oleh:
Dosen Pengampu:
1445 H/2023 M
PEMBAHASAN
−b ± √ b2−4 ac
adalah: x= .
2a
b. Teorema Pythagoras: Kuadrat Panjang sisi miring (hipotenusa) pada segitiga siku-
siku sama dengan jumlah kuadrat dari Panjang dua sisi lainnya.
c. Idenititas Pythagoras dalam trigonometri: Untuk setiap x, berlaku sin2 x+ cos2 x=1
.
3. Aksioma
∑ c=nc
i=1
Bukti:
Jika dalam Dalil 1.2 semua x i sama dengan 1, maka
n
nsuku
7. Lemma
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Lema adalah suatu butir masukan atau
entri, dengan kata lain lema merupakan kata atau frasa masukan dalam kamus di luar
definisi atau penjelasan ain yang diberikan dalam entri. Lemma dalam matematika
disebut juga teorema kecil dan biasanya muncul sebagai jembatan untuk
membuktikan teorema yang lebih umum. Dengan kata lain, lemma adalah teorema
sederhana yang digunakan sebagai hasil antara dalam pembuktian teorema lain.
Contoh:
Algoritma Euclid yang berbunyi: “Untuk p bilangan prima, jika p habis membagi ab,
maka p habis membagi a atau p habis membagi b”.
Lemma ini menjadi jembatan untuk teorema berikut:“Jika n habis membagi ab dan n
dan a tidak mempunyai faktor persekutuan. Maka n habis membagi a.
8. Corollary
Corollary adalah suatu proposisi yang secara langsung diperoleh dari teorema
yang sudah dibuktikan. Dapat juga diartikan sebagai suatu teorema yang muncul
sebagai akibat dari teorema sebelumnya. Bobot teorema ini sama dengan bobot
teorema yang mendahuluinya.
Contoh: Akibat 2.7: Jika a dan b bilangan-bilangan bulat dengan b ≠ 0, maka ada
dengan tunggal pasangan bilangan-bilangan bulat q dan r sedemikian sehingga:
b = aq + r dengan 0 ≤ r < ∣a∣
Akibat 2.7 tersebut merupakan akibat dari Teorema 2.7 yang sudah ada sebelumnya.
9. Claim
Claim merupakan pernyataan yang disajikan dalam menanggapi sebuah
permasalahan.
Contoh: Selain angka 2 seluruh bilangan prima itu ganjil adalah benar.
10. Prinsip
Prinsip adalah obyek matematika yang komplek. Prinsip dapat terdiri atas
beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip adalah hubungan antara berbagai
objek dasar matematika. Prinsip dapat berupa ”aksioma”, ”teorema”, ”sifat”, dan
sebagainya.
Contoh: Prinsip pada materi bentuk aljabar ini seperti beberapa contoh sifat-sifat
dasar dari aritmatika yang juga berlaku pada bentuk aljabar. Beberapa contoh sifat
tersebut seperti sifat komutatif “a + b = b + a, ab = ba”, sifat asosiatif “ (a + b) + c = a
+ (b + c), (ab)c = a(bc)”, dan sifat distributif “a(b + c) = ab + ac, a(b – c) = ab – ac”.
11. Sifat
Sifat adalah kata yang menerangkan sebuah keadaan, atau watak dari sebuah
onjek matematika.
Contoh:
Sifat komutatif atau pertukaran sifat operasi hitung yang dipakai untuk menukarkan
letak dua bilangan supaya nilai yang dihasilkan sama Sifat komutatif juga bisa disebut
dengan hukum komutatif. Berikut ini adalah sifat komutatif yang dituliskan dengan
rumus:
a+b=b+a=c
Keterangan:
a dan juga b adalah dua bilangan yang akan dioperasikan.
C adalah hasil dari operasi hitung.
12. Kriteria
Kriteria adalah suatu ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penetapan dalam
suatu objek matematika.
Contoh:
Kriteria bilangan berpangkat adalah basisnya tidak sama dengan satu (a ≠ 1) karena
jika satu dipangkatkan berapapun hasilnya tetap satu dan pangkaynya termasuk
elemen bilangan real (b ∈ R ).
13. Aturan
Aturan adalah petunjuk atau ketentuan yang ditujukan untuk mengatur sebuah objek
matematika teresebut.
Contoh: Aturan Perkalian
Misalkan, ada n1 cara melakukan kegiatan 1, n2 cara melakukan kegiatan 2, ..., n k cara
melakukan kegiatan k, dimana semua kegiatan tersebut dilakukan bersamaan, maka
banyak cara melakukan seluruh kegiatan adalah:
n1 ×n 2 × n3 × … ×n k
Kapan digunakan aturan perkalian?
Aturan perkalian dipakai jika:
Ada satu kegiatan terdiri dari beberapa tahap.
Ada beberapa kegiatan berbeda yang semuanya harus dilakukan.
14. Asumsi
Asumsi adalah dugaan yang diterima sebagai dasar, atau sbelum adanya landasan
berfikir yang dianggap benar.
Contoh: Asumsi 1.7 Jika a=b dan c=d , maka a.c=b.d.
B. Cara-cara Membuktikan dalam Matematika
1. Metode Pembuktian Langsung
Teknik pembuktian secara langsung ini membuktikan kebenaran proposisi/
teorema yang berbentuk implikasi p → q, berangkat dari asumsi bahwa p bernilai
benar. Satu-satunya fakta agar pernyataan p → q benar adalah dengan menunjukkan
bahwa q juga bernilai benar.
Pembuktian langsung terbagi lagi menjadi beberapa metode, diantaranya:
a. Metode pengecekan satu per satu
b. Pembuktian berdasarkan kasus-kasus
c. Pembuktian dengan eliminasi kasus
Contoh:
Buktikan kebenaran jika x bilangan genap maka x 2 juga merupakan bilangan genap.
2. Metode Pembuktian Tidak Langsung
Yaitu membuktikan kebenaran suatu implikasi p → q melalui kontraposisinya
q → p . Metode pembuktian tidak langsung ini terbagi lagi menjadi dua yaitu:
a. Metode Kontraposisi; dan
b. Metode Kontradiksi (pengandaian); dilakukan dengan cara mengandaikan bahwa
ingkaran kalimat yang akan dibuktikan bernilai benar. jadi jika ingin
membuktikan kebenaran p, langkah yang dilakukan adalah dengan
mengandaikan p benar.
Contoh:
Buktikan jika x 2 bilangan ganjil maka x bilangan ganjil.
3. Metode Pembuktian Kosong
Yaitu membuktikan kebenaran suatu implikasi p → q dengan cara membuktikn
bahwa p salah.
Contoh:
Diberikan definisi : “Himpunan A dikatakan bagian dari himpunan B, ditulis A ⊆ B
jika kondisi berikut dipenuhi: x ∈ A → x ∈ B. Buktikan adalah himpunan bagian dari
semua himpunan”.
4. Metode Pembuktian Trivial
Membuktikan kebenaran suatu implikasi p → q dengan cara membuktikan bahwa
q benar.
Contoh:
Buktikan kebenaran: “Jika pinguin dapat terbang maka 3+2=5
5. Metode Pembuktian Ekuivalensi
Metode pembuktian ini merupakan pembuktian teorema berbentuk biimplikasi
p ↔ q dengan p dan q adalah pernyataan. Pernyataan p ↔ q ekuivalen dengan
[ ( p →q ) ⋀ ( q → p ) ] . Jika dapat membuktikan pernyataan p → q dan q → p benar, maka
biimplikasi p ↔ q juga akan benar.
6. Metode Pembuktian Eksistensial
Ada dua tipe bukti eksitensial ini, yaitu konstruktif dan takkonstruktif. Pada
metoda konstruktif, eksistensinya ditunjukkan secara eksplisit. Sedangkan pada
metoda takkonstruktif, eksistensinya tidak diperlihatkan secara eksplisit.
Contoh:
Buktikan, ada bilangan irrasional x dan y sehingga xy rasional.
7. Bukti Ketunggalan
Dalam membuktikan ketunggalan, pertama harus ditunjukkan eksistensi suatu
objek, katakan objek itu x. Ada dua pendekatan yang dapat ditempuh untuk
membuktikan bahwa x hanya satu-satunya objek yang memenuhi, yaitu:
a. Diambil objek sebarang, katakan y maka ditunjukkan y = x, atau
b. Misalkan y objek sebarang lainnya dengan y ≠ y, ditunjukkan adanya suatu
kontradiksi. Cara ini tidak lain menggunakan metoda kontradiksi seperti yang
sudah dibahas sebelumnya.
Contoh:
Buktikan sistem persamaan 2 x+ y=4 dan x−2 y=−3 mempunyai penyelesaian
tunggal.
8. Bukti dengan Counter Example (Contoh Pengingkar/Penyangkal)
Untuk membuktikan ketidakbenaran sebuah pernyataan, umumnya masih berupa
konjektur. Ditunjukkan sebuah contoh yang membuat pernyataan tersebut tidak
benar.
Contoh:
Misalkan ada konjektur berikut: ”Untuk setiap n bilangan asli maka 22n + 1
merupakan bilangan prima”.
9. Bukti dengan Induksi Matematika
Induksi matematika merupakan salah satu argumentasi pembuktian suatu teorema
atau pernyataan matematika yang semesta pembicaraannya himpunan bilangan bulat
atau lebih khusus himpunan bilangan asli.
Langkah-langkah pembuktian dengan induksi matematika adalah sebagai berikut:
Langkah (1) : ditunjukkan bahwa p(1) benar.
Langkah (2) : diasumsikan bahwa p(k) benar untuk suatu bilangan asli k dan
ditunjukkan bahwa p(k+1) benar.
Contoh:
1
Buktikan bahwa: 1+2+3+…+ n= n (n+1) untuk setiap bilangan asli n .
2
10. Bukti Dua Arah
Ada kalanya suatu pernyataan berupa bi-implikasi, p ⇔ q. Ada dua kemungkinan
bi-implikasi bernilai benar p ⇔ q yaitu p benar dan q benar, atau p salah dan q salah.
Dalam prakteknya, pernyataan ini terdiri dari p⇒q dan q⇒ p. Membuktikan
kebenaran bi-implikasi p ⇔ q berarti membuktikan kebenaran kedua implikasi p⇒q
dan q⇒ p. Selanjutnya dapat menggunakan bukti langsung, taklangsung atau
mungkin dengan kontradiksi.
Contoh:
Buktikan, suatu bilangan habis dibagi sembilan jika hanya jika jumlah angka-angka
pembangunnya habis dibagi sembilan.
11. Pembuktian dengan Implikasi Transitif
Pembuktian dengan implikasi transitif adalah suatu pernyataan jika p maka q dan
jika q maka r akibatnya jika p maka r. Bentuk argumennya adalah:
p→q
q→r
p →r
Strategi ini biasanya digunakan dengan strategi pembuktian kondisional.
12. Pembuktian Kondisional
Suatu pembuktian yang berpangkal dari suatu pernyataan p yang diasumsikan
benar, dapat diturunkan pernyataan q, sehingga kesimpulannnya adalah p → q.
Bentuk argumennya adalah sebagai berikut:
p dengan p adalah pernyataan yang diasumsikan benar,
q adalah pernyataan yang dapat diturunkan, dan
p→q p → q adalah kesimpulan.
13. Pembuktian dengan menggunakan kasus
Prosedur pembuktian dilakukan dengan pemeriksaan satu persatu (kasus demi
kasus) terhadap setiap kemungkinan, setelah itu baru diambil suatu kesimpulan benar
atau salahnya suatu teorema.
Contoh:
Buktikan: ∣ a+b ∣≤ ∣a ∣+∣b ∣; a , b bilangan real.
REFERENSI
Bartle, R. G., Sherbert, D. R., 2010. Introduction to Real Analysis Fourth Edition. John Wilwey
& Sons, Inc.
e-jurnal.ikippgrismg.ac.idindex.phpaksiomaarticledownload5450
https://www.gramedia.com/literasi/category/matematika/
http://sahatfp.blogspot.com/2013/03/tugas-2pengertian-aksioma-dan-teorema.html
http://sharematika.blogspot.com/2012/09/metode-pembuktian-dan-induksi.html
https://www.facebook.com/permalink.php?
id=181515171905632&story_fbid=549147498475729
https://www.mail-archive.com/matematika@warnet.unpar.ac.id/msg00000.html
http://yunimatematika.blogspot.com/2012/10/pengertian-dari-aksioma-definisi.html
Walpole Ronald E. 1993. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.