Di susun Oleh
Kelompok 2 ( Dua)
Tim Penyusun
Kelompok 2 (Dua
DAFTAR IS
i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
A. Keimpulan.....................................................................................................9
DAFTAR FUSTAKA............................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
3. Bagaimana Penafsiran Surah An-Nisa Ayat 5 ?
سو ُه ْم ْ سفَ َها َء أَ ْم َوالَ ُك ُم الَّتِي َج َع َل هَّللا ُ لَ ُك ْم قِيَا ًما َو
ُ ار ُزقُو ُه ْم فِي َها َوا ْك ُّ َواَل ت ُْؤتُوا ال
)5( َوقُولُوا لَ ُه ْم قَ ْواًل َم ْع ُروفًا
Artinya:
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang bodah, harta (mereka
yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah untukmu sebagai penegak.
Berikanlah rizki dan sandangilah mereka dari harta-harta tersebut dan berkatalah
kepada mereka dengan perkataan yang baik.1
Kita dilarang menyerahkan harta, uang, atau barang yang berharga yang
diamanatkan kepada kita kepada orang yang tidak mampu mengelolanya
(menunaikan hak-hak harta tersebut), baik karena masih kecil seperti anak yatim
atau orang yang memang bodoh tentang pengelolaan harta secara benar seperti
orang gila atau sejenisnya. Dan menjadi kewajiban bagi kita untuk memberi
nafkah kepada mereka, memberi pakaian, dan mencukupi kebutuhan mereka dari
hasil pengelolaan harta tersebut, dan berbicara kepada mereka dengan perkataan
yang bagus. Kita tidak boleh menyakiti mereka baik dengan kata-kata atau lebih
dari itu, dengan perlakuan fisik.
2
3. Tafsir An-Nisa’ Ayat 5
2
َواَل ت ُْؤتُوا (Dan janganlah kamu serahkan) hai para wali سفَ َها َء
ُّ ( الkepada
orang-orang yang bebal) bentuk jamak dari kata safih artinya orang-orang yang
boros dari kalangan laki-laki, wanita dan anak-anak , orang yang bodoh. Banyak
penafsirannya, di antaranya anak kecil, anak yang belum berakal, orang gila, dsb.
Orang yang mubadzirkan hartanya juga bisa masuk dalam kategori safih.
أَ ْم َوالَ ُك ُم (harta kamu) maksudnya harta mereka yang berada dalam tanganmu
sebenarnya itu harta yang dititipkan pada kita. Ini tujuannya supaya yang
mendapatkan amanah untuk mampu menjaga harta anak yatim itu seperti serasa
miliknya sendiri sehingga tidak menggunakannya semaunya atau melakukan
berbagai penyelewengan.
قِيَا ًما َل هَّللا ُ لَ ُك ْم::الَّتِي َج َع (yang dijadikan Allah sebagai penunjang hidupmu)
qiyaaman mashdar dari qaama; artinya penopang hidup dan pembela
kepentinganmu karena akan mereka habiskan bukan pada tempatnya. Menurut
suatu qiraat dibaca qayyima jamak dari qiimah; artinya alat untuk menilai harga
benda-benda,3 Artinya, kamu diberi hak atau tugas untuk mengelola, menjaganya
dengan baik agar tidak tersia-sia. Hal ini meninjukkan kepada kita, bahwa untuk
menyerahkan harta itu harus kepada orang yang benar-benar bisa amanah dan
mengelola terhadap harta tersebut dengan baik. Kalau mau investasi, harus tahu
bahwa orang tsb bisa mengelola harta dengan baik, sehingga harta kita akan terus
berkembang. Artinya orang yang mendaptkan amanah untuk menjaga harta anak
yatim itu dianggap mampu mengelola dan mengembangkan harta tersebut, supaya
bisa memberi rizki kepada mereka.
3
tadi dari harta yang dititipkan kepadamu. Menurut Imam Zamakhsyari, 4 lafal ini (ف
)ِي َها menunjukkan bahwa wali anak yatim diharapkan tidak memberi nafkah
kepada mereka dari pokok harta mereka, tetapi dari hasil pengembangan harta
anak yatim. Karena kalau diambil dari pokok harta, lama kelamaan harta mereka
akan habis sebelum mereka dewasa. Beginilah Islam itu mengajrkan tentang masa
depan. Pemikiran ini juga yang dilakuakn Nabi Yusuf. Dia menyuruh untuk
menanan dan disimpan untuk periode 7 th.
harta mereka itu akan diberikan semuanya kepada mereka. Pernyataan “ َوقُولُوا
واًل َم ْع ُروفًا:
ْ َ( ”لَ ُه ْم قdan berkatalah kepada mereka dengan perkataan yang baik),5
karena terkadang terjadi dari segi materi sudah dicukupi, tapi omongannya
menyakitkan. Disamping itu, hal ini karena umumnya reaksi yang mudah diumbar
dan sulit dikendalikan ketika orang yang marah adalah ucapan yang keluar dari
mulut. Karena itu, penyebutan perkataan dalam ayat ini lebih dipertegas. Namun
yang jelas, perintah berbuat baik tidak hanya terbatas pada ucapan, tetapi segala
bentuk ucapan dan tindakan harus membuat nyaman bagi anak yatim.
