Anda di halaman 1dari 12

FILSAFAT PLATO

Mata Kuliah : Filsafat Umum

Dosen Pengampu : Mu’minatus Fitriati Firdaus

Disusun Oleh:

Ari Saputra (11518046)

Maria Kartika (13518979)

UNIVERSITAS GUNADARMA

BEKASI

2018
PENDAHULUAN

Filsafat berkembang pesat pada periode Yunani Klasik dikarenakan minat


terhadap dunia filsafat di zaman tersebut sangat besar. Perkembangan ini
berlangsung berangsur-angsur, meskipun secara relatif berlangsung cepat. Meskipun
dalam filsafat terdapat banyak perbedaan teori dan pendapat, tetapi filsafat
merupakan satu kesatuan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu upaya untuk
mendekati kearah suatu kebenaran dan memahami sebuah fenomena.

Plato merupakan filsuf dalam era Yunani Klasik. Tulisannya sangat


berpengaruh terhadap perkembangan ilmu filsafat di era-era berikutnya. Teori Plato
memiliki salah satu ciri khas yaitu bersifat sokratik, dikarenakan ia merupakan murid
dari Socrates, hingga ajaran-ajarannya sangat melekat pada teori-teorinya. Ia
menggunakan tipe penulisan berbentuk dialog, dan juga menggunakan metafora,
alegori, dan mite (cerita rakyat), dalam menjelaskan teori-teorinya, yang menurutnya
merupakan cara paling efektif untuk mengemukakan ide-ide pikirannya.
Pandangannya selalu dilukiskan dalam gaya bahasa yang indah. Banyak dialog-
dialog dan tulisan-tulisan yang dihasilkannya sehingga data-data tentang
pemikirannnya mudah diperoleh.

Disini akan dibahas mengenai sejarah singkat tokoh filsafat dan perjalannya
dalam dunia filsafat, serta pemikirannya. Teori yang mendasar untuk mempelajari
sebuah ilmu adalah teorinya mengenai pengetahuan. Teori mengenai pengetahuan
dikemukakan dalam perumpamaan tentang gua dan metafora tentang garis terbagi.

Teori yang sangat terkenal dikemukakan oleh Plato yaitu mendasarkan pada
keyakinan metafisik bahwa ada eksistensi dari “yang ada” (idea) yang tidak berubah,
tetap, dan bersifat umum-universal. Maka realitas ini bukannya menjadi melainkan
yang ada (idea). Dengan berdasar pada kenyataan yang tidak berubah seperti itu,
Plato menentang relativisme kaum sophis dan menolak persepsi indera. Dari sesuatu
“yang ada” tadi kemudian lahirlah aliran filsafat yang disebut Plato sebagai paham
Idealisme. Idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya

1
keunggulan pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang
bersifat kebendaan atau material. Dewasa ini aliran idealisme Plato masih digunakan
dalam berbagai pengetahuan filsafat. Pemikirannya tentang dunia idea dan dunia
pengalaman sangat membantu dalam menyelesaikan permasalahan lama yaitu mana
yang benar, yang berubah-ubah atau yang tetap.

Pemikiran Plato tentang Negara dan Pemerintahan sebagai upaya untuk


memperbaiki keadaan negara juga sangat berpengaruh. Keadaan dan corak
masyarakat pada masa itu dijadikan Plato sebagai dasar dalam pemikiran-
pemikirannya dan tidak memaksakan sebuah sistem untuk diterapkan pada
masyarakat. Pada saat itu, negara bersistem demokrasi tetapi kesenjangan ekonomi
sangat terlihat, pertentangan politik pun kian hebat. Ia pun memiliki pikiran yang
pada jaman itu hingga sekarang menimbulkan kontroversi, yaitu mengenai siapa
yang pantas untuk menduduki sebuah takhta pemerintahan, yang menurutnya adalah
seorang filsuf.

