Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SUMBER UTAMA STUDI ISLAM


(Al-Qur’an)
Disusun guna memenuhi mata kuliah Pengantar Studi Islam

Dosen pengampu :
Moh. Irfan, M.H.I

Disusun Oleh :
Moch. Wahyu Nur Rachmatullah ( 05010123011 )
Muhammad Aunir Rofrofil Ukhoidlori ( 05010123012 )
Muhammad Zuhal Az Zabidi ( 05010123013 )

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya tulisan ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penulisan makalah
dengan judul “SUMBER UTAMA STUDI ISLAM (AL-QUR”AN)” ini dalam rangka tugas
kelompok mata kuliah Pengantar Studi Islam.

Dalam penulisan makalah ini penulis jauh dari kata sempurna dan menyadari bahwa
tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan baik secara teknik penulisan maupun
secara materi. Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang
penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak akan penulis terima dengan
senang hati demi penyempurnaan makalah ini.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen dan teman-teman yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, kami mengharap kritik dan saran
yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, termasuk pembaca pada khususnya.

Surabaya, 01 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1. Pengertian dan Hakikat Al Qur’an.........................................................................2
1. Al-Kitab......................................................................................................................2
2. Al-Furqan...................................................................................................................3
3. Az-Zikr........................................................................................................................3
4. Al-Huda......................................................................................................................3
5. An-Nur........................................................................................................................3
6. Al-Bayyinah................................................................................................................4
2.2. Metode Studi Al Quran.............................................................................................5
2.3. Metode Penafsiran Al-Quran...................................................................................6
2.4. Problematisasi Memahami Al-Quran......................................................................9
A. Bahasa Arab Klasik.....................................................................................................9
B. Tafsir Historis...............................................................................................................9
C. Konteks Sosial dan Budaya:.......................................................................................9
D. Kekaburan Makna.......................................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................10
PENUTUP...............................................................................................................................10
3.1. Simpulan...................................................................................................................10
3.2. Kritik Dan Saran.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Al-Quran adalah sumber utama studi Islam dan merupakan kitab suci bagi umat Islam.
Kata pengantar tentang Al-Quran dalam konteks studi Islam bisa mencakup penjelasan
tentang asal-usul, struktur, dan keunggulan kitab suci ini. Ini juga bisa merujuk kepada
konsep-konsep penting dalam memahami Al-Quran, seperti tafsir (penafsiran), hadits (tradisi
Nabi Muhammad), dan ilmu-ilmu terkait yang membantu memahami ajaran dan prinsip-
prinsip Islam. Studi Al-Quran sangat penting dalam memahami keyakinan, praktik, dan
budaya Islam.
Hakikat Al-Quran sebagai sumber studi Islam adalah inti dari pemahaman agama Islam.
Al-Quran dianggap sebagai wahyu ilahi yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
SAW melalui malaikat Jibril.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian dan hakikat dalam memahami Al-Qur’an?
2. Bagaimana pengertian metode Al-Qur’an?
3. Bagaimana problematika memahami Al-Qur’an?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengertian dan hakikat dalam memahami Al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui pengertian metode Al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui problematika memahami Al-Qur’an.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.4. Pengertian dan Hakikat Al Qur’an

Al-Quran menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al
Salih berarti "bacaan", asal kata qara’a. Kata Al-Quran itu berbentuk masdar dengan arti
isim maf’ul yaitu maqru’ Berbicara tentang pengertian Al-Quran, apakah itu dipandang
dari sudut bahasa maupun istilah. Banyak para ulama berbeda pandangan dalam
mendefinisikannya. Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira’ah
berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu
ucapan yang terusun rapi. Quran pada mulanya seperti qira’ah, yaitu masdar (infinitive)
dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan.1

Al-Quran dengan arti bacaan, maka ia adalah kitab suci yang wajib dibaca, dipelajari
serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari setiap umat Islam, karena isi dari kitab tersebut
merupakan ajaran-ajaran wahyu terbaik. Al-Quran juga bentuk mashdar dari ‫ القراة‬yang berarti
menghimpun dan mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah Al-Quran
menghimpun huruf-huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar.

