Anda di halaman 1dari 46

RESUME MATERI

Disusun untuk memenuhi Tugas Akhir Semester (TAS0


Mata Kuliah: Matematika Ekonomi
Dosen Pengampu: Ronnawan Juniatmiko, S.Pd, M.Si

Oleh:
Anik Damayanti
NIM: 205221186
Kelas: 1E

Program Studi Akuntansi Syariah


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Tahun Akademik 2020/2021
BAB I

Himpunan dan Sistem Bilangan

A. Himpunan dan Sistem Bilangan


1. Himpunan
a. Pengertian himpunan

Himpunan adalah suatu kumpulan tau gugusan dari sejumlah objek. Objek-objek
yang mengisi atau membentuk suatu himpunan disebut anggota, elemen, atau
unsur.dalam penyajian secara umum himpunan dilambangkan dengan huruf kapital.
Sedangkan objek yang mengisi ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan matematis (notasi):
p ∈A, artinya bahwa objek p merupakan anggota himpunan A.
A ⊂ B, artinya bahwa A merupakan himpunan bagian dari B
A ¿ B, artinya bahwa himpunan A sama dengan himpunan B
Pernyataan ingkaran atau sebaliknya dilambangkan dengan simbol ∉ ,⊄, ≠ .

b. Penyajian himpunan

Penyajian himpunan terdapat dua cara, yaitu cara daftar dan cara kaidah. Cara
daftar ialah dengan cara mencatumkan semua objek yang menjadi anggota suatu
himpunan, contoh: A = {1, 2, 3, 4, 5 } yang berarti himpunan A beranggotakan
bilangan bulat positif dari 1 sampai 5. Sedangkan cara kaidah ialah dengan
menyebutkan karateristik tertentu dari objek-objek yang menjadi anggota himpunan
tersebut, contoh: A= { x; 0<x<5 } yang berarti himpunan A beranggotakan objek x,
dimana x adalah bulat positif yang lebih besar dari nol tetapi lebih kecil dari lima. A =
{x; 1 ≤ x ≤ 5 } yang berarti himpunan A beranggotakan objek x yang harganya paling
sedikit sama dengan satu dan paling banyak sama dengan lima.

c. Himpunan Universal dan Himpunan Kosong

Himpunan universal atau himpunan dilambangkan denga notasi U. himpunan


kosong adalah himpunan yang tidak mempunyai satu anggotapun, biasanya
dilambangkan dengan notasi { } atau ∅ . Secara teorik, himpunan kosong adalah
himpunan bagian dari setiap himpunan apapun.
Berdasarkan adanya konsep himupunan universal yang merupakan induk bagi
semua himpunan dan himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari setiap
himpunan, maka terhadap setiap himpunan tertentu (misalkan A) berlaku
ketetentuan: ∅ ⊂A ⊂ U.
contoh:
Andaikan kita memiliki data beberapa himpunan sebagai berikut:
U = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }
A = { 0, 1, 2, 3, 4 }
B = { 5, 6, 7, 8, 9 }
C = { 0, 1, 2, 3, 4 }
Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu:
x ∈ U dimana 0 < x < 9
y ∈ A dimana 0 ≤ y ≤4
z ∈B dimana 5 ≤z ≤ 9
y ∈ C dimana 0 ≤ y ≤ 4
A⊂U B⊂ U dan C⊂U
A =C A≠B dan B≠C
y ∈ A dan juga y ∈ C, maka A ⊂ C dan C⊂ A
y ∉ B dan dilain pihak z ∉ A serta z ∉ C

ϕ ⊂ A, ϕ ⊂ B, ϕ⊂C dan ϕ ⊂ U

ϕ⊂A⊂U ϕ⊂B⊂U dan ϕ⊂C⊂U

d. Operasi Himpunan: Gabungan, irisan, selisih dan pelengkap

Gabungan (union) dari himpunan A dan himpunan B, dituliskan dengan notasi A


∪ B, yaitu himpunan yang beranggotakan objek-objek milik A atau objek-objek milik
B.
A ∪ B = { x; x ∈ A atau x ∈ B }

Irisan (intersection) dari himpunan A dan himpunan B, dituliskan dengan


notasi A ∩ B, yaitu himpunan yang beranggotakan baik objek milik A maupun objek
milik B; dengan perkataan lain beranggotakan objek-objek yang dimiliki A dan B
secara bersamaan.
A ∩ B = { x; x ∈ A dan x ∈ B }

A∩B A∩B=ϕ
Dalam hal A ∩ B = Φ , yakni jika A dan B tidak memiliki anggota yang dimiliki
bersama disebut dengan disjoin.
Selisih himpunan A dan B dituliskan dengan notasi A – B atau A|B, yaitu
himpunan yang beranggotakan objek-objek milik A yang bukan objek milik B.
A – B = A|B = {,x; x ∈ A tetapi x ∉ B }

A–B

B. Sistem Bilangan

Bilangan

Nyata Khayal

Irrasional Rasional

Bulat Pecahan
Bilangan nyata dapat positif maupun negatif. Bilangan khayal adalah bilangan yang
berupa akar pangkat genap dari suatu bilangan negatif. Perbedaan anatara kedua
jenis bilangan ini adalah bilanagn nyata mengandung satu sifat secara tegas yaitu
positif dan negate, serta tidak kedua-duanya. sedangkan bilangan khayal sifatnya
tidak jelas, apakah positif atau negative. Bilangam khayal yang mengandung kedua
sifat positif dan negative sekaligus disebut bilangan kompleks.
Bilangan rasional adalah bilangan hasil bagi anatara dua bilangan, yang berupa
bilangan bulat atau berupa pecahan dengan decimal terbatas, atau decimal
berulang. Sedangkan bilangan irrasional adalah hasil bagi antara dua bilangan,
berupa pecahan dengan decimal tak terbatas dan tak berulanbg termasuk bilangan
π dan ⅇ . Bilangan bulat adalah hasil bagi antara dua bilangan yang hasilnya bulat,
termasuk 0. Bilangan pecahan adalah hasilbagi antara dua bilangan yang hasilnya
pecahan dengan decimal terbatas atau decimal berulang.
Penggolongan bilangan berdasarkan pendekatan teori himpunan:
a. Semua bilangan bulat adalah bilangan rasional, tapi tidak semua bilangan
rasional berupa bilangan bulat.
b. Semua bilangan pecahan adalah bilangan rasional, tapi tidak semua bilangan
rasional berupa bilangan pecahan.
c. Semua bilangan irrasional adalah bilangan berdesimal, tapi tidak semua
bilangan berdesimal adalah bilangan irrasional.

a. Pangkat

Pangkat suatu bilangan atau indeks suatu bilangan menunjukkan banyaknya


perkalian bilangan yang sama secara berurutan.
Misal, 43 = 4x4x4 yang artinya 4 harus dikalikan sebanyak 3 kali.

1. Kaidah pemangkatan bilangan.


1. x0 = 1 (x ≠ 0)
2. x1 = x
3. 0x = 0
4. x-a ¿ 1
xa
5. x ¿ b √ ❑xa
a/b

()
a a
x x
6. = a
y y
a b
7. ( x ) =x ab
b

8. xa x a =x c dimana c= ab
2. Kaidah perkalian berpangkat
xa. xb = x a-b
xa. ya = (xy)a
xa: xb = x a-b

()
a
x
xa: ya =
y

b. Akar

Akar merupakan bentuk lain untuk menyatakan bilangan berpangkat.

Bentuk umum:

√a m=x jika xa = m
1. Kaidah pengakaran bilangan

2. Kaidah penjumlahan atau pengurangan bilangan terakar

Bilangan-bilangan terakar hanya dapat dijumlah/dikurang jika akarnya sama atau


sejenis

m √ x a ± n √ x a = (m±n) b √ x a
b b

3. Kaidah perkalian bilangan terakar

Perkalian bilangan terakar hanya bis adilakukan jika akarnya sama

√b x ⋅ √b y= √b xy
c. Logaritma

Logaritma merupakan kebalikan dari proses perpangkatan atau pengakaran


Bentuk umum:
x
log m = a

1. Basis logaritma
- Logaritma dapat dihitung untuk basis berapapun
- Biasanya berupa bilangan positif dan tidak sama dengan satu
- Basis logaritma yang paling alzim dipakai adalah 10 (commom logarithm/
logaritma briggs)
- logm berarti 10logm / log24 berarti 10log 24
- logaritma berbasis bilangan e (2,72) disebut bilangan logaritma alam
(natural logarithm/ logaritma napier)
- lnm berarti elogm
2. kaidah-kaidah logaritma

3. penyelesaian persamaan dengan logaritma


- logaritma dapat digunakan untuk mencari bilangan yang belum diketahui
dalam sebuah persamaan, khususnya persamaan eksponensial dan
persamaan logaritmik.
- Persamaan logaritmikialah persamaan yang bilangannya berupa bilangan
logaritma, sebagai contoh: log (3x + 298) = 3
BAB II

Deret Hitung dan Deret Ukur

1. Deret Hitung

Deret hitung ialah deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan penjumlahan


terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan suku-suku dari
deret hitung ini dinamakan pembeda, yang tak lain merupakan selisih antara nilai-
nilai dua suku berurutan. Contoh:
7, 12, 17, 22, 27, 32 → pembeda/selisihnya 5

a. Suku ke-n dari Deret Hitung

Besarnya nilai suku tertentu (ke-n) dari sebuah deret dihitung menggunakan rumus
yaitu Sn = a + (n – 1) b
a = suku pertama (S1)
b = pembeda
n = indeks suku

b. Jumlah n suku

Jumlah sebuah deret hitung sampai dengan suku tertentu tak lain adalah jumlah nilai
suku-sukunya, sejak suku pertama (S1 atau a ) sampai dengan suku ke-n (Sn) yang
bersangkutan.
n
Jn = ∑ S I = S1 + S2 + S3 +…. + Sn
i=1

n
Jn = {2a + (n-1) b
2

2. Deret Ukur

Deret ukur ialah deret yang perubahan suku-sukunya berdasarkan perkalian


terhadap sebuah bilangan tertentu. Bilangan yang membedakan suku-suku sebuah
deret ukur dinamakan pengganda, yaitu merupakan hasil bagi nilai suatu suku
terhadap nilai suku di depannya. Contoh:
5, 10, 20, 40, 80, 160 → pengganda 2

a. Suku ke-n dari Deret Ukur


Rumus:
Sn = ap n-1
a = suku pertama
p = pengganda
n = indeks suku

b. Jumlah n suku

Terdapat dua rumus untuk menentukan jumlah suku ke-n yaitu:


Jn = a (1 - pn) → jika |p| ¿ 1
1–p
Jn = a (pn – 1)→ jika |p| ¿ 1
P–1
BAB III

Fungsi Linier dan Fungsi Non-linier

A. Fungsi Linier

Fungsi linier merupakan setiap fungsi yang berebentuk eksplisit atau bisa
dieksplisitkan, dapat disajikan secara grafik pada bidang sepasang sumbu silang
(sistem koordinat). Gambar yang dihasilkan mungkin berupa garis lurus atau berupa
kurva, tergantung pada jenis fungsi yang bersangkutan. Gambar dari sebuah fungsi
dapat dihasilkan dengan cara menghitung koordinat titik-titik yang memenuhi
persamaannya, kemudian memindahkan pasangan-pasangan titik tersebut ke
sistem sumbu silang.
Penggambaran rungsi linier adalah yang paling mudah dilakukan. Sesuai dengan
namanya setiap fungsi linear akan menghasilkan sebuah garis lurus. Contoh:
Bentuk umum persamaan y = a + bx
Bentuk implisit Ax + By + C = 0
y = 3+2x
x 0 1 2 3 4
y 3 5 7 9 11

11
9
7
5
3

1 2 3 4

a. Kemiringan (gradien) garis lurus


y 2− y 1
Untuk mencari gradien suatu garis lurus digunakan rumus m=
x 2−x 1

b. Persamaan garis lurus


1. Persamaan garis yang sejajar sumbu
- Persamaan garis yang sejajar sumbu dengan sumbu Y mempunyai x = k
dimana k adalah konstanta
- Persamaan garis lurus yang sejajar dengan sumbu X mempunyai y = k
dimana k adalah konstanta
2. Persamaan garis yang melalui dua titik
Misalkan titik A (x1, y1) dan B (x2, y2), maka:
y 2− y 1
- Kemiringan garis yang melalui A dan B diberikan oleh rumus m=
x 2−x 1
3. Persamaan garis dengan kemiringan m dan melalui titik (x 1, y1)
Memiliki persamaan y – y1 = m (x – x1)
4. Bentuk implisit
−a
Untuk mencari gradien digunakan rumus m=
b

B. Fungsi Non- linier

Fungsi non-linier dapat berupa fungsi kuadrat, fungsi eksponen, fungsi logaritma,
fungsi pecahan, dsb. Gambar dari fungsi non linier ini bukan suatu garis lurus,
melainkan suatu garis lengkung.

Fungsi Kuadrat

Fungsi kuadrat adalah fungsi yang pangkat tertinggi dari variabel adalah dua. Bentuk
umum persamaannya yaitu y = f(x) = ax2 + bx + c. dimana
y = variabel terikat
x = variabel bebas
a, b = koefisien, a ≠ 0
c = konstanta
Terdapat dua cara untuk mengerjakan soal fungsi kuadrat, yaitu:
1. Dengan cara sederhana (curve traicing process)
2. Dengan cara matematis (menggunakan ciri-ciri yang penting.

a. Dengan cara sederhan

Yaitu dengan menggunakan tabel x dan y, dimana kita tentukan dulu nilai x sebagai
variabel bebas, maka dengan memasukkan beberapa nilai x kita akan memperoleh
nilai y.
Kemudianplotkan masing-masing pasangan titik tersebeut.

b. Dengan cara matematis

Yaitu dengan menggambarkan ciri-ciri penting dari fungsi kuadrat, diantaranya:


1. Titik potong fungsi dengan sumbu y, pada x = 0, maka y = d. jadi titiknya
adalah A (0, d)
2. Titik potong fungsi dengan sumbu x pada y = 0, maka kita harus mencari nilai
deskriminan terlebih dahulu:
Nilai deskriminan ini akan menentukan apakah parabola vertikal memotong,
menyinggung atau tidak memotong maupun menyinggung sumbu x.
- Jika nilai D = b2 – 4ac adalah positif maka terdapat dua titik potong pada
sumbu x
−b ± √ b2 −4 a c
Yaitu pada titik: x 12 =
2a

titik: (x1,0) dan (x2, 0)


- Jika nilai D ¿ b2 – 4ac adalah nol maka tidak terdapat titik potong disumbu
x.
- Akan terdapat satu titik potong dengan sumbu x.

(
Titik:
−b
)
2a
,0

3. Titik puncakyaitu titik dimana arah dari grafik fungsi kuadrat kembali ke arah
semula.
Titik puncak( x , y )=((−b)/2 a ,(−(b 2−4 ac))/4 a)
4. Sumbu simetri adalah sumbu yang membagi/membelah dua grafik fungsi
kuadrat tersebut menjadi dua bagian yang sama besar.
−b
Sumbu simetri: x=
2a
BAB IV
Diferensial
1. Parsial Diferensial

Parsial deferensial yaitu sebuah fungsiyang hanya mengandung satu variabel bebas
hanya akanmemiliki satu macam turunan jika y ¿ f(x) maka turunan y terhadap x: y’ ¿
dy/dx. Sedangkan, jika fungsi yang bersangkutan memiliki lebih dari satu variabel
bebas, maka turunannya akan lebih dari satu macam, tergantung jumlah variabel
bebasnya.
Jika y ¿ f (x, z), maka
∂y ∂y
dy ¿ dq + dz
∂q ∂z
∂y ∂y ∂y ∂y
dan disebut derivatif parsial, dq dan dz disebut diferensial parcial,
∂q ∂z ∂q ∂z
sedangan dy disebut diferensial total.

2. Parsial Derifativ

y = f (x1, x2, x3, …, xn) dimana xi (I = 1, 2, 3, …, n) adalah variabel yang independen


satu sama lainnya, tiap variabel dapat berubah tanpa mempengaruhi variabel
lainnya. Jika variabel x1 mengalamiperubahan sebesar ∆ x1 sedangkan variabel
lainnya (x2, x3, …, xn) tetap, maka y akan berubah sebesar ∆ y. maka kuosien
diferensiasi dapat ditulis:

∆ y =f ( x 1+ ∆ x 1 , x 2 , x 3 ,… , xn ) −f ( x 1 , x 2 , x 3 , … , xn )
∆x1 ∆x1
Derifativ y terhadap x1 sebagaimana contoh diatas disebut sebagai derifativ parsial
∂y
dan dilambangkan dengan:
∂ x1

lim Δy
Fungi turunan derifativ adalah ∂ y Δ x →0
= 1

∂ x1 Δ x1

3. Titik Ekstrim
a. Untuk y = f (x, z) maka y akan encapai titik ekstrimnya jika:
∂y ∂y
=0 dan =0
∂x ∂z
b. Untuk mengetahui apakah titk ekstrim yang tercapai adalah maksimum atau
minimum, maka:
∂2 y ∂2 y
<0 dan <0 →maksimum
∂ x2 ∂ z2
∂2 y ∂2 y
2
>0 dan 2
>0 → minimum
∂x ∂x

4. Optimalisasi Bersyarat

Terdapat 2 metode yaitu metode subtitusi dan metode lagrange. Kedua metode
tersebut berlaku untuk kedue fungsi baik minimum maupun maksimum. Nilai
optimum diperoleh ketika turunan pertama dari fungsi tersebut sama dengan nol,
sedangkan untuk mengetahui apakah nilai tersebut maksimum atau minimum, dapat
diselidiki dari turunan keduanya:
Jika turunan kedua < 0, maka masimum dan jika turunan kedua > 0 maka minimum.
Metode subtitusi
Jika fungsi objektif
Z = f (x, y)
s.t u = g (x, y) → fungsi kendala
1) manipulasi fungsi kendala menjadi persamaan salah satu variabel
2) subtitusikan persamaan tersebut kedalam fungsi objektifitasnya
3) cari turunan pertama dari fungsi tersebut (untuk mencari nilai ekstrim)
4) selidiki maksimum/minimum dengan mencari turunan kedua sesuai dengan
persyaratan.
Metode lagrange
Z = f (x, y)
s.t u = g (x, y) → fungsi kendala
maka: L (x, y, λ) = f (x, y) + λ (g (x, y) – u)

Nilai optimum terjadi pada saat Lx dan Ly = 0 (necessary condition) dan Nilai
optimum adalah maksimum jika Lxx dan Lyy < 0 dan minimum jika Lxx dan Lyy > 0
(sufficient condition)
BAB V

INTEGRAL

INTEGRAL

Terdapat 2 macam integral yaitu integral taktentu dan integral tertentu. Integral
taktentu adalah kebalikan dari diferensial, yakni suatu konsep yang berhubungan
dengan proses penemuan suatu fungsi asal apabila turunan atau derifatif dari
fungsinya diketahui. Sedangkan integral tertentu merupakan suatu konsep yang
berhubungan dengan proises pencarian luas suatu area yang batas-batas atau limit
dari area tersebut sudah tertentu.

1. Integral tak tentu

Mengintegralkan suatu fungsi turunan f(x) berarti adalah mencari integral atau
turunan-antinya, yaitu F(x).
Bentuk umum integral dari f(x) adalah:
∫ f ( x ) dx=F ( x ) +k

2. Integral tertentu

Nilai domain integral tertentu ditentukan oleh:


b

∫ f ( x ) =F ( x ) ¿ ba=F ( b )−F ( a )
a

a ≤ b , a merupakan batas bawah dan b batas atas.

3. Penyelesaian integral

Rumus dasar:
BAB VI
MATRIKS

Matriks adalah kumpulan bilangan yang disajikan secara teratur dalam baris dan
kolom yang membentuk suatu persegi panjang, serta termuat diantara sepasang
tanda kurung siku.

1. Determinan dan invers matriks

Pencarian nilai numerik dari suatu determinan dapat dilakukan dengan cara
mengalihkan unsur-unsurnya secara diagonal.
Determinan matriks ordo 2x2:

A= [ x11 x 12
x21 x 22
. ]
maka determinan matriks A adalah |A| = (x11.x22) – (x12.x21)

Determinan matriks ordo 3x3:


Salah satu cara mencari determinan matriks ordo 3x3 yaitu dengan metode sarrus

[ ]
a11 a12 a 13
A = a21 a22 a23
a31 a32 a 34

1. Salin dua kolom pertama dari determinan disebelah tanda kurung siku
2. Buat diagonal utama matriks dan dua garis yang sejajar dan kedua garis yang
sejajar diagonal utama, beri nama hasilnya D utama, kemudian jumlahkan. Dutama
= a 11 a22 a33+ ¿ a 12
3. Buat diagonal sekunder matriks (garis panah keatas) yang melalui tiga buah
elemen matriks. Buat juga dua garis yang sejajar diagonal sekunder.
Dsekunder = a 11 a12 a13+ ¿ a 21 a22 a33 +¿ a 31 a32 a33
4. Kurangkan hasil perhitungan Dutama dengan Dsekunder. Jadi, D = Dutama – Dsekunder.
Invers matrik ordo 2x

Misal terdapat suatu matriks A= [ ac bd ] maka invers matriks tersebut dilambangkan


dengan A-1 =
1 d −b
det A −c a
. [ ]
dengan det A ≠ 0

Sifat invers matriks


(AB)-1 = B-1. A-1
(BA)-1 = A-1. B-1

2. Penyelesaian sistem liniar

Penyelesaian SPL dua variabel dengan invers matriks


Penyelesaian persamaan matriks AX = B dan XA = B
Misalakan, matriks A adalah matriks persegi ordo n dan invers A -1 ada (artinya det A
≠ 0).
Jika AX = B 1 B (kedua ruas dikalikan dengan A-1 dari kiri)
Jika XA =B maka X = BA-1 (kedua ruas dikalikan dengan A-1 dari kanan)
Penyelesaian SPL 3 variabel dengan metode determinan
1. Misalkan, SPL tiga peubah dalam bentuk matriks adalah

[ ][ ] [ ]
a11 a 12 a13 x b1
a21 a 22 a23 y = b2
a31 a 32 a33 z b3

A x B
Dengan A adalah matriks koefisien dari SPL dan B matriks tetapan dari SPL
2. Untuk menentukan determinan matriks A yang pertama bentuk matriks X’
dengan cara mengganti kolom ke-1 matriks A gengan matriks kolom B
(tetapan SPL), kemudian tentukan determinan matriks X’

[ ]
b 1 a12 a13
Dx= b 2 a22 a23
b3 a32 a33

3. Bentuk matriks Y’ dengan cara mengganti kolom 2 matriks A dengan matriks


kolom B, kemudian tentukan determinan matriks Y’

[ ]
a 11 b1 a13
Dy= a 12 b2 a23
a 13 b3 a33
4. Bentuk matriks Z’ dengan cara mengganti kolom 3 matriks A dengan matriks
kolom B, kemudian hitung determinan matriks Z’

[ ]
a 11 a12 b 1
Dx= a 12 a22 b 2
a13 a32 b3

5. Jika D ≠ 0 maka penyelesaian SPL tiga peubah adalah


Dx Dy Dz
x= , x= , z=
D D D

BAB VII

Penerapan Deret Hitung dan Deret Ukur dalam Perekonomian

Di bidang bisnis dan ekonomi teori atau prinsip-prinsip deret sering digunakan dalam
kasus-kasus yang menyangkut perkembangan dan pertumbuhan. Apabila
perkembangan atau pertumbuhan suatu gejala tertentu berpola seperti perubahan
nilai-nilai suku sebuah deret, baik deret hitung ataupun deret ukur, maka teori deret
yang bersangkutan (relevan) diterapkan untuk menganalisisnya.
a. Model perkembangan usaha
Jika perkembangan variabel-variabel tertentu dalam kegiatan usaha misalnya
produksi, biaya, pendapatan, penggunaan tenaga kerja, atau penanaman modal
berpola sepertoi deret hitung maka prinsip-prinsip deret hitung dapat digunsksn
untuk menganalisis perkembangan variabel tersebut. Berpola seperti deret hitung
maksudnya bahwa variabel yang bersangkutan bertambah secara konstan dari satu
periode ke periode ke periode berikutnya.
Contoh:
Perusahaan genteng “Sokajaya” menghasilkan 3.000 buah genteng pada bulan
pertama produksinya. Dengan penambahan tenaga kerja dan peningkatan
produktifitasnya, perusahaan mampu menambah produksinya sebanyak 500
genteng tiap bulannya. Jika perkembangan produksinya konstan, berepa buah
genteng yang dihasilkan pada bulan kelima? Berapa buah yang dihasilkan sampai
dengan bulan tersebut?
Diketahui:
a¿ 3.000
b ¿ 500
c¿5
ditanya: S5 dan J5?
S5 ¿ 3.000 + (5 – 1) 500 = 5.000
J5 = 5/2 (3000 + 5.000) = 20.000
Jumlah produksi pada bulan kelima adalah 5.000 dan jumlah seluruh produksi
sampai bulan kelima 20.000

b. Model bunga majemuk


Model bunga majemuk merupakan penerapan deret ukur dalam kasus simpan
pinjam dan kasus investasi. Dengan model ini dapat dihitung: besarnya
pengembalian kredit dimasa datang berdasarkan tingkat bunganya. Atau sebaliknya,
untuk mengukur nilai sekarang dari suatu jumlah hasil investasi yang akan diterima
dimasa datang.
Jika misalnya modal pokok sebesar P dibungakan secara majemuk dengan suku
bunga pertahun stingkat i, maka jumlah akumulatif modal tersebut dimasa datang
setelah n tahun (Fn) dapat dihitung dengan rumus:
Fn = P (1 + i) n
P = jumlah sekarang
i = tingkat bunga petahun
n = jumlah tahun
apabila bunga diperhitungkan dibayarkan lebih dari satu kali (misalnya m kali,
masing-masing i/m per termin) dalam setahun maka jumlah dimasa datang menjadi:

( )
mn

Fn = P 1+
m

m = frekuensi pembayaran bunga dalam setahun



suku (1 + i) dan 1+ dalam dunia bisnis dinamakan “faktor bunga majemuk”
m
(compouding interest factor) yaitu suatu bilangan lebih besar dari 1 yang dapat
dipakai untuk menghitung jumlah dimasa datang dari suatu jumlah sekarang.
Dari rumus di atas, dengan sedikit manipualsi matematis, dapt pula dihitung
besarnya nilai sekarang apabila yang diketahui jumlahnya dimasa datang. Nilai
sekarang (present value) dari suatu jumlah uang tertentu dimasa datang adalah:
1
1 P= ⋅F
p=
( 1+ ⅈ )
⋅ F atau
( )1+
m

1
1
Suku
( 1+ ⅈ )
dan
( )
1+
ⅈ dinamakan “faktor diskondo” (discount factor) yaitu suatu
m
bilangan lebih kecil dari 1 yang dapat dipakai untuk menghitung nilai sekarang dari
suatu jumlah dimasa datang.
c. Model pertumbuhan penduduk
Penerapan deret ukur yang paling konvensional di bidang ekonomi adalah dalam hal
penaksiran jumlah penduduk. Sebagaiman pernah dinyatakan oleh Malthus,
penduduk dunia tumbuh mengikuti pola deret ukur. Secara matematik, hal ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
P1 = P1Rt-1
Dimana R = 1 + r
P1 = jumlah pada tahun pertama (basis)
Pt = jumlah pada tahun ke-t
r = presentase pertumbuhan pertahun
t = indeks waktu (tahun)

BAB VIII

Penerapan Fungsi Linier dan Non-linier dalam Perekonomian.

Fungsi Permintaan, Fungsi Penawaran dan Keseimbangan Pasar


Fungsi permintaan menghubungkan antara variabel harga dan variabel jumlah
(barang/jasa) yang diminta. Bentuk umum fungsi permintaan:
P
Q = a - bP

a 1
P= − Q
b b
0 Q
Dalam persamaan diatas terlihat bahwa variabel P (price/harga) dan variabel Q
(quantity/jumlah) mempunyai tanda yang berlawanan. Ini mencerminkan hukum
permintaan, bahwa apabila harga naik jumlah yang diminta akan berkurang dan
apabila harga turun maka jumlah permintaan akan bertambah.
Fungsi penawaran menghubungkan antara variabel harga dan variabel jumlah
(barang/jasa) yang ditawarkan. Bentuk umum fungsi penawaran:
P

Q = -a +bP

a 1
p= + Q
b b
a/b
-a 0 Q
Dalam bentuk persamaan di atas terlihat bahwa variabel P (harga) dan variabel Q
(jumlah) mempunyai tanda yang sama, yaitu sama-sama positif. Ini mencerminkan
hukum penawaran, apabila harga naik jumlah yang ditawarkan akan bertambah dan
apabila harga turun jumlah yang ditawarkan akan berkurang. Gerakan harga searah
dengan gerakan jumlah, oleh karena itu kurva penawaran berlereng positif.
Keseimbangan pasar. Pasar suatu macam barang dikatakan berada dalam
keseimbangan (equilibrum) apabila jumlah barang yang diminta dipasar tersebut
sama dengan jumlah barang yang ditawarkan. Secara matematik dan grafik hal ini
ditunjukan oleh kesamaan Qd = Qs, yakni pada perptotngan kurva permintaan
dengan kurva penawaran. Pada posis keseimbangan pasar ini tercipta harga
keseimbangan (equilibrium price) dan jumlah keseimbangan (equilibrium quantity).
Berikut merupakan kurva keseimbangan pasar:
P

Qs

Pe E
0 Qe Q

Qd = Qs
Qd = jumlah permintaan
Qs = jumlah penawaran
E = titik keseimbangan
Pe = harga keseimbangan
Qe = jumlah keseimbangan

Contoh:
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan P = 15 – Q,
sedangkan penawarannya P = 3 + 0,5Q. Berapa harga keseimbangan dan jumlah
keseimbangan yang tercipta dipasar?
Permintaan: P = 15 – Q → Q = 15 – P
Penawaran: P = 3 + 0,5Q → Q = -6 + 2P
Qd = Qs
15 – P = -6 +2P
21 = 3P
P=7
Q = 15 – P
= 15 – 7
=8
Jadi, Pe = 7 dan Qe = 8
BAB IX

Diferensial dan terapan-nya dalam elastisitas permintaan, biaya


penerimaan rata-rata, total dan marjinal; Integral dan terapannya
dalam fungsi biaya total, penerimaan total, dan produksi total

1. Penerapan Diferensial dalam Perekonomian


a. Elastisitas permintaan
Elastisistas permintaan ialah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya perubahan
jumlah barang yang diminta akibat adanya perubahan harga. Jadi, merupakan rasio
anatara persentase perubahan harga. Elastistas permintaan dinyatakan dengan:
0
ΔQd
ηd =
0
=
E Qd
= lim ¿
( ΔQd ∕ Qd ) ⅆQⅆ P
= ⋅
0 ΔP ΔP→ 0 ( ΔP ∕ P ) ⅆP Qd
ΔP
0
Permintaaan akan suatu barang dikatakan bersifat elastik apabila | ηd| > 1, elastik
uniter jika |η d| = 1, dan inelastik apabila | ηd| < 1. Barang yang permintaannya elastis
mengisyaratkan bahwa jika harga barang tersebut berubah sebesar presentase
tertentu, maka permintaan terhadapnya akan berubah (secara berlawanan arah)
dengan presentase yang lebih besar daripada presentase perubahan harganya.
Contoh:
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan Q d = 25 – 3P2.
Tentukan elastisitas permintaannya pada tingkat harga P = 5.
Pembahasan:
Qd = 25 – 3P2
Q’d = dQd = - 6P
ⅆQⅆ P P
ηd ¿ ⋅ = - 6P.
ⅆP Qd 25−3 P2
5
= −6.5 ⋅
25−75
= 3 (elastik)
ηd = 3, berarti bahwa apabila kedudukan P = 5, harga naik (turun) sebesar 1 persen
maka jumlah barang yang diminta akan berkurang (bertambah) sebanyak 3 persen.
b. Biaya penerimaan rata-rata
Biaya penerimaan rata-rata (average revenue, AR) ialah penerimaan yang diperoleh
per unit barang, merupakan hasil bagi penerimaan total terhadap jumlah barang.
Rumus:
AR = TR/Q
TR = penerimaan total 9 (total revenue)
c. Biaya total
Biaya total (total cost, TC), yaitu merupakan jumlah keselurruhan dari biaya tetap
dan biaya tidak tetap.
Rumus:
TC = FC + VC = k + f(Q) = f(Q)
d. Biaya marjinal
Biaya marjinal (marginal cost, MC) ialah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk
menghasilkan suatu unit tambahan produk. Secara matematik, fungsi biaya marjinal
merupakan derivatif pertma dari fungsi biaya total. Jika fungsi biaya total dinyatakan
dengan C = f(Q) dimana C adalah biaya total dan Q melambangkan jumlah produk,
maka biaya marjinalnya:
ⅆC
MC=C ' =
ⅆQ

2. Penerapan Integral dalam Perekonomian


a. Fungsi biaya total
Biaya total : C = f(Q)
' ⅆC
Biaya marjinal MC=C =
ⅆQ
Biaya total tak lain adalah integral dari biaya marjinal
C = ∫ MC Dq = ∫ f(Q) Dq
Contoh:
Biaya marjinal suatu perusahaan ditunjukan oleh MC = 3Q 2 – 6Q + 4. Carilah
pesamaan biaya total dan biaya rata-ratanya.
Biaya total : C = ∫ MC Dq
= ∫ (3Q2 – 6Q + 4) dQ
= Q3 – 3Q2 + 4Q +k
Biaya rata-rata : AC = C/Q = Q2 – 3Q + 4 + k/Q
Konstanta k tak lain adalah biaya tetap. Jika diketahui biaya tetap tersebut sebesar
4, maka:
C = Q3 – 3Q2 + 4Q + 4 dan AC = Q2 – 3Q + 4 + 4/Q
b. Fungsi Penerimaan total
Penerimaan total : R = f(Q)
ⅆR
Penerimaan marjinal : MR = R’ = = f(Q)
ⅆQ
Penerimaan total tak lain adalah integral dari penerimaan marjinal
R = ∫ MR dQ = ∫ f(Q) Dq
Contoh:
Carilah persamaan penerimaan total dan penerimaan rata-rata dari sutu perusahaan
jika penerimaan marjinalnya MR = 16 – 4Q
Penerimaan total : R = ∫ MR Dq
= ∫ (16 – 4Q) dQ
= 16Q – 2Q2
Penerimaan rata-rata : AR = R/Q = 16 – 2Q
Dalam persamaan penerimaan total konstanta k = 0, sebab penerimaan tidak akan
ada jika tak ada barang yang dihasilkan atau terjual.
c. Fungsi produksi total
Produksi total : P = f(X) dimana, P = keluaran, X = masukan
ⅆP
Produksi marjinal : MP = P’ = = f’ (X)
ⅆQ
Produksi total tak lain adalah integral dari produk marjinal
P = ∫ MP dx = ∫ f’(X) dX
Contoh:
Produksi marjinal sebuah perusahaan dicerminkan oleh MP = 18X – 3X 2. Carilah
persamaan produksi total dan produksi rata-ratanya.
Produksi total : P = ∫ MP dx
= ∫ (18X – 3X2) dX
= 9X2 – X3
Produksi rata-rata : AP = P/X = 9X – X2
Dalam persamaan produksi total juga konstanta k = 0, sebab tidak akan ada barang
(P) yang dihasilkan jika tidak ada bahan (X) yang diolah atau digunakan.

BAB X

Matriks dan terapannya dalam analisis input, output, dan


determinan

Analisis masukan-keluaran (input-output analysis) merupakan suatu model


matematis untuk menelaah struktur perekonomian yang saling kait mengait
antarsektor atau kegiatan ekonomi. Model ini lazim diterapkan untuk menganalisis
perekonmian secara makro, nasional ataupu regional.
a. Matriks transaksi
Langkah awal dalam analisis masukan-keluaran adalah menyusun suatu tabel yang
berisi keterangan-keterangan tentang bagaimana -baik dalam satuan kuantitatif fisik
atau dalam satuan nilai uang- keluaran suatu sektor terdistribusi ke (diminta oleh)
sektor-sektor lain sebagai masukan dan ke (oleh) pemakai akhir sebagai barang
konsumsi. Tabel demikian dinamakan matriks transaksi atau matriks masukan-
keluaran. Contoh sebuah matriks transaksi dapat dilihat dibawah ini:
Matriks transaksi negara kertagama
Keluaran Pertanian Industri Jasa akhir Permintaan keluaran
total
masukan
Pertanian 20 35 5 40 100
industri 15 80 60 135 290
jasa 10 50 55 120 235
Nilai 55 125 115 70 365
tambah
Keluaran 100 290 235 365 990
total

Terdapat dua cara pembaccaan tabel di atas yaitu kesamping dan kebawah.
Pembacaan tabel ke samping berarti menjelaskan bahwa dari seluruh keluaran
(output) sektor pertanian senilai 100, 20 dari sektor pertanian sendiri, 35 dari sektor
industri, 5 dari sektot jasa akhir, dan 40 dibeli konsumen akhir sebagai barang
konsumsi. Begitu juga cara pembacaan tabel kebawah juga sama. Perbedaannya
cara pembacaan kebawah bertambah nilai tambah (added value). Nilai tambah ini
sering juga disebut masukan primer (primary input).
Tabel transaksi bisa juga dituliskan dalam bentuk notasi matriks. Misalnya X ij
melambangkan keluaran sektor I yang dipergunakan sebagai masukan oleh sektor j,
Ui melambangkan permintaan akhir terhadap keluaran sektor i, Y j melambangkan
nilai tambah sektor j, dan X j adalah keluaran total dari sektor j, maka tabel
transaksinya secara matriks:

Matriks transaksi
Distribusi konsumsi Permintaan Keluaran
akhir total
Distribusi X11 X12 ……………………………… X1m U1 X1
produksi X21 X22 ……………………………… X2m U2 X2

Nilai tambah Y1 Y2 …………………… Ym Ym+1 Xm+1


Keluaran total X1 X2 ……………………. Xm Xm+1 x

b. Matriks teknologi
Dari matriks transaksi diatas dapat diketahui, bahwa bagi sektor j untuk
memproduksi keluaran sejumlah Xj diperlukan masukan dari sektor 1 hingga sektor
m dan sejumlah tertentu nilai tambah atau masukan primer. Hal ini berarti bahwa
masing-masing kolom menggambarkan hubungan masukan-keluaran antarsektor.
Begitu pula pada saat yang sama matriks transaksi memberikan informasi tentang
bagaiman keluaran dari sesuatu sektor terdistribusi diantara sektor-sektor yang ada,
termasuk sektor konsumen akhir. Hal inipun menggambarkan hubungan masukan-
keluaran antar sektor. Jika nilai setiap unsur dalam matriks transaksi tersebut dibagi
dengan nilai jumlah baris atau nilai jumlah kolom yang bersesuaian (misalnya X 1j
dibagi Xj) maka diperoleh suatu rasio yang dinamakan koefisien teknologi.

x ij
Koefisien teknologi a ij=
xj

Koefisien teknologi aij merupakan suatu rasio yang menjelaskan jumlah atau nilai
keluaran sektor I yang diperlukan sebagai masukan untuk menghasilkan suatu unit
keluaran disektor j.

Matriks teknologi adalah sutu matriks dalam analisis masukan-keluaran yang unsur-
unsurnya berupa koefisien teknologi. Sebagai ilustrasi, matriks teknologi untuk
perekonomian negara kertagama:

P I J

Pertanian 0,20 0,12 0,02

Industri 0,15 0,28 0,26

Jasa 0,10 0,17 0,23

Nilai tambah 0,55 0,43 0,49

1,00 1,00 1,00

BAB XI

Menghitung nilai sekarang dan yang akan datang

1. Nilai Sekarang
Nilai sekarang atau present value adalah berapa nilai uang saat ini untuk nilai
tertentu dimasa yang akan datang. Present value atau nilai sekarang bisa dicari
dengan menggunakan rumus future value atau dengan rumus berikut ini:

PV = FV (1 + r) -n

Keterangan:

FV = future value

PV = nilai sekarang

r = suku bunga

n = waktu (tahun)

rumus diatas mengamsumsikan bahwa bunga digandakan hanya sekali dalam


setahun, jika bunga digandakan setiap hari, maka rumusnya menjadi:

PV = FV (1 + r / 360)-360n

Contoh:

Harga sepeda motor 2 tahun mendatang sebesar Rp.10.000.000. tingkat bunga rata-
rata 12% setahun. Berapa yang harus ditabung agung saat ini agar dapat
membelinya dua tahun mendatang, dengan asumsi: bunga dimajemukkan setahun
sekali dan bunga dimajemukkan setahun 2 kali

Jawab:

PV = 10.000.000 (1 + 0,12)-2 = Rp.7.971.939

PV = 10.000.000 (1 + 0,12/12)-12(2) = Rp.7.875.661

2. Nilai yang akan datang

Nilai yang akan datang atau future value adalah nilai uang di massa yang akan
datang dengan tingkat bunga tertentu. Future value atau nilai yang akan datang
dapat dihitung dengan rumus:

FV = PV (1 + r) n

Rumus diatas mengasumsikan bahwa bunga digandakan hanya sekali dalam


setahun, jika bunga digandakan setiap hari, maka rumusnya:

FV = PV (1 + r/ 360)360n

Contoh:
Pada tanggal 2 januari 2000, agung menabung uangnya ke bank mandiri sebesar
Rp. 2.000.000. dengan tingkat bunga sebesar 12% pertahun. Hitung nilai tabungan
agung pada tanggal 2 januari 2002, dengan asumsi: bunga dimajemukkan setahun
sekali, bunga dimajemukkan sebulan sekali, bunga dimajemukkan setiap hari.

Jawab:

FV = 2.000.000 (1 + 0,12)2 = 2.508.000

FV = 2.000.000 (1 + 0,12/12)12(2) = 2.539.470

FV = 2.000.000 (1 + 0,12/360)360(2) = 2.542.397

BAB XII

Fungsi permintaan dan fungsi penawaran, Keseimbangan pasar


1. Fungsi permintaan (demand)

Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat
harga. Dalam hukum permintaan besar kecilnya jumlah barang yang diminta sangat
tergantung pada tingkat harga barang tersebut. Apabila keadaan lainnya tetap
(cateris paribus) dengan tingkat pendapatan yang tetap, jika harga naik, jumlah
sudut brang pun naik. Maka, jumlah yang diminta akan berkurang.

Sebaliknya, jika harga dari barang dari barang itu turun, jumlah yang diminta akan
bertambah. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

P2 permintaan

P1

0 x1 x2 x

Dari gambar di atas terlihat bahwa terdapat suatu pola hubungan variabel kuantitas
atau jumlah yang diminta dari suatu barang dengan variabel harga barang tersebut.
Apabila pola hubungan tersebut digambarkan, akan terlihat suatu grafik yang sering
disebut kurva permintaan, seperti dapat dilihat pada gambar diatas hubungan antara
variabel kuantitas dan variabel harga tersebut dapat dinyatakan dalam suatu formula
yang disebut fungsi permintaan. Fungsi permintaan merupakan hubungan antara
variabel yang menentukan/mempengaruhi jumlah yang diminta. Hal itu berupa harga
(independen variable) dengan variabel jumlah yang diminta (dependent variable).
Hubungan kedua variabel itu dinyatakan sebagai x adalah fungsi p atau x = f(p)
dimana x adalah variabel kuantitas/jumlah dan p adalah variabel harga.

Pola hubungan variabel jumlah yang diminta dengan variabel harga dapat berbentuk
garis lurus yaitu fungsi linier. Selain itu, dapat juga berbentuk garis tidak lurus, yaitu
fungsi nonlinier, antara lain fungsi kuadrat, fungsi pecah, dan fungsi eksponensial.

a. Fungsi dan kurva permintaan garis lurus (linear)

Kurva permintaan pada umumnya bergerak dari kiri atas ke kanan bawah. Dan
dalam kurva permintaan, variabel kuantitas/jumlah dan variabel harga tidak mungkin
terjadi untuk nilai-nilai negatif.
Disamping kedua hal di atas, kurva permintaan mempunyai ketentuan bahwa pada
suatu tingkatan harga (P) hanya terkandung satu nilai kuantitas/jumlah (x), atau
sebaliknya. Pada suatu kurva permintaan garis lurus (linear), tingkat pertambahan
kuantitas/jumlah diakibatkan oleh turunnya harga. Dalam hal ini sama dengan yang
dinyatakan dalam bentuk umum fungsi: x = ap + b dimana x adalah variabel
kuantitas, P adalah variabel harga, sedangkan a dan b adalah konstanta.

Sebaga contoh fungsi permintaan suatu barang adalah x = -3p + 15 dimana x


merupakan variabel kuantitas barang dan p merupakan variabel harga barang
tersebut. Maka kurva permintaannya sebagai berikut

15 X

Pada grafik diatas terlihat bahwa: x = f (p) di mana x merupakan variabel yang
dicari/tidak bebas (dependent variable) dan p merupakan variabel yang menetukan/
bebas (independent variable). Bentuk ini yang berlaku umum dalam ekonomi.

Dalam bentuk yang lain yaitu p = f (x), x merupakan variabel yang menetukan/bebas
(independent variable) dan p merupakan variabel yang dicari/tidak bebas
(dependent variable).

b. Fungsi dan kurva permintaan tidak lurus parabola (kuadrat)

Pada suatu kurva permintaan garis tidak lurus (nonlinier) yang berbentuk parabola,
fungsi permintaannya merupakan fungsi kuadrat. Bentuk umum dari fungsi
permintaan yang kuadrat dari x = f (p) adalah x 2 + bp + c dimana x adalah variabel
kuantitas (yang merupakan variabek yang dicari) dan p adalah variabel harga (yang
merupakan variabel menentukan/independent variable). Sementara itu a, b, c adalah
konstanta.

Dalam hal ini tingkat pertambahan/penurunan jumlah yang diminta diakibatkan oleh
turun/naiknya harga barang tersebut tergantung pada tingkat harga (p) dan besarnya
nilai a. secara lebih tepat, dapatlah dikatakan bahwa tingkat
pertambahan/penurunan jumlah yang diminta tergantung pada elastisitas
permintaan barang tersebut.
Contoh:

Fungsi permintaaan kuadrat suatu barang adalah x = p 2 – 7p + 12 dimana x


merupakan variabel jumlam/kuantitas dan p merupakan variabel harga barang.

x = 0, maka p2 – 7p + 12 = 0

7 ± √ 49−4 8 7 ±1
p1,2 = = = 4 atau 3
2 2

untuk p = 0, maka x x = 12

sedangkan titik ekstrem yang merupakan ciri fungsi kuadrat adalah p (-1/4, 31/2).
Sumbu simetris dari fungsi permintaan ini adalah pada p = 31/2. Maka gambar
grafiknya sebagai berikut

12 x

c. Fungsi dan kurva permintaan garis tidak lurus hiperbola (fungsi


pecah)

Bentuk umum fungsi sederhan dari fungsi permintaan yang berbenyuk fungsi pecah
adalah:

ax +b
P=
cx + d

Dimana x merupakan variable kuantitas dan p variabel harga. Selanjutnya a, b, c


dan d merupakan konstanta. Pada fungsi permintaan seperti ini, tingkat
pertambahan/penurunan jumlah yang diminta merupakan akibat turun/naiknya harga
barang tersebut hal itu tergantung pada angka elastisitas permintaan dan barang
tersebut.

Berikut bentuk grafiknya:

3 x+ 4
p=
x−1
3

1
7

2. Fungsi Penawaran (supply)

Penawara adalah jumlah barang yang ditawarkan pada berbagai tingkat harga.
Kurva penawaran suatu barang merupakan grafik yang menggambarkan grafik yang
menggambarkan pola hubungan antar jumlah yang ditwarakna dari barang tersebut
pada berbagai tingkat harga. Kurva permintaan ini mempunya persyaratan yaitu
berlaku untuk variabel kuantitas atau x dan variabel harga atau p yang positif. Dalam
hukum penawaran terlihat bahwa besar kecilnya jumlah barang yang ditawarkan
sangat tergantung pada tingkat harga barang tersebut. Dalam keadaan lain dapat
saja tetap (cateris paribus). Maka, jika harga sutu barang naik jumlah barang yang
ditawarkan bertambah, bigutupun sebaliknya.
Bentuk umum kurva penwaran biasanya seperti gambar berikut:
P

a. Fungsi penawaran garis lurus (linear)


Dalam fungsi penawaran garis lurus, tingkat pertambahan/penurunan jumlah barang
yang ditawarkan sebanding dengan tingkat pertambahan/penurunan harga barang
tersebut.
Bentuk umum fungsi penawaran adalah: x = ap + b dimana x adalah variabel
kuantitas, p adalah variabel harga, sedangkan a dan b adalah konstanta. Dalam
bentuk umum ini tingkat pertambahan/penurunan barang yang ditawarkan
dipengaruhi oleh pertambahan/penurunan harga. Ini yang dinyatakan dengan
konstanta a.
Contoh:
Fungsi penawarn sutu barang adalah: x = 1/2p – 2, maka kurva penawarannya
sebagai berikut:
p

-2 0 x

b. Fungsi penwaran garis lurus tidak parabola (kuadrat)


bentuk umum dari fungsi penawaran kuadrat dari x = f (p) adalah x = ap 2 + bp + c
dimana x adalah variabel kuantitas (variabel yang dicari). P adalah variabel harga
(yang menentukan) dan a, b, c adalah konstanta.
Dalam fungsi ini tingkat pertambahan/penurunan jumlah yang ditawarkan tergantung
pada elastisitas penawaran barang tersebut.
Contoh gambar dari kurva penawaran ini adalah sebagai berikut:

c. Fungsi penawaran garis tidak lurus hiperbola (fungsi pecahan)


Bentuk umum fungsi penawaran yang berbentuk fungsi pecah adalah”
ax +b
P=
cx + d
Pada fungsi penawaran seperti ini besarnya tingkat pertambahan/penurunan jumlah
yang ditawarkan merupakan akibat naik/turunnya harga barang tersebut.
Contoh gambar grafik fungsi ini sebagai berikut:

3. Keseimbangan Pasar

Titik keseimbanagn pasar (market equilibrum) ditentukan oleh titik perpotongan


antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Dalam menentukan titik
keseimbangan pasar suatu barang atau jasa, perlu diperhatikan syarat-syarat yang
perlu dipenuhinya. Adapun syarat-syarat titik leseimbanagn pasar adalah
a. Titk keseimbanagn pasra hanya berlaku untuk nilai-nilai yang positif.
b. Titik keseimbangan pasar hanya berlaku untuk titik yang memenuhi ketentuan
bagi kurva permintaan dan kurva penawaran.
Atas dasar pernyataan ini, tidak mungkin terdapat dua titik keseimbangan pasar bagi
suatu kurva perintaan dan kurva penawaran. Hal tersebut terjadi walaupun mungkin
terdapat dua titik potong dari fungsi permintaan dan penawaran.
Contoh:
Diketahui fungsi permintaan sutu barang adalah x = -2p +12, dan fungsi penawran
barang tersebut adalah x = 2p – 3. Maka carilah titik keseimbangan pasarnya!
Kurva permintaan
P = 0 maka x = 12 → (12,0)
X = 0 maka p = 6 → (0,6)
Kurva penawaran
P = 0 maka x = -3 → (-3,0)
X = 0 maka p = 11/2 → (0,11/2)
Titik keseimbangan
-2p + 12 = 2p – 3
4p = 15
P = 33/4 maka x = 41/2
Jadi, titik keseimbanagnnya adalah E (41/2, 33/4)
P

-3 12 X

BAB XIII

Analisa Break Event Point


Break event point (BEP) merupakan suatu kondisi perusahaan yang man dalam
oprasionalnya tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
Analisa break event point merupakan tekinik analisa untuk mempelajari hubungan
antara pembelian volume penjualan dan profitabilitas.
Tujuan anilisa ini adalah untuk mengetahui tingkat aktivitas dimana pendapatan hasil
penjualan sama dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya. Manfaat
analisa break event poin sangat banyak, namun secara umum adalah untuk
mengetahui titik pulang pokok dari sebuah usaha.
kelemahan dari analisa BEP antara lain bahwa hanya satu macam barang yang
diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi
penjualannya akan tetap konstan. Jika dilihat dijaman sekarang ini bahwa
perusahaan banyak menciptakan barang, jadi sangat sulit dan ada asumsi satu lagi
yaitu harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun, jumlah barang
satuan yang dijual, atau tidak ada perubahan harga secara umum.
Metode perhitungan break even point (BEP):
1. Metode persamaan (equation method)
Metode persamaan adalah metode yang berdasarkan pada pendekatan laporan laba
rugi. Dengan persamaan dasar sebagai berikut menurut halim:
Enghasilan total = biaya total
Penghasilan total = biaya variabel + biaya tetap
Persamaan tersebut dapat diuraikan dalam rumus sebagai berikut:
px = a + bx
p = harga jual perunit produk
x = unit yang dijual/produksi
a = total biaya tetap
b = biaya variabel setiap unit produk
Dari persamaan diatas, dapat diuraikan menjadi rumus BEP sebagai berikut:
a. BEP dalam satuan uang penjualan
a
BEP=
[ ]
bx
1− x
P

b. BEP dalam unit produk


a
BEP=
p−b
Pada keadaan titik impas laba oprasinya sama dengan nol, sehingga akan
menghasilkan jumlah produk (dalam satuan unit maupun satuan uang penjualan)
yang dijual mencapai titik impas ditambah biaya tetap.
2. Metode kontribusi unit
Metode kontribusi unit adalah metode jalan pintas dimana harus diketahui nilai
margin kontribusi. Margin kontribusi adalahhasil pengurangan pendapatan dari
penjualan dengan biaya variabel. Sedangkan rasio margin adalah margin kontribusi
dibagi dengan penjualan. Untuk mencari titik impasnya rumusnya adalah sebagai
berikut:
BEP (unit) = biaya tetap/margin kontribusi perunit
BEP (rupiah) = biaya tetap/rasio margin kontribusi
3. Metode grafis
Grafik titik impas akan menunjukkan volume penjualan pada sumbu x dan biaya
akan terletak pada sumbu y. sedangkan titik impas akan terletak pada perpotongan
antara garis pendapatan dan garis biaya. Garis sebelah kiri impas menunjukkan
kerugian, sebaliknya sebelah kanan menunjukan keuntungan.
Dengan metode ini dapat menghindari metode matematis pada waktu tingkat
penjualan yang berbeda tengah dipertimbangkan. Metode grafis akan membantu
manajer dalam mengevaluasi akibat perubahan volume tahun lalu dan dapat
memproyeksi volume penjualan pada tahun yang akan datang.
Contoh:
PT. Laksamana Raja di laut memiliki data biaya dan rencana produksi seperti berikut
ini:
1. Biaya tetap sebulan adalah sebesar rp.140.000.000,00 yaitu terdiri dari:
a. Biaya gaji pemilik dan pegawai= Rp75.000.000,00
b. Biaya penyusutan mobil kijang = Rp1.500.000,00
c. Biaya asuransi kesehatan = Rp15.000.000,00
d. Biaya sewa gedung kantor = Rp18.500.000,00
e. Biaya sewa pabrik = Rp30.000.000,00
2. Biaya variabel per unit Rp75.000,00
3. Harga jual perunit Rp.95.000,00
4. Kapasitas produksi penuh 15.000

Jawab:
1. Metode persamaan
140.000 .000
BEP (rupiah) =
1−
[1.125.000 .000
1.425.000 .000 ]
= 140.000.000/0,21
= 665.000.000
a
BEP (unit) =
p−b
= 140.000.000/ 20.000
=7000 unit
2. Metode kontribusi unit
BEP (unit) = biaya tetap/margin kontribusi perunit
= 140.000.000/20.000
= 7000 unit
BEP (rupiah) = biaya tetap/rasio margin kontribusi
= 140.000.000/0,21
= 665.000.000,00

BAB XIV
Biaya penerimaan, produksi total, rata-rata, dan marjinal

1. Biaya Penerimaan

Penerimaan adalah jumlah uang yang diperoleh dari penjualan sejumlah output atau
dengan kata lain merupakan segala pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan
hasil dari penjualan produksinya.
Macam-macam penerimaan:
1. Total penerimaan (TR)
Total penerimaan adalah jumlah seluruh penerimaan perusahaan dari hasil
penjualan sejumlah produk. Cara untuk menghitung penerimaan total dapat
dilakuakn dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk perunit. Jika
dirumuskan sebagai berikut:
TR = Q X P
TR = total penerimaan
Q = jumlah produk
P = harga jual perunit
2. Penerimaan rata-rata (AR)
Penerimaan rata-rata adalah penerimaan perunit produk yang terjual. Untuk
menghitung penerimaan rata-rata dapat dilakukan dengan cara memebagi
penerimaan total dengan jumalh produk (barang) yang terjual. Jika dirumuskan
sebagai berikut:
AR = TR/Q
AR = penerimaan rata-rata
TR = penerimaan total
Q = jumlah produk
3. Penerimaan marginal (MR)
Penerimaan marginal adalah penerimaan tambahan dari adanya tambahan perunit
produk yang dijual. Jika dirumuskan sebagai berikut:
MR = TR/Q
MR = penerimaan marginal
TR = penerimaan total
Q = jumlah produk

2. Produksi Total
Fungsi produksi menjelaskan jumalh maksimum produk (output) yang dapat
dihasilkan perusahaan untuk setiap kombinas faktor produksi (input) pada tingkat
teklnologi yang sekarang.
1. Biaya total
Biaya total adalah keseluruhan biaya proiduksi yang digunakan untuk
menghasilkan sejumlah output tertentu baik yang bersifat tetap maupun variabel.
Contoh: perusahaan melakukam pengkalkulasian total biaya produksi yang
dikeluarkan.
2. Biaya variabel
Biaya variabel adalah pengeluaran yang berubah bersama dengan tingkat
output, seperti bahan mentah, upah, dan bahan bakar dan termasuk semua
biaya yang tidak tetap, atau biaya yang berubah ketika terjadi perubahan output.
Contoh: energi untuk mengoprasikan pabrik, pekerja produksi sampai staf bagian
perakitan.
3. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah sama sekali pada saat output
berubah. Biaya tetap dalam perusahaan biasanya disebut dengan biaya tidak
langsung.
Contoh: pajak bumi dan bangunan.
Biaya total produksi atau total cost (TC) merupakan keseluruhan biaya yang
harus dikeluarkan oleh produsen yang berkaitan dengan proses produksi,
sebagai aktivitas utama untuk menghasilkan suatu produk. Rumus biaya total
yaitu:
TC = TFC + TVC

3. Biaya marjinal
Biaya marjinal (marginal cost, MC) ialah biaya tambahan yang dikeluarkan untuk
menghasilkan suatu unit tambahan produk. Secara matematik, fungsi biaya marjinal
merupakan derivatif pertma dari fungsi biaya total. Jika fungsi biaya total dinyatakan
dengan C = f(Q) dimana C adalah biaya total dan Q melambangkan jumlah produk,
maka biaya marjinalnya:

' ⅆC
MC=C =
ⅆQ

BAB XV
ANALISA INPUT DAN OUTPUT

Analisa input output adalah suatu model matematis untuk menelaah keterkaitan
antar sektor perekonomian. Menurut Prof J.R Hicks input adalah “sesuatu yang
dibeli untuk perusahaan” sedangkan output adalah “sesuatu yang dijual oleh
perusahaan”.
Ciri utama dari analisa input dan output yaitu:
Analisa memusatkan pada perekonomian dalam keadaan equilibrum dan analisa ini
didasarkan pada penelitian empiris dan menekankan pada masalah teknik produksi.
Tujuan dari analisa input dan output adalah menghasilkan gambaran tingkat output
yang harus diproduksi oleh masing-masing sektor untuk memenuhi permintaan
akhir.
3 klasifikasi analisa input dan output:
1. Hubungan langsung: sektor yang bersangkutan merasakan pengaruh secara
langsung.
2. Hubungan tidak langsung: pengaruh terhadap industri yang outputnya tidak
digunakan sebagai input keluaran industri
3. Hubungan sampingan: pengaruh tidak lansung yang jangkauannya lebih
panjang dari hubungan langsung.
Berikut merupakan bentuk tabel input-output:

Manfaat tabel input-outout, yaitu:


a. Menyediakan informasi lengkap tentang penggunaan barang dan jasa serta
pola distribusi produksi yang dihasilkan masing-masing sektor.
b. Sebagai dasar perencanaan dan analisa makro.
c. Sebagai kerangka untuk studi-studi kuantitatif.
d. Untuk evaluasi terhadap konsistensi data sektoral berbagai sumber, sehingga
dapat diperbaiki dalam penyusunan pendapatan regional.
Perubahan permintaan akhir, PDB dan kesempatan kerja
Perubahan permintaan akhir menyebabkan perubahan output, perubahan output
sendiri menyebabkan perubahan nilai tambah dan kesempatan kerja. Hubungan
antara perubahan permintaan dengan perubahan output, perubahan output dengan
perubahan nilai tambah dan perubahan kesempatan kerja yang tercipta dirumuskan
sebagai berikut:
- Hubungan perubahan permintaan dengan perubahan output
∆ x = (1 – A)-1 ∆ F
- Kaitan perubahan output dengan perubahan nilai tambah
∆ v1 = v1. ∆ x1

V1 adalah koefisien nilai tambah sektpr yang ke-I dan ∆ v1 adalah perubahan nilai
tambah sektor yang ke-i.
- Kaitan nilai tambah dirumuskan sebagai berikut:
V
vi = i
Xi
- Kaitan perubahan output dengan kesempatan kerja:
∆ L1 = l1. ∆ x1

I1 adalah koefisien kesempatan kerja sektor yang ke-I, dan ∆ L1 adalah


perubahan kesempatan kerja sektor yang ke-i. sementara koefisien
perubahan kesempatan kerja didefinisikan sebagai berikut:
L
II = I
XI
BAB XVI

DETERMINAN JACOBIAN

Determinan jacobian adalah suatu determinan yang elemen-elemennya merupakan


turunan tingkat pertama dari masing-masing fungsi penyusun suatu sistem
persamaan.
Determinan jacobian digunakan untuk menguji ketergantungan fungsional (functional
dependence) baik yang linier maupun tan-linier dari sutu sistem persamaan. Sistem
persamaan ini dibentuk oleh fungsi-fungsi multi variabel.
1. Determinan jacobian orde kedua
Bentuk umum determinan jacobian orde kedua:

y1 = f (x1, x2)
y2 = f (x1, x2)
rumus determinan jacobian orde kedua:

|J| = ∂y1 ∂ y1

∂ x1 ∂ x2

∂ y2 ∂ y2

∂ x1 ∂ x2

2. Determinsn jscobisn orde ketiga


Bentuk umum determinan jacobian orde ketiga:

y1 = f (x1, x2, x3)


y2 = f (x1, x2, x3)
y3 = f (x1, x2, x3)
rurmus determina jacobian orde ketiga:
|J| = ∂ y1 ∂ y1 ∂ y1
∂ x1 ∂ x2 ∂ x3
∂ y2 ∂ y2 ∂ y3
∂ x1 ∂ x2 ∂ x3
∂ y3 ∂ y3 ∂ y3
∂ x1 ∂ x2 ∂ x3
Jika J = 0, maka persamaan-persamaan dalam sistem persamaan tersebut
tergantung (tidak bebas) secara fungsional, dan jika J ≠ 0, maka persamaan-
persamaan dalam sistem persamaan tersebut tidak tergantung (bebas) secara
fungsional

Contoh:
Tentukan apakah terdapat ketergantungan pada fungsi berikut:
a. y1 = 4a + 4b
b. y2 = 9a 2 + b2 + 4ab
jawab:
∂ y1 ‗ 4
∂a
∂ y1 ‗ 4
∂b
∂ y2 ‗ 18a + 8ab
∂a
∂ y2 ‗ 2b + 4a
∂b
Kemudian subtitusikan kedalam rumus:
|J|= 4 4
18a + 8ab 2b + 4a
= 4 (2b + 4a) – 4 (18a +8ab)
=8b + 16a – 72a + 32ab
= -56a + 40b
J ≠ 0, maka persamaan-persamaan dalam sistem persamaan tersebut tidak
tergantung (bebas) secara fungsional.

Anda mungkin juga menyukai