Anda di halaman 1dari 16

1.

Notasi
Notasi adalah lambang – lambang matematis yang telah disepakati yang mempunyai
makna tertentu. Contoh :
1) Notasi yang berkaitan dengan obyek (misalnya himpunan, matriks,vector)
2) Notasi yang berkaitan dengan operasi atau pengerjaan (misalnya +, -,×, : , dan p )
3) Notasi yang berkaitan dengan hubungan unsur- unsur ( misalnya = , >, < , , | )
4) Notasi yang berkaitan dengan pernyataan yang menjelaskan ( misalnya FPB a dan b di
tulis dengan (a,b), KPK a dan b ditulis dengan [a,b] )
5) Notasi yang berkaitan dengan himpunan, yaitu :

N : Himpunan bilangan asli { 1, 2, 3 …. }


Z : Himpunan bilangan bulat { …, -2, -1 , 0, 1, 2, …}
Z+ : Himpunan bilangan bulat positip
: { 1, 2, 3,… }
:{xÎZ|x>0}
:{xÎZ|x³1}
Q : Himpunan bilangan rasional
: { | a, b Î Z dan b ¹ 0 }
Q+ : Himpunan bilangan rasional positif
:{xÎQ|x>0}
R : Himpunan bilangan Real

R+ : Himpunan bilangan real positif


:{ xÎR|x>0}
R- : Himpunan bilangan real negatif
:{ xÎR|x<0}
P : Himpunan bilangan prima
C : Himpunan bilangan kompleks
: { x + yi | x, y Î R, i2 = -1 }
C*: Himpunan bilangan kompleks tidak nol
Beberapa notasi yang lain terdapat di dalam uraian- uraian yang terkait dengan definisi dan
penjelasan di dalam pembahasan. Notasi yang berkaitan dengan penjumlahan yaitu (sigma)
artinya penjumlahan berulang dan p (pi) artinya perkalian berulang.
Contoh:
1) = 1+2+3+4 =10
= 3.12 + 3.22 + 3.32 + 3. 42 + 3.52 = 165
3) = 22 + 23 + 24 + 25 + 26 + 27 = 128
4) = 2(3) + 2(4) + 2(5) + 2(6)
= 18 + 32 + 50 + 72
= 172
5) = 1.2.3.4.5.6 = 720
6) = 21.22.23 = 64
Batas atas dan batas bawah dari dan p dapat di tentukan sembarang bilangan bulat dimana:
· Batas bawah tidak selalu 1, tetapi bilangan bulat sebarang
· Batas atas tidak boleh kurang dari batas bawah
· Huruf i yang digunakan sebagai indeks, disebut variabel dummy, dan huruf i dapat
diganti oleh sebarang huruf lain.
Di dalam mencari nilai dan p perlu di perhatikan bahwa yang berturut- turut dig anti adalah
variabel dummy.
Adapun beberapa notasi lain yang penting adalah :
· a|b : a membagi b, a factor b, b habis dibagi a, b mempunyai factor a
· (a,b) : faktor persekutuan terbesar dari a dan b
· [a,b] : kelipatan persekutuan terkecil dari dari a dan b
· min(x,y) : nilai yang terkecil dari x dan y
· max(x,y) : nilai yang terbesar dari x dan y
· [x] : bilangan bulat terbesar kurang dari atau sama dengan x
· f(n) : fungsi f-Euler dari n
· : fungsi jumlah pembagi

2. Prinsip
Prinsip adalah aturan atau sifat yang di pakai sebagai dasar atau landasan dalam
pembuktian. Prinsip dapat diambil dari definisi, aksioma atau dalil yang diambil untuk di
gunakan pada bagian lain yang memerlukan. Beberapa prinsip yang akan digunakan dalam
uraian berikutnya adalah prinsip urutan, prinsip induksi matematis, dan prinsip logika
matematis.

