Anda di halaman 1dari 17

AL-QUR’AN DAM WAHYU

Makalah Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu : Isnaini Nur Azizah, M.Pd

Disusun Oleh:

Cahya Maulana Ferdiansyah 221260011

Dina Zulfa Ismi Ma’lufah 221260020

Lia Putri Febriani 221260038

Melda Sari 221260044

Progam Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG

2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Assalamualaikum Wr.Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberi nikmat, rahmat serta
hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Al-Qur’an Dan Wahyu dengan tepat waktu. Makalah ini merupakan salah satu
tugas mata kuliah di progam studi Pendidikan Guru Madrasah IbtidaiyahFakultas
Tarbiyah Universitas Ma’arif Lampung pada semester Dua. Kami ucapkan
terimakasih kepada Ibu Isnaini Nur Azizah, M.Pd.I selaku dosen pembimbing
Mata kuliah Ulumul Qur’andan kepada segenap pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada
banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum. Wr.Wb.

Metro, 14 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. LatarBelakang...........................................................................................1
B. RumusanMasalah.....................................................................................2
C. TujuanPenulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Pengertian Al-Qur-an.................................................................................3
B. Sifat-Sifat Al-Qur’an.................................................................................5
C. Fungsi Al-Qur’an.......................................................................................6
D. Otentisitas Al-Qur’an.................................................................................8
E. Tentang Wahyu..........................................................................................9
F. Fungsi Wahyu...........................................................................................10
G. Otentisitas Wahyu.....................................................................................10
H. Analisis Kritis...........................................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................13

A..Kesimpulan................................................................................................13
B..Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................11

iii
BAB 1

PENDAHULUAH

A. LATAR BELAKANG
Jalan yang benar merupakan tema besar yang menjadi fokus tujuan
semua agama-agama di dunia. Bagi Umat Islam kebenaran yang sejati adalah
mengikuti semua ajaran Tuhan yang telah di ajarkan olehNya kepada Nabi
Muhammad SAW. Ajaran Tuhan ini bersifat langsung dan di sebut wahyu
yaitu ajaran Tuhan yang di sampaikan kepada para utusan. Wahyu atau
“Kalam Ilahi” merupakan ajaran langsung dari Tuhan yang di berikan kepada
manusia untuk membimbingnya menuju jalan yang benar sesuai kehendak
Tuhan.
Al-Qur’an dalam sejarahnya merupakan salah satu sumber yang
menempati jantung kehidupan umat Islam di dunia. Sebagai pedoman hidup
umat Islam, al-Qur’an telah membuktikan sebagai Kitab Suci yang sangat
berpengaruh secara mendalam dalam perubahan besar dan kebangkitan umat
Islam baik dalam sisi karakter atau sosialnya. Sebagai Kitab pedoman yang
paling utama dari umat Islam, yang terdiri dari etika, hukum dan praktik
agama yang harus di jalani oleh pemeluk agama Islam. Umat Islam meyakini
bahwa Kitab ini adalah ajaran langsung atau “wahyu” dari Tuhan, yang
menyatakan bukan hanya doktrindoktrin dan ajaran agama tetapi juga
merupakan jalan hidup bagi jutaan manusia. Karena merupakan ajaran
langsung dari Tuhan, maka meyakini dan menyandarkan semua aspek dalam
kehidupan atas dasar Al-Qur’an merupakan keniscayaan bagi Umat Islam.
Makalah ini akan membahas tentang al-Qur’an dan Wahyu, nama-
nama, fungsi dan otentisitasnya, serta analisis singkat kedudukan serta
perannya dalam Pendidikan Agama Islam.

iv
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Al-Qur-an?
2. Apa Saja Sifat-Sifat Al-Qur’an?
3. Bagaimana Fungsi Al-Qur’an?
4. Apa Otentisitas Al-Qur’an?
5. Apa Yang Dimaksud Tentang Wahyu?
6. Apa Fungsi Wahyu?
7. Apa Otentisitas Wahyu?
8. Apa Analisis Kritis?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui Pengertian Al-Qur-an
2. Untuk mengetahui Apa Saja Sifat-Sifat Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui Bagaimana Fungsi Al-Qur’an
4. Untuk mengetahui Apa Otentisitas Al-Qur’an
5. Untuk mengetahui Apa Yang Dimaksud Tentang Wahyu
6. Untuk mengetahui Apa Fungsi Wahyu
7. Untuk mengetahui Apa Otentisitas Wahyu
8. Untuk mengetahui Apa Analisis Kritis

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur-an
1. Nama-Nama Al-Qur’an
Al-Qur’an secara bahasa berasal dari lafadh benda bentukan
(mashdar) dari kata kerja (fi‘l ) qara’a (‫ قرأ‬,) yang berarti al-Jam’u dan aẓ-
Ẓammu, yang berarti 2 berkumpul. Sedang Qirā’ah berarti kumpulan kata
dan kalimat yang tersusun pada runtut bacaannya.1
As-Suyuthi menyatakan dalam Kitabnya al-Itqan bahwa Al-Qur’an
adalah nama yang khusus untuk Kalam Allah, seperti Injil dan Taurat,
bukan diambil dari kata “Qira’ah” yang berarti bacaan. 2 Pendapatnya ini
berbeda dengan sebagian besar sarjana Muslim yang memandang nama
al-Qur’an secara sederhana merupakan kata benda bentukan (mashdar)
dari kata kerja (fi‘l ) qara’a (‫ ”قرأ‬,(membaca.” Dengan demikian al-qur’ãn
(‫( القرأن‬bermakna “bacaan” atau “yang dibaca” (maqru)3.
As-Suyuthi juga menerangkan sebagian Ulama yang berpendapat
bahwa AlQur’an di ambil dari derivasi kata “ al-Qarā’in” yang berarti
penanda.4Sementara itu Para sarjana Barat yang belakangan pada
umumnya menerima pandangan Friedrich Schwally bahwa kata qur’ãn
merupakan derivasi (isytiqãq) dari bahasa Siria atau Ibrani: qeryãnã,
qiryãnî (“lectio,” “bacaan” atau “yang dibaca”), yang digunakan dalam
liturgi Kristen.5
Dari pendapat di atas asal-usul kata al-Qur’an justru berasal dari al-
Qur’an sendiri yang sangat berkaitan dengan ayat pertama dari Al-Qur’an
“Iqra’” yang berarti bacaan yang menjadi tugas awal Nabi Muhammad

1
Mannā’ al-Qatthān, Mabāhiṡ Fi ‘Ulūm al-Qur’ān, buku digital, (Kairo: Maktabah
Wahbah, 1995), h. 14
2
Sholahuddin Arqoh Dan, Mukhtashar al-Itqan fi Ulumi al-Qur’an li as-Suyuthi, edisi
digital, (Beirut: Dar an-Nafais, 1987), h. 18.
3
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Edisi Digital, (Jakarta: Yayasan
Abad Demokrasi, 2011), h. 54.
4
Sholahuddin Arqoh Dan, Mukhtashar al-Itqan, h. 18.
5
Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, h. 54.

vi
sebagai Nabi dan Rasul dimulai ketika wahyu pertama ini di turunkan
6
Kata qur’ān, baik dengan atau tanpa kata sandang tertentu digunakan
untuk merujuk wahyu-wahyu individual yang disampaikan satu-per-satu
kepada Nabi, atau sebagai suatu istilah umum untuk wahyu Ilahi yang
diturunkan bagian demi bagian. Sementara pada sebagian konteks
lainnya, al-qur’ān terkadang tanpa artikel penentu (al ) disebut sebagai
suatu versi berbahasa Arab dari al-kitãb yang ada di Lawh mahfûzh.
(’adãt al-ta‘rîf,yakni al-), muncul sekitar 70 kali di dalam al-Quran.
Sedang penggunaan terma al-qur’ãn yang paling dekat dengan pengertian
yang dipahami dewasa ini yakni sebagai kitab suci kaum Muslimin
terdapat di dalam suatu konteks (9:111), di mana kata ini disebut secara
bergandengan dengan dua kitab suci lain (Tawrat dan Injil) dalam suatu
konstruksi (tarkîb)yang memberi kesan tentang tiga kitab suci yang
paralel.7
Nama-nama Al-Qur’an yang di tuturkan dalam al-Qur’an adalah:
Busyrā, Ilmun, al-Urwat al-Wutsqā, Haq, Hablun min Allah, bayān li an-
Nās, Munādiy, Nūr-Mubīn, Muhaimin, ‘Adl, Shirāth-Mustaqīm, Bashā’ir,
Kalām-Allah, Hakīm, Mau’idhoh, Huda wa Rahmah, Arabiyy, Qaṣaṣ,
Balāg, Hudā, Syifā, Qayyim, wahyun, Żikrun Mubārak, Zabūr, al-Furqān,
Tanzīl, Ahsan al-Hadīṡ, Maṡāniy, Mutasyābih, aṣ-Ṣidqu, Basyīr wa Nażīr,
‘Azīz, Rūh, ‘Aliyyun-Hakīm, KitābMubīn, Hikmah, Qur’ān-Karīm,
AmruAllah, Tażkirah, ‘Ajab, Naba’un-‘Aẓīm, Ṣuhuf-Mukarramah,
Marfū’at-Muṭahhrah, Majīd, Qaul-Faṣl.8
Mannā’ Qatthān menegaskan bahwa dari nama-nama al-Qur’an
yang paling banyak digunakan adalah al-Qur’ān dan al-Kitāb, yang
mengutip keterangan Dr. Muhammad ‘Abd Allah Darāz bahwa nama al-
Qur’an menghimpun makna bahwa ia selalu di baca dengan lisan, sedang
al-Kitāb menghimpun makna bahwa ia tertulis dalam buku. Keduanya

6
Abdullah Saeed, The Qur’an an Introduction, digital edition, New york: the Taylor &
Francis e-Library, 2008.), h. 38
7
Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, h. 55-56.
8
Sholahuddin Arqoh Dan, Mukhtashar al-Itqan, h. 18-19.

vii
memberi kefahaman bahwa al-Qur’an terjaga dari dua sisi, di hafalkan
dengan lisan dan di tulis dalam buku.9
Secara Istilah menurut kesepatan para ulama al-Qur’an adalah
Kalam Allah yang bersifat i’jāz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang ditulis dalam Mushaf yang diriwayatkan secara mutawatir,
yang membacanya merupakan Ibadah.10
B. Sifat-Sifat Al-Qur’an
1. An-Nur Bermaksud cahaya yang menerangi kegelapan.
Al-Quran disifatkan sebagai nur (cahaya) karena ia memberikan
cahaya keimanan kepada orang yang berada di dalam kegelapan serta
kekufuran. Selain itu, al-Quran juga menjadi cahaya yang menerangi jiwa
orang yang selalu membacanya dan menghayati isi kandungannya.
Firman Allah: Wahai sekalian umat manusia! Sesungguhnya telah datang
kepada kamu: Bukti dari Tuhan kamu, dan Kami pula telah menurunkan
kepada kamu (AlQuran sebagai) Nur (cahaya) Yang menerangi (segala
apa jua Yang membawa kejayaan di dunia ini dan kebahagiaan Yang
kekal di akhirat kelak). (surah an-Nisaa' 4:174)
2. Al-Mubin Bermaksud menerangkan sesuatu.
Al-Quran disifatkan sebagai penerang karena ia menguraikan
ajaran Islam kepada seluruh umat. Firman Allah: Wahai ahli Kitab!
Sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami (Muhammad,
s.a.w) Dengan menerangkan kepada kamu banyak dari (keterangan-
keterangan dan hukum-hukum) Yang telah kamu sembunyikan dari Kitab
suci, dan ia memaafkan kamu (dengan tidak mendedahkan) banyak
perkara (yang kamu sembunyikan). Sesungguhnya telah datang kepada
kamu cahaya kebenaran (Nabi Muhammad) dari Allah, dan sebuah Kitab
(Al-Quran) Yang jelas nyata keterangannya. (surah al-Maa'idah 5:15)

9
Mannā’ al-Qatthān, Mabāhiṡ Fi ‘Ulūm al-Qur’ān, buku digital, (Kairo: Maktabah
Wahbah, 1995), h. 17.
10
Subhi Sholeh, Mabāhiṡ Fi ‘Ulūm al-Qur’ān, buku digital, (Beirut: Dāru al-‘Ilmi li
alMalāyīn, 1977), h. 21.

viii
3. Al-Huda bermaksud petunjuk.
Al-Quran disifatkan sebagai petunjuk karena ia menunjukkan jalan
yang lurus kepada umat manusia. Firman Allah: Wahai umat manusia!
Sesungguhnya telah datang kepada kamu Al-Quran Yang menjadi nasihat
pengajaran dari Tuhan kamu, dan Yang menjadi penawar bagi penyakit-
penyakit batin Yang ada di Dalam dada kamu, dan juga menjadi hidayah
petunjuk untuk keselamatan, serta membawa rahmat bagi orang-orang
Yang beriman. (surah Yunus 10:57)
4. Ar-Rahmah bermaksud kerahmatan.
Allah menyifatkan al-Quran sebagai rahmat karena ia membawa
rahmat kepada orang Mukmin yang senantiasa membaca, mempelajari
dan mengamalkan isi kandungannya. Firman Allah: Wahai umat
manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kamu Al-Quran Yang
menjadi nasihat pengajaran dari Tuhan kamu, dan Yang menjadi
penawar bagi penyakit-penyakit batin Yang ada di Dalam dada kamu,
dan juga menjadi hidayah petunjuk untuk keselamatan, serta membawa
rahmat bagi orang-orang Yang beriman. (surah Yunus 10:57)
C. Fungsi Al-Qur’an
Al-Quran mempunyai sekian banyak fungsi. Di antara fungsinya
menurut Quraisy Syihab adalah menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad
saw. Bukti kebenaran tersebut dikemukakan dalam tantangan yang sifatnya
bertahap.
Pertama, menantang siapa pun yang meragukannya untuk menyusun
semacam Al-Quran secara keseluruhan (baca QS 52:34). Kedua, menantang
mereka untuk menyusun sepuluh surah semacam Al-Quran (baca QS 11:13).
Seluruh Al-Quran berisikan 114 surah. Ketiga, menantang mereka untuk
menyusun satu surah saja semacam Al-Quran (baca QS 10:38). Keempat,
menantang mereka untuk menyusun sesuatu seperti atau lebih kurang sama
dengan satu surah dari Al-Quran (baca QS 2:23).
Paling tidak ada tiga aspek dalam Al-Quran yang dapat menjadi bukti
kebenaran Nabi Muhammad saw., sekaligus menjadi bukti bahwa seluruh

ix
informasi atau petunjuk yang disampaikannya adalah benar bersumber dari
Allah SWT. Pertama, aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya.
Ditemukan adanya keseimbangan yang sangat serasi antara kata-kata yang
digunakannya, seperti keserasian jumlah dua kata yang bertolak belakang.
Menukil dari Abdurrazaq Nawfal dalam Al-Ijaz Al-Adabiy li Al-Qur'an Al-
Karim beberapa contoh, di antaranya: Al-hayah (hidup) dan al-mawt (mati),
masing-masing sebanyak 145 kali; Al-naf' (manfaat) dan al-madharrah
(mudarat), AlThumaninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhiq
(kesempitan/kekesalan), masing-masing 13 kali; Al-kufr (kekufuran) dan al-
iman (iman) dalam bentuk definite, masing-masing 17 kali; dan lain
sebagainya. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya makna
yang dikandungnya, seperti Al-harts dan al-zira'ah (membajak/bertani),
masing-masing 14 kali; Al-'ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh),
masing-masing 27 kali; Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan
jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya, seperti Al-infaq (infak) dengan
al-ridha (kerelaan), masing-masing 73 kali; Albukhl (kekikiran) dengan al-
hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali; Di samping keseimbangan-
keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus. (1) Kata yawm
(hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam
setahun. Sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam)
atau dua (yawmayni), jumlah keseluruhannya hanya tiga puluh, sama dengan
jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti "bulan" (syahr) hanya
terdapat dua belas kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
Kedua adalah pemberitaan-pemberitaan gaibnya. Seperti awetnya
jasad Fir'aun, pada ayat 92 surah itu, ditegaskan bahwa "Badan Fir'aun
tersebut akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran generasi berikut."
Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut, karena hal itu telah terjadi sekitar
1200 tahun S.M. Nanti, pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1896, ahli
purbakala Loret menemukan di Lembah Raja-raja Luxor Mesir, satu mumi,
yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia adalah Fir'aun yang bernama
Maniptah dan yang pernah mengejar Nabi Musa a.s. Selain itu, pada tanggal 8

x
Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka
pembalut-pembalut Fir'aun tersebut. Apa yang ditemukannya adalah satu jasad
utuh, seperti yang diberitakan oleh Al-Quran.
Ketiga, isyarat-isyarat ilmiahnya. Banyak sekah isyarat ilmiah yang
ditemukan dalam Al-Quran. Misalnya diisyaratkannya bahwa "Cahaya
matahari bersumber dari dirinya sendiri, sedang cahaya bulan adalah pantulan
(dari cahaya matahari)" (perhatikan QS 10:5); atau bahwa jenis kelamin anak
adalah hasil sperma pria, sedang wanita sekadar mengandung karena mereka
hanya bagaikan "ladang" (QS 2:223); Kesemua aspek tersebut tidak
dimaksudkan kecuali menjadi bukti bahwa petunjuk-petunjuk yang
disampaikan oleh Al-Quran adalah benar, sehingga dengan demikian manusia
yakin serta secara tulus mengamalkan petunjuk-petunjuknya.
Walaupun Al-Quran menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad, tapi
fungsi utamanya adalah menjadi "petunjuk untuk seluruh umat manusia."
Petunjuk yang dimaksud adalah petunjuk agama, atau yang biasa juga disebut
sebagai syari'at. Syari'at, dari segi pengertian kebahasaan, berarti ' jalan
menuju sumber air." Jasmani manusia, bahkan seluruh makhluk hidup,
membutuhkan air, demi kelangsungan hidupnya. Ruhaninya pun
membutuhkan "air kehidupan." Di sini, syari'at mengantarkan seseorang
menuju air kehidupan itu.11
D. Otentisitas Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut Gary Miller dalam bukunya The Amazing Al-
Qur’an menjawab semua tantangan para penentangnya. Dalam asumsi
penantangnya alQur’an adalah hasil pemikiran Muhamad, tetapi di dalamnya
jika benar asumsi tersebut tentu isinya mencerminkan sebagian besar
pengalaman psikis nabi Muhammad. Dalam sejarah beliau yang melalui
berbagai kejadian pahit dalam kehidupannya pasti ada dalam al-Qur’an,
seperti kematian anak-anak dan istrinya, tetapi semua tidak tercantum di
dalam al-Qur’an.12 Apabila kitab suci itu merupakan rekayasa yang sadar dari
11
Quraish Syihab, Membumikan Al-Qur’an :Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Bandung : Mizan, 1996, Edisi Digital oleh M. Arifin, ISNET.
12
Dr. Gary Miller,"The Amazing Quran,"Abul Qasim Publishing House (AQPH). All

xi
imajinasi kreatif Nabi, maka sumbersumbernya secara pasti dapat dilacak
dalam milieunya. Prasangka semacam ini, seperti telah disinggung di atas,
justeru disangkal dengan tegas oleh al-Quran sendiri ketika menolak dakwaan-
dakwaan senada yang diajukan oposan kontemporer Nabi. 13As-Suyūṭy
menjelaskan bahwa para cendikia bersepakat bahwa al-Qur’an adalah Mu’jizat
terbesar Nabi Muhammad yang tidak ada satupun yang berhasil
menandinginya setelah tantangan al-Qur’an.14
Al-Quran al-Karīm memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan
sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang
keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.
Inna nahnu nazzalna al-dzikra wa inna lahu lahafizhun (Sesungguhnya Kami
yang menurunkan Al-Quran dan Kamilah Pemelihara-pemelihara-Nya) (QS
15:9).15
E. Tentang Wahyu
Di dalam kata “Wahyu” terkandung dua arti yang bersifat mendasar,
sesuatu yang samar dan cepat. Mannā’ Qatthān menyatakan definisi wahyu
dengan memberikan penekanan tekanan terhadap informasi yang bersifat
cepat.16Imam Zarqāny menyatakan bahwa makna wahyu secara syara’ adalah
pengajaran Allah kepada hambaNya yang dipilih segala sesuatu tentang
petunjuk dan ilmu dengan jalan yang rahasia dan tersembunyi.17
Kata wahyu ( telah menjadi istilah teknis dalam terminologi Islam, (
‫ )الوحى‬khususnya untuk merujuk komunikasi pesan Ilahi kepada para nabi. Di
dalam alQuran sendiri, penggunaan kata wahy dan kata-kata bentukannya
tidak hanya dibatasi bagi para nabi, tetapi juga digunakan secara umum untuk
melukiskan bentuk komunikasi yang dijalin antara sesama manusia atau antara
Tuhan dengan makhluk-Nya termasuk para nabi. Berbagai terma lain juga
digunakan di dalam al-Qur’an untuk menunjukkan kandungan wahyu. Di
Rights Reserved 1992, h. 4.
13
Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, h. 71.
14
Sholahuddin Arqoh Dan, Mukhtashar al-Itqan, h. 154.
15
Syihab, Membumikan Al-Qur’an.,
16
al-Qatthān, Mabāhiṡ Fi ‘Ulūm al-Qur’ān, h. 26.
17
Az-Zarqāny, Manāhilu al-‘Irfān Fi Ulūm al-Qur’ān, buku digital, Beirut : Dār al-Kitāb
al-‘Arabiy, 1995, h. 55.

xii
antara nama-nama lain dari Wahyu adalah al-kitãb yang berarti kumpulan
kebenaran yang mengkonfirmasikan kitab-kitab sebelumnya dan pelindung
atasnya,‘ilm (ilmu), hikmah, (hikmah), hudã (petunjuk), syifã’ (penawar), nûr
(cahaya), dan lainlain.18
F. Fungsi Wahyu
Fungsi wahyu adalah sebagai bentuk komunikasi atau transfer
pengetahuan yang di butuhkan manusia dari Tuhan. Manusia sangat
membutuhkan peraturan-peraturan demi memelihara keselamatan dirinya.
Untuk itu diperlukan pengetahuan dari "Sesuatu" yang tidak bersifat egoistis,
yang tidak mempunyai sedikit kepentingan pun, sekaligus memiliki
pengetahuan yang Mahaluas. "Sesuatu" itu adalah Tuhan Yang Mahaesa, dan
peraturan yang dibuatnya itu dinamai "agama".19
G. Otentisitas Wahyu
Imam Zarqāniy telah memberikan banyak bukti dalam kebenaran
adanya wahyu serta kemungkinan-kemungkinan adanya secara akal dan ilmu.
Diantaranya dikatakan bahwa adanya fenomena telepati yang bisa di buktikan
secara ilmiah adalah bentuk pengaruh dari pribadi yang kuat kepada pribadi
yang lebih lemah, maka dari teori tersebut Nabi Muhammad ketika menerima
wahyu lewat malaikat Jibril pada teorinya adalah proses penerimaan pengaruh
yang kuat dari Jibril terhadap diri Nabi sehingga dalam proses penerimaannya
Nabi dalam kondisi yang luar biasa, secara akal jika seseorang bisa
mempengaruhi dan mentransfer pengetahuan kepada orang lain maka proses
interaksi Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril juga sangat memungkinkan
adanya.20
Adanya teknologi mutakhir abad 20 yang seperti telepon, radio,
internet memungkinkan mengirimkan suara dan gambar kepada orang lain di
tempat yang jauh dan berlainan daerah, juga menunjukkan sangat
memungkinkan jika Tuhan yang membuat alam seisinya memberikan

18
Ibid., h. 74.
19
Syihab, Membumikan Al-Qur’an, th.
20
Az-Zarqāny, Manāhilu al-‘Irfān Fi Ulūm al-Qur’ān, buku digital, Beirut : Dār al-Kitāb
al-‘Arabiy, 1995, h. 59.

xiii
informasi kepada hamba pilihanNya. Serta teknologi penyimpanan suara dan
gambar pada benda-benda padat dan kecil seperti kaset, flaskdisk dan kartu
memori dengan hasil yang menyamai aslinya juga menunjukkan kemungkinan
secara akal proses seperti ini pada diri nabi Muhammad SAW21.
Adanya kejeniusan yang menurut Platon adalah kondisi Ketuhanan
yang melahirkan petunjuk-petunjuk yang tinggi bagi manusia. Para ahli
filsafat menyatakan bahwa ini adalah di luar akal manusia, para ahli biologi
menyatakan hal ini bersifat alamiah bukan berasal dari proses belajar juga
menunjukkan bahwa pada diri manusia ada potensi-potensi di luar kontrol
manusia tersebut, yang menunjukkan adanya Tuhan dan segala kehendakNya,
yang ditunjukkanoleh beberapa penelitian seperti tulisan profesor Myers dari
universitas Cambridge dan lain sebagainya22.
Secara akal sehat bahwa Nabi Muhammad SAW yang terkenal dari
masa kecilnya tidak pernah berbohong dan mempunyai akhlak mulia bahkan
mendapat gelar al-Amīn (yang terpercaya) ketika mengaku mendapatkan
sesuatu di luar pengetahuan manusia, yang pada saat itu manusia tidak bisa
memberikan sesuatu yang sebanding, sangat masuk akal untuk mengimani dan
mempercayainya.
H. Analisis Kritis
Al-Qur’an sebagai wahyu Ilahi merupaka mu’jizat terbesar Nabi
Muhammad SAW yang menjadi pedoman dasar, yang mendorong
perubahanperubahan besar yang pada diri manusia, seperti yang terlihat pada
diri bangsa Arab pada saat di turunkan al-Qur’an tersebut. Dalam pendidikan
Islam, al-Qur’an sebagai wahyu Ilahi adalah kitab petunjuk dan mukjizat yang
mempunyai peranperan besar sebagai berikut:
1. Sebagai pedoman dasar dan mukjizat Ilahiah dan kenabian, al-Qur’an
mendorong manusia untuk menggunakan potensi dasarnya untuk belajar
dan membaca dengan ayat pertamanya Iqra’ yang melahirkan ekplorasi

21
Ibid., h. 60.
22
JasaUngguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif; Upaya Mengintegrasikan
Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.
28-37.

xiv
dan pengembangan keilmuan yang sangat penting dalam sejarah keilmuan
dan perkembangan dunia. Ini juga merupakan pengembangan aspek
kognitif dalam pendidikan dasar modern.
2. Sebagai pedoman jalan hidup umat Islam, al-Qur’an dalam banyak tempat
telah menyatakan keseimbangan kehidupan dunia dan akhirat seperti
dalam doa robbanā ātinā fi ad-dunya hasanah, wa fi al-ākhirati hasanah
wa qinā ‘ażāba an-nār, yang menjadi pedoman dasar bagi dasar
pendidikan Islam yang bersifat holistik yang mencakup aspek jasmani dan
rohani.
3. Wahyu dalam pendidikan Islam mempunyai peran terpenting sebagai
sumber pengetahuan transenden yang menempati hirarki tertinggi dalam
struktur sumber pengetahuan dalam diri manusia, setelah indera,
imajinasi, dan berpikir.24 Wahyu secara spiritual menjadi sumber
terpenting mengembangkan segala potensi manusia sesuai tujuan
pendidikan Islam

BAB III

PENUTUP

xv
A. Kesimpulan.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang di turunkan kepada Nabi
Muhammad yang mempunyai nama-nama yang menunjukkan bahwa ia
merupakan wahyu dari Allah untuk petunjuk dan pedoman hidup bagi
manusia. Diantaranya al-kitab, dan at-Tanzil.
Fungsinya adalah sebagai bukti pembenar atau mukjizat bagi Nabi
Muhammad serta petunjuk keselamatan kehidupan dunia dan akhirat.
Otentisitasnya ditunjukkan oleh berbagai bukti ilmiah dan sejarah. Wahyu
adalah pengajaran Allah kepada hambaNya yang dipilih segala sesuatu
tentang petunjuk dan ilmu dengan jalan yang rahasia, cepat dan
tersembunyi. Fungsinya sebagai bentuk komunikasi atau transfer
pengetahuan yang di butuhkan manusia dari Tuhan. Otentisitasnya adalah
kemuliaan akhlak Nabi dan kejujurannya sejak kecil serta berbagai temuan
ilmiah manusia yang memungkinkan adanya wahyu sebagai bentuk
komunikasi tertinggi dari Tuhan.
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami meminta
kritik yang membangun dari para pembaca

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Saeed, 2008. The Qur’an an Introduction, digital edition, New york: the
Taylor & Francis e-Library,

xvi
Adnan Amal Taufik, 2011 Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an, Edisi Digital, Jakarta:
Yayasan Abad Demokrasi

al-Qatthān, Mannā’ 1995 Mabāhiṡ Fi ‘Ulūm al-Qur’ān, buku digital, Kairo:


Maktabah Wahbah,

Arqoh, Sholahuddin 1987Mukhtashar al-Itqan fi Ulumi al-Qur’an li as-Suyuthi,


edisi digital, Beirut: Dar an-Nafais

Az-Zarqāny, 1995 Manāhilu al-‘Irfān Fi Ulūm al-Qur’ān, buku digital, Beirut :


Dār al-Kitābal-‘Arabiy,

Dr. Gary Miller, 1992 The Amazing Quran, Abul Qasim Publishing House
(AQPH). All Rights Reserved

Jasa Ungguh Muliawan 2005, Pendidikan Islam Integratif; Upaya


Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Sholeh Subhi, 1977 Mabāhiṡ Fi ‘Ulūm al-Qur’ān, buku digital, (Beirut: Dāru
al-‘Ilmi li alMalāyīn,

Syihab Quraish, 1996 Membumikan Al-Qur’an :Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung : Mizan,

xvii

Anda mungkin juga menyukai