Anda di halaman 1dari 90

Dr.

Teguh Hadi
Priyono
HIMPUNAN = GUGUS
Definisi, Pencatatan dan Himpunan Khas

Himpunan adalah kumpulan dari obyek-obyek yg memiliki sifat tertentu.


Sifat ini menjadi penciri yg membuat obyek/unsur itu termasuk dalam
himpunan yang sedang dibicarakan.
Himpunan dilambangkan : A, B, X, …, Z (kapital)
Obyek atau unsur atau elemen dilambangkan a,b,c, … atau 1, 2, 3, …
Perhatikan (… tiga titik) dibaca dan seterusnya.

Dua cara pencatatan suatu himpunan

a. Cara pendaftaran: P = { 2, 3, 4 }
 P = nama himpunan/gugus
 tanda kurawal buka dan kurawal tutup “ dan “ menyatakan
himpunan
 2, 3, 4 = obyek/unsur/elemen
 Artinya, himpunan P beranggotakan bilangan bulat positip: 2, 3, dan 4.

b. Pendefinisian sifat: X = { x / x bilangan genap}


 X = nama himpunan
 x = obyek/unsur/elemen
 tanda “/” dibaca dengan syarat
 x bilangan genap = sifat atau ciri
Cara pendefinisian sifat yang lain: J = { x / 2 < x < 5 }

 x merupakan unsur
 Sifat: bilangan nyata 2 < x < 5, baca himpunan semua bilangan nyata lebih
besar dari 2 dan lebih kecil dari 5

Himpunan khas:

a. Himpunan Semesta (S) atau Universum (U)


Merupakan himpunan keseluruhan obyek yang sedang dibicarakan
S = { x / x bilangan ganjil }, berarti semua bilangan
ganjil
b. Himpunan kosong (empty set)
E = { } himpunan kosong atau dicatat dengan “ø”
Perhatikan: P = { 2, 3, 4 }
Untuk menyatakan keanggotaan dicatat dengan “ € ”
Jadi: 2€P
3€P
4 € P.
Tanda € baca “unsur” atau “elemen” atau “didalam”
Sebaliknya, 5, 6 tidak termasuk unsur P
dicatat
5€P
6€P
Tanda € dibaca “bukan unsur” atau “bukan elemen” atau “diluar”.
Himpunan bagian

Suatu himpunan A merupakan himpunan bagian dari himpunan B, jika dan


hanya jika setiap unsur A juga merupakan unsur himpunan B.

A = { 2, 4, 6 };
B = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 }
Dicatat : A B, baca A himp. bagian B atau A anak gugus dari B
Sebaliknya dicatat: B A, baca B mencakup A
Tanda dibaca bukan himpunan bagian dan tanda dibaca tidak/bukan
mencakup
Perhatikan: himp. bagian terjadi apabila dari suatu himp dibentuk himp lain
dengan memilih unsur himp itu sebagai unsurnya.
Contoh: X = { 1, 2, 3, 4 }
Himpunan bagiannya:
a. Memilih semua unsur: X4 = { 1, 2, 3, 4 }
b. Memilih tiga unsur X31 = { 1, 2, 3 } X32 = { 1, 2, 4 }
X33 = { 1, 3, 4 } X34 = { 2, 3, 4 }
c. Memilih dua unsur X21 = { 1, 2 }; X22 = { 1, 3 }; X23 = { 1,
4 };
X24 = { 2, 3 }X25 = { 2, 4 }; X26 = { 3, 4 }
d. Memilih 1 unsur: X11 = { 1 }; X12 = { 2 }
X13 = { 3 }; X14 = { 4 }
e. Tanpa memilih X0 = { }

Jumlah himpunan bagian dari 1 himp. = 2n

1 elemen: 1  2 himpunan bagian


2 elemen: 1 2 1  4 himpunan bagian
3 elemen: 1 3 3 1  8 himpunan bagian
4 elemen: 1 4 6 4 1  16 himpunan bagian
5 elemen: 1 5 10 10 5 1  32 himpunan bagian

Disebut segitiga Pascal = bilanga Binom Newton


OPERASI HIMPUNAN

Operasi matematis: penjumlahan, penggandaan, pembagian. Operasi


himpunan: gabungan (union), potongan (irisan) dan komplemen.

Operasi Gabungan ( U )
A U B = { x / x ε A atau x ε B }
A U B baca: A union B; A gabung B; A atau B.
Jika A = { 3, 5, 7 ); B = { 2, 3, 4, 8 }
A U B = { 3, 5, 7, 2, 4, 8 } atau { 2, 3, 4, 5, 7, 8 }
Dalam diagram Venn, A U B adalah daerah diarsir

A B

Sifat-sifat gabungan
a. A U B = B U A  Hukum komutasi
b. A (A U B) dan B (A U B)
Operasi potongan (irisan) = ∩

A ∩ B = { x / x ε A dan x ε B }
A ∩ B, baca A irisan B; atau A dan B

Misal: A = { 0, 5, 10, 15 } dan B = { 1, 5, 8, 15, 17 }


A ∩ B = { 5, 15 }

Dalam diagram Venn, A ∩ B adalah daerah diarsir:

s
A B
Sifat : a. A ∩ B = B ∩ A (hukum komutasi)
b. (A ∩ B) A dan (A ∩ B) B

Operasi selisih
Selisih himpunan A dan B, dicatat dengan A – B
A – B = { x / x € A, tetapi x € B }
Diagram Venn A – B sebagai berikut:

S
A BB
Misal: A = { a, b, c, d }; B = { f, b d, g }
A – B = { a, c } serta B – A = { f, g }
A – B sering dibaca “A bukan B”.

Sifat: a. (A – B) A; (B – A) B
b. (A – B); dan (B – A) adalah saling asing atau terputus
Komplemen

A’ = { x / x € S, tetapi x € A }
A’ baca “komplemen A” atau “bukan A”
Misal:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, … } himp.bil bulat positip
A = { 1, 3, 5, 7, 9, . . . } bil. bulat positip ganjil
A’ = { 2, 4, 6, 8, 10. . . } bil. bulat positip genap
Diagram Venn untuk komplemen sbb: (diarsir)

AA
A’
Sifat:
a. A U A’ = S
b. A ∩ A’ = ø
c. (A’)’ = A

Latihan 1
Gambarkan sebuah diagram venn untuk menunjukkan himpunan universal S dan
himpunan-himpunan bagian A serta B jika:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 }
A = {2, 3, 5, 7 }
B = {1, 3, 4, 7, 8 }

Kemudian selesaikan :
a) A – B b) B – A c) A ∩ B
d) A U B e) A ∩ B’ f) B ∩ A’
g) (A U B)’ h) (A ∩ B)’
SISTEM BILANGAN
1. Pembagian bilangan

Bilangan

2; -2; Nyata
1,1; -1,1 Khayal
+ dan -

Akar negatip
√(-4) = ± 2
Rasional Irrasional

Hasil bagi dua bil


bulat, pecahan
Bukan hasil bagi dua bil bulat,
desimal atau
desimal tak berulang dan tak
desimal berulang
berakhir; √2 = 1,4142
0,1492525
………, π=3,1415, ℮ = 2,718

Bulat Pecahan

1; 4; 8; ½; 2/7 dsb
-2; -5
2. Tanda pertidaksamaan
• Tanda < melambangkan “lebih kecil dari”
• Tanda > melambangkan “lebih besar dari”
• Tanda ≤ “lebih kecil dari atau sama dengan”
• Tanda ≥ “lebih besar dari atau sama dengan”

3. Sifat
• Jika a ≤ b, maka –a ≥ -b
• Jika a ≤ b dan x ≥ 0, maka x.a ≤ x.b
• Jika a ≤ b dan x ≤ 0, maka x.a ≥ x.b
• Jika a ≤ b dan c ≤ d, maka a + c ≤ b+ d
FUNGSI
Pengertian

Himpunan hasil kali Cartesius ini dikenal dgn hubungan. Tetapi ada hubungan
dimana satu unsur X dihubungkan dengan satu unsur Y. (tidak setiap unsur X
dihubungkan dengan setiap unsur Y)
Dengan denah Venn sbb:

X Y
◦ •
◦ • Hubungan 1 - 1
◦ •

Hubungan dengan kasus diatas, bahwa untuk setiap nilai x dihubungkan (hanya
terdapat satu) nilai y yang sesuai, disebut dengan bentuk hubungan atau fungsi.
Jelasnya fungsi LINEAR
Perhatikan juga contoh berikut:

y = f(x)
•x1
•y1
y1 • •
•x2
•yn
•xn

x1 x2
X
0 X Y

Gambar di atas, nilai x1 dan x2 dalam X, dihubungkan dengan nilai y1 dalam Y,


dengan bentuk y = f(x)
Fungsi disebut juga TRANSFORMASI, jadi x di transformasikan di dalam
himpunan y.
Transformasi mengandung pengertian yang luas:
a. x menentukan besarnya nilai y
b. x mempengaruhi nilai y
c. Dll.
Pernyataan y = f(x)
dibaca: y merupakan fungsi dari x
atau
dicatat : f : x  y

ditransformasi
aturan

simbol “f” diartikan sebagai “aturan” transformasi unsur himp. X kedalam


himpunan Y
Lebih spesifik: Fungsi: suatu bentuk hubungan matematis yang menyatakan
hubungan ketergantungan (hub fungsional antara satu variabel dengan variabel
lain)
Perhatikan: y = f(x)
x merupakan sebab (variabel bebas)
y akibat dari fungsi (variabel terikat)

Himpunan semua nilai-nilai x, disebut sebagai Domain atau Daerah fungsi (D f) dan
nilai y disebut dengan Range atau Wilayah fungsi (Rf = Wf).
Df = { x / x ε X }
Wf = { y / y ε Y }

Misal: Biaya total C dari suatu perusahaan setiap hari merupakan fungsi dari
output Q tiap hari:
C = 150 + 7Q. Perusahaan memiliki kapasitas limit sebesar 100 unit per
hari.Berapa Daerah dan Range dari fungsi biaya?

Jawaban:
Df = { Q / 0 ≤ Q ≤ 100 }
Rf = { C / 150 ≤ C ≤ 850 }  Dapat Anda jelaskan ?
MACAM-MACAM FUNGSI
a. Fungsi
Polinomial
Bentuk umumnya :
y = a + bx + cx2 + . . . + pxn

y
y
y

Slope = a1
case c < 0

a0 a0
x x
x

Konstan, jika n = 0 Linear, jika n = 1 Kuadratik, jika n = 2


y=a y = a + bx Y = a + bx + cx2
Fungsi kubik
y = a + bx + cx2 + dx3
y • Titik maksimum

Titik belok

Fungsi polinom derajad 4


y = a + bx + cx2 + dx3 + ex4 x
y

Titik
maksimum

Titik minimum
x
b. Fungsi Rasional
Fungsi ini, dengan y dinyatakan sebagai rasio dua polinomial dengan variabel x
atau juga berupa fungsi hiperbola.

Hiperbola: y = (a/x),
a>0

x
0

c. Fungsi eksponensial dan logaritma

y y
Eksponensial y = bx Logaritma y=
,b>1 logbx

x 0 x
0
Fungsi linear
• Fungsi linear merupakan bentuk yang paling dasar dan sering digunakan
dalam analisa ekonomi
• Fungsi linear merupakan hubungan sebab-akibat dalam analisa ekonomi –
misalnya:
- antara permintaan dan harga
- invests dan tingkat bunga
- konsumsi dan pendapatan nasional, dll
• Fungsi linear adalah fungsi polinom, tetapi n = 1 atau fungsi polinom
derajad-1.

Bentuk umum
Diturunkan dari fungsi polinom:
y = a0 + a1x + a2x2 + . . . + anxn

Disebut fungsi linear jika n = 1 yaitu


y = a + bx  bentuk umum
Contoh:

y = 4 + 2x  a = 4
b=2
Pengertian: a = 4, penggal garis pada sumbu vertikal y
y

b
a + bx
y= b
b a0 = penggal garis y = a + bx,
b pada sumbu y yaitu nilai y saat x
∆y = b =0
∆x
a

x
0 1 2 3 4 5

b = lereng garis atau ∆y/Δx


pada x = 0, ∆y/∆x = b; pada x = 1, ∆y/∆x = b
Kurva (grafik) fungsi
Fungsi Linear, kurvanya garis lurus karena lerengnya sama.
Misalkan

y = 36 – 4x
maka; b = -4  (∆y/∆x)
a = 36

• Menggambarkan kurvanya cukup mencari titik potong (penggal) dengan:


sumbu x dan penggal dengan sumbu y
• Hubungkan kedua titik penggal tersebut
• Titik penggal pada sb x,  y = .., x = … atau titik (…, …)
Titik penggal pada sb y,  x = .., y = … atau titik
(…, …)
Grafik:

y
36 • (0,36)

y = 36 – 4x
18

(9,0)
• x
0
9

Grafik dengan lereng negatip


Fungsi non linear (kuadratik)

Fungsi non linear juga merupakan bentuk yang sering digunakan dalam
analisa ekonomi
Sebagaimana fungsi linear, fungsi non linear juga merupakan hubungan
sebab-akibat
Fungsi linear adalah fungsi polinom, tetapi n = 2 atau fungsi polinom derajad-
2.

