FILSAFAT PLATO
Disusun guna memenuhi tugas :
Mata kuliah : Pengantar Filsafat
Dosen pengampu : M. Achwan baharuddin,M.Hum
Disusun oleh:
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………………9
B. Daftar Pustaka …………………………………………………………....10
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup Plato?
2. Bagaimana filsafat Plato tentang Idea?
3. Bagaimana filsafat Plato tentang Etika?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui riwayat hidup Plato
2. Untuk mengetahui filsafat Plato tentang Idea
3. Untuk mengetahui filsafat Plato tentang Etika
BAB II
PEMBAHASAN
Plato dilahirkan di Athena pada tahun 427 SM dan meninggal disana pada
tahun 347 SM dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun
temurun memegang peranan penting dalam politik Athena. Ia juga bercita-cita menjadi
seorang politikus, tetapi perkembangan politik dimasanya tidak memberi kesempatan
padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diinginkannya.
Plato mempunyai kedudukan yang istimewa sebagai seorang filosof. Plato juga
membagi warganya menjadi tiga bagian kelas yaitu:
Selain itu ia juga mengajar filosofi dan memberi uraian berdasarkan dialog
dan tanya jawab di sekolahnya tersebut. Dan memegang kepemimpinan disekolahnya
itu selama 40 tahun.
Seorang filosof pernah menulis tentang dia sebagai berikut: “Plato pandai
berbuat. Ia dapat belajar seperti Solon dan mengajar seperti Sokrates. Ia pandai
mendidik pemuda yang ingin belajar dan dapat memikat hati dan perhatian sahabat-
sahabat terhadapnya. Murid-muridnya begitu sayang padanya seperti ia sayang kepada
mereka. Dia itu bagi mereka adalah sahabat, guru, dan penuntun”.
Plato adalah seorang yang tidak pernah kawin dan tidak punya anak.
Kemenakannya Speusippos menggantikannya mengurus sekolah yang dibangunnya
setelah kepergiannya.
Karyanya sangat banyak dan masih tetap lengkap. Sulit membedakan hasil
karyanya yang asli dan yang bukan, tetapi yang dikatakan sebagai ditulis olehnya.
Pembagian yang mendekati kebenarannya adalah pembagian yang didasarkan atas
patokan lahiriyah, dalam 5 kelompok, yaitu: karyanya saat masih muda, pada tahap
peralihan, yang mengenai idea-idea, pada tahap kritis, dan pada masa tuanya. Bukunya
seperti: Apologia, Politeia, Sophistes, Timaois, dan lainnya.
Sebagian besar tulisannya disusun dalam bentuk dialog. Mengapa? Entah atas
sebab apa, sangat sukar dijawab. Barangkali karena pengaruh Sokrates, yang
kelihatannya memang memegang peranan penting dalam karya-karyanya. Begitu
penting tempat yang diberikannya kepada Sokrates (sering dijadikan tokoh utama),
sehingga karya-karya Plato itu dapat dipandang sebagai monumen atau tugu peringatan
bagi Sokrates.
Dari segala karyanya dapat diketahui, bahwa Plato kenal para filsuf
pendahulunya, seperti: Herakleitos, Pythagoras, para filsuf Elea dan terlebih-lebih para
kaum sofis. Ingin sekali ia ikut berusaha menangani persoalan yang dihadapi oleh
Herakleitos dan Parmenides mengenai gerak dan perhentian. Akan tetapi Plato yakin,
bahwa disamping hal-hal yang beranekaragam dan yang dikuasai oleh gerak serta
perubahan-perubahan itu tentu ada yang tetap, yang tidak berubah. Memang harus
diakui, bahwa ada hal-hal yang berubah dan ada hal-hal yang tidak berubah. Keduanya
tidak dapat disangkal. Menurut Plato, tidak mungkin seandainya yang satu mengucilkan
yang lain, artinya: bahwa mengakui yang satu, harus menolak yang lain. Juga tidak
mungkin, bahwa kedua-duanya berdiri sendiri-sendiri, yang satu lepas dari yang lain.
Plato ingin mempertahankan keduanya, memberi hak berada bagi keduanya.
Pemecahan Plato terletak disini, bahwa yang serba berubah itu dikenal oleh
pengamatan, akan tetapi yang tidak berubah dikenal olleh akal. Seperti: didalam
pengamatan kita mengenal segitiga yang bermacam-macam. Ada yang siku-siku, ada
yang kecil, ada yang besar, atau yang lainnya. Segala macam segitiga itu dikenal
melalui pengamatan. Akan tetapi dengan akal kita sampai pada segitiga seperti keadaan
yang sebenarnya, yang tetap, yang tidak berubah, yang kekal, tidak tergantung pada
segitiga yang kita amati. Dengan melalui akal kita mengenal yang baik (kebaikan), yang
benar (kebenaran), dan yang indah (keindahan).
