Anda di halaman 1dari 24

PENGANTAR ILMU AL-QUR’AN

ESENSI AL-QUR’AN

Dosen Pengampu

Muslih Nur Hassan, Lc, M.Ag

Disusun oleh :

Kelompok 2

Fitri E Harahap (11200340000152)

Abdi Rizky (11200340000153)

Nur Risqi Wasiah (11200340000154)

Kelas 1E

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul Esensi Al-
Qur’an.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pengampu mata kuliah “Pengantar Ilmu Al-Qur’an” yaitu Bapak “Muslih Nur Hassan, Lc,
M.Ag. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Esensi Al-
Qur’an bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini, dalam penyusunannya, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita
dalam mempelajari Esensi Al-Qur’an.

Wassalamu’alaikum wr. wb

Ciputat, 21 September 2020

Tim penulis.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar. ............................................................................................................ ii


Daftar Isi. ....................................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan. ..................................................................................................... 1


A. Latar Belakang. .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah. ..................................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan. .................................................................................................. 2

BAB II Pembahasan. .................................................................................................... 3


1. Pengertian al-Qur’an . ................................................................................................ 3
2. Nama-nama lain dari al-Qur’an dan dalilnya. ............................................................ 4
3. Kandungan al-Qur’an ................................................................................................. 7
3.1. Pokok-pokok ....................................................................................................... 7
a. Aqidah ............................................................................................................. 8
b. Ibadah .............................................................................................................. 10
c. Akhlak ............................................................................................................. 11
d. Hukum............................................................................................................. 12
e. Dasar-dasar ilmu pengetahuan (sains) ............................................................ 13
f. Sejarah ............................................................................................................. 14
4. Kedudukan dan fungsi al-Qur’an ................................................................................ 15
5. Al-Qur’an dan teori ilmu pengetahuan ....................................................................... 17
BAB III Penutup. .......................................................................................................... 20
KESIMPULAN. ............................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada umat
manusia melalui Nabi Muhammad saw untuk dijadikan sebagai pedoman hidup.
Petunjuk-petunjuk yang dibawanya pun dapat menyinari seluruh isi alam ini. Sebagai
kitab bidayah sepanjang zaman, al-Qur’an memuat informasi-informasi dasar tentang
berbagai masalah, baik informasi tentang hukum, etika, kedokteran dan sebagainya.
Hal ini merupakan salah satu bukti tentang keluasan dan keluwesan isi kandungan
al-Qur’an tersebut. Informasi yang diberikan itu merupakan dasar-dasarnya saja, dan
manusia lah yang akan menganalisis dan merincinya, membuat keautentikan teks al-
Qur’an menjadi lebih tampak bila berhadapan dengan konteks persoalan-persoalan
kemanusiaan dan kehidupan modern.
Al-Quran juga merupakan kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di
seluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di dunia
baik di bumi maupun di luar angkasa akibat kiamat besar.
Al-Qur’an mempunyai arti yang sangat penting dalam islam. Al-Qur’an
mempunyai berbagai macam fungsi, salah satu fungsi itu adalah bahwa Al-Qur’an itu di
jadikan sebagai sumber ajaran dalam Islam.

Al-Qur’an turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa
ayat, langsung satu surat, potongan ayat, dan sebagainya. Turunnya ayat dan surat
disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan keperluan. Selain itu dengan
turun sedikit demi sedikit, Nabi Muhammad SAW akan lebih mudah menghafal serta
meneguhkan hati orang yang menerimanya. Lama al-quran diturunkan ke bumi adalah
kurang lebih sekitar 22 tahun 2 bulan dan 22 hari.

Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang secara


garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian
atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian al-Qur’an?
2. Apa saja nama-nama lain dari al-Qur’an?
3. Apa kandungan dari al-Qur’an?
4. Bagaimana kedudukan dan fungsi al-Qur’an?
5. Bagaimana hubungan al-Qur’an dan teori ilmu pengetahuan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian al-Qur’an dan nama-namanya.
2. Mengetahui kandungan dari al-Qur’an.
3. Mengetahui kedudukan dan fungsi al-Qur’an.
4. Mengetahui hubungan al-Qur’an dan teori ilmu pengetahuan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian al-Qur’an secara bahasa dan istilah

Dari segi bahasa al-Quran mempunyai berbagai pengertian, antaranya:

Imam Al-Syafi’ie berpendapat, perkataan Al-Qur’an dieja Al-Qur’an, yaitu tanpa huruf
hamzah (‫) القران‬, bukannya Al-Quraan (‫) القرءان‬. Tiada huruf hamzah pada perkataan Al-
Qur’an karena ia merupakan nama khusus bagi perkataan al-Qur’an seperti juga nama bagi
kitab Taurat dan Injil.
Menurut Al-Farra’ dan Al-Qurtubi, perkataan Al-Qur’an berasal daripada perkataan al-
qara’in ( ‫ ) القراءن‬yang bermaksud tanda-tanda atau petunjuk. Ini karena sebahagian ayat-
ayatnya menunjukkan waktu dan pengertian yang sama dengan sebahagian ayat-ayat yang
lain. Huruf nun didalam kata Al-Qara’in itu menunjukkan nun yang asal (asli), bukannya
huruf ziyadah (tambahan).
Mengikut pendapat Al-Asy’ari pula Al-Quran berasal daripada kata qarana (‫ ) قرن‬yang
bermaksud menggabungkan. Hal tersebut karena ayat-ayat Al-Qur’an dan surah-surahnya
dihimpun dan digabungkan dalam satu mushaf.
Al-Qur’an ialah masdar daripada perkataan maqru (‫ ) مقروء‬yang berarti yang dibaca.
Pendapat yang telakhir ini yang lazim dipegang oleh masyarakat pada umumnya, yaitu
menurut Subhi as-shalih pendapat ini lebih kuat dan lebih tetap karena dalam bahasa Arab
lafaz al-Qur’an adalah bentuk masdar yang maknanya sama dengan qiraah yakni bacaan.

