Anda di halaman 1dari 48

PENGANTAR KULIAH SPAM

2.1 PRINSIP DASAR PENGOLAHAN AIR PERMUKAAN DENGAN


SISTIM FLOKULASI - SEDIMENTASI

1. Instalasi Pengolahan Air (IPA)


Salah satu bagian dari Unit Produksi adalah Instalasi Pengolahan Air (IPA).
Jenis IPA ada berbagai macam, pemilihannya biasanya sesuai dengan
kondisi kualitas air baku yang akan digunakan. Berikut ini akan diuraikan
jenis-jenis IPA yang umum digunakan di Indonesia, yaitu yang sesuai
dengan kebutuhan kondisi kualitas air yang umum dijumpai

1) Sistim Saringan Pasir Lambat (Slow Sand Filter)


Bangunan Saringan Pasir Lambat merupakan salah satu pilihan yang bisa
digunakan untuk proses penjernihan air minum. Sistim SPL menggunakan
pasir halus untuk menyaring kekeruhan dari air baku yang digunakan.
Karena menggunakan media pasir dengan diameter efektif yang kecil,
dimana memiliki porositas yang kecil, maka kecepatan aliran penyaringan
juga harus kecil, oleh karena itu disebut Saringan Pasir Lambat.
Kekeruhan air baku yang disaring oleh SPL memiliki batas maksimum yaitu
lebih kecil dari 50 NTU. Penggunaan kecepatan aliran yang terlalu tinggi
dan besar kekeruhan air baku yang akan disarin lebih dari 50 NTU, maka
media pasir penyaring akan cepat mengalami penyumbatan.
Jenis proses yang terjadi pada sisti SPL adalah :

- Pengendapan = sebagian partikel kekeruhan akan mengendap pada


permukaan media pasir
- Adsorbsi = sebagian partikel kekeruhan akan menempel pada butiran
pasir media penyaring.
- Mecanikal Straining = partikel yang memiliki diameter lebih besar dari
porositas media penyaring akan tertahan
- Aktifitas Bakteriologi =. Pada media pasir SPL akan berlangsung aktifitas
bakteriologi yaitu membunuh dan menghilangkan bakteri seperti E. Coli
maupun virus yang ada di air baku yang dialirkan
- Bio-chenical = Pada media pasir akan tumbuh bakteri yang akan
menguraikan bahan-bahan organik dan mengoksidasi bahan-bahan
anorganik yang terkandung pada air baku

Design Kriteria yang digunakan pada SPL adalah sebagai berikut :

- Jenis media penyaring = Pasir Silika SiO2


- Diameter efektif media pasir = 0,25 – 0,4 mm

17
PENGANTAR KULIAH SPAM

- Tingkat keseragaman butiran pasir = 2


- Tinggi media pasir = 60 – 90 cm
- Kecepatan Filtrasi = 0,2 – 0,4 m/jam
Cara menghitung luas pernukaan SPL :

A=Q/V

dimana :
A = luas permukaan SPL (m2)
Q = Kapsitas pengolaha (m3/jam)
V = Kecepatan aliran penyaringan (m/jam)

Pasir Silica Dia 0,25 – 0,4 mm

Tampak Atas

Inlet
90 – 120 cm

60 – 90 cm Pasir Silica Dia 0,25 – 0,4 mm


Outlet

Under Drain Gravel tebal 20 – 40 cm

Potongan Memanjang Saluran Penguras

Gambar 2.1 : Saringan Pasir Lambat

Cara pencucian media pasir :

Pencucian/ pembersihan media pasir pada SPL dilakukan dengan


cara scraping (pengerokan).
Pada saat pada media pasir sudah menunjukan adanya penyumbatan
yaitu aliran air di media filter sudah tidak lancar, maka perlu dilakukan
pencucian pasir.

Langkah-langkah pencucian pasir SPL sebagai berikut :

(1) Keringkan air diatas media penyaring melalui saluran penguras

18
PENGANTAR KULIAH SPAM

(2) Kerok lumpur yang berada diatas media pasir bersama-sama


dengan pasirnya setebal 2 – 3 cm
(3) Pasir yang terkerok kemudian dicuci dengan air bersih, untuk
kemudian digunakan lagi dikemudian hari
(4) Batas minimum tinggi media pasir setelah dikerok adalah 40 cm
(5) Apabila ketinggian media pasir telah mencapai batas minimum
yaitu 40 cm, angkat keseluruhan pasir yang tersisa
(6) Masukan pasir yang telah dicuci sebelumnya dan tempatkan
pada lapisan bagian bawah
(7) Sisa pasir yang telah diangkat sebelumnya diletakan pada bagian
atas, hingga mencapai ketebalan semula yaitu 60 – 90 cm

2) Sistim Koagulasi - Flokulasi – Sedimentasi – Filtrasi


Salah satu jenis instalasi pengolahan air keruh yang banyak
digunakan adalah menggunakan sistim proses koagulasi –
flokulasi – sedimentasi dan filtrasi. Dengan menggunakan sistim
ini maka air baku yang dapat diolah dapat memiliki kandungan
kekeruhan hingga 400 NTU

Koagulasi :
Koagulasi adalah proses pencampuran bahan koagulan ke air
baku dan diaduk dengan tenaga yang besar dan kecepatan yang
tinggi. Tujuan dari proses koagulasi ini adalah agar bahan
kogulan dapat teraduk di air baku dengan cepat dan merata

Flokulasi :
Flokulasi adalah proses pembentukan flok dari partikel
kekeruhan berkumpul dan mengelompok dengan bantuan bahan
koagulan. Proses flokulasi dilakukan dengan cara pengandukan
yang lambat.

Sedimentasi :
Sedimentasi adalah proses pengendapan partikel dengan butiran
besar yang berasal dari pembentukan flok melalui proses
koagulasi dan flokulasi sebelumnya.

Filtrasi :
Filtrasi adalalah proses penyaringan sisa mikro flok yang tidak
terendapkan pada proses sedimentasi. Unit filtrasi menggunakan
sistim Saringan Pasir Cepat

Mekanisme Proses Yang Terjadi :


Kekeruhan yang terjadi pada air baku dari sumber air permukaan
berasal dari partikel yang disebut dengan “Colloid”. Colloid
memiliki ukuran yang sangat kecil yaitu sekitar 0,001 – 1
(mikron meter/ per seribu mm), sehingga sulit mengendap.

19
PENGANTAR KULIAH SPAM

Agar colloid tersebut dapat mudah mengendap maka perlu


dilakukan pengelompokan diantara colloid tersedut sehingga
membentuk partikel yang memiliki ukuran yang besar dan
mudah mengendap

Colloid biasanya bermuatan ion negatif, sehingga agar dapat


saling tarik menarik dengan colloid lainnya dibutuhkan
pemberian ion positif. Dengan pemberian ion positif dan
dilakukan pengadukan maka sejumlah colloid akan saling
menempel dan membentuk flock
+
+

+
+
+ +
Colloid bermuatan
ion negatif
+
Pemberian ion positif
yang berasal dari bahan
koagulan

+
+ Membentuk Flock
+ +
+ +
Mengendap

Setelah flok terbentuk maka dapat dilakukan proses


pengendapan. Kecepatan endap flok sekitar antara 0,3 – 0,45
m/jam

Bahan koagulan :
Bahan koagulan yang dapat memberikan donor ion positif yang
biasa digunakan adalah :
- Aluminum Sulfate Al2(SO4)3, menghasilkan ion Al+3
- Ferric Sulfate Fe2(SO4)3, menghasilkan ion Fe+3
- PAC, Poli Aluminum Cloride menghasilkan ion positip
Aluminum yang lebih banyak

Design Kriteria :
Koagulasi :
- G (Gradient velocity) = 500 - 1000 per detik
- Td (waktu tinggal) = 120 – 600 detik
G x Td = 104 - 105
Flokulasi :
- G (Gradient velocity) = 20 – 100 per detik

20
PENGANTAR KULIAH SPAM

- Td (waktu tinggal) = 1200 – 2400 detik


G x Td = 104 - 105
Sedimentasi :
- Beban Permukaan Vo = 5 – 10 m/jam
- Menggunakan Plate Settler dengan kemiringan 60o
Filtrasi :
- Kecepatan Filtrasi (Vf) : 7 – 12 m/jam
- Media penyaring : Pasir Silika SiO2
- Dia. Efektif Pasir (df) : 0,7 – 1,2 mm
- Uniformity Coefisient (UC) : 1,5
- Cara pencucian media filter : Backwashing

Pengaduk Tampak Atas


Pengaduk
Cepat
Lambat

Bak Pengendap
Inlet
Saringan Pasir Cepat
Plate Settler

Koagulasi

Pipa Inlet

Flokulasi

Potongan Memanjang
Gambar 2.2 : Instalasi Pengolahan Air Konvensional

21
PENGANTAR KULIAH SPAM

Jenis lain Instalasi Pengolahan Air :

Motor
Pengaduk

Outlet
Outlet
Inlet

Inlet
Baling-baling

Sludge Blangket
Aselator

2.2 GRIT CHAMBER/ PRASEDIMENTASI

1. PEMAHAMAN
Grit Chamber adalah bagian dari unit pengolahan air yang berfungsi untuk
mengendapkan partikel-partikel besar dan pasir yang terbawa oleh aliran
air dari unit pengambilan sumber air baku (air permukaan) menuju unit
pengolahan. Penggunaan Grit chamber yang ditempatkan sebelum instalasi
pengolahan air ini ditujukan untuk mengurangi beban kekeruhan dari air
baku sehingga proses pengolahan dapat menjadi lebih efisien. Jenis aliran
pengendapan pada grit chamber adalah horizontal

2. KECEPATAN ENDAP PARTIKEL


Untuk merencanakan bak pengendap pada umumnya dan grit chamber
khususnya maka perlu memperhatikan nilai kecepatan endap masing-
masing partikel yang akan diendapkan. Daftar kecepatan endap partikel
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

DIAMETER JENIS
KECEPATAN ENDAP BERAT JENIS
PARTIKEL PARTIKEL

22
PENGANTAR KULIAH SPAM

(mm) (cm/dt, 10o C) (m/jam) (ton/m3)


0.3 3.2 115.2 2.65
0.2 2.1 75.6 2.65
0.15 1.5 54 2.65 PASIR
0.1 0.8 28.8 2.65
0.08 0.6 21.6 2.65
0.02 0.02 0.72 1.03
0.018 0.015 0.54 1.03
FLOCK
0.015 0.012 0.43 1.03
0.01 0.01 0.36 1.03
0.0001 0.00001 0.00036 1.03 COLLOID

Grit chamber ditujukan untuk menagkap partikel besar dan pasir yang
memiliki diameter antara 0,08 – 0,3 mm dengan kecepatan endap sekitar
21,6 – 115,2 m/jam.