Bahwa alam sebenarnya tersusun atas dua. Ada dualitas alam dimana alam yang
lebih tinggi yang dalam hal ini merupakan sebuah kesempurnaan yang disebut sebagai
Idea. Alam idea adalah alam kesempurnaan, alam yang lebih dahulu hadir sebelum
hadirnya alam materi. Dalam filsafat ini Plato menyebutkan bahwa alam materi pada
dasarnya hanyalah cerminan dari alam idea.
Alam Idea adalah alam yang padanya bentuk-bentuk sempurna dari sesuatu itu
ada. Alam ini adalah alam yang bersifat abadi, tidak hancur dan kekal serta tidak tunduk
pada hukum-hukum materi. Hukum materi adalah hukum tentang kehancuran dan
ketidakabadian. Sedangkan materi adalah timbal balik dari idea. Timbal balik bahwa
materi adalah alam dengan sifat-sifat ketidak sempurnaan dari idea. Kalau idea adalah
alam keabadian, maka materi adalah alam yang bersifat sementara. Alam materi dapat
hancur dan tidak mutlak seperti alam idea.
Dalam filsafat plato disebutkan bahwa sebelum jasad tercipta, jiwa adalah
entitas di alam idea. Pada saat jiwa masih merupakan entitas alam idea, jiwa memiliki
semua kesempurnaan pengetahuan karena jiwa adalah sesuatu yang sempurna. Jiwa
mengetahui segala sesuatu. Namun pada saat jasad tercipta di alam materi maka jiwa
harus turun bersatu bersama jasad dan tunduk pada hukum-hukum ketidaksempurnaan
materi. Jiwa menjadi sesuatu yang tidak sempurna dan jiwa mengalami kelupaan
terhadap seluruh pengetahuan yang pernah dimilikinya ketika berada di alam idea.
Ide merupakan inti dasar dari seluruh filasafat yang diajarkan oleh Plato. Ia
beranggapan bahwa ide merupakan suatu yang objektif, adanya ide terlepas dari subjek
yang berfikir. Ide tidak diciptakan oleh pemikiran individu, tetapi sebaliknya pemikiran
itu tergantung dari ide-ide. Dalam menerangkan ide ini Plato menerangkan dengan teori
dua dunianya, yaitu dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan
pancaindera, sifat dari dunia ini tidak tetap terus berubah, dan tidak ada suatu
kesempurnaan. Dunia lainnya adalah dunia ide, dan dunia idea ini semua serba tetap,
sifatnya abadi dan tentunya serba sempurna. Ide mendasari dan menyebabkan benda-
benda jasmani. Hubungan antara ide dan realitas jasmani bersifat demikian rupa
sehingga benda-benda jasmani tidak bisa berada tanpa pendasaran oleh idea-idea itu.
Hubungan antara ide dan realitas dibagi menjadi tiga:
Ide hadir dalam benda-benda konkrit.
Benda konkrit mengambil bagian dalam idea, disini Plato memperkenalkan
partisipasi dalam filsafat.
Ide merupakan model atau contoh bagi benda-benda konkrit. Benda-benda
konkrit itu merupakan gambaran tak sempurna yang menyerupai model tersebut.
Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada dan yang nyata di alam
ini hanya idea. Dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama
dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar, sedangkan ruangannya tidak
mempunyai batas. Tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan
tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan Tuhan, arche, sifatnya
kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma
lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia.
Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau
materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma.
Seperti juga dengan pandangan sokrates, etik plato bersikap intelektual dan
rasionil. Dasar ajarannya ialah mencapai budi baik. Budi ialah tahu. Orang yang
berpenetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Sebab itu sempurnakanlah pengetahuan
dengan pengertian.
Pendapat plato seterusnya tentang etik bersendi pada ajarannya tentang idea.
Dualism dunia dalam teori pengetahuan diteruskannya kedalam praktik hidup. Oleh
karena kemauan seseorang bergantung kepada pendapatnya, nilai kemauannya itu
ditentukan pula oleh pendapat itu. Dari pengetahuan sebenarnya yang dicapai dengan
dialektik timbul budi yang lebih tinggi daripada yang dibawakan oleh pengetahuan dari
pandangan. Jadinya, menurut plato, ada dua macam budi.
Kedua, budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang
dipakai tidak terbit dari keyakinan,melainkan disesuaikan kepada moral orang banyak
dalam hidup sehari-hari.
