Dalam melakukan kegiatan penalaran terhadap suatu pikiran dan penalaran tersebut bernilai benar
atau salah, maka dalam bernalar perlu bahkan wajib menggunakan kaidah-kaidah pokok penalaran agar
terhindar dari kesalahan dalam mengambil konklusi atas suatu masalah. Karena semua penalaran yang
tidak menaati atau melewati tahap-tahap pokok penalaran maka konklusi yang diambil pasti salah.
Karena dalam landasan-landasan pokok penalaran ada suatu tahapan dimana hasil suatu pemikiran yang
membuahkan penalaran akan di uji dan diverifikasi terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan
akhir. Bahkan dalam kaidah-kaidah penalaran, makna kalimat per kalimat dan bahkan makna kata per
kata identifikasi dengan cermat untuk menghindari makna yang ambigu.
Dalam kegiataan bernalar, logika dan bahasa adalah kata yang tidak asing lagi. Karena memang logika
dan bahasa merupakan alat untuk bernalar. Bahasa merupakan alat pokok dalam suatu kegiatan
bernalar. Karena sering kali seseorang salah dalam mengungkapkan bahasa yang bisa saja keluar dari
sistematika kebahasaan. Sebenarnya dalam menggunakan bahasa khususnya bahasa sehari-hari, kita
sering kali keliru dalam hukum kebahasaan tetapi sering kali terjadi kesalahpahaman
Hukum dasar logika adalah kebenaran umum yang berlaku dalam bidang logika sebagai patokan berpikir
atau kaidah pemikiran (
axioma of inference
).
1.
Principium identitas
low of identify
), berarti hukum kesamaan, adalah kaidah pemikiran yang menyatakan bahwa sesuatu hanya sama
dengan sesuatu itu sendiri. Contoh : Jika P maka P, P adalah P dan akan tetap P.
2.
Principium contradictionis
law of contradiction
), yang berarti hukum kontradiksi, adalah kaidah pemikiran yang menyatakan bahwa tidak mungkin
Sesutu pada waktu yang sama adalah sesuatu itu dan bukan sesuatu itu. Artinya adalah mustahil ada
sesuatu hal pada waktu bersamaan saling bertentangan. Contoh: P tidak mungkin P adalah adalah P dan
bukan P.
3.
), yang berarti penyisihan jalan tengah, adalah kaidah yang menjelaskan bahwa sesuatu mestilah P atau
bukan P dan tidak ada kemungkinan ketiga sebagai jalan tengah.
4.
hukum kesamaan
. Hukum cukup alasan menyatakan bahwa jika perubahan terjadi pada sesuatu, maka perubahan itu
haruslah memiliki alasan yang cukup. Hal ini berarti bahwa tidak ada perubahan yang terjadi begitu saja
tanpa alasan rasional yang memadai sebagai penyebab perubahan itu
2.
Pengertian Proposisi
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan salahnya. Proposisi
merupakan unit terkecil dari pemikiran yang mengandung maksud sempurna.
Proposisi dibagi menjadi tiga yaitu proposisi kategorik, proposisi hipotesis, proposisi disyungtif, pertama
kita akan membahas tentang proposisi kategorik.
A. Proposisi kategorik
Proposisi kategorik adalah proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat, seperti :
Orang rajin akan mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang mereka harapkan
B. Proposisi Hipotetik
Pada proposisi kategorik menyatakan suatu kebenaran tanpa syarat, maka pada proposisi hipotetik
kebenaran yang dinyatakan justru digantungkan pada syarat tertentu. Antara keduanya mempunyai
perbedaan mendasar. Proposisi hipotetik mempunyai dua buah bentuk:
C. Proposisi Disyungtif
Seperti juga proposisi hipotetik, proposisi disyungtif pada hakikatnya juga terdiri dari dua buah proposisi
kategorika. Sebuah proposisi disyungtif seperti : Proposisi jika tidak benar maka salah ; jika dianalisis
menjadi : ‘Poposisi itu benar’ dan Proposisi itu salah”. Kopula yang berupa ‘jika’ dan ‘maka’
mengubah dua proposisi kategorik menjadi permasalahan disyungtif. Kopula dari proposisi disyungtif
bervariasi sekali, seperti :
Hidup kalau tidak bahagia adalah susah.
Rumus : A mungkin B mungkin non B, seperti “Fajar mungkin masih hidup mungkin sudah mati (non-
hidup)”.
Rumus : A mungkin B mungkin C, seperti “Gilang berhelm hitam atau berhelm putih”
3.
Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan
kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh:
Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru,
kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
Contoh:
dari premis tersebut dapat kita lansung menari kesimpulan (inferensi) bahwa: pohon yang ditanam pak
budi setahun yang lalu tidak mati.