaNabi Muhammad membaca, Barulah Nabi membaca ke-lima ayat
tersebut.
E. Syarah ayat
4
a. Penjelasan ayat dengan hadits terkait
Ayat pertama:
“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan.” (Q.S. Al-
Alaq : 1)
Bacalah seraya memulai dengan menyebut nama Tuhanmu atau meminta
bantuan dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan segala sesuatu.
Allah telah menyifati dirinya bahwa dia adalah Dzat yang maha
menciptakan. Itu untuk mengingatkan kita atas kenikmatan pertama yang
paling agung.2
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan Nabi agar
membaca, dengan kekuasaan Allah yang telah menciptakan beliau dan
dengan kehendaknya, meskipun sebelumnya beliau tidak bisa membaca dan
menulis. Dzat yang menciptakan alam semesta ini pastilah mampu untuk
membuat beliau dapat membaca, meskipun sebelumnya beliau belum
pernah belajar membaca.
Ayat kedua :
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (Q.S. Al-Alaq : 2).
Dia telah menciptakan anak Adam dari segumpal darah beku yang disebut
dengan ‘Alaqah, yang merupakan salah satu tahapan dalam pembentukan
janin. Janin pertama kali berupa Nuthfah (sperma), kemudian dengan kuasa
Allah ia berubah menjadi ‘Alaqah (segumpal darah), kemudian menjadi
Mudhghoh (segumpal daging), dan kemudian terbentuklah tulang-belulang,
daging, dan akhirnya menjadi manusia seutuhnya. Perlu diperhatikan
bahwasannya Allah lah petama kali yang menyebutkan secara mutlak
ciptaan untuk mencakup seluruh makhluk. Kemudian, menyebutkan
manusia secara khusus karena kemuliaan atau keunggulan fitrahnya. Atau
karena ayat tersebut berbicara mengenainya. Dengan penyebutan sifat Fi’il.
Ungkapan tersebut akan lebih kuat dalam menganjurkan untuk beribadah.
Kesimpulannya adalah tidak digunakan lafal Jalalah (Allah) karena lafal

2* M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 15, Jakarta: Lentera Hati, 2002, hal. 454

Imam Abi Al-Fida Ismail ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’anul al-’Adzim (Tafsir Ibnu Katsir), Jilid IV, (ttp: Maktabah al-
Tijaariyah, 1986), hal. 528. Baca juga DR H. Abudin Nata, M.A, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir al-Ayat al-
Tarbawy), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009, hal 39-40.

5
Rabb mempunyai makna dzat yang merawatmu dan peduli terhadap
kemaslahatanmu. Perkataan tersebut menunjukkan sebuah kekhususan yang
berarti tiada Tuhan bagimu selain dia. 3
Ayat tiga :
“bacalah, dan tuhanmulah yang maha mulia.” (Q.S. Al-Alaq : 3)
Kerjakanlah perintah untuk membaca, dan Tuhanmulah yang
memerintahkanmu untuk membaca. Dia adalah dzat yang maha dermawan.
Di antara wujud kedermawanannya adalah membuatmu bisa membaca
sekalipun kamu buta huruf. Kata iqra’ (bacalah) senantiasa di ulang-ulang
untuk tujuan ta’kid (menguatkan) karena sejatinya bacaan itu tidak akan
terealisasi melainkan dengan terus mengulang.
Ayat keempat :
“yang mengajar (manusia) dengan pena.” (Q.S. Al-Alaq : 4)
Allah mengajarkan manusia menulis dengan pena. Itu merupakan
nikmat yang besar bagi Allah SWT dan perantara untuk saling memahami
antara manusia sebagaimana halnya berkomunikasi dengan lisan.
Seandainya tidak ada tulisan, pastilah ilmu-ilmu itu akan punah, agama
tidak akan berbekas, kehidupan tidak akan baik, dan aturan tidak akan stabil.
Tulisan merupakan pengikat ilmu pengetahuan dan instrumen untuk
mencatat cerita dan perkataan orang-orang terdahulu. Demikian juga,
tulisan merupakan instrumen peralihan ilmu antara suatu kaum dan bangsa.
Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat melestarikan dan berkembang
sesuai yang dikehendaki oleh Allah SWT. Peradaban suatu bangsa akan
berkembang. Pemikiran akan semakin canggih, agama dapat terjaga dan
agama Allah akan semakin tersebar luas. Dalam sebuah hadits Rasulullah
Saw, bersabda,.
Oleh karena itu, dakwah Islam dimulai dengan menganjurkan membaca
dan menulis serta menjelaskan bahwa keduanya merupakan tanda-tanda
kebesaran Allah pada makhluknya dan rahmatnya atas mereka. Mukjizat
kekal Nabi Muhammad saw, beliau merupakan orang Arab yang buta huruf
adalah Al-Qur’an yang dapat dibaca dan kitab yang ditulis. Dengan
demikian, Nabi saw telah memindahkan umat Islam dari kondisi buta huruf

