FILSAFAT PYTHAGORAS
MAKALAH
Disusun Oleh :
Erliana Widya Putri / E01219012
Irham Maulana T. C. / E71219045
Dosen Pengampu :
Dr. Tasmuji, M.Ag
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT dan tidak lupa shalawat
sekalian salam yang tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Dengan
rahmat serta shalawat kepada Allah dan Rasul-Nya. Penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah untuk mata kuliah Filsafat Barat Klasik yang bertopik “Pemikiran Filsafat
Pythagoras”.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Barat Klasik. Sesuai topik di atas, makalah ini berorientasi
kepada bagaimana pemikiran filsafat Pythagoras dan membahas mengenai pemikiran filsuf pra-
sokratik tersebut. Penulis membagi makalah ini dalam tiga bab; pendahuluan, pembahasan, dan
penutup. Ulasan yang tersusun dalam makalah ini diperoleh dari beberapa buku dan internet
sebagai referensi, serta pemikiran penulis yang turut tertuang didalamnya.
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan adanya masukan, kritik, dan saran yang membangun untuk nantinya
dapat penulis terapkan dan kembangkan dalam penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, semoga amal baik dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT dan
mendapat balasan kebaikan dari-Nya. Semoga adanya penyusunan makalah ini dapat
memenuhi harapan Dosen yang saya hormati selaku pemberi tugas, serta dapat bermanfaat bagi
penulis dan untuk siapapun yang membacanya. Aamiin.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah.......................................................................................... 1
Bab II Pembahasan
A. Biografi Singkat Pythagoras....................................................................... 2
B. Pemikiran Filsafat Pythagoras.................................................................... 2
C. Eksistensi Pemikiran Filsafat Pythagoras................................................... 4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
a. Siapakah Pythagoras itu?
b. Apa yang melatarbelakangi pemikiran Pythagoras?
c. Bagaimana pengaruh pemikiran filsafat Pythagoras di masa setelahnya?
C. Tujuan Masalah
a. Mengetahui riwayat hidup Pythagoras
b. Memahami pemikiran filsafat Pythagoras
c. Mengetahui eksistensi pemikiran filsafat Pythagoras di masa kemudian
1
Fadian A.M Noor, Surat dari Yunani, (Gowa: Jariah Publishing Intermedia, 2019), hlm 16.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Rani Yulianty, Berkenalan dengan Pythagoras “Bapak Matematika”, (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2012), hlm 9.
2
Pada usianya yang menginjak delapan belas tahun, sekitar 562 SM. Pythagoras
disarankan oleh gurunya Creophilus untuk pergi ke kota Milethos menemui Thales yang
ahli dalam bidang astronomi dan matematika tersebut. Saat itu usia Thales menginjak 63
tahun, serta keadaannya yang sebenarnya sudah tidak lagi mengajar. Namun, Thales masih
bersedia mengajar secara khusus pada Pythagoras, dibantu dengan muridnya
Anaximandros. Thales yang mengabdikan hidupnya untuk mencari dasar alam yang dikaji
dengan ilmu pengetahuan ilmiah, menjadikan Pythagoras belajar tentang astronomi.
Sedangkan, dari Anxaimandros mendapatkan ilmu pengetahuan tentang kosmologi dan
geometri. Dari Anaximandros pula dirinya mendapatkan pengetahuan tentang pengukuran
geometris. Sebab Anaximandros merupakan filosof alam yang menggambarkan peta dunia
untuk pertama kalinya. Hal ini pula yang menyebabkan karya-karya Pythagoras kemudian,
tidak jauh beda dan hampir ada kemiripan dengan karya-karya milik Anaximandros.
Hubungan sanad antara guru dan murid, memang terkadang menciptakan suatu karya dan
hasil cipta yang tidak jauh berbeda. Kemudian, setelah belajar dari kedua filosof alam
ternama tersebut. Pythagoras direkomendasikan oleh mereka belajar ke Mesir. Sebab
negeri Mesir kuno telah mengalami peradaban yang maju kala itu, serta dengan itu dirinya
dapat mendapatkan pengetahuan yang luas dan banyak pelajaran-pelajaran baru.
Kala itu kisaran 535 SM, Pythagoras melakukan perjalanan ke Mesir sebagai bentuk
ikhtiarnya menimba ilmu, sekaligus menghindari kota kelahirannya akibat berkuasanya
seorang raja tiran bernama Polykrates. Di Mesir, Pythagoras mendapati peperangan antara
Mesir dan Persia. Namun, Mesir mengalami kekalahan dalam perang itu. Kondisi orang-
orang Mesir telah menjadi tawanan perang Persia dan dibuang ke Babilonia. Dalam
pembuangan tersebut, Pythagoras turut terbuang, hingga dirinya dipertemukan dengan para
penganut Majusi (penyembah api). Selama masa pembuangan tersebut, Pythagoras
mendapat ilmu tambahan, diantaranya ilmu aritmatika dan musik yang didaptakannya dari
para penganut Majusi. Kemudian oleh mereka, Pythagoras dianjurkan menimba ilmu ke
India. Jelas saja, tanah Hindustan atau nama negara India saat itu, merupakan negeri dengan
peradaban yang maju bahkan jauh sebelum Yunani mengalami peradaban. Tanah
Hindustan yang kala itu merupakan tanah koloni dari bangsa Arya, telah berkembang
kepercayaan rakyatnya dengan menganut agama hindu beserta kasta-kastanya. Pythagoras
mencari tahu akan ketakjubannya terhadap negeri tersebut kepada para pendeta Hindustan.
Pythagoras mendapat pengetahuan tentang penyatuan jiwa dari mereka. Hal ini
mengingatkannya kepada gurunya Pherecydes yang pernah mengajarkannya tentang
hubungan jiwa dan tubuh. Sedangkan ajaran para pendeta tersebut menjadikannya
memiliki konsep berpikir bahwa setiap jiwa akan menyatu kembali kepada Tuhan. Sempat
pula disana dirinya bertemu dengan Sidharta Gautama yang menyebarkan ajaran Budha
dengan pengikutnya yang disebut Budhis. Pythagoras menggali ilmu dan berbagai hal
menarik dari kisah perjuangan Sang Budha tersebut.
Pada tahun 520 SM, ketika dirasa dirinya telah puas berkelana dari kota Milethos, ke
negeri Mesir, hingga dirinya turut terbuang ke Babilonia, sampai pada akhir perjalanannya
di tanah Hindustan. Pythagoras memutuskan kembali ke tanah kelahirannya di kota Samos.
Disana, sebagai wujud dedikasinya atas proses berkelananya mencapai cakrawala dunia.
Pythagoras mencoba mendirikan sebuah sekolah yang disebutnya Semicircle. Namun,
masyarakat disana yang dikenalnya dulu berbeda dengan saat itu.
3
Sebab, kondisi kota Samos yang hancur berantakan sebab serangan pasukan tentara
Persia, sepertinya berdampak pada kehidupan rakyatnya yang suka bersenang-senang
dalam kehancuran. Belum lagi adanya kelompok massa yang membencinya. Hal-hal
tersebut membuatnya kembali berkelana dan memutuskan tinggal menetap di kota Kroton
yang masuk ke dalam wilayah Italia Selatan pada 530 SM. Disana, berkat dirinya yang kala
itu mencoba mendirikan sebuah sekolah di Samos, didapatinya beberapa pengikut yang
merespon baik niat baiknya tersebut. Hingga ketika dirinya menetap di Kroton, Pythagoras
bersama pengikutnya mendirikan perguruan atau semacam pesantren. Disana Pythagoras
mengadakan sebuah aliran mistik bersama para pengikutnya.
Singkat cerita, dari perguruannya dengan pengikutnya tersebut. Dikabarkan oleh
sejarah bahwa Pythagoras menikah dengan gadis belia berdarah asli Kroton, yang konon
tidak lain adalah muridnya sendiri dalam perguruan, yaitu Theano. Dalam pernikahannya,
mereka dikaruniai seorang putra dan dua orang putri. Namun, ada versi lain juga yang
mengatakan bahwa anak Pythagoras sebanyak tujuh. Sedangkan, kematian Pythagoras
sendiri masih penuh misteri, sebab tidak ditemukan sejarah yang mencatat akan kepastian
kematian Pythagoras. Kematiannya hanya dikabarkan kurang lebih 500 SM. Ada yang
mengatakan bahwa Pythagoras mati karena kelaparan saat melarikan diri ke Metapontum,
untuk menghindari massa yang membakar tempat tinggalnya dengan para pengikutnya.
Ada pula yang mengatakan bahwa kematiannya karena dibunuh oleh Syracusans, akibat
terjebaknya Pythagoras dalam konflik antara Syracusans dan Agrigentum.
3
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, (Jakarta Pusat: PT. Tintamas Indonesia, 1980), hlm 29.
4
Ibid, hlm 29.
5
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1999), hlm 44.
6
Fadian A.M Noor, Surat dari Yunani, (Gowa: Jariah Publishing Intermedia, 2019), hlm 42.
5
mengetahui pasti tentang kejelasan tarikat tersebut hanyalah Pythagoras dengan para
pengikutnya saja.
Dilihat sekilas, pemahaman Pythagoras secara tidak langsung mendekati pemahaman
tasawuf dalam Islam. Sebab Pythagoras pernah mengatakan bahwa manusia itu asalnya
Tuhan. Jiwa itu adalah penjelmaan dari Tuhan yang diturunkan ke bumi karena dosa yang
telah diperbuat. Sehingga dengan diturunkan ke bumi tersebut diharapkan dapat hidup
murni. Hidup murni merupakan jalan untuk menghapus dosanya tersebut. Setelah itu
manusia akan kembali lagi ke langit kepada lingkungan Tuhan dimana tempat awal
bermula. Akan tetapi, prosesnya tidak berlangsung seketika, melainkan berangsur-angsur.
Sebab, jiwa itu berulang-ulang turun terhadap makhluk terdahulu.7 Meskipun Tuhan yang
dimaksudkan dalam konteks Pythagoras ini masih samar. Akan tetapi, pemahaman yang
dimiliki Pythagoras hampir sama dengan konsep ajaran agama Islam. Seperti halnya ketika
Pythagoras mengatakan bahwa hidup itu tidak cukup membersihkan jasmani saja,
melainkan hidup rohani yang lebih diutamakan; serta manusia harus hidup untuk berdzikir
dalam artian mengingat Tuhan untuk kesempurnaan hidup. Pythagoras juga berdoktrin
bahwa hidup di dunia adalah untuk bekal di akhirat. Pythagoras bahkan pernah memiliki
pemikiran bahwa ruh manusia bersifat kekal, sedangkan jasad manusia merupakan penjara
bagi ruh. Bukankah paradigmanya sama dengan konsep kehidupan dan ketuhanan yang
diatur dalam Islam? Bahkan, banyak dari pengikutnya yang mengatakan bahwa Pythagoras
memiliki perbedaan dengan manusia seperti biasanya. Hingga oleh para pengikutnya,
Pythagoras dianggap sebagai Dewa, sebab pula pa yang dikatanya selalu benar dan tepat.
Selain sebagai ahli mistik, Pythagoras yang sempat berguru ke Thales dan muridnya
yaitu Anximandros, mendapatkan pelajaran tentang matematika yang berkenaan dengan
pengukuran peta dunia serta geometris bangunan dari Anaximandros dan ilmu astronomi
dari Thales. Ada versi yang mengatakan bahwa Pythagoras merupakan yang pertama kali
menemukan bilangan-bilangan dan pengukuran, sehingga diriya mendapat julukan “Bapak
Bilangan”. Namun dari sini terlihat sedikit ganjil. Sebab, kedua gurunya yakni Thales dan
Anaximandros, merekalah yang justru memperkenalkan Pythagoras pertama kalinya pada
matematika. Meskipun sebelumnya Pythagoras sempat takjub dengan bangunan piramida
saat perjalanannya ke Mesir. Dari sini juga sedikit ganjil, piramida lebih dulu ada bahkan
sebelum Pythagoras belajar tentang pengukuran pada bangunan atau ilmu geometris.
Pythagoras secara keseluruhan keilmuan dan pemikirannya, memang memiliki
keistimewaan tersendiri. Sebab, dirinya mampu menyatukan antara ilmu mistik dengan
ilmu pasti. Rasanya sangat sulit menyatukan pemahaman atau pandangan tentang fisik dan
metafisik, namun Pythagoras dengan keluasan cakrawala ilmunya, mampu menyatukan
keduanya. Bahkan, matematika yang dikenal saat ini oleh sebagian orang, dibaliknya
terkandung hal-hal mistik pula jika dikaitkan dengan filsafat penemunya. Pythagoras
memiliki pandangan terkait materi dasar alam dengan angka atau bilangan. Jika Thales
mengatakan semua adalah air, maka Pythagoras mengatakan bahwa semua adalah angka
atau bilangan. Bahkan Pythagoras dengan tanpa ragu-ragu mengatakan bahwa Tuhan itu
adalah angka. Hal ini menurut anggapan Pythagoras karena setiap kebajikan pasti dapat
dinyatakan dengan suatu keakuratan.8 Pythagoras adalah pemuja angka. Melalui tarikat
7
Riski Surya R, “Nilai Islam dalam Teorema Pythagoras”, Jurnal Pendidikan Matematika, 1, (2018), hlm 114.
8
Randi Permadi, dkk, “Aliran Pythagoras”, (Maret, 2015), hlm 18.
6
yang didirikannya dengan aliran mistik di dalamnya. Seolah-olah menghasilkan korelasi
yang indah antara alam semesta dengan angka. Maka dari itu dirinya berani membuat
pernyataan bahwa Tuhan adalah angka. Pythagoras menyatakan, bahwa perhitungan atau
pengukuran mengenai angka-angka, tidak hanya ditujukan pada hal yang berwujud fisik
seperti benda, melainkan alam juga dapat diperhitungkan. Dari ilmu matematika,
Pythagoras melompat ke dalam dunia padangan. Alam ini katanya, tersusun sebagai angka-
angka, dimana ada matematik, ada susunan, ada kesejahteraan. Bintang yang banyak di
langit menyatakan kedudukan yang teratur, kesejahteraan yang sebesar-besarnya. Badan-
badang di langit itu mempunyai gerak yang tertentu dan mempunyai edaran yang pasti
menurut irama yang tetap.9 Dari pemikirannya tersebut, dapat dikatakan bahwa Pythagoras
memiliki pandangan tentang keteraturan penciptaan alam semesta yang tersusun dengan
keakuratan yang penuh harmoni (perbandingan-perbandingan yang saling melengkapi,
seperti panas dan dingin, kaya dan miskin, baik dan buruk). Pythagoras yang meyakini
adanya Tuhan, meskipun masih samar Tuhan yang mana yang dimaksudkan. Akan tetapi
pernyataannya tentang materi dasar alam terbentuk dari angka-angka, tentu tidak jauh lepas
dari kuasa Tuhan dibaliknya.
Dengan jalan pikirnya tersebut, Pythagoras sampai pada pokok ajarannya yang
mengatakan bahwa “segala barang adalah angka-angka”. Dan oleh karena mistik yang
dibawakan ke angka-angka tadi, ia terjerumus ke dalam dunia fantasi, dengan melekatkan
berbagai paham ajaib pada angka-angka itu.10 Puncak dari pandangan Pythagoras dari
mulai hal mistik dengan matematika adalah bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah
angka. Analoginya dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang tidak akan mungkin tidak
membicarakan dengan satu hal pun yang tidak berkenaan dengan angka atau perhitungan.
Misalkan, saat pagi hari menjelang subuh, ketika alarm gawai berbunyi, tentu yang dilihat
dan diketahui pertama adalah angka atau bentuk nomina dari jam tersebut. Bahkan pada
diri manusia yang selalu padanya juga berkaitan dengan angka atau perhitungan, yakni
umur atau usia. Sehingga, matematika yang selama hanya dikenal dengan ilmu logika,
perhitungan, dan pengukuran. Menurut Pythagoras, angka memiliki kedudukan istimewa.
Dapat dikatakan bahwa Pythagoras memiliki sebuah terobosan tentang mistik angka.
Sepeti angka 1 yang dapat dimaknai sebagi permulaan dari sesuatu. Angka 2 sebagai
simbol materi atau yang menyatakan dualitas (perbandingan). Angka 3 menunjukkan
bilangan yang ideal, sebab ada awal, pertengahan, dan akhir. Angka 4 artinya mahabesar,
sebab jika 1 + 2 + 3 + 4 = 10. Angka 10 ini merupakan angka yang sepenuhnya. Sebab,
angka apapun setelah hitungan ke 10, akan kembali dari 1 sampai 10.
Pythagoras selain sebagai ahli mistik yang kuat beribadat, adalah juga ahli ilmu. Sebab
itu amal dan ilmu itu dipandang dapat mensucikan ruh. Kesucian ruh dan kejernihan ruh
dapat dicapai dengan menuntut ilmu. Namun di kemudian hari. Tarikat Pythagoras yang
semulanya berorientasi pada aliran mistik. Kini terpecah dan berkembang menjadi dua
aliran. Yang pertama disebut akusmatikoi (apa yang telah didengar; peraturan), mereka
menyindahkan penyucian dengan menaati semua peraturan secara seksama. Yang kedua
disebut mathematikoi (ilmu pengetahuan), mereka mengutamakan ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu pasti.11 Sebenarnya, terpecahnya para pengikut Pythagoras menjadi dua
9
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, (Jakarta Pusat: PT. Tintamas Indonesia, 1980), hlm 31.
10
Ibid, hlm 32.
11
K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1999), hlm 43.
7
aliran adalah sebab ajarannya yang terlalu tinggi bagi murid-muridnya. Hingga pada abad
5 SM. Para pengikutnya dengan aliran mathematikoi tidak mempedulikan lagi aturan yang
berlaku pada tarikatnya. Mereka tidak mempedulikan amal jasmani dan rohani yang
mestinya dilakukan dalam tarikatnya. Sehingga, golongan ini lepas dari tarikatnya semula
dan kaumnya. Demikianlah gugurnya mazhab Pythagoras. Tetapi namanya tercantum
dalam sejarah pikiran ilmu sebagai pembuka berbagai jalan. Muridnya yang agak ternama
karena banyak menuliskan ajaran gurunya ialah Philolaos. Sehingga dikatakan olehnya
bahwa angka itu tanda kebenaran. Tidak ada barang yang benar dan jelas tampaknya jika
tidak ditentukan oleh angka-angka.12
12
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, (Jakarta Pusat: PT. Tintamas Indonesia, 1980), hlm 33.
13
Ibid, hlm 31.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pythagoras lahir di kota Samos pada tahun 580 SM dengan ayahnya seorang
saudagar kaya asal kota Tyrus bernama Mnesarchus dan ibunya Pythais, wanita berdarah
asli Samos. Pythagoras kecil diserahkan oleh ayahnya kepada Creophilus untuk diberikan
pendidikan khusus menjadikannya mempelajari seputar karya sastra, puisi, dan bermain
musik. Setelah dari Creophilus, Pythagoras melanjutkan pendidikannya dengan berguru
kepada Pherecydes dan mendapat pelajaran tentang mitologi, mistik, dan filsafat. Pada
usianya yang menginjak delapan belas tahun, sekitar 562 SM. Pythagoras pergi ke kota
Milethos menemui Thales dan didapatinya ilmu tentang astronomi. Kemudian dari
Anxaimandros, mendapatkan ilmu pengetahuan tentang kosmologi dan geometri, serta
pengetahuan tentang pengukuran matematika. Pada 535 SM, setelah belajar dari kedua
filosof alam ternama tersebut. Pythagoras direkomendasikan oleh mereka belajar ke Mesir.
Sesampainya disana dirinya mendapati perang antara Mesir dan Persia, hingga ikut
terbuangnya Pythagoras ke Babilonia sebab kekalahan Mesir. Di masa pembuangan
dijumpainya para penganut Majusi disana, dan didapatinya tambahan ilmu yakni musik
dan aritmatika. Setelah dari Babilonia, dilanjutkannya perjalanan ke India dan bertemu
dengan pendeta agama hindu disana. Pythagoras belajar ilmu tentang jiwa dengan Tuhan
hingga didapatinya pengetahuan tentang reinkarnasi. Hingga pertemuannya dengan Sang
Budha yang menginspirasinya untuk segera kembali ke Samos dan menyampaikan ajaran-
ajarannya yang didapat selama berkelana. Pythagoras mendirikan sebuah perguruan
dengan para pengikutnya di Kroton, Italia Selatan; setelahnya pindah dari Samos akibat
berkuasanya pemimpin tiran Polycrates. Di kroton Pythagoras mendedikasikan dirinya
untuk mengajar dan dirinya di usia 64 tahun menikahi muridnya bernama Theano dengan
umur jauh dibawahnya. Hingga pada kematian Pythagoras yang penuh misteri di usianya
yang menginjak delapan puluh tahun pada 500 SM.
Pythagoras lebih memilih berfilsafat seputar alam dengan arah pemikirannya
kepada dunia mistik atau pemahaman keagamaan, serta terkait dengan angka dan
matematika. Hal tersebut dilatarbelakangi melalui ajaran gurunya waktu kecil yakni
Pherecydes yang mengajarkan tentang menjaga kesucian jiwa serta hubungan jiwa dan
tubuh. Ada juga yang mengatakan bahwa dirinya terpengaruh oleh ayahnya yang memuja
Dewa Apollo. Perjalanannya ke India bertemu dengan pendeta hindu serta Sidharta
Gautama, konon menjadi latar belakang Pythagoras berpandangan pada dunia mistik. Di
Kroton bersama pengikutnya didirikannya suatu tarikat dengan aliran mistik yang di
dalamnya membahas tentang penyucian ruh dan pengenalan tentang reinkarnasi. Namun
tidak pada dunia mistik saja, dirinya juga dijuluki sebagai “Bapak Bilangan”, yang mana
mula-mula ilmu perhitungan berasal dari teorinya. Pythagoras juga merupakan seorang
filosof ahli matematika. Pythagoras dengan keluasan cakrawala ilmunya, mampu
menyatukan antara ilmu mistik dengan ilmu matematik. Pythagoras memiliki pandangan
9
terkait materi dasar alam dengan angka atau bilangan. Hal ini menurut anggapan
Pythagoras karena setiap kebajikan pasti dapat dinyatakan dengan suatu keakuratan.
Penyatuan pemikiran antara kedua gagasannya menghasilkan korelasi yang indah antara
alam semesta dengan angka, hingga kemudian ada pengistilahan mistik angka terhadap
kekorelasian antarkeduanya. Puncak dari pandangan Pythagoras dari mulai hal mistik
dengan matematika adalah bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah angka. Mazhabnya
gugur ketika murid-muridnya tidak lagi mampu mengikuti ajaran Pythagoras, sehingga
terpecah menjadi dua aliran yaitu akusmatikoi dan mathematikoi, antara aliran mistik dan
ilmu pasti (matematika).
Pemikiran filsafat Pythagoras tentang materi dasar alam yang lebih mengarah kepada
aliran mistik dan matematika. Menghasilkan sebuah teori yaitu “Teorema Pythagoras”,
dimana dikatakan bahwa tinggi sisi miring segitiga siku-siku, sama dengan sisi tegak
kuadrat ditambah dengan sisi alas kuadrat. Meskipun tidak banyak tulisan-tulisan
mengenai ajaran Pythagoras. Namun seperti yang dikemukakan Plato dalam berbagai
karyanya, bahwa ajaran Pythagoras menurutnya memiliki kedudukan tersendiri dalam
pikiran Yunani. Demikian ajaran Pythagoras berkembang dan terus diperbincangkan dari
zaman ke zaman.
B. Saran
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan adanya masukan, kritikan, dan saran yang membangun untuk
nantinya dapat penulis terapkan dan kembangkan dalam penyempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan dalam makalah ini. Semoga amal baik dari semua
pihak dapat diterima oleh Allah SWT dan mendapat balasan kebaikan dari-Nya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hatta, M. (1980). Alam Pikiran Yunani. Jakarta Pusat: PT. Tintamas Indonesia.
Matematika, 114.
Yulianty, R. (2012). Berkenalan dengan Pythagoras "Bapak Matematika". Jakarta: PT. Balai
Pustaka.
11