3. KRITERIA DESIGN
Design criteria yang digunakan untuk merencanakan grit chamber adalah
sebagai berikut :

1) Penempatan Grit chamber sebelum IPA, didekat intake


2) Bentuk bak grit chamber dibuat sedemikian rupa untuk dapat
menciptakan aliran streamline yaitu berbentuk segi empat memanjang
dengan di bagian inflow menuju bak grit chamber dibentuk membesar
secara gradual dan di bagian menuju outflow mengecil secara gradual
3) Jumlah Bak minimal 2 buah, untuk keperluan pengurasan. Apabila
jumlah bak hanya 1 buah maka harus dilengkapi dengan saluran by
pass
4) Lebar (B) : Panjang (L) = 1 : 3 s/d 1 : 8
5) Untuk menghitung panjang bak (L) menggunakan rumus :

L=K( H)V
U
Dimana :
L = Panjang bak
H = Tinggi efektif bak
U = Kecepatan endap pasir (m/jam) (diameter pasir yang digunakan
antara 0,1 – 0,2 mm)
V = Kecepatan aliran air (m/jam)
K = Angka keamanan = 1,5 - 2

6) Waktu tinggal di bak = 10 – 20 menit


7) Kecepatan aliran air = 75 – 250 m/jam
8) Ambang bebas minimal 30 cm
9) Tinggi muka air di bak grit chamber di bawah muka air minimum intake
10) Kedalaman efektif bak (H) = 2 – 3 m
11) Ketebalan pasir yang diendapkan maksimum 0,5 – 1 m

23
PENGANTAR KULIAH SPAM

4. GAMBAR GRIT CHAMBER

DENAH L

H GRIT

SALURAN PENGURAS
LUMPUR

POTONGAN MEMANJANG

Referensi : 1) Fair & Geyer,


2) Design And Criteria Water Works Fasilities JWWA,
3) Sedimentation And Flotation IHE

2.3 PROSES PENGADUKAN KOAGULASI DAN FLOKULASI

1. Pendahuluan

Proses pengadukan dibutuhkan pada sistim pengolahan air bersih yang


menggunakan cara konfensional yaitu Coagulation – Flocculation –
Sedimentasi dan Filtrasi. Pengadukan khususnya diperlukan pada saat
proses Koagulasi dan Flocculasi berlangsung

Proses Koagulasi adalah pencampuran bahan koagulan dengan air baku.


Bahan koagulan adalah bahan kimia yang dapat memberikan ion positif
untuk keperluan terjadinya mengelompokan colloid dan membentuk Flocc.
Sedangkan Flocculasi adalah proses pengelompokan colloid untuk
membentuk Flocc. Pembentukan flocc dibutuhkan agar colloid sebagai
bahan pengotor sumber air baku yang memiliki diameter sangat kecil
bergambung menjadi lebih membesar sehingga dapat diendapkan dan
kemudian dihilangkan dari badan air baku

Kekeruhan yang terjadi pada air baku dari sumber air permukaan berasal
dari partikel yang disebut dengan “Colloid”. Colloid memiliki ukuran yang
sangat kecil yaitu sekitar 0,001 – 1 (mikron meter/ per seribu mm),
sehingga sulit mengendap. Agar colloid tersebut dapat mudah mengendap
maka perlu dilakukan pengelompokan diantara colloid tersedut sehingga

24
PENGANTAR KULIAH SPAM

membentuk partikel yang memiliki ukuran yang besar dan mudah


mengendap

Colloid biasanya bermuatan ion negatif, sehingga agar dapat saling tarik
menarik dengan colloid lainnya dibutuhkan pemberian ion positif. Dengan
pemberian ion positif dan dilakukan pengadukan maka sejumlah colloid
akan saling menempel dan membentuk flock

+
+

+
+
+ +
Colloid bermuatan
ion negatif
+
Pemberian ion positif
yang berasal dari bahan
koagulan

+
+ Membentuk Flock
+ +
+ +
Mengendap

Setelah flok terbentuk maka dapat dilakukan proses pengendapan.


Kecepatan endap flok sekitar antara 0,3 – 0,45 m/jam

Bahan koagulan :
Bahan koagulan yang dapat memberikan donor ion positif yang biasa
digunakan adalah :

- Aluminum Sulfate Al2(SO4)3, menghasilkan ion Al+3


- Ferric Sulfate Fe2(SO4)3, menghasilkan ion Fe+3
- PAC, Poli Aluminum Cloride menghasilkan ion positip
Aluminum yang lebih banyak

Design Kriteria :
Koagulasi :
- G (Gradient velocity) = 500 - 1000 per detik
- Td (waktu tinggal) = 120 – 600 detik
G x Td = 104 - 105
Flokulasi :
- G (Gradient velocity) = 20 – 100 per detik
- Td (waktu tinggal) = 1200 – 2400 detik

25
PENGANTAR KULIAH SPAM

G x Td = 104 - 105

2. G Value

Proses pengelompokan dua atau lebih materi, misalkan colloid, di dalam air
akan dipengaruhi oleh faktor kecepatan (dv) dan jarak (dz) antara
partikelnya. Perbandingan antara kecepatan partikel dan jarak antara
partikel untuk bertemu dan mengelompok disebut gradien velocity atau
memiliki simbul G dengan satuan 1/dt

dv

dz

Gradient velocity (G) = dv/dz (1/dt)

Rumus : G = P/ .C

Dimana :
P = Power = .g.H.Q
= Kerapatan air pada 26o C = 0,996 ton/m3
g = Percepatan gravitasi = 9,81 m/dt2
H = Kehilangan tekanan (m)
Q = Kapasitas aliran (m3/dt)
= Viscositas absolute, pada 26o C, = 0,8746 x 10-6 m2/dt
C = Volume air (m3)

3. Coagulation

Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan koagulan ke air baku. Proses


pembubuhan bahan koagulan ini membutuhkan pengadukan dengan G
sebesar 500 /dt.

4. Flocculation

Flocculasi adalah proses pembentukan flocc dari colloid yang terkandung


di dalam air baku. Untuk proses flocculasi ini membutuhkan pengadukan
dengan nilai G antara 20 hingga 100 /dt. Proses flocculasi juga
membutuhkan waktu tertentu yaitu t = 10 – 30 menit

Dan Gt = 104 – 105 , tanpa satuan

26
PENGANTAR KULIAH SPAM

5. Pengadukan Secara Hidrolis

Pengadukan secara hidrolis biasanya menggunakan konstruksi Baffel


Chanel. Jenis aliran pengadukan di baffel chanel terdiri dari dua macam
yaitu aliran horizontal (zig-zag) dan aliran vertikal (up and down). Pada
kedua jenis aliran pada baffel chanel ini pada prinsipnya akan terjadi
peristiwa kehilangan tekanan air/ head loss h, yang selanjutnya akan
menciptakan Power dan menghasilkan gradient velocity (G)

Baffel Chanel Dengan Aliran Horizontal

Baffel chanel dengan aliran horizontal akan menghasilkan aliran air


yang mengalir secara zig-zag sebagai berikut :

v2

Inlet
v1
Outlet

Pada baffel chanel dengan jenis aliran horizontal akan terjadi dua
macam aliran yaitu aliran lurus dengan kecepatan v1 (m/dt) dan aliran
berkelok dengan kecepatan v2 (m/dt) , dimana dari kedua jenis
kecepatan aliran tersebut masing-masing akan menghasilkan
kehilangan tekanan, sebagai berikut :

h1 = v12/ 2g (m), dan h2 = v22/ 2g (m)


dimana g = gravitasi (m/dt2 )

Pada baffel chanel aliran horizontal, Apabila jumlah h1 adalah n, maka


jumlah h2 adalah (n-1)
Baffel Chanel Dengan Aliran Vertikal

Baffel chanel dengan aliran jenis vertikal akan menghasilkan aliran


air yang naik turun (up and down), sebagai berikut :
h1
h2
v2 h3
Inlet
Outlet

v1 v3

27
PENGANTAR KULIAH SPAM

Kehilangan tekanan akan dihasilkan oleh masing-masing kecepatan


aliran yang melalui masing-masing lubang, yang merupakan jenis
aliran bejana berhubungan, sebagai berikut :

h h = v2 /2g
Q = v. . A
v Dimana :
= Koef kontraksi
= 0,63
A = luas lubang

Sehingga pada baffel chanel berlaku :


h1 = v12 /2g, h2 = v22/ 2g, dan h3 = v32 /2g

Contoh Soal :

Diketahui suatu sistim pengolahan air minum memiliki kapasitas sebesar Q


= 100 l/d.
1. Apabila unit flocculation menggunakan jenis baffel chanel dengan aliran
horizontal, td = 30 menit, G.td = 104 - 105 , tentukan dimensi bak
flocculasi yang dibutuhkan
2. Apabila unit flocculation menggunakan jenis baffel chanel dengan aliran
vertikal terdiri dari 6 buah kompartemen dengan bentuk setiap
permukaan kompartemen adalah segi enam
a. Tentukan diameter (D) masing-masing lubang saluran berbentuk
bulat pada setiap kompartemen yang dibutuhkan, sehingga
mendapatkan :
- G1 = 60 /dt, G2 = 80 /dt, G3 = 60 /dt, G4 = 40 /dt, G5 = 30 /dt, dan
G6 = 20 /dt.
- td total = 20 menit
- G.td = 104 - 105
- g = 9,81 m/dt2
Hitung besar kehilangan tekanan h pada setiap kompartemen

b. Tentukan luas masing-masing permukaan kompartemen yang


berbentuk segi enam apabila tinggi kompartemen H = 4 m

Jawab :

1. Unit flocculation dengan baffel chanel aliran horizontal


Q = 60 l/dt = 0,06 m3/dt
td = 30 menit = 1800 detik
C = Q x td = 0,06 x 1800 = 108 m3

28
PENGANTAR KULIAH SPAM

Apabila tinggi air rata-rata di dalam bak adalah 2 m, maka luas


permukaan A = 54 m2, atau dengan ukuran panjang (L) x lebar (B) =
3 m x 18 m. Digunakan jumlah chanel (n) = 60 buah, atau setiap chanel
memiliki lebar 0,3 m, dan lebar saluran disetiap belokan chanel juga 0,3
m, sehingga luas penampang melintang chanel adalah :
a = 2 m x 0,3 m = 0,6 m2.
Maka kehilangan tekanan h dapat dihitung sebagai berikut :
v1 = v2 = Q/a = 0,06 / 0,6 = 0,1 m/dt
h1 = n x v12/ 2g = 60 x 0,01 / (2 x 9,81) = 0,03 m (di lintasan lurus)
h2 = (n-1) v22/ 2g = 59 x 0,01/ (2 x 9,81) = 0,03 m (di belokan)
total h = 0,06 m

G= .g.h.Q / . C

= 0,996 x 9,81 x 0,06 x 0,06 / (0,8746 x 10-6 x 108) = 19,4 /dt


G.td = 19,4 x 1800 = 34.920 = 3,4 x 104 (ok!)

2. Unit flocculation dengan baffel chanel aliran vertikal

a. Baffel chanel dengan aliran vertikal yang terdiri dari 6 buah


kompartemen. Bentuk setiap permukaan kompartemen adalah segi enam
(digunakan pada IPA Kedasih), sebagaimana gambar dibawah ini

Inlet

1
v2
2
Outlet H
3 6

4 A1

5 v1

Tampak Atas Potongan Melintang

Q = 60 l/dt = 0,06 m3/dt


td = 20 menit = 1200 detik
C total = Q x td = 0,06 x 1200 = 72 m3
C1 setiap kompartemen = 72/6 = 12 m3

Besar kehilangan tekanan pada bejana berhubungan adalah h = v2 /2g


Untuk aliran air yang melewati luas lubang A akan berlaku Q = v x  x A

v = Q/.A, sehingga h = (Q/ . A) 2 / 2g

29
PENGANTAR KULIAH SPAM

G1 = 100 /dt G12 = 10000/dt = .g.h1.Q /.C1 =.g.(v12 /2g). Q /. C1

G12.g.((Q/.A)12 /2g). Q /. C1 = .g.Q13 /2g . C1.. A12

A12 =  x Q13 / G12 x 2 x . x C1x 


Dimana :
= 0,996 ton/m3
g = 9,81 m/dt2
0,8746 x 10-6 m2/dt

A12 = 0,996 x 0,063 / (10000 x 2 x 0,8746 x 10-6 x 12 x 0,016
A1 = 0,403 m
A1 = ¼ x 3,14 x D12 D1 (diameter lubang kompartemen 1) = 0,23 m

v1 = Q/ A1 = 0,06 / 0,032 = 1,48 m/dt


Head loss h1 = v12 /2g = 1,482/ 2. 9,81 = 11,3 cm

Dengan cara yang sama dapat dihitung :


Untuk G2 = 80 /dt D2 = 0,25 m, h2 = 7,2 cm
G3 = 60 /dt D3 = 0,29 m, h3 = 4,1 cm
G4 = 40 /dt D4 = 0,36 m, h4 = 1,8 cm
G5 = 30 /dt D5 = 0,41 m, h5 = 1 cm
G6 = 20 /dt D6 = 0,50 m, h6 = 0,5 cm

b. Apabila tinggi bak flocculator H = 4 m, maka luas permukaan bak


flocculation keseluruhan = C / H = 72 / 4 = 18 m2, sehingga masing-
masing kompartemen memiliki luas permukaan sebesar = 18 / 6 = 3 m2

a Luas Bidang Segi Enam (A) = 2,598 a2


a = panjang sisi segi enam

Atau a = A/ 2,598

Diagonal = 2a

2a

6. Pengadukan Secara Mekanis

Proses pengadukan juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat


mekanis yaitu baling-baling yang diputar oleh rotor, sebagai berikut :

30
PENGANTAR KULIAH SPAM

v
rpm

Rumus : G = P/ .C , dan P = ½ Cd .  . A . v3

Dimana :
Cd = Koefisien drag = 1,8
A = Luas daun baling-baling (m2)
v = Kecepatan relatif baling-baling terhadap aliran air (m/dt)
C = Volume air di bak flocculator

2.4 PROSES PENGENDAPAN/ SEDIMENTATION

1. TEORI

Pengendapan adalah proses penjernihan air dengan memisahkan


kotoran/ partikel yang terkandung dari dalam air dari airnya. Partikel yang
memiliki berat jenis lebih besar dari berat jenis air akan tenggelam dan
mengendap didasar bak. Partikel yang memiliki berat jenis yang sama
dengan berat jenis air akan melayang. Sedangkan partikel yang memiliki
berat jenis lebih kecil dari berat jenis air akan mengambang
Bak pengendap memiliki dua macam jenis aliran yaitu bak pengendap
dengan aliran horizontal dan bak pengendap dengan aliran vertikal.

ALIRAN HORIZONTAL ALIRAN VERTIKAL

31
PENGANTAR KULIAH SPAM

ZONA PADA BAK PENGENDAP


Bak pengendap akan terdiri dari 4 zona, yaitu zona inlet, zona outlet, zona
pengendap dan zona pengumpul lumpur
Zona inlet berfungsi untuk meratakan aliran yang masuk ke bak pengedap
sehingga tidak terjadi peristiwa short circuit pada bak pengendap yang dapat
mengganggu proses pengendapan flocc
Zona outlet berfungsi untuk meratakan aliran yang keluar dari bak pengedap
sehingga tidak terjadi peristiwa short circuit pada bak pengendap yang dapat
mengganggu proses pengendapan flocc
Zona pengendap berfungsi untuk mengendapkan flocc yang telah terbentuk pada
unit pengadukan lambat. Zona pengendap harus memiliki beban permukaan So
(So = Q/A, dimana Q = kapasitas aliran dalam m3/dt, A = luas permukaan bak
dalam m2) yang lebih kecil dari kecepatan endap Flocc S. Kecepatan endap flocc
S = 0,3 – 0,8 m/jam
Zona pengumpul lumpur berfungsi untuk mengumpulkan lumpur yang
diendapkan pada bak pengendap, sebelum dikuras pada periode waktu tertentu.
Untuk kekeruhan sebesar < 400 NTU, dapat digunakan nilai kadar lumpur dari
flocc yang akan diendapkan sebesar 1% dari total produksi airnya. Untuk
kekeruhan sebesar antara 400 – 800 NTU, dapat digunakan nilai kadar lumpur
dari flocc yang akan diendapkan sebesar 2% dari total produksi airnya

ZONA PADA BAK PENGENDAP DENGAN ALIRAN VERTIKAL

ZONA OUTLET
Vo =
Q/A
ZONA
PENGENDAPAN

V H q
o o
A ZONA
Q INLET

ZONA LUMPUR
qo = Q/n ; n = Jumlah
lubang

qo

JENIS PARTIKEL
Jenis partikel yang akan diendapkan pada bak pengendap dapat terdiri dari dua
macam jenis yaitu sebagai berikut :

32
PENGANTAR KULIAH SPAM

 Discrete Partikel : Partikel yang pada proses pengendapan tidak mengalami


perubahan pada ukuran, bentuk dan berat

 Flocculent Partikel : Partikel yang pada proses pengendapan mengalami


perubahan pada ukuran, bentuk dan berat akibat penggabungan antara dua atau
lebih jumlah partikel sehingga memiliki kecepatan endap yang lebih besar

t0 t1 t2 t0 t1 t2

PENGENDAPAN PARTIKEL DISCRETE PENGENDAPAN PARTIKEL FLOCCULENT

PROSES PENGENDAPAN PADA BAK PENGENDAP

BAK PENGENDAP DENGAN ALIRAN HORIZONTAL


So = Q/BL = Q/A
Vo = Q/BH
H S V S
So = Beban Permukaan (m/jam)
o >
S S = Kecept. Endap Partikel
o (m/jam)
Vo = Kecept. Aliran Air
V S (m/jam)
S Q = Kapasitas Aliran (m3/jam)
o =
S B = Lebar Bak (m)
o
H = Tinggi Bak (m)
S V S
o
< L = Panjang Bak (m)
S
o
DIMENSI PRAKTIS BAK PENGENDAP ALIRAN HORIZONTAL
H = 1/12 x L0,8 ; B : L = 1 : 6 -10

33
PENGANTAR KULIAH SPAM

T = 2 – 3 jam ; H = 2 – 4 m

BAK PENGENDAP DENGAN ALIRAN VERTIKAL

Q
So = (m/jam)
A
S
Q = Kapasitas Aliran (m3/jam)
A = Luas Permukaan (m2)
H
So

A So = KecepatanAliran Air/ Beban Permukaan

Q S = Kecepatan Endap Partikel (m/jam)


S > So Partikel Mengendap.

S = So Partikel melayang

S < So Partikel Mengambang

KEADAAN YANG DAPAT MENGURANGI EFISIENSI PROSES


PENGENDAPAN :

 Adanya aliran yang bergolak (turbulen) :

Divinisi : Aliran turbulen adalah yang memiliki alur aliran yang saling
berpotongan dengan arah yang tidak sama

34
PENGANTAR KULIAH SPAM

Bak pengendap yang memiliki luas penampang melintang terhadap


aliran airnya lebih besar akan memiliki aliran yang lebih turbulen
dibandingkan dengan yang memiliki luas penampang melintang yang
lebih kecil. Aliran air yang memiliki nilai turbulensi lebih tinggi akan
memiliki efisiensi pengendapan lebih kecil dibandingkan dengan yang
memiliki nilai turbulensi lebih rendah
Mengukur turbulensi aliran dengan rumus Renold Number (Re)
Re = Vo R/ , dimana : Vo = Kecept Aliran (m/jam),
R = jari-jari penampang basah; Untuk aliran horizontal R = BH /
(B+2H); Untuk aliran vertikal R = BL/ 2(B + L), dimana B = lebar bak
(m); H = Tinggi Bak (m); L = panjang bak (m)
= Viskositas Kinematis (0,89 x 10-6 m2/dt), untuk temperatur 25o C
Re > 2000 : Aliran Turbulen

 Akibat aliran yang tidak stabil :

Divinisi :
- Aliran Laminer adalah aliran air yang memiliki alur yang sejajar
dengan arah yang sama

- Aliran Stabil adalah aliran air yang memilki alur yang sejajar dengan
arah yang sama disepanjang aliran

Bak pengendap yang memiliki aliran yang makin stabil akan mengasilkan
proses pengendapan dengan efisiensi yang makin besar

Mengukur kestabilan aliran dengan rumus Froude Number (Fr)


Fr = Vo2/ g. R, dimana :
Vo = Kecept Aliran (m/jam)
g = Gravitasi (9,81 m/dt2)

35
PENGANTAR KULIAH SPAM

R = jari-jari penampang basah; Untuk aliran horizontal R = BH /


(B+2H); Untuk aliran vertikal R = BL/ 2(B + L), dimana B = lebar bak
(m); H = Tinggi Bak (m); L = panjang bak (m)
Fr < 10-5 = Aliran tidak stabil

 Akibat adanya aliran Short- Circuit :

Aliran short circuit dapat terjadi akibat dari adanya hembusan angin
atau aliran yang tidak merata di zona inlet atau zona outlet
Angin

Short Circuit

Short Circuit

Aliran di Inlet
tidak merata

 Pengaruh Sinar Matahari :

Akibat pancaran sinar matahari diatas permukaan bak pengendap akan


menyebabkan dua hal yaitu :

36
PENGANTAR KULIAH SPAM

- Pada malam hari, suhu air yang berada di bak pengendap, akan
memiliki temperatur yang relatif lebih rendah dibandingkan pada siang
hari. Pada saat siang hari dimana permukaan air di bak pengendap
memiliki temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dibagian bawah
bak akibat sinar matahari, akan mengalami aliran arus air dari yang
bersuhu lebih hangat ke tempat yang bersuhu lebih dingin. Arus air
yang terjadi tersebut akan dapat membawa flocc dari dasar bak
menuju permukaan.

Sinar
Matahari

Suhu Hangat

Suhu Dingin

- Pada malam hari dimana air di bak pengendap memiliki suhu yang
dingin, maka jumlah oksigen terlarut (DO) di dalam air secara alami
akan lebih besar dibandingkan pada suhu yang lebih hangat. Pada
siang hari dimana air di bak pengendap menjadi lebih hangat akibat
terpengaruh sinar matahari, maka air akan mengeluarkan sejumlah
oksigen yang terlarut yang berbentuk gelembung udara. Gelembung-
gelembung udara yang terbentuk akibat air melepaskan sejumlah
kandungan oksigen yang terlarut akan dapat membawa flocc-flocc
yang akan mengendap ke permukaan bak.

Sinar
Matahari

Gelembung
udara

Jumlah Oksigen Terlarut/ Dessolved Oksigen (DO) (mg/lt) :


Temperatur Tingkat Salinitas (g/lt)
o
C 0 10 15
0 14,6 13,64 13,18
5 12,76 11,94 11,56

37
PENGANTAR KULIAH SPAM

10 11,28 10,58 10,25


15 10,07 9,47 9,19
20 9,08 8,56 8,31
25 8,25 7,79 7,57
30 7,54 7,14 6,94
40 6,41 6,09 5,94

KECEPATAN ENDAP PARTIKEL


Besarnya kecepatan endap partikel/ flocc (Vo) merupakan suatu nilai yang
pokok bagi perencanaan bak pengendap, terutama yang menggunakan jenis
aliran vertikal. Untuk bak pengendap dengan jenis aliran vertikal berlaku :
Apabila So < Vo , maka partikel/ flocc akan mengendap.
Apabila So = Vo, maka partikel/ flocc akan melayang
Apabila So > Vo, maka partikel tidak akan ngendap
Dimana : So = beban permukaan bak pengendap = Q/A (m/jam); Vo =
kecepatan endap partikel (m/jam)
Berdasarkan buku referensi Internasional (Fair & Geyer, Metcalf & Eddy, JWWA,
AWWA dan Degremont), kecepatan endap partikel/ flocc dapat menggunakan
nilai antara 0,3 – 0,8 m/jam
Besar kecepatan endap partikel secara umum dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :

TABEL KECEPATAN ENDAP PARTIKEL

DIAMETER BERAT JENIS


KECEPATAN ENDAP
PARTIKEL JENIS PARTIKEL

(mm) (cm/dt, 10o C) (m/jam) (ton/m3)

0.3 3.2 115.2 2.65

0.2 2.1 75.6 2.65


PASIR
0.15 1.5 54 2.65

0.1 0.8 28.8 2.65


0.08 0.6 21.6 2.65
0.02 0.02 0.72 1.03
0.018 0.015 0.54 1.03
FLOCK
0.015 0.012 0.43 1.03

0.01 0.01 0.36 1.03


0.0001 0.00001 0.00036 1.03 COLLOID

38
PENGANTAR KULIAH SPAM

PLAT PENGENDAP
Plat pengendap dapat digunakan untuk memperbesar luas permukaan
bak pengendap, yang berarti memperkecil beban permukaan yang
digunakan oleh bak pengendap. Plat pengendap terdiri dari plat-plat tipis
yang disusun membentuk sudut tertentu, berjarak W tertentu, dengan
ketebalan plat t tertentu, dan memiliki ketinggian tegak H tertentu.
Perhitungan plat pengendap mengikuti diagram dibawah ini :

C D

V
o
H
S
t o’
W

A
q

B
Apabila So merupakan beban permukaan bak pengendap tanpa plat
pengendap, sedangkan So’ merupakan beban permukaan bak pengendap
dengan plat pengendap
Dengan menggunakan diagram plat pengendap yang digambarkan diatas,
maka akan dihasilkan rumus sebagai berikut :
- Untuk sudut kemiringan plat > 50o ; So’ = So (W + t)/ (H Cos +
W)
- Untuk sudut kemiringan plat < 50o ; So’ = So (W + t)/ (H Cos - W)
- Untuk sudut kemiringan plat = 50o ; So’ = So (W + t)/ (H Cos -
W/2)
Dimana :
- So = Beban permukaan bak pengendap tanpa plat pengendap
(m/jam)
- So’ = Kecepatan endap partikel dengan menggunakan plat pengendap
(m/jam)
- W = jarak antara plat pengendap (m)
- t = Tebal plat pengendap (m)
- H = Tinggi tegak plat pengendap (m)

39
PENGANTAR KULIAH SPAM

- = Sudut kemiringan plat pengendap


-

Contoh :
Misalkan digunakan nilai-nilai :
- Beban permukaan tanpa plat pengendap So = 3 m/jam ; W = 0,05
m ; t = 0,001 ; H = 1 m ; = 60o
- Maka beban permukaan setelah menggunakan plat pengendap So’ =
3 (0,05 + 0,001) / (1 x Cos 60o + 0,05) = 0,27 m/jam. Besar beban
permukaan dengan plat pengendap ini harus lebih kecil dari kecepatan
endap partikel Vo

2. CONTOH PERHITUNGAN :
Bak pengendap dengan aliran vertikal
A. Zona Pengendap :
Misalkan akan dihitung unit bak pengendap untuk kapasitas Q = 20 l/d
= 72 m3/jam
- Panjang Bak Pengendap = 4 m
- Lebar bak pengendap = 4,5 m
- Luas permukaan bak = 18 m2
- Beban permukaan So = Q/A = 72/18 = 4 m/jam
Digunakan Plat Settler dengan spesifikasi sbb :
- Jarak antar plat W = 5 cm = 0,05 m
- Tebal plat t = 1 mm = 0,001 m
- Tinggi tegak plat H = 1 m
- Sudut miring plat = 60o

Perhitungan kecepatan endap partikel di plat settler So’ menggunakan


rumus :
So’ = So (W + t) / (H Cos 60o + W)
So’ = 4 (0,05 + 0,001) /( 0,55) = 0,37 m/jam < Keceptana endap partikel,
sehingga flocc akan dapat mengendap dengan baik

B. Zona Pengumpul Lumpur :

Volume zona pengumpul lumpur yang terletak di bawah plat pengendap


dapat dihitung dengan asumsi sebagai berikut :
- Besar kekeruhan rata-rata = 400 NTU
- Kadar lumpur Flocc = 1% dari total produksi airnya
- Luas permukaan ruang lumpur A = 18 m2
- Periode waktu pengurasan lumpur = 3 hari
- Jumlah lumpur yang diproduksi dalam 3 hari = Q x 3 x 24 x 1% =
51,84 m3

40
PENGANTAR KULIAH SPAM

- Tinggi ruang lumpur yang dibutuhkan H = 51,84/ 18 = 2,88 m

C. Zona Inlet

Zona inlet menggunakan pipa header. Aliran air dari pipa inlet harus dapat
menghasilkan G < 10 1/dt
Hazen William : H = 0,54 (Q x L0,54/(0,278 x 120 x D2,63)
Apabila digunakan pipa dengan diameter D = 0,6 m, panjang pipa L = 4,5
m, maka H = 0,0051 m dan
Volume pipa C = ¼ x x D2 x 4,5 = 1,27 m3
G2 = H.Q/( .C) = 0,0051 x 0,02/(0,89 x 10-6 x 1,27) = 91,465
G = 9,56 1/dt , < 10 1/dt
q q q

Q
q = Q/n
n = Jumlah lubang

D. Zona Outlet

Zona outlet unit pengendap menggunakan beberapa talang/ parit/ gutter


pengumpul, dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Tinggi parit = 0,2 m
- Lebar parit = 0,3 m
- Panjang parit = 3,1 m
- Jumlah parit = 10 bh
- Kapasitas aliran air pada 1 buah parit = 0,005 m3/dt
- Kemiringan muka air di dalam parit = 3%
- Kehilangan tekanan di parit = 3,1 x 0,03 = 0,054 m
- Kecepatan aliran di dalam parit V = (H x 2g)0,5 = (0,054 x 2 x 9,81)0.5
= 1,35 m/dt
- Luas penampang tegak aliran air di parit A = Q/V = 0,005 / 1,03 =
0,0037 m2

41
PENGANTAR KULIAH SPAM

- Tinggi air di dalam parit H = A/ B = 0,0037/ 0,3 = 0,01234 m (tinggi


parit sebesar 0,2 m adalah cukup untuk menampung aliran air yang
dikumpulkan di parit)

3. CARA PENGOPERASIAN

Pada saat pengoperasian IPA, yang perlu diperhatikan pada bak


pengendap adalah keadaan air di atas permukaan bak pengendap yang
akan dialirkan ke unit saringan pasir cepat harus terlihat sangat jernih.
Apabila terlihat banyak Flocc yang melayang dari dasar bak pengendap di
permukaan air bak pengendap, maka kemungkinan yang telah terjadi
adalah :
a. Karena adanya jumlah lumpur yang terkumpul di ruang lumpur
dibawah bak pengendap telah melampaui kapasitas ruang lumpur
yang tersedia. Untuk mengatasi hal tersebut maka lumpur yang
terkumpul pada ruang lumpur bak pengendap harus segera dibuang
b. Karena adanya Flocc yang berada di dasar bak pengendap terbawa
arus air hingga ke permukaan, yang terjadi akibat adanya perbedaan
temperatur antara air di bagian bawah dan dibagian atas bak
pengendap. Untuk mengatasi hal ini diperlukan pembuatan atap
penutup diatas bak pengendap
c. Karena adana flocc yang berada di dasar bak pengendap terbawa oleh
munculnya gelembung-gelembung air akibat pelepasan oksigen
terlarut di air karena terjadi perubahan suhu yang mendadak, yaitu
karena pengaruh sinar matahari pada pagi hari menjelang siang.
Untuk mengatasi hal ini diperlukan pembuatan atap penutup diatas
bak pengendap

1. CARA PERAWATAN

Untuk perawatan bak pengendap perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut


:
- Lakukan pengurasan lumpur dengan periode 1 hari atau lebih sesuai
dengan besar daya tampung zona lumpur pada bak pengendap
masing-masing. Untuk mengetahui kapan waktunya pengurasan bak
pengendap harus dilakukan adalah apabila telah terlihat adanya
lapisan lumpur yang naik dari bawah yaitu dari kantong lumpur dan
berada di sela-sela plat settler dan mendekati saluran pengumpul yang
menuju unit saringan pasir cepat.
- Pembuangan lumpur dari bak pengendap dilakukan dengan cara
membuka Gate Valve penguras lumpur. Gate valve yang digunakan
berjenis Butterfly yang dapat dibuka secara penuh dengan memutar
¼ putaran secara langsung. Pembukaan Gate Valve secara langsung

42
PENGANTAR KULIAH SPAM

perlu dilakukan agar ketinggian air yang maksimum yang ada dapat
digunakan secara cepat untuk mendapatkan tenaga penguras yang
maksimum
- Proses pengurasan lumpur dapat dikatakan telah cukup apabila air
yang keluar dari bak pengendap telah terlihat jernih
- Pada saat pengurasan lumpur dilakukan, sebaiknya plat pengendap
juga dibersihkan dari lumpur yang tersisa dengan cara
menyemprotkan air bersih pada sela-sela plat pengendap dengan
menggunakan pompa dengan tekanan yang cukup besar

3.5 PROSES UNIT SARINGAN PASIR CEPAT

1. TEORI
Penyaringan air menggunakan media pasir merupakan salah satu jenis
proses penjernihan yaitu dengan mengalirkan air melalui sela-sela
porousnya. Partikel halus yang menjadi penyebab kekeruhan pada air,
apabila memiliki diameter lebih besar dari rongga porous media pasir akan
tertahan.l
Penyaringan air menggunakan media pasir memiliki mekanisme sebagai
berikut :
a) Mechanical Straining

Proses mechanical straining adalah penyaringan air yang dilakukan


dengan cari melalui lubang porous diantara pasir. Bagi partikel
didalam air yang memiliki diameter lebih kecil dari lubang porous (mis.
colloid) akan lolos dari lubang porous, sedangkan partikel yang lebih
besar dari lubang porous atau sebesar kurang lebih 60 mm akan
tertahan
PASIR

COLLOID

b) Pengendapan

Proses pengendapan merupakan salah satu jenis proses yang terjadi


pada media saringan pasir. Pengendapapan dari materi kotoran yang
ada didalam aliran air yang disaring terjadi pada permukaan butiran
pasir

43
PENGANTAR KULIAH SPAM

KOTORAN

PASIR

c) Adsorbtion

Adsorbtion adalah proses pelekatan kotoran dari dalam air pada


permukaan media penyaring akibat daya tarik menarik diantara
keduanya karena memiliki mutan listrik yang berbeda
PASIR KOTORAN

d) Kimiawi

Proses kimiawi juga dapat terjadi didalam media penyaring pada saat
menyaring air yang memiliki kandungan bahan anorganik maupun
organik yang akan bereaksi dengan oksigen yang terbawa oleh arus
air :
Bahan Anorganik :
2 Mn++ + O2 + 4 HCO3- 2 MnO2+ 2 H2O + 4 CO2
Bahan Organik :

NH4+ + 3/2 O2 H2O + NO2- + 2 H+

e) Biologis
Proses biologis mikroorganisme akan berlangsung pada proses
penyaringan dengan media pasir terutama apabila pada air baku
banyak mengandung zat organik. Proses biologis ini biasanya terjadi
pada Saringan Pasir lambat

Ketentuan Media Pasir


Media pasir yang akan digunakan memiliki ketentuan sebagai berikut :
• Fisik :
Secara fisik, media saringan harus dapat memenuhi beberapa
ketentuan yaitu berbentuk bulat, bersih, tahan lama, bebas dari

44
PENGANTAR KULIAH SPAM

kotoran atau debu, tahan terhadap gesekan maupun tekanan


mekanis, dan tahan terhadap proses kimiawi. Jenis material yang
dapat memenuhi ketentuan tersebut adalah pasir silika atau pasir
kwarsa

• Diameter Media Pasir (D.eff) :


Media pasir yang digunakan sebagai saringan memiliki besaran
diameter efektif (d.eff atau d10) yang akan ditetapkan dengan
menggunakan analisa ayakan (sieve analisys). Dari hasil analisa
ayakan tersebut akan dapat ditetapkan besarnya diameter efektif dari
pasir yang akan digunakan. Informasi mengenai besarnya Diameter
efektif (D.eff) pasir dibutuhkan untuk dapat menghitung besarnya
kehilangan tekanan air didalam media filter

• Tingkat Keseragaman/ Uniformity Coefisien (UC) :


Material pasir yang akan digunakan untuk media saringan harus
memiliki tingkat ketidak seragaman diameter yang dibatasi. Tingkat
keseragaman/ Uniformity Coeficient (UC) untuk saringan pasir cepat
maksimum sebesar 1,5, sedangkan untuk saringan pasir lambat
sebesar 2. Apabila tingkat keseragaman media pasir adalah sebesar
1,5 maka dapat diartikan bahwa ada sebanyak 50% dari jumlah pasir
yang tersedia yang memiliki diameter lebih besar maupun lebih kecil
dari diameter efektifnya

• Sieve Analysis (Analisa Ayakan Pasir)


Untuk menentukan diameter efektif (D.eff) dan tingkat keseragaman
(UC) suatu tumpukan pasir digunakan sieve analysis. Analisa ayakan
menggunakan ayakan pasir khusus yang memiliki bukaan diantaranya
: 0,5 0,56 0,63 0,71 0,8 0,9 1,0 1,12 1,25 1,4 1,6 1,8 2 2,24
mm, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
– Timbang berat pasir kering yang akan dilakukan analisa sebanyak
1 kg
– Masukan pasir diatas ke dalam susunan ayakan yang disusun
dengan besar bukaan paling kecil dibagian paling atas
– Pasir kemudian diayak dengan cara menggoyang=goyang selama
30 menit
– Timbang masing-masing pasir yang tertinggal di setiap ayakan
– Buat grafik terhadap data berat pasir yang tertinggal diatas
masingt-masing ayakan tersebut
– Tentukan Diameter pasir efektif (D.eff) pada grafik dengan
menarik garis dari jumlah 10% (d.10)

45
PENGANTAR KULIAH SPAM

– Tentukan UC dengan rumus d.60/d.10

GRAFIK HASIL ANALISA AYAKAN PASIR

%
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0 2,2 2,4
diameter

Dari grafik didapat :

d. efektif = d10 = 0,6 mm


d60 = 0,9 mm
UC = d60/ d10 = 0,9/ 0,6 = 1,5

Kehilangan Tekanan

Pada saat air mengalir melalui media pasir maka akan terjadi kehilangan
tekanan. Kehilangan tekanan di dalam media saringan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Carman-Kozeny sebagai berikut :

 Pada saat proses filtrasi :

H = 180  x (1 – Po)2 x Vo x L
g d.eff2
Dimana : Po
3
= Viskositas kinematik = (1,011) 10-6 m2/dt
g = grafitasi = 9,81 m/dt2
p = porositas pasir = 40% = 0,4

46
PENGANTAR KULIAH SPAM

v = kecepatan aliran (m/dt)


d eff = d10 = diameter pasir yang digunakan (mm)
L = Tebal lapisan pasir

 Pada saat proses Backwashing :

Ve1,2 x (p – x Pe x d.eff1,8


=( g
130  a)a (1 3–
Pe)0,8
He = 130g  x
 1,2
(1 – x Ve 1,8 x L e
1,8
Pe)Pe d.eff
3
Dimana :
- Ve = Kecepatan aliran air saat backwashing
- He = Kehilangan tekanan saat backwashing
- Ekspansi = besar mengembangnya media pasir saat backwashing E
= 20 - 40%
- Nilai kerapatan masa pasir, p = 2,65 ton/ m3
- Nilai kerapatan masa air, a = 1 ton/ m3
- Porositas Ekspansi Pe = (Po + E)/ (1 + E)
- Tinggi pasir saat ekspansi, Le = (1 – E)/ (1 – Pe) x L

Jenis Saringan Pasir

Saringan pasir secara umum terdiri dari dua jenis yaitu Saringan Pasir
Cepat dan Saringan Pasir Lambat. Saringan pasir cepat memiliki media
penyaring dengan diameter yang besar dan kecepatan aliran filtrasi yang
besar. Sedangkan Saringan Pasir lambat memiliki media penyaring yang
menggunakan diameter yang kecil dengan kecepatan aliran filtrasi yang
kecil. Saringan Pasir Cepat digunakan untuk menyaring materi yang
besar seperti Flocc. Saringan pasir lambat dapat menyaring materi yang
sangat kecil seperti virus. Penggunaan SPC harus didahului oleh proses
flokulasi untuk membentuk flocc, sedangkan pada PSL dapat langsung
menyaring air baku tanpa memerlukan proses pembentukan floc

47
PENGANTAR KULIAH SPAM

PANAMPANG SARINGAN PASIR CEPAT

SAAT
PASIR KWARSA

FILTRASI SAAT
BACKWASHING

PLAT PENYANGGA GRAVEL

Design Kriteria :
Desing kriteria untuk Saringan Pasir Cepat sebagai berikut :
 Kecepatan Filtrasi (Vf) : 7 – 12 m/jam
 Media penyaring : Pasir Silika SiO2
 Dia. Efektif Pasir (df) : 0,7 – 1,2 mm
 Uniformity Coefisient (UC) : 1,5
 Tebal Gravel : 20 – 30 cm
 Cara pencucian media filter : Backwashing

Desing kriteria untuk Saringan Pasir Lambat sebagai berikut :


 Jenis media penyaring : Pasir Silika SiO2
 Diameter efektif media pasir : 0,25 – 0,4 mm
 Tingkat keseragaman butiran pasir : 2
 Tinggi media pasir : 60 – 90 cm
 Kecepatan Filtrasi : 0,2 – 0,4 m/jam
 Tinggi Gravel : 30 cm

Cara Pencucian Media Pasir


Saringan Pasir Cepat :
Pencucian media pasir Saringan Pasir Cepat dilakukan dengan cara
mengalirkan air dengan arah yang berbalik dari arah aliran filtrasinya atau
biasa disebut Back Washing. Pencucian pasir ini dapat dikakukan dengan
sistim grafitasi maupun dengan pemompaan
Saringan Pasir Lambat :
Pencucian/ pembersihan media pasir pada SPL dilakukan dengan cara
scraping (pengerokan).

48
PENGANTAR KULIAH SPAM

2. PERHITUNGAN
Unit saringan pasir cepat pada IPA yang terbuat dari Fiber Glass dengan
kapasitas 50 l/d berbentuk silinder dengan spesifikasi sebagai berikut :
- Diameter luar bak = 9,8 m
- Diameter dalam bak = 8,5 m
- Luas bersih permukaan bak SPC, A = (0,25 x x 9,82) – (0,25 x x
8,52) = 18,67 m2

PADA SAAT PROSES FILTRASI :


- Kecepatan Aliran Filtrasi , Vo = Q/A = (0,05 x 3600)/ 18,67 = 9,64
m/jam
- Diameter Efektif media pasir , d.eff = 0,77 mm
- Tingkat keseragaman media pasir, UC = 1,48
- Ketebalan media pasir L = 60 cm
- Porositas pasir, Po = 0,38
- Viskositas kinematis, = 1,31 x 10-6 m2/dt
- Gravitasi, g = 9,81 m/dt
- Tebal Gravel = 30 cm
- Kehilangan Tekanan pada saat filtrasi dapat dihitung dengan rumus :
H = 180 x /g x (1- Po)2 / (Po)3 x Vo/ (d.eff)2 x L
= 180 x 1,31 x 10-6 / 9,81 x (1- 0,38)2 / (0,38)3 x (9,64)/ (0,77)2 x
0,6 = 0,31 m

PADA SAAT PROSES BACKWASHING :


- Ekspansi, E = 30%
- Nilai kerapatan masa pasir, p = 2,65 ton/ m3
- Nilai kerapatan masa air, a = 1 ton/ m3
- Porositas Ekspansi Pe = (Po + E)/ (1 + E) = (0,38 + 0,3)/ (1,3) =
0,52
- Tinggi pasir saat ekspansi, Le = (1 – E)/ (1 – Pe) x L = (0,7)/ (0,48)
x 0,6 = 0,88 m
- Kecepatan Backwashing, Ve :
Ve = (g /(130 x 0,8) x (( p – a)/ ( a) x (Pe)3/ (1 – Pe)0,8 x
d.eff1,8)1/1,2
= (9,81 / (130 x (1,31 x 10-6)0,8) x ((2,65 – 1)/(2,65) x (0,52)0,8 x
0,771,8)1/1,2
= 0,010 m/dt = 37 m/jam
- Kehilangan tekanan saat backwashing, He :
He = 130 x /g x (1- Pe)1,8 / (Pe)3 x Ve1,2/ (d.eff)1,8 x Le
= 130 x (1,31 x 10-6 )0,8/ 9,81 x (1- 0,52)1,8 / (0,52)3 x (37)1,2/
(0,77)1,8 x 0,88

49
PENGANTAR KULIAH SPAM

= 0,56 m

3. CARA PENGOPERASIAN
Cara pengoperasian unit SPC sebagai berikut :
a. Pengoperasian Saat Proses Filtrasi :
- Pada saat proses filtrasi, seluruh Gate Valve backwash SPC (VF)
dalam keadaan tertutup
- Gate Valve hasil filtrasi (VO) menuju Reservoir dalam keadaan
terbuka penuh
b. Pengoperasian Saat Backwashing :
- Kegiatan backwashing perlu dilakukan apabila ketinggian air
diatas media filter sudah terlalu tinggi, atau telah keluar dari
saluran Over Flow
- Proses backwashing SPC menggunakan tenaga dari ketinggian
air yang maksimum di bak SPC
- Sebelum dilakukan backwashing pada salah satu unit SPC,
ketinggian air diatas media SPC harus dalam keadaan
maksimum dengan cara menutup penuh Gate Valve hasil filtrasi
(VO), hingga air keluar dari saluran Over Flow
- Setelah air keluar dari saluran Over Flow, maka salah satu dari
10 unit SPC dapat dilakukan backwashing dengan cara
membuka secara penuh Gate Valve backwash SPC (VF) dari SPC
yang akan dicuci, sementara VO tetap tertutup.
- Pada saat proses backwashing berlangsung, media pasir harus
dapat terekspansi sebesar 30%, atau memiliki ketinggian 18 cm
dari ketinggian media pasir semula
- Pada proses backwashing tidak diperkenankan adanya media
psir yang terbawa ke saluran pembuang
- Lama pencucian media pasir SPC dilakukan minimal dalam
waktu 10 menit, atau hingga air hasil cucian terlihat telah jernih.
- Setelah proses backwashing selesai, VO dibuka kembali dan VC
ditutup dengan rapat

4. CARA PERAWATAN
Car perawatan unit SPC sebagai berikut :
- Periksa apakah ketebalan media pasir masih seperti semula yaitu
60 cm. Periksa juga tidak ada keruntuhan di saluran Under Drain
oleh gravel sebagai pengganjal media pasir
- Apabila di saluran pembuangan air hasil baqckwashing banyak
terdapat pasir yang terbawa, periksalah keadaan media pasir yang
digunakan apakah telah terjadi permasalahan yang mengganggu

50
PENGANTAR KULIAH SPAM

- Pada saat proses filtrasi pastikan media filter tidak dalam keadaan
tersumbat (cloging)
- Seluruh Gate Valve backwashing (VF) harus dalam keadaan
tertutup rapat pada saat proses filtrasi, dan Gate Valve hasil filtrasi
(VO) dalam keadaan terbuka penuh
- Apabila ada Gate Valve yang bocor pada saat tertutup, hal tersebut
kemungkinan karena adanya gangguan dari kotoran yang
mengganjal Gate Valeve. Untuk mengatasinya lakukan kegiatan
buka tutup pada GV terkait hingga kotoran dapat dihilangkan, dan
Gate Valve dapat ditutup dengan rapat
- Pada saat setelah proses backwashing selesai dan permukaan
media pasir telihat, periksa apakah ada kotoran yang masih
tertinggal diatasnya. Apabila terdapat kotoran segera disingkirkan
sebelum SPC dioperasikan kembali
- Apabila nilai ekspansi media pasir pada saat proses backwashing
tidak lagi dapat mencapai 30% (atau ketinggian media pasir lebih
tinggi 18 cm dari ketinggian semula) maka dimungkinkan kotoran
sudah merekat dengan pasirnya. Apabila ini terjadi, lakukan
pengangkatan seluruh media pasir dan dicuci secara manual, atau
diganti dengan pasir baru yang memiliki spesifikasi yang memenuhi
ketentuan yang ditetapkan.

2.6 PRINSIP SLUDGE BLANKET

1. Pendahuluan

Instalasi pengolahan air dengan menggunakan sistim sludge blanket


merupakan salah satu jenis yang biasa digunakan. IPA jenis ini biasanya
menggunakan bentuk konstruksi berupa krucut terbalik atau limas terbalik

2. Prinsip Pengolahan Sistim Sludge Blanket

Sludge blanket atau selimut lumpur merupakan suatu lapisan lumpur flocc
yang mengambang di air yang akan bersifat seperti filter pada aliran air
yang diolah. Tujuan penggunaan selimut lumpur ini adalah untuk
memperbesar flocc yang terbentuk, yaitu dapat menangkap flocc yang
sangat kecil/ mikro yang akan menempel pada yang lebih besar, sehingga
memberikan efek hasil air olahan menjadi lebih jernih. Mengambangnya
selimut lumpur didalam bak flocculasi dikarenakan kecepatan endap flocc
sama dengan kecepatan aliran air, dimana arah aliran air adalah vertikal
dari bawah ke atas

Inlet

51
PENGANTAR KULIAH SPAM

Outlet

Selimut
Makro dan Lumpur
Mikro Flocc

3. Perencanaan IPA Sistim Sludge Blanket

Bentuk konstruksi IPA dengan sistim sludge Blanket dapat berbentuk


Krucut terbalik atau Prisma terbalik dengan dinding memiliki kemiringan 
= 45o – 60o

Rumus : G2 = (g /  )( s – 1 )( 1 – f)( H )/ (C/Q) , dan


td = f. C/Q
G = 30 – 60 /dt
td = 15 – 30 menit
G.td = 104 – 105

dimana :

G = Gradient Velocity (1/dt)


G = Percepatan Gravitasi = 9,81 m/dt2
 Viscositas absolut, pada temperatur 26o C ,  = 0,8774 x 10-6 m2/dt
s = Berat jenis Flocc = 1,1 ton/m3
f = Kerapatan sludge = 60 %
C = Volume air di zona flocculasi (m3)
Q = kapasitas aliran (m3/dt)
H = Kehilangan tekanan di zona flocculasi

52
PENGANTAR KULIAH SPAM

Zona
Pengendapan
Q

Zona
Flocculasi

H


60 cm

Titik Apex

Untuk kebutuhan praktis perencanaan bak Sludge Blanket menggunakan


bentuk Kerucut terbalik dengan kemiringan dinding  = 60o , dan ketinggian
mulut inlet diatas titik Apex sebesar 60 cm, dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :

H2 = g /  )( s – 1 )( 1 – f) Q – 0,187
1,822 G2

2.7 UNIT SLUDGE DRYING BED (SDB)

1. PENDAHULUAN

Pengolahan air minum (IPA) yang menggunakan sumber air baku dari air
permukaan akan menghasilkan Lumpur yang cukup banyak. Hasil
produksi Lumpur dari IPA tersebut dapat mengakibatkan pencemaran
lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik. Selama ini produksi
Lumpur dari IPA biasanya dibuang ke saluran sungai sehingga
menyebabkan pencemaran yang akan dapat merusak lingkungan. Untuk
menjaga agar produksi lumpur dari Intalasi Pengolahan Air tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan maka pemerintah mengeluarkan
ketentuan bahwa seluruh IPA harus dilengkapi dengan unit penanganan
Lumpur produksi IPA yaitu unit pengering Lumpur/ Sludge Drying Bed

53
PENGANTAR KULIAH SPAM

2. FUNGSI

Sludge Drying Bed atau bak pengering Lumpur berfungsi untuk


mengeringkan Lumpur yang dihasilkan dari pengoperasian IPA. Lumpur
yang telah dikeringkan di SDB tersebut kemudian dapat dikelola lebih
lanjut dengan cara dikumpulkan dan ditaruh di tempat penimbunan
sampah atau dengan cara lainnya.

3. DESIGN KRITERIA

Unit Sludge Drying Bed harus memenuhi ketentuan teknis sebagai berikut
:

1. Jumlah Lumpur yang dihasilkan oleh IPA adalah sebesar 1% dari


produksi airnya
2. Tebal Lumpur yang dapat ditampung adalah sekitar 2 cm diatas media
penyaring
3. Media penyaring menggunakan pasir bangunan dengan besar butiran
yang kasar dan bersih dari kotoran
4. Unit SDR setidaknya dapat menampung pengeringan bagi jumlah
produksi lumpur IPA untuk waktu minimal selama 3 hari
pengoperasian
5. Unit SDR dilengkapi dengan pipa saluran untuk mengalirkan lumpur
dari IPA dan pipa saluran untuk menyalurkan air hasil pengeringan
lumpur ke saluran pembuangan.
6. Unti SDR harus diulengkapi dengan fasilitas penanganan lumpur
seperti alat kerok lumpur, cangkul, karung pengumpul lumpur dan
transportasi untuk membawa lumpur kering ke tempat
penimbunannya

4. CARA PENGOPERASIAN

Cara pengoperasian unit SDB adalah sebagai berikut :

1. Alirkan air lumpur dari IPA menuju unit SRD


2. Diamkan lumpur yang berada di unit SDR beberapa saat sehingga
mengering
3. Lumpur yang telah mengering diatas media penyaring pada unit SDR
akan membentuk ”Cake”
4. Angkat Cake” yang telah terbentuk dengan cara di serok
menggunakan sekop kemudian dikumpulkan pada karung yang telah
disediakan
5. Penyerokan cake lumpur harus dilakukan sedimikian rupa sehingga
termasuk 1 – 1,5 cm tebal dari lapisan media pasir penyaring yang
ada dibawahnya. Hal tersebut dilakukan agar sebagian lumpur yang

54
PENGANTAR KULIAH SPAM

telah terpenetrasi pada lapisan media penyaring dapat turut


terangkat, sehingga dapat menghindari tertinggalnya sebagian
lumpur yang akan dapat menyumbat dan mengurangi kemampuan
penyaringan dari unit SDR
6. Lumpur yang telah dikumpulkan pada karung-karung selanjutnya
dibawa ke tempat penimbunan untuk ditangani lebih lanjut seperti
sanitary landfill, sebagai bahan timbunan atau dilakukan pembakaran
pada instalasi Incenerator
7. Karena setiap lumpur yang dibuang adalah termasuk sebagian dari
pasir media saringan unit SDB, maka pasir media saringan tersebut
akan terus berkurang dan harus ditambahkan kembali apabila tinggal
tersisa sekitar 5 cm diatas batuan penyangga gravel

LAPISAN PASIR 40 -60 CM

LAPISAN GRAVEL 20 CM

UNDER DRAIN

55
PENGANTAR KULIAH SPAM

PROSEDUR PENANGANAN LUMPUR

1. Tuangkan air yang


mengandung lumpur dari IPA 2. Biarkan beberapa saat
di diatas media penyaring unit dibawah sinar matahari
SDR sehingga lumpur mengering

3. Lumpur yang telah mengering


sehingga pecah-pecah membentuk
”cake” , selanjutnya dikerok
menggunakan sekop. Pengerokan
4. Lumpur kering dimasukan
Lumpur kering mengikutkan lapisan
kedalam karung
pasir dibawahnya sedalam 1 – 1,5 cm

5. Karung berisi lumpur kering 6. Dianagkut ke tempat


ditumpuk di tempat tertentu pembuangan sampah

2.8 AERASTION AND GAS TRANSFERS

1. TUJUAN AERASI

Sistim aerasi banyak digunakan pada berbagai proses pengolahan air, baik
pengolahan air bersih maupun pengolahan air limbah. Proses aerasi adalah
suatu proses fisik pertemuan antara gas dan air. Tujuan dari proses aerasi
adalah untuk:
1.1. Menghilangkan kandungan gas tertentu dari dalam badan air,

56
PENGANTAR KULIAH SPAM

1.2. Memasukkan gas tertentu ke dalam badan air,


1.3. Tujuan keduanya (Menghilangkan kandungan gas tertentu dari dalam
badan air & Memasukkan gas tertentu ke dalam badan air).

Bebetapa contoh penggunaan proses aerasi adalah sebagai


berikut :
a. Menghilangkan kandungan gas tertentu dari dalam badan air :
Proses aerasi seperti ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan gas
yang tidak dikehendaki, dengan beberapa contoh sebagai berikut :
i. Menghilangkan kandungan gas Sulphur (S2) dari dalam badan air
karena menimbulkan bau belerang yang sangat menyengat.
ii. Menghilangkan kandungan gas carbon dioksida (CO2) dari dalam air
adalah untuk mencegah terjadinya proses korosi pada logam yang
terendam didalamnya.
iii. Menghilangkan kandungan gas hidrogen sulfida (H2S) dari dalam air
adalah untuk menghilangkan bau yang menyengat maupun rasa
yang tidak enak. Gas H2S juga dapat menimbulkan korosi pada
logam.

b. Memasukan gas tertentu ke dalam badan air :


Proses aerasi dengan memasukan gas tertentu seperti oksigen (O2) ke
dalam air adalah untuk tujuan menambah jumlah oksigen yang terlarut/
Disolve Oksigen (DO) didalam air, bagi berbagai keperluan, dengan
contoh sebagai berikut :
i. Salah satu cara untuk menghilangkan kandungan ion Fe+3 dan ion
Mn+3 adalah dengan melakukan proses oksidasi untuk merubah ion-
ion tersebut menjadi Fe(OH)3 dan Mn(OH)3 yang dapat diendapkan.
Proses oksidasi ini membutuhkan supply O2 yang didapatkan dari
proses aerasi.
Reaksi kimianya sebagai berikut :

4Fe2+ + O2 + 10H2O 4 Fe(OH)3 + 8H+


2Mn2+ + O2 + 2H2O 2MnO2 + 4H+

ii. Proses menurunkan kandungan Biological Oxygen Demand (BOD)


dan Chemical Oxygen Demand (COD) dari dalam air limbah
membutuhkan supply oksigen yang cukup. Salah satu bentuk proses
pengolahan air limbah buatan adalah dengan cara biologis, yaitu
dengan menggunakan bantuan sejumlah besar bakteria untuk
mengoksidasi zat-zat organik yang terlarut dan melayang. Dalam air
limbah terdapat beberapa persenyawaan Nitrogen (misalnya NH4)
yang akan dirubah menjadi nitrit (NO2) dan nitrat (NO3) dengan
bantuan bakteri-bakteri nitrit, sebagai berikut Pertumbuhan bakteri
sendiri membutuhkan supply oksigen dengan jumlah yang cukup
banyak. Dengan demikian, suatu proses pengolahan air limbah untuk
menurunkan kandungan Biological Oxygen Demand (BOD) dan
Chemical Oxygen Demand (COD) membutuhkan supply oksigen,

57
PENGANTAR KULIAH SPAM

yaitu selain untuk keperluan proses oksidasi juga untuk kebutuhan


pernapasan bakteri yang diperlukan. Persamaan reaksi yang
berlangsung adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : NH4+ + 3O NO2- + H2O + 2H+ (dengan bantuan bakteri


Nitrosomonas)
Langkah 2 : NO2- + 1O NO3- (dengan bantuan bakteri
Nitrobacter)
Jumlah : NH4+ + 2O2 NO3- + H2O +2H+

c. Menghilangkan kandungan gas tertentu dari dalam badan air &


Memasukkan gas tertentu ke dalam badan air.
Proses aerasi untuk tujuan menghilangkan kandungan gas tertentu
didalam air biasanya sekaligus juga untuk menambah jumlah kandungan
oksigen terlarut yang ada. Keberadaan gas tertentu di dalam air seperti
H2S biasanya akan menurunkan kandungan oksigen terlarut/ disolve
oxygen (DO) yang ada. Melalui proses aerasi, kandungan gas H2S
didalam air akan dilepaskan, yang sekaligus akan menangkap oksigen
diudara sekitar sehingga kandungan oksigen terlarutnya meningkat.

2. GAS TRANSFER
Proses aerasi pada dasarnya merupakan peristiwa gas transfer yaitu
perpindahan molekul gas dari phase gas ke phase cairan, atau sebaliknya.
Perpindahan gas dari phase gas ke phase cairan disebut absorption
(penyerapan), sedangkan perpindahan gas dari phase cairan ke phase gas
disebut precipitation (penguapan). Dengan demikian, keberhasilan proses
aerasi akan tergantung pada besarnya nilai gas transfer yang terjadi yang
dipengaruhi oleh bebrapa factor yaitu koefisien gas transfer (k), besarnya
konsentrasi gas (c), dan besarnya tekanan udara (p). Koefisien gas transfer
pada dasarnya merupakan fungsi dari viskositas kinematis yang besarnya
akan dipengaruhi oleh besarnya ketebalan lapisan tipis (film) yang
terbentuk pada wilayah pertemuan antara phase gas dan phase cairan,
sebagaimana yang digambarkan pada diagram dibawah ini :
Pg

Pi Phase cairan
Phase gas
Pertemuan
(interface)
Tekanan udara/
konsentrasi gas

ci

Lapisan cl
film gas Lapisan
Film cairan

Jarak/ Ketebalan lapisan

58
PENGANTAR KULIAH SPAM

Dari uraian diatas maka besarnya jumlah gas transfer persatuan luas
permukaan dan persatuan waktu secara umum dapat dituliskan sebagai berikut
:

dW/(A dt) = - kd(g)(pg – pi) = - k d(l)(ci – cl)

dimana :

dW/(A dt) = jumlah beratnya gas yang mengalir yang melalui satuan luas
tertentu dan untuk waktu tertentu
kd(g) = Koefisien diffusion pada phase gas
k d(l) = Koefisien gas transfer pada phase liquid/ cair
pg , pi = Tekanan udara pada phase gas dan phase interface
ci , cl = Konsentrasi gas pada phase interface dan phase liquid/ cair

Nilai koefisian gas transfer (k) akan dipengaruhi oleh ketebalan lapisan film,
makin tebal lapisan film makin kecil nilai k. Untuk mengecilkan ketebalan
lapisan film sekaligus memperbesar nilai koefisien gas transfer dapat dilakukan
dengan cara pengadukan atau menciptakan aliran turbulen, makin besar nilai
pengadukan (RPM) makin tipis ketebalan lapisan film . Dari hasil percobaan
memberikan data sebagai berikut :

Nilai Gas Transfer O2 dan Ketebalan Lapisan Film pada Proses


Pengadukan

RPM KoefisienGas Koefisien Ketebalan


Pengadukan Transfer Diffusion Lapisan Film
k d(l) (cm/jam) kd(g) (cm2/jam) kd(g)/ k d(l) (cm)
0 0,41 9,4 x 10-2 2,3 x 10-1
76 1,2 9,4 x 10-2 7,8 x 10-2
1025 7,64 9,4 x 10-2 1,2 x 10-2
Sumber : Fair & Geyer, 23-13

3. MEMBANTU PROSES AERASI DENGAN TURBULENSI

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa keberhasilan proses aerasi


bergantung pada besarnya nilai Koefisien gas transfer (k) yang pada
dasarnya akan dipengaruhi oleh besarnya ketebalan lapisan tipis (film) yang
terbentuk pada wilayah pertemuan antara phase gas dan phase cairan
sesuai dengan teory lapisan film. Untuk menaikan nilai k adalah dengan
menurunkan ketebalan lapisan film, yaitu dengan cara di aduk dengan
tenaga P (power), sehingga tercipta aliran tubulen. Pengertian dari aliran
turbulen adalah aliran air yang bergolak dengan arahnya tidak beraturan.
Sedangkan aliran air yang tenang dengan arah yang beraturan disebut
aliran laminer.

59
PENGANTAR KULIAH SPAM

Tenaga (P) yang dibutuhkan untuk pengadukan dapat dihitung melalui


rumus sebagai berikut :
P = Qρgh
Dimana :
P = Power/ tenaga
Q = Kapasitas aliran
ρ = Density air
g = gravitasi
h = Kehilangan tekanan

P dapat juga dihitung melalui rumus berikut :


P = 1,25CG2 / (ρgr2ReFr)

Dimana :
P = Power/ tenaga (Kilo Watt)
C = Volume air
G = Gradien velocity = VP/µC
µ = viskositas absolut

Re = Bilangan Renold yaitu besarnya nilai turbulensi


Fr = Bilangan Freud (Fr) sebagai berikut :
Vo x R
- Bilangan Renold Re = aliran turbulen apabila Re > 2000

Vo2
- Bilangan Freud Fr =g x R Aliran turbulen apabila Fr > 1

dimana : Vo : Kecepatan aliran air


R : Keliling basah saluran air
Viskositas kinematik
g : Gravitasi

Apabila tenaga/ power P dihasilkan dari aerator jenis mekanikal


(menggunakan baling-baling), maka P dapat dihitung sebagai berikut :
P = ½ Cd ρAv3

Dimana :

Cd = Koefisien gesekan
ρ = Density air
A = Luas daun baling-baling
v = Kecepatan relative daun baling-baling = 2π(1 – k) r n/60
π = phi = 22/7
k = rasio antara kecepatan aliran cairan dengan kecepatan baling-baling
r = panjang radius relatif baling-baling dengan shaft
n = nilai putaran, RPM

60
PENGANTAR KULIAH SPAM

Contoh hitungan :

Shaft

A = 0,10 cm x 0,20 cm = 0,02 m2


k = 0,25
r = 0,3 m
n = RPM = 100
v = 2 π (1 – 0,25) 0,3. 100. /60 = 2,356 m/dt
Cd = 1,8
ρ = 1 ton/ m3

P = ½ . 1,8. 1. 0,02. 2,3563 = 0,23 KW

4. JENIS SISTIM AERASI

Ada beberapa jenis sistim aerasi (Aerator), yaitu sebagai berikut :

a. Gravity Aerator
Sistim aerasi dengan cara menerjunkan air secara gravitasi adalah untuk
beberapa tujuan yaitu menciptakan luas permukaan air yang terekspose
ke udara bebas lebih besar, membawa oksigen yang ditangkap ke badan
air yang ada dibawahnya dan terjadinya benturan baik antara air
maupun dengan lantai dibawahnya.. Adanya benturan air akan
menciptakan aliran turbulensi yang akan membantu memperbesar nilai
koefisien gas transfer untuk membuat proses aerasi menjadi lebih baik.
Salah satu jenis aerator ini dinamakan Cascades, yaitu terjunan air yang
menggunakan beberapa ambang pelimpah yang disusun bertingkat .
Contoh yang lain adalah dengan menjatuhkan butiran-butiran air
(droplet) dengan ketinggian tertentu. Aerasi sistim doplet yang
dijatuhkan dan dialirkan pada media berbutir seperti koral dan pasir
akan memberikan nilai koefisien gas transfer menjadi lebih tinggi,
karena akan tercipta aliran turbulen. Oleh karena itu, sistim aerasi
dengan cara mengucurkan air melalui lubang-lubang kecil ke media filter
berupa pasir akan mendapatkan hasil yang terbaik. Sistim filter yang
digunakan pada cara ini haruslah berupa sistim dry filter (filter kering),
yaitu media filter yang tidak digenangi oleh air

61
PENGANTAR KULIAH SPAM

Media Pasir

Cascade Droplet dengan Dry Filter

b. Spray Aerator
Aerasi atau proses penambahan atau pengurangan gas didalam badan
air dapat dilakukan dengan cara pembentukan butiran air (droplet).
Pembentukan butiran air dapat dilakukan dengan cara disemprotkan
dengan menggunakan sprayer sehingga dapat membentuk butiran-
butiran air yang sangat halus. Pembentukan butiran-butiran kecil dari
air dimaksudkan untuk memperluas permukaan air. Semakin kecil
butiran air yang diciptakan, semakin besar luas permukaan air yang ada,
dan semakin besar jumlah oksigen yang dapat ditangkap oleh air dari
udara bebas disekelilingnya. Sistim aerator dengan menggunakan spray
ini biasanya menghasilkan proses menangkap oksigen yang lebih baik
dari sistim aerator gravitasi. Kelemahan dari sitim aerasi yang
menggunakan spray adalah menggunakan nozel memiliki lubang-lubang
yang sangat kecil yang dapat mudah tersumbat oleh kotoran

Butiran air yang


sangat halus

Spray Aerator

c. Air Diffuser Aerator


Air diffuser adalah memberikan hembusan udara ke dalam badan air.
Udara yang dihembuskan akan membentuk gelembung (bubble) yang
membawa oksigen, yaitu untuk dimasukkan kedalam badan air. Aerator
jenis ini pada umumnya merupakan jenis yang paling efektif, namun
membutuhkan biaya operasional yang tinggi

62
PENGANTAR KULIAH SPAM

Gelembung
udara

Air Diffuser Aerator

d. Mechanical Aerator
Aerator mekanikal adalah proses aerasi dengan menggunakan baling-
baling yang digerakan oleh motor untuk alat pengaduk air. Tujuan dari
pengadukan air adalah untuk menangkap air yang ada dipermukaan air
dan memasukkannya ke dalam badan air, sekaligus menciptakan aliran
turbulensi yang akan membantu proses aerasi menjadi lebih baik.

Mechanical Aerator

2.9 PENGGUNAAN ALAT PEMBUBUH BAHAN KIMIA

1. Cara Pengoperasian Alat Pembubuh

Pengoperasian alat pembubuha berupa pompa dosing mengikuti langka-


langkah sebagai berikut :

a) Tentukan besar dosis yang dibutuhkan untuk pengolahan air


Contoh : Volume air baku 1 liter membutuhkan Koagulan Aluminium
Sulfat sebanyak 5 ml. Sehingga jumlah bahan kimia yang harus
dibubuhkan sebesar 5 ml Alumminium Sulfat setiap 1 liter air baku.
Kalau kapsitas pengolahan adalah 100 l/dt, maka dibutuhkan aliran
pembubuhan bahan Aluminium Sulfat sebayak 100 x 5 ml = 500 ml
setiap detiknya. Selanjutnya kita dapat membuat table sebagai berikut
:

b) Tentukan jumlah tetesan bahan kimia dari pompa dosing dengan cara
sebagai berikut :
 Kebutuhan pembubuhan/ dosing = 500 ml/ detik

63
PENGANTAR KULIAH SPAM

 Tentukan skala pada pompa dosing sehingga mendapatkan besar


aliran 500 ml/dt. Penentuan besar aliran pompa dosing dapat
menggunakan baker/ gelas ukur dan penghitungan waktu dengan
Stop Watch

c) Buat daftar penggunaan skala pompa dosing sebagai berikut :

DAFTAR DOSIS ALUMINIUM SULFAT

Dosis Aluminium Satuan Skala Pompa Dosing


Sulafat
500 ml/dt 3
400 ml/dt 2,8
300 ml/dt 2,6
200 ml/dt 2,4
100 ml/dt 2

64

Anda mungkin juga menyukai