2
PEMBAHASAN

A. Biografi Intelektual
Plato lahir di Athena, Yunani, sekitar tahun 427 SM dan meninggal disana
sekitar tahun 347 SM dalam usia 80 tahun. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang
turun temurun memegang peranan penting dalam politik Athena. Karena kelas
sosialnya, Plato diajarkan oleh banyak pendidik terkemuka. Namun, tidak ada
individu yang memiliki dampak sebesar itu pada dirinya kecuali Socrates dengan
kemampuannya untuk berdebat dan membuat dialog yang hebat. Bahkan informasi
yang kita tahu tentang Socrates banyak berasal dari karya-karya tertulis Plato.
Sementara itu Plato diharapkan oleh keluarganya untuk mengejar karir di
bidang politik, tetapi dua peristiwa ini akan membawa Plato menjauh dari pilihan
keluarganya tersebut: Perang Peloponnesia (di mana, setelah kemenangan Sparta,
beberapa kerabat Plato yang merupakan bagian dari kediktatoran, dikelurakan
karena korup) dan eksekusi Socrates pada 399 SM oleh pemerintahan Athena yang
baru. Plato kemudian memutuskan untuk beralih ke filsafat dan mulai banyak
menulis serta bepergian untuk belajar. Dia belajar dengan murid-murid Pythagoras
di Sisilia, kemudian kembali ke Athena, dan mendirikan Akademi (School of
Athens), merupakan akademi pertama di Eropa, di mana dia dan individu yang
berpikiran serupa lainnya diajar dan membahas filsafat, matematika, dan ilmu
lainnya. Di antara siswa Plato ada Aristoteles. (Kleinman, 2013:18)

B. Perspektif Plato tentang Ide

Salah satu konsep paling penting yang dikembangkan Plato adalah teorinya
tentang Ide (Idea) atau biasa disebut juga dengan teori tentang bentuk (Theory of
Forms)
Plato menyatakan bahwa realitas ada pada dua tingkat tertentu:
1. Dunia yang terlihat (visible realm) yang terdiri dari pemandangan dan suara
2. Dunia yang dapat dimengerti (intelligible realm) yang terdiri dari ide

3
Ide yang dimaksud oleh Plato bukanlah seperti pengertian ide pada zaman
modern yang mana merupakan gagasan, dimana gagasan adalah hasil pemikiran
manusia yang dapat berubah. Ide itu abadi dan tidak dapat berubah, bukan manusia
yang mempengaruhi ide, tetapi ide yang mempengaruhi manusia.
Misalnya, ketika seseorang melihat lukisan yang indah, orang itu memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi kecantikan karena dia memiliki konsep abstrak
(ide) tentang apa itu kecantikan. Karena itu, hal-hal indah dipandang sebagai indah
karena mereka adalah bagian dari bentuk/ide tentang kecantikan. Sementara hal-hal
di dunia nyata dapat berubah dan kehilangannya. Sedangkan ide tentang keindahan
itu abadi, tidak pernah berubah, dan tidak bisa dilihat.
Plato percaya bahwa konsep-konsep seperti keindahan, keberanian, kebaikan,
kesederhanaan, dan keadilan ada di seluruh dunia bentuk (world of forms) dan dunia
ide, di luar ruang dan waktu, tidak terpengaruh oleh apa yang terjadi di dunia nyata.
Ide memiliki kualitas tetap, universalitas, tidak dapat rusak, tidak dapat dibagi, dan
abadi. Konsep tentang ide merupakan usaha untuk mendamaikan Parmenides (serba
tetap) dengan Herakleitos (serba berubah). Yang dimaksud serba tetap merupakan
konsep abstrak di pikiran manusia, sedangkan serba berubah adalah benda-benda
konkret yang dapat dirasakan oleh indera.
Teori tentang ide banyak muncul di dialog Plato, dan konsepnya berbeda dari
teks ke teks, dan terkadang perbedaan ini tidak pernah sepenuhnya dijelaskan.
Melalui teori Ide, Plato menggabungkan pemikiran abstrak sebagai sarana untuk
mencapai pengetahuan yang lebih besar. (Kleinman, 2013:19-20)

C. Perspektif Plato tentang Pengetahuan


Plato menempatkan perhatian besar pada pendidikan dan percaya bahwa
pendidikan menjadi salah satu bagian terpenting dalam menciptakan suatu negara
yang hebat. Dia percaya anak-anak harus diajarkan sejak dini untuk selalu mencari
kebijaksanaan dan pengetahuan. Menurut Plato, orang-orang Athena menjadi korup,
mudah tergoda, dan mudah tertipu dikarenakan kurangnya pendidikan. Pendidikan
sangat penting untuk memiliki masyarakat dan pemimpin yang adil.

4
Plato kemudian menjelaskan bagaimana manusia dapat memperoleh
pengetahuan, dengan: Perumpamaan tentang gua (Allegory of The Cave), dan
Analogi tentang garis terbagi (Analogy of The Divided Line).

1. Perumpamaan tentang gua (Allegory of The Cave)

Perumpamaan tentang gua merupakan percakapan antara Socrates dan saudara


Plato, Glaucon. Dalam dialog, Socrates meminta Glaucon untuk membayangkan
dunia di mana ilusi dianggap sebagai kenyataan. Ia pun menciptakan sebuah
perumpamaan.
Ada sebuah gua di mana didalamnya sekelompok tahanan telah dikurung sejak
lahir. Para tahanan ini tidak bisa bergerak. Leher dan kaki mereka dirantai jadi
mereka tidak dapat bergeser atau berbalik arah dan mereka hanya dapat melihat apa
yang ada di depan mereka: sebuah dinding batu. Di belakang dan di atas tahanan
adalah api, dan di antara api dan tahanan adalah tembok rendah tempat orang
berjalan, membawa benda di atas kepala mereka.
Cahaya api memunculkan bayangan benda ke dinding di depan tahanan.
Bayang-bayang ini semua bisa dilihat tahanan. Satu-satunya suara yang mereka
dengar adalah gema dari gua. Sepanjang hidup mereka, mereka hanya menyaksikan

5
bayang-bayang, sehingga mereka mengira bahwa bayangan itu adalah realitas. Gema
gua, bagi mereka, adalah suara yang diciptakan oleh bayangan.
Suatu hari, salah satu dari tahanan dibebaskan, sinar matahari menyakitkan
matanya, dan menurutnya lingkungan yang baru sangat membingungkan. Dia tidak
percaya bahwa bayangan yang selama ini ia lihat hanyalah sebuah
cerminan/pantulan dari benda yang asli. Tetapi lama-kelamaan ia pun mulai terbiasa
dengan lingkungannya yang baru. Ia pun memberitahukan hal mengenai dunia luar
kepada tahanan yang lainnya, tetapi mereka menganggap bahwa hal tersebut bodoh
dan tidak masuk akal.
Plato pun memberikan kesimpulan, “Now the cave or den is the world of sight,
the fire is the sun, the way upwards is the way to knowledge, and in the world of
knowledge the idea of good is last seen and with difficulty, but when seen is inferred
to be the author of the good and right — the parent of the lord of light in this world,
and of truth and understanding in the other. He who attains to the beatific vision is
always going upwards; he is unwilling to descend into political assemblies and
courts of law; for his eyes, they are apt to blink at the images or images of images
which they bear in them - he cannot enter into the ideas of those who have never had
their lives understood.” (Plato, 380 SM).
Intinya bahwa gua dan bayangan merupakan ketidaktahuan, matahari adalah
kebenaran, jalan ke atas adalah jalan menuju pengetahuan, dan dunia luar adalah
pengetahuan. Untuk mengetahui kebenaran adalah proses yang sulit dan adalah
fungsi pendidikan untuk menuntun seseorang untuk keluar dari gua (ketidaktahuan)
menuju dunia yang luas (pengetahuan). (Weeks, 2014:16-17)

6
2. Analogi tentang garis terbagi (Analogy of The Divided Line)