A. Prinsip Urutan
Dari dua bilangan bulat a dan b , a dapat di tentukan hubungan antara a dan b, yaitu a atau a
Hubungan ini tetap benar jika a dan b adalah bilangan rasional atau bilangan nyata.
Dengan menggunakan lambang atau himpunan bilangan bulat positif Z+ Ì Z dapat
dinyatakan sebagai :
Z+ = { x Î Z | x ³ 1 } atau Z+ = { t Î Z | t > 0 }
Untuk himpunan bilangan rasional positif dan himpunan bilangan nyata positif, ternyata Q+
dan R+ tidak dapat dinyatakan dengan menggunakan lambang , yaitu:
Q+ = { sÎ Q| s > 0 } dan R+ = { r Î R| r > 0 }
Berbeda dengan Q+ , R+ dan Z+ mempunyai sifat bahwa setiap A Ì Z+ dan A f, tentu ada
bilangan bulat k Î A sehingga k x untuk semua x Î A ; k disebut elemen terkecil.
Keberadaan elemen terkecil ini tidak berlaku dalam Q+ dan R+. keadaan inilah yang
membedakan Z+ dari Q+ dan R+

Prinsip urutan menyatakan bahwa:


Suatu himpunan S disebut terurut jika setiap X Ì S dan X f, maka X mempunyai
elemen( unsur) terkecil. Contoh:
1) Himpunan bilangan asli N adalah terurut karena setiap himpunan bagian dari N yang
tidak kosong mempunyai unsur terkecil, atau tidak ada himpunan bagian dari N yang tidak
kosong dan tidak mempunyai unsur terkecil.
2) Himpunan bilangan rasional positif Q+ adalah tidak terurut karena ada himpunan
bagian dari Q+ yang tidak kosong dan tidak mempunyai unsur terkecil, misalnya : X = { 1,
, …}
3) Himpunan A = { 3, 4, 5, 6, 7 } adalah terurut sebab setiap X Ì A dan X f, maka X
mempunyai elemen terkecil.
4) Himpunan B = {-6,-5,-4….} adalah terurut.

B. Prinsip Logika Matematis


Terdapat empat prinsip logika yang perlu mendapatkan perhatian terutama untuk
membahas sifat-sifat di dalam teori bilangan. Dua prinsip pertama berkaitan dengan kuantor
dan dua prinsip yang lain berkaitan dengan implikasi.
(a) Pernyataan Berkuantor : Pernyataan “Setiap x memenuhi y” tidak dapat dibuktikan
dengan memberikan contoh-contoh x yang memenuhi y. sebagai peragaan, pernyataan setiap
bilangan prima adalah bilangan ganjil tidak dibuktikan dengan memberikan contoh atau
kasus sebanyak-banyaknya.
11 adalah bilangan prima dan 11 adalah bilangan ganjil
13 adalah bilangan prima dan 13 adalah bilangan ganjil
17 adalah bilangan prima dan 17 adalah bilangan ganjil
7 adalah bilangan prima dan 7 adalah bilangan ganjil
Dengan empat contoh di atas apakah sudah ada jaminan bahwa setiap bilangan prima adalah
bilangan ganjil? Bagaimanakah jika contoh-contohnya ditambah dengan 37, 41, dan 53?
Ternyata tidak setiap bilangan prima adalah bilangan ganjil karena 2 adalah bilangan prima
dan 2 adalah bilangan tidak ganjil (bilangan genap).
Tidak berlakunya pernyataan “Setiap x memenuhi y” dapat ditunjukkan dengan memberikan
satu contoh x yang tidak memenuhi sifat y. Contoh semacam ini disebut dengan contoh
kontra (counter example). Sebagai peragaan yang lain, tidak berlakunya sifat setiap bilangan
bulat yang tidak positif adalah bilangan bulat negatif dapat ditunjukkan dengan memberikan
suatu contoh yaitu bilangan 0 (nol) adalah bilangan bulat yang tidak positif tetapi bukan
bilangan negatif.
Pernyataan “Tidak setiap x memenuhi sifat y” dapat dibuktikan dengan memberikan satu
contoh x yang tidak memenuhi sifat y. Sebagai peragaan, pernyataan tidak semua bilangan
asli n habis dibagi oleh 3 dapat ditunjukkan kebenarannya dengan memberikan suatu contoh
yaitu bilangan asli 5 ( atau yang lain) yang tidak habis dibagi oleh 3.

(b) Bukti Langsung : Pembuktian secara langsung dilakukan berdasarkan pernyataan p yang
diketahui, p diproses dengan sifat-sifat yang telah berlaku, akhirnya diperoleh pernyataan q.
Pernyataan “Jika p maka q” dapat dibuktikan dengan mendasarkan pada pernyataan p yang
diketahui kemudian diarahkan untuk memperoleh pernyataan P1, P2, P3, …, Pn.dan akhirnya
diperoleh q.
p → P1 →P2 → P3 → …→ Pn→ q

Prinsip modus ponens dan prinsip silogisme memberikan dasar konstruksi pembuktian
langsung. Prinsip modus ponens adalah sebagai berikut.
p→q
p
¾¾¾¾
Jadi q.
Prinsip modus ponens adalah sebagai berikut.
p→q
q→r
¾¾¾¾
Jadi p → r
Pernyataan “Kuadrat dari bilangan ganjil adalah bilangan ganjil” dapat dibuktikan secara
langsung. Dalam suatu dalil, pernyataan jika ac membagi bc, maka a membagi b bersesuaian
dengan diketahui ac membagi bc, harus dibuktikan a membagi b. Jadi, berangkat dari ac
membagi bc sebagai hal yang diketahui, kemudian diproses dengan definisi, dalil, dan
aksioma yang sesuai dan sudah diketahui, sehingga akhirnya terbukti a membagi b.

(c) Bukti Tak langsung : Pembuktian tak langsung dapat dilakukan dengan prinsip
kontraposisi ataupun kontradiksi.
►Pembuktian dengan prinsip kontraposisi
Dasar pembuktian tersebut adalah prinsip modus tollens berikut.
p®q
~q
¾¾-¾¾
Jadi ~p
Dalam pembuktian yang dilakukan dengan prinsip kontraposisi, untuk membuktikan p®q,
mula-mula dianggap bahwa q tidak benar, dan ternyata menghasilkan ~ p. Hal ini berarti jika
p benar maka q benar.
Pernyataan ” Misalkan a bilangan real, dan a ³ 0 . Jika untuk setiap e > 0 berlaku 0 £ a <e
maka a = 0 ” dapat dibuktikan secara tak langsung.

Bukti:
Andaikan 0 £ a< e dan a ¹ 0. Dari a³ 0 dan a ¹ 0 diperoleh a > 0 . Karena e sebarang bilangan
positif, ambil e = > 0, maka e < a atau a > e. Hal ini bertentangan dengan pengandaian. Jadi
yang benar, 0 £ a <e dan a = 0 .

(b) Pembuktian Dengan Kontradiksi : Untuk membuktikan bahwa ” p ® q” benar,


ditunjukkan bahwa ”p dan ~q” mengakibatkan sesuatu pertentangan. Prinsip kontradiksi
dalam pembuktian tak langsung adalah sebagai berikut.
[~ p ® (q Ù ~q)] ® p
Pembuktian tak langsung ini berangkat dari suatu anggapan benar. Kemudian anggapan benar
ini dijalankan dengan hal-hal yang diketahui atau sifat yang telah tersedia, ternyata
menghasilkan sesuatu yang bertentangan (kontradiksi) atau sesuatu yang mustahil, yang
berarti bahwa anggapan yang diambil semula adalah tidak benar (salah).
Pernyataan ”Jika a bilangan real dan a > 0 maka > 0 ” dapat dibuktikan dengan kontradiksi
Bukti :
Diketahui a bilangan real dan a > 0 . Andaikan £ 0. Selanjutnya digunakan prinsip bahwa
hasil kali bilangan positif dan bilangan negatif adalah negatif, sebagai berikut.
Untuk < 0 berarti a × < 0 Û 1 < 0 dan untuk = 0 berarti a × =0 Û 1= 0 sehingga untuk £ 0
berakibat 1 £ 0 . Hal ini kontradiksi dengan sifat bilangan 1 bahwa 1 > 0 .
Jadi yang benar, a > 0 maka > 0 .