Untuk memperkuat pendapat ini, Subhi as-shalih mengutip ayat yang berbunyi:

‫فَإِذَا قَ َرأْنَه ف اتََ بِ ْع ق ْرأَنَه‬.......‫علَ ْينَا َج ْمعَه َوق ْرأّنّه‬


َ ‫ ِإن‬......

Terjemahan:
“sesungguhnya kamilah yang berkuasa mengumpulkan Al-Qur’an itu (dalam dadamu), dan
menetapkan bacaannya (pada lidahmu). Oleh karena itu, apabila kami telah
menyempurnakan bacaanya (kepadamu, dengan perantaraan Jibril), maka bacalah menurut
bacaannya itu. (surat Al-Qiyamah ayat 17 dan 18).

Adapun dari sudut istilah, al-Qur’an diberikan dengan beberapa pengertian, antaranya ialah:

Menurut Manna’ Al-Qathan


‫علَى م َح مد صلعم المتَعَبد بِتِلَََ َوتِ ِه‬
َ ‫َكلَََ م الل ََِّ ََ المنَزل‬

Artinya:
”Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Muhammad SAW dan membacanya
adalah ibadah.”

Kalam sebenarnya meliputi seluruh perkataan, namun karena istilah itu disandarkan
kepada Allah (kalamullah), maka tidak termasuk dalam istilah al-Qur’an perkataan yang
berasal selain dari Allah, seperti manusia, jin dan malaikat. Dengan rumusan yang diturunkan

3
kepada Muhammad SAW berarti tidak termasuk segala sesuatu yang diturunkan kepada para
nabi sebelum Muhammad SAW seperti zabur, Taurat dan Injil
Menurut Muhammad Ali ash-shabuni al-Qur’an adalah firman Allah yang tiada
bandinganya, diturunkan kepada nabi Muhammad SAW penutup para nabi dan rasul, dengan
perantaraan malaikat Jibril AS dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan
kepada kita secara mutawatir. Serta dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai
dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan
berfungsi sebagai mukjizat bukti kerasulan baginda
Menurut pengertian yang diberikan ulama Muttakhirin ialah: al-Qur’an adalah kalam Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mana ia tidak dapat ditandingi oleh
musuhnya walaupun satu ayat.
Al-Qur’an adalah kalam dan wahyu yang bersifat mutlak, tidak terbatas kepada sesuatu
keadaan dan waktu, sesuai dilaksanakan dimana-mana dan dalam apapun hingga hari kiamat.

Walaupun di sana terdapat perselisihan dan perbedaan pengertian yang diberikan oleh ulam,
namun perbedaan itu hanya dalam sudut lafaz saja. Sebagai rumusannya, al-Qur’an adalah
kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang menjadi mukjizat dan
ditulis dalam beberapa macam mushaf, serta diriwayatkan secara mutawatir.

2. Nama-nama lain dari al-Qur’an dan dalilnya

Al-Qur'an mempunyai berbagai nama lain selain nama al-Qur'an. Walau


bagaimanapun, nama terkenal dan yang digunakan secara meluas ialah al-Qur'an. Hal itu
berdasarkan firman Allah:

‫شهر رمضان الذي أنزل في التراث‬

۱۸۵ ‫آیة‬: ۲ ‫سورة البقرة‬

Terjemahan: (Masa yang diwajibkan kamu berpuasa itu) ialah bulan Ramadhan yang padanya
diturunkan al-Qur'an.... (Surah al-Baqarah ayat 185)

Nama dan penggunaan al-Qur’an terhadap kitab Allah yang azali itu bermaksud agar
seseorang senantiasa membaca Al-Qur’an dan dikaji kandungannya yang memuat berbagai
petunjuk dan ilmu pengetahuan.

Selain daripada al-Qur'an, ulama berpendapat kitab suci al-Qur'an mempunyai 66


nama. Manakala Abu al-Ma'ali Azizi bin Abdul Malik dalam kitabnya al-Burhan
mengatakanal-Qur'an mempunyai 55 nama dan ada juga ulama mengatakan al-Qur'an
mempunyai 90 nama. Walau bagaimanapun, semua nama yang diberikan itu sesuai
dengankemuliaan dan keagungannya sebagai sebuah kitab sucidan pengajaran untuk
manusia,daripada Allah S.W.T. Antara nama-nama al-Qur'an ialah:

1. Al-Furqan. Sebagaimana firman Allah S.W.T.:

‫تبارك الذي تل الفقان على عبده ليگو لعليين‬

4
‫نذیرا‬

1‫ایة‬: ۲۵ ‫سورة الفرقان‬

Terjemahan: Maha berkat Tuhan yang menurunkan al-Furqankepada hamba-Nya


(Muhammad), untuk menjadi peringatandan amaran bagi seluruh penduduk alam.(Surah al-
Furqan ayat 1)

Perkataan al-Furqan digunakan sebagai salah satu daripada nama al-Qur'an, kerana
kandungan al-Qur'an itu menjelaskan kepada manusia antara kebenaran dengan kebatilan.
Oleh itu al-Qur'an bertindak sebagai pembezadan pemisahan terhadap ajaran yang benar
dengan ajaran yang salah.

2. Al-Mau'izah. Sebagaimana firman Allah S.W.T.:


‫ربِّك ْم‬ ‫ِ ّمن‬ َ ‫م ْو ِع‬
‫ظة‬ ‫َجا ٓ َءتْكم‬ ْ‫قَد‬ ‫ٱلناس‬ ‫یَٓأَیُّ َها‬

Terjemahan: Wahai umat manusia! Sesungguhnya telah datang kepada kamu al-Qur'an
yang menjadi nasihat pengajaran daripada Tuhan kamu....(Surah Yunus ayat 57)

Perkataan al-Mau'izah digunakan sebagai salah satu daripada nama al-Qur'an di


sebabkan dalam al-Qur'an itu mengandungi pengajaran dan peringatan kepada manusia dan
sekelian alam, baik dalam urusan keduniaan dan akhirat.

3. Al-Kitab. Sebagaimana firman Allah S.W.T.:


‫تزیين الكتب ال ریب فيه من رب العلمين‬

‫ایة‬: ۳۳ ‫سورة السجدة‬

Terjemahan: Diturunkan al-Qur'an ini, dengan tidak ada padanya sebarang syak pun,
dari Tuhan yang memoliharadan mentadbirkan sekalian alam.(Surah al-Sajdah ayat 2)

Perkataan al-Kitab banyak digunakan dan terkenal sebagai salah satu daripada nama-
nama al-Qur'an.Penggunaan perkataan al-Kitab untuk menunjukkan sesuatuyang termaktub
atau tertulis. Justru itu ia menunjukkan tentang wahyu Allah yang terkumpul dan ditulis.
Namun begitu, al-Kitab yang dimaksudkan sebenarnya ialah al-Qur'an yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad s.a.w.

4. Al-Nur. Sebagaimana firman Allah S.W.T.:

. ‫وأنزلنا إليكم ورا بيتا‬

۱۷۶ ‫سورة النساء في أیة‬

Terjemahaan : dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al
Quran).( QS An-Nisa ayat 174).

5
5. Al-Busyra. Sebagaimana firman Allah S.W.T.:
‫ص ِدّقًا ِلّ َما بَ ۡينَ یَدَ ۡی ِه َوهدًى وب ۡشرى ل ِۡلم ۡؤمِ ن ِۡين‬ ِ ‫على قَ ۡلبِكَ بِا ِۡذ ِن ه‬
َ ‫ّٰللا م‬ َ ٗ‫عد ًّوا لّ ِِج ۡب ِر ۡی َل فَاِنهٗ نَزلَه‬
َ َ‫ق ۡل َم ۡن َكان‬
17 ‫آیة‬: ۲ ‫سورة البقرة‬

Terjemahan: Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesiapamemusuhi Jibril maka sebabnya ialah


kerana Jibril itu menurunkan al-Qur'an ke dalam hatimu dengan izin Allah,yang
mengesahkan kebenaran Kitab-kitab yang ada dihadapannya (yang diturunkan sebelumnya),
serta menjadipetunjuk dan memberi khabar gembira kepada orang-orangyang beriman.(Surah
al-Baqarah ayat 97)

6. Al-Ruuha. Sebagaimana firman Allah S:.W.T.:

‫وكذلك أوحينا إليك روحا من أمرنا‬

۲۹ ‫آیة‬: ۲ ‫سورة الشوری‬

Terjemahan: Dan demikianlah kami wahikan kepadamu(wahai Muhammad) - al-Qur'an


sebagai roh (yangmenghidupkan hati) dengan perintah Kami....(Surah al-Syura ayat 52).

7. Al-Majid. Sebagaimana firman Allah S.W.T.:


‫بل هو قرءان مجيد‬

۲۱ ‫آیه‬: ۸۵ ‫سورة البروج‬

Terjemahan:(Sebenarnya apa yang engkau sampaikan kepada mereka bukanlah syair atau
sinir), bahkan ialah al-Qur'an yang tertinggi kemuliaannya.(Surah al-Buruj ayat 21).

8. Al-Zikr. Sebagaimana firman Allah:


‫إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون‬

1 ‫أیة‬: 15 ‫سورة الحجر‬

Terjemahan: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkanal-Qur'an, dan Kamilah yang


memelihara dan menjaganya(Surah al-Hijr ayat 9).

9. Al-Tanzil. Sebagaimana firman Allah:


‫لتنزیل رب العالمين‬, ‫وإنه‬

۱۹۲ ‫ایة‬: ۲۹ ‫سورة الشعراء‬

Terjemahan: Dan sesungguhnya al-Qur'an yang di antaraisinya kesah-kesah yang tersebut


adalah diturunkan olehAllah Tuhan sekalian alam(Surah al-Syu'ara' ayat 192).

Walaupun pada zahirnya terdapat berbagai nama serta perbedaan, namun fungsinya sama
saja, untuk memberi petunjuk dan panduan yang baik kepada manusia dengan membawa
kebenaran.

