Notasi
Notasi adalah lambang – lambang matematis yang telah disepakati yang mempunyai
makna tertentu. Contoh :
1) Notasi yang berkaitan dengan obyek (misalnya himpunan, matriks,vector)
2) Notasi yang berkaitan dengan operasi atau pengerjaan (misalnya +, -,×, : , dan p )
3) Notasi yang berkaitan dengan hubungan unsur- unsur ( misalnya = , >, < , , | )
4) Notasi yang berkaitan dengan pernyataan yang menjelaskan ( misalnya FPB a dan b di
tulis dengan (a,b), KPK a dan b ditulis dengan [a,b] )
5) Notasi yang berkaitan dengan himpunan, yaitu :
2. Prinsip
Prinsip adalah aturan atau sifat yang di pakai sebagai dasar atau landasan dalam
pembuktian. Prinsip dapat diambil dari definisi, aksioma atau dalil yang diambil untuk di
gunakan pada bagian lain yang memerlukan. Beberapa prinsip yang akan digunakan dalam
uraian berikutnya adalah prinsip urutan, prinsip induksi matematis, dan prinsip logika
matematis.
A. Prinsip Urutan
Dari dua bilangan bulat a dan b , a dapat di tentukan hubungan antara a dan b, yaitu a atau a
Hubungan ini tetap benar jika a dan b adalah bilangan rasional atau bilangan nyata.
Dengan menggunakan lambang atau himpunan bilangan bulat positif Z+ Ì Z dapat
dinyatakan sebagai :
Z+ = { x Î Z | x ³ 1 } atau Z+ = { t Î Z | t > 0 }
Untuk himpunan bilangan rasional positif dan himpunan bilangan nyata positif, ternyata Q+
dan R+ tidak dapat dinyatakan dengan menggunakan lambang , yaitu:
Q+ = { sÎ Q| s > 0 } dan R+ = { r Î R| r > 0 }
Berbeda dengan Q+ , R+ dan Z+ mempunyai sifat bahwa setiap A Ì Z+ dan A f, tentu ada
bilangan bulat k Î A sehingga k x untuk semua x Î A ; k disebut elemen terkecil.
Keberadaan elemen terkecil ini tidak berlaku dalam Q+ dan R+. keadaan inilah yang
membedakan Z+ dari Q+ dan R+
(b) Bukti Langsung : Pembuktian secara langsung dilakukan berdasarkan pernyataan p yang
diketahui, p diproses dengan sifat-sifat yang telah berlaku, akhirnya diperoleh pernyataan q.
Pernyataan “Jika p maka q” dapat dibuktikan dengan mendasarkan pada pernyataan p yang
diketahui kemudian diarahkan untuk memperoleh pernyataan P1, P2, P3, …, Pn.dan akhirnya
diperoleh q.
p → P1 →P2 → P3 → …→ Pn→ q
Prinsip modus ponens dan prinsip silogisme memberikan dasar konstruksi pembuktian
langsung. Prinsip modus ponens adalah sebagai berikut.
p→q
p
¾¾¾¾
Jadi q.
Prinsip modus ponens adalah sebagai berikut.
p→q
q→r
¾¾¾¾
Jadi p → r
Pernyataan “Kuadrat dari bilangan ganjil adalah bilangan ganjil” dapat dibuktikan secara
langsung. Dalam suatu dalil, pernyataan jika ac membagi bc, maka a membagi b bersesuaian
dengan diketahui ac membagi bc, harus dibuktikan a membagi b. Jadi, berangkat dari ac
membagi bc sebagai hal yang diketahui, kemudian diproses dengan definisi, dalil, dan
aksioma yang sesuai dan sudah diketahui, sehingga akhirnya terbukti a membagi b.
(c) Bukti Tak langsung : Pembuktian tak langsung dapat dilakukan dengan prinsip
kontraposisi ataupun kontradiksi.
►Pembuktian dengan prinsip kontraposisi
Dasar pembuktian tersebut adalah prinsip modus tollens berikut.
p®q
~q
¾¾-¾¾
Jadi ~p
Dalam pembuktian yang dilakukan dengan prinsip kontraposisi, untuk membuktikan p®q,
mula-mula dianggap bahwa q tidak benar, dan ternyata menghasilkan ~ p. Hal ini berarti jika
p benar maka q benar.
Pernyataan ” Misalkan a bilangan real, dan a ³ 0 . Jika untuk setiap e > 0 berlaku 0 £ a <e
maka a = 0 ” dapat dibuktikan secara tak langsung.
Bukti:
Andaikan 0 £ a< e dan a ¹ 0. Dari a³ 0 dan a ¹ 0 diperoleh a > 0 . Karena e sebarang bilangan
positif, ambil e = > 0, maka e < a atau a > e. Hal ini bertentangan dengan pengandaian. Jadi
yang benar, 0 £ a <e dan a = 0 .
Prinsip Induksi Matematis : Prinsip induksi matematis sering digunakan sebagai satu
cara untuk membuktikan berlakunya suatu hubungan atau suatu dalil.
Prinsip induksi matematis menyatakan bahwa:
S adalah himpunan bilangan asli
Jika: a. 1 ϵ S
b. k ϵ S berakibat (k+1) ϵ S
maka memuat semua bilangan asli yaitu S = N
Contoh :
1+2+3+…+ n = untuk setiap n ϵ N
1 ϵ S sebab untuk n=1, ruas kiri bernilai 1 dan ruas bernilai =1
Sehingga ruas kiri dan ruas kanan bernilai sama
Anggaplah k ϵ S,yaitu:
1+2+3+…+ k =
Harus ditunjukan (k+1) ϵ S, yaitu harus ditunjukan:
1+2+3+…+ k + (k+1) =
1+2+3+…+ k + (k+1) =
Karena:
1+2+3+…+ k =
Maka:
1+2+3+…+ k + (k+1) = + (k+1)
= +
=
=
1+2+3+…+ k + (k+1) =
3. Konjektur (Conjecture)
Dalam teori bilangan terdapat masalah-masalah yang belum terselesaikan atau belum
terpecahkan, yang dinamakan konjektur. Konjektur (Conjecture = dugaan, perkiraan) yaitu
suatu pernyataan yang kebenarannya belum diketahui atau belum dapat dibuktikan.
Beberapa konjektur dalam teori bilangan antara lain adalah sebagai berikut :
(1) Konjektur Fermat
a. Untuk semua bilangan bulat x, maka x2 -x -41 adalah bilangan prima, kecuali
x =41
Contoh :
Untuk x=1, maka x2 -x + 41 =41
Untuk x=2, maka x2 -x + 41 = 43
Untuk x=3, maka x2 -x + 41 = 47
Untuk x=4, maka x2 -x + 41 = 53
Untuk x=5, maka x2 -x + 41 = 61
Teorema 1
Jika a, b, dan c adalah bilangan bulat dengan a│b dan b│c maka a│c.
Bukti : a│b dan b│c maka menurut Definisi, terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian
sehingga c = bn = (am)n = a(mn). Jadi, c = a(mn). Untuk suatu mn = p anggota bilangan
Bulat maka c = ap Akibatnya menurut Definisi, a│c.
Teorema 2
Jika a, b, dan c adalah bilangan bulat dengan c│a dan c│b maka c│(am+bm). untuk suatu
m,n anggota bilangan bulat.
Bukti
c│a dan c│b maka terdapat bilangan bulat x dan y sedemikian sehingga a =cx dan b
=cy
Sehingga, am = c(xm) dan bn =c(yn). untuk suatu xm = p dan (yn)=q, Maka:
am + bn = c(p+q). Akibatnya,c│(am+bn).
Teorema 3 (Buchmann, 2002: 3)
a. Jika a│b dan b ≠ 0 maka |a| ≤ |b|.
b. Jika a│b dan b│a maka |a| = |b|.
Bukti
a. Jika a│b dan b ≠ 0 maka menurut Definisi, terdapat m ≠ 0
sedemikian sehingga b = am.
Karena b = am maka |b| = |am| ≥ |a| sehingga, |a| ≤ |b|.
b. Andaikan a│b dan b│a. Jika a = 0 maka b = 0 dan jika a ≠ 0 maka b ≠ 0.
Selanjutnya,
Jika a ≠ 0 dan b ≠ 0 maka sesuai dengan Teorema 3a, |a| ≤ |b| dan |b| ≤ |a| sehingga |a|
(Sumber : berlayarjauh.blogspot.com/2012/09/keterbagian-sifat-sifatnya-
serta.html?m=1)
sehingga faktor dari 4, 8 dan 12 yang sama adalah 2, dan yang terkecil adalah 2² = 4
Maka FPB dari 4, 8 dan 12 adalah 4
2 dan 5 adalah bilangan prima yang sama-sama terdapat faktorisasi prima kedua pohon
faktor.
Pangkat terendah dari 2 adalah 1.
Pangkat terendah dari 5 adalah 1.
Maka FPB = 2 X 5 = 10
3. Menggunakan Tabel
Cara tabel ini yaitu dengan membagi bilangan yang dicari menggunakan bilangan prima.
contoh :
7. Keprimaan
9. Metode Pencoretan