 Prinsip Induksi Matematis : Prinsip induksi matematis sering digunakan sebagai satu
cara untuk membuktikan berlakunya suatu hubungan atau suatu dalil.
Prinsip induksi matematis menyatakan bahwa:
S adalah himpunan bilangan asli
Jika: a. 1 ϵ S
b. k ϵ S berakibat (k+1) ϵ S
maka memuat semua bilangan asli yaitu S = N

Contoh :
1+2+3+…+ n = untuk setiap n ϵ N
1 ϵ S sebab untuk n=1, ruas kiri bernilai 1 dan ruas bernilai =1
Sehingga ruas kiri dan ruas kanan bernilai sama
Anggaplah k ϵ S,yaitu:
1+2+3+…+ k =
Harus ditunjukan (k+1) ϵ S, yaitu harus ditunjukan:
1+2+3+…+ k + (k+1) =
1+2+3+…+ k + (k+1) =
Karena:
1+2+3+…+ k =
Maka:
1+2+3+…+ k + (k+1) = + (k+1)
= +
=
=
1+2+3+…+ k + (k+1) =

Karena (k+1) ϵ S maka sesuai dengan prinsip induksi matematis, S = N


Yaitu: 1+2+3+…+ n = untuk setiap n ϵ N
(Sumber :
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://staff.unila.ac.id/coesa
min/files/2012/09/Bab-1-Notasi-Konjektur-
Prinsip.pdf&ved=2ahUKEwj9vpXpvI3hAhWLP48KHbJSABgQFjABegQIDRAE&usg
=AOvVaw0V7sK4F2taPIJOqkCMufOA)

3. Konjektur (Conjecture)
Dalam teori bilangan terdapat masalah-masalah yang belum terselesaikan atau belum
terpecahkan, yang dinamakan konjektur. Konjektur (Conjecture = dugaan, perkiraan) yaitu
suatu pernyataan yang kebenarannya belum diketahui atau belum dapat dibuktikan.
Beberapa konjektur dalam teori bilangan antara lain adalah sebagai berikut :
(1) Konjektur Fermat
a. Untuk semua bilangan bulat x, maka x2 -x -41 adalah bilangan prima, kecuali
x =41
Contoh :
Untuk x=1, maka x2 -x + 41 =41
Untuk x=2, maka x2 -x + 41 = 43
Untuk x=3, maka x2 -x + 41 = 47
Untuk x=4, maka x2 -x + 41 = 53
Untuk x=5, maka x2 -x + 41 = 61

b. adalah bilangan prima.


Contoh :
Untuk n=0, maka = = 3 (bilangan prima)
Untuk n=1, maka = = 5 (bilangan prima)
Untuk n=2, maka = = 17 (bilangan prima)
Untuk n=3, maka = = 257 (bilangan prima)
Untuk n=4, maka = = 65537 (bilangan prima)
Untuk n=5, maka = = 4294967297 (bilangan prima)
c. Untuk n ³ 3, tidak ada bilangan bulat positif x,y,z yang memenuhi
Konjektur ini disebut Fermat’s Last Theorem (teorema terakhir Fermat). Sampai
Fermat meninggal, belum ditemukan bilangan bulat n yang memenuhi

(2) Konjektur Lagrange


Setiap bilangan asli dapat dinyatakan sebagai jumlah dari empat bilangan kuadrat.
Contoh :
999 =

(3) Konjektur Goldbach


a. Setiap bilangan bulat positif genap lebih dari 4 merupakan jumlah dua bilangan prima
ganjil.
Contoh :
6=3+3 8=3+5
10 = 3 + 7 12 = 5 + 7
14 = 3 + 11 30 = 23 + 7
b. Setiap bilangan bulat positif ganjil lebih dari 8 merupakan jumlah tiga bilangan prima
ganjil.
Contoh :
9=3+3+3 11 = 3 + 3 + 5
13 = 3 + 5 + 5 19 = 5 + 7 + 7
37 = 11 + 13 + 13 101 = 47 + 43 + 11
c. Setiap bilangan genap yang lebih besar dari 2 dapat dinyatakan sebagai jumlah dari dua
bilangan prima.
Contoh :
4=2+2 6=3+3 20 = 7 + 13
50 = 3 + 47 100 = 29 + 71