3 9 Ibid., Hlm. 599

6
dan bodoh menuju terangnya cahaya dan ilmu. Itu sebagaimana firman
Allah SWT. “Dialah yang mengutus seorang rasul kepada kaum yang buta
huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-
ayatnya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab
dan hikmah (sunnah) meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata (Q.S. Al-jumu’ah : 2)
Ayat ke lima :
“Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-Alaq :
5)
Allah SWT mengajari manusia banyak hal yang belum diketahui dengan
Pena. Wahai Nabi, tidaklah mengherankan Allah SWT mengajarimu
membaca dan berbagai ilmu pengetahuan agar bermanfaat bagi umatmu.
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad saw, pernah bersabda,
“barang siapa yang mengamalkan ilmunya, maka Allah akan memberinya
ilmu mengenai apa yang belum ia ketahui.”
b. Penjelasan muffasirin
Menurut para Mufassir dan para Ulama Ulumul Qur’an, lima ayat ini
diturunkan pada malam 17 bulan Ramadhan berdasarkan Al-Qur’an Surah
Al-Anfal ayat 41 :

ْۤ
ۡ ٰ‫ِلِ ُخ َسهؕ َۡو لِ َّلرس ْوِۡل َولِ ِذى الْق ْر‬
‫ب َوۡا‬ ِٰۡ ‫َوا ْعلَم ْوۡا اَََّّنَا َغنِ ْمت ْۡم ِم ْۡن َش ْي ۡء فَۡاَ َّۡن‬
ْۤ
ٰۡ ‫السبِْي ِۡل  ۡۙ اِ ْۡن كْن ت ْۡم اٰ َمْن ت ْۡم ِِۡب‬
ۡ‫ِلِ َوَمۡا اَنْ َزلْنَا َع ٰلى َعْب ِد َن‬ ِۡ ْ ‫لْيَ ت ٰٰمى َوا لْ َم ٰس ِك‬
َّ ‫ي َوا بْ ِۡن‬

ۡ‫ِل َع ٰلى ك ِۡل َش ْيءۡ قَ ِديْر‬


ٰۡ ‫يَ ْوَۡم الْف ْرقَا ِۡن يَ ْوَۡم الْتَ َقى ا ْْلَ ْم ٰۡع ِۡن  ۡۙ َوا‬

“Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai


rampasan perang, maka seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak
yatim, orang miskin, dan ibnu sabil, (demikian) jika kamu beriman kepada
Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami
(Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan.
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS. Al-Anfal 8: Ayat 41)
7
Yang dimaksud dengan hari Furqon yaitu hari jelasnya kemenangan orang
Islam dan kekalahan orang kafir, yaitu hari bertemunya dua pasukan di
peperangan Badar, pada hari Jum’at 17 Ramadhan tahun ke 2 hijriah.
Tanggal itulah bukan tahunnya yang digunakan oleh para mufassir untuk
menentukan tanggal turunnya Al-Qur’an pertama kalinya yang kemudian
dikenal Nuzulul Qur’an. Hubungan Surah Al-Alaq dengan sebelumnya
(menurut tertib Usmani) pada Surah sebelumnya (Surah At-Tin) Allah
menjelaskan proses kejadian manusia yang diciptakannya dalam bentuk
paling baik. Sedangkan setelah Surah Al-Alaq ialah Surah Al-Qadr yaitu
menjelaskan tentang peristiwa turunnya Al-Qur’an dan keutamaannya. 4

5
Menurut Kementerian Agama RI hubungan surah Al-‘Alaq dan surah At-
Tin, di dalam surah At-Tin diterangkan bahwa manusia akan menjadi
sempurna bila diberi agama dan pendidikan. Dalam surah Al-‘Alaq
diisyaratkan bahwa kunci pendidikan itu adalah kemampuan membaca dan
memahami ayat-ayat Allah yang tersurat dan tersirat. Sedangkan hubungan
surah Al-‘Alaq dan surah Al-Qadr, surah al-qadr menjelaskan kapan
turunnya wahyu pertama sedangkan surah Al-‘Alaq menjelaskan wahyu
pertama kali turun. Jadi mempunyai keterikatan hubungan surah Al-‘Alaq,
baik sebelum maupun sesudahnya.
F. Kandungan Pokok Ayat
Surah al-‘Alaq adalah surah yang ke 96, yaitu setelah surah at-Tīn dan sebelum
surah al-Qadr, yang di dalamnya terdapat wahyu yang pertama kali turun yaitu ayat
1-5. Ayat ini turun bertepatan dengan malam 17 Ramadan. Oleh karena itu pada
setiap tanggal 17 Ramadan kita peringati sebagai Nuzulul Qur’an. Semua ayatnya
turun di Makkah maka disebut surah Makkiyyah. Dinamakan al-‘Alaq karena
diambil dari ayat kedua. Al-‘Alaq artinya segumpal darah.
Pada ayat 1-5 kita diperintahkan untuk membaca, dalam hal ini kita dituntut
untuk mempelajari ilmu pengetahuan baik ilmu umum maupun ilmu agama.
Apalagi saat ini perkembangan teknologi yang begitu pesat, maka kita sebagai
seorang muslim harus mampu menguasai teknologi. Kita jangan merasa puas

4Via Al-Qur’an Indonesia http://quran-id.com


54 Fathi Fawzi ‘Abd Al-Mu’thi, Detik-Detik Penulisan Wahyu. (Jakarta : Zaman, 2009). Hlm.8 5 Yunahar Ilyas,
Kuliah Ulumul Qur’an, (Yogyakarta : ITQAN Publishing, 2013), Hlm. 39-40

8
terhadap ilmu pengetahuan yang telah kita peroleh, karena ilmu pengetahuan itu
sangat luas. Kita dituntut untuk mencari dan menguasainya. Di samping itu, dengan
menguasai Ilmu pengetahuan iman kita kepada Allah Swt akan semakin tebal,
sehingga kita akan mengenal hakikat penciptaan manusia.
Ayat selanjutnya berisi peringatan kepada Abu Jahal yang pernah melarang
Nabi Muhammad Saw untuk melaksanakan shalat, bahkan Abu Jahal mengancam
untuk menginjak leher dan membenamkan wajah Nabi Muhammad Saw ke tanah
apabila dia mendapati Rasulullah Saw shalat. Namun kenyataannya setelah Abu
Jahal melihat Nabi Muhammad Saw sedang shalat, ia mundur tidak bisa mendekati
Rasulullah Saw apalagi sampai menginjak leher dan membenamkan wajahnya.
Karena dia merasa ada parit dari api yang menakutkan dan menyala-nyala.
Manusia seringkali melupakan kenikmatan dari Allah Swt ketika merasa dirinya
kaya dan berkecukupan, bahkan ia menjadi takabur dan menganggap orang lain
rendah, karena merasa orang lain tidak ada yang mampu menandinginya. Allah Swt
pasti akan mengazab orang-orang yang merintangi orang lain untuk berbuat baik
dan beribadah di akhirat kelak. Hal ini seperti Abu Jahal yang diancam oleh Allah
Swt karena selalu merintangi Nabi Muhammad Saw yang hendak melaksanakan
shalat. Pada ayat terakhir berisi larangan untuk mengikuti perilaku orang jahat dan
berisi perintah untuk mendekatkan diri dan beribadah kepada AllaKatsir.6

6 Tafsir Ibnu Katsir

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan sumber-sumber yang telah penulis kumpulkan dan analisis tentang
penafsiran ayat pendidikan dalam Surat Al-„Alaq ayat 1-5 menurut Quraish Shihab,
maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, antara lain :
1. Q.S. Al-Alaq ayat 1-5 merupakan surat yang pertama kali Allah turunkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang didalamnya terkadung nilai-nilai pendidikan
2. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam Q.S. Al-„Alaq ayat 1-5 adalah
a. Nilai-nilai pendidikan Keterampilan yang meliputi (membaca, menulis dan
biologi),
b. Nilai-nilai Pendidikan Ketuhanan
c. Nilai Pendidikan Akal (intelek).
B. Saran

Dan kami selaku penyusun Makalah berharap semoga isi dari pembahasan dan
kesimpulan yang telah dirumuskan sebelumnya diharapkan dapat berimplikasi positif
dan membangun terhadap para pembaca dalam memahami tentang metode penggalian
hukum Islam (Qiyas) . Terkhusus bagi para mahasiswa, penuntut ilmu yang sedang
mengkaji tentang Ushul fiqh. Akhir kata, semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amiin

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Raghib al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Alfadz al-Qur’an, (Bairut: Dar al-Fikr, tth).

M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 15, Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Imam Abi Al-Fida Ismail ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’anul al-’Adzim (Tafsir Ibnu Katsir),
Jilid IV, (ttp: Maktabah al-Tijaariyah, 1986), hal. 528. Baca juga DR H. Abudin Nata, M.A,
Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir al-Ayat al-Tarbawy), Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2009.

Fathi Fawzi ‘Abd Al-Mu’thi, Detik-Detik Penulisan Wahyu. (Jakarta : Zaman, 2009).
Hlm.8 5 Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an, (Yogyakarta : ITQAN Publishing, 2013).

Tafsir Ibnu Katsir

11

Anda mungkin juga menyukai