Anda di halaman 1dari 41

ELEMEN MATEMATIKA DAN HIMPUNAN

PERTEMUAN 1
Dr. Marzuki Silalahi
FAKULTAS EKONOMI
VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA
UNGGUL
Materi Sebelum UTS
Materi Setelah UTS
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

• Mahasiswa dapat memahami segala konsep


dasar tentang ilmu matematika
• Mahasiswa mampu menganalisis serta
menerapkan beberapa metode perhitungan
matematika sederhana
Pendahuluan
Latar Belakang
Persoalan yang melibatkan model matematika banyak
muncul dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan seperti
dalam persoalan ekonomi
Memahami dan menguasai konsep dasar Kalkulus bisa
menyelesaikan model matematika
Ekonomi adalah bidang ilmu pengetahuan yang
membutuhkan pengetahuan konsep pembuatan model
matematika.
Dalam mempelajari ekonomi diperlukan analisis
Analisis bisa kualitatif dan Kuantitatif
Analisi kuantitatif menggunakan matematika
Matematika ekonomi sebagai dasar nalisis ekonomi.
Sistem Bilangan
Kalkulus didasarkan pada sistem bilangan riil dan
sifat-sifatnya.
ℕ ⊂ ℤ ⊂ ℚ ⊂ ℝ ; ⊂ adalah lambang
himpunan bagian

ℕ : Bilangan Asli

ℤ : Bilangan Bulat
ℚ : Bilangan Rasional

ℝ : Bilangan Riil
Bilangan Rill terdiri dari:
-bil. rasional : m/n , (m, n bilangan bulat)
-bil. tak rasional : bilangan yang bukan menyatakan hasil bagi
dua bilangan,
3
mis., 2 , 5 , 7
Bentuk bilangan lain:
Bil. Kompleks (bil. Riil dan imaginer i =  1 ):
a + b 1 atau ditulis a + bi

Desimal: bentuk penulisan dari bilangan rasional


½ =0,5
Garis bilangan
Setiap bilangan real mempunyai posisi pada suatu garis yang disebut
dengan garis bilangan(real)

2
-3 0 1 

Selang
Himpunan bagian dari garis bilangan disebut selang
Jenis-jenis selang
Selang
Himpunan selang Grafik
x x  a  , a 
a
x x  a  , a
a
x a  x  b a, b
a b
x a  x  b a, b
a b
x x  b b, 
b
x x  b b, 
b
x x   , 
Sifat–sifat bilangan real
• Sifat-sifat urutan :
 Trikotomi
Jika x dan y adalah suatu bilangan, maka pasti berlaku
salah satu dari x < y atau x > y atau x = y
 Ketransitifan
Jika x < y dan y < z maka x < z
 Perkalian
Misalkan z bilangan positif dan x < y maka xz < yz,
sedangkan bila z bilangan negatif, maka xz > yz
Pengertian Himpunan
• Himpunan adalah sekumpulan objek-objek (benda-
benda real atau abstrak) yang didefinisikan dengan
jelas. Himpunan biasanya dinyatakan dalam huruf
kapital: C, B, A, yang anggotanya dinyatakan dalam
kurung kurawal {...}
• Sedangkan anggota himpunan biasanya dinyatakan
dalam huruf kecil : c, b, a
• Jika x anggota himpunan A maka ditulis x A
• Jika y bukan anggota himpunan B maka ditulis y B

• Banyaknya anggota himpunan A ditulis n(A)


Ada 2 bentuk dalam penulisan suatu himpunan sebagai
berikut :
1.Bentuk pendaftaran (Tabular-Form) yaitu dengan
menuliskan semua elemen himpunan tersebut di dalam
kurung kurawal.
Contoh :
A = { Jakarta, Medan, Surabaya }
N = { 1, 2, 3, ... }

2. Bentuk pencirian (Set-Builder Form) yaitu dengan


menuliskan sifat/ketentuan mengenai elemen himpunan
tersebut.
Contoh: S = { X | X adalah bilangan genap }
T = { X | X adalah pelajar yang pandai }
Hukum dan Teori Himpunan
• Suatu himpunan disebut berhingga bila banyak anggotanya
( yang berbeda) berhingga. Kalau banyak anggotanya tak
berhingga disebut himpunan tak berhingga.
• Dapat dicatat bahwa anggota-anggota yang sama, dihitung
sekali. Himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut
himpunan hampa (kosong) dinyatakan Φ.
• Himpunan A dan B dikatakan sama, A = B bila mereka
mempunyai ordo dan anggota-anggota yang sama.
• Himpunan A dikatakan himpunan bagian (Subset) dari
himpunan B, bila setiap anggota dari A juga merupakan
anggota dari B. Ditulis
• A B ( atau B merupakan himpunan super/super set dari A, B
A ).
Contoh :
P = { 1,2,4 }, Q = { 1,4,5,2 }

