tabel kebenaran, tabel semantik, dan resolusi, lebih menekankan pada masalah
misalnya catur : bagaimana bidak harus melangkah dan sebagainya. Jika aturan
digunakan dengan baik, maka berjalanlah permainan tersebut. Begitu juga dengan
deduksi. Aturan harus ditaati sesuai logika format yang ada dan kemudian
premis yang benar. Penekanan pada tujuan sintaksis sekali lagi berhubungan
dengan nilai benar atau salah, sedangkan berkaitan dengan tujuan semantik
Deduction), karena dapat menunjukkan cara-cara intuitif atau metode alami atau
1
B. Tujuan Pembahasan
argumen.
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang materi yang akan dibahas yaitu aturan-aturan
deduksi alami.
2
LANDASAN TEORI
1.1 Pengertian
suatu aksioma atau suatu hipotesis atau berupa penurunan dari ekspresi
logika awal dalam suatu deretan yang diatur oleh aturan formal dari
deduksi.
Deduksi alami merupakan sistem logika yang berbasis pada aturan deduksi
“alami”
1.2 Falsum
contoh :
Dengan demikian, jika durian ini enak dimakan, maka saya akan
Memakannya.
Argumen tersebut pasti valid. Mari kita lakukan validitas dengan cara berikut :
3
Langkah 2 : buat bentuk logika masing-masing pertanyaan.
1. AB
2. BC
3. CC
(( A B) A ( B C) A C)
{( A B), (B C)}≠ (A C)
(A B) ∧(B C) ∧¬ (A C)
Sudah dapat dipastikan bahwa tabel kebenarannya menunjukkan nilai kebenaran
yang seluruhnya salah satu kontradisdi, dan ini berarti argumen tersebut valid.
4
Di sini masih dapat digunakan sudut pandang simantif dan memperlihatkan
(A B) ∧(B C) ∧¬ (A C) ≠ I ⊥
Artinya jika nilai kebenaran dari premis-premis dan negasi kesimpulan bernilai
A B
A∧ B
Contoh:
Secara umum pada aturan deduksi alami, formula yang ada di atas garis adalah
yang telah diperoleh atau asumsi, sedangkan formula yang berada di bawah garis
5
Aturan (2) : ∧E (∧-eliminasi)
A ∧B
A
A ∧B
B
Aturan (2) dan (3) dinamakan aturan ∧-eliminasi atau disingkat ∧E. Kedua aturan
(atau B).
Contoh:
A
A∨ B
B
A∨ B
Contoh:
6
kepandaiannya? Tapi di sini, dari A dapat diambil kesimpulan A atau B,
A B
...
...
A∨ B C C
C
Aturan (6) menyatakan: jika C diperoleh dari A, dan C diperoleh dari B, maka C
diperoleh dari (A ∨B). A dan B dicoret karena keduanya tidak diperlukan lagi dan
digantikan oleh (A ∨ B). Jika A dan B berupa asumsi, maka keduanya dapat
kasus 1 dan hal yang sama mengikuti kasus 2. maka sesuatu tersebut mengikuti
kasus 1 atau 2.
...
...
C
A →C
Penafsiran terhadap aturan (7) adalah jika C dapat diperoleh dari asumsi A, maka
7
Contoh : Pernyataan “Bowo lulus ujian” berasal dari asumsi “Bowo belajar rajin,
maka lulus ujian”. Di sini tidak perlu berdebat bahwa kelulusan bowo bisa saja
disebabkan bukan karena Bowo rajin belajar, tetapi mungkin ia menyontek dari
temannya, atau nasibnya sedang bagus, atau soal ujiannya kebetulan mudah, dan
A A→C
C
Bentuk di atas tentunya tidak asing lagi, jika A di dapat, dan A ipukasi C,maka C
Aturan (9): ⊥
⊥
C
Aturan (9): menyatakan bahwa dari falsum, kesimpulan C berupa apapun dapat di
buat. Dengan kata lain dari suatu kemustahilan atau kontradiksi, apa pun dapat
diperoleh.
¬A
8
...
...
⊥
¬A
A Asumsi
...
...
⊥
Reduksi dari Asumsi menggunakan I
A →⊥
A
A
9
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
dan memantapkan diri dalam memahami aturan deduksi alami yang telah di bahas
tentang logika.
10