Anda di halaman 1dari 50

Pengantar Logika Lembar Kerja Mahasiswa

Ir. Galih Wasis Wicaksono, M.Cs 1/1/21 Logika & Komputasi


MATERI I: PENGANTAR LOGIKA

A. PRETEST
Untuk Lembar Kerja Mahasiswa ini tidak ada kegiatan pretest.

B. PENDAHULUAN
Logika (logic) berasal dari kata bahasa yunani “logos”, yang jika diterjemahkan kedalam bahasa
inggris bermakna “word” atau “speech”. Sehingga definisi logika adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari atau berkaitan dengan prinsip penalaran argument yang valid.
Para pakar sepakat bahwa logika adalah studi tentang kriteria – kriteria untuk mengevaluasi
argument-argumen dengan menentukan mana argument yang valid dan mana argument yang
tidak valid, juga membedakan mana argument yang baik dan yang tidak baik.
Logika juga dapat dipahamai sebagai sistem formal yang menjelaskan peranan sekumpulan
rumus-rumus ataupun sekumpulan aturan untuk derivasi. Derivasi artinya adalah pembuktikan
validitas argument yang kuat dengan didukung kenyataan bahwa kesimpulan yang benar harus
diperoleh dari premis yang benar.
Logika secara umum erat kaitannya dengan penalaran deduktif (deductive reasoning), yakni
narikinan kesimpulan dari premis-premis pembentuknya. Berbeda penalaran induktif (inductive
reasoning) yang membangun kesimpulan dari penelitian atau observasi.
C. ARGUMEN
Argumen adalah usaha untuk mencari kebenaran dari suatu pernyataan berupa kesimpulan
dengan berdasarkan pada kebenaran dari satu kumpulan pernyataan yang disebut premis-
premis. Adapun bentuk argument berupa sekumpulan pernyataan yang terdiri dari premis-
premis dan diikuti satu kesimpulan
Contoh 1:
1. Semua mahasiswa pandai
2. Ahmad adalah mahasiswa
3. Dengan demikian, Ahmad pandai
Pada contoh 1, kalimat 1 dan 2 disebut sebagai premis, diikuti oleh kalimat 3 yang disebut
kesimpulan. Argumen pada Contoh 1 pasti dikatakan logis, karena dibentuk dari premis-premis
yang benar, serta disertai dengan kesimpulan yang benar.
Contoh 2:
1. Semua Manusia berkaki empat
2. Budi seorang manusia
3. Dengan demikian, Budi berkaki empat
Pada contoh 2, secara nalar argumen tersebut memenuhi kaidah bahwa sebuah argument
tersusun atas premis-premis dan diikuti dengan kesimpulan. Akan tetapi melihat konteks kalimat,
maka argumen tersebut akan dinilai tidak logis.
Oleh karena itu, logika juga disebut sebagai Logika Simbol, karena melakukan simbolisasi
terhadap kalimat-kalimat logika, sehingga pernyataan logika yang direpresentasikan dalam
bentuk kalimat, tidak mempengaruhi penarikan kesimpulan dari logika itu sendiri.
Logika saat ini mempengaruhi perkembangan keilmuan bidang computer, dimana logika dapat
diimplementasikan pada baik pada perangkat keras (hardware) maupun juga pada perangkat
lunak (software). Logika menjadi pondasi bagi siapapun yang akan mempelajari sistem computer
lebih lanjut. Selain itu logika juga akan meningkatkan kemampuan berpikir secara komputasi
(computational thinking).
D. SEJARAH LOGIKA
Logika pertama kali dikenal sebagai logika klasik, diperkenalkan oleh aristoteles (384-322 BC).
Aristoteles mengembangkan aturan penalaran silogistik yang benar. Menurutnya silogisme
adalah bentuk argumen yang terdiri dari pernyataan dengan salah satu atau keempat bentuk
berikut:
a. Semua A adalah B (universal affirmative)
b. Tidak A adalah B (universal negative)
c. Beberapa A adalah B (particular affirmative)
d. Beberapa A adalah tidak B (particular negative)
Variabel A dan B dapat digantikan dengan suatu benda atau obyek yang kemudian disebut
sebagai terms of syllogism. Sebuah silogisme dinyatakan sempurna (well formed syllogism) jika
memiliki dua buah premis dan satu kesimpulan, dengan masing-masing premis dan kesimpulan
memiliki satu term.
Logika modern atau logika simbolik dikembangkan oleh de Morgan (1806-1871) dan George
Boole (1815-1864). Logika modern mengenalkan simbol-simbol untuk kalimat yang lengkap dan
perangkai-perangkai seperti “dan”, “atau”, “jika-maka”, “jika dan hanya jika” serta
perangkai/operator lainnya.
Logika modern dijadikan dasar pembuatan aljabar boole yang dikembankan oleh George Boole
dan menjadi dasar teori tentang pengembangan komputer digital serta microprosesor yang
banyak digunakan saat ini.
Logika dalam bentuk dasar hanya memiliki satu dari dua nilai yakni:
1. True atau Benar atau T atau 1
2. False atau Salah atau F atau 0
Logika matematika yang menangani bentuk logika yang menangani 2 nilai (benar atau salah)
adalah:
a. Logika Proposisional: Logika ini berfokus pada pernyataan-pernyataan dalam golongan
proposisi.
Contoh logika proposisi:
1. Manusia tidak abadi
2. Soekarno adalah manusia
3. Dengan demikian, Soekarno tidak abadi
b. Logika Predikat: Logika ini berfokus pada predikat yang menyertai suatu pernyataan
dalam kalimat.
Contoh logika predikat:
1. Semua gajah memiliki belalai
2. Bona seekor gajah
3. Dengan demikian, Bona memiliki belalai
Perkembangan logika juga mengarah kepada Logika Banyak Nilai (many-valued logic), yang tidak
hanya berkutat pada nilai True atau False, tetapi juga dapat diterapkan pada nilai ketiga, baik
yang bersifat netral atau nilai yang memiliki antara yakni antara 0 sampai dengan 1. Salah satunya
ialah jenis Logika Fuzzy yang dikenalkan oleh Lotfi A. Zadeh (1973).
E. PENGANTAR LOGIKA PROPOSISI
Pengertian proposisi adalah setiap pernyataan yang hanya memiliki satu nilai benar atau salah
disebut sebagai proposisi. Sehingga logika proposisi adalah logika yang menangani, memproses
atau memanipulasi penarikan kesimpulan secara logis dari proposisi-proposisi yang digunakan.
Contoh 3:
1. Wati sedang belajar
2. DKI Jakarta adalah Ibu Kota Negara Indonesia yang terletak di pulau Jawa
Kedua kalimat pada Contoh 3 tersebut berbeda secara bahasa, misal kalimat 1 hanya terdiri dari
subyek dan predikat. Sedangkan kalimat kedua terdiri atas subyek, predikat dan keterangan.
Meskipun demikian dalam proposisi tidak dianggap sebagai masalah selama pernyataan tersebut
memiliki nilai benar atau salah.
Agar dapat lebih memahami konsep kalimat proposisi dan bukan kalimat proposisi, perhatikan
Contoh dibawah ini:
Contoh 4:
1. Yogyakarta adalah kota pelajar. (Proposisi Benar).
2. 2+2=4. (Proposisi Benar).
3. Semua manusia adalah fana. (Proposisi Benar).
4. 4 adalah bilangan prima. (Proposisi Salah).
5. 5x12=90. (Proposisi Salah).
6. Dimanakah letak pulau bali? (Bukan Proposisi)
7. Pandaikah dia? (Bukan Proposisi)
8. Andi lebih tinggi daripada Tina. (Bukan Proposisi)
9. 3x-2y=5x+4. (Bukan Proposisi)
10. x+y=2. (Bukan Proposisi)
kalimat proposisi juga dapat digabungkan dengan kalimat proposisi lainnya sehingga membentuk
kalimat proposisi majemuk. Seperti pada contoh berikut:
Contoh 5:
1. Anda harus belajar dengan rajin atau Anda akan gagal dalam studi
Berdasarkan contoh 5 diatas, kalimat proposisi majemuk tersebut terdiri atas 2 kalimat proposisi
tunggal atau yang kemudian dikenal dengan proposisi atomik.
a. Anda harus belajar dengan rajin
b. Anda akan gagal dalam studi.
Kalimat proposisi majemuk diatas juga menggunakan perangkai/ operator logika “atau”. Akan
tetapi perhatikan kalimat dengan multi subyek yang mengecoh pada saat pembentukan kalimat
majemuk, seperti contoh berikut:
Contoh 6:
1. Ayah dan Ibu pergi ke tempat nenek
Sekilas jika merujuk pada maksud kalimat, maka kalimat pada Contoh 6 dianggap sebagai
proposisi atomik. Namun, ketika diuraikan kalimat tersebut merupakan proposisi majemuk yang
terdiri atas:
a. Ayah pergi ke tempat nenek
b. Ibu pergi ke tempat nenek
Kalimat proposisi atomik tersebut dirangkaikan dengan perangkai/ operator logika “dan”. Selain
itu perhatikan juga penggunaan negasi yang mengecoh karena penggunaan lawan kata. Negasi
merupakan nilai kebalikan dari suatu kalimat proposisi. Perhatikan contoh berikut:
Contoh 7:
1. Ahmad kenyang
2. Ahmad tidak lapar
3. Ahmad tidak kenyang
4. Ahmad lapar
Keempat kalimat tersebut bukanlah kalimat yang sama, dan juga bukan lawan kata dari salah
satu kalimat lainnya. Keempat kalimat tersebut merupakan kalimat proposisi yang menggunakan
unary operator (satu operator) yakni pada kalimat 2 dan 3 pada Contoh 7 diatas. Jika ditelaah
kalimat proposisi Ahmad tidak lapar merupakan negasi dari kalimat proposisi Ahmad lapar,
demikian halnya kalimat proposisi Ahmad tidak kenyang merupakan negasi dari kalimat
proposisi Ahmad kenyang.
Sehingga pemberian nilai (value) pada kalimat proposisi sangat penting untuk menguatkan
konteks kalimat tersebut, sebelum disimbolisasikan. Pemberian nilai pada kalimat proposisi
berupa nilai True atau T dan False atau F sangat bergantung pada pengetahuan manusia di dunia
nyata. Padahal tidak ada satupun yang bersifat mutlak di dunia nyata. Perhatikan contoh berikut:
Contoh 8:
1. Jika Malang adalah kota madya, maka Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur
Kalimat tersebut dapat memiliki nilai benar (True), jika mengetahui informasi tentang Malang,
Surabaya, Jawa Timur, kota madya dan ibukota. Akan tetapi bagi mereka yang tidak mengetahui
informasi tersebut, misalnya warga negara asing, maka bisa saja nilai dari kalimat proposisi
tersebut adalah salah (False). Dengan demikian perlu mengubah kalimat proposisi ke dalam
bentuk simbol yang dikenal dengan istilah variabel, untuk menghindari penafsiran berbeda
terhadap nilai suatu kalimat. Pemberian nilai dapat dilihat pada Contoh 9.
Contoh 9:
1. Ahmad kenyang
2. Ahmad lapar
3. Ahmad tidak kenyang
4. Ahmad tidak lapar
▪ A = Ahmad kenyang
▪ B = Ahmad lapar
▪ ¬A = Ahmad tidak kenyang
▪ ¬B = Ahmad tidak lapar
F. POSTTEST
1. Manakah dari pernyataan berikut yang merupakan proposisi?
a. Apakah jawabanmu benar Budi?
b. Wati pergi kuliah
c. Tutup pintu itu Andi!
d. 4 adalah bilangan prima
e. Suriname terletak di benua asia.
2. Apa bentuk kebalikan (negasi) dari proposisi berikut?
a. Hari ini adalah hari minggu
b. 2+3 = 5
c. Candi Borobudur tidak terletak di DIY
d. Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di pulau Jawa
e. 7 adalah bilangan ganjil
3. Tentukan manakah dari kalimat berikut yang atomik dan majemuk. Jika majemuk, uraikan
menjadi atomik.
a. Budi pintar, demikian juga Wati.
b. Budi mengerjakan tugas yang sama dengan Wati
c. Budi mengerjakan tugas atau Wati membantu Ibu
d. Wati dan Budi sama-sama tidak hadir
e. Budi belajar sungguh-sungguh atau Wati tidak lulus ujian
Tabel Kebenaran Lembar Kerja Mahasiswa

Ir. Galih Wasis Wicaksono, M.Cs 1/1/21 Logika & Komputasi


MATERI II: TABEL KEBENARAN

A. PRETEST
1. Berilah variable proposisional dari pernyataan berikut, dan ubahlah menjadi bentuk
logika :
a. Jika Susilo Bambang Yudhoyono presiden RI maka Barrack Obama juga presiden
Amerika
b. Mahasiswa baru wajib memakai baju putih celana putih atau baju putih celana hitam.
c. Berita itu tidak menyenangkan
d. Saya akan dating jika saya mempunyai kesempatan
e. Jika mahasiswa rajin kuliah, maka IPKnya bias cumlaude.
2. Misalkan A, B dan C adalah variable proposisional :
A = Anda mengalami demam
B = Anda mengikuti ujian
C = Anda berhasil lulus
Ubahlah ekspresi berikut menjadi pernyataan dalam Bahasa Indonesia :
a. A → ¬B
b. B → ¬C
c. ¬B → C
d. (A Ʌ B) → C
e. (A → ¬C) V (B → ¬C)
f. (A Ʌ B) V (¬B Ʌ C)

B. TABEL KEBENARAN
Tabel kebenaran merupakan cara menunjukkan/menampilkan secara sistematis satu demi satu
nilai-nilai kebenaran sebagai hasil kombinasi dari proposisi-proposisi yang dirangkai dengan
menggunakan operator logika.
Tabel kebenaran akan sangat bermanfaat digunakan untuk membuktikan suatu ekspresi logika.
Langkah-langkah penggunaan table kebenaran untuk melakukan penarikan kesimpulan dan
pembuktian logika proposisi dijelaskan sebagai berikut:
1. Langkah 1: Jika ekspresi logika masih berupa kalimat logika, maka ubah kalimat tersebut
menjadi symbol (dalam hal ini mengubah kalimat proposisi atomic/tunggal menjadi
variable).
2. Langkah 2: Periksa perangkai/operator logika yang terdapat pada ekspresi logika
tersebut.
3. Langkah 3: Periksa jumlah variable yang terbentuk untuk menentukan jumlah value/nilai
yang akan digunakan, jika variable berjumlah lebih dari 1, maka penentuan nilai variable
mengacu pada 2N, dimana N = jumlah variable.
4. Langkah 4: uraikan nilai setiap variable termasuk literal dari variable yang akan digunakan
dalam rangkaian kalimat logika (negasi atau bukan negasi)
5. Langkah 5: Operasikan operand (variable) dan operator (perangkai logika) secara lengkap
dan tepat.
Agar dapat memberikan pemahaman, perhatikan kalimat berikut pada contoh.
Contoh 1:
Soal: Jika Malang terletak di Jawa Timur dan UMM berlokasi di Malang, maka di malang terdapat
banyak mahasiswa atau di Malang tidak terdapat banyak mahasiswa.
Penyelesaian:
Pertama, ubah ekspresi logika tersebut, dari kalimat proposisi menjadi variable logika proposisi
sebagai berikut:
A: Malang terletak di Jawa Timur;
B: UMM berlokasi di Malang;
C: di Malang terdapat banyak mahasiswa;
Adapun kalimat “di Malang tidak terdapat banyak mahasiswa” adalah bentuk negasi dari
variable C

Kedua, periksa dan cermati perangkai/operator yang digunakan dalam kalimat proposisi
tersebut, sehingga membentuk ekspresi logika dalam bentuk symbol sebagai berikut:
Jika …. Maka adalah perangkai implikasi dengan symbol →;
… dan …. adalah perangkai konjungsi dengan symbol Ʌ;
…. atau …. Adalah perangkai disjungsi dengan symbol V;
Tidak….. adalah perangkai negasi dengan symbol ¬;
Sehingga jika dirangkai membentuk: (A Ʌ B) → (C V (¬C));

Langkah ketiga, periksa jumlah variable dalam kalimat proposisi, berdasarkan Langkah 1,
terdapat 3 variable dalam kalimat tersebut yakni A, B dan C. sehingga jumlah nilai yang nantinya
akan direpresentasikan dalam bentuk baris pada table kebenaran adalah 23= 8.
Langkah keempat, uraikan nilai dari setiap variable dalam bentuk table. Perhatikan pola nilai yang
diberikan pada setiap variable didasarkan pada pola pasangan bilangan biner (ditandai warna
kuning pada table). Penentuan nilai dapat dilihat seperti pada table kebenaran dibawah ini:

A B C ¬C
1 T T T F
2 T T F T
3 T F T F
4 T F F T
5 F T T F
6 F T F T
7 F F T F
8 F F F T
Terakhir pada Langkah kelima mulai operasikan operand dan operator yang telah dijabarkan
melalui ekspresi logika diatas. Sebaiknya lakukan secara runtut dan dimulai dari sisi kiri ekspresi
logika. Detail Langkah dapat dilihat pada table kebenaran dibawah ini:
i ii iii iv v vi vii
A B C ¬C (A Ʌ B) (C V (¬C)) (A Ʌ B) → (C V (¬C))
1 T T T F T T T
2 T T F T T T T
3 T F T F F T T
4 T F F T F T T
5 F T T F F T T
6 F T F T F T T
7 F F T F F T T
8 F F F T F T T
Perhatikan dengan seksama, pada kolom v merupakan ekpresi pertama yang diselesaikan,
selanjutnya ekspresi kedua pada kolom vi dan terakhir pada kolom vii merupakan ekspresi
terakhir sekaligus hasil yang diperoleh dari ekspresi logika (A Ʌ B) → (C V ¬C). Proses
penyelesaikan menggunakan table kebenaran juga merujuk pada hirariki dan pengelompokan
berdasarkan tanda kurung pada ekspresi tersebut.
C. OPERATOR LOGIKA
1. Konjungsi (operator AND/DAN) [Ʌ]
Proposisi A Ʌ B adalah proposisi yang bernilai benar, jika nilai A dan B keduanya benar,
selainnya pasti salah.
A B AɅB
F F F
F T F
T F F
T T T
2. Not And (BUKAN DAN / NAND) [ | ]
Proposisi A | B bernilai salah, jika nilai A bernilai benar dan B bernilai benar.
A B A|B
F F T
F T T
T F T
T T F
3. Disjungsi (operator OR/ATAU) [V]
Proposisi A V B adalah proposisi yang bernilai benar, jika salah satu nilai premis bernilai
benar, dalam kasus ini baik nilai A ataupun B.
A B AVB
F F F
F T T
T F T
T T T
4. Not Or (NOR) [↓]
Proposisi A ↓ B bernilai benar, jika nilai A bernilai salah dan B bernilai salah
A B A↓B
F F T
F T F
T F F
T T F
5. Exclusive Or (XOR) [ ]
Proposisi A B bernilai benar jika nilai A bernilai benar dan B bernilai sama.
A B A B
F F T
F T F
T F F
T T T
6. Negasi (NOT)[¬]
Negasi berarti nilai kebalikan dari nilai proposisi yang dinegasikan.
A ¬A
F T
T F
7. Implikasi (operator JIKA .. MAKA ../ IF .. THEN) [→]
Proposisi A → B terdiri dari 2 komponen, A disebut antecedent (hipotesis/premis)
sedangkan B disebut consequenct (kesimpulan). Proposisi A → B bernilai benar jika
antecedent (A) bernilai benar dan consequent (B) bernilai salah.
A B A→B
F F T
F T T
T F F
T T T
8. Biimplikasi (operator JIKA DAN HANYA JIKA/IF ONLY IF) [↔]
Proposisi A ↔ B bernilai benar jika nilai A bernilai benar dan B bernilai sama.
A B A↔B
F F T
F T F
T F F
T T T

