Anda di halaman 1dari 36

CRITICAL BOOK REPORT

KALKULUS DIFERENSIAL

DOSEN PENGAMPU:

Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd

Dr. Abil Mansyur, S.Si.,M.Si

Andrea Arifsyah Nasution, S.Pd., M.Sc

DISUSUN OLEH:

NAMA : ROSIDA TAMPUBOLON

NIM : 4183311044

KELAS : DIK A MATEMATIKA 2018

JURUSAN : MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasih dan
kebaikanNya sehingga penulis CBR (CRITIC BOOK REVIEW) ini dapat diselesaikan
dengan baik yang membahas tentangkalkulus diferensial. Adapun setiap buku yang
yang saya review adalah buku yang saling berhubungan satu sama lain. Tugas ini
dibuat untuk memenuhi tugas CBR mata kuliah kalkulus. Penulis berharap
makalah ini menjadi referensi bagi pembaca jika ingin membandingkan isi dua
buku tentang kalkulus.
Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat saya harapkan untuk
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada setiap pembaca yang
membaca makalah CBR ini.

Medan, 24 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kalkulus adalah cabang dari matematika yang dikembangkan dari aljabar dan
geometri serta memiliki cakupan limit, turunan, integral dan deret tak terhingga. Kata
kalkulus berasal dari Bahasa Latin calculus, yang artinya “batu kecil”, untuk
menghitung. Kalkulus memiliki aplikasi yang luas dalam bidang sains, ekonomi dan
tekhnik. Sir Isac Newton dan Gottfried Wilhelm Leibniz merupakan ahli matematika
yang memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan kalkulus. Newton
mengaplikasikan kalkulus secara umum ke bidang fisika, sementara Leibniz
mengembangkan notasi –notasi kalkulus yang banyak digunakan sekarang. Kedua
ilmuwan tersebut mengembangkan kalkulus dari metode yang berbeda. Newton
memulai dari kalkulus diferensial sedangkan Leibniz memulai dari kalkulus integral.

Kalkulus mempunyai dua cabang utama, yaitu kalkulus diferensial dan


kalkulus integral. Kalkulus diferensial merupakan ilmu yang mempelajari tentang
turunan suatu fungsi. Sedangkan kalkulus integral merupakan ilmu yang mempelajari
definisi, sifat - sifat, dan aplikasi dari dua konsep yang terkait, yaitu integral tak tentu
dan integral tentu.

B. Tujuan masalah

1. Menentukan himpunan penyelesaian dari suatu pertidaksamaan.


2. Menentukan nilai limit dari suatu fungsi.
3. Menentukan turunan dari suatu limit.

C. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara menentukan nilai dari suatu limit fungsi?
2. Bagaimana menentukan gradien dalam suatu turunan?
3. Bagaimana menentukan himpunan penyelesaian suatu pertidaksamaan?

D. Identitas Buku
Buku I
Judul : Kalkulus Fungsi Satu Variabel

Penulis : Prayudi

Tahun Terbit :2006

Penerbit : Graha Ilmu

Tempat Terbit : Yogyakarta

Buku II

Judul : Kalkulus Edisi kesembilan Jilid 1

Penulis : Varberg, Purcell, Ringdon

Tahun Terbit : 2008

Penerbit : Erlangga

Tempat Terbit : Jakarta


BAB II
PEMBAHASAN

A. Ringkasan Buku I
BAB I
Bilangan Real dan Pertidaksamaan
Pada bab ini membahas tentang bilangan real dan pertidaksamaan. Bilangan
real adalah himpunan bilangan rasional dan bilangan irrasional. Bilangan
rasional adalah himpunan bilangan-bilangan bulat positif, bulat negatif, nol dan
pecahan (a/b), dimana b ≠ 0 adalah bilangan bulat. Bilangan rasioanal disebut
juga bilangan desimal berulang.
3/7 = 0,428511428571428571

Dan bilangan irrasional adalah bilangan bilangan-bilangan yang tidak dapat


dituliskan dalam bentuk (a/b), dimana a dan b ≠ 0 bilangan bulat. Dan bilangan
disebut juga bilangan desimal tak berulang.
√3 =1,732050875
Bilangan real dinotasikan dengan R. Sifat-sifat bilangan real:
1. Hukum komutatif, x+y = y dan xy = yx
2. Hukum asosiatif, x+(y+z) = (x)+z dan x(zy) = (xy)z
3. Hukum ditributif, x (y+z) = xy + xz
4. Elemen-elemen identitas. Terdapat dua bilangan real 0 dan 1 yang
memenuhi, x + 0 = x dan, x 1= x
5. Invers setiap bilangan x mempunyai invers aditif/penjumlahan, -x,
yang memenuhi x + (-x) = 0. Demikian juga setiap bilangan x kecuali
0 mempunyai invers perkalian x-1, yang memenuhi x.x-1 = 1.

Sifat-sifat Urutan Bilangan Real


1. Trikotomi. Jika x dan y adalah bilangan-bilangan, maka berlaku satu
diantara x < y atau y = x atau x > y
2. Transitif. Jika x < y dan y < z maka x < z
3. Penambahan. x < y ⇔ x + z < y + z
4. Perkalian. Bilangan z positif, x < y ⇔ x z < y z. Bilangan z negatif, x
< y ⇔ xz >yz.
Sifat- sifat urutan bilangn real tersebut berlaku untuk relasi, ≤ atau >
atau ≥.
Pertidaksamaan, misalkan suatu persamaan, x2 +
x – 6 = 0. Dengan cara
pemfaktoran diperoleh penyelesaian persamaan tersebut yang merupakan suatu
titik yaitu, x1 = 2 atau x2 = -3. Dan jika diketahui pertidaksamaan, x2 + x – 6 ≤ 0.
Menyelesaikan suatu pertidaksamaan adalah mencari satu bilangan atau
sejumlah bilangan berhingga. Penyelesaian pertidaksamaan dapat diselesaikan
dalam bentuk interval bilangan. Himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan, x2
+ x – 6 ≤ 0 adalah interval yang dapat ditulis : HP = { x : -3 ≤ x ≤ 2 }.
Interval adalah himpunan dari R yang memenuhi sifat urutan tertentu. Penulisan
interval dengan dua penulisan dan grafik.
Penulisan himpunan penulisan interval grafik (garis bilangan)
{x:a<x<b} (a,b) ( )

{x:a<x≤b} (a,b] ( ]

{x:a≤x<b} [a,b) [ )

{ x : a ≤ x ≤ b} [a,b] [ ]

{x:x≥a} [a, ∞) [

Penyelesaian pertidaksamaan terdiri atas pengubahan/pemfaktoran untuk


mendapatkan batas interval, sampai diperoleh himpunan penyelesaian yang
merupakan suatu interval. Contoh :

Carilah HP dari pertidaksamaan, 6 ≤ x2 + x ≤ 3x + 35


Penyelesaian :

Tulislah pertidaksamaan menjadi, , 6 ≤ x2 + x dan x2 + x ≤ 3x + 35.


Dengan demikian, HP: 6 ≤ x2 + x ≤ 3x + 35 merupakn irisan dari HP : x2 + x –
6 ≥ 0, dan HP : x2 -2x- 35 ≤ 0.

Perhatikanlah :

HP : 6 ≤ x2 + x dan HP : x2 + x ≤ 3x + 35

x2 + x – 6 ≥ 0 x2 -2x- 35 ≤ 0.

( x + 3) (x – 2) ≥ 0 ( x + 5) ( x – 7) ≤ 0.

+++--------++++ + + + --------- + + +

-3 2 -5 7

HP = { x : x ≤ -3 v x ≥ 2 } dan HP = { x : -5≤ x ≤ 7}

Irisan kedua HP menghasilkan HP dari 6 ₤ x2 + x ₤ 3x + 35, yaitu:


+++ --------+++++++--------+++

-5 -3 2 7

Dengan demikian, Hp = { x : -5≤ x ≤ -3 v 2 ≤ x ≤ 7}.

Nilai Mutlak

Nilai mutlak bilangan real x, dinyatakan |x|, didefenisikan oleh:

x, jika x ≥ 0
|x| =
- x, jika x ≤ 0

Sifat- sifat Nilai Mutlak


Jika a dan b adalah bilangan real, maka:
1. |ab|= |a| |b|

𝑎 𝑎
2. |b |=|b |,b ≠ 0

3. |a + b| ≤ |a| +|b|

4. |a-b|≥ |a|-|b|

5. |x| ≤ a ⇔-a ≤ x ≤ a ( berlaku juga untuk relasi <)

6. |x|≥ a⇔ x ≤ -a atau x ≥a (berlaku juga untuk relasi >

7. |x|= √x2

8. |x| ≤ |y|⇔ x2 ≤ y2

Contoh:

Carilah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan nilai mutlak, |2x-3|< 5

Penyelesaian:

Menurut sifat nilai mutlak ke-5, pertidaksamaan dapat ditulis menjadi,

-5 < 2x-3 < 5 ⇔ -5 <2x-3 dan 2x-3 < 5

Sehingga HP dari, |2x-3|adalah irisan dari HP -5 < 2x-3 dan 2x-3 < 5. Mengingat
HP dari -5 <2x-3 atau 2x+2 > 0 adalah x >-1 dan HP dari 2x-3 < 5 atau 2x-8< 0
adalah x < 4, maka HP dari |2x-3|<5 adalah -1< x < 4, atau Hp = {x: -1 < x < 4}.
BAB II

Fungsi Dan Limit Fungsi

1. Defenisi Fungsi

Sebuah fungsi f adalah suatu aturan padanan yangmemetakan setiap


objek x dalam satu himpunan dengan satu nilai f(x) dari himpunan kedua. Himpunan
pertama selanhjutnya disebut dengan daerah asal (domain), Df dan himpunan yang
kedua disebut dengan daerah hasi (range), Rf . Notasi fungsi sesuai dengan defenisi
tersebut. Fungsi f dengan aturan y = f(x) dituliskan dengan lambang:

f : Df → Rf y = f(x) yang berarti fungsi yang memetakan di x di Df ke Rf = {f(x) |


x ∈ Df }. Dalam hal ini, x dinamakan variabel bebas, y merupakan fungsi x yang
nilainya tergantung dari x dinamakn variabel tak bebas. Sedangkan untuk
menyatakan nilai fungsi y = f (x) dititik x =a, digunakan simbol f (a). Ada kalanya
untuk menyatakan fungsi digunakan notasi-notasi yang lain, misalnya adalah:

y = g(x), y = h(x), x = f (t), y =g(t)

contoh:
misalkan diberikan fungsi, f(x) = x2-4x + 3, hitung dan sederhanakan, (a) f(4),(b)
f (4 + h), (c) f((4 + h)- f (4), (d) [ f (4 +h) - f(4)]/h

penyelesaian:
a. f(4) = 42 – 4(4) + 3 = 3
b. f(4 + h) = (4 + h)2 – 4(4 + h) + 3 = 16 + 8h + h2- 16 – 4h + 3 = h2 4h + 3
c. f( 4 +h)- f (4) = h2+ 4h 3 – 3 = h2 + 4h
𝑓( 4+ℎ)− 𝑓(4) ℎ2+4h ℎ(ℎ+4)
d. = = =h+4
ℎ ℎ ℎ

2. Operasi pada Fungsi

Misalkan diberikan dua fungsi f dan g :


a. Jumlahkan fungsi f dan g, dinyatakan dengan f + g, adalah fungsi baru yang
didefenisikan oleh : ( f + g)(x) = f(x) + g(x)
b. Selisihnya fungsi f dan g, dinyatakan dengan f-g, adalah fungsi baru yang
didefensikanoleh: (f-g)(x)= f(x)-(g)
c. Hasil kalinya fungsi f dan g, dinyatakan dengan f ∙ g,adalah fungsi baru yang
didefenisikan oleh: ( f ∙g)(x) = f (x) ∙ g (x)
d. Hasil baginya fungsi f dan g, dinyatakan dengan f/g,adalah fungsi baru yang
didefenisikan oleh: (f/g)(x)= f(x)(g), dengan syarat g(x) ≠ 0.
Untuk setiap kasus operasi fungsi, daerah asal fungsi hasilnya adalah nilai
persekutuan x pada daerah asal fungsi f dan g.

