Editor :
Ir. Lutfi Faizal
Dra. Yulinda Rosa, M.Si.
Neneng Kaniawati, S.Sos., MM.
Ratna Iswari Utoro, ST., MT.
PUSKIM. 2014
ISBN : 978-602-8330-84-8
TATA CARA PERENCANAAN UNIT PAKET INSTALASI PENGOLAHAN AIR iii
Pengantar
Kebutuhan air minum merupakan salah satu tanggung jawab pemerintah, namun
dalam kenyataan penyediaan air minum bukanlah suatu tugas yang mudah.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 7/2004, tentang Sumber Daya Air yang
menyebutkan bahwa sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan
keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
masyarakat perlu diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air. Sedangkan
dalam PP No. 16 Tahun 2005, tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,
menyebutkan bahwa peran serta masyarakat dalam Penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum perlu didorong dalam rangka perubahan perilaku masyarakat
menuju budaya hidup yang lebih sehat serta mendukung keberlajutan pelayanan air
minum dan sanitasi yang lebih handal.
Modul ini disusun sebagai acuan bagi stakeholder bidang air minum untuk
mengembangkan perencanaan instalasi pengolahan air. Melalui sosialisasi atau
pelatihan modul ini, diharapkan pelayanan air minum semakin meningkatkan
percepatan dan peningkatan akses air minum yang layak. Terutama untuk masyarakat
berpenghasilan rendah.
Akhirnya kepada semua pihak yang terlibat dalam menyusun modul ini, kami
mengucapkan terima kasih.
Kepala
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman
Daftar Isi
1. Petunjuk Penggunaan
Air
adalah semua air yang terdapat pada di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, airt tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat.
Air Baku
adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, air tanah dan air hujan yang memenuhi ketentuan
baku untuk tertentu sebagai air baku untuk air umum.
Air Minum
adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan langsung diminum.
Back Wash
adalah sistem pencucian media filter dengan aliran air yang berlawanan arah dengan aliran pada
saat penyaringan.
Beban Pelimpah
adalah debit air yang diolah persatuan panjang pelimpah dalam bak pengendap.
Beban Permukaan
adalah debit air yang dioleh persatuan luas permukaan.
Clarifier
adalah gabungan pengaduk lambat (flokulator) dan pengendap.
Desinfeksi
adalah proses mematikan bakteri pathogen dan memperlambat pertumbuhan lumut dengan
pembubuhan bahan kimia.
Ekspansi
adalah penambahan panjang lapisan media berbutir/ penyaring (le) yang terangkat ke atas pada
waktu pencucian media karena penambahan tekanan.
Filtrasi
adalah proses memisahkan padatan dari supernatant melalui media penyaring.
Flok
adalah partikel koloid yang menggumpal
Flokulasi
adalah proses pembentukan partikel flok yang besar dan padat agar daapt diendapkan.
Flotasi
adalah proses pemishan padatan dan air berdasarkan perbedaan besar jenis dengan cara diapungkan.
IPA
adalah instalasi pengolahan air.
Kapasitas Produksi
adalah volume air hasil olahan persatuan waktu.
Koagulasi
adalah proses pencampuran bahan kimia (koagulan) dengan air baku sehingga membentuk
campuran yang homogen.
Koagulan
adalah bahan (kimia) yang digunakan untuk pembentukan flok pada proses pencampuran.
Manifold
adalah instalasi pengolahan air utama yang diinstalasi pengolahan air pada dasar saringan pasir
instalasi pengolahan air minum.
Netralisasi
adalah proses untuk menyesuaikan derajat keasaman (pH) pada air.
Netralisaisi
adalah bahan kimia yang digunakan untuk menyesuaikan derajat keasaman (pH) pada suatu proses
pengolahan air.
Nozzle
adalah perlengkapan yang dipasang pada dasar saringan pasir untuk meratakan aliran air.
Sedimentasi
adalah proses pemisahan padatan dan air berdasarkan perbedaan besar jenis dengan cara
pengendapan.
Surface Wash
adalah sistem pencucian dengan menyemprotkan air pada permukaan media saringan.
3. Alur Pikir
Alur pikir yang digunakan dalam memahami paparan modul ini dapat dilihat Gambar 1.
Dalam modul perencanaan unit paket instalasi pengolahan air, pendekatan di dalam pemilihan jenis
prasarana air minum dapat dilihat pada Gambar 2.
STAKE HOLDER
Masyarakat, tokoh masyarakat, LSM. dinas terkait, akedimisi, penentu
kebijakan (Pemda, DPRD) praktisi konsultasi (swasta), asosiasi)
PENILAIAN SISTEM :
• Perkiraan kebutuhan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan
• Rencanakan system PAM yang diinginkan
PERENCANAAN :
• Sumber & system penggunaan air baku
• Sistem transmisi air
• Teknologi pengolahan air
• Sistem distribusi & pelayanan operasi pemilihan
4. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti sosialisasi, para stakeholder memiliki pengetahuan tentang perencanaan unit
paket IPA.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti sosialisasi, para stakeholder dapat menunjukkan tata cara perencanaan unit
paket IPA.
5. Sasaran Komunikan
Melalui modul ini, komunikan yang akan mengikuti sosialisasi perencanaan unit paket instalasi
pengolahan air adalah :
1. Dinas terkait;
2. Praktisi konsultan perencana, pelaksanaan, pengawas pembangunan prasarana air minum;
3. Penentu kebijakan seperti Pemerintah Daerah dan DPRD;
4. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkaitan dengan pembangunan prasarana air minum;
5. Tokoh masyarakat/masyarakat;
6. Akedmisi perguruan tinggi; dan
7. Asosiasi.
7. Konten Modul
Kebutuhan air minum merupakan salah satu tanggung jawab Pemerintah, namun dalam kenyataan
penyediaan air minum bukanlah salah satu tugas yang mudah.
Perubahan lingkungan yang terjadi pada daerah-daerah di Indonesia yang disebabkan tidak
selarasnya pembangunan daerah mengakibatkan menurunnya kualitas dan jumlah air baku pada
daerah yang memiliki sumber air. Di samping itu terlihat pencapaian proporsi penduduk terhadap
air minum layak untuk perkotaan 49,82% (Th. 2009), dan perdesaan 45,72% (Th. 2009), selebihnya
mengambil langsung dari sumber yang tidak terlindungi.
Dalam mengatasi permasalahan di atas, Puslitbangkim Kementerian PU membuat suatu modul tata
cara unit paket Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang operasional bagi Pemerintah/Pemda, masyarakat
dan swasta dalam penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.
Modul perencanaan unit paket IPA disusun dalam rangka melengkapi Sumber Daya Manusia (SDM)
yang sudah ada.
Modul ini akan berguna untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan mewujudkan salah satu
tujuan dalam kesepakatan “MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGS) yaitu penurunan sebesar
50% porsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak pada tahun 2015.
Air baku yang diolah pada umumnya berasal dari air permukaan seperti sungai, waduk, danau, serta
kolam.
Air baku yang dapat diolah harus memenuhi ketentuan peraturan pemerintah No. 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Sistem pengumpulan air baku adalah bangunan penampung melalui pipa intake.
Volume bak penampung ditentukan berdasarkan :
1) Debit minimum sumber air permukaan;
2) Besarnya pemakaian dan waktu pengambilan;
3) Asumsi kebutuhan : 30 s/d 60 l/org/ hari; dan
4) Waktu pengambilan adalah 8-12 jam sehari.
Sistem (pipa) transmisi adalah ruas pipa pembawa air dari sumber air sampai ke unit pengolahan
dan pembawa air dari unit pengolahan sampai batas distribusi.
Komponen paket unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) sesuai dengan proses berikut Gambar 3 :
SEDIMENTASI/
CLARIFIERY
FLOATING
KOAGULATOR
FLOKULATOR
DESINFEKSI
RESERVOIR
DISTRIBUSI
7.5.2 Kapasitas
Kapasitas unit paket instalasi pengolahan air (IPA) harus memiliki besaran debit (1-50) liter/detik.
Unit operasi dan proses perunit paket instalasi pengolahan air dapat berupa :
a. Unit operasi dan proses koagulasi;
b. Unit operasi dan proses flokulasi;
c. Unit operasi dan proses flotasi;
d. Unit operasi dan proses sedimentasi;
e. Unit operasi dan filtrasi; dan
f. Unit proses disinfektan.
Mekanis
- Bilah (BLADE), pedal (PADLE)
- Flotasi
• Waktu pengadukan (detik) 1–5
• Nilai G/detik 7750
1) Koagulan
a) Kriteria Koagulan
Kriteria koagulan adalah sebagai berikut :
(1) Jenis koagulan yang digunakan :
(a) Aluminium sulfat Al2(SO4)3, I4(H2O) diturunkan dalam bentuk cair konsentrasi sebesar (5-
20)%.
(b) PAC, poly alumunium chloride (Al10 (OH)15 Cl15), kualitas ditentukan oleh kadar alumunium
oxido (Al2O3) yang terkait sebagai PAC dengan kadar (10-11)%.
(2) Dosis koagulan ditentukan berdasarkan hasil percobaan jar–test terhadap air baku.
(3) Pertumbuhan koagulan ke pengaduk cepat dapat dilakukan secara gravitasi atau
pemompaan.
b) Bak Koagulan
Kriteria bak koagulan adalah sebagai berikut :
(1) Bak koagulan harus dapat menunjang larutan selama 24 jam.
(2) Diperlukan 2 buah bak yaitu 1 buah bak pengaduk manual atau mekanis dan 1 buah bak
pembubuh.
(3) Bak harus dilindungi dan pengaruh luas dan tahan terhadap bahan koagulan.
2) Netralisasi
a) Kreteria Netralisasi
(1) Harus berupa bahan alkalin
(a) Kapur (CaO), dibubuhkan dalam bentuk larutan dengan konsentrasi larutan 5% sampai
dengan 20%.
(b) Soda abu (Na2 CO3) dibubuhkan dalam bentuk larutan, dengan konsentrasi larutan 5%
sampai dengan 20%.
(c) Soda api (Na OH) dibubuhkan dalam bentuk larutan, dengan konsentrasi larutan
maksimum 20%.
(2) Dosis bahan alkalin ditentukan berdasarkan percobaan.
(3) Pembubuhan bahan alkalin secara grantan atau pemompa, dibutuhkan sebelum dan atau
sesudah pembubuhan konjulan.
b) Bak Netralisasi
(1) Bak dapat menampung larutan selama 8 jam sampai dengan 24 jam.
(2) Diperlukan 2 buah bak yaitu 1 buah bak pengaduk manual atau mekanik dan 1 buah
pembubuh.
(3) Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan tahan terhadap beban alkalin.
3) Desinfektan
a) Kriteria Desinfektan
(1) Jenis Densifektan yang digunakan
(a) Gas klor (Cl2) kandungan klor aktif minimal 99%.
(b) Kaporit atau kalsium hipoklorit (CaU Cl2) x H2O, kandungan klor aktif (60-70) %.
(c) Sodium hipo klorit (NaO Cl), kandungan klor aktif 15%.
(2) Dosis klor ditentukan berdasarkan DPC yaitu jumlah klor yang dikonsumsi air besarnya
tergantung dari kualitas air bersih yang diperlukan serta ditentukan dari jenis klor diketahui
(0,25 – 0,35) mg/l.
b) Pembubuhan Desinfektan
(1) Gas klor disuntikan langsung ke intalasi pengolahan air bersih pembubuhan gas
menggunakan peralaatan tertentu yang memenuhi ketentuan yang berlaku.
(2) Kaporit atau sodium hipoklorit dibubuhkan ke instalasi pengolahan air bersih secra
gravitasi atau mekanik.
c) Keperluan Perlengkapan Desinfeksi
Keperluan perlengkapan desinfektsi adalah sebagai berikut :
(1) Pembubuhan gas klor
(a) Peralatan gas klor disesuaikan minimal 2, lengkap dengan tabungnya,
(b) Tabung gas klor harus ditempatkan pada ruang khusus yang tertutup,
(c) Ruang gas klor harus terdapat peralatan pengamanan terhadap kebocoran gas klor,
(d) Alat pengaman adalah pendeteksi kebocoran gas klor dan sprenikler air otomatik atau
manual, dan
(e) Harus disediakan masker gas pada ruang gas klor.
(2) Bak kaporit
(a) Bak dapat menampung larutan utama 8 sampai dengan 24 jam,
(b) Diperlukan 2 buah bak yaitu bak pengaduk manual/ mekanis bak pembubuh.
(3) Bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan tahan terhadap kaporit.
4) Pompa Pembubuh dan Motor Pengaduk
Jumlah pompa pembubuh larutan kimia dan motor pengaduk unit koagulasi maupun flokulasi paket
instalasi pengolahan air minimal 2 buah berkapasitas sama
5) Kriteria Bak Penampung Air Minum
Bak penampung air minum diberi sekat-sekat yang dilengkapi dengan :
a) Ventilasi;
b) Tangga ;
c) pelimpah air;
d) Lubang pemeriksaan dan perbaikan;
e) Alat ukur ketinggian air;
6) Kriteria Perencanaan Perlengkapan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air
Kriteria perencanaan untuk perlengkapan unit paket instalasi pengolahan air dapat dilihat pada
Tabel 8 berikut :
1) Jenis Bangunan
Jenis bangunan yang diperlukan adalah :
a) Bangunan instalasi pengolahan air.
b) Bangunan penunjang instalasi pengolahan air, sebagai berikut :
(1) Ruang pembubuh;
(2) Ruang jaga;
(3) Ruang pompa, ruang genset;
(4) Ruang laboratorium;
(5) Ruang gudang; dan
(6) Ruang penyimpanan bahan kimia.
c) Sarana pembuangan lumpur dari hasil pengurasan baik pengendap dan pencucucian saringan.