Intelligible Realm Visible Realm

A B C D

Analogi tentang garis terbagi dimulai dengan menggambarkan sebuah garis


lalu membaginya dalam dua bagian yang tidak sama besar. Kemudian kedua daerah
dibagi lagi dengan proporsi yang sama. Tiap daerah—A, B, C, dan D, memiliki
ukuran yang berbeda dimana daerah A yang terbesar, semakin mengecil hingga ke
daerah D yang terkecil.
Seperti sudah dijelaskan pada filsafat Plato tentang Ide, Plato menyatakan
bahwa realitas terbagi dalam dua tingkat :
1. Dunia yang terlihat (visible realm) — pada daerah C dan D, dan
2. Dunia yang dapat dimengerti (intelligible realm) — pada daerah A dan B.
Daerah D disebut dengan daerah Ilusi (illusion/noesis) yang merupakan
gambar (images), contohnya adalah bayangan, dimana bayangan bukan merupakan
benda nyata melainkan ilusi.
Daerah C disebut dengan daerah Objek (object/pistis), merupakan benda-
benda yang dapat dirasakan oleh indera manusia, contohnya adalah suara, meja,
kursi, binatang, dan lainnya.
Daerah B disebut dengan daerah Logika Matematika (mathematical
reasoning/dianola), contohnya adalah bentuk-bentuk matematika seperti geometri
dan aljabar. Logika matematika masuk ke dalam intelligible realm—ketika kita
memikirkan konsep tentang garis lurus atau segitiga sama sisi yang lurus sempurna,
maka sangat sulit untuk melihat atau mengekspresikannya dalam dunia nyata atau
dunia fisik, itulah mengapa logika matematika masuk ke dalam intelligible realm.

7
Daerah A, merupakan daerah terbesar, disebut dengan daerah Inteligensi
(intelligent/noesis), contohnya adalah ide dan filosofi.
Gabungan dari daerah C dan D memberikan sebuah opini (opinion/doxa) dan
gabungan dari daerah A dan B memberikan sebuah pengetahuan
(knowledge/episteme). Plato berpendapat bahwa semakin mendekati daerah A, maka
akan semakin mendekati apa yang dinamakan dengan kebenaran. (Weeks, 2014:16-
17)

D. Perspektif Plato tentang Pemerintahan


Pemerintahan dan politik di Athena berpindah-pindah dari aristokrasi, tirani,
sampai demokrasi. Pemerintahan yang labil dan kurang baik pada saat itu membuat
Plato berkonsentrasi untuk menghasilkan pikiran tentang pemerintahan sebagai
upaya untuk memperbaiki keadaan negara.
Lima bentuk pemerintahan menurut Plato dapat dipahami, dalam urutan dari
yang paling baik hingga yang kurang baik, seperti:
1. Monarki dan Aristokrasi (aturan oleh hukum, ketertiban, dan kebijaksanaan; atau,
seperti yang dikatakan Plato, dikuasai oleh yang bijak; seperti kerajaan tradisional),
2. Timokrasi (aturan oleh kehormatan dan kewajiban; atau, seperti yang dikatakan
Plato, memerintah dengan hormat; seperti militer yang "murah hati", Sparta sebagai
contoh),
3. Oligarki (pemerintahan berdasarkan kekayaan dan etika berbasis pasar; atau
seperti yang dikatakan Plato, dikuasai oleh kekayaan dan kepemilikan tanah; seperti
negara kapitalis perdagangan bebas),
4. Demokrasi dan Anarki (pemerintahan dengan kebebasan dan kesetaraan, di mana
orang-orang memilih dan membuat undang-undang; atau, dalam istilah Aristoteles,
"diatur oleh banyak orang;" seperti warga negara bebas), dan
5. Tirani (memerintah dengan rasa takut, tanpa hukum yang adil; seperti lalim).
Di buku “Republic” dan dialog terkenal lainnya, Phaedrus, Plato membahas
tentang golongan atau kelas yang terdapat dalam sebuah negara, yaitu:
1. Golongan (tertinggi) yang memerintah, yaitu para orang bijak (filosof),
kebajikannya adalah kebijakan dan kearifan,

8
2. Golongan (tengah), yaitu para prajurit yang menjaga keamanan, menjamin
ketaatan warga negara, kebajikannya keberanian, dan
3. Golongan (terendah) yaitu rakyat biasa, petani, tukang, pedagang, kebajikannya
pengendalian diri.
Kelas-kelas tersebut mewakili jiwa dalam diri manusia yang dapat dipecah
menjati tiga bagian yaitu bagian rasional yang memimpin seluruh aktivitas manusia,
bagian kehendak yang menjadi alat akal untuk menertibkan bagian jiwa yang rendah,
dan bagian nafsu yang harus diatur oleh bagian rasional. (Weeks, 2014:48-49)
Hubungan antara kelas atau golongan dalam sebuah negara, dengan jiwa,
dapat dilihat dalam bagan berikut:
Kelas Terdiri dari Jiwa Kebajikan

Tinggi Filsuf Rasional Kearifan

Tengah Prajurit Kehendak Keberanian

Rendah Petani, Tukang, Pedagang Nafsu Pengendalian diri

Dalam beberapa dialog Plato meyakini bahwa yang pantas untuk menjadi
seoang pemimpin dalam sebuah negara adalah seorang filsuf—
“'You are a statuary, Socrates, and have made a perfect image of our governors.' Yes,
and of our governesses, for the women will share in all things with the men. And you
will admit that our State is not a mere aspiration, but may really come into being
when there shall arise philosopher-kings, one or more, who will despise earthly
vanities, and will be the servants of justice only. 'And how will they begin their
work?' Their first act will be to send away into the country all those who are more
than ten years of age, and to proceed with those who are left...” (Plato, 380 SM).

9
KESIMPULAN

Plato adalah seorang filosof Yunani yang lahir di Athena pada tahun 427 SM
dan meninggal disana pada tahun 347 SM dalam usia 80 tahun. Ia adalah seorang
murid dari Sokrates. Karya-karya dan teori-teorinya sangat berpengaruh untuk
perkembangan filsafat modern.
Teori tentang Ide merupakan inti dasar dari seluruh filasafat yang diajarkan
oleh Plato. Ia beranggapan bahwa ide merupakan suatu yang objektif, adanya ide
terlepas dari subjek yang berfikir. Ide tidak diciptakan oleh pemikiran individu,
tetapi sebaliknya pemikiran itu tergantung dari ide-ide.
Teori tentang Pengetahuan merupakan cikal bakal dari pendidikan, merupakan
pemikiran Plato mengenai pentingnya sebuah pengetahuan dan bagaimana cara
memperolehnya melalui sebuah pendidikan dan kemampuan berpikir.
Pemikiran Plato tentang Negara dan Pemerintahan merupakan sebuah upaya
untuk memperbaiki keadaan negara yang kurang baik pada saat itu. Ia meyakini
bahwa dalam sebuah negara tedapat tiga golongan yang mewakili tiga jiwa, yaitu
rasional, kehendak, dan nafsu.

DAFTAR PUSTAKA

Plato. 2008. The Republic. Terjemahan B. Jowett. Utah (UT): Gutenberg EBook.

Kleinman, Paul. 2013. Philosophy 101: From Plato and Socrates to Ethics and
Metaphysics, an Essential Primer on the History of Thought. Massachusetts:
Adams Media.

Weeks, Marcus. 2014. Heads Up Philosophy. United States: DK Publishing.

Rakhmat, Ioanes. 2009. Sokrates Dalam Tetralogi Plato. Jakarta: Gramedia.

Tim Nuansa. 2016. Plato: Filosof Yunani Terbesar. Bandung: Nuansa Cendekia.

10
YouTube. (2016, Oktober 1). Plato’s Divided Line: [Berkas video]. Diperoleh dari
https://www.youtube.com/watch?v=eEsBjOO6N44

Wikipedia. 2018. Plato's Five Regimes, (Online),


(https://en.wikipedia.org/wiki/Plato's_five_regimes, diakses 30 Oktober
2018)

11

Anda mungkin juga menyukai