3. Grafik Fungsi

Grafik fungsi f : Df →Rf y = f (x) adalah himpunan semua titik-titik (x,y) di R2,
sedemikian sehingga (x,y) merupakan pasangan bilangan berurut dari f. Jadi grafik
fungsi satu variabel dapat dibuat dalam bidang datar. Fungsi dikelompokkan
menjadi dua yaitu fungsi aljabar dan fungsi transedent. Fungsi aljabar adalah fungsi
yang diperoleh dengan sejumlah berhingga operasi aljabar yaitu penjumlahan,
pengurangan, perkaliaan, perpangkatan dan penarikan akar. Fungsi aljabar terdiri
dari suku banyak seperti fungsi linier, kuadrat, kubik, fugsi rasional.
Contoh:
Diketahui fungsi f yang diberikan oleh persamaan, f (x) = x2- 4x. Tentukanlah
daerah asal, daerah fungsi f, dan buatlah sketsa grafiknya.
Penyelesaian:
Daerah asal dan daerah hasil
Fungsi f adalah fungsi kuadrat, dimana daerah asal fungsi f adalah Df = R. Untuk
menetukan daerah hasil fungsi f, tulislah fungsi diatas menjadi:
F(x) = x2-4x + 4-4= (x-2)2-4
Karena (x-2)2≥ 0 untuk setiap x bilangan riil, maka f(x) ≥ -4. Jadi daerah hasil fungsi
f adalah: Rf = [-4,+ ∞].

4. Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil


Defenisi:
1. Fungsi, y=f(x) dikatakan sebuah fungsi genap, jika f(-x)= f(x)
2. Fungsi, y= f(x) dikatakan sebagai fungsi ganjil, jika f(-x)= -f(x)
Secara umum grafik fungsi genap y=f(x) simetris terhadap sumbu y, dan grafik
fungsi ganjil simetris terhadap titik asal.
Contoh:
𝑥 3 −4𝑥,
Selidikilah apakah f(x)= fungsi genap, ganjil atau bukan keduanya?
3𝑥+2

Penyelesaian:
Karena,
(−𝑥 3 )−4(−𝑥) −𝑥 3 + 4𝑥
f(-x)= = = - f(x). Maka f adalah fungsi ganjil.
3(−𝑥)+2 3𝑥 +2

5. Fungsi komposisi
Defenisi:
Diberikan dua fungsi f dan g, fungsi komposisi yang dinyatakan dengan f ● g
didefenisikan oleh: ( f ° g)(x) = f(g(x)) dan daerah adalah himpunan semua

blangan x didaerah asal g sehingga g(x) didaerah asal f, yaitu Dg°f = { x ∈ Df |

f(x) ∈ Dg }, sedangkan daerah hasil fungsi tersebut adalah:

Rg°f ={ g(f(x)) ∈ Rg | g(x) ∈ R g }.

Defenisi Limit Fungsi:

Untuk mengatakan lim 𝑓(𝑥) = L berarti bahwa untuk setiap 𝜀 >


𝑥→𝑐

0, terdapatlah 𝛿>0, sedemikian sehingga, | f(x) – L | < 𝜀, jika 0 < | x – c | < 𝛿, yakni:

0 < | x – c | < 𝛿 ⇒ | f(x) – L | < 𝜀.

Teorema limit fungsi

Andaikan n bilangan bulat positif, k konstanta, dan f dan g adalah


fungsi-fungsi yang mempunyai limit di c. Maka:
a. lim 𝑘 = 𝑘
𝑥→𝑐

b. lim 𝑘 = 𝑐
𝑥→𝑐

c. lim 𝑘𝑓(𝑥) = 𝑥 lim 𝑓(𝑥)


𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

d. lim[𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)] = lim 𝑓(𝑥) + lim 𝑔(𝑥)


𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

e. lim[𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)] = lim 𝑓(𝑥) − lim 𝑔(𝑥)


𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

f. lim[𝑓(𝑥)𝑔(𝑥)] = lim 𝑓(𝑥) lim 𝑔(𝑥)


𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

g. lim[𝑓(𝑥)]n =[lim 𝑓(𝑥)]n


𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

Jika f fungsi polinom atau fungsi rasional, maka

lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐), asalkan dalam kasus fungsi rasional nilai penyebutnya tidak
𝑥→𝑐

nol di c.

Limit kiri dan limit kanan

Defenisi:
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 dikatakan sebagai limit kanan, berarti bahwa bilamana x
𝑥→𝑐

mendekati c dari arah kanan, maka f(x) cukup dekat dengan L, artinya jika untuk
setiap 𝜀 > 0, sedemikian sehingga,
0 < x – c < 𝛿 ⇒|f(x) – L |<𝜀.
Teorema:
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 jika dan hanya jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 teorema
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐− 𝑥→𝑐+

ini mengatakan bahwa syarat cukup dan perlu agar fungsi f(x) mempunyai limit
untuk x mendekati c adalah limit kiri sama dengan limit kanan.

Kekontinuan Fungsi
Kekontinuan Fungsi di Satu Titik
Defenisi :
Andaikan f fungsi yang terdefinisikan pada interval terbuka yang memuat c.
Fungsi f dikatakan kontinu di c jika lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐). Dari defenisi tersebut
𝑥→𝑐

untuk mengatakan fungsi f kontinu di c jika dan hanya jika memenuhi tiga
syarat:
1. lim 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑑𝑎
𝑥→𝑐

2. F(x) ada artinya c berada dalam daerah asal f.


3. lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐).
𝑥→𝑐

Jika salah satu dari ketiga syarat tidak terpenuhi, maka fungsi f dikatakan
diskontinu di c. Fungsi f diskontinu dititik c.

Teorema kekontinuan Fungsi


Jika f dan g adalah fungsi-fungsi yang kontinu di x = c,maka:
1. f + g kontinu di c,
2. f - g kontinu di c,
3. f ● g kontinu di c,
4. f / g kontinu di c, asalkan g(c) ≠ 0.
Sebagai ilustrasi untuk membuktikan berlakunya teorema diatas, karena f
dan g adalah fungsi-fungsi yang kontinu di x=c,maka diperoleh:
lim 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐) dan g(𝑥) = g(c).
𝑥→𝑐

Oleh karena itu menurut teorema limit fungsi dihasilkan,


lim[ 𝑓(𝑥) + g(𝑥) = lim 𝑓(𝑥) + lim 𝑓g(𝑥) = 𝑓 (𝑐) + g (𝑐).
𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

Persamaan terakhir ini merupakan syarat pembuktian agar f + g kontinu


di c.
Jika lim g(𝑥) = 𝑏, dan 𝑓 kontinu di 𝑏 maka.
𝑥→𝑐

lim(𝑓 ° g )(𝑥) = lim(𝑓(g(𝑥)) = 𝑓( lim g(𝑥)) = 𝑓(𝑏).


𝑥→𝑐 𝑥→𝑐 𝑥→𝑐

Khususnya jika fungsi g kontinu c dan fungsi f kontinu di g (c) maka fungsi komposisi
𝑓° g kontinu di c.
Limit di Tak Hingga, Limit Tak Terhingga dan Asimtot Grafik
1. Limit Di Tak Hingga
Defenisi:
Limit bila x → + ∞. Andaikan f fungsi yang terdefenisikan untuk setiap
bilangan pada interval ( c,+ ∞) untuk suatu bilangan c. Dikatakan bahwa,
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿, jika untuk setiap e >
𝑥→∞

0, terdapatlah bilangan M sdemikian sehingga, 𝑥 > 𝑀 ⇒ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀.

2. Limit Tak Hingga


Defenisi:
Andaikan f fungsi yang terdefenisikan untuk setiap bilangan pada interval
terbuka yang memuat c,kecuali mungkin di c. Dikatakan bahwa:
lim 𝑓(𝑥) = +∞.
𝑥→𝑐+

Jika untuk setiap bilangan M > 0 terdapatlah 𝛿 >0, sedemikian sehingga,


0<x - c<𝛿 ⇒ 𝑓(𝑥) > 𝑀.
Sehingga :
1. lim 𝑓(𝑥) = +∞
𝑥→𝑐−

2. lim 𝑓(𝑥) = −∞
𝑥→𝑐+

3. lim 𝑓(𝑥) = −∞
𝑥→𝑐−

Asimtot Grafik
Defenisi:
Garis y = b, dikatakan asimtot datar grafik fungsi f , jika salah satu dari
pernyataan berikut ini yang benar yaitu:
1. lim 𝑓(𝑥) = 𝑏
𝑥→∞

2. lim 𝑓(𝑥) = 𝑏
𝑥→−∞

Garis x = c dikatakan asimtot miring grafik fungsi f , jika salah satu dari
pernyataan berikut ini benar, yaitu:
1. lim 𝑓(𝑥) = +∞
𝑥→𝑐+
2. lim 𝑓(𝑥) = +∞
𝑥→𝑐−

3. lim 𝑓(𝑥) = −∞
𝑥→𝑐+

4. lim 𝑓(𝑥) = −∞
𝑥→𝑐−

BAB III
Turunan Fungsi

1. Turunan Fungsi
Garis singgung, misalkan diketahui grafik fungsi y = f(x), dan andaikan p( c, f))
adalah suatu titik tetap dan titik Q(c + h,f(c+h) titik yang cukup dekat dengan p.
𝑓(𝑐+ℎ) −𝑓(𝑐)
m sec = ℎ

misalkan, mtan menyatakan gradien garis singgung kurva yang melalui titik
P(c,f(c)). Apabila Q digeser sepanjan g kurva menuju P, akibatnya diperoleh:

mtan = lim 𝑚sec


ℎ→0
𝑓(c+ℎ)−𝑓(𝑐)
= lim
ℎ→0 ℎ

Jadi gradien garis singgung kurva di P (c,f(c)) adalah limit fungsi di c, jika limit
nya ada yakni,
𝑓(c+ℎ)−𝑓(𝑐)
m(c) = lim
ℎ→0 ℎ

2. Turunan Fungsi di Satu Titik


Defenisi:
Turunan fungsi f adalah fungsi lain, ditulis f’ yang nilainya pada sembarang
bilangan c adalah
𝑓(𝑥)−𝑓(𝑐)
f’(𝑐) = lim ( ) asal limit ada.
𝑥→𝑐 𝑥−𝑐

3. Turunan Fungsi di Sembarang Titik


Defenisi :
𝑓(c+ℎ)−𝑓(𝑐)
f’(𝑐) = lim dengan mengambil c = x, maka turunan fungsi f
ℎ→0 ℎ

disembarang bilangan x pada daerah asal diberikan oleh,


𝑓(𝑥+ℎ)−𝑓(𝑥)
f’(𝑐) = lim
ℎ→0 ℎ

4. Notasi Leibniz dan Notasi lainnya untuk Turunan


Misalnya: f’,y’ dy/dx, untuk menyatakan turunan dari y = f(x) terhdap x.untuk
mendefenisikan turunan fungsi Leibniz mendefinisikan hasil bagi ∆y dan ∆x
yaitu:
∆𝑦 𝑓(𝑥+∆𝑥)−𝑓(𝑥)
= , bilamana ∆x→ 0, maka diperoleh turunan variabel y
∆𝑥 ∆𝑥

terhadap x yang ditulis dengan dy/dx yang didefenisikan oleh:

∆𝑦 ∆𝑦 𝑓(𝑥 + ∆𝑥) − 𝑓(𝑥)


= lim = lim
∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥 ∆𝑥→0 ∆𝑥

3. Aturan Menentukan Turunan


1. Rumus-rumus dasar turunan
Andaikan u dan v fungsi-fungsi dari x yang diferensiabel, dan k
konstanta maka:

d𝑦 𝑑
1. Jika y = k, maka d𝑥 = 0, yakni d𝑥(k) = 0

d𝑦 𝑑
2. Jika y = xn, maka d𝑥 = nxn-1, yakni d𝑥(xn) = nxn-1

d𝑦 d𝑢 𝑑 𝑑𝑢
3. Jika y =ku, maka d𝑥 =kd𝑥 , yakni d𝑥(ku)= kd𝑥

𝑑𝑦 𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑 𝑑𝑢 𝑑𝑣
4. Jika y = u+v, maka d𝑥 = d𝑥 + d𝑥 , yakni d𝑥 (𝑢 + 𝑣)= d𝑥 +d𝑥

𝑑𝑦 𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑 𝑑𝑢 𝑑𝑣
5. Jika y = u+v, maka d𝑥 = d𝑥 𝑣 + 𝑢 d𝑥 , yakni d𝑥 (𝑢𝑣)= d𝑥 v+ud𝑥
𝑑𝑢 𝑑𝑣 𝑑𝑢 𝑑𝑣
𝑑𝑦 𝑣 −𝑢 𝑑 𝑢 𝑣 −𝑢
d𝑥 d𝑥 d𝑥 d𝑥
6. Jika y = u/v,maka d𝑥 = , yakni d𝑥 (𝑣 )=
𝑣2 𝑣2

2. Aturan Rantai, Turunan Fungsi Komposisi


Teorema:

Andaikan, y= f(u) dan u= g(x) merupakan fungsi komposisi, y = f(g(x))

=( f°g)(x). Jika g terdefinisikan di x dan f terdiferensialkan di u =g(x),

maka ( f°g)(x) terdiferensial di x dan, =( f°g)’(x) = f (g(x)) g (x). Dengan

menggunakan lambang Leibniz untuk turunan rumus aturan rantasi


𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
diatas dituliskan, =d𝑢 = d𝑥 .
d𝑥

4. Turunan Fungsi Trigonometri

Sin (a + b) = sin a cos b + cos a sin b


Cos (a + b) = cos a cos b – sin a sin b

Dan

1−cos ℎ sin ℎ
lim = 0, dan lim = 1, misalkan, f(x) = sin x, menurut
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
defenisi dihasilkan:
𝑑 sin(𝑥+ℎ)−sin 𝑥
(sin x) = lim
d𝑥 ℎ→0 ℎ

sin 𝑥 cos ℎ+cos 𝑥 sin ℎ−sin 𝑥


= lim
ℎ→0 ℎ

1−cos ℎ sin ℎ
= lim (−𝑠𝑖𝑛 𝑥 + cos 𝑥 )
ℎ→0 ℎ ℎ

1−cos ℎ sin ℎ
= (- sin x) lim + (cos 𝑥)
ℎ→0 ℎ ℎ

= ( - sin x) 0 + cos x 1
= cos x

Teorema 1:
𝑑 𝑑
1. (sin 𝑥) = cos 𝑥 4. d𝑥 (cot x) = −csc2x
d𝑥

𝑑 𝑑
2. (cos 𝑥)= - sin x 5. d𝑥 (sec 𝑥) = sec x tan x
d𝑥

𝑑 𝑑
3. (tan x) = 𝑠𝑒𝑐 2x 6. d𝑥 (csc 𝑥) = − csc 𝑥 cot 𝑥
d𝑥

Teorema 2:
𝑑 𝑑𝑢 𝑑 𝑑𝑢
1. (sin u) = cos u d𝑥 4. d𝑥 (cot 𝑢) = − sin 𝑢 d𝑥
d𝑥

𝑑 𝑑𝑢 𝑑 𝑑𝑢
2. (cos 𝑢) = − sin 𝑢 5. d𝑥 (sec 𝑢) = sec 𝑢 tan 𝑢
d𝑥 d𝑥 d𝑥

𝑑 𝑑𝑢 𝑑 𝑑𝑢
3. (tan 𝑢) = sec2u d𝑥 6. d𝑥 ( csc u) = - csc u cot u d𝑥 .
d𝑥

BAB IV
Penggunaan Turunan

1. Nilai Maksimum dan Minimum


Defenisi:
Andaikan s, daerah asal fungsi f, yang memuat titik c. Dikatakan bahwa:
1. f(c) adalah nilai maksimum f pada S, jika f(c) ≥ f(x) untuk semua x di S.
2. f(c) adalah nilai minimum f pada S, jika f(c) ≤ f(x) untuk semua x di S.
3. f(c) adalah nilai ekstrim f pada S, jika f(c)≥f(x) adalah nilai maksimum
atau minimum.

Teorema 1:
Teorema kewujudan maksimum minimum. Jika f fungsi kontinu pada
interval tertutup [a, b], maka f akan mencapai nilai maksimum dan nilai
minimum.
Teorema 2:
Teorema titik kritis. Andaikan fungsi f didefenisikan pada interval I yang
memuat titik c. Jika f (c) adalah nilai ekstrim, maka c haruslah suatu titik
kritis, yakni c berupa salah satu dari:
1. titik ujung interval I
2. titik stasioner dari f, yakni f’(c) = 0
3. titik singular dari f, yakni f’ (c) tidak ada.
Pada teorema 1 menyatakan bahwa Persyaratan yang harus dipenuhi
terjadinya nilai ekstrim di c adalah f kontinu dan S adalah interval
tertutup. Sedangkan teorema 2, menyatakan bahwa c haruslah titik kritis.

2. Fungsi Naik, Fungsi Turun, dan Kecekungan Grafik


A. Fungsi Naik dan Fungsi Turun
Defenisi:
Andaikan f fungsi yang terdefenisi pada interval I.
1. Fungsi f dikatakan naik pada interval I jika untuk setiap pasang
biilangan x1 dan x2 dalam I, jika x1 < x2 maka f (x1) < f(x2)
2. Fungsi f dikatakan turun pada interval I jika untuk setiap pasang
bilangan x1 dan x2 dalam I, jika x1 < x2, maka f (x1) > f(x2)
3. Fungsi f dikatakan monoton murni interval I jika fungsi f naik atau
turun pada I.
Teorema 1:
Andaikan fungsi f fungsi kontinu pada interval I dan dapat diferensialkan
pada setiap titik dalam interval I.
1. Jika f’(x) > 0 untuk setiap x dalam I, maka f naik pada I.
2. Jika f’(x) < 0 untuk setiap x dalam I, maka f turun pada I.
Dari teorema diatas bats interval fungsi naik atau fungsi turun adalah
titik kritis, yakni titik stasioner, f’(c) = 0, atau titik singular, yakni f’(c)
tidak ada. Sehingga langkah-langkah untuk menentukan interval fungsi
naik atu turun adalah:
1. Menentukan turunan pertama dari fungsi yang diberikan
2. Menentukan ttik kritisnya ( batas Interval)
3. Menyelidiki nilai f’(x) > 0 atau f’(x) < 0 disekitar titik kritis.

B. Kecekungan dan Titik belok Grafik fungsi


Defenisi:
Kecekungan Grafik Fungsi

1. Grafik fungsi f dikatakan cekung terbuka ke atas titik (c,f(c)


apabila f’(c) ada dan terdapat interval terbuka I yang memuat c
sehingga untuk setiap x ≠ c di I titik (x,f(x)) pada grafik terletak
di atas garis singgung pada grafik dititik (c,f(x)).

2. Grafik fungsi f dikatakan cekung terbuka ke atas titik (c,f(c)


apabila f’(c) ada dan terdapat interval terbuka I yang memuat c
sehingga untuk setiap x ≠ c di I titik (x,f(x)) pada grafik terletak
di bawah garis singgung pada grafik dititik (c,f(x)).

Teorema 1:

Teorema kecekungan. Andaikan f fungsi terdiferensialkan dua kali pada


interval terbuka I.
a. Jika f’’(x)> 0, untuk semua 𝑥 dalam I, maka f cekung terbuka
ke atas pada interval terbuka I.

b. Jika f’’(x)< 0, untuk semua 𝑥 dalam I, maka f cekung terbuka


ke bawah pada interval terbuka I.

3. Maksimum dan Minimum Relatif

Defenisi:
Andaikan S, adalah daerah asal f yang memuat titik c. Dikatakan bahwa:
1. f(x) adalah nilai maksimum relatif f, jika terdapat interval terbuka (a, b)
yang memuat c sedemikian sehingga f(c) adalah nilai maksimum f pada
(a,b)

2. f(x) adalah nilai minimum relatif f, jika terdapat interval terbuka (a, b)
yang memuat c sedemikian sehingga f(c) adalah nilai minimum f pada
(a,b)

3. f(c) adalah nilai ekstrim relatif f, jika terdapat f(c) sedemikian sehingga
f(c) adalah nilai maksimum relatif atau minimum relatif.

Teorema 1:

Uji turunan pertama ekstrim relatif. Andaikan fungsi f kontinu pada interval
terbuka (a,b) yang memuat titik kritis c.

1. Jika f’(x) > 0 untuk semua nilai x pada a < x < c, dan f’(x) < 0 untuk
semua nilai x pada c < x < b, maka f(c) adalah nilai maksimum relatif
dari f.

2. Jika f’(x) > 0 untuk semua nilai x pada a < x < c, dan f’(x) > 0 untuk
semua nilai x pada c < x < b, maka f(c) adalah nilai minimum relatif dari
f.

3. Jika f’(x) > 0 bertanda sama untuk semua nilai x pada a < x < c, dan c < x
< b, maka f(c) adalah bukan nilai ekstrim f.

4. Penerapan Konsep Nilai Ekstrim

Penerapan nilai ekstrim, pada interval tertutup

Contoh:

Tentukan nilai ekstrim f(x) = 2x – 3x2/3 pada selang [–1, 3].

Penyelesaian:
Pertama, kita turunkan fungsi yang diberikan.

Berdasarkan turunan tersebut, kita dapat melihat bahwa fungsi yang diberikan
memiliki dua nilai kritis dalam interval (–1, 3). Bilangan 1 adalah nilai kritis
karena f ’(1) = 0, dan bilangan 0 juga merupakan nilai kritis karena f ’(0) tidak
ada. Dengan menentukan nilai fungsi f dari kedua nilai kritis tersebut dan kedua
ujung selang, kita dapat menyimpulkan bahwa nilai minimum fungsi tersebut f(–
1) = –5 dan nilai maksimumnya adalah f(0) = 0, seperti yang ditunjukkan oleh
tabel berikut.

Ujung Kiri Nilai Kritis Nilai Kritis Ujung Kanan


f(–1) = –5 f(0) = 0
f(1) = –1 f(3) ≈ –0,24
Minimum Maksimum

Grafik f dapat ditunjukkan oleh gambar berikut.


B. Ringkasan Buku 2

BAB I

1. Bilangan Real

Bilangan real adalah semua bilangan rasional dan irasional yang dapat mengukur
panjang, besertan negeatif dari bilangan-bilangan tersebut dan nol. Bilangan real
dapat dilihat sebagai penanda untuk titik-titik disepanjang sebuah garis mendatar.
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat ditulis dalam bentuk m/n, dengan m
dan n bilangan bulat serta n = 0. Bilangan bulat dan rasional adalah bilangan paling
sederhana diantara semuanya adalah bilangan asli 1,2,3,4,5,6,....

Dengan bilangan asli kita dapat menghitung : buku kita, teman kita, dan uang kita.
Jika kita menyertakan negatif dari bilangan asli dan nol, kita memperoleh bilangan
bulat

....-3, -2,-1,0,1,2,3,..
Contoh bilangan bulat:
3 -7 21 19 16 dan -17

4 8 5 -2 2 1
sistem bilangan real masih dapat diperluas lagi menjadi sistem bilangan
kompleks. Sistem bentuk ini berbentuk a + bi dimana a dan b adalah bilangan
real dan i=√-1.

Desimal berulang dan tak berulang

Setiap bilangan rasional dapat dituliskan sebagai desimal, karena sesuai definisi
bilangan rasional selalu dapat dinyatakan sebagai hasil-bagi dua bilangan bulat.
Jika kita membagi pembilang dengan penyebut, kita memperoleh desimal.

Contoh : ½=0,5 3/8=0,375 3/7=0,428571428571428571.....


Bilangan irasional juga dapat dinyatakan sebagai desimal sebagai contoh,

√2=1,4142135623......, ℼ=3,1415926535

Bentuk desimal dari bilangan irasional bisa memiliki akhir (seperti dalam
3/8=0,375) atau bisa juga berulang membentuk siklus teratur yang berlangsung
terus menerus (seperti dalam 13/11=1,181818). Percobaan kecil dengan
algoritnma pembagian panjang akan memperlihatkan alasannya. (catat bahwa
hanya dapat ada sejumlah sisa yang berlainan) desimal berakhir dapat dipandang
sebagai desimal berulang dengan perulangan nol. Sebagai contoh

3/8=0,375=0,3750000...

Jadi, setiap bilangn rasional dapat dituliskan sebagai desimal berulang. Dekata
lain, jika x adalah bilangan rasional, maka x dapat dituliskan sebagai sebuah
desimal berulang. Faktor luar biasanya adalah bahwa kebalikannya juga
benar:jika x dapat dituliskan sebagai desimal berulang, maka x adalah bilangan
rasional. Ini jelas terlihat dalam kasus desimal berakhir (misalnya
3,137=3137/1000) dan mudah diperlihatkan untuk kasus desimal yang berulang
terus-menerus.

Bentuk desimal dari bilangan irasional tidak berulang dalam siklus-siklus.


Sebaliknya suatu desimal tak berulang pasti menyatakan bilanagan irasional.
Sehingga misalnya,

0,101001000100001...

Pasti menyatakan suatu bilangan irasional (perhatikan pola angka-angka 0 yang


makin lama makin banyak diantara angka-angka). Diagram dalam gambar 6
meringkas apa yang telah kami sampaikan.

Kepadatan diantara dua bilangan real sebarang a dan b betapapun dekat jarak
antar keduanya, terdapat suatu bilangan real lain. Secara khusus, bilangan X1=
(a+b )/2 adalah bilangan real ditengah-tengah a dan b. Karena ada sebuah
bilangan real lain, X2 diantara a dan X1 dan sebuah bilangan real lain lagi X3
diantara X1 dengan X2 dan karena argumen ini dapat diulang terus menerus
secara infinitum (tanpa ada habisnya), kita simpulkan bahwa diantara a dan b
terdapat tak terhingga banyaknya bilangam real. Jadi, apa yang disebut dengan
bilangan real tepat lebih besar dari pada 3 itu sebenarnya tidak ada.

2. Pertidaksamaan dan Nilai Mutlak

Menyelesaikan suatu persamaan (misalnya, 3x-17=6 atau x2-x-6 = 0) adalah salah


satu tugas lazim dalam matematika. Tetapi hal yang hampir sama pentinya dalam
kalkulus adalah gagasan mengenai penyelesaikan suatu pertidaksamaan (misalnya,
3x-17 , 6 atau x2-x-6 > 0). Meneyelesaikan pertidaksamaan adalah mencari semua
himpunan bilangan real yang membuat pertidaksamaan tersebut berlaku.

Ada beberapa interval yaitu interval terbuka dan interval tertutup. Pertidaksamaan
a< x < b, yang sebenarnya adalah dua pertidaksamaan, a < x dan x < b menunjukan
interval terbuka yang terdiri dari semua bilangan anatar a dan b, tidak termasuk titik-
titik ujung a dan b. Sebaliknya pertidaksamaan a < x < b berarti interval tertutup
yang berkorespondensi, yang mencangkup titik-titik ujung a dan b.

Contoh : Selesaikan pertidaksamaan 2x-7 < 4x – 2 dan perlihatkan grafik himpunan


penyelesaian.

Penyelesaian :

2x – 7 < 4x – 2

2x < 4x + 5 (tambahkan 7)

1. 2x < 5 (tambahkan -4x)


X > -5/2 (kalikan dengan -1/2)

-3 -2 -1 0 1 2 3
(-5/2 , ∞ ) = {x x > -5/2 )
3. Sifat-sifat Nilai Mutlak

Pertidaksamaan yang melibatkan nilai mutlak jika |x| < 3 maka antara x dengan titik
asal harus lebih kecil dari 3. Dengan perkataan lain, x haruslah secara simultan lebih
kecil dari 3 dan lebih besar dari -3. Yaitu -3 < x < 3. Sebaliknya jika |x| > 3 maka
jarak antara x dengan titik asal haruslah paling sedikit 3. Ini dapat jika x > 3 atau x <
-3. Ini merupakan kasus-kasus khusus dari pernyataan – pernyataan umum berikut
yang berlaku ketika a > 0.

(1) |x| < a <=> -a < x < a

|x| > a <=> x < -a atau x > a

Rumus abc hampir senua mahasiswa akan mengingat rumus abc. Penyelesaian
untuk persamaan kuadrat ax2 + bc + c = 0 diberikan oleh

−𝑏±√𝑏 2 −4𝑎𝑐
𝑥= 2𝑎
Bilangan d = b2 - 4ac disebut diskriminan dari persamaan kuadrat, persamaan
ax2 + bx + c = 0 mempunyai dua penyelesaian real jika d > 0, satu penyelesaian
real jika d= 0 dan tidak memiliki penyelesaian real jika d < 0. Menggunakan
rumus abc , dengan mudah kita dapat menyelesaikan pertidaksamana-
pertidaksamaan kuadrat walaupun yang tidak dapat difaktorkan dengan meliht
sepintas.

Kuadrat :

|x|2 = x2 dan |x| =√ x2

Ini berasal dari sifat |a| |b| = |ab|.


Apakah operasi pengkuadratan mempertahankan pertidaksamaan? Secara umum
jawabnya tidak. Misalnya -3 < 2|. tetapi (-3)2 > 22 sebaliknya 2 < 3 dan 22 < 32 . jika
kita bekerja dengan bilangan teknegatif , maka a < b <=> a2 < b2 . salah satu variasi
yang bermanfaat |x| < |y| <=> x2 < y2

|x| < |y| <=> x2 < y2

4. Fungsi dan Grafik

Sebuah fungsi adalah f adalah suatu aturan korespondensi yang menghubungkan


tiap objek x dalam satu himpunan yang disebut daerah asal (domain), dengan sebuah
nilai tunggal f(x) dari suatu himpunan kedua. Himpunan nilai yang diperoleh secara
demekian disebut daerah hasil (range) fungsi.

Daerah asal daerah hasil untuk menyebutkan suatu fungsi secara lengkap , kita harus
menyatakan, selain aturan korespondensi daerah asal fungsi tersebut. Misalnya fjika
f adalah fungsi yang didefenisikan oleh F(x) = x 2 + 1 dengan daerah asal {-1, 0, 1,
2,3} (gambar 1) maka hasil adalah {1, 2,5,10} aturan korespondensi bersama
dengan daerah asal, menentukan daerah hasil.

F(x) = x2 + 1

3• •10

2• •5

1• •2

0• •1

3• •10

Fi •

Daerah asal Daerah hasil


Fungsi genap dan ganjil, jika f(-x) = f(x) untuk semua x, maka grafik simetri
terhadap sumbu y. Fungsi yang demekian disebut fungsi genap. Jika f(-x)= -f(x)
untuk semua x, grafik simetri terhadap titik asal. Kita sebut fungsi yang demekian
fungsi ganjil.

5. Fungsi Trigonometrik

Fungsi trigonometrik berdasarkan lingkaran satuan. Lingkaran satuan, yang kita


nyatakan c adalah lingkaran dengan jari-jari 1 dan pusat dititik asal, mempunya
persamaan x2+ y2= 1. Misalkan A adalah titik (1,0) dan t bilangan positif. Maka
terdapat satu titik tunggal P(x,y) pada lingkaran c sedemikian rupa sehingga panjang
busur AP, yang diukur menurut arah berlawan dengan putaran

jarum jam dari A adalah t.

Defenisi Fungsi sinus dan kosinus :

Misalkan t bilangan real yang menentukan titik P(x,y) seperti yang


ditunjukan diatas, maka :

Sindan
Sifat-sifat dasar sinus t = kosinus
y dan cos t =x

Beberapa pernyataan segera jelas kelihatan dari definisi yang baru saja diberikan.
Pertama, karena x dan y dapat berupa sebarang bilangan real ,daerah asal untuk
fungsi sinus maupun kosinus adalah 3. Kedua, x dan y selalu berada diantara -1 dan
1. Jadi daerah hasil untuk fungsi sinus dan kosinus adalah interval [-1,1]. Kareana
lingkaran satuan mempunyai keliling 2ℼ, nilai t dan t + 2ℼ menentukan titik P (x,y)
yang sama, jadi ,

Sin (t + 2ℼ ) = sin t dan cos t + 2ℼ = cos t


BAB II

LIMIT
Defenisi Makna limit secara intuisi adalah untuk mengatakan
bahwa lim f(x) = L,

Defenisi limit kiri dan limit kanan x



Untuk mengatakan bahwa lim f(x) = L berarti bahwa ketika x dekat tetapi
> pada
sebelah kanan c, c
+

x—>c+
berarti bahwa ketika x dekat tetapi berlainan dari c, maka f(x) dekat ke
L. maka f(x) dekat ke L. Demikian pu;a, untuk mengatakan bahwa lim f(x) = L
bearti bahwa ketika

x—>c+

x dekat tetapi pada sebelah kiri c, maka f(x) adalah dekat ke L.

 Teorema A.

lim f(x) = L jika dan hanya jika lim f(x) = L dan lim f(x) =L

x—>c+ x—>c+ x—>c+

 Teorema A. Limit Fungsi Trigonometri


Untuk setiap bilangan real c didalam daerah asal fungsi

1.lim sin t = sin c 2. lim cos t = cos c 3. lim tan


t = tan c

x—>c x—>c x—>c

4. lim cot t = cot c 5.lim sec t = sec c 6. lim csc


t = csc c

x—>c x—>c x—>c


 Limit di Tak Hingga dan Limit Tak Hingga
Tin jau fungsi g(x) = x/ (1+ x2). Defenisi limit x—>∞ . misalkan f
terdefenisi pada [c,∞) untuk suatu bilangan c. Kita katakan bahwa lim
f(x) = L . jika untuk masing-masing ε>0 terdapat bilangan M yang
berpadanan sedemikian rupa sehingga
X > M => |f(x) – L| < ε
Limit tak hingga tinjau fungsi f(x) = 1/(x-2). Ketika x menjadi dekat ke 2
dari kiri, nampak fungsi mengecil tanpa batas . serupa, ketika x
mendekati 2 dari kanan, nampak fungsi membesar tanpa batas.
Defenisi limit tak hingga :
Kita katakan bahwa lim f(x) = ∞ jika untuk masing-masing bilangan
positif
x—>c+

berpadanan ϭ > 0 sedemikian rupa sehingga

0 < x – c < ϭ => f(x) > M.

BAB III

TURUNAN

Defenisi Turunan :

Turunan f adalah fungsi lain f’ ( dibaca “f aksen”) yang nilainya pada sekarang
bilangan c adalah

𝑓(𝑥+ℎ)−𝑓(𝑥)
F(𝑥) = lim ℎ

h—>0

asalkan limit ini ada dan bukan ∞ atau -∞


Bentuk- bentuk setara untuk Turunan, tidak ada yang keramat tentang
penggunaan huruf h dalam mendefenisikan f’(c), misalkan :

𝑓(𝑥+ℎ)−𝑓(𝑥)
F(𝑥) = lim ℎ

h—>0

𝑓(𝑐+𝑝)−𝑓(𝑐)
= lim 𝑝

h—>0

𝑓(𝑐+𝑠)−𝑓(𝑐)
= lim 𝑠

h—>0

Turunan Fungsi Trigonometri

Rumus-rumus Turunan , untuk mencari Dx (sin x) kita berstandar pada


defenisi turunan dan menggunakan identitas penjumlahan untuk sin (x+h).

 Teorema A
Fungsi f(x) = sin x dan g(x) = cos x keduanya terdiferensialkan, dan
Dx (sin x) = cos x Dx (cos x) = -sin x

Aturan Rantai

 Teorema A Aturan Rantai


Misalkan y= f(u) dan u= g(x). Jika g terdiferensialkan di x dan f
terdiferensialkan di u= g(x), maka fungsi komposit f o g, yang
didefenisikan oleh (f o g) (x) = f(g(x)), adalah terdefenisiasikan di x dan
(f o g)’(x)=f’(g(x))g’(x)
Yakni
Dx(f(g(x))) = f’(g(x))g’(x)

Diferensiasi implisit
Dy/dx tanpa terlebih dahulu menyelesaikan secara persamaan yang diberikan
untuk y dan x yang disebut diferensiasi implisit

Diferensial

Defenisi diferensial : Misalkan y= f(x) adalah fungsi terdiferensiasi dari variabel


bebas x

∆x adalah pertambahan sebarang dalam variabel bebas x

dx disebut diferensial variabel bebas x, adalah sama dengan ∆x

∆y adalah perubahan sebenarnya dalam variabel y ketika x berubah dari x ke x +


∆x ; yakni y =f (x+∆x) – f(x)

dy disebut diferensial variabel tak bebas y, didefenisikan oleh dy = f’(x)dx

BAB IV

APLIKASI TURUNAN

Defenisi

Misalkan S, daerah asal f, mengandung titik c. Kita katakan bahwa

Maksimun Dan nilai


(i) f(c) adalah Minimum
maksmum f pada S jika f(c) > f(x) untuk semua x di S;

(ii) f(c) adalah nilai minimum f pada S jika f(c) < f(x) untuk semua x di S;

(iii) f(c) adalah nilai ekstrim f pada S jika ia adalah nilai maksimum atau
nilai minimum

(iv) fungsi yang ingin kita maksimumkan atau minimumkan dalam fungsi
objektif

 Teorema keberadaan Maks-Min


Jika f kontinu pada interval tertutup [a,b] maka f mencapai nilai
maksimum dan nilai minimum .

Terjadinya nilai-nilai ekstrim biasanya fungsi objektif suatu interval I sebagai


daerah asalnya. Tetapi interval ini boleh sebarang dari sembilan tipe.

Kecendungan suatu fungsi mungkin menaik dan tetap mempunyai grafik yang
sangat bergoyang .

Defenisi :

Misalkan f terdiferensiasi pada interval terbuka I. Kita katakan bahwa f (dan


grafiknya) cekung ke atas pada I jika f’ menaik pada I dan kita katakan bahwa
cekung ke bawah pada I jika f’ menurun pada I.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Buku yang mudah saya pahami dari kedua buku kalkulus ini, adalah buku
kalkulus fungsi satu variabel yang ditulis oleh Prayudi, karena dalam buku
kalkulus tersebut memiliki pembahasan yang mudah dimengerti, karena
dilengkapi dengan defenisi dari setiap materi buku serta dilengkapi dengan
teorema yang dapat membantu pembaca dalam memahami setiap topik yang ada
dalam buku kalkulus fungsi satu variabel. Dan setiap akhir pembahasan topik
dilengkapi dengan lembar kerja/kumpulan soal yang dapat membantu
kemampuan dalam memahami setiap topik pembahasan.

B. Saran

Penulis mengharapkan kritik dan saran dari setiap pembaca makalah ini, agar
makalah ini menjadi sumber referensi yang lebih baik lagi bagi setiap pembaca
makalah kalkulus ini.
DAFTAR PUSTAKA

Prayudi. 2006. Kalkulus fungsi Satu Variabel. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Rigdon. 2008. Kalkulus Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai