Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rizky Nugroho S.

NIM : 200810301113

Kelas : 50

Politik Dalam Islam

A. Urgensi Politik Dalam Islam di Indonesia


Islam merupakan ajaran yang bersifat syamil (universal) dan kamil (integral) yang tidak hanya
mencakupi agama, ibadah, akidah, namun juga seluruh amal yag mewarnai seluruh aspek
kehidupan. Keuniversalan ajaran islam terletak dalam ajaran-ajarannya yang tidak tidak hanya
membatasi nilai ajaran kepada pemeluknya saja, namun juga bisa direalisasikan bagi golongan
luar (outsider) yang notabene tidak meyakini kebenarannya. Salah satu contohnya yaitu politik
(partai politik). Maka partai politik juga merupakan waah yang integral/ komprehensif dalam
Islam sebagai jalan merai tujuan syariat Islam. Tata aturan Islam bersifat politik serta bersifat
agama. Oleh karena itu, akikat Islam melengkapi segi-segi kebendaan dan segi-segi kejiwaan
yang mencakup segala amal insani dalam kehidupan dunia dan akhirat. Itulah filsafat Islam yang
menjalin antara urusan dunia dan akhirat yang tifak dapat dipisahkan satu sama lain (Hasbi asy-
Shiddiqy:1971).

Islam merupakan ajaran yang bersifat syamil dan kamil yang tidak hanya mencakupi
agama, ibadah, akidah, namun juga seluruh amal yag mewarnai seluruh aspek kehidupan.
Keuniversalan ajaran islam terletak dalam ajaran-ajarannya yang tidak tidak hanya membatasi
nilai ajaran kepada pemeluknya saja, namun juga bisa direalisasikan bagi golongan luar yang
notabene tidak meyakini kebenarannya. Salah satu contohnya yaitu politik . Mazhab merupakan
wacana dan lembaga pemikiran yang memiliki kaidah tersendiri dalam memahami syariat serta
mengambil kesimpulan dari dalil-dalil yang rinci. Pada dasarnya pengikut mazhab percaya
bahwa mazhabnya lebih kuat kebenarannya, namun tidak memandang mazhab lain tidak benar.
Partai juga merupakan mazhab dalam politik yang memiliki falsafah, asas, tujuan dan metode
yang dibenarkan dalam Islam. Artinya sema diatur agar cepat matang. Termasuk pada calon
partai yang diorbitkan agar terkenal di media massa adalah para artis, demi memperoleh
popularitas partai dan kekuasaan. Politisinya ‘abal-abal’, instan tanpa pembekalan dan tanpa
ilmu. Hasilnya sulit ditemukan kaderisasi terpadu, sebab yang berkualitas terhalang dibelakang
layar

Anda mungkin juga menyukai