Anda di halaman 1dari 10

MEMAHAMI AL-QUR’AN

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al-Qur’an

DOSEN PENGAMPU : Wahyu Sanjaya Putra, M.Ag

Disusun Oleh : Kelompok 15

Hanum Latifa (0206231051)

Rossy Al Jabar (0206231046)

Cindy Suciana (0206231040)

Muhammad Raihan Sam (0206231044)

HUKUM
FAKULTAS SYRI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

“Assalamu’alaikum wr.wb”.

Puji Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "geostrategis dan ketahanan nasional”.
Dengan tepat waktu

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah pancasila. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang geostrategis bagi para pembaca dan juga bagi kami
semua. Kami di sini ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Zuhri Arif Sihombing, M.H
selaku dosen Mata kuliah pancasila.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah meluaangkan
waktu untuksekedar membaca makalah ini. kami menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu,kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun oleh para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

“Wa’alaikumussalam wr.wb”.

Medan, September 2023/2024

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...............................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................2

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................4

2.1 Kejelasan Makna Al-qur’an .............................................................................................4

2.2 Asbabun Nuzul .................................................................................................................

BAB III PENUTUP .....................................................................................................................

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................

3.2 Saran ..................................................................................................................................

3.3 Daftar Pustaka ...................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Al-qur’an di turunkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Ia merespons persoalan


yang muncul di tengah-tengah masyarakat, terutama masyarakat arab di mana ia di
turunkan. Banyak persoalan terjadi pada masyarakat arab yang di perbincangkan di kitab
suci ini.

Maka untuk memahami al-qur’an sebagai kitab suci dan sumber utama ajaran islam,
pengetahuan tentangsosiologis-historis masyarakat arab ketika al-qur’an di turunkan
menjadi suatu hal yang harus di kuasai. Pengetahuan mengenainya dapat membantu
mufassir memahami al-qur’an.

2.2 Rumusan Masalah

A. mengetahui Kejelasan Makna Al-qur’an

B. memahami apa itu Asbabun Nuzul

1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum

2. Memberitahukan suatu permasalahan yang menjadi fokus dari Penelitian

3. Menunjukkan Sedikit Pemahaman Penulis Tentang Subjek tersebut Melalui Penelitian


dan Pemikiran Kritis.

4. Menambah Ilmu dan Wawasan Para Pembaca dan Penulis.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kejelasan Makna Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat Islam. alQur’an diturunkan
dalam bahasa Arab, namun yang menjadi masalah dan pangkal perbedaan adalah kapasitas
manusia yang sangat terbatas dalam memahami al-Qur’an. Karena pada kenyataannya tidak
semua yang pandai bahasa Arab, sekalipun orang Arab sendiri,mampu memahami dan
menangkap pesan Ilahi yang terkandung di dalam al-Qur’an secara sempurna. Terlebih orang
ajam (non-Arab). Bahkan sebagian para sahabat nabi, dan tabi’in yang tergolong lebih dekat
kepada masa nabi, masih ada yang keliru menangkap pesan al-Qur’an.

Selain itu, terdapat pula lafal atau ayat yang memiliki makna tidak pasti dan tidak jelas.
Namun, orang dapat memahami dan menafsirkan ayat, tetapi para ulama cenderung berbeda
pendapat yang konsekuensinya membawa perbedaan dalam pengamalan. Hal inilah di antara
faktor penyebab yang menimbulkan perbedaan mazhab dan keragaman umat islam dalam
mengamalkan ajaran agamanya.

Ayat-ayat al-qur’an jika di lihat dari aspek maknanya dapat di klarifikasi dalam dua hal.
Pertama, ayat yang memiliki makna yang jelas dan pasti, dan ke dua, ayat yang memiliki makna
yang tidak jelas dan pasti. Di antaranya dapat di jangkau maknanya oleh manusia melalui ijtihad.
Selain itu, terdapat pula lafal-lafal yang terkandung dalam al-qur’an yang tidak mungkin di
ketahui sama sekali maknanya oleh manusia, seperti ayat yang teriri dari huruf muqaththa’ah
(huruf potong) yang terdapat di awal sebagian surah.

