Oleh:
Anik Damayanti
NIM: 205221186
Kelas: 1E
Himpunan adalah suatu kumpulan tau gugusan dari sejumlah objek. Objek-objek
yang mengisi atau membentuk suatu himpunan disebut anggota, elemen, atau
unsur.dalam penyajian secara umum himpunan dilambangkan dengan huruf kapital.
Sedangkan objek yang mengisi ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan matematis (notasi):
p ∈A, artinya bahwa objek p merupakan anggota himpunan A.
A ⊂ B, artinya bahwa A merupakan himpunan bagian dari B
A ¿ B, artinya bahwa himpunan A sama dengan himpunan B
Pernyataan ingkaran atau sebaliknya dilambangkan dengan simbol ∉ ,⊄, ≠ .
b. Penyajian himpunan
Penyajian himpunan terdapat dua cara, yaitu cara daftar dan cara kaidah. Cara
daftar ialah dengan cara mencatumkan semua objek yang menjadi anggota suatu
himpunan, contoh: A = {1, 2, 3, 4, 5 } yang berarti himpunan A beranggotakan
bilangan bulat positif dari 1 sampai 5. Sedangkan cara kaidah ialah dengan
menyebutkan karateristik tertentu dari objek-objek yang menjadi anggota himpunan
tersebut, contoh: A= { x; 0<x<5 } yang berarti himpunan A beranggotakan objek x,
dimana x adalah bulat positif yang lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari lima. A =
{x; 1 ≤ x ≤ 5 } yang berarti himpunan A beranggotakan objek x yang harganya paling
sedikit sama dengan satu dan paling banyak sama dengan lima.
ϕ ⊂ A, ϕ ⊂ B, ϕ⊂C dan ϕ ⊂ U
A∩B A∩B=ϕ
Dalam hal A ∩ B = Φ , yakni jika A dan B tidak memiliki anggota yang dimiliki
bersama disebut dengan disjoin.
Selisih himpunan A dan B dituliskan dengan notasi A – B atau A|B, yaitu
himpunan yang beranggotakan objek-objek milik A yang bukan objek milik B.
A – B = A|B = {,x; x ∈ A tetapi x ∉ B }
A–B
B. Sistem Bilangan
Bilangan
Nyata Khayal
Irrasional Rasional
Bulat Pecahan
Bilangan nyata dapat positif maupun negatif. Bilangan khayal adalah bilangan yang
berupa akar pangkat genap dari suatu bilangan negatif. Perbedaan anatara kedua
jenis bilangan ini adalah bilanagn nyata mengandung satu sifat secara tegas yaitu
positif dan negate, serta tidak kedua-duanya. sedangkan bilangan khayal sifatnya
tidak jelas, apakah positif atau negative. Bilangam khayal yang mengandung kedua
sifat positif dan negative sekaligus disebut bilangan kompleks.
Bilangan rasional adalah bilangan hasil bagi anatara dua bilangan, yang berupa
bilangan bulat atau berupa pecahan dengan decimal terbatas, atau decimal
berulang. Sedangkan bilangan irrasional adalah hasil bagi antara dua bilangan,
berupa pecahan dengan decimal tak terbatas dan tak berulanbg termasuk bilangan
π dan ⅇ . Bilangan bulat adalah hasil bagi antara dua bilangan yang hasilnya bulat,
termasuk 0. Bilangan pecahan adalah hasilbagi antara dua bilangan yang hasilnya
pecahan dengan decimal terbatas atau decimal berulang.
Penggolongan bilangan berdasarkan pendekatan teori himpunan:
a. Semua bilangan bulat adalah bilangan rasional, tapi tidak semua bilangan
rasional berupa bilangan bulat.
b. Semua bilangan pecahan adalah bilangan rasional, tapi tidak semua bilangan
rasional berupa bilangan pecahan.
c. Semua bilangan irrasional adalah bilangan berdesimal, tapi tidak semua
bilangan berdesimal adalah bilangan irrasional.