(4) Konjektur tentang Bilangan Perfek


Bilangan perfek adalah suatu bilangan bulat positif yang jumlah semua pembagi
sejatinya yang positif sama dengan bilangan itu sendiri. Dengan kata lain, Bilangan Perfek
adalah Bilangan komposit yang jumlah pembaginya tidak termasuk dirinya, sama dengan
dirinya sendiri.
Contoh:
6, 28, 496, 8128, dan 33.550.336.
Pembagi sejatinya 6 adalah 1,2, dan 3; maka,1 + 2 + 3 = 6.
Pembagi sejatinya 28 adalah 1,2,4,7, dan 14; maka, 1+ 2 + 4 + 7 +14 = 28
Pembagi sejatinya 496 adalah 1,2,…, dan 248; maka, 1+ 2 +...+ 248 = 496

Terdapat beberapa konjektur yang berkaitan dengan bilangan perfek, yaitu :


a. Banyaknya bilangan perfek adalah takhingga
b. Semua bilangan perfek adalah genap
c. Jika ) adalah bilangan prima, maka )) adalah bilangan perfek.

(5) Konjektur tentang Twin Primes (Pasangan Prima)


Twin Primes (Pasangan prima) adalah dua bilangan prima berurutan yang berselisih 2.
Contoh:
3 dan 5; 5 dan 7; 11 dan 13; 17 dan 19; 29 dan 31; 41 dan 43.
Suatu konjektur yang berkaitan dengan Twin Primes (Pasangan prima) adalah :
Banyaknya pasangan prima (twin prime) adalah tak hingga.

(6) Konjektur tentang pasangan dua bilangan bersekawan (Amicable)


Bilangan bersekawan ( Amicable) adalah pasangan dua bilangan bulat positif yang masing-
masing jumlah pembaginya yang positif (tidak termsuk bilangannya) sama dengan bilangan
yang lain. Dengan kata lain, Bilangan bersekawan (Amicable) adalah Sepasang bilangan
komposit a dan b dimana jumlah faktor-faktor dari a tidak termasuk a sama dengan b dan
Jumlah factor-faktor dari b tidak termasuk b sama dengan a.
Contoh: 220 dan 284; 1184 dan 1210; 17296 dan 18416.
Pembagi 220 yang positif adalah 1, 2, 4, 5, 10, 11, 20, 44, 55, 110
Jumlah pembagi 220 yang positif adalah 1 + 2 + 4 + 5 + 10 + 11 + 20 + 44 + 55 + 110 = 284
Pembagi 284 yang positif adalah 1, 2, 4, 71, 142
Jumlah pembagi 284 yang positif adalah 1 + 2 + 4 + 71 + 142 = 220

Suatu konjektur yang berkaitan dengan Bilangan bersekawan (Amicable) adalah :


Terdapat tak hingga banyaknya pasangan bilangan bersekawan (Amicable).
(Sumber : febrizaandhini27.blogspot.com/2013/01/notasiprinsip-dan-
konjektur.html?m=1)

4. Keterbagian dan Sifat – Sifatnya


Pembagian bilangan bulat merupakan bahan pelajaran matematika yang sudah diberikan
di sekolah dasar. Bahan pelajaran ini diperluas penggunaannya sampai pada pemfaktoran
prima, faktor persekutuan terbesar (FPB), kelipatan persekutuan terkecil (KPK), dan
keterbagian oleh bilangan tertentu (misalnya keterbagian oleh 2,3, atau 9). Untuk
memberikan dasar atau landasan yang lebih kuat kepada guru matematika di sekolah, maka
mereka perlu belajar lebih mendalam tentang konsep-konsep dasar keterbagian.
Keterbagian (divisibility) merupakan dasar pengembangan teori bilangan, sehingga
konsep-konsep keterbagian akan banyak digunakan didalam sebagian besar uraian atau
penjelasan matematis tentang pembuktian teorema. Keadaan inilah yang memberikan
gagasan tentang perlunya definisi keterbagian. Keterbagian atau divisibility adalah sudut
pandang matematika yang mempelajari suatu bilangan yang habis oleh bilangan lain.