Bentuk umum
Diturunkan dari fungsi polinom:
y = a0 + a1x + a2x2 + . . . + anxn

Disebut fungsi kuadratik jika n = 2 dan a2 ± 0, yaitu y = a0 + a1x + a2x2


atau sering
Contoh - 1: ditulis: y = a + bx + cx
2
Contoh - 2:

y = 8 – 2x – x2 y = 6 + 4x + 2x2
a=8 a=6
b = -2 b=4
c = -1 (a < 0) c = 2 (a > 0)
Menggambar kurva non linear kuadratik
a. Cari titik penggal dengan sb x, pada nilai y = 0
0 = 8 – 2x – x2 atau 8 – 2x – x2 = 0
Menyelesaikan persamaan ini dapat melalui dua cara: 1.
Faktorisasi
Maksudnya, menguraikan ruas utama fungsi tersebut menjadi bentuk perkalian
ruas-ruasnya atau disebut bentuk perkalian dua fungsi yang lebih kecil
Faktorisasi persamaan di atas menghasilkan:
(2 - x)(4 + x) f(x) = g(x).h(x)
(2 - x)(4 + x) = 0
(2 - x) = 0, berarti x = 2, di titik (2, 0)
(4 + x)= 0, berarti x = -4, dititik (-4, 0)

2. Memakai rumus kuadrat (bujur sangkar)

-b ± √ b2 – 4ac x=
2c
- (-2) ± √ (-2)2 – 4(-1)(8) =

2(-1)
2 ± √ 4 + 32 2±6
x = =
-2 -2

x1 = (2 + 6)/(-2) = -4,  titik (-4, 0)


x2 = (2 – 6)/(-2) = 2,  titik (2, 0)
Hasilnya sama dengan cara faktorisasi.

b. Cari titik penggal dengan sb y, pada nilai x = 0


y = 8 – 2x – x2, untuk x = 0, y = 8, titik (0,8)
c. Karena ciri fungsi kuadrat memiliki titik maksimum atau minimum (lihat
gambar terdahulu) maka titik ini harus dicari.
MENCARI TITIK MAKS ATAU MIN

Sifat fungsi kuadratik


a. Memiliki titik maks atau min yang disebut titik ekstrim
Titik maks jika a < 0 dan min jika a > 0

b. Titik maks atau min pada titik (x, y) dengan:

-b b2 – 4ac
x = ----, dan y = -----------
2a -4a

c. Kurvanya simetri pada titik xmaks/min

y = 8 – 2x – x2, a < 0  berarti maks


xmaks = -(-2)/(2)(-1) = -1
ymaks = [(-2)2 – 4(-1)(8)]/(-4)(-1) = 36/4
= 9.  titik maks (-1, 9).
Hubungan dua garis

Dua buah garis dengan fungsi linier dapat:


a. berimpit

Berimpit: Jika dan hanya jika


+ b1
a 1x a1 = a 2
y1 =
x + b2
= a2
y2 b1= b2

b. Sejajar

+ b1
a 1x Sejajar: Jika dan hanya jika
y1 =
a1 = a2
b2
a 2x + b1 ± b2
y2 =
c. Berpotongan
Berpotongan: jika dan hanya
y jika
Ttk pot
+ b 1x a1 ± a2
a1
•y y1 = b1 ± b 2
2 =a
2 -b
2 x
x

Dua garis fungsi linear dan fungsi non linear hanya dapat berpotongan.

y
Ttk pot
x Ttk pot
a1 + b1
a<0 • y1 =
• a>0
y2 = a + bx + c x2

x
Mencari titik potong dua garis/persamaan

Pada saat dua fungsi berpotongan, maka nilai x dan y sama pada perpotongan
tersebut
Caranya:
(1) Bentuk fungsi harus y = f(x)
(2) samakan kedua fungsi untuk mendapat titik potong

Cari titik potong fungsi x = 15 – 2y dan 3y = x +3


x = 15 – 2y  y = -(1/2)x + 15/2
3y = x +3  y = (1/3)x + 1
-(1/2)x + 15/2 = (1/3)x + 1
-(1/2)x – (1/3)x = 1 – 15/2
x = 78/10
Untuk mendapatkan y, substitusi x = 7,8 pada salah satu fungsi:
y = (1/3)x + 1, untuk x = 78/10;
= (1/3)(78/10) + 1
= 36/10

Titik potong fungsi (x, y) = (7,8 , 3,6)


Mencari titik potong dua garis/persamaan

(1) 2x + 3y = 21 dan
(2) x + 4y = 23

Pada saat dua fungsi berpotongan, maka nilai x dan y sama pada saat
perpotongan tersebut.
Ubah persamaan di atas menjadi bentuk y = f(x)
(1) 2x + 3y = 21  3y = 21 – 2x atau y = 7 – (2/3)x
(2) x + 4y = 23  4y = 23 – x atau y = (23/4) – (1/4)x

Titik potong kedua garis:

7 – (2/3)x = (23/4) – (1/4)x


7 – (23/4) = (2/3)x – (1/4)x
5 = (5/12)x
x = 12.  y = 11/4  (12, 11/4)
PENGGUNAAN FUNGSI DALAM EKONOMI

Analisa keseimbangan pasar


Keseimbangan pasar – Model linear
Asumsi- 1: Keseimbangan pasar terjadi jika “ekses demand” = 0 atau (Q d – Qs =
0)
Asumsi- 2: Qd = jumlah permintaan adalah fungsi linear P (harga). Jika harga
naik, maka Qd turun.
Asumsi- 3: Qs = jumlah penawaran adalah fungsi linear P. Jika harga naik, maka
Qs juga naik, dengan syarat tidak ada jlm yang ditawarkan
sebelum harga lebih tinggi dari nol.
Persoalan, bagaimana menentukan nilai keseimbangan ?
Dalam pernyataan matematis, keseimbangan terjadi pada saat:
Qd = Qs
Qd = a - bP, slope (-) (1)
Qs = -c + dP, slope (+) (2)
Gambarnya sbb:

Q d, Q s
a Qs = -c + dP
Qd = a -bP

Q0 keseimbangan

0 P
P1 P0
-c
Kasus lain, keseimbangan dapat dilihat sbb:

Qs = 4 – p2 dan Qd = 4P – 1
Jika tidak ada pembatasan misalnya, berlaku dalam ekonomi, maka titik potong
pada (1, 3), dan (-5, -21) tetapi karena batasan hanya pada kuadran I (daerah
positip) maka keseimbangan pada (1, 3)}

4 QS = 4p - 1

3 1,3 keseimbangan

QD = 4 - p 2

0 1 2

-1
Keseimbangan pasar (lanjutan)
Pada nilai Q dan p berapa terjadi keseimbang-an permintaan dan penawaran dari
suatu komoditi tertentu jika:

Qd = 16 – P2 , (Permintaan)
QS = 2p2 – 4p (penawaran)

