Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FILSAFAT PLATO
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah : Pengantar Filsafat
Dosen pengampu : M. Achwan baharuddin,M.Hum

Disusun oleh:

Nailul Muna H. (2022116026)


Dayyana Sabila (2022116001)
Aryani Fikrimatul Azizah (2022116013)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
( IAIN ) PEKALONGAN
2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………..ii


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………..iii
C. Tujuan Pembahasan ………………………………………………………..iii

BAB II PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Plato ............................................................................1


B. Pemikiran Plato Tentang Idea …………………………………………….3
C. Pemikiran Plato Tentang Etika …………………………………………...6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………9
B. Daftar Pustaka …………………………………………………………....10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Filsafat berkembang pesat pada periode Yunani Klasik dikarenakan
minat orang terhadap filsafat semakin besar. Sehingga dalam usaha untuk
menggambarkannya dengan mudah akan mengalami kesukaran mengenai
kronologisnya. Perkembangan ini berlangsung berangsur-angsur, meskipun
secara relatif berjalan cepat. Meskipun dalam filsafat terdapat banyak perbedaan
pendapat diantara para pemikir yang satu dengan yang lain, namun filsafat
merupakan suatu kesatuan. Filsafat ini merupakan upaya memahami suatu
fenomena.
Disini kita akan menyampaikan tentang sejarah singkat tokoh filsafat dan
pemikirannya.Plato merupakan murid dari Socrates, seorang ahli filsafat yang
cukup terkenal di kalangan para filsuf yang mendasarkan pada keyakinan
metafisik bahwa ada eksistensi dari “yang ada” (idea) yang tidak berubah, tetap,
dan bersifat umum-universal. Maka realitas ini bukannya menjadi melainkan
yang ada (idea). Dengan berdasar pada kenyataan yang tidak berubah seperti itu,
Plato menentang relativisme kaum sophis dan menolak persepsi indera. Dari
sesuatu “yang ada” tadi kemudian lahirlah aliran filsafat yang disebut Plato
sebagai paham Idealisme. Idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan
pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada
hal-hal yang bersifat kebendaan atau material.Pandangannya selalu dilukiskan
dalam gaya bahasa yang indah. Plato merupakan tokoh yang sangat berpengaruh
dalam bidang filsafat. Banyak dialog-dialog dan tulisan-tulisan yang
dihasilkannya sehingga data-data tentang pemikirannnya mudah diperoleh.
Dewasa ini aliran idealisme Plato masih digunakan dalam berbagai pengetahuan
filsafat. Hanya ajaran Plato yang secara nyata memberikan kesempatan yang
sama tanpa melihat gender. Pemikirannya tentang dunia idea dan dunia
pengalaman sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan lama yaitu
mana yang benar, yang berubah-ubah atau yang tetap. pemikiran Plato tentang
Negara sebagai upaya untuk memperbaiki keadaan Negara juga sangat
berpengaruh. Keadaan dan corak masyarakat pada masa itu dijadikan Plato
sebagai dasar dalam pemikiran-pemikirannya dan tidak memaksakan sebuah
sistem untuk diterapkanpada masyarakat. Pada saat itu, kesenjangan antara si
kaya dan si miskin sangat mencolok, pertentangan politik pun kian hebat. Sistem
pemerintahan tidak pernah berjalan secara tetap, karena selalu terjadi perubahan
dari aristokrasi, oligarki hingga demokrasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup Plato?
2. Bagaimana filsafat Plato tentang Idea?
3. Bagaimana filsafat Plato tentang Etika?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui riwayat hidup Plato
2. Untuk mengetahui filsafat Plato tentang Idea
3. Untuk mengetahui filsafat Plato tentang Etika
BAB II

PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Plato

Plato dilahirkan di Athena pada tahun 427 SM dan meninggal disana pada
tahun 347 SM dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun
temurun memegang peranan penting dalam politik Athena. Ia juga bercita-cita menjadi
seorang politikus, tetapi perkembangan politik dimasanya tidak memberi kesempatan
padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diinginkannya.

Namanya bermula Aristokles. Nama Plato diberikan oleh guru senamnya. Ia


memperoleh nama baru karena memiliki perawakan tubuh dan kharisma yang sangat
bagus. Selama 8 tahun ia menjadi murid Sokrates. Ia bepergian ke Italia dan Sisilia. Dan
setelah kembali dari pengembaraannya ia mendirikan sekolah “akademi” (dekat kuil
pahlawan Akademos). Tujuan ia mendirikan sekolah tersebut ialah: memberikan
pendidikan yang intensif dalam ilmu pengetahuan dan filsafat.

Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Plato juga
membagi warganya menjadi tiga bagian kelas yaitu:

a. Golongan pemerintah atau filsuf


Merupakan orang terpilih yang paling cakap dari kelas penjaga. Bertugas
membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaanya, juga memperdalam ilmu
pengetahuan dengan segala kebijaksanaannya.
b. Golongan pengusaha
Mereka lebih bergerak dalam bidang perekonomian dan berproduksi tetapi
tidak memerintah.
c. Golongan cerdik pandai
Mereka diberi makan dan dilindungi, serta mereka juga memerintah.

Selain itu ia juga mengajar filosofi dan memberi uraian berdasarkan dialog
dan tanya jawab di sekolahnya tersebut. Dan memegang kepemimpinan disekolahnya
itu selama 40 tahun.
Seorang filosof pernah menulis tentang dia sebagai berikut: “Plato pandai
berbuat. Ia dapat belajar seperti Solon dan mengajar seperti Sokrates. Ia pandai
mendidik pemuda yang ingin belajar dan dapat memikat hati dan perhatian sahabat-
sahabat terhadapnya. Murid-muridnya begitu sayang padanya seperti ia sayang kepada
mereka. Dia itu bagi mereka adalah sahabat, guru, dan penuntun”.

Plato adalah seorang yang tidak pernah kawin dan tidak punya anak.
Kemenakannya Speusippos menggantikannya mengurus sekolah yang dibangunnya
setelah kepergiannya.

Karyanya sangat banyak dan masih tetap lengkap. Sulit membedakan hasil
karyanya yang asli dan yang bukan, tetapi yang dikatakan sebagai ditulis olehnya.
Pembagian yang mendekati kebenarannya adalah pembagian yang didasarkan atas
patokan lahiriyah, dalam 5 kelompok, yaitu: karyanya saat masih muda, pada tahap
peralihan, yang mengenai idea-idea, pada tahap kritis, dan pada masa tuanya. Bukunya
seperti: Apologia, Politeia, Sophistes, Timaois, dan lainnya.

Sebagian besar tulisannya disusun dalam bentuk dialog. Mengapa? Entah atas
sebab apa, sangat sukar dijawab. Barangkali karena pengaruh Sokrates, yang
kelihatannya memang memegang peranan penting dalam karya-karyanya. Begitu
penting tempat yang diberikannya kepada Sokrates (sering dijadikan tokoh utama),
sehingga karya-karya Plato itu dapat dipandang sebagai monumen atau tugu peringatan
bagi Sokrates.

Dari segala karyanya dapat diketahui, bahwa Plato kenal para filsuf
pendahulunya, seperti: Herakleitos, Pythagoras, para filsuf Elea dan terlebih-lebih para
kaum sofis. Ingin sekali ia ikut berusaha menangani persoalan yang dihadapi oleh
Herakleitos dan Parmenides mengenai gerak dan perhentian. Akan tetapi Plato yakin,
bahwa disamping hal-hal yang beranekaragam dan yang dikuasai oleh gerak serta
perubahan-perubahan itu tentu ada yang tetap, yang tidak berubah. Memang harus
diakui, bahwa ada hal-hal yang berubah dan ada hal-hal yang tidak berubah. Keduanya
tidak dapat disangkal. Menurut Plato, tidak mungkin seandainya yang satu mengucilkan
yang lain, artinya: bahwa mengakui yang satu, harus menolak yang lain. Juga tidak
mungkin, bahwa kedua-duanya berdiri sendiri-sendiri, yang satu lepas dari yang lain.
Plato ingin mempertahankan keduanya, memberi hak berada bagi keduanya.

Pemecahan Plato terletak disini, bahwa yang serba berubah itu dikenal oleh
pengamatan, akan tetapi yang tidak berubah dikenal olleh akal. Seperti: didalam
pengamatan kita mengenal segitiga yang bermacam-macam. Ada yang siku-siku, ada
yang kecil, ada yang besar, atau yang lainnya. Segala macam segitiga itu dikenal
melalui pengamatan. Akan tetapi dengan akal kita sampai pada segitiga seperti keadaan
yang sebenarnya, yang tetap, yang tidak berubah, yang kekal, tidak tergantung pada
segitiga yang kita amati. Dengan melalui akal kita mengenal yang baik (kebaikan), yang
benar (kebenaran), dan yang indah (keindahan).

Plato berhasil menjembatani pertentangan yang ada antara Herakleitos, yang


menyangkal tiap perhentian, dan Permenides, yang menyangkal tiap gerak dan
perubahan. Yang tetap, yang tidak berubah, yang kekal itu oleh Plato disebut “idea”

Filsafat Plato adalah usaha untuk menjembatani pertentangan yang terdapat


diantara para filsuf yang mendahului dia, dan mencoba keluar dari pemilihan yang sulit,
yang dihadapi oleh Herakleitos dan Permenides, yaitu dengan memberi bentuk
tersendiri kepada hal-hal yang berubah dan tidak berubah. Persoalan-persoalan yang
dihadapi Herakleitos dan Permenides dilihatnya dari segi keberadaan manusia. Akan
tetapi, pemecahan Plato ini bukanlah satu-satunya pemecahan yang dapat diberikan
terhadap persoalan diatas. Namun, hal ini juga akan ada dalam filsafat Aristoteles.

B. Filsafat Plato tentang Idea

Bahwa alam sebenarnya tersusun atas dua. Ada dualitas alam dimana alam yang
lebih tinggi yang dalam hal ini merupakan sebuah kesempurnaan yang disebut sebagai
Idea. Alam idea adalah alam kesempurnaan, alam yang lebih dahulu hadir sebelum
hadirnya alam materi. Dalam filsafat ini Plato menyebutkan bahwa alam materi pada
dasarnya hanyalah cerminan dari alam idea.

Alam Idea adalah alam yang padanya bentuk-bentuk sempurna dari sesuatu itu
ada. Alam ini adalah alam yang bersifat abadi, tidak hancur dan kekal serta tidak tunduk
pada hukum-hukum materi. Hukum materi adalah hukum tentang kehancuran dan
ketidakabadian. Sedangkan materi adalah timbal balik dari idea. Timbal balik bahwa
materi adalah alam dengan sifat-sifat ketidak sempurnaan dari idea. Kalau idea adalah
alam keabadian, maka materi adalah alam yang bersifat sementara. Alam materi dapat
hancur dan tidak mutlak seperti alam idea.

Dalam filsafat plato disebutkan bahwa sebelum jasad tercipta, jiwa adalah
entitas di alam idea. Pada saat jiwa masih merupakan entitas alam idea, jiwa memiliki
semua kesempurnaan pengetahuan karena jiwa adalah sesuatu yang sempurna. Jiwa
mengetahui segala sesuatu. Namun pada saat jasad tercipta di alam materi maka jiwa
harus turun bersatu bersama jasad dan tunduk pada hukum-hukum ketidaksempurnaan
materi. Jiwa menjadi sesuatu yang tidak sempurna dan jiwa mengalami kelupaan
terhadap seluruh pengetahuan yang pernah dimilikinya ketika berada di alam idea.

Ide merupakan inti dasar dari seluruh filasafat yang diajarkan oleh Plato. Ia
beranggapan bahwa ide merupakan suatu yang objektif, adanya ide terlepas dari subjek
yang berfikir. Ide tidak diciptakan oleh pemikiran individu, tetapi sebaliknya pemikiran
itu tergantung dari ide-ide. Dalam menerangkan ide ini Plato menerangkan dengan teori
dua dunianya, yaitu dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan
pancaindera, sifat dari dunia ini tidak tetap terus berubah, dan tidak ada suatu
kesempurnaan. Dunia lainnya adalah dunia ide, dan dunia idea ini semua serba tetap,
sifatnya abadi dan tentunya serba sempurna. Ide mendasari dan menyebabkan benda-
benda jasmani. Hubungan antara ide dan realitas jasmani bersifat demikian rupa
sehingga benda-benda jasmani tidak bisa berada tanpa pendasaran oleh idea-idea itu.
Hubungan antara ide dan realitas dibagi menjadi tiga:
 Ide hadir dalam benda-benda konkrit.
 Benda konkrit mengambil bagian dalam idea, disini Plato memperkenalkan
partisipasi dalam filsafat.
 Ide merupakan model atau contoh bagi benda-benda konkrit. Benda-benda
konkrit itu merupakan gambaran tak sempurna yang menyerupai model tersebut.
Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada dan yang nyata di alam
ini hanya idea. Dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama
dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar, sedangkan ruangannya tidak
mempunyai batas. Tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan
tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya
kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.

Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma
lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia.
Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau
materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma.

Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami bahwa secara metafisis,


pikiran barulah berupa gerakan-gerakan rohaniah untuk menemukan hakikat yang
mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu
dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan rohani ini, akhirnya
membentuk kebudayaan dan peradaban baru. Dengan demikian, sumber pengetahuan
itu terletak pada kenyataan rohani dan kepuasaan hanya bisa dicapai dan dirasakan
dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang dalam idealisme disebut dengan idea.

Berangkat dari teorinya tentang ide, Plato meneruskan penjelasannya tentang


pengetahuan sejati (True Knowledge). Ia percaya bahwa segala sesuatu yang kita lihat di
sekeliling kita di alam ini, segala sesuatu yang nyata, dapat disamakan dengan busa
sabun, sebab tidak ada sesuatupun di dunia inderawi yang abadi. Manusia dan hewan
lambat laun akan mati dan membusuk bahkan balok marmer pun lambat laun akan
hancur. Sehingga Plato berkesimpulan bahwa kita tidak akan dapat memiliki sesuatu
pengetahuan yang sejati (True Knowledge) dari segala sesuatu yang selalu berubah.
Kita hanya akan mempunyai pengetahuan sejati tentang segala sesuatu yang dipahami
oleh akal kita.

Menurut Plato yang dapat menunjukkan pengetahuan sejati (True Knowledge)


adalah Matematika, karena matematika itu tidak pernah berubah dan selalu benar.
Sebagai contoh bila seorang guru menanyakan pada murid-muridnya tentang warna
pelangi apakah yang paling indah, barangkali dia akan mendapatkan banyak jawaban
yang berlainan. Tapi jika ditanya berapakah 8 X 3, maka seluruh murid akan
memberikan jawaban yang sama. Sebab kini akal yang berbicara bukan perasaan. Dan
akal hanya akan mengungkapkan keadaan yang kekal dan universal.
Dari teori dualisme dunia yang dikemukakannnya, Plato juga percaya bahwa
semua fenomena alam itu hanyalah bayang-bayang dari bentuk atau ide yang kekal.
Tapi kebanyakan manusia sudah puas hidup ditengah bayang-bayang. Mereka tidak
memikirkan bayang-bayang itu. Mereka mengira bahwa hanya bayang-bayang itulah
yang ada, tanpa menyadari bahwa bayang-bayang itu hanyalah sekedar bayang-bayang.
Plato menjelaskan hal ini dalam sebuah Allegori “manusia gua”.

C. Filsafat Plato tentang Etika

Seperti juga dengan pandangan sokrates, etik plato bersikap intelektual dan
rasionil. Dasar ajarannya ialah mencapai budi baik. Budi ialah tahu. Orang yang
berpenetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Sebab itu sempurnakanlah pengetahuan
dengan pengertian.

Tujuan hidup ialah mencapai kesenangan hidup. Yang dimaksud dengan


kesenangan hidup itu bukanlah memuaskan hawa nafsu didunia ini. Kesenangan hidup
diperoleh dengan pengetahuan. yang tepat tentang nilai barang barang yang dituju.
Dibawah cahaya idea kebaikan harus mencapai terlaksananya keadilan dalam pergaulan
hidup. Apa yang baik bagi orang-seorang baik bagi masyarakat. Dan apa yang baik baik
bagi masyarakat baik bagi orang-seorang. Antara kepentingan orang-seorang dan
kepentingan masyarakat tidak boleh ada pertentangan.

Pendapat plato seterusnya tentang etik bersendi pada ajarannya tentang idea.
Dualism dunia dalam teori pengetahuan diteruskannya kedalam praktik hidup. Oleh
karena kemauan seseorang bergantung kepada pendapatnya, nilai kemauannya itu
ditentukan pula oleh pendapat itu. Dari pengetahuan sebenarnya yang dicapai dengan
dialektik timbul budi yang lebih tinggi daripada yang dibawakan oleh pengetahuan dari
pandangan. Jadinya, menurut plato, ada dua macam budi.

Pertama, budi filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian.

Kedua, budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang
dipakai tidak terbit dari keyakinan,melainkan disesuaikan kepada moral orang banyak
dalam hidup sehari-hari.
Tujuan budi filosofi terletak didalam dunia yang tidak kelihatan. Budi biasa
tujuannya ialah barang-barang keperluan hidup didunia ini. Oleh karena tujuannya
berlainan, daerah berlakunya berlainan pula. Dengan begitu plato mengatasi
pertentangan antara ajaran sokrates dan ajaran kaum sofis. Tetepi ada hubungan antara
yang dua itu. Hubungan itu timbul karena kerinduan jiwa untuk kembali pulang kedunia
yang asal. Semua yang kelihatan menyerupai yang tidak kelihatan. Jiwa yang murni
sangat rindu kepada dunia yang asal, dimana ia dapat memandang semuanya dalam
kesuciannya dan kesempurnaannya. Hal ini menjadi dasar yang normative bagi etik dan
agama.

Manusia yang mengetahui yang tinggi tinggi itu yang disinari oleh idea
kebaikan, tidak dapat tidak mencintainya. Keinginannya tidak lain daripada naik keatas.
Syarat untuk iyu ialah mengasah budi. Budi ialah tahu. Siapa yang tahu apa yang baik,
tidak dapat lagi menyimpng dari itu. Siapa yang cinta akan idea, tidak dapat berbuat
jahat. Jadinya, jalan untuk mencapai budi baik ialah menanam keinsafan untuk memiliki
idea dengan pemikiran.

Tanda dunia idea ialah tidak beruba-ubah, pasti dan tetap dan merupakan bentuk
asal. Itulah yang membedakannya dari dunia nyata, yang berubah senantiasa. Dalam
perubahan itu dapat ditiimbulkan bentuk-bentuk tiruan daripada bangunan yang asal,
dari dunia idea. Sebab itu ada dua jalan yang dapat ditempuh untuk melaksanakan dasar
etik.

Pertama, mealarikan diri dari dari dalam pikiran dari dunia yang lahir dan hidup
semata-mata dalam dunia idea. Kedua, mengusahakan berlakunya idea itu dalam dunia
yang lahir ini. Dengan perkataan lain: melaksanakan “hadirnya” idea dalam dunia ini.
Tindakan yang pertama merupakan suatu perbuatan yang ideal. Tindakan yang kedua
kelihatan lebih riil.

Kedua-dua jalan itu ditempuh oleh plato. Pada masa mudanya, seperti ternyata
dalam bukunya phaedros, gorgias, thaetet, dan phaedon, ia melalui jalan pertama.
Pelaksanaan etiknya didasarkannya pada memiliki idea sebesar-besarn dengan menjauhi
dunia yang nyata. Hidup diatur sedemikian rupa, sehingga timbul cinta dan rindu
kepada idea.
Plato mungkin merasai kemudian, bahwa ideal itubsusah melaksanakannya.
Dalam bagian kedua daripada hidupnya ia berpaling kepada jalan yang kedua.
Sungguhpun bangunan-bangunan tiruan daripada idea jauh dari sempurnaa, sikap hidup
diatur sedemikian rupa, supaya dunia yang lahir “ikut serta” pada idea. Cara itu
dibentangkannya didalam bukunya republic, dengan menciptakan suatu Negara ideal.

Tetapi kedua tujuan etik itu yang berlainan jalannya, dalam konsepsi plato
bersatu kembali pada bidang agama, yang menekankan bahwa budi adalah tujuan untuk
melaksanakan idea keadilan dalam kehidupan orang-seorang dan dalam Negara sebagai
badan kolektif.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Plato adalah seorang filosof Yunani yang lahir di Athena pada tahun 427
SM dan meninggal disana pada tahun 347 SM dalam usia 80 tahun. Ia
adalah seorang murid dari Sokrates. Begitu penting tempat yang
diberikannya kepada Sokrates (sering dijadikan tokoh utama), sehingga
karya-karya Plato itu dapat dipandang sebagai monumen atau tugu
peringatan bagi Sokrates.
2. Ide merupakan inti dasar dari seluruh filasafat yang diajarkan oleh Plato. Ia
beranggapan bahwa ide merupakan suatu yang objektif, adanya ide terlepas
dari subjek yang berfikir. Ide tidak diciptakan oleh pemikiran individu,
tetapi sebaliknya pemikiran itu tergantung dari ide-ide.
3. Etik plato bersikap intelektual dan rasionil. Dasar ajarannya ialah mencapai
budi baik. Budi ialah tahu. Orang yang berpenetahuan dengan sendirinya
berbudi baik. Sebab itu sempurnakanlah pengetahuan dengan pengertian.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Hatta. 1986. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: Tintamas Press. 1986.

Dr. Harun Hadiwijono. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: KANISIUS Press.
2002.

Drs. Sudarsono. S.H. M.SI. 2008. Ilmu Filsafat Kata Pengantar. Jakarta: PT. RINEKA
CIPTA Press. 2003.

Anda mungkin juga menyukai