Tujuan budi filosofi terletak didalam dunia yang tidak kelihatan. Budi biasa
tujuannya ialah barang-barang keperluan hidup didunia ini. Oleh karena tujuannya
berlainan, daerah berlakunya berlainan pula. Dengan begitu plato mengatasi
pertentangan antara ajaran sokrates dan ajaran kaum sofis. Tetepi ada hubungan antara
yang dua itu. Hubungan itu timbul karena kerinduan jiwa untuk kembali pulang kedunia
yang asal. Semua yang kelihatan menyerupai yang tidak kelihatan. Jiwa yang murni
sangat rindu kepada dunia yang asal, dimana ia dapat memandang semuanya dalam
kesuciannya dan kesempurnaannya. Hal ini menjadi dasar yang normative bagi etik dan
agama.
Manusia yang mengetahui yang tinggi tinggi itu yang disinari oleh idea
kebaikan, tidak dapat tidak mencintainya. Keinginannya tidak lain daripada naik keatas.
Syarat untuk iyu ialah mengasah budi. Budi ialah tahu. Siapa yang tahu apa yang baik,
tidak dapat lagi menyimpng dari itu. Siapa yang cinta akan idea, tidak dapat berbuat
jahat. Jadinya, jalan untuk mencapai budi baik ialah menanam keinsafan untuk memiliki
idea dengan pemikiran.
Tanda dunia idea ialah tidak beruba-ubah, pasti dan tetap dan merupakan bentuk
asal. Itulah yang membedakannya dari dunia nyata, yang berubah senantiasa. Dalam
perubahan itu dapat ditiimbulkan bentuk-bentuk tiruan daripada bangunan yang asal,
dari dunia idea. Sebab itu ada dua jalan yang dapat ditempuh untuk melaksanakan dasar
etik.
Pertama, mealarikan diri dari dari dalam pikiran dari dunia yang lahir dan hidup
semata-mata dalam dunia idea. Kedua, mengusahakan berlakunya idea itu dalam dunia
yang lahir ini. Dengan perkataan lain: melaksanakan “hadirnya” idea dalam dunia ini.
Tindakan yang pertama merupakan suatu perbuatan yang ideal. Tindakan yang kedua
kelihatan lebih riil.
Kedua-dua jalan itu ditempuh oleh plato. Pada masa mudanya, seperti ternyata
dalam bukunya phaedros, gorgias, thaetet, dan phaedon, ia melalui jalan pertama.
Pelaksanaan etiknya didasarkannya pada memiliki idea sebesar-besarn dengan menjauhi
dunia yang nyata. Hidup diatur sedemikian rupa, sehingga timbul cinta dan rindu
kepada idea.
Plato mungkin merasai kemudian, bahwa ideal itubsusah melaksanakannya.
Dalam bagian kedua daripada hidupnya ia berpaling kepada jalan yang kedua.
Sungguhpun bangunan-bangunan tiruan daripada idea jauh dari sempurnaa, sikap hidup
diatur sedemikian rupa, supaya dunia yang lahir “ikut serta” pada idea. Cara itu
dibentangkannya didalam bukunya republic, dengan menciptakan suatu Negara ideal.
Tetapi kedua tujuan etik itu yang berlainan jalannya, dalam konsepsi plato
bersatu kembali pada bidang agama, yang menekankan bahwa budi adalah tujuan untuk
melaksanakan idea keadilan dalam kehidupan orang-seorang dan dalam Negara sebagai
badan kolektif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Plato adalah seorang filosof Yunani yang lahir di Athena pada tahun 427
SM dan meninggal disana pada tahun 347 SM dalam usia 80 tahun. Ia
adalah seorang murid dari Sokrates. Begitu penting tempat yang
diberikannya kepada Sokrates (sering dijadikan tokoh utama), sehingga
karya-karya Plato itu dapat dipandang sebagai monumen atau tugu
peringatan bagi Sokrates.
2. Ide merupakan inti dasar dari seluruh filasafat yang diajarkan oleh Plato. Ia
beranggapan bahwa ide merupakan suatu yang objektif, adanya ide terlepas
dari subjek yang berfikir. Ide tidak diciptakan oleh pemikiran individu,
tetapi sebaliknya pemikiran itu tergantung dari ide-ide.
3. Etik plato bersikap intelektual dan rasionil. Dasar ajarannya ialah mencapai
budi baik. Budi ialah tahu. Orang yang berpenetahuan dengan sendirinya
berbudi baik. Sebab itu sempurnakanlah pengetahuan dengan pengertian.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Hatta. 1986. Alam Pikiran Yunani. Jakarta: Tintamas Press. 1986.
Dr. Harun Hadiwijono. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: KANISIUS Press.
2002.
Drs. Sudarsono. S.H. M.SI. 2008. Ilmu Filsafat Kata Pengantar. Jakarta: PT. RINEKA
CIPTA Press. 2003.