2) Bahan dan Bangunan Pelengkap
Bahan dan bangunan pelengkap harus memenuhi kebutuhan berikut :
a) Struktur bangunan instalasi pengolahan air dan bangunan penampung air minum dari beton
bertulang baja atau bahan lainnya berdasarkan pertimbangan kondisi lapangan.
b) Ruang genset harus kedap suara, tahan getaran, tidak mudah terbakar, dan dilengkapi dengan
peralatan pemeliharaan yang memenuhi ketentuan yang berlaku.
c) Ruang pembubuh dan penyimpanan bahan kimia dilengkapi exhaust fan, drainase dan
perlengkapan pembersihan.
d) Bangunan penunjang lainnya menggunakan bahan bangunan yang memenuhi ketentuan
yang berlaku.
e) Pondasi bangunan sesuai dengan kondisi setempat yang memenuhi ketentuan yang berlaku.
Rencana tapak dan sarana pelengkap perencanaan untuk instalasi pengolahan air paket adalah
sebagai berikut:
1) Rancangan tapak harus mengikuti peraturan mendirikan bangunan yang berlaku setempat.
2) Apabila tidak ditentukan oleh peraturan setempat yang ada, untuk kemudahan operasi dan
pemeliharaan, jarak bagian terluar instalasi pengolahan air paket terhadap bangunan lain
disekitarnya yang terdekat sekurang-kurangnya sebagai berikut :
a) 3,0 meter untuk instalasi pengolahan air dengan kapasitas sampai dengan 20 L/detik;
b) 4,0 meter untuk instalasi pengolahan air dengan kapasitas diatas 20L/detik.
3) Luas rencana tapak dan pelengkap bangunan harus memenuhi ketentuan luas berikut :
a) Kapasitas sampai dengan 5L/dtk, luas minimal 2000 m.
b) Kapasitas (10-30) L/dtk, luas minimal 2.400 m2.
c) Kapasitas (40-80) L/dtk, luas minimal 3.000 m2.
4) Tata letak bangunan penunjang instalasi pengolahan air berdasarkan mudah operasi, sirkulasi
dan efisien dilengkapi tempat parkir, pagar, kamar mandi, toilet, dan fasilitas penerangan.
5) Untuk kebutuhan operasi dan pemeliharaan paket unit instalasi pengolahan air harus dilengkapi
dengan lubang pemeriksaan.
6) Jalan masuk dan jalan keluar menuju ke tapak instalasi pengolahan air lebarnya harus mencukupi
untuk dilalui kendaraan roda empat.
7) Jalan dan tempat parkir harus diberikan perkerasan yang memadai.
8) Tapak instalasi pengolahan air harus bebas banjir.
Dokumen perencanaan untuk instalasi pengolahan air paket sekurang-kurangnya terdiri dari :
1) Diagram alir porses
2) Diagram PERPINSTALASI Pengolahan air dan instrumentasi.
3) Perhitungan unit proses dan operasi.
4) Profil HIDROLIS.
5) Perhitungan meknaikal dan elektronikal
6) Perhitungan STRUKTUR
7) Gambar perencanaan dengan sekala yang memadai.
Perencana yang berwenang untuk merencanakan instalasi pengolahan air paket, adalah seorang
yang telah menempuh pendidikan tinggi dalam bidang yang sesuai dan memiliki sertifikat keahlian
yang dikeluarkan oleh ASOSIASI PROFESI.
Air yang dihasilkan dari IPA dapat ditampung dalam reservoir air yang berfungsi untuk menguji
kesetimbangan antara produksi dengan kebutuhan.
Reservoir air dibangun dalam bentuk reservoir tanah yang umumnya untuk menampung produksi
air dari sistem IPA, atau dalam bentuk menara air yang umumnya untuk mengantisipasi kebutuhan
puncak di daerah distribusi. Reservoir air dibangun baik dengan konstruksi baja maupun kontruksi
beton bertulang.
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam perencanaan sistem distribusi adalah sebagai
berikut:
1) Denah (lay-out) system distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah pelayanan
dan lokasi instalasi pengolahan air.
2) Tipe sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah pelayanan.
3) Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya, diusulkan
kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan relatif datar, dapat
digunakan sistem pemompaan langsung, kombinasi dengan menara air, atau penambahan
pompa penguat (BOOSTER PUMP).
4) Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari 40 m, wilayah
pelayanan dibagi menjadi beberapa zona sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan
tekanan minimum.
Untuk mengatasi tekanan yang berlebihan dapat digunakan katup pelepas tekanan (PRESSURE
REDUCING VALVE). Untuk mengatasi tekanan dapat digunakan pompa penguat.
7.6.3 Reservoir
Unit pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran/kran umum terminal air, hidran kebakaran.
1) Sambungan Rumah
Yang dimaksud dengan pipa sambungan rumah adalah pipa dan perlengkapannya, dimulai dari
titik penyadapan sampai dengan meter air.
(1) Fungsi utama dari sambungan rumah adalah :
a) Menyalurkan air dari pipa distribusi ke rumah konsumen.
b) Untuk mengetahui jumlah air yang dialirkan ke konsumen.
(2) Perlengkapan minimal yang harus ada pada sambungan rumah adalah:
a) Bagian penyadapan pipa.
b) Meter air dan pelindung meter air.
c) Katup pembuka/ penutup aliran air.
d) Pipa dan perlengkapannya.
2) Hidran/Kran Umum
Instalasi Kran Umum (KU) dibuat sesuai gambar rencana dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Lokasi penempatan KU harus disetujui oleh pemilik.
b) Saluran pembuangan air bekas harus dibuat sampai mencapai saluran air kotor/ selokan
terdekat yang ada.
c) KU dilengkapi dengan meter air diameter ¾.
3) Hidran Kebakaran
Hidran kebakaran adalah suatu hydran atau sambungan keluar yang disediakan untuk mengambil
air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran atau pengurasan pipa. Unit hidran
kebakaran (fire hydrant) pada umumnya dipasang pada setiap jarak 300 m, atau tergantung
kepada kondisi daerah/peruntukan dan kepadatan bangunannya.
Berdasarkan jenisnya dibagi 2, yaitu :
a) Tabung basah, mempunyai katup operasi diujung air keluar dari kran kebakaran. Dalam keadaan
tidak terpakai hidran jenis ini selalu terisi air.
b) Tabung kering, mempunyai katup operasi terpisah dari hidran. Dengan menutup katup ini
maka pada saat tidak dipergunakan hidran ini tidak berisi air.
Pada umumnya hidran kebakaran terdiri dari empat bagian utama, yaitu :
a) Bagian yang menghubungkan pipa distribusi dengan hidran kebakaran.
b) Badan hidran.
c) Kepala hidran.
d) Katup hidran.
(60 cm sampai dengan 100 cm) dicelupkan lempengan berwarna putih ukuran 10 cm kali
10 cm masih dapat terlihat dengan kapasitas 0,25 l/dt.
b) Kekeruhan sedang (50-150 NTm) adalah air baku yang pada kedalaman 50 cm dicelupkkan
lempengan berwarna putih ukuran 10cm kali 10 cm masih dapat terlihat dengan kapasitas
0,25 l/dt.
c) Kekeruhan tinggi (150-200 NTm) adalah air baku yang pada kedalaman kurang dari 50
cm dicelupkkan lempengan berwarna putih ukuran 10 cm kali 10 cm tidak dapat terlihat,
dengan kapasitas 0,25 l/dt.
Warna dan Rasa
a) Disediakan botol kecil, gelas, corong, serta air yang akan dianalisis.
b) Segelas air yang akan dianalisis dimasukkan ke dalam botol sebelumnya dicium bau dan
rasanya asin dilihat kekeruhannya.
c) Segelas air bersih ditambahkan kedalam botol kemudian dikocok. Air ini semakin bau,
warna dan kekeruhan. Jika tidak berwarna, tidak keruh dan tidak berbau lagi berarti
derajatnya rendah.
d) Jika masih berbau, ditambahkan lagi dua gelas air mineral kemudian dianalisis, jika
tidak berbau, tidak terasa dan tidak berwarna, berarti derajatnya sedang. Jika air manis
berwarna, berbau berarti derajatnya tinggi. Air yang mempunyai derajat tinggi ini kurang
baik digunakan sebagai air minum.
(2) Analalisis Kualitas Air Secara Kimia :
Analisis secara sederhana untuk zat besi dan mangan adalah sebagai berikut:
a) Zat besi adalah suatu unsur kimia yang ada dalam air baku dan apabila kontak dengan
udara akan menyebabkan kekeruhan serta warna kuning, dapat dilihat apabila dimasukkan
ke dalam air teh berubah warna.
b) Zat mangan adalah suatu unsur kimia yang ada dalam air baku dan bila kontak dengan
udara akan menyebabkan kekeruhan serta warna kuning, dapat dilihat apabila dimasukkan
kedalam air teh berubah warna.
Secara sederhana, analisis kualitas air secara kimia dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Setengah gelas air yang akan diperiksa dicampurkan dengan setengah air teh.
b) Selanjutnya didiamkan dalam keadaan terbuka selama satu malam.
c) Keesokannya diperiksa. Apabila ada perubahan warna, lendir dan lapisan seperti minyak
dipermukaan berarti air ini kurang baik.
Air yang mengandung tingkat kerendahan dan mengandung logam tinggi akan berwarna
hitam ungu atau biru. Bila air bentuk warna seperti air teh, maka secara kimia kualitas air
tersebut baik.
(3) Analisis Kualitas Air Secara Biologi
Pemeriksaan air secara biologi dapat dilakukan dengan cara berikut :
a) Air dimasukkan ke dalam gelas kemudian ditutup.
b) Air tersebut dibiarkan sampai lima hari.
c) Setelah lima hari, air diperiksa. Apabila ada perubahan warna atau gumpalan-gumpalan
putih, hitam atau hijau, maka air kurang baik secara biiologi. Air yang baik akan tetap jernih
meskipun disimpan selama lima hari.
2) Pompa Air Baku
a) Apabila menggunakan pompa sentrifugal maka periksa dan pastikan pompa sentrifugal
sebagai berikut :
(1) Kebersihan saringan pipa hisap dan katup.
(2) Pipa hisap selalu berisi air dan tidak ada udara.
(3) Poros pompa dapat berputar terus.
(4) Diusahakan pompa harus datar.
(5) Keadaan tumpuan putar pompa harus bersih dan dikurungi.
(6) Penekan pakunya tidak terlalu kencang.
(7) Sakelar otomatis harus bekerja baik.
b) Apabila menggunakan pompa SUBMERSIBLE, maka periksa dan pastikan pompa SUBMERSIBLE
sebagai berikut :
(1) Kebersihan saringan pompa.
(2) Tinggi muka air diatas pompa minimal 1,0 meter.
(3) Sakelar otomatis yang bekerja berdasarkan muka air untuk bekerja baik.
(4) Pengujian debit air baku yang memasuki unit IPA.
c) Pengukuran debit air baku dengan alternative sebagai berikut:
(1) Meter air yang terpasang.
(2) Alat pengukur debit lainnya, seperti THOMPSON atau VNOTCH atau CIPOLETI dengan
mengamati kenaikan air pada bak penampung atau bak koagulasi.
(3) Menggunakan meter air jinjing ultrasonik (portable ultra some flow meter).
d) Operasi penyadapan air baku sebagai berikut :
(1) Awal pengoperasian buka semua katung pada jalur pipa tranmisi yang menuju ke unit IPA
dan tutup semua katup yang ada di unit IPA.
(2) Nyalakan pompa intake yang dimulai dari debit kecil disesuaikan dengan spesifikan pompa
yang diijinkan, buka katup pompa diawali dari 30% total debit selama 5 menit ditetapkan
secara bertahap hingga 100% total debit dari kapasitas pengolahan.
(3) Isi semua unit IPA sampai penuh dan biarkan aliran melimpah (over flow) selama 2 jam,
buka semua katup pembuangan yang ada dan matikan pompa intake.
(4) Setelah unit IPA bersih dari kotoran. Isi kembali dengan cara seperti di atas, alirkan air sesuai
dengan kapasitas perencanaan 100%.
(5) Semua prosedur buka tutup dapat dilakukan secara otomatis dan atau manual.
e) Pipa Transmisi
(1) Apabila pada pipa transmisi terdapat sarana penyaringan maka dilakukan penyaringan
terlebih dahulu. Lakukan pembuangan air sampai terlihat kejernihan air tidak berubah lagi,
kemudian lakukan pengujian dengan menutup katup penguras.
(2) Apabila pada pipa transmisi terdapat katup pembuang pastikan perlengkapan ini bekerja
dengan baik.
(3) Untuk pipa transmisi yang berfungsi sebagai injeksi bahan kimia, pastikan bahwa CHECK
VALVE bekerja baik, guna mencegah aliran ke unit pembubuh bahan kimia pada saat
pengurasan.
(b) Atur katup pembubuhan berulang-ulang sehingga di peroleh Debit pembubuhan yang
dikehendaki.
(2) Pompa pembubuh
(a) Debit pembubuh bisa diketahui dengan mengamati volume larutan yang keluar pada
ujung pipa pembubuh dengan menampung pada gelas ukur atau wadah lain yang bisa
diukur volumenya persatuan waktu.
(b) Apabila cara di atas tidak mungkin dilakukan, karena menggunakan koagulasi dalam
pipa maka hubungkan pipa suction pompa pembubuh dengan wadah yang diketahui
volumenya kemudian hitung volume larutan/cairan yang berkurang dipersatuan waktu.
(c) Atur stroke pompa pembubuh besar berualng-ulang sehingga diperoleh debit
pembubuhan yang dikehendaki serta nilai pH yang dikehendaki sesuai dokumen
perencanaan.
2) Proses dan Operasi Unit Koagulasi
Terdapat dua sistem koagulasi, yaitu sistem hidrolis (terjunan, hydraulic jump, pipa, static mixer)
dan system mekanik (Baling-baling/propeller, pedal/paddle)
1) Sistem Hidrolis
Pada umumnya tidak diperlukan penyatuan apapun.
2) Sistem Mekanis
a) Apa bila terdapat sarana pengatur putaran maka atur putaran baling-baling atau pedal
sesuai dokumen perencanaan.
b) Apabila tidak terdapat sarana pengatur putaran maka tidak perlu dilakukan pengaturan
apapun.
Secara garis besar terdapat 3 (tiga) jenis flokulasi yaitu sistem hidrolis mekanis dan kontak padatan
(Solid Contac/Sludge Blanket) :
1) Proses dan Operasi Unit Flokulasi
a) Sistem Hidrolis
Pada umumnya system ini terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu:
Saluran dengan BAFFLE (vertical atau horizontal) bak berpintu, dinding berlubang
(PERPORATED WALL)
(1) Saluran dengan BAFFLE (vertical atau horizontal) tidak diperlukan pengaturan apapun
pada system flokulasi jenis ini, energi untuk flokulasi dihitung dari kehilangan tekanan
(head loses) pada saluran antara awal dan akhir flokulasi.
(2) Bak pintu
Energi untuk flokulasi dihitung dari kehilangan tekanan (head loses) pada pintu untuk
setiap bak.
(a) Atur bukaan pintu sorong sedemikian rupa sehingga kehilangan tekanan (head loses)
sesuai dengan perencanaan.
(b) Kehilangan tekanan (head loses) bisa diawali dan diatur dari perbedaan muka air pada
bak flokulasi yang berurutan.
(3) Dinding berlubang (PERFORATED WALL)
Tidak diperlukan penyatuan apapun pada system flokulasi jenis ini energi untuk flokulasi
dihitung dari kehilangan tekanan (head loss) pada setiap lubang/celah pada dinding bak
flokulasi.
b) Sistem Mekanis
Pada umumnya terdapat 2 (dua) jenis sitem flokulasi mekanis yaitu, menggunakan pedal
(vertical atau horizontal) dan baling-baling
(1) Apabila terdapat sarana pengatur putusan maka atur putaran baling-baling atau pedal
sesuai dengan tekanan perencanaan.
(2) Apabila tidak terdapat sarana pengatur putusan maka tidak perlu dilakukan pengaturan
apapun.
c) Sistem Kontak Padatan (solid cantact/saudge blanket)
Terdapat 2 (dua) jenis sistem flokulasi kontak padatan, yaitu sludge blanket dan sludge blanket
dengan sirkulasi lumpur (REAKTOR). Kedua jenis sistem flokulasi ini umumnya terpasang
menjadi satu dalam bak sedimentasi.
(1) Sludge Blanket
Flokulasi dengan memanfaatkan proses hidrolis dengan pengaliran keatas (UP FLOW)
(a) Atur posisi ketinggian kerucut (hopper) pembuang FLOK sedemikian rupa pada zona
sludge blanket sehingga terdapat pembuangan lumpur/ flok yang mengendap di
bawah bak.
(b) Atur katup pembuangna lumpur sedemikian rupa sehingga terdapat pembuangan lumpur/
flok sesuai dokumen perencanaan.
(2) Sludge Blanket dengan Sirkulasi Lumpur (REAKTOR)
Proses flokulasi menggunakan pedal/baling-baling sumbu vertical, dimana untuk sirkulasi
lumpur menggunakan pompa lumpur.
(1) Apabila terdapat sarana pengatur putaran maka atur putaran baling-baling atau pedal
sesuai dengan dokumen perencanaan.
(2) Apabila tidak terdapat sarana pengatur putaran, tidak perlu dilakukan pengaturan
apapun.
(3) Atur katup sirkulasi pompa lumpur sedemikian rupa, sehingga diperoleh debit sirkulasi
sesuai dokumen perencanaan.
(4) Apabila sirkulasi lumpur tidak menggunakan pompa, tidak diperlukan pengaturan
apapun/sirkulasi proses hidrolis.
Secara garis besar, proses sedimentasi adalah proses pemisahan antara padatan dan cairan
menggunakan perbedaan besar jenis.
Lumpur yang mengendap dikumpulkan pada dasar bak yang memiliki kemiringan yang curam atau
menggunakan penyapu lumpur (SCRAPPER) kemudian dibuang.
(1) Pastikan katup pipa inlet bak sedimentasi berjalan dengan baik, dan katup terbuka
sehingga menghasilkan operasi 100%, sesuai dokumen perencanaan.
(2) Pastikan talang yang terpasang pada tepi bak terpasang horizontal, dengan tinggi
pelimpahan air yang sama pada setiap bagian talang, apabila tidak horizontal akan
mengakibatkan aliran tidak merata.
(3) Pada talang yang dilengkapi dengan VNOTCH kecil berjumlah banyak pada sisinya, tinggi
air diatas VNOTCH seharusnya sama semua.
(4) Lapisan lumpur yang terbentuk pada bagian atas bak harus sedemikian rupa posisinya,
tidak terbawa oleh aliran ke atas karena lapisan lumpur/flok terlalu ringan, atau mengendap
semuanya di bawah karena terlalu berat.
(5) Untuk menjaga posisi lumpur umumnya dipasang sarana “SLUDGE BLEEDING”, untuk
membuang flok sedemikian rupa sehingga besar lapisan lumpur sesuai.
(6) Apabila sarana “SLUDGE BLEEDING” terpasang tetap pada bagian tertetu dinding bak
sedimentasi, atur pembukaan katup pada pipa “SLUDGE BLEEDING” sehingga debit
lumpur’flok yang terbuang mengakibatkan posisi dan berat lapisan lumpur konstan.
(7) Apabila sarana “SLUDGE BLEEDING” ketinggiannya bisa diatur-atur sedemikian rupa
sehingga posisi dan besar lapisan lumpur konstan, atur pada katup seperti pada butir (5)
diatas.
b) Pengurasan
(1) Bagian-bagian flok yang mempunyai kecepatan pegendapan lebih besar dari aliran keatas
akan terkumpul pada bagian bawah bak, sehingga terjadi penumpukan.
(2) Pastikan, pada awal operasi katup penguras dalam keadaan tertutup.
(3) Buka katup penguras, pastikan air bercampur lumpur terhubung dengan baik, sampai air
Nampak lebih jernih (kekeruhannya lebih rendah/ kontras).
(4) Lakukan beberapa kali untuk memastikan operasi mematikan operasi pembuangan
lumpur berjalan baik.
(5) Amati dan ukur/ perkiraan air yang terbuang pada saat pengurasan.
3) Reactor Clarifier
Proses pengendapan umumnya disetai dengan proses flokulasi pada suatu bak. Proses flokulasi
menggunakan system mekanis memanfaatkan baling-baling atau pedal. Untuk membentuk
yang besar dan padat, digunakan sirkulasi lumpur menggunakan pompa atau tanpa pompa.
a) Operasi bak sedimentasi secara umum
(1) Pastikan katup pipa inlet bak sedimentasi berjalan baik, dan katup terbuka sehingga
menghasilkan debit operasi 100%, sesuai dokumen perencanaan.
(2) Pastikan talang yang terpasang pada tepi bak terpasang horizontal dengan fungsi
pelempahan air yang sama pada setiap bagian talang, apabila tidak horizontal akan
mengakibatkan aliran tidak merata.
(3) Pada talang yang dilengkapi dengan VNOTCH kecil berjumlah banyak pada sisinya, tinggi
air diatas vnotch seharusya sama semua.
(4) Apabila terdapat sarana pengatur putaran, atur putaran baling-baling atau pedal sesuai
dengan dokumen perencanaan.
(5) Apabila tidak terdapat sarana pengatur putaran, tidak perlu dilakukan pengaturan apapun.
(6) Atur katup sirkulasi pompa lumpur sedemikian rupa, sehingga diperoleh debit sirkulasi
seusai dengan dokumen perencanaan.
(7) Apabila sirkulasi lumpur tidak menggunakan pompa, tidak diperlukan penyatuan apapun
(sirkulasi memanfaatkan proses hidrolis).
b) Pengurasan
1) Pastikan, pada awal operasi katup pengurus dalam keadaan tertutup.
2) Buka katup penguras, pastikan air bercampur lumpur terbuang dengan baik, sampai air
nampak lebih jernih (kekeruhan lebih rendah) dan kontras.
3) Lakukan beberapa kali untuk memastikan operasi pembuangan lumpur berjalan baik.
4) Amati dan ukur/perkiraan air yang terbuang pada saat pengurasan.
4) Sistem Sedimentasi dengan Plat Tabung Pengendap
Oprasi sistem semdimentasi dengan plat/tabung pengendap sama dnegan sistem sedimentasi
dengan aliran horizontal
Pada umumnya terdapat 2 (dua) jenis sistem saringan pipa cepat, yaitu saringan gravitasi dan
saringan bertekanan. Keduanya secara prinsip tidak memiliki perbedaan proses dan operasi yang
berarti.
Berdasarkan cara pencucian balik (back washing) terdapat 4 (empat) jenis, yaitu menggunakan
menara air, pemompaan langsung, pencucuian antar saringan (intern filter back washing/self back
washing) dan pencucian kontinue (continous back washing).
Jenis pencucian kontinue tidak termasuk dalam model ini, karena jaringan digunakan dan merupakan
paten penyedia jasa/ barang tertentu.
Dalam operasi pencucian balik, selain menggunakan air saja, saringan pasir dilengkapi dengan
perlengkapan agitasi pada media filter. Seperti agitasi pada permukaan media saringan
menggunakan udara, agitasi dibawah permukaan media saringan dengan udara dan agitasi dari
dasar saringan menggunakan udara (air scouring)
(1) Pastikan semua unsur dan indikator untuk ketinggian berjalan baik.
(2) Pastikan sensor/pengukuran aliran (flow meter) bekerja dengan baik.
(3) Untuk sistem katup penematis, pastikan tabung pneumatic sudah terisi udara bertekanan,
dengan tekanan yang sesuai dengan dokumen perencanaan dan katup pengendali bekerja
baik.
(4) Untuk sistem katup elektris, pastikan motor dan katup pengendali bekerja baik.
(5) Pastikan semua katup bisa digunakan dengan baik.
(6) Tutup semua katup pencucian, katup pembuangan dan katup udara.
(7) Buka katup dari sedimentasi/clarifier yang menuju saringan dan katup outlet saringan.
(8) Isi masing-masing bak saringan pasir secara berurutan.
(9) Buka katup outlet saringan ke reservoir.
2) Proses dan Operasi Pencucian Balik
Operasi pencucian balik bisa direncanakan secara manual atau otomatis/ semi otomatis operasi
pencucian otomatis/semi otomatis umumnya menggunakan timer, berdasarkan umur saringan
atau berdasarkan parameter tertentu seperti perbedaan tekanan antara permukaan dari dasar
saringan (PRESSURE DIFFERENTIAL) atau tinggi muka air pada saringan saja.
Pencucian efektif dilakukan apabila kehilangan tekanan (head loses) pada saringan maximum,
ditandai dengan naiknya muka air pada saringan.
a) Saringan dengan Pencucian Manual
(1) Pencucian menggunakan air saja
(a) Pastikan semua katup bisa dioperasikan dengan baik
(b) Tutup semua katup inlet pada saringan buka katup pembuangan dan setelah itu buka
katup pencucian.
(c) Pada saat pencucian, tutup yang menuju reservoir ditutup.
(d) Lakukan pencucuian selama 15 menit sampai semua kotoran pada filter terbuang.
(e) Amati apakah terdapat media penyaring (pasir) yang terbawa aliran pencucian, yang
menandakan kecepatan pencucian terlalu besar atau pasir terlalu kecil ukurannya.
(f ) Amati apakah terdapat penerobosan (BREAKTORUGH) aliran yang besar pada media
penyaring, yang menandakan aliran atau “UNDER DRAW SYSTEM” tidak terpasang
sempurna.
(g) Tutup kembali katup sambungan dan katup pencucian.
(h) Buka katup menuju reservoir dan katup inlet saringan.
(i) Lakukan pencucian saringan satu persatu.
(j) Pencucian saringan selesai.
(2) Pencucian Menggunakan Air dan Udara
Dari dasar saringan
(a) Pastikan semua katup bias dioperasikan dengan baik.
(b) Hidupkan kompresor, pada saringan tertentu kompresor akan hidup secara otomatis
ketika katup udara dibuka
(c) Tutup semua katup inlet pada saringan, buka katup pembuangan dan setelah itu buka
katup udara bersama dengan katup pencucian.
(d) Pada saat pencucian, katup yang menuju reservoir ditutup.
(e) Pada menit ke 5 (lima), tutup katup pencucian.
(f ) Pada menit ke 7 (tujuh) tutup katup udara dan buka kembali katup pencucian.
(g) Lakukan pencucian dengan air sampai menit ke 16 (enam belas) sampai semua kotoran
pada filter terbuang.
(h) Amati apakah terjadi media penyaring (pasir) yang terbawa aliran pencucian, yang
menandakan kecepatan pencucian terlalu besar atau pasir terlalu kecil ukurannya.
(i) Amati apakah terjadi penerobosan (BREAKTROUGHT) aliran yang besar pada media
penyaring, yang menandakan aliran yang tidak merata atau “UNDER DRAIN SYSTEM”
tidak terpasang sempurna.
(j) Tutup kembali katup pembuang dan katup pencucian.
(k) Buka katup menuju reservoir dan katup inlet saringan.
(l) Lakukan pencucian saringan satu persatu.
(m) Pencucian saringan selesai.
(3) Pencucian Menggunakan Air dan Agitasi Udara pada Permukaan Media
(a) Pastikan semua katup bisa dipoerasikan dengan baik.
(b) Hidupkan kompresor, pada saringan tertentu kompresor akan hidup secara otomatis
ketika katup udara dibuka.
(c) Tutup Semua katup inlet pada saringan, buka pembuangan dan setelah itu buka katup
udara.
(d) Pada saat pencucian, katup yang menuju reservoir ditutup.
(e) Pada menit ke-2 (dua), buka katup pencucian.
(f ) Lakukan pencucian air dan agitasi udara pada permukaan media saringan sampai
menit ke 4 (empat).
(g) Pada menit ke 4 (empat) tutup katup udara.
(h) Lakukan pencucian dengan air saja sampai menit ke 10 (sepuluh) sampai semua
kotoran pada saringan terbuang.
(i) Amati apakah terdapat media penyaringan (pasir) yang terbawa aliran pencucian, yang
menandakan kecepatan pencucian terlalu besar atau pasir terlalu kecil ukurannya.
(j) Amati apakah terjadi penerobosan (BREAK TROUGH) aliran yang besar pada media
penyaring, yang menandakan aliran yang tidak merata atau UNDER DRAIN SYSTEM”
tidak terpasang sempurna.
(k) Pada menit ke 10 (sepuluh) tutup kembali katup pembuangan dan katup pencucian.
(l) Buka katup menuju reservoir dan katup inlet saringan lakukan pencucian saringan
satu persatu.
(m) Pencucian saringan selesai.
b) Saringan dengan Pencucian Otomatis
Pastikan terdapat sistem “INTER LOCK” sehingga dalam satu saat hanya satu saringan saja
dalam keadaan operasi pencucian.
(1) Pengaturan (Setting) waktu pencucian
Pengaturan waktu pencucian secara otomatis untuk pencucian jaringan, pada saat ini
banyak menggunakan “PROGRAM ABLE LOGIC CONTROLIEN (PLC) atau komputer, yang
secara otomatis memerintahkan saringan dalam mode pencucian.
Teknologi yang lama menggunakan “TIME” atau “CAM-SHAF” yang saat ini sudah jarang
dipakai
(a) Apabila parameter untuk penentuan waktu pencucian menggunakan perbedaan
tekanan antara muka air di atas saringan dan di dasar saringan (PRESSURE DIFFERINTIAL),
pastikan indikator/ sensor tekanan berjalan baik, atur beda tekanan sesuai dokumen
perencanaan.
(b) Apabila parameter itu menentukan waktu pencucian menggunakan tinggi muka air di
atas saringan, pastikan indikator/ sensor ketinggian (earl sensor/ indicator) berjalan baik,
atur tinggi muka air sesuai dengan dokumen perencanaan.
(c) Apabila parameter untuk penentuan waktu pencucian berdasarkan umur saringan,
pastikan TIMER berjalan baik, atur umur saringan (umumnya 24 jam/ sesuai dokumen
perencanaan.
(2) Saringan dengan Pencucian Air Saja
Pengaturan yang perlu dilakukan adalah untuk sekwen (SEQUEN) buka-tutup katup inlet,
buka-tutup katup pencucian, buka-tutup katup pembuangan dan buka-tutup katup
kearah RESERVOIR.
(a) Pastikan semua katup dan penggerakannya (elektrolik/ pneumatik) berjalan baik
(b) Waktu -0, tutup katup inlet, buka katup pembuangan, tutup katup kearah reserovoir,
buka katup pencucian.
(c) Amati apakah terdapat media penyaring (pasir) yang terbawa aliran pencucian, yang
menandakan kecepatan pencucian terlalu besar atau pasir terlalu kecil ukurannya.
(d) Amati apakah terdapat penerobosan (BREAK TROUGH) aliran yang besar pada media
penyaring, yang menandakan aliran yang tidak merata atau ‘UNDER DRAIN SYSTEM”
tidak terpasang sempurna.
(e) Waktu -15 menit, tutup katup pencucian, buka katup kearah reservoir, tutup katup
pembuangan, dan buka katup inlet.
(3) Saringan dan Pencucian Air dengan udara
Pengaturan yang perlu dilakukan adalah SEKWEN (SEQUEN) buka-tutup katup inlet, buka
tutup, katup pencucian, buka-tutup katup udara, buka tuutp katup pembuangan dan
buka-tutup kea rah reservoir.
(a) Pastikan semua katup dan penggerakkannya (elektronik/ pneumatik) berjalan baik.
(b) Wkatu – 0, tutup katup inlet, buka katup pembuangan, tutup katup kea rah inbervoir,
buka katup udara, dan buka katup pencucian.
(c) Waktu -5 menit, tutup katup pencucian
(d) Wkatu -7 menit, tutup katup udara, dan buka katup pencucian.
(e) Aamati apakah terdapat media penyaring/pasir yang terbawa aliran pencucian, yang
menandakan pencucian terlalu besar atau pasir terlalu kecil ukurannya.
(f ) Amati apakah terdapat penerobosan (BREAK TRHOUGH) aliran yang besar pada media
penyaring yang menandakan aliran yang tidak merata atau “UNDER DRAIN SYSTEM”
tidak terpasang sempurna.
(g) Waktu – 16 menit, tutup katup pencucian, buka katup kearah reservoir, tutup katup
pembuangan dan buka katup inlet.
(4) Saringan dengan Pencucian Air dan Agitasi Udara pada Media Penyaring
Pengaturan yang perlu dilakukan adalah untuk SEKWEN (SEQUEN) buka-tutup/katup inlet,
buka-tutup katup pencucian, buka-tutup katup udara, buka-tutup katup pembuangan
dan buka-tutup katup kea rah reservoir.
(a) Pastikan semua katup, dan penggeraknya/ elektrik/ pneumatik berjalan baik.
(b) Waktu -0, tutup katup inlet, buka katup pembuangan, tutup katup ke arah reservoir, dan
buka katup udara.
(c) Waktu – 2 menit, buka katup pencucian.
(d) Waktu – 4 menit, tutup katup udara.
(e) Amati apakah terdapat media penyaring (pasir) yang terbawa aliran pencucian, yang
menandakan kecepatan pencucian terlalu besar atau pasir terlalu kecil ukurannya.
(f ) Amati apakah terdapat penerobosan (BREAK TROUGH) aliran yang besar jika media
penyaring, yang menandakan aliran yang tidak merata atau “UNDER DRAIN SYSTEM”
tidak terpasang sempurna.
(g) Waktu - 10 menit, tutup katup pencucian, buka katup ke arah reservoir tutup katup
pembuangan dan buka katup inlet.
c) Saringan dengan Pencucian Semi Otomatis
Penentuan waktu pencucian menggunakan perbedaan tekanan antara muka air di atas
sampai dan didasar saringan (PRESSURE DIFFERENTIAL), atau menggunakan tinggi muka air
di atas saringan, atur berdasarkan umur saringan, selanjutnya akan memberikan peringatan
(alarm) bisa berupa sirene atau sinyal lampu, kemudian generator memerintahkan saringan
dalam model pencucian dengan menekan tombol.
(1) Pastikan bahwa sistem aliran bekerja dengan baik, uji sistem aliran dengan mengubah-
ubah parameter waktu pencucian.
(2) Pengaturan (setting) operasi dan SEKWEN penyaringan/ pencucian sama dengan operasi
dan sekwen saringan dengan pencucian otomatis.
Terdapat beberapa jenis desinfektan yang bisa digunakan dalam penyediaan air minum, yaitu, chlor,
ozon dan ultra violet. Pada modul ini hanya penggunaan chlor saja, mengingat penggunaannya
dengan luas.
1) Serbuk Chlor
a) Penentuan dosis chlor
(1) Ambil contoh air hasil penyaringan secukupnya
(2) Lakukan pengujian untuk menentukan DPC (daya pengikat chlor)
(3) Dosis chlor – DPC pipa – 0,2 pipa, disarankan dosis chlor tidak melebihi 1,0 ppm.
b) Proses dan operasi sistem Desinfeksi
Pembubuhan chlor bisa menggunakan sistem gravitasi atau menggunakan pompa pembubuh.
(1) Sistem gravitasi
(a) Pastikan terdapat peralatan keamanan seperti kaca mata laboratorium dan sarung
tangan yang tahan bahan kimia.
(b) Larutkan sejumlah berat/volume serbuk chlor sehingga didapatkan konsentrasi yang
dikehendaki (1% s/d 3%).
(c) Jalankan peralatan pengadukan mekanis/pneumatis untuk pengadukan, lakukan
pengadukan secara manual sehingga larutan homogen.
(d) Debit pembubuhan bisa diketahui dengan mengambil volume larutan yang keluar pada
ujung pipa pembubuhan dengan menampung pada gelas baker persatuan waktu.
(e) Atur katup pembubuhan berulang-ulang sehingga diperoleh debit pembubuhan yang
dikehendaki.
(2) Pompa Pembubuh
(a) Pastikan terdapat peralatan keamanan seperti kacamata laboratorium dan sarung
tangan yang tahan bahan kimia.
(b) Larutkan sejumlah berat/volume serbuk chlor sehingga didapatkan konsentrasi yang
dikehendaki (1% s/d 3%).
(c) Jalankan peralatan pengadukan mekanis/pneumatis sehingga larutan homogen.
(d) Apabila tidak terdapat peralatan mekanis/pneumatis untuk pengadukan, lakukan
pengadukan secara manual sehingga larutan homogen.
(e) Debit pembubuhan bisa diketahui dengan mengamati volume larutan yang keluar
pada ujung pipa pembubuhan dengan menunjang pada sela baker atau wadah larutan
yang bisa diukur volumenya persatuan waktu.
(f ) Apabila cara di atas tidak mungkin dilakukan, hubungkan pipa suction pompa
pembubuh dengan wadah yang diketahui volumenya, hitung volume larutan/ cairan
yang berkurang persatuan waktu.
(g) Atur stroke pompa pembubuh berulang-ulang sehingga diperoleh debit pembubuhan
yang dikehendaki, sesuai dokumen perencanaan.
2) Chlor Berbentuk Gas
Pembubuhan sistem ini menggunakan gas chlor yang dilakukan dalam air, kemudian dibubuhkan
dengan pompa apabila diinjeksi kedalam pipa atau secara gravitasi kepermukaan air gas chlor
tersimpan dalam “CONTAINER” besi dengan ukuran 85 kg dan 2 ton.
a) Penentuan dosis chlor
Penentuan dosis chlor sama dengan di atas
b) Proses dan Operasi Sistem Desinfeksi
(1) Pastikan bahwa ruangan penyimpan gas chlor dan chlor evaporator tersimpan pada
ruangan tertutup.
(2) Pastikan ruangan gas chlor memiliki peralatan pengamanan terhadap kebocoran gas chlor,
sekurang-kurangnya alarm dan sistem SPRINKLEIR.
(3) Pastikan terdapat peralatan keamanan seperti kacamata laboratorium dan sarung tangan
yang tahan bahan kimia dan master gas.
(4) Atur dosis pada chlor evaposator sedemikian rupa sehingga sesuai dengan dokumen
perencanaan.
8. Evaluasi
Setelah mendapatkan penjelasan dari narasumber dan membaca modul ini, peserta menjawab
pertanyaan berikut:
a. Apakah yang dimaksud unit paket intern pengolahan air?
b. Apakah yang dimaksud FLOKULASI?
c. Apakah yang dimaksud dengan desinfeksi?
9. Penutup
Sosialisasi ini untuk mewujudkan kemandirian daerah/instansi terkait, masyarakat dan saat dalam
penyelenggaraan pengembangan sistem PAM.
10. Referensi
Permen PU No. 18/2007 Tentang: Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
PC. T. 26-2000 Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Pipa Transmmisi & Pipa Distribusi Air Minum.