Maka P Q, jelas karena setiap anggota dari P adalah


anggota dari Q juga.
G = { X | X bilangan genap },
H = { X | X bilangan bulat },
maka G  H.
• 2 himpunan disebut sama jika A = B jika dan hanya jika A  B dan B 
A.
• Dua himpunan A dan B dikatakan dapat diperbandingkan jika A  B
atau B  A.
• Contoh :
A = {a, b, c}, B = {a, b} maka A dapat diperbandingkan dengan B
karena B  A, sedangkan S = {2, 4, 5} dan T = (2, 4, 6) tidak dapat
diperbandingkan karena S  T dan T  S.
• Jika objek dari suatu himpunan berupa himpunan pula maka himpunan
semacam itu disebut suatu keluarga (family).
• Keluarga semua subset dari suatu himpunan S biasa disebut himpunan
Kuasa (power set) dari S ditulis 2s Banyaknya anggota dari 2s adalah 2n
dimana n adalah jumlah anggota dari S. Di sini termasuk pula Ø ,
karena Ø merupakan subset dari himpunan manapun.
Contoh :
M = {a,b}, subset-subset dari M adalah Ø, {a}, {b},
{a, b} = M, jadi 2m = {Ø, {a}, {b}, M}.
Banyaknya anggota dari 2m = 22 = 4
• Dua himpunan disebut saling lepas (saling asing/disjoint)
bila tidak mempunyai anggota bersama.
Contoh :
– A = {4, 3}, B = {2, 0} saling lepas.
– P = {1, 2, 3}, Q = {1, 6, 7} tidak saling lepas
karena 1  P dan 1 Q.
Operasi – operasi Himpunan
 Operasi Irisan (intersection), dinotasikan dengan 
A B = { x l x A dan x B }

Di dalam diagram Venn :

• Bila A dan B saling lepas maka A B = Ø


Contoh :
Bila P = {a, b, c, d, e}, Q = {d, e, f, g}, R = {p, q, r}
Maka P Q = {d, e} dan P R = Ø

Catatan :
A B = B A
(AB)  A ; (A B)  B
Bila A  B maka A  B = A
A Ø = Ø ; A U = A
Operasi Gabungan (Union), dinotasikan dengan 
A  B = { x l x  A atau x B }
Di dalam diagram Venn :

Contoh :
S = {a, b, c} ; T = {a, b, p, r}
Maka S  T = {a, b, c, p, r}
Catatan : Berlaku :
• A  B = B A
• A  (A  B) ; B  (A  B)
• Bila A  B maka A  B = B
• AØ=A;A U=U
Operasi Selisih (Difference), dinotasikan dengan –

A – B = { x l x A dan x B }
Di dalam diagram Venn :

Contoh : S = { a, b, c, d } ; T = { f, b, d, g }
Maka S - T = { a, c } dan T – S = { f, g }
Catatan :
• (A – B)  A
• A – B ≠ B – A, bila A ≠ B
• Bila A  B maka A – B = Ø dan (B – A)  B
Operasi Komplemen, dinotasikan dengan A’ atau Ā
A’ = { x l x A, x U } = U - A

Di dalam diagram Venn :

Misalkan : U = { x l x huruf latin } dan T = { x l x huruf mati }


Maka T’ = { x l x huruf hidup } = { a, i, u, e , o }
Pertidaksamaan
• Pertidaksamaan satu variabel adalah suatu bentuk
aljabar dengan satu variabel yang dihubungkan dengan
relasi urutan.
• Bentuk umum pertidaksamaan :
Ax  Dx 

B x  E x 

• dengan A(x), B(x), D(x), E(x) adalah suku banyak


(polinom) dan B(x) ≠ 0, E(x) ≠ 0
• Menyelesaikan suatu pertidaksamaan adalah mencari
semua himpunan bilangan real yang membuat
pertidaksamaan berlaku. Himpunan bilangan real ini
disebut juga Himpunan Penyelesaian (HP)
Cara menentukan HP :
P( x)
1. Bentuk pertidaksamaan diubah menjadi : 0
Q( x)
, dengan cara :
 Ruas kiri atau ruas kanan dinolkan
 Menyamakan penyebut dan menyederhanakan bentuk
pembilangnya
2. Dicari titik-titik pemecah dari pembilang dan penyebut
dengan cara P(x) dan Q(x) diuraikan menjadi faktor-faktor
linier dan/ atau kuadrat
3. Gambarkan titik-titik pemecah tersebut pada garis
bilangan, kemudian tentukan tanda (+, -) pertidaksamaan
di setiap selang bagian yang muncul
Contoh :
Tentukan Himpunan Penyelesaian

1 13  2 x  3  5
13  3  2 x  5  3
16  2 x  8
8 x4
4 x8
Hp = 4,8
4 8
Pertidaksamaan nilai mutlak

• Nilai mutlak x (|x|) didefinisikan sebagai jarak x dari titik


pusat pada garis bilangan, sehingga jarak selalu bernilai
positif.
• Definisi nilai mutlak :  x ,x  0
x  
 x , x  0
Pertidaksamaan nilai mutlak
• Sifat-sifat nilai mutlak:
1 x  x2
2 x  a, a  0   a  x  a
3 x  a, a  0  x atau
a x  a
4 x  y  x2  y2
x x
5 
y y
6. Ketaksamaan segitiga
x y  x  y x y  x  y
Contoh :
1. 2 x  5  3

Kita bisa menggunakan sifat ke-2.


 3  2 x  5  3
 5  3  2x  3  5
 2  2x  8
1 x  4
Hp = 1,4 
1 4
Contoh : Menentukan Himpunan Penyelesaian
menggunakan definisi

2. 2 x  3  4 x  5
Kita bisa menggunakan sifat 4
 2 x  3  4 x  5
2 2

 4 x 2  12 x  9  16 x 2  40 x  25
 12 x 2  28 x  16  0
 3x  7 x  4  0
2

4 , -1
TP : 
3
Contoh : Menentukan Himpunan Penyelesaian

Jika digambar pada garis bilangan :

++ -- ++
4 -1
3

Hp =  ,     ,1
4
 3
 
Contoh : Menentukan Himpunan
Penyelesaian
3. 3 x  2  x  1  2
Kita definisikan dahulu :
x  2 x  2  x  1 x  1
x2   x 1  
2  x x  2  x  1 x  1

Jadi kita mempunyai 3 interval :


I II III
 ,1  1,2 2,  

-1 2
Contoh : Menentukan Himpunan
Penyelesaian
I. Untuk interval x  1 atau  ,1
3 x  2  x  1  2
 32  x    x  1  2
 6  3x  x  1  2
 7  2 x  2
 2 x  9
 2x  9
9  9
x atau   , 
2  2
Contoh : Menentukan Himpunan
Penyelesaian
 9
Jadi Hp1 =   ,    ,1
 2

-1 9
2
Dari gambar garis bilangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil irisan kedua interval tersebut adalah  ,1
sehingga Hp1 =  ,1
II. Untuk interval  1  x  2 atau  1,2
3 x  2  x  1  2
 32  x   x  1  2
 6  3 x  x  1  2
 5  4 x  2
 4 x  7
 4x  7
7  7
 x atau   , 
4  4
Jadi Hp2 =   ,    1,2 
7
 4

-1 7 2
4
Dari gambar garis bilangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil irisan dua interval tersebut adalah  7
 7  1, 4 
sehingga Hp2 =  1,   
 4
Contoh : Menentukan Himpunan
Penyelesaian
III. Untuk interval x2 atau 2,  
3 x  2  x  1  2
 3x  2   x  1  2
 3 x  6  x  1  2
 2 x  7  2
 2x  5
5 5 
x
2
atau  2 ,  
Contoh : Menentukan Himpunan
Penyelesaian
Jadi Hp3 =  5 ,    2,  
 2 

2 5
2
Dari gambar garis bilangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa hasil irisan dua interval tersebut adalah  5 
sehingga  2 ,  
5 
Hp3 =  ,  
2 
Contoh : Menentukan Himpunan
Penyelesaian

Hp = Hp1  Hp 2  Hp3

 7 5 
Hp   ,1   1,    ,  
 4 2 
Untuk lebih mempermudah, masing-masing interval
digambarkan dalam sebuah garis bilangan
Soal Latihan

Cari himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan

1 x  2  1 x
4  2x
x  2 x 1
2 
x 2
x3
3 2  x  3  2x  3
2
4 x 1  2 x  2  2
5 2x  3  4x  5

6 x  3x  2
DAFTAR PUSTAKA
1. Yahya, yusuf, D.Suryadi HS dan Agus S; Matematika
Dasar Untuk Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2005
2. Chiang, Alpha C; Fundamental Methods of
Mathematical Economics, McGraw Hill, New York,
2005
3. Frank Ayres, Calculus 2nd edition, McGraw Hill, New
York, 1985
4. Johannes, H dan Handoko, BS. 1994. Pengantar
Matematika untuk Ekonomi. Edisi ke empat belas.
LP3ES. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai