KALKULUS DIFERENSIAL
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
NIM : 4183311044
JURUSAN : MATEMATIKA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih dan
kebaikanNya sehingga penulis CBR (CRITIC BOOK REVIEW) ini dapat diselesaikan
dengan baik yang membahas tentangkalkulus diferensial. Adapun setiap buku yang
yang saya review adalah buku yang saling berhubungan satu sama lain. Tugas ini
dibuat untuk memenuhi tugas CBR mata kuliah kalkulus. Penulis berharap
makalah ini menjadi referensi bagi pembaca jika ingin membandingkan isi dua
buku tentang kalkulus.
Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan untuk
makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada setiap pembaca yang
membaca makalah CBR ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kalkulus adalah cabang dari matematika yang dikembangkan dari aljabar dan
geometri serta memiliki cakupan limit, turunan, integral dan deret tak terhingga. Kata
kalkulus berasal dari Bahasa Latin calculus, yang artinya “batu kecil”, untuk
menghitung. Kalkulus memiliki aplikasi yang luas dalam bidang sains, ekonomi dan
tekhnik. Sir Isac Newton dan Gottfried Wilhelm Leibniz merupakan ahli matematika
yang memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan kalkulus. Newton
mengaplikasikan kalkulus secara umum ke bidang fisika, sementara Leibniz
mengembangkan notasi –notasi kalkulus yang banyak digunakan sekarang. Kedua
ilmuwan tersebut mengembangkan kalkulus dari metode yang berbeda. Newton
memulai dari kalkulus diferensial sedangkan Leibniz memulai dari kalkulus integral.
B. Tujuan masalah
C. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara menentukan nilai dari suatu limit fungsi?
2. Bagaimana menentukan gradien dalam suatu turunan?
3. Bagaimana menentukan himpunan penyelesaian suatu pertidaksamaan?
D. Identitas Buku
Buku I
Judul : Kalkulus Fungsi Satu Variabel
Penulis : Prayudi
Buku II
Penerbit : Erlangga
A. Ringkasan Buku I
BAB I
Bilangan Real dan Pertidaksamaan
Pada bab ini membahas tentang bilangan real dan pertidaksamaan. Bilangan
real adalah himpunan bilangan rasional dan bilangan irrasional. Bilangan
rasional adalah himpunan bilangan-bilangan bulat positif, bulat negatif, nol dan
pecahan (a/b), dimana b ≠ 0 adalah bilangan bulat. Bilangan rasioanal disebut
juga bilangan desimal berulang.
3/7 = 0,428511428571428571
{x:a<x≤b} (a,b] ( ]
{x:a≤x<b} [a,b) [ )
{ x : a ≤ x ≤ b} [a,b] [ ]
{x:x≥a} [a, ∞) [
Perhatikanlah :
HP : 6 ≤ x2 + x dan HP : x2 + x ≤ 3x + 35
x2 + x – 6 ≥ 0 x2 -2x- 35 ≤ 0.
( x + 3) (x – 2) ≥ 0 ( x + 5) ( x – 7) ≤ 0.
+++--------++++ + + + --------- + + +
-3 2 -5 7
HP = { x : x ≤ -3 v x ≥ 2 } dan HP = { x : -5≤ x ≤ 7}
-5 -3 2 7
Nilai Mutlak
x, jika x ≥ 0
|x| =
- x, jika x ≤ 0
𝑎 𝑎
2. |b |=|b |,b ≠ 0
3. |a + b| ≤ |a| +|b|
4. |a-b|≥ |a|-|b|
7. |x|= √x2
8. |x| ≤ |y|⇔ x2 ≤ y2
Contoh:
Penyelesaian:
Sehingga HP dari, |2x-3|adalah irisan dari HP -5 < 2x-3 dan 2x-3 < 5. Mengingat
HP dari -5 <2x-3 atau 2x+2 > 0 adalah x >-1 dan HP dari 2x-3 < 5 atau 2x-8< 0
adalah x < 4, maka HP dari |2x-3|<5 adalah -1< x < 4, atau Hp = {x: -1 < x < 4}.
BAB II
1. Defenisi Fungsi
contoh:
misalkan diberikan fungsi, f(x) = x2-4x + 3, hitung dan sederhanakan, (a) f(4),(b)
f (4 + h), (c) f((4 + h)- f (4), (d) [ f (4 +h) - f(4)]/h
penyelesaian:
a. f(4) = 42 – 4(4) + 3 = 3
b. f(4 + h) = (4 + h)2 – 4(4 + h) + 3 = 16 + 8h + h2- 16 – 4h + 3 = h2 4h + 3
c. f( 4 +h)- f (4) = h2+ 4h 3 – 3 = h2 + 4h
𝑓( 4+ℎ)− 𝑓(4) ℎ2+4h ℎ(ℎ+4)
d. = = =h+4
ℎ ℎ ℎ
3. Grafik Fungsi
Grafik fungsi f : Df →Rf y = f (x) adalah himpunan semua titik-titik (x,y) di R2,
sedemikian sehingga (x,y) merupakan pasangan bilangan berurut dari f. Jadi grafik
fungsi satu variabel dapat dibuat dalam bidang datar. Fungsi dikelompokkan
menjadi dua yaitu fungsi aljabar dan fungsi transedent. Fungsi aljabar adalah fungsi
yang diperoleh dengan sejumlah berhingga operasi aljabar yaitu penjumlahan,
pengurangan, perkaliaan, perpangkatan dan penarikan akar. Fungsi aljabar terdiri
dari suku banyak seperti fungsi linier, kuadrat, kubik, fugsi rasional.
Contoh:
Diketahui fungsi f yang diberikan oleh persamaan, f (x) = x2- 4x. Tentukanlah
daerah asal, daerah fungsi f, dan buatlah sketsa grafiknya.
Penyelesaian:
Daerah asal dan daerah hasil
Fungsi f adalah fungsi kuadrat, dimana daerah asal fungsi f adalah Df = R. Untuk
menetukan daerah hasil fungsi f, tulislah fungsi diatas menjadi:
F(x) = x2-4x + 4-4= (x-2)2-4
Karena (x-2)2≥ 0 untuk setiap x bilangan riil, maka f(x) ≥ -4. Jadi daerah hasil fungsi
f adalah: Rf = [-4,+ ∞].
Penyelesaian:
Karena,
(−𝑥 3 )−4(−𝑥) −𝑥 3 + 4𝑥
f(-x)= = = - f(x). Maka f adalah fungsi ganjil.
3(−𝑥)+2 3𝑥 +2
5. Fungsi komposisi
Defenisi:
Diberikan dua fungsi f dan g, fungsi komposisi yang dinyatakan dengan f ● g
didefenisikan oleh: ( f ° g)(x) = f(g(x)) dan daerah adalah himpunan semua
0, terdapatlah 𝛿>0, sedemikian sehingga, | f(x) – L | < 𝜀, jika 0 < | x – c | < 𝛿, yakni:
b. lim 𝑘 = 𝑐
𝑥→𝑐
lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐), asalkan dalam kasus fungsi rasional nilai penyebutnya tidak
𝑥→𝑐
nol di c.
Defenisi:
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 dikatakan sebagai limit kanan, berarti bahwa bilamana x
𝑥→𝑐
mendekati c dari arah kanan, maka f(x) cukup dekat dengan L, artinya jika untuk
setiap 𝜀 > 0, sedemikian sehingga,
0 < x – c < 𝛿 ⇒|f(x) – L |<𝜀.
Teorema:
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 jika dan hanya jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 teorema
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐− 𝑥→𝑐+
ini mengatakan bahwa syarat cukup dan perlu agar fungsi f(x) mempunyai limit
untuk x mendekati c adalah limit kiri sama dengan limit kanan.
Kekontinuan Fungsi
Kekontinuan Fungsi di Satu Titik
Defenisi :
Andaikan f fungsi yang terdefinisikan pada interval terbuka yang memuat c.
Fungsi f dikatakan kontinu di c jika lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐). Dari defenisi tersebut
𝑥→𝑐
untuk mengatakan fungsi f kontinu di c jika dan hanya jika memenuhi tiga
syarat:
1. lim 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑑𝑎
𝑥→𝑐
Jika salah satu dari ketiga syarat tidak terpenuhi, maka fungsi f dikatakan
diskontinu di c. Fungsi f diskontinu dititik c.
Khususnya jika fungsi g kontinu c dan fungsi f kontinu di g (c) maka fungsi komposisi
𝑓° g kontinu di c.
Limit di Tak Hingga, Limit Tak Terhingga dan Asimtot Grafik
1. Limit Di Tak Hingga
Defenisi:
Limit bila x → + ∞. Andaikan f fungsi yang terdefenisikan untuk setiap
bilangan pada interval ( c,+ ∞) untuk suatu bilangan c. Dikatakan bahwa,
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿, jika untuk setiap e >
𝑥→∞
2. lim 𝑓(𝑥) = −∞
𝑥→𝑐+
3. lim 𝑓(𝑥) = −∞
𝑥→𝑐−
Asimtot Grafik
Defenisi:
Garis y = b, dikatakan asimtot datar grafik fungsi f , jika salah satu dari
pernyataan berikut ini yang benar yaitu:
1. lim 𝑓(𝑥) = 𝑏
𝑥→∞
2. lim 𝑓(𝑥) = 𝑏
𝑥→−∞
Garis x = c dikatakan asimtot miring grafik fungsi f , jika salah satu dari
pernyataan berikut ini benar, yaitu:
1. lim 𝑓(𝑥) = +∞
𝑥→𝑐+
2. lim 𝑓(𝑥) = +∞
𝑥→𝑐−
3. lim 𝑓(𝑥) = −∞
𝑥→𝑐+
4. lim 𝑓(𝑥) = −∞
𝑥→𝑐−
BAB III
Turunan Fungsi
1. Turunan Fungsi
Garis singgung, misalkan diketahui grafik fungsi y = f(x), dan andaikan p( c, f))
adalah suatu titik tetap dan titik Q(c + h,f(c+h) titik yang cukup dekat dengan p.
𝑓(𝑐+ℎ) −𝑓(𝑐)
m sec = ℎ
misalkan, mtan menyatakan gradien garis singgung kurva yang melalui titik
P(c,f(c)). Apabila Q digeser sepanjan g kurva menuju P, akibatnya diperoleh:
Jadi gradien garis singgung kurva di P (c,f(c)) adalah limit fungsi di c, jika limit
nya ada yakni,
𝑓(c+ℎ)−𝑓(𝑐)
m(c) = lim
ℎ→0 ℎ
d𝑦 𝑑
1. Jika y = k, maka d𝑥 = 0, yakni d𝑥(k) = 0
d𝑦 𝑑
2. Jika y = xn, maka d𝑥 = nxn-1, yakni d𝑥(xn) = nxn-1
d𝑦 d𝑢 𝑑 𝑑𝑢
3. Jika y =ku, maka d𝑥 =kd𝑥 , yakni d𝑥(ku)= kd𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑 𝑑𝑢 𝑑𝑣
4. Jika y = u+v, maka d𝑥 = d𝑥 + d𝑥 , yakni d𝑥 (𝑢 + 𝑣)= d𝑥 +d𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑 𝑑𝑢 𝑑𝑣
5. Jika y = u+v, maka d𝑥 = d𝑥 𝑣 + 𝑢 d𝑥 , yakni d𝑥 (𝑢𝑣)= d𝑥 v+ud𝑥
𝑑𝑢 𝑑𝑣 𝑑𝑢 𝑑𝑣
𝑑𝑦 𝑣 −𝑢 𝑑 𝑢 𝑣 −𝑢
d𝑥 d𝑥 d𝑥 d𝑥
6. Jika y = u/v,maka d𝑥 = , yakni d𝑥 (𝑣 )=
𝑣2 𝑣2
Dan
1−cos ℎ sin ℎ
lim = 0, dan lim = 1, misalkan, f(x) = sin x, menurut
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
defenisi dihasilkan:
𝑑 sin(𝑥+ℎ)−sin 𝑥
(sin x) = lim
d𝑥 ℎ→0 ℎ
1−cos ℎ sin ℎ
= lim (−𝑠𝑖𝑛 𝑥 + cos 𝑥 )
ℎ→0 ℎ ℎ
1−cos ℎ sin ℎ
= (- sin x) lim + (cos 𝑥)
ℎ→0 ℎ ℎ
= ( - sin x) 0 + cos x 1
= cos x
Teorema 1:
𝑑 𝑑
1. (sin 𝑥) = cos 𝑥 4. d𝑥 (cot x) = −csc2x
d𝑥
𝑑 𝑑
2. (cos 𝑥)= - sin x 5. d𝑥 (sec 𝑥) = sec x tan x
d𝑥
𝑑 𝑑
3. (tan x) = 𝑠𝑒𝑐 2x 6. d𝑥 (csc 𝑥) = − csc 𝑥 cot 𝑥
d𝑥
Teorema 2:
𝑑 𝑑𝑢 𝑑 𝑑𝑢
1. (sin u) = cos u d𝑥 4. d𝑥 (cot 𝑢) = − sin 𝑢 d𝑥
d𝑥
𝑑 𝑑𝑢 𝑑 𝑑𝑢
2. (cos 𝑢) = − sin 𝑢 5. d𝑥 (sec 𝑢) = sec 𝑢 tan 𝑢
d𝑥 d𝑥 d𝑥
𝑑 𝑑𝑢 𝑑 𝑑𝑢
3. (tan 𝑢) = sec2u d𝑥 6. d𝑥 ( csc u) = - csc u cot u d𝑥 .
d𝑥
BAB IV
Penggunaan Turunan
Teorema 1:
Teorema kewujudan maksimum minimum. Jika f fungsi kontinu pada
interval tertutup [a, b], maka f akan mencapai nilai maksimum dan nilai
minimum.
Teorema 2:
Teorema titik kritis. Andaikan fungsi f didefenisikan pada interval I yang
memuat titik c. Jika f (c) adalah nilai ekstrim, maka c haruslah suatu titik
kritis, yakni c berupa salah satu dari:
1. titik ujung interval I
2. titik stasioner dari f, yakni f’(c) = 0
3. titik singular dari f, yakni f’ (c) tidak ada.
Pada teorema 1 menyatakan bahwa Persyaratan yang harus dipenuhi
terjadinya nilai ekstrim di c adalah f kontinu dan S adalah interval
tertutup. Sedangkan teorema 2, menyatakan bahwa c haruslah titik kritis.
Teorema 1:
Defenisi:
Andaikan S, adalah daerah asal f yang memuat titik c. Dikatakan bahwa:
1. f(x) adalah nilai maksimum relatif f, jika terdapat interval terbuka (a, b)
yang memuat c sedemikian sehingga f(c) adalah nilai maksimum f pada
(a,b)
2. f(x) adalah nilai minimum relatif f, jika terdapat interval terbuka (a, b)
yang memuat c sedemikian sehingga f(c) adalah nilai minimum f pada
(a,b)
3. f(c) adalah nilai ekstrim relatif f, jika terdapat f(c) sedemikian sehingga
f(c) adalah nilai maksimum relatif atau minimum relatif.
Teorema 1:
Uji turunan pertama ekstrim relatif. Andaikan fungsi f kontinu pada interval
terbuka (a,b) yang memuat titik kritis c.
1. Jika f’(x) > 0 untuk semua nilai x pada a < x < c, dan f’(x) < 0 untuk
semua nilai x pada c < x < b, maka f(c) adalah nilai maksimum relatif
dari f.
2. Jika f’(x) > 0 untuk semua nilai x pada a < x < c, dan f’(x) > 0 untuk
semua nilai x pada c < x < b, maka f(c) adalah nilai minimum relatif dari
f.
3. Jika f’(x) > 0 bertanda sama untuk semua nilai x pada a < x < c, dan c < x
< b, maka f(c) adalah bukan nilai ekstrim f.
Contoh:
Penyelesaian:
Pertama, kita turunkan fungsi yang diberikan.
Berdasarkan turunan tersebut, kita dapat melihat bahwa fungsi yang diberikan
memiliki dua nilai kritis dalam interval (–1, 3). Bilangan 1 adalah nilai kritis
karena f ’(1) = 0, dan bilangan 0 juga merupakan nilai kritis karena f ’(0) tidak
ada. Dengan menentukan nilai fungsi f dari kedua nilai kritis tersebut dan kedua
ujung selang, kita dapat menyimpulkan bahwa nilai minimum fungsi tersebut f(–
1) = –5 dan nilai maksimumnya adalah f(0) = 0, seperti yang ditunjukkan oleh
tabel berikut.
BAB I
1. Bilangan Real
Bilangan real adalah semua bilangan rasional dan irasional yang dapat mengukur
panjang, besertan negeatif dari bilangan-bilangan tersebut dan nol. Bilangan real
dapat dilihat sebagai penanda untuk titik-titik disepanjang sebuah garis mendatar.
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat ditulis dalam bentuk m/n, dengan m
dan n bilangan bulat serta n = 0. Bilangan bulat dan rasional adalah bilangan paling
sederhana diantara semuanya adalah bilangan asli 1,2,3,4,5,6,....
Dengan bilangan asli kita dapat menghitung : buku kita, teman kita, dan uang kita.
Jika kita menyertakan negatif dari bilangan asli dan nol, kita memperoleh bilangan
bulat
....-3, -2,-1,0,1,2,3,..
Contoh bilangan bulat:
3 -7 21 19 16 dan -17
4 8 5 -2 2 1
sistem bilangan real masih dapat diperluas lagi menjadi sistem bilangan
kompleks. Sistem bentuk ini berbentuk a + bi dimana a dan b adalah bilangan
real dan i=√-1.
Setiap bilangan rasional dapat dituliskan sebagai desimal, karena sesuai definisi
bilangan rasional selalu dapat dinyatakan sebagai hasil-bagi dua bilangan bulat.
Jika kita membagi pembilang dengan penyebut, kita memperoleh desimal.
√2=1,4142135623......, ℼ=3,1415926535
Bentuk desimal dari bilangan irasional bisa memiliki akhir (seperti dalam
3/8=0,375) atau bisa juga berulang membentuk siklus teratur yang berlangsung
terus menerus (seperti dalam 13/11=1,181818). Percobaan kecil dengan
algoritnma pembagian panjang akan memperlihatkan alasannya. (catat bahwa
hanya dapat ada sejumlah sisa yang berlainan) desimal berakhir dapat dipandang
sebagai desimal berulang dengan perulangan nol. Sebagai contoh
3/8=0,375=0,3750000...
Jadi, setiap bilangn rasional dapat dituliskan sebagai desimal berulang. Dekata
lain, jika x adalah bilangan rasional, maka x dapat dituliskan sebagai sebuah
desimal berulang. Faktor luar biasanya adalah bahwa kebalikannya juga
benar:jika x dapat dituliskan sebagai desimal berulang, maka x adalah bilangan
rasional. Ini jelas terlihat dalam kasus desimal berakhir (misalnya
3,137=3137/1000) dan mudah diperlihatkan untuk kasus desimal yang berulang
terus-menerus.
0,101001000100001...
Kepadatan diantara dua bilangan real sebarang a dan b betapapun dekat jarak
antar keduanya, terdapat suatu bilangan real lain. Secara khusus, bilangan X1=
(a+b )/2 adalah bilangan real ditengah-tengah a dan b. Karena ada sebuah
bilangan real lain, X2 diantara a dan X1 dan sebuah bilangan real lain lagi X3
diantara X1 dengan X2 dan karena argumen ini dapat diulang terus menerus
secara infinitum (tanpa ada habisnya), kita simpulkan bahwa diantara a dan b
terdapat tak terhingga banyaknya bilangam real. Jadi, apa yang disebut dengan
bilangan real tepat lebih besar dari pada 3 itu sebenarnya tidak ada.
Ada beberapa interval yaitu interval terbuka dan interval tertutup. Pertidaksamaan
a< x < b, yang sebenarnya adalah dua pertidaksamaan, a < x dan x < b menunjukan
interval terbuka yang terdiri dari semua bilangan anatar a dan b, tidak termasuk titik-
titik ujung a dan b. Sebaliknya pertidaksamaan a < x < b berarti interval tertutup
yang berkorespondensi, yang mencangkup titik-titik ujung a dan b.
Penyelesaian :
2x – 7 < 4x – 2
2x < 4x + 5 (tambahkan 7)
-3 -2 -1 0 1 2 3
(-5/2 , ∞ ) = {x x > -5/2 )
3. Sifat-sifat Nilai Mutlak
Pertidaksamaan yang melibatkan nilai mutlak jika |x| < 3 maka antara x dengan titik
asal harus lebih kecil dari 3. Dengan perkataan lain, x haruslah secara simultan lebih
kecil dari 3 dan lebih besar dari -3. Yaitu -3 < x < 3. Sebaliknya jika |x| > 3 maka
jarak antara x dengan titik asal haruslah paling sedikit 3. Ini dapat jika x > 3 atau x <
-3. Ini merupakan kasus-kasus khusus dari pernyataan – pernyataan umum berikut
yang berlaku ketika a > 0.
Rumus abc hampir senua mahasiswa akan mengingat rumus abc. Penyelesaian
untuk persamaan kuadrat ax2 + bc + c = 0 diberikan oleh
−𝑏±√𝑏 2 −4𝑎𝑐
𝑥= 2𝑎
Bilangan d = b2 - 4ac disebut diskriminan dari persamaan kuadrat, persamaan
ax2 + bx + c = 0 mempunyai dua penyelesaian real jika d > 0, satu penyelesaian
real jika d= 0 dan tidak memiliki penyelesaian real jika d < 0. Menggunakan
rumus abc , dengan mudah kita dapat menyelesaikan pertidaksamana-
pertidaksamaan kuadrat walaupun yang tidak dapat difaktorkan dengan meliht
sepintas.
Kuadrat :
Daerah asal daerah hasil untuk menyebutkan suatu fungsi secara lengkap , kita harus
menyatakan, selain aturan korespondensi daerah asal fungsi tersebut. Misalnya fjika
f adalah fungsi yang didefenisikan oleh F(x) = x 2 + 1 dengan daerah asal {-1, 0, 1,
2,3} (gambar 1) maka hasil adalah {1, 2,5,10} aturan korespondensi bersama
dengan daerah asal, menentukan daerah hasil.
F(x) = x2 + 1
3• •10
2• •5
1• •2
0• •1
3• •10
Fi •
5. Fungsi Trigonometrik
Sindan
Sifat-sifat dasar sinus t = kosinus
y dan cos t =x
Beberapa pernyataan segera jelas kelihatan dari definisi yang baru saja diberikan.
Pertama, karena x dan y dapat berupa sebarang bilangan real ,daerah asal untuk
fungsi sinus maupun kosinus adalah 3. Kedua, x dan y selalu berada diantara -1 dan
1. Jadi daerah hasil untuk fungsi sinus dan kosinus adalah interval [-1,1]. Kareana
lingkaran satuan mempunyai keliling 2ℼ, nilai t dan t + 2ℼ menentukan titik P (x,y)
yang sama, jadi ,
LIMIT
Defenisi Makna limit secara intuisi adalah untuk mengatakan
bahwa lim f(x) = L,
x—>c+
berarti bahwa ketika x dekat tetapi berlainan dari c, maka f(x) dekat ke
L. maka f(x) dekat ke L. Demikian pu;a, untuk mengatakan bahwa lim f(x) = L
bearti bahwa ketika
x—>c+
Teorema A.
lim f(x) = L jika dan hanya jika lim f(x) = L dan lim f(x) =L
BAB III
TURUNAN
Defenisi Turunan :
Turunan f adalah fungsi lain f’ ( dibaca “f aksen”) yang nilainya pada sekarang
bilangan c adalah
𝑓(𝑥+ℎ)−𝑓(𝑥)
F(𝑥) = lim ℎ
h—>0
𝑓(𝑥+ℎ)−𝑓(𝑥)
F(𝑥) = lim ℎ
h—>0
𝑓(𝑐+𝑝)−𝑓(𝑐)
= lim 𝑝
h—>0
𝑓(𝑐+𝑠)−𝑓(𝑐)
= lim 𝑠
h—>0
Teorema A
Fungsi f(x) = sin x dan g(x) = cos x keduanya terdiferensialkan, dan
Dx (sin x) = cos x Dx (cos x) = -sin x
Aturan Rantai
Diferensiasi implisit
Dy/dx tanpa terlebih dahulu menyelesaikan secara persamaan yang diberikan
untuk y dan x yang disebut diferensiasi implisit
Diferensial
BAB IV
APLIKASI TURUNAN
Defenisi
(ii) f(c) adalah nilai minimum f pada S jika f(c) < f(x) untuk semua x di S;
(iii) f(c) adalah nilai ekstrim f pada S jika ia adalah nilai maksimum atau
nilai minimum
(iv) fungsi yang ingin kita maksimumkan atau minimumkan dalam fungsi
objektif
Kecendungan suatu fungsi mungkin menaik dan tetap mempunyai grafik yang
sangat bergoyang .
Defenisi :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Buku yang mudah saya pahami dari kedua buku kalkulus ini, adalah buku
kalkulus fungsi satu variabel yang ditulis oleh Prayudi, karena dalam buku
kalkulus tersebut memiliki pembahasan yang mudah dimengerti, karena
dilengkapi dengan defenisi dari setiap materi buku serta dilengkapi dengan
teorema yang dapat membantu pembaca dalam memahami setiap topik yang ada
dalam buku kalkulus fungsi satu variabel. Dan setiap akhir pembahasan topik
dilengkapi dengan lembar kerja/kumpulan soal yang dapat membantu
kemampuan dalam memahami setiap topik pembahasan.
B. Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari setiap pembaca makalah ini, agar
makalah ini menjadi sumber referensi yang lebih baik lagi bagi setiap pembaca
makalah kalkulus ini.
DAFTAR PUSTAKA