II. SIFAT-SIFAT KETERBAGIAN

Teorema 1
Jika a, b, dan c adalah bilangan bulat dengan a│b dan b│c maka a│c.
Bukti : a│b dan b│c maka menurut Definisi, terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian
sehingga c = bn = (am)n = a(mn). Jadi, c = a(mn). Untuk suatu mn = p anggota bilangan
Bulat maka c = ap Akibatnya menurut Definisi, a│c.
Teorema 2
Jika a, b, dan c adalah bilangan bulat dengan c│a dan c│b maka c│(am+bm). untuk suatu
m,n anggota bilangan bulat.
Bukti
c│a dan c│b maka terdapat bilangan bulat x dan y sedemikian sehingga a =cx dan b
=cy
Sehingga, am = c(xm) dan bn =c(yn). untuk suatu xm = p dan (yn)=q, Maka:
am + bn = c(p+q). Akibatnya,c│(am+bn).
Teorema 3 (Buchmann, 2002: 3)
a. Jika a│b dan b ≠ 0 maka |a| ≤ |b|.
b. Jika a│b dan b│a maka |a| = |b|.
Bukti
a. Jika a│b dan b ≠ 0 maka menurut Definisi, terdapat m ≠ 0
sedemikian sehingga b = am.
Karena b = am maka |b| = |am| ≥ |a| sehingga, |a| ≤ |b|.
b. Andaikan a│b dan b│a. Jika a = 0 maka b = 0 dan jika a ≠ 0 maka b ≠ 0.
Selanjutnya,
Jika a ≠ 0 dan b ≠ 0 maka sesuai dengan Teorema 3a, |a| ≤ |b| dan |b| ≤ |a| sehingga |a|
(Sumber : berlayarjauh.blogspot.com/2012/09/keterbagian-sifat-sifatnya-
serta.html?m=1)

5. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)


Faktor Persekutuan Terbesar atau yang familiar disebut sebagai FPB dari dua bilangan
merupakan bilangan bulat positif terbesar yang dapat membagi habis kedua bilangan tersebut.
Terdapat beberapa metode untuk mencari FPB, yaitu :
1. Menggunakan Faktor Persekutuan
Faktor persekutuan merupakan faktor yang sama dari dua bilangan atau lebih dan FPB itu
sendiri adalah nilai paling besar dari faktor persekutuan dua bilangan atau lebih itu. Contoh:
carilah FPB dari 4, 8 dan 12?
Penyelesaian :
Faktor dari 4 adalah = {1, 2, 4}
Faktor dari 8 adalah = {1, 2, 4, 8}
Faktor 12 adalah= {1, 2, 3, 4, 6, 12}
Faktor persekutuannya adalah 1, 2, 4
Nilai yang terbesar adalah 4, sehingga FPBnya adalah 4
2. Menggunakan Faktorisasi Prima
Pada cara ini kita ambil bilangan faktor yang sama, selanjutnya ambil yang terkecil dari 2
atau lebih bilangan. Contoh:
a. carilah FPB dari 4, 8 dan 12?
Penyelesaian :
buatlah pohon faktornya

sehingga faktor dari 4, 8 dan 12 yang sama adalah 2, dan yang terkecil adalah 2² = 4
Maka FPB dari 4, 8 dan 12 adalah 4

b.Tentukan FPB dari bilangan 20 dan 30

2 dan 5 adalah bilangan prima yang sama-sama terdapat faktorisasi prima kedua pohon
faktor.
Pangkat terendah dari 2 adalah 1.
Pangkat terendah dari 5 adalah 1.
Maka FPB = 2 X 5 = 10

3. Menggunakan Tabel
Cara tabel ini yaitu dengan membagi bilangan yang dicari menggunakan bilangan prima.
contoh :

6. Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)


Kelipatan Persekutuan Terkecil atau lebih dikenal dengan sebutan KPK dari dua bilangan
merupakan bilangan bulat positif terkecil yang dapat habis dibagi oleh kedua bilangan
tersebut. Dalam mencari nilai KPK dari bilangan dapat digunakan beberapa metode, antara
lain :
1. Menggunakan Kelipatan Persekutuan
Kelipatan persekutuan merupakan kelipatan yang sama dari dua bilangan atau lebih . KPK
adalah nilai terkecil dari kelipatan persekutuan 2 atau lebih bilangan.
Contoh:
carilah KPK dari 4 dan 8?
Jawab :
Kelipatan 4 adalah = {4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, ….}
Kelipatan 8 adalah = {8, 16, 24. 32. 40, 48, 56, …}Kelipatan persekutuannya adalah 8, 16,
24, 32, … ( kelipatan yang sama dari 4 dan 8)
Nilai yang terkecil adalah 8, sehingga KPKnya adalah 8
2. Menggunakan Faktorisasi Prima
Hal yang harus dilakukan dalam mencari KPK menggunakan cara faktorisasi prima yaitu
mengalikan semua bilangan faktor dan apabila ada yang sama ambil yang terbesar, apabila
keduanya sama ambil salah satunya
Contoh:
carilah KPK dari 8, 12 dan 30
Jawab :
buat pohon faktornya

faktor 2 yang terbesar àdalah 23


faktor 3 nilainya sama untuk 12 dan 30à ambil salah satunya saja yaitu 3
faktor 5 ada 1 à ambil nilai 5
sehingga KPKnya adalah 23 x 3 x 5 = 120
3. Menggunakan Tabel
Sama hal nya dengan mencari FPB, hakikatnya cara ini memiliki prinsip yang sama
contoh :

(Sumber : Kpk fpb rumus-matematika.com/cara-mencari-kpk-dan-fpb)

7. Keprimaan

8. Ciri - Ciri Habis Dibagi


Konsep pembagian akan selalu menyertakan antara bilangan yang dibagi dan pembagi.
Ada dua kemungkinan yang akan terjadi ketika bilangan yang dibagi dan pembagi
dioperasikan yaitu : bilangan yang dibagi akan habis dibagi dan kemungkinan kedua bilangan
yang dibagi akan memiliki sisa hasil pembagian. Untuk pembahasan kita kali ini kita akan
fokus membahas mengenai bilangan yang habis dibagi.
Apakah yang dimaksud dengan bilangan yang habis dibagi?. Bilangan yang habis dibagi
maksudnya bilangan yang tidak memiliki sisa jika dibagi dengan suatu bilangan. Maksudnya
bagaimana ?. Biasanya saat kita membagi terutama yang bagi kurung, kita selalu menuliskan
hasil baginya di atas bagi kurungnya, setelah itu kita kalikan. Hasil perkalian antara hasil dan
pembagi kita taruh di bawah bilangan pokok yang dibagi. Kemudian kita kurangi. Saat
mengurangi ini, jika pengurangannya bernilai nol maka pembagi itu dikatakann bisa
membagi habis bilangan tersebut. Inilah yang disebut habis dibagi yaitu tidak bersisa.
Ciri dan karakter bilangan yang habis dibagi 2
Pada prinsipnya semua bilangan bisa dibagi dua. Tetapi untuk bilangan yang habis
dibagi dua itu memiliki ciri – ciri : angka satuannya 0, 2 , 4, 6, dan 8 ( dalam artian semua
bilangan yang s
atuannya angka nol dan angka genap maka bilangan itu akan habis dibagi dua).

Ciri dan Karakter bilangan yang habis dibagi 3


Untuk bilangan yang habis dibagi 3, dia memiliki ciri dan karakteristik sebagai
berikut : jumlah semua digitnya habis dibagi tiga. Maksudnya bagaimana?. Maksudnya
dalam suatu bilangan itu berapa ada angka itu kita jumlahkan semuanya, jika hasilnya bisa
dibagi tiga, maka bilangan itu dikatakan bisa dibagi tiga. Kalau masih bingung kita langsung
saja lihat contohnya.