Gambarkan grafiknya
Apa yang terjadi jika p = 3.5 dan p = 2.5

Penjelasan
Pada saat keseimbangan maka Qd = Qs

16 – p2 = 2p2 – 4p

3p2 – 4p – 16 = 0

Ingat fungsi polinom derajad 2 atau n = 2 dengan bentuk umum:


a + bx + cx2
Koefisien a = -16, b = -4, dan c = 3
p (-b) ± (b 2
– 4ac) 1/2
4 ± (16 + 192) 1/2
= = 3.1
= 2a 6 (+)
Jadi keseimbangan tercapai pada Jml
Qd = 16 – p = 16 - (3.1) = 6.4
2 2
komoditas 6.4 dan harga 3.1. Atau (Q,
p) = (6.4 , 3.1)
Grafik:
Fungsi Permintaan: Qd = 16 – p2
a. Titik potong dengan sb Q  p = 0; Q = 16, (16,0) b. Titik potong dengan sb p 
Q = 0; 16 – p2 = 0
(p – 4)(p + 4). p – 4 = 0, p = 4, ttk (0, 4)
p + 4 = 0, p = -4, ttk (0, -4)
c. Titik maks/min: (Q,p)
Q = (-b/2a) = 0/-2 = 0
p = (b2 – 4ac)/(-4a) = 0 – 4(-1)(16)/(-4)(-1)) = 16
atau pada titik (0, 16)
Fungsi penawaran; Qs = 2p2 – 4p
a. Titik potong dengan sb Q  p = 0; Q = 0, (0,0)
b. Titik potong dengan sb p  Q = 0; 2p2 – 4p = 0
Atau 2p(p – 2) = 0; 2p = 0; p = 0; ttk pot (0, 0)
(p – 2) = 0; p = 2; ttk pot ( 0, 2)
c. Titik maks/min: (Q,p)
Q = (-b/2a) = 4/4 = 1
p = (b2 – 4ac)/(-4a) = (-4)2 – 4(2)(0)/(-4)(2) = 2
atau pada titik (1, 2)
Grafik:

Qs
p

4
3.1
Qd
2

Q
0 6.4 16

Apa yang terjadi jika p = 3.5 dan p = 2.5


Untuk p = 3.5, terjadi ekses supply dan p = 2.5, terjadi ekses demand
Penjelasan ekses suplai dan ekses demand

p Qs

Qd

Ekses demand mendorong harga naik, dan ekses supply mendorong harga
turun.
DERIVATIF
1.1. Pengantar Kalkulus
Kalkulus khususnya bahasan matematika tentang
a. Fungsi
b. Derivatif atau fungsi turunan
c. Derivatif parsial dan
d. Integral

Sangat luas penggunaannya dalam ilmu ekonomi.Khusus tentang derivatif


(kalkulus diferensial) dapat diinventarisir aplikasinya dalam ilmu ekonomi
diantaranya:
b. Elastisitas, khususnya elastisitas permintaan
c. Elastisitas produksi
d. Biaya total, rata-rata dan marginal
e. Revenue dan marginal revenue
f. Maksimisasi penerimaan dan profit.
g. dll.

Pendekatan matematis yang sangat pesat dewasa ini membuat seorang ahli
ekonomi termasuk Agric. Economist, atau agribussines manager perlu
mendalami pengetahuan kalkulus diferensial dan integral. Untuk kesempatan
ini, kalkulus diferensial dan aplikasinya dalam ekonomi lebih diutamakan.
1.2. Limit fungsi
Perhatikan fungsi h yang diberikan dengan persamaan:

2x2 + x - 3
h(x) = -------------
x-1
Persamaan ini harus disederhanakan sedemikian rupa, supaya jika
disubstitusikan nilai x = 1, (perhatikan pembagi/penyebut) maka nilainya ±
0/0 (bentuk tak tentu)
Untuk tujuan ini, fungsi tersebut diuraikan atas faktornya, sehingga:

2x2 + x - 3 (x-1)(2x +3)


h(x) = ------------- = ------------- = 2x + 3
x-1 x-1

x2 - 4
Demikian juga jika g(x) = ---------, nilainya akan tak
tentu, untuk x = 2 x-2
Karena itu g(x) disederhanakan menjadi:

(x – 2)(x + 2)
g(x) = ------------------- = x + 2.
x-2
Fungsi h dengan persamaan diatas grafik sebagai berikut:

5 ◦ Fungsi h tidak terdefinisi di titik x


y = h(x) = 1. Untuk x ± 1, maka h(x) = 2x +
4
3. Sehingga untuk x mendekati 1,
3 h(x) akan mendekati 5. Dikatakan
limit fungsi h dititik x = 1 adalah 5.
2

0 1 x

x<1 h(x) x>1 h(x)


0.8 4.6 1.2 5.4
0.9 4.8 1.1 5.2
0.95 4.9 1.05 5.1
0.99 4.98 1.01 5.02
0.995 4.99 1.005 5.01
0.999 4.998 1.001 5.002
Keadaan di atas, dicatat sebagai:

2x2 + x - 3
lim h(x) = lim ------------- = 5
x1 x1 x-1

Baca: limit fungsi h(x) untuk x menuju 1

Demikian juga dengan g(x) di atas

x2 - 4
lim g(x) = lim --------- = 4
x x x-2
2 2
x<2 h(x) x>2 h(x)
1.8 3.8 2.2 4.2
1.9 3.9 2.1 4.1
1.95 3.95 2.05 4.05
1.99 3.99 2.01 4.01
1.995 3.995 2.005 4.005
1.999 3.999 2.001 4.001
1.3. Pengertian Derivatif
Suatu fungsi dengan persamaan y = f(x) mempunyai nilai (terdefinisi) pada x
= x0 dan y = f(x) kontinu di titik tersebut, maka:

lim f(x) = f(x0)


x -> x0

Y
Y = f(x) diskontinu
pada x
Y = f(x)
= x0
Y=f(x)

y1 ◦
y0 y0
• Y = f(x) kontinu •
pada x
= x0
x x0
x0
0
Sehingga f(x) – f(x0)
------------------ = ---
x – x0
0

f(x) – f(x0) disebut dengan derivatif x – x0 fungsi f dititik x


Maka lim
------------------
= x0 .
x->x0

Dengan mensubstitusi Δx = x – x0, atau x = x0 + Δx, untuk x-> x0 berarti Δx


->0 atau:

f(x0 + Δx) – f(x0)


lim -------------------------- merupakan derivatif atau
Δx-> 0
Δx turunan fungsi.
Simbol derivatif fungsi dilambangkan dg:

f’(x) atau dy/dx atau y’ atau Dxy.