Kajian terhadap makna ayat ayat seperti inilah yang di sebut dengan istilah muhkam wa
mutasyabih. Al-qur’an menyebutkan bahwa di antara ayat-ayatnya ada yang muhkam dan ada
pula yang mutasyi

1
‫ُهَو ٱَّلِذٓى َأنَز َل َع َلْيَك ٱْلِكَٰت َب ِم ْنُه َء اَٰي ٌت ُّم ْح َكَٰم ٌت ُهَّن ُأُّم ٱْلِكَٰت ِب َو ُأَخ ُر ُم َتَٰش ِبَٰه ٌت ۖ َفَأَّم ا ٱَّلِذ يَن ِفى ُقُلوِبِهْم َز ْيٌغ َفَيَّتِبُعوَن َم ا َتَٰش َبَه ِم ْنُه ٱْبِتَغٓاَء‬

‫ٱْلِفْتَنِة َو ٱْبِتَغٓاَء َتْأِويِلِهۦۗ َوَم ا َيْع َلُم َتْأِويَل ٓۥُه ِإاَّل ٱُهَّللۗ َو ٱلَّٰر ِس ُخ وَن ِفى ٱْلِع ْلِم َيُقوُلوَن َء اَم َّنا ِبِهۦ ُك ٌّل ِّم ْن ِع نِد َر ِّبَناۗ َوَم ا َيَّذ َّك ُر ِإٓاَّل ُأ۟و ُلو۟ا ٱَأْلْلَٰب ِب‬

Artinya :

Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang
muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang
dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat
daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya
melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang berakal.

Muhkam dan Mutasyabih

Kata “muhkam” dan “mutasyabih” adalah bentuk mudzakar, digunakanuntuk mensifati


kata-kata yang mudzakkar, seperti ungkapan al-qur`an yangmuhkam atau yang mutasyabih.
Sedangkan kata “muhkamat” atau“mutasyabihat” adalah bentuk muannats untuk mensifati kata
yang jugamuannats, seperti surah dan ayat muhkamat atau mutasyabihat. Al-qur`anmenampilkan
kata “muhkam” yang terkait dengannya sebanyak tiga kalidalam bentuknya yang berbeda-beda,
yaitu “muhkamat (QS. Ali-`imran[3]:7),uhkimat (QS. Hud[11]: 1), dan muhakkamah (QS.
Muhammad [47]: 20).Sementara kata “mutasyabih” dalam berbagai ragam dan
bentuknyadikemukakan sebanyak dua belas kali yang terpencar dalam beberapa surahdan ayat di
dalam Al-Qur`an. Kedua kata tersebut memiliki beragam arti baikmenurut etimologi maupun
terminologi.

Muhkam secara etimologis adalah sesuatu yang tidak ada perselisihan dan kekacauan
didalamnya, dan ada yang mengatakan bahwa muhkam ialah sesuatu yang belum menjadi
mutasyabih karena keterangannya sudah tegas dan tidak membutuhkan kepada yang lain.
Muhkam merupakan derivasi dari kata “Ahkama” yaitu “Atqana”. Ahkama al-kana berarti
mengokohkan perkataan dengan memisahkan berita yang benar dari yang salah.

2
Dengan demikian Muhkam dapat berarti sesuatu yang dikukuhkan, jelas, fasih, dan
bermaksud membedakan antara informasi yang hak dan yang bathil, serta memisahkan urusan
yang lurus dari yang sesat. Al-qur`an seluruhnya muhkamah, jika yang dimaksud dengan
kemuhkamahannya ialah susunan lafadz al-qur`an dan keindahan nazhamnya, sungguh sangat
sempurna, tidak ada sedikitpun terdapat kelemahan padanya, baik dari segi lafadz maupun
maknanya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah yakni:

‫َٰت‬
‫آلرۚ ِك ٌب ُأْح ِكَم ْت َء اَٰي ُت ۥُه ُثَّم ُفِّص َلْت ِم ن َّلُدْن َح ِكيٍم َخ ِبيٍر‬

Artinya :

Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci,
yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. (QS. Hud (11) : Ayat 1 ).

Adapun mutasyabih secara etimologis berarti tasyabuh, yakni apabilasalah satu dari dua hal
serupa dengan yang lain. Syuhbah ialah keadaandimana salah satu dari dua hal itu tidak dapat
dibedakan dari yang lain karenakemiripan di antara keduanya. Mutasyabih secara bahasa berarti
sesuatu yangmenyerupai dari segala segi antara satu dengan yang lain.

Mutasyabih juga terkadang di padankan dengan mutamatsil dalam perkataan dan


keindahan. Dengan ungkapan tasyabuh al-kalam dapat diartikan “kesamaan dankesesuaian dalam
perkataan, karena sebagiannya membenarkan sebagian yang lain dalam kesempurnaannya dan
sesuai pula dengan makna yang di maksudkannya.

Dapat dikatakan bahwa seluruh Al-Qur`an adalah mutasyabihah, bahwa masing-masing


kemutamatsilan (keserupaan atausebanding) ayat-ayatnya, baik dalam bidang balaghah maupun
dalam bidangi`jaz dan kesulitan kita memperlihatkan kelebihan sebagian sukunya atauyang
lain. Dengan pengertian inilah yang dapat kita ambil berdasarkan firman Allah:

3
‫ٱُهَّلل َنَّز َل َأْح َس َن ٱْلَحِد يِث ِكَٰت ًبا ُّم َتَٰش ِبًها َّم َثاِنَى َتْقَش ِع ُّر ِم ْنُه ُج ُلوُد ٱَّلِذ يَن َيْخ َش ْو َن َر َّبُهْم ُثَّم َتِليُن ُج ُلوُدُهْم َو ُقُلوُبُهْم ِإَلٰى ِذ ْك ِر ٱِهَّللۚ َٰذ ِلَك‬
‫ُهَدى ٱِهَّلل َيْهِد ى ِبِهۦ َم ن َيَش ٓاُء ۚ َو َم ن ُيْض ِلِل ٱُهَّلل َفَم ا َل ۥُه ِم ْن َهاٍد‬

Artinya :

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi
berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit
dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang di
kehendaki-Nya. Dan barang siapa yang di sesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun. (QS. Az-
Zumar (39) : Ayat 23).

2.2 Asbabun Nuzul

Ungkapan asbab an-nuzul merupakan bentukidhafah dari kata“asbab” dan “nuzul”, Secara
etimologi, asbab an-nuzul adalahsebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu.
Meskipun segala fenomena yang melatarbelakangi terjadinya sesuatudapat disebut asbab an-
nuzul, dalam pemakaiannya, ungkapan asbab an-nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan
sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya Alquran, seperti halnya asbab alwurud secara
khusus digunakan bagi sebab terjadinya hadist.

Banyak pengertiannya terminologi yang di rumuskan oleh para ulama, di antaranya:

1. Menurut Az-zarqoni: Asbab an-nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta
hubungan dengan turunnya ayat al-qur’an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat
peristiwa itu terjadi”.

2. Ash-shabuni: asbab an-nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu
ayat atau beberapa ayat mulai yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik
berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan
agama”.

4
3. Subhi shalih: asbab an-nuzul adalah suatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa
ayat al-qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa, sebagai respon atasnya atau penjelas
terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi”.

4. Mana’ Al-Qaththan: asbab an-nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya


al-qur’an, berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa kejadian atau pertanyaan
yang diajukan kepada nabi”.

Kendatipun redaksi pendifinisian di atas sedikit berbeda, semuanya menyimpulkan bahwa


asbab an-nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat al-qur’an,
dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari
kejadian tersebut. Asbab an-nuzul merupakan bahan sejarah yang dapat di pakai untuk
memberikan keterangan terhadap turunnya ayat Al-qur’an dan memberinya konteks dalam
memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan ini hanya melingkupi peristiwa pada
masa al-qur’an masih turun (ashr at-tanzil).

Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya al-qur’an itu sangat beragam,


diantaranya berupa konflik sosial, seperti ketegangan yang terjadi diantara suku Aus dan suku
khazraj ; kesalahan besar, seperti kasus seorang sahabat yang mengimani shalat dalam keadaan
mabuk; dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada nabi, baik
berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan terjadi.

Persoalan mengenai apakah seluruh ayat al-qur’an memiliki asbab annuzul atau tidak,
ternyata telah menjadi bahan kontroversi diantara para ulama. Sebagian ulama berpendapat
bahwa tidak semua ayat al-qur’an memiliki asbab an-nuzul. Oleh sebab itu, ada ayat al-qur’an
yang diturunkan tanpa ada yang melatarbelakanginya (ibtida’), dan sebagian lainnuya diturunkan
dengan di latarbelakamgi oleh sesuatu peristiwa (ghair ibtida’).

Pendapat tersebut hampir menjadi kesepakatan para ulama. Akan tetapi sebagian
berpendapat bahwa kesejarahan arabia pra-qur’an pada masa turunnya al-qur’an merupakan latar
belakang makro al-qur’an, sedangkan riwayat-riwayat asbab an-nuzul merupakan latarbelakang
mikronya.pendapat ini berarti mengaggap bahwa semua ayat Alquran memiliki sebab-sebab
yang melatarbelakanginya

5
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Bahwa memahami konteks Sejarah dan keadaan dibalik penurunan ayat-ayat dapat
memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang maknanya. Meskipun Al-Quran sendiri
memiliki kejelasan dan keagungan makna yang universal, pemahaman tambahan tentang situasi
konkret saat ayat-ayat diturunkan dapat memperkaya interpretasi dan aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari.

SARAN

Anda mungkin juga menyukai