1. Al-Kitab.
Makna kitab adalah buku, yang diambil berdasarkan firman Allah Swt dalam QS. Al-
Baqarah ayat 2 yaitu:

‫ٰذ ِلَك اْلِكٰت ُب اَل َر ْيَب ۛ ِفْيِه ۛ ُهًدى ِّلْلُم َّتِقْيَن‬


Artinya: “Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa.”

1
Fatimah Purba, Jurnal As-Salam Vol.1(2). 2016, Hal.28

2
2. Al-Furqan.
Makna dari ‘furqon’ adalah ‘pembeda’, sehingga Al Furqon bermakna ‘menjadi
pembeda yang benar dan yang salah’. Nama tersebut diambil dari QS. Al-Furqon ayat 1 yang
berbunyi:

‫َتَباَر َك اَّلِذ ي َنَّز َل اْلُفْر َقاَن َع َلٰى َع ْبِدِه ِلَيُك وَن ِلْلَع اَلِم يَن َنِذ يًرا‬

Artinya: “Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al-Quran) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”

3. Az-Zikr.
Adalah ‘peringatan’, sehingga Al-Quran adalah ‘pemberi peringatan’ sebab banyak
ayat-ayatnya yang berisi peringatan pada manusia. Nama ini diambil dari QS. Al-Hijr ayat 9
yang berbunyi demikian:

‫ِإَّنا َنْح ُن َنَّز ْلَنا الِّذْك َر َو ِإَّنا َلُه َلَح اِفُظوَن‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan Sesungguhnya


Kami benar-benar memeliharanya.”

4. Al-Huda.
Kata Huda bermakna ‘petunjuk’ yang berarti ayat-ayat dalam Al-Quran berisi
petunjuk bagi manusia. Huda adalah kata yang ada pada surah Al-Baqarah ayat 185 seperti
berikut ini:

‫َش ْهُر َر َم َض اَن اَّلِذ ي ُأْنِز َل ِفيِه اْلُقْر آُن ُهًدى ِللَّناِس َو َبِّيَناٍت ِم َن اْلُهَد ٰى َو اْلُفْر َقاِن‬

Artinya: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-


Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil).”

5. An-Nur.
Nur dalam bahasa Arab merarti cahaya, sehingga makna An Nur adalah Al-Quran
merupakan cahaya petunjuk dan penerang bagi hati manusia. Dalilnya adalah surah An-
Nur:40:

‫ۗا‬
‫ِاَذ ٓا َاْخ َر َج َيَد ٗه َلْم َيَكْد َيٰر ىَه َو َم ْن َّلْم َيْج َع ِل ُهّٰللا َلٗه ُنْو ًرا َفَم ا َلٗه ِم ْن ُّنْو ٍر‬

3
Artinya: “Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah Tiadalah Dia
mempunyai cahaya sedikit pun.”

6. Al-Bayyinah
Bermakna 'keterangan', yang maknanya adalah ayat dalam Al-Quran berisi keterangan
atau penjelas bagi suatu masalah. Diambil dari surah Al-Bayyinah ayat 1 berikut ini:

‫َل ُك اَّل ْي َكَف ا ْن َاْه اْل ٰت اْل ْش ْي ْنَفِّك ْي ّٰت ى َتْأ اْل َنُۙة‬
‫ِتَيُهُم َبِّي‬ ‫ِل ِك ِب َو ُم ِر ِك َن ُم َن َح‬ ‫ْم َي ِن ِذ َن ُرْو ِم‬

Artinya: “Orang-orang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan
bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti
yang nyata.”2

A. Bukti Kebenaran Al-Quran

Al-Quran tidak dapat dibuat tandingannya, bahkan yang mirip dengan kalam di dalamnya satu
ayat pun tidak bisa. Pada masa pemerintahan Abu bakar Ash-Siddiq, muncul nabi-nabi palsu yang
ingin membuat semacam kitab suci Al-Quran namun gagal total. Mereka tak bisa menulis satu pun
kalimat dengan kualitas kalimat indah seperti yang ada pada Al-Quran. Allah Swt berfirman dalam
QS. Al-Maidah:48 seperti berikut ini:

ۖ ‫ٱُهَّلل‬ ‫َو َأنَز ْلَنٓا ِإَلْيَك ٱْلِكَٰت َب ِبٱْلَح ِّق ُمَص ِّد ًقا ِّلَم ا َبْيَن َيَد ْيِه ِم َن ٱْلِكَٰت ِب َو ُمَهْيِم ًنا َع َلْيِه ۖ َفٱْح ُك م َبْيَنُهم ِبَم ٓا َأنَز َل‬
‫ُأَّم ًة َٰو ِح َد ًة‬ ‫َو اَل َتَّتِبْع َأْهَو ٓاَء ُهْم َع َّم ا َج ٓاَء َك ِم َن ٱْلَح ِّق ۚ ِلُك ٍّل َجَع ْلَنا ِم نُك ْم ِش ْر َع ًة َو ِم ْنَهاًجا ۚ َو َلْو َش ٓاَء ٱُهَّلل َلَجَع َلُك ْم‬

‫َو َٰل ِكن ِّلَيْبُلَو ُك ْم ِفى َم ٓا َء اَتٰى ُك ْم ۖ َفٱْسَتِبُقو۟ا ٱْلَخْيَٰر ِت ۚ ِإَلى ٱِهَّلل َم ْر ِج ُع ُك ْم َجِم يًعا َفُيَنِّبُئُك م ِبَم ا ُك نُتْم ِفيِه َتْخ َتِلُفوَن‬

Artinya: "Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan
membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan
menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan
janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu

2
Cicik Novita, pengertian hakikat al-qur’an dan kebenaranya, (tirto.id: 2021) https://tirto.id/pengertian-hakikat-
al-quran-dan-bukti-kebenarannya-gces, Diakses tanggal 2 Oktober 2023.

4
diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.”

1.5.Metode Studi Al Quran


Pendekatan dalam Studi Al-Quran Al-Quran adalah suatu kitab yang ditujukan
bagi seluruh bangsa di dunia, maka ada beberapa pendekatan dalam studi Al-Quran,
diantaranya adalah:

1.Pendekatan kebahasaan (analisis bahasa)

Telah disepakati oleh semua pihak, bahwa untuk memahami isi kandungan Al-
Quran dibutuhkan pengetahuan Bahasa Arab. Dan untuk memahami arti suatu kata
dalam rangkaian redaksi satu ayat, seseorang terlebih dahulu harus meneliti apa
saja pengertian yang dikandung oleh kata tersebut. Kemudian menetapkan arti yang
paling tepat setelah memperhatikan segala aspek yang berhubungan dengan ayat tadi.
Dengan kata lain, bahwa seseorang yang ingin meneliti tentang ilmu-ilmu Al-Quran
harus mengetahui betul tentang kaedah-kaedah bahasa Al-Quran itu sendiri dalam hal
ini adalah Bahasa Arab, sehingga ia mampu memahami isi yang terkandung dalam ayat
tersebut.

2.Pendekatan korelasi antar ayat dengan ayat lain (analisis ayat per-ayat)

Memahami pengertian suatu kata dalam rangkaian satu ayat, tidak dapat dilepaskan
dari konteks kata tersebut dengan keseluruhan kata-kata dari ayat tadi. Maksudnya
adalah pemaknaan suatu ayat tidak akan sempurna jika tidak diikuti oleh makna ayat sebelum
atau sesudahnya. Dengan demikian terjadinya hubungan sebab akibat antara suatu ayat
dengan ayat lainnya baik sebelum maupun sesudahnya.

3.Sifat penemuan ilmiah

Berkenaan dengan pendekatan ini, Qurais Shihab mengemukakan


pandangannya bahwa, apa yang dijelaskan para ahli dari berbagai disiplin ilmu, sangat
bervariasi dari kebenarannya. Seseorang bahkan tidak dapat mengatas namakan Al-Quran
dalam kaitan dengan pendapatnya, jika pendapat tadi melebihi kandungan redaksi ayat-
ayat. Tetapi ini bukanpenghalang untuk memahami suatu ayat sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan. Hanya selama pemahaman tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip
ilmu tafsir yang telah disepakati.

5
4.Studi hemeneutik

Sebagai cara pendekatan baru, studi humanitik tidak selamanya bisa diterima
oleh seluruh umat Islam. Kerana barangkali kata tersebut masih aneh dan sulit
ditemukan dalam katalog khazanah Islam klasik. Namun, perlu diakui bahwa dengan
pendekatan hermeneutik, kajian tersebut lebih bersifat interdisipliner mengenai Al-Quran.
Sebab Al-Quran selain berbicara tentang nilai-nilai keagamaan, juga banyak berbicara
isyarat-isyarat ilmu pengetahuan bahkan rekaman sejarah Nabi, masa-masa sebelum Al-
Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai rasul terakhir.

1.6.Metode Penafsiran Al-Quran


Yang dimaksud tafsir dalam makalah ini adalah memahami kitabullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad, menjelaskan makna-maknanya serta mengeluarkan
hukum dan hikmahnya.

Dalam mengkaji kandungan Al-Quran ada empat metode tafsir yang dikemukakan oleh
Al Farmawi; yaitu: tahliliy, ijmaliy, muqarran, dan mawdhu‟iy.

1.Metode Tahliliy (Deskriptif/Analisis)

Metode Tafsir Tahlîliy adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan
kandungan ayat-ayat Al-Quran dari seluruh aspeknya. Di dalam tafsirnya, penafsir
mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah tersusun di dalam mush-haf. Penafsir
memulai uraiannya dengan mengemukakan arti kosa kata diikuti dengan penjelasan
mengenai arti global ayat. Ia juga mengemukakan munâsabah (korelasi) ayat-ayat serta
menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain. Begitu pula, penafsir
membahas mengenai sabab al-nuzûl (latar belakang turunnya ayat) dan dalil-dalil yang
berasal dari Rasulullah s.a.w., sahabat, atau para tabi‟in, yang kadang-kadang bercampur-
baur dengan pendapat para penafsir itu sendiri dan diwarnai oleh latar belakang
pendidikannya, dan sering pula bercampur baur dengan pembahasan kebahasaan dan
lainnya yang dipandang dapat membantu memahami nash (teks) Al-Quran tersebut. (al-
Farmawiy: 1996: 12) Muhammad Baqir ash-Shadr menyebut tafsir metode tahlîliy ini
dengan tafsir tajzî‟iy, yang secara harfiah berarti “tafsir yang menguraikan berdasarkan
bagian-bagian atau tafsir parsial”3

3
Fatimah Purba, Jurnal As-Salam Vol.1(2). 2016, Hal.34

6
2.Metode Ijmaliy (Global)

Metode Tafsir Ijmâliy adalah suatu metode tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-
Quran dengan cara mengemukakan makna global. Di dalam sistematika uraiannya,
penafsir akan membahas ayat demi ayat sesuai dengan susunan yang ada di dalam mush-
haf; kemudian mengemukakan makna global yang dimaksud oleh ayat tersebut.Keistimewaan
tafsir ini praktis, sederhana, mudah dipahami, bebas dari penafsiran israiliyyat, akrab dengan
bahasa Al-Quran, serta pesan dalam Al-Quran mudah ditangkap. Sedangkan kelemahannya
ada pada penjelasannya yang terlalu ringkas hingga tidak dapat menguak makna ayat yang
luas dan tidak dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Selain itu tidak ada ruang
untuk mengemukakan analisis yang memadai. Sebagai contoh: ”Penafsiran yang diberikan
tafsir al-Jalâlain terhadap 5 ayat pertama dari surat al-Baqarah, tampak tafsirnya sangat
singkat dan global hingga tidak ditemui rincian atau penjelasan yang memadai.
Penafsiran tentang alif lâm mîm ( ‫) الم‬, misalnya, dia hanya berkata: Allah Maha Tahu
maksudnya. Dengan demikian pula hanya dikatakan: “Yang dibacakan oleh penafsiran ‫ذلك‬
‫الكتاب‬, Muhammad”. Begitu seterusnya, tanpa ada rincian sehingga penafsiran lima ayat
itu hanya dalam beberapa baris saja. Sedangkan tafsir tahlîliy (analitis), al-Maraghi,
misalnya, untuk menjelaskan lima ayat pertama itu ia membutuhkan 7 halaman.

3.Metode Muqarran (Komparasi/Perbandingan)

Yang dimaksud dengan metode ini adalah mengemukakan penafsiran ayat-ayat Al-
Quran yang ditulis oleh sejumlah para mufassir. Disini seorang mufassir menghimpun
sejumlah ayat-ayat Al-Quran, kemudian ia mengkaji dan meneliti penafsiran sejumlah
mufassir mengenai ayat tersebut melalui kitab-kitab tafsir mereka, apakah mereka itu
mufassir dari generasi salaf maupun khalaf, apakah tafsir mereka itu at-tafsîr bi al-
ma‟tsûrmaupun at-tafsîr bi ar-Ra‟yi.

4.Metode Mawdhu‟iy (Tematik/Topikal)

Metode tafsir maudhû‟iy juga disebut dengan dengan metode tematik yaitu
menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang mempunyai maksud yang sama, dalam arti, sama-
sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab
turunnya ayat-ayat tersebut. Kemudian penafsir mulai memberikan keterangan dan penjelasan
serta mengambil kesimpulan. Secara khusus, penafsir melakukan studi tafsirnya ini
dengan metode maudhû‟iy, dimana ia melihat ayat-ayat tersebut dari seluruh seginya,
dan melakukan analisis berdasar ilmu yang benar, yang digunakan oleh pembahas

7
untuk menjelaskan pokok permasalahan, sehingga ia dapat memahami permasalahan
tersebut dengan mudah dan betul-betul menguasainya, sehingga memungkinkan
baginya untuk memahami maksud yang terdalam dan dapat menolak segala kritik.

Karya-Karya Terpenting dalam Studi Al-Quran Banyak ilmu yang lahir dari Al-Quran,
baik itu yang berhubungan langsung dengannya seperti Ulumul Qur'an, Ilmu Tafsir dan
yang lainnya,atau tidak berhubungan langsung namun terinspirasi dari Al-Quran seperti
ilmu alam, ilmu ekonomi dan yang lainnya. Al-Quran menekankan pada kebutuhan
manusia untuk mendengar, menyadari, merefleksikan, menghayati, dan memahami.
Maka, mau tidak mau Al-Quran harus mampu menjawab berbagai problematika yang
terjadi dalam masyarakat.

Berikut adalah ulama dan kitab-kitabnya dari berbagai segi dan macam Ilmu Al-
Quran:

1.Thahir al-Jazairi menulis kitab Al-Tibyan fi Ulumil Quran yang selesai tahun 1335 H.

2.Jamaluddin al-Qasimi (w. 1332 H) menyusun kitab Mahasinut Ta‟wil.

3.Muhammad Abdul Adzim al-Zarqani menyusun kitab Manahilul Irfan fi Ulumil quran (2
jilid).

4.Muhammad Ali Salamah mengarang kitab Manhajul Furqan fi Ulumil quran.

5.Thanthawi Jauhari mengarang kitab al-Jawahir fi Tafsir al-Al-Quran dan Al-Quran wal
Ulumul Ashriyah.

6.Muhmmad Shadiq al-Rafi‟i menyusun I‟jazul Quran.

7.Mustafa al-Maraghi menyusun kitab “Boleh Menterjemahkan al-Al-Quran”.

8.Sayyid Qutub mengarang kitab al-Tashwitul Fanni fil Al-Quran dan kitab Fi Dzilalil
quran.

9.Malik bin Nabiy mengarang kitab al-Dzahiratul Al-Quraniyyah. Kitab ini


membicarakan masalah wahyu dengan pembahasan yang sangat berharga.

10.Muhammad al-Mubarak, Dekan Fakultas Syari‟ah Universitas Syria, mengarang kitab al-
Manhalul Khalid.

8
1.7.Problematisasi Memahami Al-Quran
A. Bahasa Arab Klasik
Bahasa Arab yang digunakan dalam Al-Quran adalah bahasa Arab klasik yang
berbeda dari bahasa sehari-hari yang digunakan oleh penutur Arab modern. Ini menciptakan
hambatan bahasa yang signifikan bagi pembaca modern, yang mungkin tidak memiliki
pemahaman mendalam tentang tata bahasa dan kosakata bahasa Arab klasik. Hal ini dapat
mengakibatkan kesulitan dalam memahami makna asli ayat-ayat Al-Quran.

B. Tafsir Historis
Memahami konteks historis di balik ayat-ayat Al-Quran adalah penting untuk
menginterpretasikan maknanya secara akurat. Sebagian besar ayat Al-Quran diwahyukan
dalam konteks peristiwa-peristiwa tertentu dalam kehidupan Nabi Muhammad dan
komunitasnya. Oleh karena itu, kekurangpahaman tentang konteks ini dapat menyebabkan
penafsiran yang salah.

C. Konteks Sosial dan Budaya:


Al-Quran harus diinterpretasikan dalam konteks sosial dan budaya yang berbeda.
Nilai-nilai, norma, dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat modern seringkali berbeda
dari yang ada pada zaman Nabi Muhammad. Oleh karena itu, pemahaman dan aplikasi Al-
Quran dalam konteks ini memerlukan pemikiran kritis untuk menghindari kesalahpahaman
atau penafsiran yang tidak tepat.

D. Kekaburan Makna
Beberapa ayat Al-Quran memiliki makna yang kabur atau dapat diinterpretasikan
dalam berbagai cara. Hal ini menciptakan potensi perbedaan pendapat di antara ulama Islam
tentang makna dan aplikasi ayat-ayat tersebut. Sebagai contoh, istilah-istilah seperti
"muhkam" (jelas) dan "mutasyabihat" (kabur) dalam Al-Quran mengacu pada ayat-ayat
dengan tingkat kejelasan yang berbeda

9
BAB III

PENUTUP

1.8. Simpulan
Kitab ataupun buku lainnya tidak disebut ibadah bila membacanya ataupun bagi
orang yang mengamalkannya. Selain menjadi ibadah bagi yang membacanya, Al-Quran
juga mempunyai mukjizat (ijaz). Ia merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan bagi
umat manusia di dunia, karena Al-Quran akan abadi hingga akhir zaman nanti.
Bahkan, Allah berjanji, akan senantiasa menjaga dan memeliharanya dari pemalsuan.
Al-Quran merupakan kitab yang berisikan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang didalamnya berisikan petunjuk-petunjuk
kepada seluruh umat manusia.

Sepanjang sejarah fakta historis menunjukkan, kaum muslimin dari sejak dulu,
sekarang dan akan datang, meyakini kebenaran Al-Quran. Dan Allah dalam Al-Quran
sangat jelas sekali menantang siapa saja yang masih meragukan Al-Quran sebagai Firman-
Nya, tatapi tantangan ini sampai sekarang bahkan sampai kiamatpun tidak akan pernah ada
yang sanggup menyanggupinya membuat Al-Quran tandingan kecuali hanya desas-desus
belaka yang dilontarkan oleh para orientalis.

1.9. Kritik Dan Saran


Adapun makalah saya ini adalah hasil pemikiran kami sendiri, yang didasari dari
refrensi-refrensi yang kami dapatkan baik dari buku maupun dari pengetahuan online. Jika
terdapat kesalahan dan kekurangan dari makalah saya ini, saya berharap kritik atau saran dan
masukan dari pembaca, guna untuk mewujudkan perubahan menjadi lebih baik dikemudian
harinya. Terima kasih

10
DAFTAR PUSTAKA

Novita, Cicik. pengertian hakikat al-qur’an dan kebenaranya, (tirto.id: 2021)


https://tirto.id/pengertian-hakikat-al-quran-dan-bukti-kebenarannya-gces, 2023.

Purba, Fatimah. Jurnal As-Salam Vol.1(2). Aceh, 2016

Syafaq, hammis dkk. Pengantar Studi Islam. Surabaya: Nuwailah Ahsana, 2021

11

Anda mungkin juga menyukai