6
3. Kandungan al-Qur’an

Al-Qur’an berisi pesan-pesan ilahi (risalah illahiyah) untuk umat manusia yang
disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw. Pesan-pesan tersebut tidak berbeda dengan
risalah yang dibawa oleh Nabi Adam, Nuh, Ibrahim dan rasul-rasul lainnya sampai kepada
Nabi Isa, rialah itu adalah mentauhidkan Allah. Konsep ketuhanan yang diajarkan oleh al-
Qur’an tidak berbeda dengan konsep ketuhanan ang diajarkan oleh rasul yang pernah Allah
utus didunia ini.hanya persoalan huum atau syariat sajalah yang selalu berubah sesuai dengan
perubahan situasi dan kondisi dimana nabi itu diutus.

Bagaimanapun juga, kita sering membaca perbincangan al-Qur’an mengeni bumi,


tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, jagat raya, fenomena alam, dan sejarah. Perbincangan
tersebut dalam kitab Suci ini, merupakan rangkaian pembelajaran bagi umat
manusiamengenai tauhid dan ketundukan kepada Allah.1

Sebenarnya banyak ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam al-Qur’an. Akan tetapi,
kebanyakan dari kita hanya membacanya saja tanpa mau memahami isi yang terkandung di
dalamnya. Di bulan Ramadhan, banyak orang-orang berlomba mengkhatamkan al-Qur’an.
Sebenarnya bukan mengkhatamkan yang diutamakan akan tetapi menelaah dan mempelajari
al-Qur’an yang sangat dianjurkan agar tidak terjadi kesalahpahaman memaknai Islam seperti
yang terjadi belakangan ini dimana banyak timbul aliran-aliran sesat yang mengatasnamakan
Islam Ahlussunnah wal Jamaah.

Banyak timbul perpecahan di dalam umat Islam salah satunya adalah tidak
memahami kandungan ayat al-Qur’an seperti yang telah dikatakan di atas. Kebanyakan dari
mereka hanya membaca tapi tidak mempelajari. Itulah gambaran umum isi kandungan al-
Qur’an. Para ahli telah banyak mengkaji dan memperinci kandungannya. Hasil kajiannya
menunjukan perbedaan-perbedaan, sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing.

3.1 Pokok-pokok isi al-Qur’an


Sumber pokok ajaran Islam adalah al-Qur’an. Segala pokok syariat dan dalil-dalil
syar’i yang mencakup seluruh aspek hukum bagi manusia dalam menjalankan hidup di
dunia dan akhirat terkandung dalam al-Qur’an.
Adapun pokok-pokok ajarab yang ada dalam al-Qur’an adalah sebagai berikut.

1
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an,( Amzah: Jakarta, 2009), hlm 165.

7
a. Aqidah
Menurut Hasan Al-Banna “Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa
perkara yang wajib di yakini kebenaranya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan”.2

Menurut Abu bakar Jabir al-Jazairy “Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan
fitrah. Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati serta diyakini kesahihan dan
keberadaanya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu”.

Dari dua definisi di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
rangka mendapatkan suatu pemahaman mengenai aqidah yang lebih proporsional,
yaitu:

a. Setiap manusia memiliki fitrah mengakui kebenaran, indra untuk mencari


kebenaran dan wahyu untuk menjadi pedoman dalam menentukan mana yang
baik dan mana yang buruk. Dalam beraqidah hendaknya manusia menempatkan
fungsi masing-masing instrumen tersebut pada posisi sebenarnya.

b. Keyakinan yang kokoh itu terbebas dari segala pencampur adukan dengan
keragu-raguan walaupun sedikit. Keyakinan hendaknya bulat dan penuh, tiada
bercampur dengan syak dan kesamaran. Oleh karena itu untuk sampai kepada
keyakinan itu manusia harus memiliki ilmu, yakni sikap menerima suatu
kebenaran dengan sepenuh hati setelah meyakini dalil-dalil kebenaran.

c. Aqidah tidak harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa kepada orang


yang meyakininya. Dengan demikian, hal ini mensyaratkan adanya keselarasan
dan kesejahteraan antara keyakinan yang bersifat lahiriyah dan keyakinan yang
bersifat batiniyah. Sehingga tidak didapatkan padanya suatu pertentangan antara
sikap lahiriyah dan batiniah.

2
Ohan Sudjana, Fenomena Aqidah Islamiyah Berdasarkan Quran dan Sunnah, ( Jakarta : Media Dakwah ,
1994), hal 10-13

8
d. Apabila seseorang telah meyakini suatu kebenaran, konsekuensinya ia harus
sanggup membuang jauh-jauh segala hal yang bertentangan dengan kebenaran
yang diyakininya itu.3

Sumber aqidah Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah. Artinya apa saja yang
disampaikan oleh allah dalam al-qur’an dan rasulullah dalam sunnah-nya wajib di
imani, diyakini, dan diamalkan.4 Ada beberapa dalil tentang aqidah, yaitu :

a. Dalil Aqli
Dalil ini dapat diterima apabila hasil keputusannya dipandang masuk akal atau
logis dan sesuai dengan perasaan, tentunya yang dapat menimbulkan adanya
keyakinan dan dapat memastikan adanya iman yang dimaksudkan. Dengan
menggunakan akal manusia merenungkan dirinya sendiri dan alam semesta, yang
dengannya ia dapat melihat bahwa dibalik semua itu terdapat adanya Tuhan pencipta
yang satu.5

b. Dalil Naqli
Yaitu dalil yang bersumber dari al-Qur’an. Dan dalam hal ini, landasan hukum
aqidah yang bersumber dari al-Qur’an antara lain :

Surah al-Ikhlas, ayat 1-4

۞ٌ‫ َولَ ْم يَ ُكن له ۥهُ ُكفُ ًوا أَ َح ٌۢد‬.ْ‫ لَ ْم يَ ِلدْ َولَ ْم يُولَد‬.ُ‫ص َمد‬ ‫ ه‬.ٌ‫ٱَّللُ أ َ َحد‬
‫ٱَّللُ ٱل ه‬ ‫قُ ْل ه َُو ه‬

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".

Surah an-Nahl, ayat 51 :

َٰ َٰ َٰ
۞‫ُون‬ َ ‫ٱَّللُ ََل تَتهخِ ذُ ٓو ۟ا ِإلَ َهي ِْن ٱثْنَي ِْن ِإنه َما ه َُو ِإلَ ٌۭهٌ َٰ َوحِ ٌۭدٌ فَإِيه‬
ْ َ‫ى ف‬
ِ ‫ٱر َهب‬ ‫َوقَا َل ه‬

Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dia-


lah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".

3
Satria Effendi, Ushul Fiqh, Cet III (Jakarta: Kencana, 2009) hal 79

4
Ibid, hlm 79

5
Ibid, hlm 44

9
Surah al-Baqarah, ayat 163 :

‫َل إِ َٰلَهَ إِ هَل ه َُو ه‬


‫ٱلرحْ َٰ َمنُ ه‬
۞‫ٱلرحِ ي ُم‬ ٓ ‫َوإِ َٰلَ ُه ُك ْم إِ َٰلَ ٌۭهٌ َٰ َوحِ ٌۭدٌ ه‬

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.6

b. Ibadah
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa
khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan),
raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan
dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah
qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang
berkaitan dengan hati, lisan dan badan.7

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah


berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan
Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya
Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat
Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)

Allah memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar


mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak
membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya.
Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya
sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada
Allah , ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa
yang disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang
hanya menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah mukmin
muwahhid (yang mengesakan Allah).

Perintah menyembah kepada Allah banyak diterangkan dalam Al-Qur’an


salah satunya didalam Q.S Al-Baqarah ayat 21.

6
Rachmat Syafe’i, Al-Hadis Aqidah, Akhlak, Social, Dan Hukum, (Bandung : Pustaka Setia, 2000), hal 15

7
Karman, Materi Al-Qur’an, (Cetakan Pertama, Hilliana Press, Jakarta, 2014), hlm 23-24

10
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu
dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.(Q.S Al-Baqarah/2:21)

c. Akhlak
Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang
memiliki kedudukan yang sangat penting, di samping dua kerangka dasar lainnya.
Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan
syariah. Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut
setelah fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan
terwujud pada diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik.
Nabi Muhammad Saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa
kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan
akhlak manusia yang mulia. Nabi bersabda:

Artinya: ”Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak


yang mulia”. (HR. Ahmad).8

Apa yang dinyatakan Nabi sebagai misi utama kehadirannya bukanlah


suatu yang mengada-ada, tetapi memang sesuatu yang nyata dan Nabi benar-benar
menjadi panutan dan teladan bagi umatnya dan bagi setiap manusia yang mau
menjadi manusia berkarakter atau berakhlak mulia. Pengakuan akan akhlak Nabi
yang sangat agung bukan hanya dari manusia, tetapi dari Allah Swt. seperti dalam
firmannya:

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang


agung.” (QS. al-Qalam [68]: 4).

Karena keluhuran akhlak dan budi Nabi itulah, Allah Swt. menjadikannya
sebagai teladan yang terbaik bagi manusia, khususnya bagi umat Islam. Allah Swt.
berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab [33]:
21).

8
Hami Naqrah, Sikolujiyyah al-Qishshah fi al-Qur’an,( Jami’ah al-Jazair :Risalah Dukturah, 1971), hlm 85

11
Untuk memahami akhlak Nabi yang lebih rinci di samping ditegaskan
dalam hadis-hadisnya, juga bisa dilihat dari keseluruhan ayat yang berisi perintah-
perintah Allah dan larangan-larangan-Nya. Apa saja yang diperintahkan Allah
dalam al-Quran pasti dilakukan oleh Nabi, dan apa saja yang dilarang Allah dalam
al-Quran pasti ditinggalkan dan dijauhi Nabi. Maka sangat tepat ketika ‘Aisyah
(isteri Nabi) ditanya oleh sahabat bagaimana tentang akhlak Nabi? ‘Aisyah
menjawab, “Akhlak Nabi adalah al-Quran.” Artinya sikap dan perilaku Nabi
sehari-hari tidak ada yang keluar dan menyimpang dari semua aturan yang ada
dalam al-Quran. 9

Karena itu, siapa pun yang bermaksud meneladani Nabi atau bersikap dan
berperilaku seperti Nabi, maka ia harus tunduk dan patuh terhadap seluruh aturan
yang ada dalam al-Quran, baik yang berupa perintah-perintah Allah maupun
larangan-larangan-Nya. Di sinilah pentingnya umat Islam memahami isi
kandungan al-Quran.

d. Hukum
Secara garis besar hukum yang diperbincangkan dalam al-Qur’an meliputi dua
hal yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah meiputi shalat, puasa, zakat, dan haji. Dan
muamalah meliputi hukum keluarga, jinayah, politik dan ekonomi. Ini menunjukan
bahwa hukum islam sangat komprehensif, tidak ada aspek kehidupan manusia tata
aturan hukumnya. Inilah salah satu karakter khusus hukum islam, yang tidak ada
dalam hukum buatan manusia. J.N.D Anderson, seorang orientalis, mengakui hal ini.
Dia mengatakan ‘hukum islam jauh lebih luas cakupannya dari hukum barat, hukum
islam mencakup segala lapangan hukum sekaligus, yaitu hukum publik, hukum privat,
hukum nasional, dan hukum internasional dimana Barat tidak menganggapnya
sebagai hukum.10

Beberapa contoh ayat-ayat al-Qur’an yang mengatur tentang ketentuan


hukum-hukum tersebut antara lain.

ِ ‫َّللاُ ۚ َو ََل ت َ ُك ْن ل ِْل َخائِنِينَ خ‬


‫َصي ًما‬ ‫اس بِ َما أَ َراكَ ه‬ ِ ‫َاب بِ ْال َح‬
ِ ‫ق ِلتَحْ ُك َم بَيْنَ النه‬ َ ‫إِنها أ َ ْنزَ ْلنَا إِلَيْكَ ْال ِكت‬

9
Ibid, hlm 34
10
J.N.D. Andeson, Hukum Islam di Dunia Modern (Terjemah oleh: Machum Husein). Surabaya: Amarpress,
1990, hal 4

12
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah
Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang
tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”. (Q.S An-Nisa /4:105)

َ‫ان فَا ْجت َ ِنبُوهُ لَ َعله ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬


ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
‫ع َم ِل ال ه‬
َ ‫ْس مِ ْن‬ َ ‫َيا أ َ ُّي َها الهذِينَ آ َمنُوا ِإنه َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْيس ُِر َو ْاْل َ ْن‬
ٌ ‫صابُ َو ْاْل َ ْز ََل ُم ِرج‬

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,


berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.”(Q.S Al-Maidah /5:90)

e. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan (Sains)


Al-Qur’an sejak empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara
ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh
Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan
kekuatan (sulthan); kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para
ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, dan hal ini telah terbukti di
era modern sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu
menembus angksa luar bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang
sains dan teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet Mars,
Juipeter dan pelanet -pelanet lainnya.

Menurut Quraish Shihab pemaparan ayat-ayat al-Qur’an tentang ”Kebenaran


Ilmiah” tersebut lebih bertujuan untuk menunjukkan tentang kebesaran Tuhan dan ke
Esa-an Nya, serta mendorong manusia seluruhnya mengadakan observasi dan
penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan KepadaNya.11

Al-Quran demikian menghormati kedudukan ilmu dengan penghormatan yang


tidak ditemukan bandingannya dalam kitab-kitab suci yang lain. Sebagai bukti, al-
Quran menyifati masa Arab pra-Islam dengan jahiliah (kebodohan). Di dalam al-
Quran terdapat beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu dan pengetahuan. Di
dalam sebagian besar ayat itu disebutkan kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu.

11
Atang Abdul Hakim, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
hlm. 137

13
f. Sejarah
Penuturan kisah-kisah dalam al-Qur’an sarat dengan muatan edukatif bagi
manusia, khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut menjadi bagian
dari metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa yang mentauhidkan
Allah SWT. Karena itu ditegaskan Allah SWT.

(QS. Al-A’raf : 176 )‫ص لَ َعله ُه ْم َيتَفَ هك ُرون‬ َ َ‫ص ْالق‬


َ ‫ص‬ ُ ‫ فَا ْق‬........
ِ ‫ص‬

Artinya: Maka kisahkanlah kisah-kisah agar mereka berfikir.

Pemberian contoh kisah-kisah umat terdahulu beserta akibat yang dialami bagi
orang yang menentang perintah Allah serta berperilaku tidak baik secara tidak
langsung mengetuk hati orang yang merenungkan hikmah di balik kisah tersebut.
Kisah menjadi sarana yang lembut untuk merubah kesalahan dan kekufuran suatu
komunitas masyarakat, dengan tidak secara langsung menyalahkan atau menggurui
mereka.

Ayat-ayat tentang kisah dan sejarah dalam Al-Qur’an sebagai berikut.

َ ْ‫علَيْكَ مِ ْن أ َ ْنبَآءِ َما قَد‬


(QS. At-Thaaha: 99)‫سبَقَ َوقَدْ آت َ ْينَاكَ مِ ْن لَدُنها ِذ ْك ًرا‬ ُّ ُ‫َكذَلِكَ نَق‬
َ ‫ص‬

Artinya: Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah


(umat) yang telah lalu, dan sungguh, telah kami berikan kepadamu suatu peringatan
(Al-Qur’an) dari sisi kami.

‫عاقِبَةُ الهذِينَ مِ ْن قَ ْب ُل َكانَ أ َ ْكثَ ُرهُ ْم ُم ْش ِركِين‬


َ َ‫ْف َكان‬ ُ ‫ض فَا ْن‬
َ ‫ظ ُروا َكي‬ ِ ‫اْلر‬ ُ ‫قُ ْل س‬
ْ ‫ِيروا فِي‬

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah


bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-
orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. Ar-Rum: 42).

14
4. Kedudukan dan fungsi al-Qur’an

1. Petunjuk bagi manusia

QS. An-Nahl : 44

44. keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al


Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka[829] dan supaya mereka memikirkan,

[829] Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan, aturan dan lain-lain yang terdapat


dalam Al Quran.

QS. Al-Baqarah : 2-4

2. Kitab[11] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa[12],

3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan
menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka.