Ayat ini merupakan pengajaran bagi kita untuk menjaga harta. Kalau
punya rizki banyak, dapat investasikan. Jangan hanya dibiarkan menumpuk.
Karena kalau hanya disimpan saja tidak akan membawa manfaat pada orang lain.
Makanya kalau menyimpan harta, harus dizakati agar membawa manfaat kepada
orang lain. Dengan demikian Islam tidak hanya mengurusi masalah ibadah ritual
seperti shalat saja –sebagaimana disalah pahami oleh musuh Islam dan sebagian
umat Islam-, melaikan juga masalah investasi harta dan lainnya. Wallahu `alam
bish shawab.
4
4. Asbabun Nuzul An - Nisa Ayat 5
Artinyaa:
Dan barangsiapa diantara kamu (orang merdeka) yang tidak cukup
perbelanjaannya untuk mengawini wanita merdeka lagi beriman, ia boleh
mengawini wanita yang beriman, dari budak-budak yang kamu miliki. Allah
mengetahui keimananmu; sebahagian kamu adalah dari sebahagian yang lain,
karena itu kawinilah mereka dengan seizin tuan mereka, dan berilah maskawin
mereka menurut yang patut, sedang merekapun wanita-wanita yang memelihara
5
diri, bukan pezina dan bukan (pula) wanita yang mengambil laki-laki lain sebagai
piaraannya; dan apabila mereka telah menjaga diri dengan kawin, kemudian
mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), maka atas mereka separo hukuman
dari hukuman wanita-wanita merdeka yang bersuami. (Kebolehan mengawini
budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut kepada kemasyakatan menjaga diri
(dari perbuatan zina) di antara kamu, dan kesabaran itu lebih baik bagimu. Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.6
Apabila ada seseorang ingin menikah dengan wanita yang merdeka tetapi
dia tidak mampu untuk itu, maka Allah memberikan solusi berupa menikah
dengan budak. Dengan syarat budak tersebut harus beriman, harus izin tuannya,
harus memberikan mahar dan budak tersebut bukan budak pezina.
Allah juga menerangkan di sini bahwa seorang budak apabila dia berzina,
maka hukumannya adalah setengah dari hukuman orang merdeka. Jika orang
merdeka belum menikah secara syar`I dan melakukan zina hukumannya
dicambuk 100x, maka bagi budak walupun ia telah menikah (muhshon) maka
hukumannya adalah cukup 50x. Dan tidak ada rajam bagi budak. Hal Ini
dikarenakan status sosial mereka yang berada di bawah orang merdeka.
6
memerdekakan separuh dirinya, tetapi apabila seseorang laki-laki merdeka
menikahi budak wanita, ia telah menjadikan separuh dirinya hamba sahaya.
ت َ ْ ْال ُمح يَن ِك َح أَن وْ اًلUUَط ِمن ُك ْم ت َِط ْعUUيَ ْس لَّ ْم َو َمن (Dan
ِ ٰنUUص siapa yang tidak
cukup biayanya untuk mengawini wanita-wanita merdeka) bukan budak ِ ْال ُم ْؤ ِم ٰن7
ت
(lagi beriman) ini yang berlaku menurut kebiasaan sehingga mafhumnya tidak
merasa keberatan untuk mengawini mereka أَ ْهلِ ِه َّن بِإ ِ ْذ ِن فَان ِكحُوهُ َّن (karena itu
kawinilah mereka dengan seizin majikannya)8 artinya tuan dan pemiliknya
أُجُو َرهُ َّن َو َءاتُوهُ َّن (dan berikanlah kepada mereka upah) maksudnya mahar
menguranginya ٍ ص ٰن
ت َ ْ ُمح (sedangkan mereka pun hendaknya memelihara diri)
menjadi hal تٍ ُم ٰسفِ ٰح َغي َْر (bukan melacurkan diri) atau berzina secara terang-
ِ ُمتَّ ِخ ٰذ َواَل ۚ (serta tidak pula mengambil gundik) selir untuk
ٍ أَ ْخدَا ت
terangan ن
berbuat zina secara sembunyi-sembunyi. ِ ْأُح فَإ ِ َذٓا (Maka jika mereka telah
ص َّن
menjaga diri) artinya dikawinkan; dalam suatu qiraat dibaca ahshanna artinya
7 Jalalud– Din – Al-Mahalliy dan Jalalud– Din – Al-Mahalliy,Tafsir Jalalain Berikut
Asbabun Nuzul Terjemahan Mahyudin Syaf dan Bahrun Abubakar ( Bandung:Sinar Baru,Cet
1,1990)hal.340
8 Ibid.hal . 340
7
telah kawin ٍةUUبِ ٰف ِح َش َأَتَ ْين إ ِ ْنUUَ ف (lalu mereka melakukan perbuatan keji)
maksudnya berzina ت ِ ٰنUصَ ْ ْال ُمح َعلَى اUU َم ف ْ ِن فَ َعلَ ْي ِه َّن (maka atas mereka
ُ Uص
separuh dari yang berlaku atas wanita-wanita merdeka) yakni yang masih perawan
jika mereka berzina ِ ْال َع َذا َ ِمن ۚ (berupa hukuman) atau hudud yaitu dengan
ب
didera 50 kali dan diasingkan setengah tahun. Dan kepada mereka ini dikiaskan
hukuman bagi budak lelaki. Dan kawinnya hamba sahaya itu tidaklah dijadikan
syarat untuk wajibnya hukuman, tetapi hanyalah untuk menunjukkan pada
dasarnya mereka itu tidak menerima hukum rajam. َكUUِ ٰذل (Demikian itu)
maksudnya diperbolehkannya mengawini hamba sahaya sewaktu tak ada biaya itu
َ ْال َعنَت خَ ِش َى لِ َم ْن (ialah bagi orang yang takut akan berzina) `anat artinya yang
asli ialah masyaqqat atau kesulitan. Dinamakan zina demikian ialah karena dialah
yang menyebabkan seseorang menerima hukuman berat di dunia dan siksa pedih
di akhirat ِمن ُك ْم ۚ (di antara kamu).Imam Syafi’I berkata 9hukum menikahi budak
itu adalah bagi orang yang takut kesulitan dari menjaga dir (dari perbuatan zina)
daintara kalian dan kesabaran itu leebih baik bagi kalian. Ini berarti berbeda bagi
orang yang tidak merasa khawatir dirinya akan jatuh dalam perzinaan, maka tidak
halal baginya mengawini hamba sahaya itu. Demikian pula orang yang punya
biaya untuk mengawini wanita-wanita merdeka. Pendapat ini juga dianut oleh
Syafii. Hanya dalam firman Allah, "... di antara wanita-wanitamu yang beriman,"
menurut Syafii tidak termasuk wanita-wanita kafir sehingga tidak boleh kawin
walau ia dalam keadaan tidak mampu dan takut dirinya akan jatuh dalam
۟ برUUَص
perbuatan maksiat. ُوا ِ ْ ت َوأَن (Dan jika kamu bersabar) artinya tidak
mengawini hamba sahayaلَّ ُك ْم خَ ْي ٌر ۗ (itu lebih baik bagi kamu) agar kamu tidak
ٰ
mempunyai anak yang berstatus budak atau hamba sahaya. َّحي ٌم ِ ر َغفُو ٌر َُواللّـه
(Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)10 dengan memberikan
kelapangan dalam masalah itu.
9 Ahmad mustaffa al – farran, Tafsir Imam Asy –Syafi’I, Terjemahan Fedrian Hasmand,
dkk, Jilid 2, (Jakarta: Almahira,2008)hal.107
10Jalalud– Din – Al-Mahalliy dan Jalalud– Din – Al-Mahalliy, op.cit, hal. 341
8
9
BAB III
PENUTUP
A. Keimpulan
10
DAFTAR FUSTAKA
Al Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Departemen Agama RI,2004)
Al-Mahalliy , Jalalud– Din –dan Jalalud– Din – Al-Mahalliy. 1990.Tafsir Jalalain
Berikut Asbabun Nuzul. Terjemahan Mahyudin Syaf dan Bahrun
Abubakar Cet 1. Bandung:Sinar Baru.
Rahman, Fathur Tafsir Ibnu Katsir, http://pemudapersis32. blogspot. co.id/2015/
05/ an-nisa-ayat-24-31.html. Diakses, 2 April 2016 pukul 09.00 Wib.
al – farran, Ahmad mustaffa. 2008. Tafsir Imam Asy –Syafi’I, Terjemahan
Fedrian Hasmand, dkk, Jilid 2. Jakarta: Almahira.
11