D. POSTTEST
Buatlah table kebenaran dari ekspresi – ekspresi logika berikut :
1. ¬(¬A Ʌ ¬B)
2. A Ʌ (A V B)
3. ((¬A Ʌ (¬B Ʌ C)) V (B Ʌ C)) V (A Ʌ C)
4. (A Ʌ B) V (((¬A Ʌ B) → A) Ʌ ¬B)
5. (A → B) ↔ (¬B → ¬A)
6. A Ʌ ((C V B) ↔ ¬C)
7. ¬((A Ʌ B) → ¬C) V A
8. A ↓ (B → C)
9. Apakah nilai kebenaran dari (A Ʌ ¬A) dengan (A V ¬A) ?
10. Apakah nilai kebenaran dari (A → B) → C dengan A → (B → C) ?
Proposisi Majemuk Lembar Kerja Mahasiswa

Ir. Galih Wasis Wicaksono, M.Cs 1/1/21 Logika & Komputasi


MATERI IV: PROPOSISI MAJEMUK

A. PRETEST
1. Buatlah tabel kebenaran dari proposisi berikut, berdasarkan akhiran NIM, kerjakan soal
dibawah ini:
a. A Ʌ ¬ (¬A → A)
b. (A → B) ↔ (B → A)
c. (A → B) → ((A → ¬B) → ¬A)
d. ¬(¬A Ʌ A) V A
e. (A ↔ B) → (B ↔ A)
f. (¬A → B) → ((¬A → ¬B) → A)
2. Buatlah tabel kebenaran dari proposisi berikut berdasarkan akhiran NIM, kerjakan soal
dibawah ini (ex: NIM 100 (genap), NIM 101 (ganjil):
Genap:
Jika Budi pergi bermain bola, maka Wati tidak bermain lompat tali dan Wati menanak nasi,
jika dan hanya jika, jika Wati bermain lompat tali maka Budi tidak bermain bola.
Ganjil:
Jika Ani berangkat kekampus jika dan hanya jika Adi mengendarai sepeda motor, maka Adi
mengendarai sepeda motor atau Ali tidak mengerjakan tugas.

B. SKEMA
Skema merupakan suatu cara untuk menyederhanakan suatu proposisi majemuk yang rumit
dengan memberi huruf tertentu untuk menggantikan satu subekspresi atau sub-subekspresi.

Contoh 1:
P = (A Ʌ B) dan Q = (A V B), maka (P → Q) = ((A Ʌ B)→(A V B))
Sehingga :
1. Ekspresi apa saja berbentuk (¬P) disebut negasi.
2. Ekspresi apa saja berbentuk (P Ʌ Q) disebut konjungsi.
3. Ekspresi apa saja berbentuk (P V Q) disebut disjungsi.
4. Ekspresi apa saja berbentuk (P → Q) disebut implikasi.
5. Ekspresi apa saja berbentuk (P ↔ Q) disebut biimplikasi.
Sekarang perhatian aturan berikut:
1. Semua ekspresi atomic adalah fpe (fully parenthesized expression).
2. Jika P adalah fpe, maka (¬P) juga fpe.
3. Jika P dan Q adalah fpe, maka (P Ʌ Q), (P V Q), (P → Q), dan (P ↔ Q).
4. Tidak ada fpe lainnya.
Ekspresi – ekspresi logika yang dijelaskan diatas disebut well formed formulae (wff), sehingga wff
adalah fpe, demikian juga sebaliknya.

Contoh 2:
1. A → (B → (¬A V ¬B)) (wff dan fpe)
2. A → (B → ¬A V ¬B)) (bukan wff dan fpe)
3. A → (B → (¬A V ¬B) (bukan wff dan fpe)
Jika ada suatu ekspresi logika (¬P), maka P disebut skop negasi, sedangkan ¬ (negasi) disebut
dengan perangkai utama. Jika terdapat proposisi majemuk (P V Q), (P Ʌ Q), (P → Q), (P ↔ Q),
maka P disebut skop kanan, Q disebut skop kiri sedangkan perangkainya {V, Ʌ, →, ↔} disebut
perangkai utama.
Berdasarkan contoh 1, maka dapat dibentuk:

P→Q

(Skop kiri) (perangkai utama) (skop kanan)

((A Ʌ B) → (A V B))

C. ANALISIS PROPOSISI MAJEMUK


Analisis proposisi majemuk dapat dilakukan dengan menggunakan Teknik parsing yang
menghasilkan parse tree.
Contoh 3:
1. Jika Dewi lulus sarjana teknik informatika, orang tuanya akan senang, dan dia dapat segera
bekerja, tetapi jika dia tidak lulus sarjana teknik informatika, semua usahanya akan sia-sia.

Berdasarkan pembagian skop kiri dan skop kanan maka diperoleh pembagian ekspresi sebagai
berikut:
1.1. Jika Dewi lulus sarjana teknik informatika, orang tuanya akan senang dan dia dapat segera
bekerja.
dengan
1.2. Jika dia tidak lulus sarjana teknik informatika, semua usahanya akan sia – sia

Kedua skop diatas masih berupa proposisi majemuk. Sehingga dapat dipecah lagi untuk masing
– masing skop:
1.1.1. Jika Dewi lulus sarjana teknik informatika,
dengan
1.1.2. Orang tuanya akan senang, dan dia dapat segera bekerja

Kalimat skop kanan masih berbentuk proposisi majemuk sehingga masih dapat dipisah menjadi:
1.1.2.1. Orang tuanya akan senang,
dengan
1.1.2.2. Dia dapat segera bekerja

Kalimat diatas tidak dapat dipecah lagi, sehingga tinggal skop kanan (1.2) yang perlu untuk di
urai:
1.2.1. Dia tidak lulus sarjana teknik informatika,
dengan
1.2.2. Semua usahanya akan sia – sia.

Teknik parsing diatas menghasilkan proposisi atomic. Hasil parsing dapat diwujudkan dalam
bentuk parse tree seperti berikut:

Dari parse tree diatas, setiap node daun merupakan proposisi atomic. Kecuali untuk node 1.2.1
bukan proposisi atomic baru karena merupakan negasi dari node 1.1.1. Dalam hal ini pasangan
atomic dan negasinya dikenal dengan istilah literal.
Untuk mengubah parse tree menjadi ekspresi logika menjadi symbol, adalah menggunakan fpe
seperti berikut ini:
A = Dewi lulus sarjana teknik informatika (1.1.1)
B = orang tua Dewi senang (1.1.2.1)
C = Dewi bekerja (1.1.2.2)
D = Usaha Dewi sia – sia. (1.2.2)
Dengan demikian dapat diperoleh ekspresi :
(A → (B Ʌ C)) Ʌ ((¬A) → D)

D. ATURAN PENGURUTAN
Hirarki pengurutan perangkai pada sebuah ekspresi logika dapat dilihat dari table dibawah ini:
Hirarki Simbol Nama
1 ¬ Negasi
2 Ʌ Konjungsi
3 V Disjungsi
4 → Implikasi
5 ↔ Biimplikasi
Contoh 4:
1. A Ʌ B V C harus dibaca ((A Ʌ B) V C)
2. ¬A Ʌ B harus dibaca (¬A) Ʌ B
Contoh 5:
1. A → B → C harus dibaca (A → B) → C, model ini disebut left associative artinya operator
sebelah kiri yang didahulukan.
E. TAUTOLOGI
Jika pada table kebenaran, untuk semua pasangan nilai variable proposisi (hasil operasi logika)
menunjukkan semua nilai benar, maka kondisi tersebut disebut tautology.

Contoh 6:
Buktikan ¬(A Ʌ B) V B adalah tautology ?
A B A Ʌ B ¬(A Ʌ B) ¬(A Ʌ B) V B
F F F T T
F T F T T
T F F T T
T T T F T

F. KONTRADIKSI
Kontradiksi adalah kebalikan dari tautology, yakni jika semua pasangan nilai variable (hasil
operasi logika) menunjukkan semua bernilai salah.
Contoh 7:
Buktikan ((A V B) Ʌ ¬A) Ʌ ¬B adalah kontradiksi?
A B ¬A ¬ B A V B ((A V B) Ʌ ¬A) ((A V B) Ʌ ¬A) Ʌ ¬B
F F T T F F F
F T T F T T F
T F F T T F F
T T F F T F F

G. CONTINGENT
Continget merupakan formula campuran yang menghasilkan nilai benar dan salah
Contoh 8:
A B A Ʌ B ¬(A Ʌ B) ¬(A Ʌ B) Ʌ B
F F F T F
F T F T T
T F F T F
T T T F F

H. BENTUK ARGUMEN
Terdapat beberapa bentuk argumen yang dapat digunakan dalam logika proposisional sebagai
berikut:
1. Silogisme Hipotetis
Contoh 9:
Jika Budi belajar dengan rajin, maka Budi lulus ujian. Jika Budi lulus ujian, maka Orang Tua budi
senang. Dengan demikian, jika Budi belajar dengan rajin maka Orang tuan budi senang.
A = Budi belajar dengan rajin
B = Budi lulus ujian
C = Orang Tua Budi senang
Selanjutnya dibentuk ekspresi argumen sebagai berikut:
1) A → B
2) B → C
3) A → C
2. Silogisme Disjungtif
Contoh 10:
Program komputer mempunyai bug, atau input program salah. Input program tidak error.
Dengan demikian, program komputer mempunyai bug.
A = Program komputer mempunyai bug
B = Input program salah.
Selanjutnya dibentuk ekspresi argumen sebagai berikut:
1) A V B
2) ¬B
3) A

3. Modus Ponens
Contoh 11:
Jika lampu lalu lintas menyala merah, maka kendaraan yang melintas berhenti. Lampu lalu lintas
menyala merah. Dengan demikian, kendaraan yang melintas berhenti.
A = Lampu lalu lintas menyala merah
B = kendaraan yang melintas berhenti
Selanjutnya dibentuk ekspresi argumen sebagai berikut:
1) A → B
2) A
3) B

4. Modus Tollens
Contoh 12:
Jika Ahmad belajar dengan rajin, maka Ahmad lulus ujian. Ahmad tidak belajar dengan rajin.
Dengan demikian, Ahmad tidak lulus ujian.
A = Ahmad belajar dengan rajin
B = Ahmad lulus ujian
Selanjutnya dibentuk ekspresi argumen sebagai berikut:
1) A → B
2) ¬A
3) ¬B
I. POSTTEST
1. Tentukan fpe dan wff dari ekspresi logika berikut:
a. A Ʌ B Ʌ C → D
b. A V B V C ↔ ¬D
c. ¬A Ʌ B → ¬C V D
d. A → B ↔ ¬C → ¬D
e. A V B Ʌ C → A Ʌ B V C

2. Tentukan ekspresi berikut menggunakan table kebenaran apakah tautologi, kontradiksi atau
contigent:
a. A → (B → A)
b. (B → A) → A)
c. ¬(¬A → A)
d. (¬A → ¬B) → (B → A)
e. (A → (B → C)) → ((A → B) → (A → C))
EKUIVALENSI LOGIS Lembar Kerja Mahasiswa

Ir. Galih Wasis Wicaksono, M.Cs 1/1/21 Logika & Komputasi


MATERI IV: EKUIVALENSI LOGIS

A. PRETEST
1. Jika ekspresi (Av¬A) adalah tautology, buktikan bahwa ekspresi – ekspresi logika berikut ini
adalah tautology :
a. (A → B) V ¬(A → B)
b. ¬A V ¬(¬A)
c. ((A Ʌ C) V B) V ¬((A Ʌ C) V B)

B. EVALUASI VALIDITAS ARGUMEN


Bagaimana mengevaluasi validitas sebuah argument? Seperti telah dijelaskan pada materi
sebelumnya, bahwa argument tersusun atas premis – premis dan kesimpulan. Jika premis
benar, maka kesimpulan harus bernilai benar. Untuk itu berikut langkah – langkah
mengetahui validitas argument.

Contoh 1:
Apabila terdapat argument sebagai berikut, tentukan validitas argument tersebut?
“Jika tono pergi kuliah, maka tini juga pergi kuliah. Jika siska tidur, maka
tini pergi kuliah. Dengan demikian jika tono pergi kuliah atau siska tidur,
maka tini pergi kuliah.”

Cara penyelesaian:
1. Mengubah argument ke variable proposisional
A = Tono pergi kuliah.
B = Tini pergi kuliah.
C = Siska tidur.

2. Mengubah argument menjadi ekspresi logika.


1) A → B (Premis)
2) C → B (Premis)
3) (A V C) → B (Kesimpulan)

3. Merangkai premis – premis dengan kesimpulan


((A → B) Ʌ (C → B)) → ((A V C) → B)
Antar premis dihubungkan dengan operator (Ʌ) konjungsi, sedangkan premis dengan
kesimpulan dihubungkan dengan operator (→) implikasi.
4. Setelah itu buatlah tabel kebenaran dari ekspresi argument tersebut
A B C A → C → (A → B) Ʌ (C A V (A V C) ((A → B) Ʌ (C → B)) → ((A
B B → B) C →B V C) → B)
T T T T T T F T T
T T F T F F T F T
T F T T T T F T T
T F F T T T T T T
F T T F T F T F T
F T F F F F T F T
F F T T T T T T T
F F F T T T T T T
Kesimpulan, jika tabel kebenaran menunjukkan hasil tautology maka argument tersebut
valid. Dalam penulisannya tautology dapat ditulis juga dengan symbol 1.

C. EKUIVALENSI LOGIS
Pada tautology, dan juga kontradiksi, dapat dipastikan bahwa dua buah ekspresi logika
adalah tautology atau kontradiksi, maka kedua ekspresi tersebut dapat dipastikan ekuivalen
(sama) secara logis.
Pada kasus contingent, dua buah ekspresi logika dikatakan ekuivalen secara logis jika urutan
nilai T dan F sama persis diantara keduanya. Ekuivalensi logis disimbolkan dengan tanda ≡.

Contoh 2:
Jika terdapat kalimat proposisi sebagai berikut, buktikan apakah kedua kalimat ekuivalen
secara logis atau tidak.
1) Dewi sangat cantik dan peramah
2) Dewi peramah dan sangat cantik

Ubah kedua kalimat diatas menjadi ekspresi logika


1. A Ʌ B
2. B Ʌ A

Untuk membuktikan (A Ʌ B) ≡ (B Ʌ A), gunakan tabel kebenaran seperti berikut :


A B AɅB BɅA
T T T T
T F F F
F T F F
F F F F
Dari pembuktian diatas, meskipun sifat dari ekspresi (A Ʌ B) serta (B Ʌ A) adalah contigent,
akan tetapi karena susunan nilai T dan F sama, maka kedua ekspresi tersebut diatas adalah
ekuivalen secara logis, atau dapat disimbolkan (A Ʌ B) ≡ (B Ʌ A).
D. KOMUTATIF
Pada beberapa operator logika, terdapat sifat komutatif, yang artinya meskipun kedua
variable berganti tempat, nilai kebenaran dari ekspresi tersebut tetap sama. Hal tersebut
juga termasuk kedalam bentuk ekuivalensi logis dari ekspresi.
Perhatikan aturan berikut:
1) (A Ʌ B) ≡ (B Ʌ A)
2) (A V B) ≡ (B V A)
3) (A ↔ B) ≡ (B ↔ A)

E. ASOSIATIF
Penempatan tanda kurung pada ekspresi yang tersusun atas lebih dari 3 variabel dan 2
operator juga dapat menunjukkan ekuivalensi secara logis.
Perhatikan aturan berikut:
1) ((A Ʌ B) Ʌ C) ≡ (A Ʌ (B Ʌ C))
2) ((A V B) V C) ≡ (A V (B V C))
3) ((A ↔) B ↔ C) ≡ ((A ↔ B) ↔ C)

F. BENTUK EKUIVALENSI LOGIS ANTAR OPERATOR


1. Implikasi dan disjungsi
Perhatikan contoh berikut:
1) A → B
2) ¬A V B
Dengan tabel kebenaran dapat dibuktikan ekuivalensi dari kedua ekspresi
A B ¬A A → B ¬A V B
T T F T T
T F F T T
F T T F F
F F T T T
2. Biimplikasi dan konjungsi
Perhatikan contoh berikut :
1) A ↔ B
2) (A → B) Ʌ (B → A)
Dengan tabel kebenaran dapat dibuktikan ekuivalensi dari kedua ekspresi
A B A → B B → A (A → B) Ʌ (B → A) A↔B
T T T T T T
T F F T F F
F T T F F F
F F T T T T
G. POSTTEST
1. Buktikan ekspresi – ekspresi berikut ekuivalen secara logis dengan menggunakan tabel
kebenaran
a. ¬A ↔ B ≡ (¬A V B)Ʌ(¬B V A)
b. A → (¬A → B) ≡ 1
c. (A V ¬B) → C ≡ (¬A Ʌ B) V C
d. A → (B → C) ≡ (A → B) → C
e. A → B ≡ ¬ (A Ʌ ¬B)
f. ¬(¬A Ʌ B) V B ≡ 0
g. ((A Ʌ (B → C))Ʌ(A → (B → ¬C)))→A ≡ 1
PENYEDERHANAAN LOGIKA Lembar Kerja Mahasiswa

Ir. Galih Wasis Wicaksono, M.Cs 1/1/21 Logika & Komputasi


MATERI IV: PENYEDERHANAAN LOGIKA

A. PENYEDERHANAAN LOGIKA
Penyerderhanaan logika dalam prakteknya pada dasarnya berupaya menyederhanakan
sebuah ekspresi menjadi bentuk paling sederhana, sehingga dapat dikaji nilai kebenaran
secara mudah. Operasi penyederhanaan dalam suatu ekspresi logika mengacu pada hukum
– hukum logika, berikut hukum – hukum logika yang dapat digunakan :

Absorbsi PɅ(¬PVQ) ≡ PɅQ PV(¬PɅQ) ≡ PVQ

Contoh 1:
Sederhanakan ekspresi logika berikut kedalam bentuk paling sederhana
¬A → ¬(A → ¬B)
Cara penyelesaian :
=¬¬A V ¬(A → ¬B) A → B = ¬A V B
=¬¬A V ¬(¬A V ¬B) A → B = ¬A V B
=¬¬A V (¬¬A Ʌ ¬¬B) De Morgan’s
=A V (A Ʌ B) Negasi Ganda
=A Absorbsi

Contoh 2:
Buktikan kedua ekspresi berikut ekuivalen secara logis dengan menggunakan
penyederhanaan
(¬A → ¬B)→((A → B) → ¬A) ≡ (¬A V ¬B)
Cara Penyelesaian :
¬(¬¬A V ¬B) V (¬(¬A V B) V ¬A)) ≡ (¬A V ¬B) A → B = ¬A V B
(¬¬¬A Ʌ ¬¬B) V ((¬¬A Ʌ ¬B) V ¬A) ≡ (¬A V ¬B) De Morgan’s
(¬A Ʌ B) V ((A Ʌ ¬B) V ¬A) ≡ (¬A V ¬B) Negasi ganda
(¬A Ʌ B) V (¬A V (A Ʌ ¬B)) ≡ (¬A V ¬B) Komutatif
(¬A Ʌ B) V (¬A V ¬B) ≡ (¬A V ¬B) Absorbsi
(¬A Ʌ B) V ¬A V ¬B ≡ (¬A V ¬B)
((¬A Ʌ B) V ¬A) V ¬B ≡ (¬A V ¬B) Asosiatif
(¬A V (¬A Ʌ B)) V ¬B ≡ (¬A V ¬B) Komutatif
¬A V ¬B ≡ (¬A V ¬B) Absorbsi

Pada contoh diatas terdapat penyederhanaan pada implikasi, dimana jika terdapat operasi
menggunakan operator → dapat disederhanakan menjadi :
A→B ≡ ¬A V B
Dengan menggunakan tabel kebenaran dapat dibuktikan :
A B A →B A B ¬A ¬A V B
T T T T T F T
T F F T F F F
F T T F T T T
F F T F F T T

Pada beberapa kasus lain terdapat ekspresi logika dengan perangkai biimplikasi,
penyelesaian pada kasus tersebut dapat menggunakan penyederhanaan pada operator
biimplikasi sebagai berikut :
A↔B ≡ (A → B) Ʌ (B → A)
A↔B ≡ (¬A V B) Ʌ (¬B V A)
Penjelasan lebih lengkap tentang bentuk ekuivalensi logis antar operator dapat dilihat
kembali pada materi pertemuan 5.

B. POSTTEST
1. Hilangkan perangkai → dan ↔ dari ekspresi logika berikut ini dan sederhanakan lagi jika
memungkinkan :
a. (A → B) Ʌ (B → C)
b. (A → B) ↔ ((A Ʌ B) ↔ B)
2. Sederhanakan bentuk – bentuk logika berikut ini menjadi bentuk paling sederhana :
a. A Ʌ (¬A → A)
b. (A → B)→((A→¬B)→¬A)
3. Buktikan dua ekspresi logika berikut ekuivalen dengan penyederhanaan
a. ¬(¬(A Ʌ B) V A) ≡ 1
b. ¬(¬A V ¬(B V C)) ≡ (A Ʌ B) V (A Ʌ C)
4. Buktikan argument – argument berikut tautology, kontradiksi atau contingent dengan
menggunakan penyederhanaan
a. Jika M bilangan negative, maka Q bilangan negative. Jika P bilangan positif, maka Q
bilangan negative. Dengan demikian jika M bilangan negative atau P bilangan positif,
maka Q bilangan negative.
b. Tono dan Tini keduanya pergi ke Bioskop. Jika Tini pergi ke bioskop, maka siti akan
pergi ke bioskop, dan jika Tini tidak pergi maka Bowo pergi. Bowo akan pergi jika Tini
pergi. Tini akan pergi jika Siti Pergi. Dengan demikian, Siti pergi ke Bioskop.
STRATEGI PEMBALIKAN Lembar Kerja Mahasiswa

Ir. Galih Wasis Wicaksono, M.Cs 1/1/21 Logika & Komputasi


MATERI VII: STRATEGI PEMBALIKAN
A. PRETEST
1. Sederhanakan argument berikut, dengan menggunakan hukum – hukum penyederhanaan
logika:
Jika budi tinggal dijakarta, dia akan bahagia. Jika dia bahagia dan menyukai pekerjaannya,
maka dia akan memperoleh gaji yang baik dari pekerjaannya atau dia sedang jatuh cinta. Jika
dia jatuh cinta, maka dia akan lebih menyukai pekerjaannya. Dengan demikian, jika dia
tinggal di Jakarta, maka dia akan memperoleh gaji yang baik dari pekerjaannya.

B. KONSISTENSI LOGIKA
Tabel kebenaran memang sangat bermanfaat untuk membuktikan validitas ekspresi logika,
tetapi masalahnya tabek kebenaran memerlukan tabel yang sangat besar untuk menyelesaikan
ekspresi logika yang memiliki banyak variable proposisional, yakni 2N.

DEFINISI
Pernyataan logika disebut konsisten satu dengan lainnya jika semuanya bernilai benar.
Artinya sebuah argument dikatakan konsisten jika premis – premisnya bernilai T,
kesimpulannya bernilai T dan hasil operasi logika juga bernilai T.

Untuk lebih memberikan gambaran, perhatikan contoh argument berikut:


Contoh 1:
Jika band Noah mengadakan konser, maka jika harga tiket tidak terlalu mahal maka penonton
akan ramai. Jika band Noah mengadakan konser, maka harga tiket tidak terlalu mahal. Dengan
demikian, jika band Noah mengadakan konser, maka penonton akan ramai

Validitas dan konsistensi argument diatas harus dibuktikan dengan tabel kebenaran atau
penyederhanaan logika.

Penyelesaian:
Langkah 1:
Mengubah kalimat argument menjadi variable proposisional
A = Noah mengadakan konser
B = Harga tiket terlalu mahal
C = Penonton ramai

Langkah 2:
Mengubah kalimat argument menjadi ekspresi logika
P1 : A → (¬B → C)
P2 : A → ¬B
C :A→C
Langkah 3:
Merangkai premis – premis dan kesimpulan
1. ((A → (¬B → C)) Ʌ (A → ¬B)) → (A → C)

Langkah 4:
Buatlah tabel kebenaran untuk membuktikan validitas argumen :
P1 P2 C Hasil
A B C ¬B ¬B → C A → (¬B → C) A → ¬B ((A → (¬B → C)) Ʌ (A → ¬B) A→C (A → (¬B → C)) Ʌ (A → ¬B)) → (A → C)
1 T T T F T T F F T T
2 T T F F T T F F F T
3 T F T T T T T T T T
4 T F F T F F T F F T
5 F T T F T T T T T T
6 F T F F T T T T T T
7 F F T T T T T T T T
8 F F F T F T T T T T
Tautologi

C. STRATEGI PEMBALIKAN
Strategi pembalikan merupakan salah satu cara untuk membuktikan konsistensi sebuah
argument. Caranya dengan menyalahkan kesimpulan dari argument, berikut cara dalam strategi
pembalikan:
1. Menegasikan kesimpulan jika menggunakan tabel kebenaran
2. Mengubah nilai F pada kesimpulan jika menggunakan teknik model.

Sebagai ilustrasi perhatikan penyelesaian untuk contoh 1.


Penyelesaian:
Langkah 1:
Mengubah kalimat argument menjadi variable proposisional
A = Noah mengadakan konser
B = Harga tiket terlalu mahal
C = Penonton ramai

Langkah 2:
Mengubah kalimat argument menjadi ekspresi logika
P1 : A → (¬B → C)
P2 : A → ¬B
C : ¬(A → C) penerapan strategi pembalikan, kesimpulan dinegasikan.

Langkah 3:
Merangkai premis – premis dan kesimpulan
{A → (¬B → C)), (A → ¬B)} ‡¬(A → C)
Selanjutnya ekspresi tersebut dihubungkan dengan perangkai Ʌ, sehingga menjadi :
(A → (¬B → C)) Ʌ (A → ¬B) Ʌ ¬(A → C)
Langkah 4:
Buatlah tabel kebenaran untuk membuktikan konsistensi argumen :
(A → (¬B → C)) Ʌ (A → ¬B)) Ʌ ¬(A → C)
P1 P2 C Hasil Operasi
A B C ¬B ¬B → C A → (¬B → C) A → ¬B ((A → (¬B → C)) Ʌ (A → ¬B) A→C ¬(A → C)
1 T T T F T T F F T F F
2 T T F F T T F F F T F
3 T F T T T T T T T F F
4 T F F T F F T F F T F
5 F T T F T T T T T F F
6 F T F F T T T T T F F
7 F F T T T T T T T F F
8 F F F T F T T T T F F

Hasil dari strategi pembalikan dengan menegasikan kesimpulan pada tabel diatas terlihat bahwa
pada baris 3,5,6,7 dan 8 untuk P1 dan P2 yang bernilai T diperoleh C yang bernilai F dan hasil
operasi yang juga bernilai F dengan demikian dapat disimpulkan dengan pembuktian strategi
pembalikan arguman 1 tetap konsiten.

D. MODEL/COUNTER MODEL
Teknik model merupakan usaha untuk menemukan konsistensi dari sebuah argument dengan
menemukan nilai premis – premis T dan kesimpulan bernilai T, dengan hasil operasi juga bernilai
T. akan tetapi karena nilai T dapat berasal dari berbagai kemungkinan maka dilakukan strategi
pembalikan dengan memberikan nilai F pada kesimpulan.

Model argument yang konsisten


Premis 1: ≡ T
Premis 2: ≡ T
Premis ke-n: ≡ T
kesimpulan: ≡ T

Berdasarkan contoh argument 1, maka berikut cara penyelesaian dengan teknik model/Counter
Model:
Penyelesaian:
Langkah 1:
Memberikan nilai pada premis dan kesimpulan :
P1 : A → (¬B → C) ≡T
P2 : A → ¬B ≡T
C :A→C ≡ F penerapan strategi pembalikan

Setiap premis dan kesimpulan serta variable proposisional pasti memiliki nilai, sehingga ditulis
dalam bentuk v(A→B) ≡ T atau v(A) ≡ T, yang berarti value of(A) atau nilai dari(A).

Langkah 2 (cek kesimpulan):


1. Jika v(A → C) ≡ F, maka hanya ada satu kemungkinan, yaitu :
v(A) ≡ T dan v(C) ≡ F
2. Sehingga v(A) ≡ T
3. Sehingga v(C) ≡ F
Langkah 3 (cek premis 1):
1. Jika v(A → (¬B → C)) ≡ T
Diketahui :
• v(A) ≡ T
• v(C) ≡ F
jika ingin memperoleh v(A → (¬B → C)) ≡ T, maka harus v(¬B → C) ≡ T karena v(A) ≡ T
untuk itu karena v(C) ≡ F, hanya terdapat satu kemungkinan saja yakni v(¬B) ≡ F.
2. sehingga v(¬B) ≡ F

Langkah 4 (cek premis 2):


1. jika v(A → ¬B) ≡ T
Diketahui :
• v(A) ≡ T
• v(¬B) ≡ F
2. Maka tidak mungkin terjadi v(A→ ¬B) ≡ T, dengan nilai v(A) ≡ T dan v(¬B) ≡ F. dan
berdasarkan nilai kedua variable tersebut seharusnya v(A → ¬B) ≡ F

Hasil:
Karena tidak mungkin pada saat bersamaan terjadi
P1 : A → (¬B → C) ≡ T
P2 : A → ¬B ≡T
C :A→C ≡F

Hasil yang diperoleh :


P1 : A → (¬B → C) ≡ T
P2 : A → ¬B ≡F
C :A→C ≡F

Sehingga argument diatas konsisten.

E. POSTTEST
Buktikan validitas argument berikut ini dengan (a) strategi pembalikan pada tabel kebenaran
dan (b) teknik model :
a. Jika M negative, maka Q negative. Jika P positif maka Q negtif. Dengan demikian jika M
negative atau P positif maka Q negative.
b. Jika Budi senang, maka Siti senang dan jika Budi sedih maka Siti sedih. Siti tidak senang atau
Siti tidak sedih, dengan demikian Budi tidak senang atau Budi tidak sedih.
TABLO SEMANTIK Lembar Kerja Mahasiswa

Ir. Galih Wasis Wicaksono, M.Cs 1/1/21 Logika & Komputasi


MATERI VIII: TABLO SEMANTIK
A. Pengantar
Table kebenaran memang sangat mudah akan tetapi masalah yang timbul adalah banyaknya
jumlah baris yang diperlukan. Ukuran table kebenaran yang sangat besar membuat banyak
kesulitan. Untuk itu diperlukan cara-cara lain. Salah satu cara tersebut menggunakan TABLO
SEMANTIK (Semantic Tableaux)
B. Tablo Semantik
Tablo semantic penggunaannya berbasis pada strategi pembalikan, sebagaimana sudah
dibahas sebelumnya. Strategi pembalikan pada tablo semantic dilakukan dengan cara
mengubah negasi pada kesimpulan. Sama seperti pada strategi pembalikan, apakah terdapat
baris yang memungkinkan terjadinya premis – premis yang bernilai T diikuti dengan
kesimpulan yang bernilai F. Jika tidak terbukti, maka argument tersebut KONSISTEN.
Tablo semantic tersusun atas aturan-aturan yang berbentuk seperti pohon terbalik dengan
cabang-cabang dan ranting-ranting yang relevan.
C. Aturan – aturan Tablo Semantik
1. Aturan 1 :
Jika tablo berisi A Ʌ B, maka tablo dapat dikembangkan menjadi tablo baru dengan
menambahkan A dan B pada tablo A Ʌ B. Bentuknya seperti berikut :
A ɅB
A
B
2. Aturan 2 :
Jika tablo berisi A V B maka dapat dikembangkan menjadi tablo baru dengan menambah
dua cabang baru. Satu berisi A dan satunya adalah B seperti berikut :
AVB

A B
3. Aturan 3 :
Jika tablo berisi A → B maka dapat dikembangkan menjadi tablo baru dengan menambah
dua cabang baru. Satu berisi A dan satunya adalah B seperti berikut :
A→B

¬A B
4. Aturan 4 :
Jika tablo berisi A ↔ B maka dapat dikembangkan menjadi tablo baru dengan
menambah dua cabang baru. Satu berisi A dan satunya adalah B seperti berikut :
A ↔B

A ɅB ¬A Ʌ ¬B
5. Aturan 5 :
¬¬A
A
6. Aturan 6
¬(A Ʌ B)

¬A ¬B
7. Aturan 7
¬(A V B)
¬A
¬B
8. Aturan 8
¬(A →B)
A
¬B
9. Aturan 9
¬(A ↔ B)

A Ʌ ¬B ¬A Ʌ B

Contoh Argumen:
“Jika band Noah mengadakan konser, maka jika harga tiket tidak terlalu mahal maka
penonton akan ramai. Jika band Noah mengadakan konser, maka harga tiket tidak terlalu
mahal. Dengan demikian, jika band Noah mengadakan konser, maka penonton akan ramai”

Penyelesaian:
Langkah 1:
Mengubah kalimat argument menjadi variable proposisional
A = Noah mengadakan konser
B = Harga tiket terlalu mahal
C = Penonton ramai

Langkah 2:
Mengubah kalimat argument menjadi ekspresi logika
P1 : A → (¬B → C) (Premis)
P2 : A → ¬B (Premis)
C :A→C (Kesimpulan)
Langkah 3:
Menggunakan strategi pembalikan
(A → (¬B → C)) Ʌ (A → ¬B)) Ʌ ¬(A → C)

Langkah 4:
1 A → (¬B → C)
2 A → ¬B
3 ¬ (A → C)

4 A
5 ¬C

6 ¬A ¬B
Tutup
7 ¬A ¬B → C
Tutup
8 B C
Tutup Tutup

Pada argumen diatas, seluruh tablo tertutup, sehingga argumen tersebut tidak konsisten.
Namun karena dilakukan strategi pembalikan pada kesimpulan, maka argumen tersebut
konsisten.

D. POSTTEST
Buktikan validitas argument berikut ini dengan (a) strategi pembalikan pada tabel kebenaran
dan (b) tablo semantik :
a. Jika M negative, maka Q negative. Jika P positif maka Q negtif. Dengan demikian jika M
negative atau P positif maka Q negative.
b. Jika Budi senang, maka Siti senang dan jika Budi sedih maka Siti sedih. Siti tidak senang
atau Siti tidak sedih, dengan demikian Budi tidak senang atau Budi tidak sedih.
BENTUK NORMAL Lembar Kerja Mahasiswa

Ir. Galih Wasis Wicaksono, M.Cs 1/1/21 Logika & Komputasi


MATERI IX: BENTUK NORMAL
A. Pengantar
Ekspresi logika memiliki berbagai bentuk, mulai dari sederhana dengan sedikit perangkai,
sampai yang rumit dengan berbagai perangkai. Bentuk sederhana dari ekspresi logika terdiri
atas sedikit variable dan tanda kurung serta perangkai, sehingga mudah dibaca.

B. Bentuk Normal
Bentuk normal adalah bentuk standar untuk ekspresi logika, bentuk standar diartikan
menggunakan perangkai dasar seperti negasi, konjungsi dan disjungsi. Setiap ekspresi logika
berbentuk fpe atau wff dapat diubah menjadi bentuk normal yang hanya menggunakan
perangkai dasar atau perangkai alamiah.
Sebagai contoh, ada dua fpe, P dan Q adalah ekuivalen, jika dan hanya jika, P mempunyai
nilai kebenaran yang sama dengan Q dengan semua kemungkinan nilai kebenaran yang
membentuknya dengan table kebenaran. Misalkan ada skema seperti berikut:

Contoh 1:
P = (A → B) → (¬C v A)
Q = ¬((A → B) Ʌ ¬(¬C v A)

Sehingga jika P ≡ Q, maka:


(A → B) → (¬C v A) ≡ ¬((A → B) Ʌ ¬(¬C v A)
Dengan semua nilai kebenaran pada variable A,B dan C

C. Bentuk Normal Konjungtif (Conjunctive Normal Form)


Bentuk normal konjungtif (CNF) adalah bentuk normal yang memakai perangkai konjungsi
dari disjungsi. Disebut normal konjungtif dari disjungsi literal-literal. Bentuknya sebagai
berikut:
A1 Ʌ A1 Ʌ …….. Ʌ A1 Ʌ ………. Ʌ An
Di mana setiap A1 berbentuk:
λ1 v λ1 v …….. v λ1 v…….. v λ1
di mana setiap λ1 berbentuk literal.
Contoh 2:
1) (P2 v P5 v ¬P3) Ʌ (¬P2 v P1 v P3) Ʌ (P1 v P2 v P3 v P7 v ¬P4)
2) (¬P1 v ¬P3) Ʌ (¬P2 v ¬P1 v P3)
3) (P2 v ¬P3 v ¬P4 v P7) Ʌ P2
4) ¬P10

Bentuk CNF pada no 1, 2, 3 dan 4 tetap disebut bentuk normal konjungtif. No 4 juga dikenal
dengan istilah default.

D. Bentuk Normal Disjungtif (Disjuctive Normal Form)


Bentuk normal disjungtif (DNF) adalah bentuk normal yang memakai perangkai disjungsi dari
konjungsi. Disebut normal disjungsi dari konjungsi literal-literal. Bentuknya sebagai berikut:
A1 v A1 v …….. v A1 v ………. v An
Di mana setiap A1 berbentuk:
λ1 Ʌ λ1 Ʌ …….. Ʌ λ1 Ʌ …….. Ʌ λ1
di mana setiap λ1 berbentuk literal.
Contoh 3:
1) (P2 Ʌ P5 Ʌ ¬P3) v (¬P2 Ʌ P1 Ʌ P3) v (P1 Ʌ P2 Ʌ P3 Ʌ P7 Ʌ ¬P4)
2) (¬P1 Ʌ ¬P3) v (¬P2 Ʌ ¬P1 Ʌ P3)
3) (P2 Ʌ ¬P3 Ʌ ¬P4 Ʌ P7) v P2
4) ¬P10

Bentuk DNF pada no 1, 2, 3 dan 4 tetap disebut bentuk normal disjungtif. No 4 juga dikenal
dengan istilah default.

E. Bentuk Normal dan Tabel Kebenaran


Untuk membuat DNF dari suatu ekspresi logika, dapat menggunakan table kebenaran, yakni
dengan mengambil nilai T dari ekspresi logika tersebut.

Contoh 4:
¬(A Ʌ B) ↔ (¬A v ¬C)
A B C ¬A ¬C AɅB ¬(A Ʌ B) ¬A v ¬C ¬(A Ʌ B) ↔ (¬A v ¬C) No
F F F T T F T T T 1
F F T T F F T T T 2
F T F T T F T T T 3
F T T T F F T T T 4
T F F F T F T T T 5
T F T F F F T F F 6
T T F F T T F T F 7
T T T F F T F F T 8

Untuk menjadikan DNF, maka dapat mengambil baris yang menunjukkan nilai T, yaitu baris
1,2,3,4,5 dan 8. Sesuai urutan dapat diuraikan sebagai berikut:
Value A Value B Value C
Baris Ke 1 F F F
Baris Ke 2 F F T
Baris Ke 3 F T F
Baris Ke 4 F T T
Baris Ke 5 T F F
Baris Ke 8 T T T
Sehingga bentuk DNF sesuai urutan baris sebagai berikut:
≡ (¬A Ʌ ¬B Ʌ ¬C) v (¬A Ʌ ¬B Ʌ C) v (¬A Ʌ B Ʌ ¬C) v (¬A Ʌ B Ʌ C) v (A Ʌ ¬B Ʌ ¬C) v (A Ʌ B Ʌ C)

Berdasarkan hasil pengubahan terbentuk diatas disebut full disjunctive normal form.

Untuk CNF dapat dilakukan dengan mengambil nilai F, yaitu pada baris 6 dan 7, sesuai urutan
diuraikan sebagai berikut:
Value A Value B Value C
Baris Ke 6 T F T
Baris Ke 7 T T F
Sehingga CNF dapat terbentuk sebagai berikut:
≡ (¬A v B v ¬C) Ʌ (A v B v ¬C)

Penggunaan Teknik pada perubahan DNF diatas disebut dengan minterm, yaitu konjungsi
dari literal-literal dengan variable yang hanya dinyatakan satu kali.

Contoh 5:
Contoh minterm dari variable A, B dan C
1) (A Ʌ B Ʌ C)
2) (¬A Ʌ ¬B Ʌ ¬C)
3) (¬A Ʌ B Ʌ C)
Contoh bukan minterm dari variable A, B dan C
1) (A Ʌ A Ʌ C)
2) (¬A Ʌ ¬B Ʌ B)
3) (¬A Ʌ C)
4) B

F. Mengubah ke CNF
Untuk mengubah suatu ekspresi logika menjadi bentuk CNF, ada 5 langkah yang dapat
dipakai, dari ke-5 langkah dapat dipilih yang relevan. Adapun Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
Langkah 1:
Gunakan penyederhaan biimplikasi: A ↔ B ≡ (A → B) Ʌ (B → A) untuk menghilangkan
perangkai biimplikasi.
Langkah 2:
Gunakan penyederhaan implikasi: A → B ≡ ¬A V B untuk menghilangkan perangkai implikasi.
Langkah 3:
Gunakan hukum de morgan ¬(A Ʌ B) ≡ ¬A V ¬B untuk menegasikan dalam kurung
Langkah 4:
Gunakan hukum negasi ganda ¬¬A ≡ A untuk menghilangkan negasi
Langkah 5:
Gunakan hukum distributif A v (B Ʌ C) ≡ (A v B) Ʌ (A v C) untuk mengubah menjadi CNF

Contoh 6:
Ubahlah (¬A Ʌ (¬B → C)) ↔ D menjadi CNF
(¬A Ʌ (¬B → C)) ↔ D ≡ (((¬A Ʌ (¬B → C)) → D) Ʌ (D → (¬A Ʌ (¬B → C)))
(¬A Ʌ (¬B → C)) ↔ D ≡ (¬ (¬A Ʌ (¬¬B v C)) v D) Ʌ (¬D v (¬A Ʌ (¬¬B v C)))
(¬A Ʌ (¬B → C)) ↔ D ≡ ((¬¬A v ¬ (¬¬B v C)) v D) Ʌ (¬D v (¬A Ʌ (¬¬B v C)))
(¬A Ʌ (¬B → C)) ↔ D ≡ ((A v ¬ (B v C)) v D) Ʌ (¬D v (¬A Ʌ (B v C)))
(¬A Ʌ (¬B → C)) ↔ D ≡ ((A v (¬B Ʌ ¬C)) v D) Ʌ (¬D v (¬A Ʌ (B v C)))
(¬A Ʌ (¬B → C)) ↔ D ≡ (((A v ¬B) Ʌ (A v ¬C)) v D) Ʌ ((¬D v ¬A) Ʌ (¬D v (B v C)))
(¬A Ʌ (¬B → C)) ↔ D ≡ (((A v ¬B) v D) Ʌ ((A v ¬C) v D)) Ʌ ((¬D v ¬A) Ʌ (¬D v (B v C)))
(¬A Ʌ (¬B → C)) ↔ D ≡ (A v ¬B v D) Ʌ (A v ¬C v D) Ʌ (¬D v ¬A) Ʌ (¬D v B v C)

Hasil pada ekspresi logika diatas telah berubah menjadi CNF.

G. Postest
Ubahlah ekspresi logika menjadi FCNF dengan menggunakan table kebenaran, dan CNF
dengan menggunakan hukum – hukum logika:
1. (A v B) → (C Ʌ (C → A))
2. ((A v B) → C) Ʌ (C → A))
3. ((A → B) v C) Ʌ (A → C))
RESOLUSI
Lembar Kerja Mahasiswa

Ir. Galih Wasis Wicaksono, M.Cs 1/1/21 Logika & Komputasi


MATERI X: RESOLUSI
A. Pengantar
Resolusi merupakan metode pembuktian validitas argument yang lebih mekanis dan mudah
digunakan dalam logika. Metode resolusi mudah dipakai dikomputer, dengan memahami
terlebih dahulu resolving argument.

B. Resolving Argument
Penjelasan terkait resolving argument dijelaskan melalui contoh berikut:
Contoh 1:
Jika Durian ini manis, maka durian ini enak dimakan
Jika Durian ini enak dimakan, maka Budi makan Durian
Dengan demikian, jika Durian ini manis, maka Budi makan Durian

Argumen tersebut diatas adala jenis silogisme hipotetis yang hasilnya adalah valid. Tetapi
tetap tetap dibuktikan dengan Langkah-langkah sebagai berikut:

Langkah 1:
A = Durian ini manis.
B = Durian ini enak dimakan.
C = Budi makan Durian.

Langkah 2:
Ekspresi logika untuk masing-masing pernyataan:
1) A → B
2) B → C
3) A → C

Langkah 3:
Susun ekspresi logika:
((A → B) Ʌ (B → C)) → (A → C)
Gunakan strategi pembalikan:
(A → B) Ʌ (B → C) Ʌ ¬(A → C)

Untuk melihat model mekanik, gunakan penulisan sebagai berikut:


(A → B) Ʌ (B → C) Ʌ ¬(A → C) ‡ Ʇ

Ʇ adalah falsum, yakni konstanta proposisional yang selalu bernilai salah. Artinya jika nilai
kebenaran dari premis-premis dan negasi kesimpulan-kesimpulan bernilai salah (falsum),
maka argument pasti valid.

Selanjutnya Teknik resolving argument dengan memakai cara penulisan terakhir yakni
dengan falsum. Ubah ekspresi logika (A → B) Ʌ (B → C) Ʌ ¬(A → C) menjadi CNF dengan cara
sebagai berikut:
(A → B) Ʌ (B → C) Ʌ ¬(A → C)
≡ (¬A v B) Ʌ (¬B v C) Ʌ ¬(¬A v C) Hk. Penyederhanaan Logika
≡ (¬A v B) Ʌ (¬B v C) Ʌ (¬¬A Ʌ ¬C) Hk. De Morgan’s
≡ (¬A v B) Ʌ (¬B v C) Ʌ (A Ʌ ¬C) Hk. Double Negasi
≡ (¬A v B) Ʌ (¬B v C) Ʌ A Ʌ ¬C Hk. Asosiatif
Sehingga bentuk CNF yang dihasilkan:
(¬A v B) Ʌ (¬B v C) Ʌ A Ʌ ¬C

Prinsip resolusi dapat disederhanakan dengan merujuk pada konsep, jika terdapat dua klusa
yang masing-masing memiliki literal yang berpasangan, maka literal tersebut dapat di
resolved. Penjelasan detail sebagai berikut:
1) Klausa (¬A v B) dan (¬B v C) dapat di resolved menjadi 1 resolvent, yakni menjadi klausa
(¬A v C)
2) Klausa (¬A v C) dengan A di resolved menjadi C.
3) Klausa C menjadi klausa kosong atau dapat diganti denan falsum Ʇ

Agar mempermudah kita dapat menggunakan pohon terbalik untuk visualisasi resolvent:
(¬A v B) (¬B v C) A ¬C

(¬A v C)


Pada saat mendapatkan klausa kosong, dapat dinyatakan bahwa klausa yang ada dianggap
tidak cocok satu dengan lainnya. Akan tetapi karena pemakaian strategi pembalikan pada
kesimpulan maka argument dinyatakan valid. Kemudahan pada metode ini terletak pada
klausa yang saling me-resolve jika terdapat literal, sehingga prosesnya sangat mekanis dan
langsung tampak hasilnya.

C. Himpunan Klausa
Untuk menyatakan CNF sebagai himpunan klausa, sebagai contoh ekspresi berikut:
(¬A v B) Ʌ (¬B v C) Ʌ A Ʌ ¬C
Dapat dinyatakan dalam bentuk himpunan klausa sebagai berikut:
{(¬A v B), (¬B v C), A, ¬C}
Pada himpunan diatas, perangkai antar klausa dihilangkan, akan tetapi, mengingat sifat
komutatif, penulisannya dapat ditulis juga sebagai berikut:
{(¬A v B), A, (¬B v C), ¬C}

D. Contoh Validitas Argumen


Pembuktian validitas argumen dengan Resolusi dapat dilihat dengan contoh berikut:
Contoh 2:
Jika Noah mengadakan konser, maka penonton akan datang, jika harga tidket tidak mahal.
Jika Noah mengadakan konser, harga tiket tidak mahal. Dengan demikian, Jika Noah
mengadakan konser, penggemar akan datang.

Langkah 1:
A = Noah mengadakan konser.
B = Penonton akan datang.
C = Harga tiket tidak mahal.

Langkah 2:
1) A → (¬C → B)
2) A → ¬C
3) A → B

Langkah 3:
(A → (¬C → B)) Ʌ (A → ¬C) ‡ A → B

Langkah 4:
(A → (¬C → B)) Ʌ (A → ¬C) Ʌ ¬ (A → B) ‡ Ʇ

Langkah 5:
1) (A → (¬C → B))
≡ (¬A v (¬¬C v B))
≡ (¬A v (C v B))
≡ (¬A v C v B)
2) (A → ¬C)
≡ (¬A v ¬C)
3) ¬ (A → B)
≡¬(¬A v B)
≡ (¬¬A Ʌ ¬B)
≡ (A Ʌ ¬B)
Bentuk CNF nya sebagai berikut:
(¬A v C v B) Ʌ (¬A v ¬C) Ʌ A Ʌ ¬B ‡ Ʇ

Langkah 6:
(¬A v C v B) (¬A v ¬C) A ¬B

(¬A v B)


Kesimpulan, hasil yang diperoleh menunjukkan klausa kosong, dengan penerapan strategi
pembalikan maka argumen valid.
E. Postest
Buktikan ekspresi logika berikut valid dengan resolusi:
1. P Ʌ (Q → R) Ʌ (P → Q) Ʌ (S → ¬R) ‡ ¬S
2. S Ʌ (¬P → Q) Ʌ (P → ¬S) Ʌ (Q → R) ‡ R
3. (P Ʌ S) Ʌ (P → Q) Ʌ (Q → R) Ʌ (S → ¬T) ‡ (R Ʌ ¬T)
LOGIKA PREDIKAT Lembar Kerja Mahasiswa

Ir. Galih Wasis Wicaksono, M.Cs 1/1/21 Logika & Komputasi


MATERI XI: LOGIKA PREDIKAT
A. Pengantar
Logika proposisional belum mampu menangani berbagai argument yang berisi pernyataan-
pernyataan rumit dan kerap dijumpai dalam peristiwa sehari-hari.
Contoh 1:
1) Semua gajah mempunyai belalai
2) Dumbo seekor gajah
3) Dengan demikian, dumbo mempunyai belalai

Bentuk argument tersebut tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan logika
proposisional. Secara nalar argument diatas memiliki validitias yang kuat. Akan tetapi saat
validitas tersebut ingin dibuktikan dengan logika proposisional, ternyata tidak bisa
diselesaikan.
Dalam logika proposisional sudah diketahui bahwa kesimpulannya harus diambil atau
berasal dari premis-premisnya, atau proposisi kesimpulan harus diambil dari proposisi-
proposisi pada premis, dan kesimpulan yang bernilai benar harus dihasilkan dari premis-
premis yang bernilai benar pula.
Persoalan yang terjadi adalah pernyataan pada premis pertama tidak dapat ditangkap pada
premis kedua. Pernyataan “semua gajah mempunyai belalai”. Ide pada pernyataan tersebut
tidak tertangkap pada pernyataan: “Dumbo seekor gajah”, karena hanya mampu menunjuk
seekor gajah, bukan semua gajah.
Berdasarkan uraian diatas, maka hubungan antara logika predikat dengan logika
proposisional menjadi jelas bahwa logika predikat sebenarnya menjadikan logika
proposisional menjadi universal atau menjadikannya umum. Selain term, predikat, dan
kuantor, logika predikat juga memiliki proposisi-proposisi dan perangkai-perangkai sebagai
bagian dari pembahasan dan proses manipulasi.

B. Komponen Sintaktik
Logika predikat memiliki semua komponen dari logika proposisional termasuk variable dan
konstanta. Logika predikat ditambahkan dengan term, predikat, kuantor, dan beberapa
istilah lainnya.
Term atau subject dari kalimat menjadi seperti kata benda (noun) dan kata ganti (pronoun)
pada Bahasa inggris atau dikenal juga sebagai objek. Predikat adalah property dari subject.
Contoh 2:
Rudi Ayah Ani
X>5

Term dapat bersifat khusus seperti nama orang, atau bersifat umum yakni variabel.

Adapun kuantor pada logika predikat menjelaskan bahwa pada pernyataan logika kadang
bernilai benar, kadang-kadang benar atau tidak pernah benar. Kuantor akan ditandai dengan
kalimat:
1. Semua (all)
2. Tidak semua (not all)
3. Sebagian (some)
4. Beberapa (some)
5. Setiap (every)
6. Atau kata-kata lain yang juga sama artinya.

C. Predikat
Predikat menghasilkan penjelasan tentang individual atau subject dari term.
Contoh 3:
Budi dan Wati bersaudara kandung
Penjumlahan 2 dan 3 adalah 5

Setiap pernyataan pada contoh 3, terdapat individu-individu yang muncul seperti Budi, Wati,
2, 3 dan 5. Juga muncul hubungan, relasai atau penjelasan atas individu yang disebut dengan
predikat.

Pada pernyataan Budi dan Wati bersaudara kandung, maka individualnya adalah Budi dan
Wati, sedangkan predikatnya adalah bersaudara kandung.

D. Fungsi Proposisional
Pada logika predikat, setiap predikat diberi nama yang diikuti oleh daftar individu. Perhatikan
contoh berikut:
Contoh 4:
Ani adalah ibu dari Wati

Maka pernyataan tersebut dapat dituliskan dalam fungsi proposisional sebagai berikut:
ibu (Ani, Wati) menjadi M(a,w)

Adapun aturan penulisan fungsi proposisional yang digunakan sebagai berikut:


1) Huruf alfabet besar untuk predikat
2) Huruf alfabet kecil untuk term atau variable
Selain itu terdapat atauran tambahan sebagai berikut:
1) Untuk individu spesifik seperti nama orang gunakan abjad awal: a,b,c dst.
2) Untuk individu umum seperti manusia, hewan dll, gunakan abjad akhir: x,y,z.

Contoh 5:
Mahasiswa pandai menjadi P(x)
Dumbo seekor gajah menjadi G(d)

E. Variabel dan Instanisiasi


Penggunaan intanisiasi bertujuan untuk memberikan nama pada sebuah ekspresi logika,
perhatikan contoh berikut:
Contoh 6:
Gajah(x) → punyabelalai(x)
Misalkan digunakan instance A maka:
A = Gajah(x) → punyabelalai(x)
Atau
A = G(x) → B(x)

Karena x pada ekspresi diatas adalah term yang dapat diganti dengan individu yang lain,
maka x dapat digantikan dengan tem Dumbo sehingga menjadi:

Gajah(Dumbo) → punyabelalai(Dumbo)
Atau fungsi proposisionalnya menjadi:
G(d) → B(d)

Secara umum instance A dapat menggantikan semua variabel dengan term berupa t dengan
penulisan sebagai berikut:
𝑥
𝑆𝐷𝑢𝑚𝑏𝑜 𝐴
Yang sama dengan:
Gajah(Dumbo) → punyabelalai(Dumbo)

F. Postest
Ubahlah ekspresi berikut menjadi ekspresi logika predikat:
1. Al, El, Dul dan Ali adalah putra Ahmad Dhani
2. Budi adalah seorang mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang dan ia seorang
mahasiswa yang rajin belajar dan berprestasi tinggi.
3. Rudi seorang programmer
4. Lani, Dewi dan Asri adalah sahabat-sahabat Yuni.
5. Jika T(x,y) dibaca x=y+2, apakah nilai kebenaran dari T(1,2) dan T(3,1)

Anda mungkin juga menyukai