4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat[18].

[11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai
isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.

[12] Takwa Yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-
perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan
takut saja.

[13] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan
jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.

[14] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang
ghjaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh
pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah,
malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya.

[15] Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah
dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk
membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. mendirikan shalat ialah
menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-

15
adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang
dibaca dan sebagainya.

[16] Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian rezki, ialah
memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang
disyari'atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum
kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain.

[17] Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah Kitab-Kitab yang
diturunkan sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut
dalam Al Quran yang diturunkan kepada Para rasul. Allah menurunkan kitab kepada Rasul
ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada
rasul.

[18] Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun.
akhirat lawan dunia. kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. yakin akan
adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia
berakhir.

2. Sumber pokok ajaran Islam

QS. An-Nahl : 89

89. (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas
mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas
seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.

QS. Al-An`am : 38

38. dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan
sesuatupun dalam Al-Kitab[472], kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.

[472] Sebahagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauhul mahfudz dengan arti
bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz. dan
ada pula yang menafsirkannya dengan Al-Quran dengan arti: dalam Al-Quran itu telah ada
pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk
kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya.

QS. An-Nisa : 105

105. Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,
supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu,

16
dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang-orang yang khianat[347],

[347] Ayat ini dan beberapa ayat berikutnya diturunkan berhubungan dengan pencurian
yang dilakukan Thu'mah dan ia Menyembunyikan barang curian itu di rumah seorang
Yahudi. Thu'mah tidak mengakui perbuatannya itu malah menuduh bahwa yang mencuri
barang itu orang Yahudi. hal ini diajukan oleh kerabat-kerabat Thu'mah kepada Nabi s.a.w.
dan mereka meminta agar Nabi membela Thu'mah dan menghukum orang-orang Yahudi,
Kendatipun mereka tahu bahwa yang mencuri barang itu ialah Thu'mah, Nabi sendiri
Hampir-hampir membenarkan tuduhan Thu'mah dan kerabatnya itu terhadap orang Yahudi.

3. Peringatan dan pelajaran bagi manusia

QS. An-Nahl : 68-69

68. dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di


pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",

69. kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu
yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang-orang yang memikirkan.

5. Al-Qu’an dan teori ilmu pengetahuan

Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau quranan yang
berarti bacaan atau yang dibaca. Secara general al-Qur’an didefinisikan sebagai sebuah kitab
yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantara malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa
terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah. al-Qur’an juga merupakan pedoman
hidup bagi manusia di dunia dan akhirat.

Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan mengingatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmuilmu
diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi
merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat
secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh
mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemology.
Membahas hubungan al-Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyak atau
tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dikandungnya, tetapi lebih utama adalah

17
melihat, adakah al-Qur’an atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau
mendorongnya, karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan
yang diberikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang dikembangkannya,
tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan sosial yang diwujudkan, sehingga
mempunyai pengaruh (positif atau negatif) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.

Pada dasarnya, secara tidak langsung Allah SWT telah menunjukkan bahwa al-Qur’an
merupakan sumber ilmu pengetahuan.

Al-Qur’an sebagai sumber ilmu sains

Di zaman sekarang, bila kita amati banyak orang yang mencoba menafsirkan
beberapa ayat al-Qur’an dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan modern. Tujuan
utamanya adalah untuk menunjukkan mukjizat al-Qur’an sebagai sumber segala ilmu, dan
untuk menumbuhkan rasa bangga kaum muslimin karena telah memiliki kitab yang sempurna
ini.

Tetapi, pandangan yang menganggap bahwa al-Qur’an sebagai sebuah sumber seluruh
ilmu pengetahuan ini bukanlah sesuatu yang baru, sebab kita mendapati banyak ulama besar
kaum muslim terdahulu pun berpandangan demikian. Diantaranya adalah Imam al-Ghazali.
Dalam bukunya, Ihya ‘Ulum al-Din, beliau mengutip kata-kata Ibnu Mas’ud: “Jika seseorang
ingin memiliki pengetahuan masa lampau dan pengetahuan modern, selayaknya dia
merenungkan al-Qur’an.” Selanjutnya beliau menambahkan: “Ringkasnya, seluruh ilmu
tercakup di dalam karya-karya dan sifat-sifat Allah, dan al-Qur’an adalah penjelasan esensi,
sifat-sifat, dan perbuatan-Nya. Tidak ada batasan terhadap ilmu-ilmu ini, dan di dalam al-
Qur’an terdapat indikasi pertemuannya (Al-Qur’an dan ilmu-ilmu)”,

Bahkan dijelaskan bahwa mukjizat Islam yang paling utama ialah hubungannya
dengan ilmu pengetahuan. Surah pertama (al-Alaq, ayat 1-5) yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW ialah nilai tauhid, keutamaan pendidikan, dan cara untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan diberikan penekanan yang mendalam. Firman Allah SWT (Al-alaq 1-5):

Artinya : ³Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.

Kata bacalah dalam ayat tersebut mengandung arti tentang perintah menuntut ilmu,
apalagi pada saat itu (awal kenabian), bangsa Arab sedang berada pada zaman jahiliyah
(kebodohan). Jika sains dikaitkan dengan fenomena alam, maka dalam al-Qur’an lebih dari
750 ayat menjelaskan tentang fenomena alam. Salah satunya adalah pada Surah Luqman, ayat
10.