a. Pangkat
()
a a
x x
6. = a
y y
a b
7. ( x ) =x ab
b
8. xa x a =x c dimana c= ab
2. Kaidah perkalian berpangkat
xa. xb = x a-b
xa. ya = (xy)a
xa: xb = x a-b
()
a
x
xa: ya =
y
b. Akar
Bentuk umum:
√a m=x jika xa = m
1. Kaidah pengakaran bilangan
m √ x a ± n √ x a = (m±n) b √ x a
b b
√b x ⋅ √b y= √b xy
c. Logaritma
1. Basis logaritma
- Logaritma dapat dihitung untuk basis berapapun
- Biasanya berupa bilangan positif dan tidak sama dengan satu
- Basis logaritma yang paling alzim dipakai adalah 10 (commom logarithm/
logaritma briggs)
- logm berarti 10logm / log24 berarti 10log 24
- logaritma berbasis bilangan e (2,72) disebut bilangan logaritma alam
(natural logarithm/ logaritma napier)
- lnm berarti elogm
2. kaidah-kaidah logaritma
1. Deret Hitung
Besarnya nilai suku tertentu (ke-n) dari sebuah deret dihitung menggunakan rumus
yaitu Sn = a + (n – 1) b
a = suku pertama (S1)
b = pembeda
n = indeks suku
b. Jumlah n suku
Jumlah sebuah deret hitung sampai dengan suku tertentu tak lain adalah jumlah nilai
suku-sukunya, sejak suku pertama (S1 atau a ) sampai dengan suku ke-n (Sn) yang
bersangkutan.
n
Jn = ∑ S I = S1 + S2 + S3 +…. + Sn
i=1
n
Jn = {2a + (n-1) b
2
2. Deret Ukur
b. Jumlah n suku
A. Fungsi Linier
Fungsi linier merupakan setiap fungsi yang berebentuk eksplisit atau bisa
dieksplisitkan, dapat disajikan secara grafik pada bidang sepasang sumbu silang
(sistem koordinat). Gambar yang dihasilkan mungkin berupa garis lurus atau berupa
kurva, tergantung pada jenis fungsi yang bersangkutan. Gambar dari sebuah fungsi
dapat dihasilkan dengan cara menghitung koordinat titik-titik yang memenuhi
persamaannya, kemudian memindahkan pasangan-pasangan titik tersebut ke
sistem sumbu silang.
Penggambaran rungsi linier adalah yang paling mudah dilakukan. Sesuai dengan
namanya setiap fungsi linear akan menghasilkan sebuah garis lurus. Contoh:
Bentuk umum persamaan y = a + bx
Bentuk implisit Ax + By + C = 0
y = 3+2x
x 0 1 2 3 4
y 3 5 7 9 11
11
9
7
5
3
1 2 3 4
Fungsi non-linier dapat berupa fungsi kuadrat, fungsi eksponen, fungsi logaritma,
fungsi pecahan, dsb. Gambar dari fungsi non linier ini bukan suatu garis lurus,
melainkan suatu garis lengkung.
Fungsi Kuadrat
Fungsi kuadrat adalah fungsi yang pangkat tertinggi dari variabel adalah dua. Bentuk
umum persamaannya yaitu y = f(x) = ax2 + bx + c. dimana
y = variabel terikat
x = variabel bebas
a, b = koefisien, a ≠ 0
c = konstanta
Terdapat dua cara untuk mengerjakan soal fungsi kuadrat, yaitu:
1. Dengan cara sederhana (curve traicing process)
2. Dengan cara matematis (menggunakan ciri-ciri yang penting.
Yaitu dengan menggunakan tabel x dan y, dimana kita tentukan dulu nilai x sebagai
variabel bebas, maka dengan memasukkan beberapa nilai x kita akan memperoleh
nilai y.
Kemudianplotkan masing-masing pasangan titik tersebeut.
(
Titik:
−b
)
2a
,0
3. Titik puncakyaitu titik dimana arah dari grafik fungsi kuadrat kembali ke arah
semula.
Titik puncak( x , y )=((−b)/2 a ,(−(b 2−4 ac))/4 a)
4. Sumbu simetri adalah sumbu yang membagi/membelah dua grafik fungsi
kuadrat tersebut menjadi dua bagian yang sama besar.
−b
Sumbu simetri: x=
2a
BAB IV
Diferensial
1. Parsial Diferensial
Parsial deferensial yaitu sebuah fungsiyang hanya mengandung satu variabel bebas
hanya akanmemiliki satu macam turunan jika y ¿ f(x) maka turunan y terhadap x: y’ ¿
dy/dx. Sedangkan, jika fungsi yang bersangkutan memiliki lebih dari satu variabel
bebas, maka turunannya akan lebih dari satu macam, tergantung jumlah variabel
bebasnya.
Jika y ¿ f (x, z), maka
∂y ∂y
dy ¿ dq + dz
∂q ∂z
∂y ∂y ∂y ∂y
dan disebut derivatif parsial, dq dan dz disebut diferensial parcial,
∂q ∂z ∂q ∂z
sedangan dy disebut diferensial total.
2. Parsial Derifativ
∆ y =f ( x 1+ ∆ x 1 , x 2 , x 3 ,… , xn ) −f ( x 1 , x 2 , x 3 , … , xn )
∆x1 ∆x1
Derifativ y terhadap x1 sebagaimana contoh diatas disebut sebagai derifativ parsial
∂y
dan dilambangkan dengan:
∂ x1
lim Δy
Fungi turunan derifativ adalah ∂ y Δ x →0
= 1
∂ x1 Δ x1
3. Titik Ekstrim
a. Untuk y = f (x, z) maka y akan encapai titik ekstrimnya jika:
∂y ∂y
=0 dan =0
∂x ∂z
b. Untuk mengetahui apakah titk ekstrim yang tercapai adalah maksimum atau
minimum, maka:
∂2 y ∂2 y
<0 dan <0 →maksimum
∂ x2 ∂ z2
∂2 y ∂2 y
2
>0 dan 2
>0 → minimum
∂x ∂x
4. Optimalisasi Bersyarat
Terdapat 2 metode yaitu metode subtitusi dan metode lagrange. Kedua metode
tersebut berlaku untuk kedue fungsi baik minimum maupun maksimum. Nilai
optimum diperoleh ketika turunan pertama dari fungsi tersebut sama dengan nol,
sedangkan untuk mengetahui apakah nilai tersebut maksimum atau minimum, dapat
diselidiki dari turunan keduanya:
Jika turunan kedua < 0, maka masimum dan jika turunan kedua > 0 maka minimum.
Metode subtitusi
Jika fungsi objektif
Z = f (x, y)
s.t u = g (x, y) → fungsi kendala
1) manipulasi fungsi kendala menjadi persamaan salah satu variabel
2) subtitusikan persamaan tersebut kedalam fungsi objektifitasnya
3) cari turunan pertama dari fungsi tersebut (untuk mencari nilai ekstrim)
4) selidiki maksimum/minimum dengan mencari turunan kedua sesuai dengan
persyaratan.
Metode lagrange
Z = f (x, y)
s.t u = g (x, y) → fungsi kendala
maka: L (x, y, λ) = f (x, y) + λ (g (x, y) – u)
Nilai optimum terjadi pada saat Lx dan Ly = 0 (necessary condition) dan Nilai
optimum adalah maksimum jika Lxx dan Lyy < 0 dan minimum jika Lxx dan Lyy > 0
(sufficient condition)
BAB V
INTEGRAL
INTEGRAL
Terdapat 2 macam integral yaitu integral taktentu dan integral tertentu. Integral
taktentu adalah kebalikan dari diferensial, yakni suatu konsep yang berhubungan
dengan proses penemuan suatu fungsi asal apabila turunan atau derifatif dari
fungsinya diketahui. Sedangkan integral tertentu merupakan suatu konsep yang
berhubungan dengan proises pencarian luas suatu area yang batas-batas atau limit
dari area tersebut sudah tertentu.
Mengintegralkan suatu fungsi turunan f(x) berarti adalah mencari integral atau
turunan-antinya, yaitu F(x).
Bentuk umum integral dari f(x) adalah:
∫ f ( x ) dx=F ( x ) +k
2. Integral tertentu
∫ f ( x ) =F ( x ) ¿ ba=F ( b )−F ( a )
a
3. Penyelesaian integral
Rumus dasar:
BAB VI
MATRIKS
Matriks adalah kumpulan bilangan yang disajikan secara teratur dalam baris dan
kolom yang membentuk suatu persegi panjang, serta termuat diantara sepasang
tanda kurung siku.
Pencarian nilai numerik dari suatu determinan dapat dilakukan dengan cara
mengalihkan unsur-unsurnya secara diagonal.
Determinan matriks ordo 2x2:
A= [ x11 x 12
x21 x 22
. ]
maka determinan matriks A adalah |A| = (x11.x22) – (x12.x21)
[ ]
a11 a12 a 13
A = a21 a22 a23
a31 a32 a 34
1. Salin dua kolom pertama dari determinan disebelah tanda kurung siku
2. Buat diagonal utama matriks dan dua garis yang sejajar dan kedua garis yang
sejajar diagonal utama, beri nama hasilnya D utama, kemudian jumlahkan. Dutama
= a 11 a22 a33+ ¿ a 12
3. Buat diagonal sekunder matriks (garis panah keatas) yang melalui tiga buah
elemen matriks. Buat juga dua garis yang sejajar diagonal sekunder.
Dsekunder = a 11 a12 a13+ ¿ a 21 a22 a33 +¿ a 31 a32 a33
4. Kurangkan hasil perhitungan Dutama dengan Dsekunder. Jadi, D = Dutama – Dsekunder.
Invers matrik ordo 2x
[ ][ ] [ ]
a11 a 12 a13 x b1
a21 a 22 a23 y = b2
a31 a 32 a33 z b3
A x B
Dengan A adalah matriks koefisien dari SPL dan B matriks tetapan dari SPL
2. Untuk menentukan determinan matriks A yang pertama bentuk matriks X’
dengan cara mengganti kolom ke-1 matriks A gengan matriks kolom B
(tetapan SPL), kemudian tentukan determinan matriks X’
[ ]
b 1 a12 a13
Dx= b 2 a22 a23
b3 a32 a33
[ ]
a 11 b1 a13
Dy= a 12 b2 a23
a 13 b3 a33
4. Bentuk matriks Z’ dengan cara mengganti kolom 3 matriks A dengan matriks
kolom B, kemudian hitung determinan matriks Z’
[ ]
a 11 a12 b 1
Dx= a 12 a22 b 2
a13 a32 b3
BAB VII
Di bidang bisnis dan ekonomi teori atau prinsip-prinsip deret sering digunakan dalam
kasus-kasus yang menyangkut perkembangan dan pertumbuhan. Apabila
perkembangan atau pertumbuhan suatu gejala tertentu berpola seperti perubahan
nilai-nilai suku sebuah deret, baik deret hitung ataupun deret ukur, maka teori deret
yang bersangkutan (relevan) diterapkan untuk menganalisisnya.
a. Model perkembangan usaha
Jika perkembangan variabel-variabel tertentu dalam kegiatan usaha misalnya
produksi, biaya, pendapatan, penggunaan tenaga kerja, atau penanaman modal
berpola sepertoi deret hitung maka prinsip-prinsip deret hitung dapat digunsksn
untuk menganalisis perkembangan variabel tersebut. Berpola seperti deret hitung
maksudnya bahwa variabel yang bersangkutan bertambah secara konstan dari satu
periode ke periode ke periode berikutnya.
Contoh:
Perusahaan genteng “Sokajaya” menghasilkan 3.000 buah genteng pada bulan
pertama produksinya. Dengan penambahan tenaga kerja dan peningkatan
produktifitasnya, perusahaan mampu menambah produksinya sebanyak 500
genteng tiap bulannya. Jika perkembangan produksinya konstan, berepa buah
genteng yang dihasilkan pada bulan kelima? Berapa buah yang dihasilkan sampai
dengan bulan tersebut?
Diketahui:
a¿ 3.000
b ¿ 500
c¿5
ditanya: S5 dan J5?
S5 ¿ 3.000 + (5 – 1) 500 = 5.000
J5 = 5/2 (3000 + 5.000) = 20.000
Jumlah produksi pada bulan kelima adalah 5.000 dan jumlah seluruh produksi
sampai bulan kelima 20.000
( )
mn
ⅈ
Fn = P 1+
m
1
1
Suku
( 1+ ⅈ )
dan
( )
1+
ⅈ dinamakan “faktor diskondo” (discount factor) yaitu suatu
m
bilangan lebih kecil dari 1 yang dapat dipakai untuk menghitung nilai sekarang dari
suatu jumlah dimasa datang.
c. Model pertumbuhan penduduk
Penerapan deret ukur yang paling konvensional di bidang ekonomi adalah dalam hal
penaksiran jumlah penduduk. Sebagaiman pernah dinyatakan oleh Malthus,
penduduk dunia tumbuh mengikuti pola deret ukur. Secara matematik, hal ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
P1 = P1Rt-1
Dimana R = 1 + r
P1 = jumlah pada tahun pertama (basis)
Pt = jumlah pada tahun ke-t
r = presentase pertumbuhan pertahun
t = indeks waktu (tahun)
BAB VIII
a 1
P= − Q
b b
0 Q
Dalam persamaan diatas terlihat bahwa variabel P (price/harga) dan variabel Q
(quantity/jumlah) mempunyai tanda yang berlawanan. Ini mencerminkan hukum
permintaan, bahwa apabila harga naik jumlah yang diminta akan berkurang dan
apabila harga turun maka jumlah permintaan akan bertambah.
Fungsi penawaran menghubungkan antara variabel harga dan variabel jumlah
(barang/jasa) yang ditawarkan. Bentuk umum fungsi penawaran:
P
Q = -a +bP
a 1
p= + Q
b b
a/b
-a 0 Q
Dalam bentuk persamaan di atas terlihat bahwa variabel P (harga) dan variabel Q
(jumlah) mempunyai tanda yang sama, yaitu sama-sama positif. Ini mencerminkan
hukum penawaran, apabila harga naik jumlah yang ditawarkan akan bertambah dan
apabila harga turun jumlah yang ditawarkan akan berkurang. Gerakan harga searah
dengan gerakan jumlah, oleh karena itu kurva penawaran berlereng positif.
Keseimbangan pasar. Pasar suatu macam barang dikatakan berada dalam
keseimbangan (equilibrum) apabila jumlah barang yang diminta dipasar tersebut
sama dengan jumlah barang yang ditawarkan. Secara matematik dan grafik hal ini
ditunjukan oleh kesamaan Qd = Qs, yakni pada perptotngan kurva permintaan
dengan kurva penawaran. Pada posis keseimbangan pasar ini tercipta harga
keseimbangan (equilibrium price) dan jumlah keseimbangan (equilibrium quantity).
Berikut merupakan kurva keseimbangan pasar:
P
Qs
Pe E
0 Qe Q
Qd = Qs
Qd = jumlah permintaan
Qs = jumlah penawaran
E = titik keseimbangan
Pe = harga keseimbangan
Qe = jumlah keseimbangan
Contoh:
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P = 15 – Q,
sedangkan penawarannya P = 3 + 0,5Q. Berapa harga keseimbangan dan jumlah
keseimbangan yang tercipta dipasar?
Permintaan: P = 15 – Q → Q = 15 – P
Penawaran: P = 3 + 0,5Q → Q = -6 + 2P
Qd = Qs
15 – P = -6 +2P
21 = 3P
P=7
Q = 15 – P
= 15 – 7
=8
Jadi, Pe = 7 dan Qe = 8
BAB IX
BAB X
Terdapat dua cara pembaccaan tabel di atas yaitu kesamping dan kebawah.
Pembacaan tabel ke samping berarti menjelaskan bahwa dari seluruh keluaran
(output) sektor pertanian senilai 100, 20 dari sektor pertanian sendiri, 35 dari sektor
industri, 5 dari sektot jasa akhir, dan 40 dibeli konsumen akhir sebagai barang
konsumsi. Begitu juga cara pembacaan tabel kebawah juga sama. Perbedaannya
cara pembacaan kebawah bertambah nilai tambah (added value). Nilai tambah ini
sering juga disebut masukan primer (primary input).
Tabel transaksi bisa juga dituliskan dalam bentuk notasi matriks. Misalnya X ij
melambangkan keluaran sektor I yang dipergunakan sebagai masukan oleh sektor j,
Ui melambangkan permintaan akhir terhadap keluaran sektor i, Y j melambangkan
nilai tambah sektor j, dan X j adalah keluaran total dari sektor j, maka tabel
transaksinya secara matriks:
Matriks transaksi
Distribusi konsumsi Permintaan Keluaran
akhir total
Distribusi X11 X12 ……………………………… X1m U1 X1
produksi X21 X22 ……………………………… X2m U2 X2
b. Matriks teknologi
Dari matriks transaksi diatas dapat diketahui, bahwa bagi sektor j untuk
memproduksi keluaran sejumlah Xj diperlukan masukan dari sektor 1 hingga sektor
m dan sejumlah tertentu nilai tambah atau masukan primer. Hal ini berarti bahwa
masing-masing kolom menggambarkan hubungan masukan-keluaran antarsektor.
Begitu pula pada saat yang sama matriks transaksi memberikan informasi tentang
bagaiman keluaran dari sesuatu sektor terdistribusi diantara sektor-sektor yang ada,
termasuk sektor konsumen akhir. Hal inipun menggambarkan hubungan masukan-
keluaran antar sektor. Jika nilai setiap unsur dalam matriks transaksi tersebut dibagi
dengan nilai jumlah baris atau nilai jumlah kolom yang bersesuaian (misalnya X 1j
dibagi Xj) maka diperoleh suatu rasio yang dinamakan koefisien teknologi.
x ij
Koefisien teknologi a ij=
xj
Koefisien teknologi aij merupakan suatu rasio yang menjelaskan jumlah atau nilai
keluaran sektor I yang diperlukan sebagai masukan untuk menghasilkan suatu unit
keluaran disektor j.
Matriks teknologi adalah sutu matriks dalam analisis masukan-keluaran yang unsur-
unsurnya berupa koefisien teknologi. Sebagai ilustrasi, matriks teknologi untuk
perekonomian negara kertagama:
P I J
BAB XI
1. Nilai Sekarang
Nilai sekarang atau present value adalah berapa nilai uang saat ini untuk nilai
tertentu dimasa yang akan datang. Present value atau nilai sekarang bisa dicari
dengan menggunakan rumus future value atau dengan rumus berikut ini:
PV = FV (1 + r) -n
Keterangan:
FV = future value
PV = nilai sekarang
r = suku bunga
n = waktu (tahun)
PV = FV (1 + r / 360)-360n
Contoh:
Harga sepeda motor 2 tahun mendatang sebesar Rp.10.000.000. tingkat bunga rata-
rata 12% setahun. Berapa yang harus ditabung agung saat ini agar dapat
membelinya dua tahun mendatang, dengan asumsi: bunga dimajemukkan setahun
sekali dan bunga dimajemukkan setahun 2 kali
Jawab:
Nilai yang akan datang atau future value adalah nilai uang di massa yang akan
datang dengan tingkat bunga tertentu. Future value atau nilai yang akan datang
dapat dihitung dengan rumus:
FV = PV (1 + r) n
FV = PV (1 + r/ 360)360n
Contoh:
Pada tanggal 2 januari 2000, agung menabung uangnya ke bank mandiri sebesar
Rp. 2.000.000. dengan tingkat bunga sebesar 12% pertahun. Hitung nilai tabungan
agung pada tanggal 2 januari 2002, dengan asumsi: bunga dimajemukkan setahun
sekali, bunga dimajemukkan sebulan sekali, bunga dimajemukkan setiap hari.
Jawab:
BAB XII
Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat
harga. Dalam hukum permintaan besar kecilnya jumlah barang yang diminta sangat
tergantung pada tingkat harga barang tersebut. Apabila keadaan lainnya tetap
(cateris paribus) dengan tingkat pendapatan yang tetap, jika harga naik, jumlah
sudut brang pun naik. Maka, jumlah yang diminta akan berkurang.
Sebaliknya, jika harga dari barang dari barang itu turun, jumlah yang diminta akan
bertambah. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:
P2 permintaan
P1
0 x1 x2 x
Dari gambar di atas terlihat bahwa terdapat suatu pola hubungan variabel kuantitas
atau jumlah yang diminta dari suatu barang dengan variabel harga barang tersebut.
Apabila pola hubungan tersebut digambarkan, akan terlihat suatu grafik yang sering
disebut kurva permintaan, seperti dapat dilihat pada gambar diatas hubungan antara
variabel kuantitas dan variabel harga tersebut dapat dinyatakan dalam suatu formula
yang disebut fungsi permintaan. Fungsi permintaan merupakan hubungan antara
variabel yang menentukan/mempengaruhi jumlah yang diminta. Hal itu berupa harga
(independen variable) dengan variabel jumlah yang diminta (dependent variable).
Hubungan kedua variabel itu dinyatakan sebagai x adalah fungsi p atau x = f(p)
dimana x adalah variabel kuantitas/jumlah dan p adalah variabel harga.
Pola hubungan variabel jumlah yang diminta dengan variabel harga dapat berbentuk
garis lurus yaitu fungsi linier. Selain itu, dapat juga berbentuk garis tidak lurus, yaitu
fungsi nonlinier, antara lain fungsi kuadrat, fungsi pecah, dan fungsi eksponensial.
Kurva permintaan pada umumnya bergerak dari kiri atas ke kanan bawah. Dan
dalam kurva permintaan, variabel kuantitas/jumlah dan variabel harga tidak mungkin
terjadi untuk nilai-nilai negatif.
Disamping kedua hal di atas, kurva permintaan mempunyai ketentuan bahwa pada
suatu tingkatan harga (P) hanya terkandung satu nilai kuantitas/jumlah (x), atau
sebaliknya. Pada suatu kurva permintaan garis lurus (linear), tingkat pertambahan
kuantitas/jumlah diakibatkan oleh turunnya harga. Dalam hal ini sama dengan yang
dinyatakan dalam bentuk umum fungsi: x = ap + b dimana x adalah variabel
kuantitas, P adalah variabel harga, sedangkan a dan b adalah konstanta.
15 X
Pada grafik diatas terlihat bahwa: x = f (p) di mana x merupakan variabel yang
dicari/tidak bebas (dependent variable) dan p merupakan variabel yang menetukan/
bebas (independent variable). Bentuk ini yang berlaku umum dalam ekonomi.
Dalam bentuk yang lain yaitu p = f (x), x merupakan variabel yang menetukan/bebas
(independent variable) dan p merupakan variabel yang dicari/tidak bebas
(dependent variable).
Pada suatu kurva permintaan garis tidak lurus (nonlinier) yang berbentuk parabola,
fungsi permintaannya merupakan fungsi kuadrat. Bentuk umum dari fungsi
permintaan yang kuadrat dari x = f (p) adalah x 2 + bp + c dimana x adalah variabel
kuantitas (yang merupakan variabek yang dicari) dan p adalah variabel harga (yang
merupakan variabel menentukan/independent variable). Sementara itu a, b, c adalah
konstanta.
Dalam hal ini tingkat pertambahan/penurunan jumlah yang diminta diakibatkan oleh
turun/naiknya harga barang tersebut tergantung pada tingkat harga (p) dan besarnya
nilai a. secara lebih tepat, dapatlah dikatakan bahwa tingkat
pertambahan/penurunan jumlah yang diminta tergantung pada elastisitas
permintaan barang tersebut.
Contoh:
x = 0, maka p2 – 7p + 12 = 0
7 ± √ 49−4 8 7 ±1
p1,2 = = = 4 atau 3
2 2
untuk p = 0, maka x x = 12
sedangkan titik ekstrem yang merupakan ciri fungsi kuadrat adalah p (-1/4, 31/2).
Sumbu simetris dari fungsi permintaan ini adalah pada p = 31/2. Maka gambar
grafiknya sebagai berikut
12 x
Bentuk umum fungsi sederhan dari fungsi permintaan yang berbenyuk fungsi pecah
adalah:
ax +b
P=
cx + d
3 x+ 4
p=
x−1
3
1
7
Penawara adalah jumlah barang yang ditawarkan pada berbagai tingkat harga.
Kurva penawaran suatu barang merupakan grafik yang menggambarkan grafik yang
menggambarkan pola hubungan antar jumlah yang ditwarakna dari barang tersebut
pada berbagai tingkat harga. Kurva permintaan ini mempunya persyaratan yaitu
berlaku untuk variabel kuantitas atau x dan variabel harga atau p yang positif. Dalam
hukum penawaran terlihat bahwa besar kecilnya jumlah barang yang ditawarkan
sangat tergantung pada tingkat harga barang tersebut. Dalam keadaan lain dapat
saja tetap (cateris paribus). Maka, jika harga sutu barang naik jumlah barang yang
ditawarkan bertambah, bigutupun sebaliknya.
Bentuk umum kurva penwaran biasanya seperti gambar berikut:
P
-2 0 x
3. Keseimbangan Pasar
-3 12 X
BAB XIII
Jawab:
1. Metode persamaan
140.000 .000
BEP (rupiah) =
1−
[1.125.000 .000
1.425.000 .000 ]
= 140.000.000/0,21
= 665.000.000
a
BEP (unit) =
p−b
= 140.000.000/ 20.000
=7000 unit
2. Metode kontribusi unit
BEP (unit) = biaya tetap/margin kontribusi perunit
= 140.000.000/20.000
= 7000 unit
BEP (rupiah) = biaya tetap/rasio margin kontribusi
= 140.000.000/0,21
= 665.000.000,00
BAB XIV
Biaya penerimaan, produksi total, rata-rata, dan marjinal
1. Biaya Penerimaan
Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau
dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan
hasil dari penjualan produksinya.
Macam-macam penerimaan:
1. Total penerimaan (TR)
Total penerimaan adalah jumlah seluruh penerimaan perusahaan dari hasil
penjualan sejumlah produk. Cara untuk menghitung penerimaan total dapat
dilakuakn dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk perunit. Jika
dirumuskan sebagai berikut:
TR = Q X P
TR = total penerimaan
Q = jumlah produk
P = harga jual perunit
2. Penerimaan rata-rata (AR)
Penerimaan rata-rata adalah penerimaan perunit produk yang terjual. Untuk
menghitung penerimaan rata-rata dapat dilakukan dengan cara memebagi
penerimaan total dengan jumalh produk (barang) yang terjual. Jika dirumuskan
sebagai berikut:
AR = TR/Q
AR = penerimaan rata-rata
TR = penerimaan total
Q = jumlah produk
3. Penerimaan marginal (MR)
Penerimaan marginal adalah penerimaan tambahan dari adanya tambahan perunit
produk yang dijual. Jika dirumuskan sebagai berikut:
MR = TR/Q
MR = penerimaan marginal
TR = penerimaan total
Q = jumlah produk
2. Produksi Total
Fungsi produksi menjelaskan jumalh maksimum produk (output) yang dapat
dihasilkan perusahaan untuk setiap kombinas faktor produksi (input) pada tingkat
teklnologi yang sekarang.
1. Biaya total
Biaya total adalah keseluruhan biaya proiduksi yang digunakan untuk
menghasilkan sejumlah output tertentu baik yang bersifat tetap maupun variabel.
Contoh: perusahaan melakukam pengkalkulasian total biaya produksi yang
dikeluarkan.
2. Biaya variabel
Biaya variabel adalah pengeluaran yang berubah bersama dengan tingkat
output, seperti bahan mentah, upah, dan bahan bakar dan termasuk semua
biaya yang tidak tetap, atau biaya yang berubah ketika terjadi perubahan output.
Contoh: energi untuk mengoprasikan pabrik, pekerja produksi sampai staf bagian
perakitan.
3. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah sama sekali pada saat output
berubah. Biaya tetap dalam perusahaan biasanya disebut dengan biaya tidak
langsung.
Contoh: pajak bumi dan bangunan.
Biaya total produksi atau total cost (TC) merupakan keseluruhan biaya yang
harus dikeluarkan oleh produsen yang berkaitan dengan proses produksi,
sebagai aktivitas utama untuk menghasilkan suatu produk. Rumus biaya total
yaitu:
TC = TFC + TVC
3. Biaya marjinal
Biaya marjinal (marginal cost, MC) ialah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk
menghasilkan suatu unit tambahan produk. Secara matematik, fungsi biaya marjinal
merupakan derivatif pertma dari fungsi biaya total. Jika fungsi biaya total dinyatakan
dengan C = f(Q) dimana C adalah biaya total dan Q melambangkan jumlah produk,
maka biaya marjinalnya:
' ⅆC
MC=C =
ⅆQ
BAB XV
ANALISA INPUT DAN OUTPUT
Analisa input output adalah suatu model matematis untuk menelaah keterkaitan
antar sektor perekonomian. Menurut Prof J.R Hicks input adalah “sesuatu yang
dibeli untuk perusahaan” sedangkan output adalah “sesuatu yang dijual oleh
perusahaan”.
Ciri utama dari analisa input dan output yaitu:
Analisa memusatkan pada perekonomian dalam keadaan equilibrum dan analisa ini
didasarkan pada penelitian empiris dan menekankan pada masalah teknik produksi.
Tujuan dari analisa input dan output adalah menghasilkan gambaran tingkat output
yang harus diproduksi oleh masing-masing sektor untuk memenuhi permintaan
akhir.
3 klasifikasi analisa input dan output:
1. Hubungan langsung: sektor yang bersangkutan merasakan pengaruh secara
langsung.
2. Hubungan tidak langsung: pengaruh terhadap industri yang outputnya tidak
digunakan sebagai input keluaran industri
3. Hubungan sampingan: pengaruh tidak lansung yang jangkauannya lebih
panjang dari hubungan langsung.
Berikut merupakan bentuk tabel input-output:
V1 adalah koefisien nilai tambah sektpr yang ke-I dan ∆ v1 adalah perubahan nilai
tambah sektor yang ke-i.
- Kaitan nilai tambah dirumuskan sebagai berikut:
V
vi = i
Xi
- Kaitan perubahan output dengan kesempatan kerja:
∆ L1 = l1. ∆ x1
DETERMINAN JACOBIAN
y1 = f (x1, x2)
y2 = f (x1, x2)
rumus determinan jacobian orde kedua:
|J| = ∂y1 ∂ y1
∂ x1 ∂ x2
∂ y2 ∂ y2
∂ x1 ∂ x2
Contoh:
Tentukan apakah terdapat ketergantungan pada fungsi berikut:
a. y1 = 4a + 4b
b. y2 = 9a 2 + b2 + 4ab
jawab:
∂ y1 ‗ 4
∂a
∂ y1 ‗ 4
∂b
∂ y2 ‗ 18a + 8ab
∂a
∂ y2 ‗ 2b + 4a
∂b
Kemudian subtitusikan kedalam rumus:
|J|= 4 4
18a + 8ab 2b + 4a
= 4 (2b + 4a) – 4 (18a +8ab)
=8b + 16a – 72a + 32ab
= -56a + 40b
J ≠ 0, maka persamaan-persamaan dalam sistem persamaan tersebut tidak
tergantung (bebas) secara fungsional.