Anda di halaman 1dari 49

BAB 1 (Konsep Dasar Kalkulus)

1. Himpunan
Himpunan matematika dapat didefinisikan sebagai sebuah kumpulan dari beberapa objek baik
itu benda abstrak maupun benda real (nyata) yang dapat didefinisikan dengan jelas. Artinya
benda-benda tersebut jelas adanya dan memiliki keterangan yang jelas.
Macam-macam Himpunan:
a. Himpunan Kosong : X = { Bilangan genap antara 2 dan 4} , ditulis X = {
}={0}.
b. Himpunan Terhingga : D = { bilangan genap kurang dari 10 } atau A= {2,4,6,8}
c. Himpunan Semesta : A= { 1, 3, 5, 7, 9 }; S = { bilangan asli }; S = { bilangan
cacah }
d. Himpunan Tak Terhingga : X = {Bilangan Genap }, Y = {Bilangan Ganjil}
e. Himpunan Bilangan : K={0,1,2,3,4,5 }; D={ 1,2,3,4,……}; A={ 2,4,6,8}; J={
1,3,5,7}
Cara Menyatakan Himpunan
a. Enumerasi:
Enumerasi adalah cara menyatakan himpunan dengan menuliskan seluruh anggota
himpunan di dalam kurung kurawal. Misalnya: x = {s,a,p,i}
b. Simbol:
Contoh, simbol P biasanya digunakan utnuk menyatakan himpunan bilangan bulat positif,
sedangkan huruf R digunakan untuk menyatakan sebuah himpunan yang berisi bilangan
riil.
c. Notasi pembentukan himpunan:
himpunan juga bis dinyatakan dengan cara menulis ciri-ciri umum dari anggota yang ada
di dalam himpunan tersebut. misalnya: A = {x|x adalah himpunan bilangan riil}
d. Diagram venn:
adalah cara menyatakan sebuah himpunan dengan menggambarkannnya dalam bentuk
grafis. masing masing himpunan digambarkan dalam sebuah lingkaran dan dilingkupi
olah himpunan semesta yang dinyatakan dalam bentuk persegi empat
Operasi Antar Hmpunan
Sifat-Sifat Operasi Pada Himpunan

Contoh Soal:
1. Sebuah agen penjualan majalah dan koran ingin memiliki pelanggan sebanyak 75 orang.
Banyak pelanggan yang ada saat ini adalah sebagai berikut : 20 orang berlangganan
majalah, 35 orang berlangganan koran, dan 5 orang berlangganan keduanya. Agar
keinginannya tercapai, banyak pelanggan yang harus ditambahkan adalah . . .
2. Jika K = {k,o,m,p,a,s} dan L = {m,a,s,u,k} maka himpunan gabungan K dan L adalah..
3. Di antara 100 siswa, 32 orang suka PKn, 20 orang suka IPS, 45 orang suka IPA, 15 orang
suka PKn dan IPA, 7 orang suka PKn dan IPS, 10 orang suka IPS dan IPA, 30 orang
tidak suka satu pun di antara ketiga mata pelajaran tersebut.
a. Hitung banyaknya siswa yang suka ketiga mata pelajaran tersebut
b. Hitung banyaknya siswa yang hanya suka satu dari ketiga matsa pelajaran tersebut; dan
c. Gambarkan dengan Diagram Venn !
4. Diketahui S={1,2,3,4,...,10}, A={1,2,3,4,10}, B={3,4,5,6,7,8,9}. Tentukan A - B & B - A
5. Diketahui himpunan-himpunan A, B, C D dan E. Buatlah diagram Vennya
A={1,2,3,…,8,9} B= {2,4,6,8} C={1,3,5,7,9} D={3,4,5} E={3,5}

2. Sistem Bilangan, Pertidaksamaan, dan Nilai Mutlak


Dalam matematika, bilangan-bilangan yang ada dapat digolongkan menjadi.

1. Bilangan riil atau bilangan real dalam matematika menyatakan bilangan yang bisa
dituliskan dalam bentuk desimal, seperti 2,4871773339… atau 3,25678. Bilangan real
meliputi bilangan rasional, seperti 42 dan −23/129, dan bilangan irasional, seperti π dan
e. Bilangan riil juga dapat dilambangkan sebagai salah satu titik dalam garis bilangan.
Bilanganrasional
2. Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai a/b di mana a, b
bilangan bulat dan b tidak sama dengan 0. Bila kita mengatakan bilangan rasional
berarti di dalamnya sudah mencakup bilangan: bilangan bulat, bilangan asli, bilangan
cacah, bilangan prima

a. Bilangan asli, Bilangan asli adalah bilangan yang mulai dari 1 dan seterusnya.
{1,2,3,4, . . .}

b. Bilangan cacah, Bilangan cacah adalah bilangan yang mulai dari 0 dan seterusnya.
{0,1,2,3,4, . . .}

c. Bilangan bulat, Bilangan bulat adalah bilangan cacah dan negatifnya. {. . . ,-3,-2,-
1,0,1,2,3, . . .}

d. Bilangan prima, Bilangan prima adalah bilangan asli yang lebih besar dari angka 1,
yang faktor pembaginya adalah 1 dan bilangan itu sendiri.{2,3,5,7, . . .}

e. Bilangan pecahan, Bilangan pecahan adalah bilangan yang disajikan atau ditampilkan
dalam bentuk a/b dimana a, bilangan bulat dan b ≠ 0. a disebut pembilang dan b
disebut penyebut.
f. Bilangan Komposit, Bilangan komposit adalah bilangan asli lebih besar dari 1 yang
bukan merupakan bilangan prima. Bilangan komposit dapat dinyatakan sebagai
faktorisasi bilangan bulat, atau hasil perkalian dua bilangan prima atau lebih. Atau
bisa juga disebut bilangan yang mempunyai factor lebih dari dua. {4, 6, 8, 9, 10, 12,
7
14, 15, 16, …}8

Bilangan bilangan diatas termasuk dalam bilangan rasional non negatif, ada pula bilangan
rasional negatif yang terdiri atas semua bilangan negatif mulai dari -1, -2, -3 dan seterusnya.
Bilangan rasional negatif dan non negatif masuk kedalam bilangan rasional.

3. Bilangan irasional adalah bilangan riil yang tidak bisa dibagi (hasil baginya tidak pernah
berhenti). Dalam hal ini, bilangan irasional tidak bisa dinyatakan sebagai a/b, dengan a
dan b sebagai bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol. Jadi bilangan irasional bukan
merupakan bilangan rasional. Contoh yang paling populer dari bilangan irasional adalah
bilangan π, akar 2, dan bilangan e.

a. Bilangan π (kadang-kadang ditulis pi) adalah sebuah konstanta dalam matematika


yang merupakan perbandingan keliling lingkaran dengan diameternya. Nilai π dalam
20 tempat desimal adalah 3,14159265358979323846.

b. Konstanta matematika e adalah basis dari logaritma natural. Kadang-kadang disebut


juga bilangan Euler. Nilai bilangan ini, dipotong pada posisi ke-30 setelah tanda
desimal (tanpa dibulatkan), adalah e ≈ 2,71828 18284 59045 23536 02874 71352.
Sementara ujungnya juga masih belum ditemukan sama seperti pi.

4. Bilangan imajiner adalah bilangan yang mempunyai sifat i2 = −1. Bilangan ini biasanya
merupakan bagian dari bilangan kompleks.
5. Bilangan kompleks adalah bilangan yang berbentuk

di mana a dan b adalah bilangan riil, dan i adalah bilangan imajiner tertentu yang
mempunyai sifat i2 = −1. Bilangan riil a disebut juga bagian riil dari bilangan kompleks,
dan bilangan real b disebut bagian imajiner. Jika pada suatu bilangan kompleks, nilai b
adalah 0, maka bilangan kompleks tersebut menjadi sama dengan bilangan real a.

Bilangan-bilangan nyata memenuhi kaidah-kaidah tertentu apabila mereka dioperasikan. Operasi


penjumlahan dan perkalian bilangan nyata memenuhi kaidah-kaidah sebagai berikut :

1. Kaidah Komulatif
Dalam menjumlahkan dua bilangan α dan b, perubahan urutan antara keduanya tidak
akan mengubah hasil penjumlahan.

α+b=b+α

Misal: 4 + 6 = 6 + 4
Hal yang sama berlaku juga untuk perkalian, perubahan urutan perkalian antara dua
bilangan tidak akan mengubah hasilnya.

αxb=bxα

4x6=6x4

2. Kaidah Asosiatif

Dalam menjumlahkan tiga bilangan a, b dan c atau lebih perubahan cara pengelompokan
bilangan-bilangan tersebut tidak akan mengubah hasil penjumlahan.

(α + b) + c = α + (b + c)

(4 + 6) + 5 = 4 + (6 + 5)

Begitu pula dalam hal perkalian, perubahan cara pengelompokan bilangan-bilangan tidak
akan mengubah hasil perkalian.
(α x b) x c = α x (b x c)

(4 x 6) x 5 = 4 x (6 x 5)

3. Kaidah Pembatalan

Jika jumlah α dan c sama dengan jumlah b dan c, maka α sama dengan b; dengan
perkataan lain :

Jika a+c=b+c

maka α=b

Jika hasil kali α dan c sama dengan hasil kali b dan c, dimana c adalah bilangan nyata
bukan nol, maka α sama dengan b jadi :

Jika α c = bc (c ≠ 0)

maka α=b

4. Kaidah Distributif

Dalam pengalian bilangan α terhadap jumlah (b + c), hasil kalinya adalah sama dengan
jumlah hasil kali α b dan hasil kali α c. Dengan perkataan lain, hasil kali sebuah bilangan
terhadap suatu penjumlahan adalah sama dengan jumlah hasil kali – hasil kalinya.

α (b+c) = α b + α c

4 (6 + 5) = (4 x 6) + (4 x 5)

5. Unsur Penyama

Unsur penyama dalam penjumlahan (pengurangan) adalah bilangan nol, sebab jumlah
(selisih) antara suatu bilangan tertentu dan 0 adalah bilangan itu sendiri.

α±0=α
4±0=4

Unsur penyama dalam perkalian (pembagian) adalah bilangan satu, sebab hasil kali (hasil
bagi) antara suatu bilangan tertentu dan 1 adalah bilangan itu sendiri.

α x1 = α α x1 = α

4x1=4 4x1=4

6. Kebalikan
Setiap bilangan nyata mempunyai sebuah balikan penambah (additive inverse), jumlah
antara bilangan tertentu dan balikan penambahannya adalah sama dengan nol.

α + (-a) = 0

4 + (-4) = 0

Bilangan -4 disebut balikan penambahan dari 4 atau negatif dari 4. Setiap bilangan nyata
bukan nol mempunyai sebuah balikan pengali (multiplicative inverse), hasil kali bilangan
tertentu terhadap balikan pengalinya adalah sama dengan satu.
Pertidaksamaan

Pertidaksamaan merupakan kalimat terbuka yang menggunakan relasi <, >, ≤ atau ≥.
Penyelesaian suatu pertidaksamaan adalah semua bilangan yang memenuhi pertidaksamaan
tersebut yang biasanya merupakan interval atau gabungan interval-interval. Interval atau selang
dapat dinyatakan dalam garis bilangan dan himpunan. Secara umum pertidaksamaan merupakan
cara untuk menyatakan suatu selang atau interval. Tanda “<” dan “>” menyatakan selang terbuka
dan pada garis bilangan ditandai dengan “(“ dan “)” sedangkan tanda “≤” dan “≥” menyatakan
selang tertutup dan pada garis bilangan ditandai dengan “[“ dan “]”. Mengenai interval dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Interval terbuka (a,b) adalah himpunan semua bilangan real yang lebih besar
dari a dan kurang dari b. Jadi (a,b) = {x | a < x < b}. Sedangkan interval tertutup
[a,b] adalah himpunan semua bilangan real yang lebih besar atau sama dengan a dan
kurang atau sama dengan b. Jadi [a,b] = {x | a ≤ x ≤ b}.
Contoh :
Beberapa jenis atau contoh pertidaksamaan antara lain :
1. 2x + 16 < x + 25
2. 2x – 4 ≤ 6 – 7x < 3x + 6
3. 𝑥2 – 5x + 6 > 0
2𝑥−3
4. ≥0
𝑥+1
5. √2𝑥 + 4 < 4

Ada beberapa jenis pertidaksamaan :


1. PERTIDAKSAMAAN LINIER
Pertidaksamaan linier adalah pertidaksamaan yang salah satu atau lebih ruasnya memuat
bentuk linier dalam 𝑥 (sebagai peubahnya). Untuk menyelesaikan pertidaksamaan linier
dapat digunakan sifat-sifat berikut :
Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑘 sembarang bilangan riil, maka :
1. 𝑎 + 𝑘 > 𝑏 + 𝑘
2. 𝑘𝑎 > 𝑘𝑏, jika 𝑘 positif, akan tetapi 𝑘𝑎 < 𝑘𝑏, jika 𝑘 negatif
3. 𝑎2 > 𝑏 2 , asalkan 𝑎 dan 𝑏 keduanya positif
4. 𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑑, untuk 𝑐 > 𝑑
5. 𝑎𝑐 > 𝑏𝑑, asalkan 𝑐 > 𝑑 serta 𝑎, 𝑏, 𝑐 dan 𝑑 semuanya positif
6. jika a ≠ 0 maka tanda 1/a = tanda a
7. jika tanda a dan b sama dan jika a < b maka 1/a > 1/b
8. Hanya satu diantara a > b , a=b dan a > b yang benar
2. PERTIDAKSAMAAN KUADRAT & POLINOMIAL
Pertidaksamaan kuadrat adalah pertidaksamaan yang memuat bentuk kuadrat perubahnya
pada salah satu atau kedua ruas pertidaksamaan, sedangkan pertidaksamaan polynomial
adalah pertidaksamaan yang memuat bentuk polynomial (suatu fungsi dengan pangkat
atau derajat peubahnya adalah 3 atau lebih) pada salah satu atau kedua ruasnya.

3. PERTIDAKSAMAAN PECAHAN
𝑓(𝑥)
Pertidaksamaan pecahan adalah pertidaksamaan yang berbentuk < 0, dengan 𝑓(𝑥)
𝑔(𝑥)
dan 𝑔(𝑥) merupakan fungsi polinom (suku banyak).

4. PERTIDAKSAMAAN IRRASIONAL
Pertidaksamaan irrasional adalah suatu pertidaksamaan yang mengandung bentuk tak
rasional (yang dicirikan dengan adanya tanda √ di dalam pertidaksamaannya).
Persyaratan pertidaksamaan irrasional menggunakan persyaratan riil : √𝑓 (𝑥) riil
bilamana 𝑓(𝑥) ≥ 0

5. PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK


Pertidaksamaan nilai mutlak adalah pertidaksamaan dengan nilai mutlak (absolut) yang
merupakan bilangan yang tak pernah negatif. Misalkan 𝑥 ∈ 𝑅, nilai mutlak dari 𝑥,
dinotasikan dengan |x|, diberikan oleh
𝑥, untuk 𝑥≥0
|𝑥| = {−𝑥, untuk 𝑥<0
Sifat-sifat Nilai Mutlak
Misalkan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅, maka berlaku
1. |𝑎𝑏| = |𝑎| |𝑏|
𝑎 |𝑎|
2. |𝑏| = |𝑏|, asalkan 𝑏 ≠ 0
3. |𝑎 + 𝑏| ≤ |𝑎| + |𝑏|
4. |𝑎 − 𝑏| ≥ ||𝑎| − |𝑏||

Contoh-contoh soal pertidaksamaan:


1. -1 < x + 5 < 7
Jawab:
Cara 1
- Dipecah terlebih dahulu menjadi – 1 < x + 5 dan x + 5 < 7
- –1<x+5
-1 - 5 < x
-4 < x………………………(i)
- x+5<7
x<7–5
x < 2………………….……(ii)
- Iriskan persamaan (i) dan (ii) pada garis bilangan
( )
-4 2
- Jadi -4 < x < 2 ; (−4, 1)

Cara 2
- Mencari variable x tanpa ikatan
1 <x+5<7
1–5<x+5-5<7–5
-4 < x < 2
Mendapat hasil yang sama

2. 2x – 1 < x + 1 < 3 – x
Jawab:
Cara 1
- Dipecah terlebih dahulu menjadi 2x – 1 < x + 1 dan x + 1 < 3 – x
- 2x – 1 < x + 1
2x – x < 1 + 1
x < 2………………………(i)
- x+1<3–x
x+x<3–1
2x < 2…….(dibagi dua)
x < 1………………………(ii)
- Iriskan persamaan (i) dan (ii) pada garis bilangan

) )
1 2
- Jadi x < 1 ; (~, 1)
-
2−5𝑥
3. ≥ 3, x ≠ 2
𝑥−2

Jawab:
2−5𝑥
- ≥3
𝑥−2
2−5𝑥
- –3≥0
𝑥−2
2−5𝑥−3(𝑥−2)
- ≥0
𝑥−2
2−5𝑥−3𝑥+6
- ≥0
𝑥−2
8−8𝑥
- ≥0
𝑥−2
−8(−1+𝑥)
- ≥0
𝑥−2

Cara 1
−1+𝑥
- Karena nilai minus dikeluarkan maka 𝑥−2 pasti bernilai negatif untuk dapat
menghasilkan nilai positif jika dikalikan minus. Nilai masing-masing bisa saja bernilai
negatif dan positif atau positif dan negatif.
Bila a negatif, b positif ≤ 0
- -1 + x ≤ 0
x ≤ 1………………….(i)
- x–2>0
x > 2………………..(ii)
- Iriskan persamaan (i) dan (ii) pada garis bilangan

] (
1 2
- Jadi x ≤ 1 atau x > 2
Jika angka di salah satu Hp disubstitusi pada soal, tidak akan memenuhi syarat yang
diminta untuk leih dari tiga maka;
Bila a positif/b negatif ≥ 0
- x–1≥0
x ≥ 1 ………………….(i)
- x–2<0
x < 2………………..(ii)
- Iriskan persamaan (i) dan (ii) pada garis bilangan

[ )
1 2
- Jika dimasukkan salah satu bilangan pada Hp maka akan membuhi persyaratan maka
Himpunan penyelesaian menjadi 1 ≤ x < 2, Hp = {x|1 ≤ x < 2, x ≠ 2 | x € R}

Cara 2
Menggunakan cara langsung dengan mencari pembuat nol.
8−8𝑥
- ≥0
𝑥−2
- 8- 8x = 0
1=x
- x-2=0
x=2
| |
1 2
Untuk mencari daerah penyelesaian dilakukan dengan metode substitusi
- Substitusi -1
2−5𝑥
- 𝑥−2
2−5.−1
= 7/-1,5
0,5−2
Didapat hasi berupa bilangan negatif, maka daerah 0,5 bernilai negatif. Hal yang sama
juga dilakukan pada dua daerah lainnya
- Substitusi 1,5
2−5𝑥
- 𝑥−2
2−5.1,5
= -5,5/-0,5 (hasilnya positif)
1.5−2
- Substitusi 5
2−5.5
- 5−2
2−25
= -23/3 (hasilnya negatif)
5−2
Maka,

---------------- ++++++++++ -------------------


[ )
1 2
Karena yang diminta di soal adalah Hp yang bernilai positif atau lebih dari nol maka Hp
menjadi sama seperti cara yang pertama yaitu 1 ≤ x < 2.

4. x2 - 8x + 15 ≤ 0

Jawab:
- Cari akar akar dari persamaan tersebut.
x2 + 8x + 15
(x-5)(x-3)
Cara 1
- Karena diminta kurang dari 0 atau bernilai negative maka kedua akar tersebut harus
memiliki nilai yang berlawanan
Jika a positif dan b negative
- x-5 ≥ 0
x≥5
- x -3 ≤ 0
x≤3
Jika dimasukkan ke persamaan diatas hasil dari Hp tersebut tidak memenuhi misal kita
ambil 0, maka
0 - 0 + 15 ≤ 0 ( tidak sesuai )
Jika a negative dan b positif
- x-3 ≥ 0
x≥3
- x -5 ≤ 0
x≤5
Jika dimasukkan ke persamaan diatas maka hasil memenuhi , misal 4
16 – 32 + 15 = -1
Jadi Hp dari pertidaksamaan tersebut adalah 3 ≤ x ≤ 5, Hp = {x|x 3≤ x ≤ 5, x ≠ 2 | x € R}

Cara 2
Setelah dicari akarnya, dicari pembuat nol masing masing akar
- x-5 = 0
x=5
- x-3 = 0
x=3
| |
3 5
Untuk mencari daerah penyelesaian dilakukan dengan metode substitusi, data yang telah
diketahui sebelumnya ada daerah nol bernilai positif (15) dan daerah 4 (negatif).
- Substitusi dengan 6
x2 - 8x + 15
36-48+15 = 3 (bernilai positif)

++++++++++ ------------------- ++++++++++


[ ]
3 5
Karena yang diminta pada soal adalah dibawah nol atau bernilai negatif maka Hp akan
sama dengan cara 1 yaitu 3≤ x ≤ 5

Nilai Mutlak (Absolut)

Nilai mutlak disefinisikan sebagai sebuah notasi yang menyatakan nilai yang selalu positif. Suatu
fungsi yang berada dalam kurung harga mutlak selalu bernilai positif dan tidak mungkin
negative.
Adapun sifat-sifatnya yaitu:
a) Suatu bilangan rill x, yang tertulis |x| ditentukan sebagai berikut:
|x| = x jika x > 0
|x| = -x jika x < 0
|5| = 5 |0| = 0 , |-4| = -(-4)= 4
b) Misalkan a dan bilangan rill
|ab| = |a| . |b|
|a + b| < |a| + |b|
|a – b| > |a| – |b|
|a| –|b| < |a – b|
Pertaksamaan yang memuat nilai mutlak dan akar kuadrat
Sifat-sifat:
 |x| < a  -a < x < a
 |x| > a  x < -a atau x > a
Contoh 1: menyelesaikan persamaan nilai mutlak
Selesaikan persamaan: -5 |x – 7| + 2 = -13
Pembahasan pertama kita isolasi nilai mutlak, yaitu membuat symbol nilai mutlak berada pada
satu ruas sedangkan suku-suku lainnya kit letakkan diruas yang lain.
-5|x – 7| + 2 = -13
-5 |x – 7| = -15
|x – 7| = 3
X – 7 = -3 atau x – 7 = 3
X = 4 atau x = 10
Contoh 2:
Tentukan himpunan penyelseaian dari persamaan |5 – 2/3x| – 9 = 8
Pembahasan dengan mengisolasi symbol nilai mutlak baru kemudian menerapkan sifat
persamaan nilai mutlak
|5 – 2/3x| – 9 = 8
|5 – 2/3x| = 17
5 – 2/3x = -17 atau 5 – 2/3x = 17
-2/3x = -22 atau -2/3x = 12
X = 33 atau x = -18
Sehingga himpunan penyelesaian dari persamaan tersebut adalah (-18 , 33)
Sifat perkalian persamaan mutlak
|ab| = |a| . |b|
Contoh 3:
menggunakan sifat perkalian persamaan nilai mutlak
Carilah penyelesaian dari persamaan |-2x| + 5 =13
Pembahasan:
|-2x| + 5 = 13
|-2x| = 8
|-2| |x| = 8
2|x| = 8
|x| = 4
x = -4 atau x = 4.
Contoh 4 :
pertidaksamaan nilai mutlak
Cari penyelesaian dari pertidaksamaan x2 – 2 ≤ |2x + 1|
Pembahasan:
x2 – 2 ≤ |2x + 1|
((x2 – 2 – (2x + 1) (x2 – 2 + (2x + 1)) ≤ 0
(x2 – 2x -3)( x2 + 2x - 1) ≤ 0
(x-3)(x+1) ( x2 + 2x - 1) ≤ 0
x2 + 2x – 1 → 0
−2 ±√22 − 4.1.−1
x1,2 = 2.1

= -1 ±√2
++++++++++ ----------------- ++++++++++
[ | | ]
-1 - √2 -1 -1 +√2 3
Pembuktian
Substitusi -5

x2 – 2 ≤ |2x + 1|
(-5)2 – 2 ≤ |2.-5 + 1|
25 - 2 ≤ |-10 + 1 |
23 ≤ |-9|
23 ≤ 9 ( tidak memenuhi, tidak termasuk HP )
Substitusi 0
x2 – 2 ≤ |2x + 1|
(0)2 – 2 ≤ |2.0 + 1|
-2≤|1|
-2 ≤ 1 (benar, karena merupakan Himpunan Penyelesaian)
Substitusi 4
x2 – 2 ≤ |2x + 1|
(4)2 – 2 ≤ |2.4 + 1|
16 - 2 ≤ |8 + 1 |
14 ≤ |9|
14 ≤ 9 ( tidak memenuhi, tidak termasuk HP

3. Sistem Bilangan Kompleks


Pengertian:

 Bilangan imajiner adalah bilangan yang merupakan akar kuadrat dari suatu bilangan negatif.

Contoh:  5 ,  7,  13

 Definisi: i  1 dan i 2  1
 Jadi  5 dapat ditulis 1 * 5  i 5

Bentuk Umum Bilangan Kompleks:


Bilangan Kompleks adalah Bilangan yang terdiri dari dua suku yang terpisah (Bilangan Riil dan
Imajiner). Bentuk, z = x + iy dimana z adalah bilangan kompleks, x adalah bilangan rill, dan i.y adalah
bilangan imajiner.
Operasi-operasi Hitungan Bilangan Kompleks:
Misalkan diketahui 2 buah bilangan kompleks; z₁ = x₁ + ίy₁ dan z₂ = x₂ + ίy₂ maka dapat dijabarkan
beberapa operasi berikut;

 Penjumlahan
z₁ + z₂ = (x₁ + x₂) + ί(y₁ + y₂)

 Pengurangan
z₁ + z₂ = (x₁ - x₂) + ί(y₁ - y₂)

 Perkalian
z₁z₂ = (x₁x₂ - y₁y₂) + ί(x₁y₂ + x₂y₁)

 Pembagian
𝑧₁ 𝑥₁𝑥₂ +𝑦₁𝑦₂ 𝑥₂𝑦₁−𝑥₁𝑦₂
= +𝑖
𝑧₂ 𝑥₂2 +𝑦₂2 𝑥₂2 +𝑦₂2

Sifat dari operasi aljabar terhadap bilangan kompleks;

 Hukum komutatif
z₁ + z₂ = z₂ + z₁

 Hukum Asosiatif
z₁z₂ = z₂z₁

 Hukum Distributif
(z₁ + z₂) + z₃ = z₁ + (z₂ + z₃)
(z₁z₂)z₃ = z₁(z₂z₃)

 Identitas
0+z=z+0

 Invers Penjumlahan
z + (-z) = (-z) + z = 0

 Unsur Kesatuan (Unity) Perkalian


z.1 = z

Diagram Agran
Diagram argand merupakan sistem koordinat kartesius yang dipakai untuk memberikan posisi pada
bilangan kompleks. Sumbu x pada koordinat kartesius berubah menjadi sumbu real, dan sumbu y menjadi
sumbu imaginer.
Misalkan kita memiliki bilangan kompleks z1 = 4 + 3i maka bilangan z1 mirip dengan koordinat (3, 4) ,
hanya saja kita menarik garis ke dari (0, 0) ke arah (3, 4). Jika kita memiliki bilangan z2 = 2 - 5i maka
bilangan z2 mirip dengan koordinat (5, -2), hanya saja kita menaik garis dari (0, 0) menuju (2, -5).
Bilangan z1 dan z2 bisa kita taruh pada diagram argand sebagai berikut :
Jika kita menjumlahkan 2 bilangan kompleks dan proses penjumlahannya kita gambar pada diagram
argand maka proses penjumlahannya akan seperti penjumlahan vektor yang menggunkan aturan jajaran
genjang. Contoh : Jika z3 = 2 + 4i dan z4 = 4 + 3i maka z3 + z4 = 6 + 7i
Modulus dan Argumen
Modulus menyatakan besar bilangan kompleks, sedangkan argumen adalah sudut yang dibentuk oleh
bilangan kompleks dengan sumbu x positif

Jika z = a + bi maka modulus dari z adalah Sedangkan argument dari bilangan z


dinyatakan dengan t yang memenuhi

Contoh Soal :
Carilah modulus dan argument dari Z1+Z2
Kesamaan Bilangan Kompleks
Dua bilangan kompleks dikatakan sama jika kedua bilangan realnya sama dan kedua bilangan
imajinernya sama. Misal :
a + ib =6- y3
a=6 b=-3
Contoh soal:
(a+b)+(2a-b)i = 4+8i
Carilah nilai a dan i….
Bentuk Polar (Kutub) Bilangan Kompleks
Misal:
x = r cos Ɵ y = r sin Ɵ
r 2 = x2 + y 2
r =√x2 + y2
z = x + yi
= ∣x + yi∣ = x2 + y2
z = x + yi
= r cos Ɵ + (r sin Ɵ)i
= r (cos Ɵ + i sin Ɵ)
z = r (cos Ɵ + i sin Ɵ)
Operasi Aljabar Bentuk Polar
Misal
z1 = r1 (cos Ɵ + i sin Ɵ)
z2 = r2 (cos Ɵ + i sin Ɵ)
Maka:
1) z1 + z2 = r1 (cos Ɵ + i sin Ɵ) + r2 (cos Ɵ + i sin Ɵ)
= (r1 + r2) (cos Ɵ + i sin Ɵ)
2) z1 – z2 = r1 (cos Ɵ + i sin Ɵ) - r2 (cos Ɵ + i sin Ɵ)
= (r1 – r2) (cos Ɵ + i sin Ɵ)
3) z1 . z2 = r1 (cos Ɵ + i sin Ɵ) . r2 (cos Ɵ + i sin Ɵ)
= r1r2 (cos (Ɵ1 – Ɵ2) + i sin (Ɵ1 – Ɵ2))

4)

Contoh soal:
Jika diketahui: z1 = 1 – i
z2 = -1 + i
Maka:
a) z1 = √x2 + y2
= √2
z2 = √x2 + y2
= √2
Tan Ɵ = ¯¹/₁
= -1 ⇒ Ɵ1 = 315, Ɵ2 = 135
Tan Ɵ = ¹/₋₁
= -1 ⇒ Ɵ1 = 315, Ɵ2 = 135
z1 = r (cos Ɵ1 + i sin Ɵ1)
= √2 (cos 315 + i sin 315)
z2 = √2 (cos 135 + i sin 135)
𝑏) 𝑧1. 𝑧2 = √2 . √2 (𝑐𝑜𝑠 (315 − 135) + 𝑖 𝑠𝑖𝑛 (315 – 135))
= 2 ( cos 180 + i sin 180)
= 2 (-1 + 0)
= -2
c) (cos 180 + i sin 180) = -1

Bentuk Eksponen Bilangan Kompleks


𝑥2 𝑥3 𝑥4
𝑒𝑥 = 1 + x + + + + ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
2! 3! 4!

𝑥3 𝑥5 𝑥7 𝑥9
Sin x = x - 3
+ 5!
- 7!
+ 9!
- ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙

𝑥2 𝑥4 𝑥6 𝑥8
Cos x = 1 - 2!
+ 4!
- 6!
+ 8!
- ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙

x = 𝑖𝜃
(𝑖𝜃)2 (𝑖𝜃)3 (𝑖𝜃)4
𝑒 𝑖𝜃 = 1 + 𝑖𝜃 + 2!
+ 3!
+ 4!
+ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙

= cos 𝜃 + 𝑖 sin 𝜃

r (cos 𝜽 + 𝒊 sin 𝜽) = r 𝒆𝒊𝜽


Contoh soal:
Nyatakan z = 2 +2 i dalam bentuk polar dan exponential!
Penyelesaian:
22r=2+2=22
q = tan-12/2 = 450
Bentuk polarnya : z = 2 2 (cos 45 + i sin 45)
Bentuk exponentianya q harus dirubah dalam bentuk radial (45 = 45
(p/180) = 0,7854) maka z = 2 2 e0,785
BAB 2 (Fungsi dan Limit)
1. Limit Suatu Fungsi

Dalam kehidupan sehari-hari, orang sering dihadapkan pada masalah-masalah


pendekatan suatu nilai/besaran. Limit dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel
fungsi yang bergerak mendekati suatu titik terhadap fungsi tersebut. Untuk dapat memahami
pengertian limit secara intuitif, perhatikanlah contoh berikut.
a. Letak rumah Budi dekat dengan rumah Tono.
b. Ketika hari sudah mendekati senja, datanglah yang ditunggu-tunggu.
c. Nilai ujian matematika Anton hampir 9.
Seberapa dekat/mendekati/hampir besaran-besaran atau nilai-nilai pada contoh di atas
dengan besaran/nilai yang sebenarnya sangat relatif. Maka dari itu fungsi sebuah limit dapat
diandaikan sebagai berikut.
x 2 1
f ( x) 
x 1

Jika ditentukan f(1) tentu untuk kasus ini fungsi x tidak akan terdefinisi. Namun, saat x
memiliki nilai mendekati 1, akan ditemukan sebuah titik pertemuan yang dapat dijelaskan oleh
tabel dan grafik di bawah ini.

x 0,9 0,99 0,999 0,9999 1 1,0001 1,001 1,01 1,1


f(x) 1,9 1,99 1,999 1,9999 … 2,0001 2,001 2,01 2,1

x 2 1
f ( x) 
x 1
( x  1)( x  1)

( x  1)
 x 1
f (1)  1  1
2
Melalui tabel dan grafik tersebut ditemukan sebuah pola yang merujuk pada angka 2
yang menjadi penyelesaian limit fungsi x tersebut. Namun, perlu ditekankan kembali bahwa limit
f(x) hanya mendekati 2 dan tidak sama dengan 2. Pola tersebut dapat didefinisikan sebagai
berikut.
lim f ( x)  L
xa

Limit fungsi x untuk x mendekati a adalah L. Dimana x dekat dengan a tetapi tidak sama
dengan a (x a), f(x) dekat dengan L tetapi tidak sama dengan L (f(x) L). Semakin dekat x
dengan a, maka semakin dekat f(x) dengan L, begitu pula sebaliknya.

lim f ( x)  L
x c

Kata mendekati selalu mengandung makna yang relatif dan belum pasti, beberapa
konstanta digunakan untuk mewakili selisih, dimana  digunakan untuk melambangkan selisih
x dengan c dan  digunakan untuk mewakili selisih f(x) dengan L.
Teorema Limit
Sifat-sifat dasar limit yang dinyatakan dalam beberapa teorema berikut, yang digunakan
dalam perhitungan limit.
Jika lim 𝑓(𝑥) = 𝑃 dan lim 𝑔(𝑥) = 𝑄, k 𝜀 R dan 𝑛 bilangan bulat positif, maka berlaku
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
pernyataan-pernyataan berikut
1. lim 𝑘 = 𝑘
𝑥→𝑎
2. lim 𝑥 = 𝑎
𝑥→𝑎
3. lim{𝑓(𝑥) ± 𝑔(𝑥)} = lim 𝑓(𝑥) ± lim 𝑔(𝑥) = 𝑃 ± 𝑄
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
4. lim 𝑘. 𝑓(𝑥) = 𝑘. lim 𝑓(𝑥) = 𝑘. 𝑃
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
5. lim 𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥) = lim 𝑓(𝑥). lim 𝑔(𝑥) = 𝑃. 𝑄
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
𝑓(𝑥) lim 𝑓(𝑥) 𝑃
𝑥→𝑎
6. lim 𝑔(𝑥) = lim 𝑔(𝑥)
=𝑄
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
dengan syarat Q≠0
7. lim(𝑓(𝑥))𝑛 = (lim 𝑓(𝑥))𝑛 = 𝑃𝑛
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
1 1 1
8. lim(𝑓(𝑥 ))𝑛 = (lim 𝑓(𝑥))𝑛 = 𝑃𝑛
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
Dengan syarat untuk 𝑛 genap P> 0
contoh soal:

1. lim(2𝑥2 − 7𝑥 + 6) = lim 2𝑥2 −lim 7𝑥 +lim 6


𝑥→2 𝑥→2 𝑥→2 𝑥→2
= 2. lim 𝑥2 − 7. lim 𝑥 +lim 6
𝑥→2 𝑥→2 𝑥→2
= 2. ((lim 𝑥)2 ) − 7. lim 𝑥 +lim 6
𝑥→2 𝑥→2 𝑥→2
2
= 2.2 − 7.2 + 6
=0
2. lim 7𝑥√2𝑥 − 1 = lim 7𝑥. lim √2𝑥 − 1
𝑥→1 𝑥→1 𝑥→1
1
2
= 7.lim 𝑥 (lim(2𝑥 − 1))
𝑥→1 𝑥→1
1
= (7.1) . ((2.1) − 1)2
=7

Limit Fungsi Trigonometri

Jika a adalah bilangan real dan fungsi trigonometri berikut, maka :

a. lim sin 𝑥 = sin 𝑎


𝑥→𝑎
b. lim cos 𝑥 = cos 𝑎
𝑥→𝑎
c. limtan x = tan a
𝑥→𝑎
d. lim cot 𝑥 = cot 𝑎
𝑥→𝑎
e. lim sec 𝑥 = sec 𝑎
𝑥→𝑎
sin 𝑥
f. lim =1
𝑥→𝑎 𝑥
tan 𝑥
g. lim 𝑥 = 1
𝑥→𝑎

Contoh soal :
a. lim cos 𝑥
𝑥→𝜋
Penyelesaian :
lim cos 𝑥 = cos 𝜋
𝑥→𝜋
= −1
2
b. lim 𝑠𝑖𝑛 𝑥
𝑥→0
Penyelesaian :
lim 𝑠𝑖𝑛2 𝑥 = lim(sin 𝑥)2
𝑥→0 𝑥→0
=0

2. Limit Satu Sisi atau Limit Sepihak


a. Limit sisi kiri
Limit sisi kiri adalah sebuah nilai yang didekati oleh fungsi tersebut apabila variabelnya
bergerak mendekati limitnya melalui nilai-nilai yang membesar.

Ditulis:

Dibaca: limit fungsi f(x) untuk x mendekati a min.

b. Limit sisi kanan


Limit sisi kanan adalah nilai yang didekati oleh fungsi tersebut apabila variabelnya bergerak
mendekati limitnya melalui nilai-nilai yang mengecil.
Ditulis:

Dibaca: limit fungsi f(x) untuk mendekati a plus.

Limit sebuah fungsi dikatakan ada dan hanya jika:

Contoh soal:

3. Limit Tak Hingga dan Limit Menuju Tak Hingga

a. Limit Tak Hingga

Limit tak hingga adalah limit yang mempunyai hasil tak hingga (∞) atau dimana
variabelnya menuju tak hingga (x → ∞). Suatu limit hasilnya tak hingga (∞) jika hasil
limitnya semakin membesar menuju tak hingga, biasanya terjadi ketika pembaginya
1
adalah mendekati 0 (0 = ∞)

Limit dasar dari limit tak hingga dan limit menuju tak hingga yaitu:
𝑎
lim =0
𝑥→∞ 𝑥𝑛

Dengan 𝑎 bilangan riil, dan 𝑛 bilangan asli


Berikut teorinya:
1
lim ( 𝑛 ) = +∞ dan
𝑥→(+0)𝑋

1 +∞ ,untuk n genap
lim ( 𝑛 ) = { ,untuk n ganjil
𝑥→(+0)𝑋 −∞
Dengan n bilangan asli.

Contoh soal:
1
1). Tentukan nilai lim x→2 !
(𝑥−2)2
Penyelesaian:
1
Berikut grafik dari fungsi f(x) x→2 =
(𝑥−2)2

Dari tabel terlihat bahwa untuk 𝑥 mendekati 2, maka hasil fungsinya (nilai y) semakin
besar menuju tak hingga.
1
Jadi, hasil dari lim x→2 2 = ∞
(𝑥−2)

b. Limit Menuju Tak Hingga

Perbedaan limit menuju tak hingga dengan limit tak hingga adalah di dalam
menyelesaikan limit menuju tak hingga ( 𝑥 → ∞), kita gunakan terlebih dahulu limit
dasarnya yaitu:
𝑎
lim =0
𝑥→∞ 𝑥𝑛

Dengan 𝑎 bilangan riil, dan 𝑛 bilangan asli.


Artinya kita harus mengarahkan bentuk limit di tak hingga menjadi rumus dasar di
atas dengan cara :
i). Buat fungsinya menjadi bentuk pecahan, jika bentuknya dalam akar maka
kalikan dengan bentuk sekawannya (merasionalkan).
ii). Bagi variabelnya dengan pangkat tertinggi.
Contoh soal:
Tentukan lim ( x 2  2 x  x 2  3x ) !
x

Jawab :
( x 2  2 x  x 2  3 x )( x 2  2 x  x 2  3 x )
lim ( x 2  2 x  x 2  3 x )  lim
x  x 
( x 2  2 x  x 2  3x )
( x 2  2 x)  ( x 2  3x)
 lim
x 
x 2  2 x  x 2  3x
x
 lim
x 
x 2  2 x  x 2  3x
1
 lim
x 
1  2x  1  3
x

1

1 0  1 0
1

2
BAB 3 (Diferensiasi)
1. Turunan
Turunan didapatkan dari limit. Sehingga bentuk umum turunan dituliskan sebagai
berikut:
𝑓(𝑥+∆𝑥)− 𝑓(𝑥)
f’(x) = lim
∆𝑥→0 ∆𝑥

Contoh :
f(x) = 𝑥 2
𝑓(𝑥+∆𝑥)− 𝑓(𝑥)
f’(x) = lim
∆𝑥→0 ∆𝑥
(𝑥+∆𝑥)²− 𝑥²
f’(x) = lim
∆𝑥→0 ∆𝑥
(𝑥+∆𝑥+𝑥)(𝑥+∆𝑥−𝑥)
f’(x) = lim
∆𝑥→0 ∆𝑥
(2𝑥+∆𝑥)(∆𝑥)
f’(x) = lim = 2x + 0 = 2x
∆𝑥→0 ∆𝑥

Aturan turunan / diferential rule

a. Diferential for constanta (turunan konstanta)


𝑑(𝑐)
c = konstanta → =0
𝑑𝑥
b. if n positif integen / jika n bilangan positif
𝑑𝑥 𝑛
= 𝑛𝑥 𝑛−1
𝑑𝑥
𝑑𝑥 5
Contoh : = 5𝑥 4
𝑑𝑥
c. the constant multiple rule ( aturan c.f(x))
𝑑(𝐶𝑥 𝑛 )
= cn𝑥 𝑛−1
𝑑𝑥
𝑑(3𝑥 2 )
Contoh : = 3.2𝑥 = 6𝑥
𝑑𝑥
d. the sum rule (aturan penjumlahan)
𝑑(𝑢+𝑣) 𝑑𝑢 𝑑𝑣
= +
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑦
Contoh : y = 𝑥 4 + 12𝑥 → = 4𝑥 3 + 12
𝑑𝑥

e. product rule ( aturan perkalian)


𝑑(𝑢𝑣) 𝑑𝑣 𝑑𝑢
Jadi = 𝑢. + 𝑣.
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
Contoh :
𝑑𝑦 𝑑𝑣 𝑑𝑢
(𝑥 2 + 5)(𝑥 5 + 8) → = 𝑢. + 𝑣.
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥

= (𝑥 2 + 5). 5𝑥 4 + (𝑥 5 + 8). 2𝑥
= 𝑥 6 + 25𝑥 4 + 2𝑥 6 + 16𝑥
= 3𝑥 6 + 25𝑥 4 + 16𝑥
f. the quotient rule (aturan pembagian)
𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑣
𝑑( ) 𝑣. − 𝑢.
𝑣 𝑑𝑥 𝑑𝑥
=
𝑑𝑥 𝑣2
Contoh :
2𝑥−5
h(x) =
3𝑥−4
u= 2x-5 → u’ = 2
v = 3x-4 → v’= 3
𝑑𝑢 𝑑𝑣
𝑣. − 𝑢.
𝑑𝑥 𝑑𝑥
jadi h’(x) =
𝑣2
2(3𝑥−4)− 3(2𝑥−5)
=
(3𝑥−4)²
6𝑥−8−6𝑥+15 7
h’(x) = =
(3𝑥−4)2 (3𝑥−4)2

g. power rule of negative intelegen


𝑑(𝑥 𝑛 )
= 𝑛𝑥 𝑛−1
𝑑𝑥
Contoh :
8
𝑑( 3 ) 8.𝑑 (𝑥 −3 ) −24
𝑥
= = 8. −3𝑥 −4 =
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑥4
h. second or higher order diferential
𝑑𝑦
y’ = 𝑑𝑥
𝑑²𝑦
y” = 𝑑𝑥 2
𝑑𝑦 𝑛−1
𝑦𝑛 = 𝑑𝑥 𝑛−1
Turunan dapat dibagi menjadi :

a. Turunan fungsi aljabar


Rumus turunan fungsi aljabar
No Fungsi Turunan
1 y = f(x ) y’= f’(x)
2 f(x) = c f’(x) = 0
3 f(x) = xn f’(x) = n.xn-1
4 g(x) = c. f(x) g’(x) = c. f’(x)
5 h(x) = f(x) ± g(x) h’(x) = f’(x) ± g’(x)
6 h(x) = f(x).g(x) h(x) = f’(x).g(x) + g’(x).f(x)
7 𝑓(𝑥) 𝑓 ′ (𝑥).𝑔(𝑥)− 𝑔′ (𝑥).𝑓(𝑥)
h(x) = 𝑔(𝑥) h(x) = [𝑔(𝑥)]²

Contoh dari turunan fungsi aljabar :


1. f(x) = 25
jadi f’(x) = 0 karena f(x) hanya mengandung konstanta
2. f(x) = 2x10
jadi f’(x) = 2.10 x10-1 = 20x9
3. h(x) = (5x + 1).(3x + 2)
jawab :
jadi h’(x) = 5(3x+2) + 3 (5x +1)
h’(x) = 15x +10 + 15x + 3 = 30x + 13
2𝑥−5
4. h(x) =
3𝑥−4
jawab :
f(x) = 2x-5 → f’(x) = 2
g(x) = 3x-4 → g’(x) = 3
2(3𝑥−4)− 3(2𝑥−5)
jadi h’(x) =
(3𝑥−4)²
6𝑥−8−6𝑥+15 7
h’(x) = =
(3𝑥−4)2 (3𝑥−4)2

b. Aturan rantai untuk turunan fungsi komposisi/ fungsi dari suatu fungsi
Andaikan fungsi y= f(u) dan u= g(x) dengan f sebagai fungsi u dan g
sebagai fungsi x.
Maka fungsi komposisi y = f(g(x)) dapat diturunkan di titik x dan berlaku :
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
= .
𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑥
y’(x) = y’(u). u’(x) → aturan rantai Leibniz
contoh soal :
1
y= 3
(3𝑥 5 −8)

jawab :
𝑑𝑢
diumpamakan u = 3x5- 8 → = 15𝑥4
𝑑𝑥
1 𝑑𝑦 −3
y= = u-3 → = -3u-4 =
𝑢3 𝑑𝑢 𝑢4
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
y’ = = .
𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑥
−3
y’ = . 15x4
𝑢4
−45𝑥⁴
y’=
𝑢4
−45𝑥 −4
y’ =
(3𝑥 5 −8)4

Turunan fungsi trigonometri

No Fungsi Turunan
1 y = sin x y’ = cos x
2 y = cos x y’ = -sin x
3 y = tg x y’= sec2x
4 y = cotg x y’ = -cosec2x
5 y = sec x y’ = sec x . tg x
6 y = cosec x y’ = -cosec x . cotg x

Contoh soal :
sin 𝑥
1. y =
𝑥
Jawab :
Umpama u = sin x → u’ = cox x
v=x →v‘=1
𝑢′ .𝑣−𝑣 ′ .𝑢
jadi, y’ =
𝑣2
(cos x).x – 1 (sin x)
y’ =
𝑥2
𝑥.𝑐𝑜𝑠𝑥−sin 𝑥
y’ =
𝑥2
2. y = sin4 x
Jawab :
pemisalan u = sin x sehingga menjadi y = u4
𝑑𝑢 𝑑𝑦
jadi 𝑑𝑥 = cos 𝑥 = 4𝑢3
𝑑𝑢
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
Jadi y’ = 𝑑𝑥 = .
𝑑𝑢 𝑑𝑥

y’ = 4𝑢3 . cos 𝑥
y’ = 4 sin3 x . cos x

Turunan fungsi log


No Fungsi turunan
1 y = ln x 1
y’ = 𝑥
1
2 y = 𝑎log 𝑥 y’ = 𝑥 ln 𝑎

Contoh soal :
1. y = ln sin 8x
Jawab :
Misalkan u = sin 8x sehingga y = ln u
𝑑𝑢 𝑑𝑦 1
Jadi =⋯ =
𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑢
𝑑𝑢
Untuk mencari kembali digunakan pemisalan p = 8x sehingga u =
𝑑𝑥

sin p
𝑑𝑝 𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑝
Maka 𝑑𝑥 = 8 = cos 𝑝 maka 𝑑𝑥 = . 𝑑𝑥
𝑑𝑝 𝑑𝑝

= cos p. 8
= cos 8x . 8 = 8 cos 8x
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
Sehingga y’ = 𝑑𝑥 = . 𝑑𝑥
𝑑𝑢
1
y’ = 𝑢 .8 cos 8𝑥
cos 8𝑥
y’ = .8
sin 8𝑥

y’ = cotg 8x .8
y’ = 8 cotg 8x

Turunan fungsi eksponen


No Fungsi Turunan
1 y = 𝑎𝑥 y’ = 𝑎 𝑥 . ln𝑎
2 y = 𝑒𝑥 y’ = 𝑒 𝑥 . ln 𝑒 = 𝑒𝑥
3 y = 𝑒 𝑘𝑥 y’ = 𝑘𝑒 𝑥

Contoh soal :

1. y = x2.3x

Jawab :

Umpamakan u = x2 → u’ = 2x

v = 3x → v’ = 3x ln3

jadi y’ = u’.v + v’.u

y’ = 2x.3x + 3x ln 3. x2

y’ = x.3x (2+ x ln3)

2. y = α3x²

Jawab :
Misalkan u = 3x2 maka y =αu
𝑑𝑢 𝑑𝑦
Jadi 𝑑𝑥 = 6𝑥 = 𝛼 𝑢 ln 𝑎
𝑑𝑢
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
Jadi y’ = 𝑑𝑥 = . 𝑑𝑥
𝑑𝑢

y’ = (𝛼 𝑢 ln 𝑎) . 6𝑥
2
y’ = 𝛼 3𝑥 ln 𝑎. 6𝑥
Perkalian

y=u.v u = f(x)
{ v = g(x)
maka : dy/dx = u . dv/dx + v . du/dx
y’= u . v’ + v . u’

Contoh Soal
1. y = (5x2-5)(4x+2)
y’=….?

u = 5x2 - 5 du/dx = u’ = 10x


v = 4x - 2 dv/dx = v’= 4

Sehingga :
dy/dx = u . dv/dx + v . du/dx
y’ = u . v’ + v . u’
y’ = (5x2 - 5)(4) + (4x - 2)(10x)
y’ = 20x2 - 20 + 40x2 - 20x
y’ = 60x2 + 20x – 20

2. y = 5 sin x . cos x
y’=…..?
𝑑𝑢
pemisalan u = 5 sin x → u’ = 𝑑𝑥 = 5 cos 𝑥
𝑑𝑣
v = cos x → v’ = 𝑑𝑥 = − sin 𝑥
𝑑𝑦 𝑢.𝑣 ′ + 𝑣.𝑢′
maka y’ = =
𝑑𝑥 𝑣2
y’ = 5 sin 𝑥 . − sin 𝑥 + cos 𝑥 . 5 cos 𝑥
y’ = - 5 sin2 x + 5 cos2 x
y’ = 5 (cos2 x – sin2 x)
y’ = 5 cos 2 x
Pembagian

Jika F(x) = U / V maka turunan F'(x) dirumuskan sebagai berikut:

U′ V−UV′
f '(x) = V2

U' menyatakan turunan fungsi U dan V' menyatakan turunan fungsi V. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan contoh soal berikut ini.

Contoh soal turunan fungsi pembagian dan pembahasan

1. Jika f(x) = 1/x maka f'(x) = ...

Pembahasan
Misal:
U = 1 maka U' = 0
V = x maka V' = 1
Jadi,

U′ V−UV′
f '(x) = V2

0.x−1.1
f '(x)= x2

−1
f '(x) = x2

2. Jika f(x) = (x 2 + 1) / (x -1) maka f'(x) = ...

Pembahasan
Misal:
U = x 2 + 1 maka U' = 2x
V = x - 1 maka V' = 1
Jadi,

U′ V−UV′
f '(x) =
V2

2x(x−1)−(x2 +1)1
f '(x) = (x−1)2

2x2 −2x−x2 −1
f '(x) = (x−1)2

x2 −2x−1
f '(x) = (x−1)2
3. Jika f(x) = (x 4 + 2) / (x 2 - 2) maka f'(1) = ...

Pembahasan
Misal:
U =x 4 + 2 maka U' = 4x 3
V = x 2 - 2 maka V' = 2x
Jadi,
U′ V−UV′
f '(x) = V2

4x3 (x2 −2)−(x4 +2)2x


f '(x) = (x2 −2)2

4.13 (12 −2)−(14 +2)2.1


f '(1) = (12 −2)2

4.(−1)−6
f '(1) = (−1)2

f '(1) = -10

Turunan dan Fungsi Parametrik


Jika y = f(t) dan x = f(t) maka:

Contoh Soal
1. Diketahui :
y= t4 –4t
x = t²
Jawab :

Dengan turunan kedua :


2. Penerapan Diferensiasi
Persamaan garis singgung
Bentuk umum persamaan garis adalah y = mx + n, dimana m adalah koeffisien arah
atau kemiringan garis dan n adalah penggal garis. Sekarang perhatikan Gambar 5.1.

dy

f(x + ∆x)) ∆𝑦
f(x) y
l1
∆𝑥= dx
f(x)
l

0 x x+∆x
x

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemiringan garis yang menyinggung titik (x,y)
pada f(x) adalah :

Jika garis tersebut menyinggung titik P(x1,y1) maka kemiringannya adalah :

Bentuk lain dari persamaan garis yang melalui titik P(x1,y1) dengan kemiringan m:

y - y1 = m ( x – x1 )

Contoh soal
Tentukan persamaan garis yang menyinggung kurva y = x2 + x -3 di titik P(2,3)
Penyelesaian
Kemiringan garis singgung yang menyinggung titik P(2,3) adalah :

Persamaan garis : y = mx + n. Karena menyinggung titik P(2,3) maka :

3 = 5(2) + n  n = –7

Jadi garis singgung yang menyinggung titik P(2,3) adalah

y = 5x – 7

Persamaan garis normal


Garis normal adalah garis yang tegak lurus terhadap garis singgung. Dari
pembahasan terdahulu kita telah mengetahui bahwa dua garis dikatakan saling tegak
lurus jika perkalian kemiringan garisnya sama dengan -1; atau dalam bentuk rumus
dapat ditulis menjadi :

dimana m1 adalah kemiringan garis singgung dan m2 adalah kemiringan garis


normalnya.

Contoh soal
Tentukan persamaan garis singgung dan garis normal di titik (1,6) pada kurva :
y = 3x2 – 2x + 5

Penyelesaian :

Jadi,

Persamaan Implisit
Dalam matematika, sebuah fungsi implisit adalah fungsi yang manavariabel
takbebas tidak diberikan secara "eksplisit" dalam bentuk variabel bebas. Menyatakan
sebuah fungsi f secara eksplisit adalah memberikan cara untuk menentukan
nilai keluaran dari
sebuah fungsiy dari nilai masukan x:

y = f (x)

Sebailknya, sebuah fungsi adalah implisit apabila nilai y didapatkan


dari x dengan memecahkan persamaan dalam bentuk:

R ( x,y) = 0

Dengan kata lain, sebuah variabel dapat menentukan variabel lainnya, namun kita tidak
diberikan rumus eksplisit untuk suatu variabel dalam bentuk variabel lainnya.
Secara formal, sebuah fungsi f:X→Y dikatakan sebagai fungsi implisitapabila fungsi

tersebut memenuhi persamaan:

R (x,f(x)) =0

untuk semua x∈X, dengan R adalah fungsi pada perkalian Cartesian X × Y.

Fungsi implisit sering berguna dalam keadaan yang tidak memudahkan buat
memecahkan persamaan dalam bentuk R(x,y) = 0 untuk y yang dinyatakan dalam x.
Bahkan bila memungkinkan untuk menyusun ulang persamaan ini untuk
memperoleh y sebagai fungsi eksplisit f(x), hal ini boleh jadi tidak diinginkan, karena
pernyataan fjauh lebih rumit dari pernyataan R. Dalam keadaan lain, persamaanR(x,y) =
0 mungkin tidak dapat menyatakan suatu fungsi sama sekali, dan sebenarnya
mendefinisikan fungsi bernilai ganda. Bagaimanapun, dalam banyak keadaan, bekerja
dengan fungsi implisit masih dimungkinkan. Beberapa teknik dari kalkulus,
seperti turunan, dapat dilakukan dengan relatif mudah menggunakan fungsi implisit.

Contoh Soal

1.) 𝐱 𝟐 + 𝐲 𝟐 + 𝟑𝐱𝐲 − 𝟏𝟏 = 𝟎
𝐝𝐲 𝐝𝐲
=> 𝟐𝒙 + 𝟐𝒚 + 𝟑𝐲 + 𝟑𝐲 = 𝟎
𝐝𝐱 𝐝𝐱
𝐝𝐲
=> ( 𝟐𝐱 + 𝟑𝐱) 𝐝𝐱 = −𝟐𝐱 − 𝟑𝐲
𝐝𝐲 −𝟐𝐱−𝟑𝐲
=> =
𝐝𝐱 𝟐𝐲+𝟑𝐲
𝒅𝒚 −𝟐 (𝟏)−𝟑(𝟐)
=> (𝟏, 𝟐) → = =𝟎
𝒅𝒙 𝟐(𝟐)+𝟑(𝟏)

Persamaan Garis Singgung


𝟖
=> 𝒚 − 𝟐 = − 𝟕 (𝒙 − 𝟏)
𝟖 𝟐𝟐
=> 𝒚 = − 𝟕 𝒙 + 𝟕
=> 𝟕𝒚 = −𝟖𝒙 + 𝟐𝟐
Persamaan garis normal
𝟕
=> 𝒚 − 𝟐 = − 𝟖 (𝒙 − 𝟏)

2.) Jika:
y = cos t
x = sin t
𝒅𝒚
=> 𝒅𝒙 = −𝟐 𝐬𝐢𝐧 𝟐𝒙 = −𝟒 𝐬𝐢𝐧 𝒕 . 𝐜𝐨𝐬 𝒕
𝒅𝒚
=> = 𝐜𝐨𝐬 𝒕
𝒅𝒙
𝒅𝒚 𝒅𝒚 𝒅𝒕 𝟏
=> = ∙ = −𝟒 𝐬𝐢𝐧 𝒕 . 𝐜𝐨𝐬 𝒕 . 𝐜𝐨𝐬 𝒕 = −𝟒 𝐬𝐢𝐧 𝒕
𝒅𝒙 𝒅𝒕 𝒅𝒙
𝝅 𝒅𝒚 𝝅 𝟏
=> 𝒕 = => = −𝟒 𝐬𝐢𝐧 ( 𝟔 ) = −𝟒 ( 𝟐 ) = −𝟐
𝟔 𝒅𝒙
𝝅
=> 𝒚 = 𝐜𝐨𝐬 𝟐𝒕 = 𝐜𝐨𝐬( 𝟐 − ) = 𝐜𝐨𝐬 𝟔𝟎 = 𝟎, 𝟓
𝟔
𝝅
=> 𝒚 = 𝐬𝐢𝐧 𝒕 = 𝐬𝐢𝐧 𝟔 = 𝐬𝐢𝐧 𝟑𝟎 = 𝟎, 𝟓

Persamaan garis singgung


 y - y1 = m ( x – x1 )
 y – 0,5 = -2 ( x – 0,5 )
 2y = -4x + 2

Persamaan garis normal


 y - y1 = m ( x – x1 )
 y – 0,5 = 0,5 ( x – 0,5 )
 2y – 1 = x – 0,5
 2y = x + 0,5

Kelengkungan (Curvature)
Besarnya kelengkungan suatu kurva di titik tertentu dipengaruhi seberapa cepatnya
perubahan arah dari kurva di titik tersebut. Jika perubahan arah suatu kurva di titik
tertentu terjadi secara berangsur-angsur maka harga kelengkungannya besar.
Sebaliknya jika perubahan arah kurva terjadi secara mendadak maka
kelengkungannya kecil.
a. Jari-jari kelengkungan
y
C

60
R

R Q

6s

0 0 +60
0 x

Pada Gambar 5.2 dapat dilihat bahwa garis normal CP dan CQ berpotongan di
titik C. Panjang busur PQ = 6s. Jika jarak titik P dan titik Q sangat kecil, maka
CP = CQ = R dan panjang busur ∆𝑠  0. Telah diketahui bahwa panjang
busur suatu lingkaran yang dibatasi oleh sudut 𝜃 adalah 𝑅𝜃. Sehingga panjang
busur

s y

x
Perhatikan Gambar


Jadi jari-jari kelengkungan di titik (x,y) adalah :

Sedangkan jari-jari kelengkungan di titik (x1,y1) adalah :

Contoh soal
Tentukan jari-jari kelengkungan dari hiperbola xy = 9 di titik (3,3) Penyelesaian :
Pusat kelengkungan ( Center of Curvature )
y
C



R
k

L
P(x,y)


x
0
h

x1

Dari Gambar didapat :


LC = R cos 
LP = R sin 
H = x1 – LP
K = y1 + LC

Sehingga,

Contoh soal:
1. Diketahui parabola
Tentukan jari-jari dan pusat kelengkungan di titik P(2,1)

Jari-jari kelengkungan:

y '  12 x dan y ''  1


2
3

  dy  2  2
 
3

= 1     1  14 x 2 2
, untuk x = 2 maka
  dx   1
 2
d2y
2
dx

2 2
= 1
 4 2 = 5.65
2
Pusat kelengkungan:

𝑑𝑦 1
Tan 𝜃 = 𝑑𝑥 = y’ = 2 𝑥 x=2

Tan 𝜃 = 1 𝜃 = 45◦
1
Sin45 = cos45 = 2 √2 = 0.707

h = x1 – R.sin45
h = 2 – (5.675 x 0,707)
h = -2.01

k = y1 + R.cos45
k = 1 + (5.675 x 0.707)
k = 5,01
jadi, jari-jari kelengkungan adalah 5.675 dan pusat kelengkungan adalah
(-2.01 ; 5)

3. Harga Maksimum dan Minumum

Maksimum dan Minimum


Beberapa dari penerapan paling penting kalkulus diferensial adalah persoalan pengoptimalan
yaitu nilai maksimum dan nilai minimum.
Definisi
Misalkan S, daerah asal ƒ, memuat titik c. Maka dapat dikatakan bahwa :
i.ƒ(c) adalah nilai maksimum ƒ pada S jika ƒ(c) ≥ ƒ(x) untuk semua x di S;
ii.ƒ(c) adalah nilai minimum ƒ pada S jika ƒ(c) ≤ ƒ(x) untuk semua x di S;
iii.ƒ(c) adalah nilai ekstrim ƒ pada S jika ia adalah nilai maksimum atau nilai minimum.

Teorema A
(Teorema Eksistensi Maks-Min). Jika ƒ kontinu pada selang tertutup [a, b], maka ƒ mencapai
maksimum dan nilai minimum.
Ingat : “ƒ harus kontinu dan himpunan S harus berupa selang tertutup.”
Nilai-nilai ekstrim sebuah fungsi yang didefinisikan pada selang tertutup sering kali terjadi
pada titik-titik ujung.
Nilai-nilai ekstrim juga sering kali terjadi pada titik-titik stasioner dimana jika c sebuah titik
pada ƒ'(c) = 0
Nilai-nilai ekstrim dapat terjadi pula pada titik-titik singular, yakni jika c adalah titik dalam
dari I dimana ƒ’ tidak ada.
Ketiga jenis titik ini (titik ujung, titik stasioner dan titik singular merupakan titik-titik kunci
dari teori maksimum-minimum. Sebarang titik dalam daerah asal fungsi ƒ yang termasuk
salah satu dari tiga tipe ini disebut sebuah titik kritis ƒ.
Teorema B
(Teorema Titik Kritis). misalkan ƒ didefinisikan pada selang I yang memuat titik c. Jika ƒ(c)
adalah titik ekstrim, maka c haruslah suatu titik kritis; yakni c berupa salah satu :
Titik ujung dari I
Titik stasioner dari ƒ(ƒ'(c) = 0)
Titik singular dari ƒ(ƒ'(c) tidak ada).

kita dapat menyatakan suatu prosedur yang sangat sederhana untuk menghitung nilai
maksimum atau nilai minimum suatu fungsi kontinu ƒ pada selang tertutup I.
Langkah 1 Carilah titik-titik kritis dari ƒ pada I.
Langkah 2 Hitunglah ƒ pada setiap titik kritis. Yang terbesar adalah nilai maksimum, yang
terkecil adalah nili minimum.

Contoh Soal :
1. Tentukanlah nilai maksimum dan nilai minimum untuk fungsi ƒ(x) = x2 – 4x + 4 dalam
interval 0 ≤ x ≤ 3.
Jawab :
ƒ(x) = x2 – 4x + 4 ƒ'(x) = 2x – 4
nilai stasioner ƒ'(x) = 0
2x – 4 = 0
2x – 4 + 4 = 0 + 4
2x = 4
x = 2 titik-titk kritis yang didapat adalah 0,2,3
untuk x=0, maka ƒ(x) = 4 ( maksimum )
untuk x=2, maka ƒ(x) = 0
untuk x=3, maka ƒ(x) = -1 ( minimum )
jadi, fungsi ƒ(x) = x2 – 4x + 4 dalam interval 0 ≤ x ≤ 3 mencapai nilai maksimum 4 pada x=0
dan nilai minimum -1 pada x= 3.
Maka apabila digambarkan pada frafik akan dinyatakan dengan kurva yang berasal dari kiri
atas menuju ke kanan bawah.

Pada titik stasioner , garis singgungnya horizontal sehingga gradiennya (m)=0m=0


Karena m=0→f'(x)=0m=0→f'x=0 syarat mencari titik stasioner
Titik stasioner yang didapat dari f'(x)=0f'x=0 terdiri dari :
 Titik balik maksimum

 Titik balik minimum


 Titik belok horizontal
Sedangkan titik belok terdiri dari dua jenis yaitu
 Titik belok horizontal (merupakan titik stasioner) →→ didapat dari f'(x)=0f'x=0
 Titik belok vertical (bukan titik stasioner) →→ didapat

dari f'(x)≠0f'x≠0 dan f''(x)=0f''x=0


Memahami titik stasioner dengan uji turunan pertama :
Untuk mencari titik stasioner syaratnya f'(x)=0f'x=0
 Jika perubahan grafiknya dari naik kemudian turun maka titik stasionernya ( titik ekst
rimnya ) merupakan titik balik maksimum (maksimum lokal )
 tetapi jika dari turun kemudian naik maka titik stasionernya ( titik ekstrimnya ) merup
akan titik balik minimum. (minimum lokal )
 Sedangkan titik belok horisontal, grafik fungsinya setelah naik kemudian naik lagi,
atau setelah turun kemudian turun lagi.
Menentukan jenis titik stasioner dengan uji turunan kedua
 (a,f(a))(a,fa) adalah titik stasioner dan f''(a)<0f''a<0 maka (a,f(a))(a,fa) titik balik
maksimum
 (a,f(a))(a,fa) adalah titik stasioner dan f''(a)>0f''a>0 maka (a,f(a))(a,fa) titik balik
minimum
 (a,f(a))(a,fa) adalah titik stasioner dan f''(a)=0f''a=0 maka (a,f(a))(a,fa) titik belok
Untuk mencari titik belok vertikal, syaratnya f'(a)≠0f'a≠0 dan f''(a)=0f''a=0
f''(a)=0f''a=0 →→ (a,f(a))(a,fa)merupakan titik belok vertical dengan
syarat f''(a+)f''(a+) dan f''(a−)f''(a-) berbeda tanda
Perhatikan contoh di bawah ini :
Tentukan titik stasioner dan jenisnya dari kurva y=x5−15x3y=x5
15x3 dengan uji turunan pertama dan dengan uji turunan kedua
Jawab :

y=x5−15x3y=x5-15x3
y'=0y'=0 →→ 5x4−45x2=05x4-45x2=0
5x2(x2−9)=05x2x2-9=0
5x2(x−3)(x+3)=05x2x-3x+3=0
x=0x=0 atau x=3x=3 atau x=−3x=-3
Substitusikan nilai xx yang didapat ke y=x5−15x3y=x5-15x3
x=0x=0 →→ y=05−15(0)3y=05-1503
=0=0 didapat titik stasioner (0,0)0,0
x=3x=3 →→ y=35−15(3)3y=35-1533
=−162=-162 didapat titik stasioner (3,−162)3,-162
x=−3x=-3 →→ y=(−3)5−15(−3)3y=-35-15-33
=162=162 didapat titik stasioner (−3,162)-3,162

Menentukan jenis titik stasioner dengan uji turunan pertama


y'=5x2(x−3)(x+3)y'=5x2x-3x+3
(−3,162)-3,162 titik balik maksimum ,
(3,−162)3,-162 titik balik maksimum , dan
(0,0)0,0 titik belok horizontal.

Menentukan jenis titik stasioner dengan uji turunan kedua


y=x5−15x3y=x5-15x3 →→ y'=5x4−45x2y'=5x4-45x2 →→ y''=20x3−90xy''=20x3-
90x

Kita cek absis titik stasioner ke y''=f''(x)=20x3−90xy''=f''x=20x3-90x

 Titik (−3,162)-3,162

f''(−3)=20(−3)3−90(−3)f''-3=20-33-90-3
=−2700=-2700

Karena f''(−3)<0f''-3<0 maka (−3,162)-3,162 merupakan titik balik maksimum

 Titik (0,0)0,0

f''(0)=20(0)3−90(0)f''0=2003-900
=0=0

Karena f''(0)=0f''0=0 maka (0,0)0,0 merupakan titik belok horisontal


 Titik (3,−162)3,-162

f''(3)=20(3)3−90(3)f''3=2033-903
=2700=2700

Karena f''(3)>0f''3>0 maka (3,−162)3,-162 merupakan titik balik minimum


Contoh soal:
Pada gambar di bawah ini, tentukan titik-titik stasioner dan jenisnya dan kemudian tentukan
apakah bernilai positif , negative, atau bernilai 00 untuk bentuk-bentuk dibawah ini ?

a. f'(0)f'0
b. f'(3)f'(3)
c. f''(8)f''(8)
d. f'(−7)f'(-7)
e. f'(8)f'(8)
f. f''(3)

 Titik-titik stasionernya adalah :


(−2,−7)-2,-7 adalah titik balik minimum
(3,2)3,2 adalah titik balik maksimum
(8,−5)8,-5 adalah titik balik minimum

a. f'(0)>0f'0>0
sebab untuk x=0x=0 kurva f(x)f(x) naik.
b. f'(3)=0f'3=0
sebab untuk x=3x=3 merupakan titik stasioner.
c. f''(8)>0f''8>0
sebab untuk x=8x=8 merupakan titik balik minimum jadi turunan keduanya bernilai
positif.
d. f'(−7)<0f'-7<0
sebab untuk x=−7x=-7 kurva f(x)f(x) turun.
e. f'(8)=0f'8=0
sebab untuk x=3x=3 merupakan titik stasioner.
f. f''(3)<0f''3<0
sebab untuk x=3x=3 merupakan titik balik maksimum jadi turunan keduanya
bernilai negatif.

Anda mungkin juga menyukai