Artinya: ³Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia meletakkan
gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu;
dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan kami turunkan air
hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang
baik.´

18
Dalam ayat tersebut, menjelaskan tentang betapa besarnya kekuasaan Allah SWT.
Dalam menciptakan mahluk-mahlukNya. Tidak berhenti sampai disitu, kita juga
diperintahkan untuk mempelajarinya (mahluk). Hal ini telah banyak dilakukan oleh orang
(ilmuwan) Barat, dan malah kebanyakan dari kita hanya mengikuti apa yang mereka katakan.
Padahal, kita sebagai hamba-Nya seharusnya memiliki keharusan yang lebih besar dari pada
mereka. Karena bila diamati, tidak sedikit dari pandangan mereka melenceng dari ajaran
agama Islam. Bila kita hanya mengikuti mereka, dikhawatirkan kita akan terjerumus kedalam
jalan kesesatan bersama mereka.

Posisi Al-Qur’an terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Posisi al-Qur’an terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dijelaskan dengan
jalan mencari sumber ilmu dan sumber cara mengembangkan ilmu menjadi teknologi. Al-
Qur’an sebagai sumber ilmu memberikan benih-benih dasar untuk dapat dikembangkan oleh
menusia menjadi ilmu dan teknologi yang tidak terhingga ragamnya dan arah pencapaiannya.
Selain itu al-Qur’an akan menjamin kebenran ilmu yang bersumber dari-Nya, kebenaran arah
pengembanganya, karena semua bersandar pada sunnah Allah dan jiwa ketakwaan serta
keimanan dari manusia sebagai subyek yang melakukanya. Kisi-kisi batas kewenangan
manusia untuk menggapai ilmu juga telah ditetapkan dalam al-Qur’an.

Peranan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terhadap Islam

Dalam al-Qur’an banyak terkandung teks-teks (ayat-ayat) yang mendorong manusia


untuk melihat, memandang, berfikir, serta mencermati fenomena-fenomena alam semesta
ciptaan Tuhan yang menarik untuk diselidiki, diteliti dan dikembangkan. Al-Qur’an
menantang manusia untuk menggunakan akal fikirannya seoptimal mungkin. Al-Qur`an
memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang sudah diketahui maupun
belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun disebutkan berulang-
ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah
mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap segala macam
peristiwa alam

Pandangan Islam Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dalam pandangan Islam, menurut hukum asalnya segala sesuatu itu mubah termasuk
segala apa yang disajikan berbagai peradaban, semua tidak ada yang haram kecuali jika
terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti, karena Islam bukan agama yang sempit. Adapun
peradaban modern yang begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih
seperti televisi, video, alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta
menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, muda atau anak-anak yang tentunya
alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya, tetapi menjadi tanggung
jawab manusia yang menggunakan dan mengopersionalkannya. Produk iptek ada yan
bermanfaat manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat dan dapat pula
mendatangkan dosa dan malapetaka manakala digunakannya untuk mengumbar hawa nafsu
dan kesenangan semata. Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
tidak anti produk teknologi, tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern
yang teratur dan lurus, asalkan dengan analisa-analisa yang teliti, obyekitf dan tidak
bertentangan dengan dasar al-Qur`an.

19
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam yang tidak dapat
diragukan kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik masa lalu, masa sekarang
maupun masa yang akan datang.

Al-Qur’an berisi pesan-pesan ilahi (risalah illahiyah) untuk umat manusia yang
disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw. Pesan-pesan tersebut tidak berbeda dengan
risalah yang dibawa olae Nabi Adam, Nuh, Ibrahim dan rasul-rasul lainnya sampai kepada
Nabi Isa, rialah itu adalah mentauhidkan Allah. Konsep ketuhanan yang diajarkan oleh Al-
Qur’an tidak berbeda dengan konsep ketuhanan ang diajarkan oleh rasul yang pernah Allah
utus didunia ini.hanya persoalan huum atau syariat sajalah yang selalu berubah sesuai dengan
perubahan situasi dan kondisi dimana nabi itu diutus.

Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan memuat tentang qashas (sejarah)
umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat sekarang (umat Islam).

20
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Dr. Rosmawati. 2010. Pengantar Ulum Al-Quran. Malaysia: Pustaka Salam sdn bhd.

M. Yusuf Kadar, Studi Al-Qur’an,( Amzah: Jakarta, 2009)


Sudjana Ohan, Fenomena Aqidah Islamiyah Berdasarkan Quran dan Sunnah, ( Jakarta :
Media Dakwah , 1994)

Syafe’i Rachmat, Al-Hadis Aqidah, Akhlak, Social, Dan Hukum, (Bandung : Pustaka Setia,
2000)

Karman, Materi Al-Qur’an, (Cetakan Pertama, Hilliana Press, Jakarta, 2014)

Andeson J.N.D, Hukum Islam di Dunia Modern (Terjemah oleh: Machum Husein), Surabaya:
Amarpress, 1990

Hakim Atang Abdul, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009)

Al-Imam al-Syaikh Ibrahim bin Ismail.2003.Ta’lim al-Muta’allim. Semarang: Pustaka al-


Alawiyah.

Bakar, Osman. 1991. Tauhid dan Sains. Bandung: Pustakahidayah.

Ghulsyani, Mahdi. 2001. Filsafat-Sains Menurut Al-Qur’an.Bandung : Mizan.

Subhi Soleh: Mabahith Fi Ulum al-Qur’an, Beirut: Dar al-‘Ilm, 1972M.

21

Anda mungkin juga menyukai