Ciri dan Karakteristik bilangan yang habis dibagi 4


Ciri – ciri suatu bilangan yang habis dibagi dengan angka 4 adalah dua angka
terakhirnya habis dibagi dengan 4 ( empat ).Contoh :
Apakah 234564 habis dibagi dengan 4 ?.
Jawab :
Kita cek dua angka terakhir pada bilangan di atas yaitu 64. Kita tahu 64 habis dibagi 4. Maka
234564 juga habis dibagi 4.

Ciri - ciri bilangan yang habis dibagi dengan 5


Ciri – ciri suatu bilangan yang habis dibagi dengan 5 yaitu angka terakhir bilangan itu
adalah angka nol dan lima. Contoh :
Apakah 4567897680 habis dibagi 5 ?. jawabnya : ya. Karena angka satuan bilangan itu
adalah nol.

Ciri – ciri bilangan yang habis dibagi 6


Ciri – ciri suatu bilangan yang habis dibagi 6 ( enam ) adalah bilangan tersebut adalah
bilangan genap kemudian penjumlahan dari semua digitnya habis dibagi 3 ( tiga ).
Maksudnya bagaimana ?. pertama, kita pastikan dulu bilangan yang akan kita cek apakah
sudah bilangan genap. Jika bilangan yang kita cek adalah bilangan genap, selanjutnya kita
jumlahkan semua digitnya, apakah bisa habis dibagi 3. Contoh :
Apakah 2736 habis dibagi 6 ?.
Jawab :
Pertama kita perhatikan bilangan 2736 merupakan bilangan genap.
Setelah itu kita jumlahkan semua digitnya : 2 + 7 + 3 + 6 = 18. Kita tahu 18 habis dibagi 3.
Maka 2736 habis dibagi 6.

Ciri – ciri bilangan yang habis dibagi 7


Untuk mengenali suatu bilangan habis dibagi 7 yaitu satuan dari bilangan tersebut kita
kalikan dua. Kemudian kita pakai untuk mengurangi angka sebelumnya. Jika hasil
pengurangan ini bisa dibagi 7 maka bilangan tersebut habis dibagi 7. Contoh :
Apakah 8638 habis dibagi 7 ?.
Jawab :
Pertama kita kalikan satuannya dengan angka 2 ( dua ) yaitu 2 x 8 = 16. Kemudian ini dipakai
untuk mengurangi angka sebelumnya :
863 – 16 = 847
Karena 847 masih besar juga, kita ambil lagi satuannya untuk dikali 2. Sehingga 2 x 7 = 14.
Angka sebelumnya kita kurangi dengan 14.
84 – 14 = 70. Terlihat bahwa 70 habis dibagi dengan 7. Maka bisa disimpulkan bahwa 8638
habis dibagi 7.

Ciri suatu bilangan yang habis dibagi 8


Ciri – ciri suatu bilangan yang habis dibagi 8 adalah tiga digit terakhirnya bisa dibagi
dengan 8 ( delapan). Contoh 1:
Apakah 3648 habis dibagi 8?.
Jawab :
Kita lihat tiga digit terakhir bilangan itu. Yaitu 648. Kita tahu 648 bisa dibagi 8. Maka 3648
habis dibagi 8.
Contoh 2 :
Apakah 12345786256 habis dibagi 8 ?.
Jawab : Kita lihat digit terakhir bilangan itu yaitu 256. Kita tahu 256 habis dibagi 8. Maka
bilangan 12345786256 pun habis dibagi 8.

Ciri bilangan yang habis dibagi 9


Cirri-cirinya adalah jumlah semua digit bilangan itu habis dibagi 9. Contoh :
Apakah 2341341 habis dibagi 9 ?
Jawab :
Kita jumlahkan semua digitnya : 2 + 3 + 4 + 1 + 3 + 4 + 1 = 18. Kita tahu 18 habis dibagi 9.
Maka bilangan 2341341 habis dibagi 9.
(Sumber : ilmuhitung.com/bilangan-habis-dibagi/)

9. Metode Pencoretan

Anda mungkin juga menyukai