Atau dengan penjelasan lain: Ump. y = f(x) dengan kurva sbb:
y = f(x)
Y = f(x)
y + Δy = f(x + Δx)
y1
y Δy
Besarnya pertambahan adalah: ◦ Δx

Δy = f(x + Δx) – f(x) dibagi dg Δx: x x1

Δy/Δx = f(x + Δx) – f(x)


------------------------------------
Δx

f(x + Δx) – f(x)


lim Δy/Δx -----------------------------
= Δx->0 Δx

adalah turunan fungsi tsb yaitu: y’ = f’(x) = dy/dx


Contoh. Cari turunan y = f(x); y = x2 + 1, dititik x = 5. Jika x ditambah sebesar
Δx, maka y akan bertambah sebesar Δy.
y + Δy = (x + Δx)2 + 1
y = x2 + 1 (-)
Dengan pengurangan:
y + Δy = (x + Δx)2 + 1 – (y = x2 + 1)
Δy = (x + Δx)2 + 1 – x2 – 1
Δy = x2 + 2xΔx + (Δx)2 + 1 – x2 – 1
Δy = 2xΔx + (Δx)2

2x Δx + (Δx)2
Δy/Δx = Δx
= 2x + Δx

lim Δy/Δx = lim 2x + lim Δx


Δx ->0 Δx ->0 Δx ->0

dy/dx = 2x + 0
= 2x

dititik x = 5, berarti dy/dx untuk x = 5 adalah 10.


1.4 Rules of differentiation

Rule 1: Derivative of a power function

Fungsi pangkat (power function) y = xn


y + Δy = (x + Δx)n
Δy = (x + Δx)n – y
Δy = (x + Δx)n – xn

Δy
Lim = lim nxn-1 atau
Δx->0Δx Δx->0

dy/dx = nxn-1

Contoh: y = x5
dy/dx = 5x4.
Misal C = total cost, q = output C = q3
derivatif C thdp q = 3q2.
Rule 2: Multiplication by a constant.

y = f(x)= cx2, c adalah konstanta, dy/dx?

y + Δy = c(x + Δx)2
Δy = cx2 + c2xΔx + c(Δx)2 – cx2
= c2xΔx + c(Δx)2

Δy
---- = c2x + c(Δx)
Δx
Δy ---- = lim c2x ,
lim Jadi dy/dx = c2x
Δx
Δx->0 Δx->0

dy/dx = ncxn-1

Contoh: y = f(x) = 5x2


f’(x) = 5(2)x2-1 = 10x
Rule 3: Derivative of a sum

f(x) = g(x) + h(x)


Dengan pembuktian yang sama spt rule (1) dan (2) diperoleh:
f’(x) = g’(x) + h’(x)
Demikian juga untuk:
f(x) = g(x) + h(x) + k(x)
f’(x) = g’(x) + h’(x) + k’(x)
Derivatif penjumlahan dua fungsi atau lebih sama dengan pengurangan atau
selisih.

f(x) = g(x) – h(x);


f’(x) = g’(x) – h’(x).

Contoh:
Cari derivatif f(x) = 7x4 + 2x3 – 3x + 37
g(x) = 7x4; g’(x) = 28x3
h(x) = 2x3; h’(x) = 6x2
k(x) = -3x; k’(x) = -3
l(x) = 37; l’(x) = 0
jadi f’(x) = 28x3 + 6x2 – 3
Rule 4: derivative of a product

Fungsi hasil kali berbentuk

y = f(x) = g(x).h(x)
f’(x) = g(x).h’(x) + h(x).g’(x)

Contoh: y = f(x) = (2x + 3)(3x2)


g(x) = (2x + 3); g’(x) = 2
h(x) = 3x2; h’(x) = 6x
Jadi:
f’(x) = (2x + 3)(6x) + (3x2)(2)
= 12x2 + 18x + 6x2
= 18x2 + 18x.
Rule 5: derivatif of a quotient

Bentuk umum hasil bagi dua fungsi:

y = f(x) = g(x)/h(x).

g’(x)h(x) – g(x)h’(x)
f’(x) = [h(x)]2

Contoh: f(x) = (2x – 3)/(X + 1).


g(x) = 2x – 3; g’(x) = 2
h(x) = x + 1; h’(x) = 1

(2)(x + 1) – (1)(2x – 3)
f’(x) (x + 1)2
= 2x + 2 – 2x + 3
=
(x + 1)2
5
=
(x + 1)2
Rule 6: Chain rule

Fungsi berantai bentuknya sbb:


y = f(z) z =
y = f(u) u = g(u) u = h(x)
g(x)
Dicari derivatif y terhadap x Dengan cara yang sama
atau dy/dx. Dari u = g(x) didpt
du/dx. Dari y = f(u) didpt dy/du,
Maka
dy dy . du dy dy du dz
= =
dx du dx dx du dz dx

Contoh: Misalkan x adalah lahan, yang dapat menghasilkan y unit gandum dan
z adalah roti yg terbuat dari gandum. Umpamakan setiap unit lahan (x)
dihasilkan 2 unit gandum (y) sehingga: y = 2x
Untuk setiap unit gandum (y) dapat diproduksi 15 unit roti (z), yang
digambarkan sebagai:
z = 15y
Apabila ada perubahan sejumlah kecil lahan (x), maka berapa besar perubahan
roti (z) akan terjadi dari perubahan tersebut? Hal ini merupakan masalah hukum
berantai dari turunan fungsi (derivatif). dy/dx merupakan perubahan y apabila
sejumlah kecil perubahan x yaitu dy/dx = 2. Perubahan z apabila ada perubahan
y dz/dy = 15. Oleh karena itu perubahan z apabila ada perubahan x menjadi:
Contoh: Jika y = uv, dimana u = s3 dan s = 1 – x.
v = t2 dan t = 1 + x2

u = s3,  du/ds = 3s2 v = t2,  dv/dt = 2t


s = 1 – x  ds/dx = -1 t = 1 + x2  dt/dx = 2x

y = uv, adalah bentuk hasil kali berarti


dy/dx = u.dv/dx + v.du/dx
= u(dv/dt)(dt/dx) + v(du/ds)(ds/dx)
= s3(2t)(2x) + t2(3s2)(-1)
= 4s3tx -3t2s2
= s2t(4sx – 3t)
Substitusi, dy/dx = (1-x)2(1+x2)[4(1-x)(x) – 3(1+x2)]

Contoh: Jika y = (1 + x2)3, dapatkan dy/dx. Dengan memakai derivatif fungsi


berantai: Mis u = 1 + x2, dan oleh karena itu y = u3

dy/dx = (dy/du)(du/dx)
= (3u2)(2x)
= 6x(u)2
= 6x(1 + x2)2.
1.5. Derivatif of higher order

Jika y = f(x), maka derivatif pertama dicatat sebagai dy/dx atau f’(x). Derivatif
kedua dilambangkan dengan:
d2y/dx2 atau f”(x) atau y”
Demikian seterusnya untuk derivatif yang lebih tinggi. Semua hukum-hukum
yang sudah dibahas, berlaku untuk mencari derivatif orde yang lebih tinggi.

Contoh: Hitung derivatif y = f(x) = x3 – 3x2 + 4, dan hitung nilainya untuk x =


2.

f(x) = x3 – 3x2 + 4, f(2) = 8 – 12 + 4 = 0


f’(x) = 3x2 – 6x, f’(2) = 12 – 12 = 0
f”(x) = 6x – 6 f”(2) = 6
f”’(x) = 6 f”’(2) = 6.
1.6 Derivatif parsial

Teknik ini digunakan untuk suatu fungsi lebih dari satu variabel. z = f(x, y)
atau z = f( u, v, x) dst
Banyak kejadian terdiri dari beberapa variabel.
Contoh: Qd = f(h, hkl, sK, i,)
dimana h = harga komoditi itu sendiri
hkl = harga komoditi lain
sK = selera konsumen
i = income
Umpamakan kita berhadapan dengan fungsi:
z = f(x , y), bila y dianggap tetap, maka z hanya merupakan fungsi x dan
derivatif z ke x dapat dihitung.

Derivatifnya disebut derivatif parsial atau turunan parsial dari z ke x dan


dilambangkan dengan:
∂z/∂x atau ∂f/∂x atau fx
Demikian juga jika x dianggap tetap, maka derivatif parsial ke y dapat dihitung,
dan dilambangkan dg:
Δx->0 ∂z/∂y atau ∂f/∂y Δx
Δx->0 atau fy
Derivatif parsial z ke x didefinisikan sebagai:

∂z/∂x = lim Δz/Δx = lim f(x + Δx, y) – f(x, y)


Derivatif parsial z ke y didefinisikan sebagai:

∂z/∂y = lim Δz/Δy = lim f(x,y + Δy) – f(x, y)


Δy->0 Δy->0 Δy
Contoh: Jika z = 3x2 + 2xy – 5y2 , maka:
∂z/∂x = 6x + 2y
∂z/∂y = 2x – 10y

Derivatif parsial kedua juga dapat dicari sbb:

Contoh: z = (x2 + y2)3

∂z/∂x = fX = 3(x2 + y2)2(2x) = 6x(x2 + y2)2


∂z/∂y = fy = 3(x2 + y2)2(2y) = 6y(x2 + y2)2
∂2z/∂x2 = fXX = 12x(x2 + y2)(2x) = 24x2(x2 + y2)
∂2z/∂y2 = fyy = 12y(x2 + y2)(2y) = 24y2(x2 + y2)
∂2z/ ∂y∂x = fyx = 12x(x2 + y2)(2y) = derivatif ∂z/∂x thd y 24xy(x2
+ y2).
∂2z/∂x∂y = fxy = 12y(x2 + y2)(2x) = 24xy(x2 + y2)

Simbol derivatif parsial ∂z/∂x juga dilambangkan ∂f/∂x atau fx.


Fungsi turunan kedua dilambangkan:
∂2z/∂x2 atau ∂2f atau fxx
Fungsi turunan fx terhadap y dilambangkan fyx
Fungsi turunan fy terhadap x dilambangkan fxy

f =f
Maksimum dan minimum

y = f(x)
 akan maksimum pada saat:
dy/dx = 0
dan d2y/dx2 < 0
• akan minimum pada saat:
dy/dx = 0
dan d2y/dx2 > 0
• akan mempunyai titik belok (inflection point) pada:
dy/dx = 0
dan d2y/dx2 = 0

Apabila fungsinya lebih dari dua variabel:


z = f(x, y) atau f(x1, x2),

Maksimum jika fx = 0, fy Minimum jika fx = 0, fy


=0 =0
fxx < 0, fyy < 0 fxx > 0, fyy > 0
fxxfyy – (fxy)2 > 0 fxxfyy – (fxy)2 > 0
Contoh: Periksa apakah fungsi berikut ini mempunyai titik maksimum,
minimum atau titik belok dan hitung nilai f(x) pada titik tersebut.

y = f(x) = -x2 + 4x + 7
dy/dx = -2x + 4 = 0; nilai x = 2
d2y/dx2 = -2 < 0; berarti mempunyai titik maks. pada x = 2.
nilai ymaks atau f(x)maks = -(2)2 + 4(2) + 7 = 11
Contoh: Tentukan nilai ekstrim (maks/min) dari:
z = x2 + xy + y2 – 3x + 2
Langkah-langkah:
a. Derivatif pertama: fx = 2x + y – 3
fy = x + 2y
b. fx = 0 dan fy = 0
2x + y – 3 = 0
x + 2y = 0
Dari 2x + y – 3, didapat y = 3 – 2x.
Substitusi y = 3 – 2x ke persamaan x + 2y = 0
didapat x + 2(3 – 2x) = 0; x + 6 – 4x = 0
atau 3x = 6  x = 2.
Untuk x = 2, y = 3 – 2(2) = -1.
Artinya titik (2, -1) merupakan titik maks atau min
c. Uji dengan derivatif kedua:
fxx = 2; fyy = 2; fxy = fyx = 1
fxxfyy – (fxy)2 = 2.2 – 12 = 3 > 0
artinya fungsi z mempunyai titik minimum pada titik (2, -1).
d. Nilai zmin = (2)2 + (2)(-1) + (-1)2 – 3(2) + 2
= 4 – 2 + 1 – 6 + 2 = -1.
1.7 Aplikasi dalam ekonomi

1) Elastisitas permintaan
Elastisitas permintaan adalah persentase per-ubahan jumlah komoditi
diminta apabila terdapat perubahan harga.
Jika q = komoditi yg diminta, Δq = perubahannya, p = harga komoditi, Δp =
perubahannya
Δq/q Δq/q Δq p dq p
Ed = ------ = lim ------- = lim ---- -- = ---- --
Δp/p Δp->0Δp/p Δp->0 Δp q dp q

Contoh:
Umpamakan fungsi permintaan q = 18 -2p2 hitung elastisitas permintaan jika
harga berkurang 5% (bukan mendekati nol) dari p = 2, q = 10. Gunakan
pendekatan derivatif.

Pendekatan definisi: p = 2; Δp = 0.05 berarti


p1 = 2 – 2(0.05) = 1.9

Untuk p1 = 1.9, maka q = 18-2p2 = 18 – 2(1.9)2 = 10.78


untuk p = 2, maka q = 18-2p2 = 18 – 2(2)2 = 10

Berarti Δq = 10.78 – 10 = 0.78


2) Total Cost, Average cost and marginal cost

 TC = f(q),
merupakan fungsi biaya , dimana TC = total cost, dan q = produk yang
dihasilkan.
 TC/q = f(q)/q,
merupakan fungsi biaya rata-rata.
 MC = dTC/dq,
merupakan derivatif dari TC, sebagai biaya mar-ginal. Biaya marginal
adalah tambahan biaya yg dibutuhkan per satuan tambahan produk.
Hubungan TC, AC dan MC, seperti kurva dibawah ini.

TC
Rp
AC
MC

FC

q
Contoh dengan data diskrit

q FC VC TC AC MC
1 100 10 110 110.00 -
2 100 16 116 58.00 6.0
3 100 21 121 40.33 5.0
4 100 26 126 31.50 5.0
5 100 30 130 26.00 4.0
6 100 36 136 22.67 6.0
7 100 45.5 145.5 20.78 9.5
8 100 56 156 19.50 10.5
9 100 72 172 19.10 16

Contoh dengan fungsi biaya:


TC = q3 – 4q2 + 10q + 75.
FC = Fixed Cost = 75
VC = Variable cost = q3 – 4q2 + 10q

MC = dTC/dq = 3q2 – 8q + 10
AC = TC/q = q2 – 4q + 10 + 75/q
3) Revenue and Marginal revenue
Apabila fungsi permintaan diketahui, maka Total Revenue (TR) adalah
jumlah produk yang diminta dikali harga. Jadi jika q = kuantitas diminta
dan p = harga dengan q = f(p) maka:

TR = qp = f(p).p TR, MR, p


Marginal Revenue (MR) = dTR/dq.
Contoh: MR
Fungsi Permintaan; 3q + 2p = 9; 4
2p = 9 – 3q atau
p = 9/2 – (3/2)q p
TR = p.q atau
TR = (9/2)q – (3/2)q2
MR = dTR/dq
= 9/2 – 3q 0 3 q
4). Fungsi produksi
Seorang produsen dalam teori ekonomi paling tidak harus mengambil dua
keputusan apabila dilandasi oleh suatu asumsi produsen berusaha
memperoleh profit maksimum, adalah:
a. Jumlah produk yang yang akan diproduksi
b. Menentukan kombinasi input-input yang digunakan dan jumlah tiap
input tsb.

Landasan teknis dari produsen dalam teori ekonomi disebut dengan FUNGSI
PRODUKSI. Fungsi produksi = persamaan yang menunjukkan hubungan
antara tingkat penggunaan input-input dengan tingkat output.

Fungsi produksi, secara umum dicatat:


Q = f(x1, x2, x3, … , xn)
Q = output
xi = input-input yang digunakan, i = 1, 2, 3, … , n
Apabila dalam proses produksi:
Q = f(x1/x2, x3, … , xn)
input xI ditambah terus menerus, sedangkan input lain tetap, maka fungsi
produksi itu tunduk pada hukum : The law of diminishing returns “bila satu
macam input, terus ditambah penggunaannya sedang penggunaan input lain
tidak berubah, maka tam-bahan output yg dihasilkan dari setiap tambahan
input, mulai-mula meningkat, kemudian menurun, dan akhirnya negatip”.
Tambahan output yg didapat karena adanya tam-bahan satu unit input
dinamakan Produk Fisik Marginal (Produk Marginal = PM).
PM = ∂Q/∂xi, i = 1, 2, 3, … , n
Selain produk marginal, fungsi lain yang dapat di-turunkan dari fungsi
produksi adalah fungsi Produk Rata-rata (PR).
PR = Q/x = f(x)/x
Jadi ada hubungan antara Q atau produk total (PT) dengan PM dan
PR.Hubungan tersebut di-tunjukkan oleh kurva berikut ini.
Q
X1 Q PM PR
Q = PT
1 10 - 10
2 24 14 12
3 39 15 13
4 52 13 13
5 61 9 12.2
6 66 5 11
7 66 0 9.4
8 64 -2 8
x

PM

PR
x
Ciri-ciri grafik fungsi produksi dicatat sbb: pada saat PT maks, maka PM = 0,
pada saat PR maks, maka PM = PR, dan PR maks pada saat grs lurus dari titik
nol (origin) menyinggung kurva PT.
Kurva produksi yang dijelaskan di atas, hanya jika input variabel terdiri atas
satu input. Untuk
Q = f(x1, x2)/x3, … , xN)
atau dua input variabel,
z maka kurvanya dalam ruang spt berikut:

x1

x2
MATRIKS
Matriks adalah data kuantitatif yang disusun dalam bentuk “baris” dan “lajur”.
Contoh: Harga gula pasir di 3 kota selama 3 bulan (rata-rata)

Bulan A B C
Kota
Jan 4000 4500 4200
Feb 4200 4600 4500
Mar 4200 4700 4500
Dengan catatan matriks ditulis:
A = 4000 4500 4200 B= 1 0 1 4
4200 4600 4500 3 2 6 7
4200 4700 4500 9 8 4 1

Bentuk umum sbb:


A = a11 a12 … a1n Notasi matriks
a21 a22 … a2n Untuk menyederhanakan dicatat:
: : : A = (aij)mxn
mxn
am1 am2 … amn
m = jml baris; n = jml lajur
Vektor
Kumpulan data/angka yang terdiri atas satu baris disebut: VEKTOR BARIS, jika
satu lajur disebut dengan VEKTOR LAJUR/KOLOM. Dengan demikian, dpt
disebut bahwa matriks terdiri atas beberapa vektor baris dan beberapa vektor
lajur.
Vektor baris: Vektor lajur
a’ = (4, 1, 3, 2) b= 1 u= u1
x’ = (x1, x2, … xn) 2 u2
8 :
un

Penggandaan matriks
Matriks A = (aij)m.n dapat digandakan dgn B = (bij)p.q jika dan hanya jika lajur
matriks A = baris matriks B atau n = p
Cara penggandaan adalah vektor baris x vektor lajur dimana setiap baris A
digandakan dengan setiap lajur B seperti contoh berikut ini.
1 1 0 8 -1
2 4 5 1 1
6 7 8 1 2
(1)(8) + (1)(1) + (0)(1), (1)(-1) +
1 1 0 8 -1 (1 1 0) 8 , (1 1
= (1)(1) + (0)(2)
2 4 5 1 1= 0) -1
6 7 8 1 2 1 1 (2)(8) + (4)(1) + (5)(1), (2)(-1) +
1 2 (4)(1) + (5)(2)
(2 4 5) 8 , ( 2 4
(6)(8) + (7)(1) + (8)(1), (6)(-1) +
5) -1 9 0
(7)(1) + (8)(2)
1 1 =
25 12
1 2
(6 7 8) 8 , (6 7 63 17
8) -1
1 1
1 2
Putaran matriks

Matriks A = (aij)m.n, putarannya adalah A’ = (a’ij)n.m, sedangkan (a’ij) = (aji).

Contoh: A = 3 8 -9  A’ = 3 1
1 0 4 8 0
-9 4

D= 1 0 4  D’ = 1 0 4
0 3 7 0 3 7
4 7 2 4 7 2

Determinan matriks segi


Determinan suatu matriks segi adalah hasil perkalian unsur-unsur yang tidak
sebaris dan tidak selajur, dengan tanda tertentu. Determinan matriks A dicatat det
(A) atau |A|
Contoh: Hitung determinan matiks A = 2 7
4 9
det A = (2)(9) – (4)(7) = - 10.
Mencari matriks kebalikan dengan matiks adjoint
Umpamakan dibicarakan matiks A = a11 a12 a13
a21 a22 a23
a31 a32 a33

Untuk mencari matriks kebalikannya ditempuh langkah-langkah sbb:


a. Mencari minor setiap unsur apq atau Mpq, dimana p=q = 1, 2, 3. (baris = p, lajur
= q = 1, 2, 3)
Definisi: Minor unsur apq adalah determinan anak matriks dengan menghapus
baris p dan lajur q.
a11
Jadi M11a12
dihitung dengan
Minorcara berikiut:
unsur a11 = M11 = a22 a23 = a22a33 – a23a32
a13 a32 a33
a21 a22
a23
Minor unsur a12 = M12 = a21 a23 = a21a33 – a23a31
a31 a32 a31 a33
a33
Minor unsur a13 = M13 = a21 a22 = a21a32 – a22a31
a31 a32
Minor unsur a21 = M21 = a12 a13 = a12a33 – a13a32
a32 a33

Minor unsur a22 = M22 = a11 a13 = a11a33 – a13a31


a31 a33

Minor unsur a23 = M23 = a11 a12


a31 a32 = a11a32 – a12a31

Minor unsur a31 = M31 = a12 a13 = a12a23 – a13a22


a21 a23

Minor unsur a32 = M32 = a11 a13 = a11a23 – a13a21


a21 a23

Minor unsur a33 = M33 = a11 a12


a21 a22 = a11a22 – a12a21
b. Kofaktor.
Kofaktor unsur apq ialah αpq = (-1)p+qMpq.
Kofaktor unsur a11 = α11 = (-1)1+1M11
Kofaktor unsur a12 = α12 = (-1)1+2M12

Kofaktor unsur a13 = α13 = (-1)1+3M13


Kofaktor unsur a21 = α21 = (-1)2+1M21

Kofaktor unsur a22 = α22 = (-1)2+2M22

Kofaktor unsur a23 = α23 = (-1)2+3M23


Kofaktor unsur a31 = α31 = (-1)3+1M31

Kofaktor unsur a32 = α32 = (-1)3+2M32

Kofaktor unsur a33 = α33 = (-1)3+3M33


Setelah dapat kofaktor dari setiap unsur, susunlah matriks kofaktor K:

K = α11 α12 α13


α21 α22 α23
α31 α32 α33

Matriks kebalikan dari A = A-1 = (1/det A)(K’)


Perhatikan, kofaktor unsur sebenarnya hanya soal tanda dari minor sauté unsur.
Jika indeksnya genap, tandanya + dan jika indeksnya ganjil, tandanya negatip.

Contoh: Cari matriks kebalikan dari B = 4 1 -1


0 3 2
3 0 7

Matriks kofaktor K = 3 2 0 2 0 3 = 21 6 -9
-
0 7 3 7 3 0 -7 31 3
5 -8 12
1 -1 4 -1 4 1
- -
0 7 3 7 3 0

1 -1 4 -1 4 1
-
3 2 0 2 0 3
Matriks putaran K = K’ = 21 -7 5
6 31 -8
-9 3 12

Matriks kebalikan = B-1 adalah: (1/det B)K’.


det (B) = (4)(3)(7) + (1)(2)(3) + (0)(0)(-1) -(-
1)(3)(3) -(2)(0)(4) -(1)(0)(7) = 99

B-1 = (1/99) 21 -7 5
6 31 -8
-9 3 12

Untuk menguji, maka: BB-1 = I

4 1 -1 21/99 -7/99 5/99 = 1 0 0


0 3 2 6/99 31/99 -8/99 0 1 0
3 0 7 -9/99 3/99 12/99 0 0 1

B B-1 I
PENGGUNAAN MATRIKS KEBALIKAN DALAM EKONOMI (INPUT –
OUTPUT Analysis)
Dalam analisis ekonomi dikenal keterkaitan antar in-dustri (atau sektor industri).
Artinya output suatu sektor dipakai untuk memenuhi sektor lain, dan me-menuhi
permintaan akhir rumah tangga, pemerintah, pembentukan modal maupun ekspor.
Sementara Input suatu sektor dibeli dari sektor lain.
Dalam analisis ekonomi, sering hubungan antar satu sektor dgn sektor lain
dinyatakan dengan himpunan persamaan linear. Contoh analisis input-output
Leontief.
Dengan notasi matriks model I-O sbb:
AX + F = X atau
X - AX = F atau
(I – A)X = F pers matriks Leontief
X = F/(I - A) = (I – A)-1. F.
Matriks kebalikan
Leontief
0.2 0.3 0.2 x1 10 Mis. Sektor perekonomian terdiri dari
3 sektor Pertanian, Industri dan Jasa.
0.4 0.1 0.2 x2 5
0.1 0.3 0.2 x3 6
A X F

1 0 0 0.2 0.3 0.2 = 0.8 -0.3 -0.2


0 1 0- 0.4 0.1 0.2 -0.4 0.9 -0.2
0 0 1 0.1 0.3 0.2 -0.1 -0.3 0.8
I A I -A

0.8 -0.3 -0.2 x1 = 10


-0.4 0.9 -0.2 x2 5
-0.1 -0.3 0.8 x3 6
I-A X F
Matriks Kofaktor dari (I – A) adalah

M11 -M12 M13 = 0.66 0.34 0.21 , K’ = 0.66 0.30 0.24


-M21 M22 -M23 0.30 0.62 0.27 0.34 0.62 0.24
M31 -M32 M33 0.24 0.24 0.60 0.21 0.27 0.60

(I – A)-1 = 1/(det (I-A)K’ = 1 0.66 0.30 0.24


0.384
0.34 0.62 0.24
0.21 0.27 0.60
= 1.72 0.78 0.63 = R
0.90 1.61 0.63
0.55 0.70 1.56
Arti dari matriks kebalikan Leontief:
 R12 = 0.78, artinya untuk menopang setiap permintaan akhir akan produk
Industri, harus diproduksi sebanyak 0.78 satuan produk pertanian.
 R23 = 0.63, artinya untuk menopang setiap permin-taan akhir akan produk Jasa,
maka harus diproduksi sebanyak 0.63 satuan produk Industri.
Vektor x adalah vektor permintaan akhir yaitu:
(I – A)-1F

X = x1 = 1/0.384 [0.66(10) + 0.30(5) + 0.24(6)] = 24.84


x2 = 1/0.384 [0.34(10) + 0.62(5) + 0.24(6)] = 20.68
x3 = 1/0.384 [0.21(10) + 0.27(5) + 0.60(6)] = 18.36

Artinya: Berdasarkan permintaan akhir yang ada, maka diramalkan output sektor
pertanian, industri dan jasa masing-masing akan menjadi 24.84 satuan, 20.68
satuan dan 18.36 satuan.
Dengan analogi yang sama, jika permintaan akhir mau dinaikkan, maka ramalan
output tiap sektor dapat diketahui.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai