Anda di halaman 1dari 36

Laporan Akhir DED IPA Prapatan

BAB III
P ERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA)

Seperti yang telah disebutkan didepan bahwa Sistem Penyediaan Air Bersih (SPAB)
Prapatan di Kelurahan Telagasari Kecamatan Balikpapan Selatan pada saat ini
merupakan bagian dari daerah pelayanan distribusi IPA Kampung Damai.

Dengan melihat tersedianya potensi sumber air baku yang berasal dari sumur bor
yang belum digunakan didaerah tersebut dan untuk mengurangi beban distribusi IPA
Kampung Damai, direncanakan dibuat sistim penyediaan air bersih Prapatan yang
mempunyai sistim pengolahan sendiri. Kapasitas distribusi yang semula sebesar ± 13
liter/detik akan ditingkatkan menjadi 50 liter/detik untuk melayani daerah pelayanan
Prapatan dan sekitarnya.

Rencana lokasi yang akan digunakan berada di sebidang tanah Pemerintah Kota
Balikpapan di Jalan Prapatan Dalam RT.43 Kelurahan Telaga Sari Kecamatan
Balikpapan Selatan.

3.1 Rencana Sistim Penyediaan Air Bersih (SPAB) Prapatan

Sistem penyediaan air bersih Prapatan yang direncanakan secara umum mempunyai
komponen pokok sebagai berikut :

1. Sumber Air Baku


Sumber air baku yang akan digunakan pada sistim penyediaan air bersih
Prapatan ini direncanakan dari 2 (dua) Sumur Bor kapasitas 20 – 25 liter/detik.
Satu unit sumur bor yaitu Sumur Bor Prapatan 1 (SB.01) dengan kapasitas 25
liter/detik lengkap dengan pompanya telah tersedia (dibuat tahun 2005) dan
satu unit lainnya akan dibuat pada tahun ini.
Untuk menjaga kontinuitas operasional sistim direkomendasi untuk membuat
satu unit sumur bor lagi dengan kapasitas yang sama sebagai cadangan sumber
air baku pada tahun yang akan datang.

Rekaman hasil uji kualitas air yang dilakukan di laboratorium air PDAM Kota
Balikpapan dan laboratorium Sucofindo dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. Sistem Transmisi Air Baku


Untuk mengalirkan air baku dari sumur bor diperlukan pipa transmisi air baku
yang menghubungkan masing-masing sumur bor ke instalasi pengolahan air. Air
baku dari sumur eksisting memerlukan pipa transmisi sedangkan sumur bor
III - 1
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

baru yang akan dibuat tidak memerlukan pipa transmisi karena berada di satu
lokasi dengan IPA.
Pipa transmisi dari sumur bor eksisting ke instalasi pengolahan air (IPA)
direncanakan menggunakan pipa PVC klas S 12,5 Rubber Ring yang dipasang
pada sisi jalan Prapatan Dalam berdampingan dengan pipa distribusi eksisting
maupun pipa distribusi baru yang akan dipasang.
Pompa yang digunakan adalah pompa submersible yang telah terpasang di
sumur bor eksisting.
Pipa transmisi dari sumur bor baru yang relatif pendek karena sumur bor baru
(SB.02 Prapatan) dibuat di lokasi yang sama dengan instalasi pengolahan pipa
(IPA), direncanakan menggunakan pipa galvanis iron (GI).

3. Lokasi Instalasi Pengolahan Air (IPA)

Lokasi yang akan digunakan sebagai lahan pembangunan Instalasi Pengolahan


Air (IPA) beserta bangunan penunjangnya berada pada sebidang tanah
Pemerintah Kota Balikpapan di Jalan Prapatan Dalam RT.43 Kelurahan Telaga
Sari Kecamatan Balikpapan Selatan. Lokasi lahan terletak disekitar koordinat
010 16’ 09,3” LS; 1160 49’ 27,8” BT atau lebih kurang 700 meter kearah
timurlaut dari lokasi sumur bor eksisting PDAM (SB.01 Prapatan) di Prapatan,
dengan luas lahan yang akan dipergunakan seluas ± 1.200 m2.

Lahan Instalasi Pengolahan Air (IPA) beserta bangunan penunjangnya terletak


pada ketinggian ± 43,00 m diatas muka air laut dengan kondisi lahan relatif
datar. Lahan tersebut pada sisi utara dan sisi timur berbatasan dengan lahan
tanah berbukit yang dimanfaatkan sebagai perkampungan penduduk.

Kondisi Lahan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan, Luas ± 1.200 m2

Pada Gambar 3.1 halaman berikut ini dapat dilihat gambar Siteplan Lahan
Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan.

III - 2
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Gambar 3.1 Siteplan Lahan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan

III - 3
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

4. Instalasi Pengolahan Air (IPA)


Instalasi Pengolahan Air (IPA) direncanakan berupa instalasi dengan sistim
pengolahan air lengkap jenis paket (package water treatment plant). Penentuan
sistim pengolahan air lengkap jenis paket ini didasarkan atas beberapa
pertimbangan, antara lain :
o Kualitas air baku
o Kapasitas pengolahan air
o Ketersediaan lahan

Dari hasil analisis laboratorium terhadap air baku sumur bor eksisting diketahui
bahwa kekeruhan air baku cukup rendah antara 0,56 – 2,00 NTU, derajat
keasaman pH rendah (berkisar 5,14 – 5,18) dengan CO2 bebas tinggi berkisar
75,24 mg/l dan kandungan zat organik sebagai KmnO4 sebesar 7,90 mg/l serta
kandungan Fe yang diperkirakan berupa Fe organik cukup rendah dengan
kandungan 0,17 – 0,24 mg/l.

Karena pada saat perencanaan ini dilakukan ada 2 (dua) kualitas air baku yang
belum diketahui karena sumur bor belum dibuat, maka perencanaan didasarkan
pada kualitas air baku yang telah diketahui dengan asumsi bahwa kualitas air
baku yang berasal dari sumur bor kedua dan sumur bor ketiga tidak jauh
berbeda dengan kualitas air sumur bor eksisting.

Mengingat kapasitas pengolahan yang relatif kecil, sebesar 50 liter/detik, dan


lahan yang tersedia untuk instalasi pengolahan air dan bangunan penunjangnya
relatif sempit, maka ditentukan instalasi pengolahan air (IPA) jenis paket. Untuk
pengolahan air dengan kapasitas relatif kecil < 100 liter/detik, instalasi
pengolahan air jenis paket yang dibuat dengan konstruksi plat baja (maupun
fibre glass) dianggap lebih efisien apabila dibandingkan dengan sistim
konvensional dengan konstruksi beton bertulang. Disamping kebutuhan lahan
yang jauh lebih kecil, sistim paket lebih fleksibel untuk disesuaikan dengan lahan
yang tersedia.

Proses pengolahan air yang dibutuhkan untuk menghasilkan air olahan yang
memenuhi standar kualitas air minum sesuai dengan standar yang dikeluarkan
oleh Departemen Kesehatan, KepMenKes No. 907/MENKES/SK/VII/2002, dan
dengan mengantisipasi terjadinya fluktuasi perubahan kualitas maupun kuantitas
air baku diwaktu mendatang, adalah proses pengolahan yang terdiri dari proses
aerasi, proses koagulasi - flokulasi, flotasi dan filtrasi.

Proses aerasi ditujukan untuk mengoksidasi besi (Fe) dan mangan (Mn) dan
mereduksi karbon dioksida (CO2) agresif direncanakan menggunakan cooling
tower yang dilengkapi dengan tangki reaksi.

Proses koagulasi – flokulasi ditujukan untuk mengikat material atau partikel


padat terlarut (suspended solid) dalam air yang berukuran halus dan koloidal,
dengan bantuan bahan kimia pengental atau pengikat yang disebut koagulan.
III - 4
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Selama proses flokulasi, antar partikel suspensi maupun koloidal akan saling
berikatan membentuk gumpalan-gumpalan (flok) yang cukup besar dan stabil,
dimana selanjutnya flok tersebut dipisahkan dari air melalui proses flotasi.

Proses flotasi adalah proses pemisahan flok-flok partikel yang terkandung dalam
air yang telah terbentuk dalam proses flokulasi. Pada proses flotasi dilakukan
proses pengikatan flok dengan gelembung udara sehingga flok yang terbentuk
dapat diapungkan ke permukaan air untuk kemudian dipisahkan dan dibuang
secara mekanis menggunakan skimmer.

Sedangkan proses filtrasi ditujukan untuk menyaring sisa partikel terapung dan
bahan-bahan flokulen yang tidak terpisahkan secara sempurna dalam proses
flotasi sebelumnya. Proses penyaringan menggunakan saringan pasir cepat
bertekanan atau pressure filter.

5. Reservoir Distribusi

Sebelum didistribusikan air hasil olahan ditampung dalam reservoir distribusi


kapasitas 2 x 300 m³. Karena keterbatasan lahan dan faktor kesulitan dalam
pelaksanaan, dalam perencanaan ini dibuat dua alternatif konstruksi reservoir
yaitu reservoir yang terbuat dari panel fibre reinforced plate dengan penguat besi
dan reservoir distribusi silinder terbuat dari plat baja.

Volume reservoir distribusi diperhitungkan hanya sebesar 15% terhadap debit


harian maksimum atau hanya dapat menampung persediaan air selama 3 jam,
dimana idealnya volume reservoir sebesar 1.200 m³. Oleh sebab itu melihat
kondisi reservoir eksisting kapasitas 300 m³ yang telah ada di Prapatan masih
baik, direkomendasi untuk difungsikan sebagai reservoir buffer. Sehingga
kapasitas total reservoir naik menjadi 900 m³ atau sebesar 20 % debit harian
maksimum (5 jam penampungan).

6. Sistim Distribusi

Kondisi daerah pelayanan yang berbukit dan posisi reservoir distribusi pada
ketinggian dibawah elevasi daerah pelayanan tertinggi, tidak memungkinkan
menerapkan sistim distribusi dengan aliran gravitasi, maka sistim distribusi
direncanakan menggunakan tekanan pompa dengan pompa distribusi jenis
centrifugal pump.

Sebagian besar jaringan pipa distribusi menggunakan jaringan distribusi


eksisting, perubahan maupun penambahan jaringan pipa disesuaikan dengan
hasil perhitungan hidrolis jaringan pipa.

Daerah pelayanan diprioritaskan pada daerah pelayanan eksisting yang selama


ini dilayani sistim distribusi Prapatan, termasuk penambahan pelayanan
terhadap daftar tunggu pelanggan baru. Pengembangan keluar dari daerah

III - 5
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

pelayan eksisting dapat dilakukan setelah daerah pelayanan eksisting terlayani


seluruhnya dengan baik.

7. Sarana Penunjang

Sarana penunjang untuk mendukung pengoperasian instalasi pengolahan air


dan pendistribusian air direncanakan bangunan penunjang berupa :

o Ruang Operator,
o Ruang Laboratorium,
o Ruang Pompa Pembubuh Bahan Kimia,
o Gudang Bahan Kimia,
o Ruang Pompa Distribusi,
o Generator Set
o Dinding Penahan Tanah
o Jalan Masuk, Pagar Keliling dan Pintu Pagar
o Lampu Penerangan Luar

Semua ruang dan gudang bahan kimia direncanakan dalam satu bangunan
ruang operator dan ruang pompa berlantai dua, kecuali generator set
ditempatkan terpisah diluar bangunan.

3.2 Standar Kriteria Penyediaan Air Bersih

Yang dimaksud dengan kriteria adalah persyaratan-persyaratan bersifat teknis yang


terdiri dari asumsi atau batasan yang ditentukan sesuai kondisi dan keperluan untuk
perencanaan air bersih dan juga ketentuan-ketentuan berupa bentuk maupun besaran
tertentu yang harus diterapkan dalam perencanaan (teknis) sistem air bersih pada
umumnya.

Kriteria perencanaan dalam perencanaan teknis ini diambil dari kriteria yang umum
digunakan dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih.

Standar dan kriteria meliputi hal-hal sebagai berikut:


o Perencanaan instalasi pengolahan air;
o Perencanaan sistem perpipaan untuk penyediaan air bersih perkotaan;
o Standar kualitas air minum yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, KepMenKes No. 907/MENKES/SK/VII/2002

Pada halaman berikut ini, Tabel 3.1 menyajikan kriteria jenis pengolahan yang
diperlukan dalam perencanaan IPA, Tabel 3.2 menyajikan kriteria yang digunakan
dalam perencanaan SPAB Prapatan dan Tabel 3.3 menyajikan standar kualitas air
minum berdasarkan Kepmenkes No.907/2002.

III - 6
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Tabel 3.1 Jenis Pengolahan Dalam Perencanaan IPA


Standar Kualitas
Air Bersih
No Parameter Jenis Pengolahan
Konsen Satuan
Trasi
1 Warna 5 TCU Sedimentasi,
Koagulasi + flokulasi + filtrasi
2 Kekeruhan : 5 NTU
- Rendah - Klorinasi
- Sedang - Saringan pasir lambat
- Tinggi - Prasedimentasi, sedimentasi +
koagulasi + flokulasi + filtrasi
3 Derajat Keasaman, pH 6,5 – 8,5 Penambahan kapur
4 CO2 agresif 0 mg/l Aerasi; penambahan kapur
5 Zat Organik 10 mg/l Sedimentasi + koagulasi/flokulasi +
filtrasi + desinfeksi
6 Fe (Besi) 0,3 mg/l Aerasi; + koagulasi/flokulasi (tdk
mutlak) + sedimentasi + filtrasi +
preclorinasi (Fe organik);
Ion exchanger
7 Mn (Mangan) 0,1 mg/l Optimalisasi pH + aerasi; + koagulasi /
flokulasi + sedimentasi + filtrasi
8 Ammonium, Nitrit 0 mg/l Breakpoint chlorination; air stripping;
nitrifikasi33

III - 7
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Tabel 3.2 Kriteria Perencanaan SPAB Prapatan

No Uraian Kriteria Catatan

1 Pelayanan air rumah Asumsi kebutuhan air rumah


tangga (RT) melalui: tangga tahun 2007 – 2012
Sambungan Rumah (SR) 155 lt/org/hr (Corporate Plan PDAM 2007
– 2012)
2 Jumlah orang per unit :

Sambungan Rumah 5 jiwa per SR

3 Pelayanan air non rumah 10% terhadap total kebutuhan


tangga (non RT) air rumah tangga (RT)

4 Kehilangan air 30% terhadap total kebutuhan Kehilangan air eksisting


air rumah tangga dan non- PDAM Kota Balikpapan =
rumah tangga 30% sedangkan kehilangan
air ideal adalah 20%.

5 Faktor Pengaliran:

Hari Maks 110 %

Jam Puncak 150 %

6 Kapasitas reservoir 15 – 25% dari kebutuhan Disarankan volume reservoir


distribusi harian maksimum = 25% kebutuhan harian
maksimum atau 6 jam
penampungan

7 Tekanan air di titik 10 meter kolom air


distribusi terjauh

8 Waktu pengoperasian
(Jam operasi) :
Jika jam operasi produksi <
- Waktu Produksi 24 jam/hari
24 jam volume reservoir
- Waktu Distribusi 24 jam/hari akan lebih besar

III - 8
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Tabel 3.3 Standar Kualitas Air Minum Kepmenkes No. 907/2002

STANDAR AIR
NO PARAMETER SATUAN MINUM, MAKSIMUM TEKNIK PENGUJIAN
DIPERBOLEHKAN

FISIKA
1. Bau - tidak berbau Organoleptik
2. Rasa - tdk berasa, normal Organoleptik
3. Warna Pt-Co 15 Spektrofotometri
4. Total Padatan Terlarut (TDS) mg/l 1000 Gravimetri
5. Kekeruhan NTU 5 Spektrofotometri
o
6. Suhu C Suhu udara ± 3oC Termometer

KIMIA
7. Besi (Fe) mg/l 0.3 AAS
8. Kesadahan sebagai CaCO3 mg/l 500 Titrimetri
9. Klorida (Cl) mg/l 250 Argentometri
10. Mangan (Mn) mg/l 0.1 AAS
11. pH - 6.5 - 8.5 pH meter
12. Seng (Zn) mg/l 5 AAS
13. Sulfat (SO4) mg/l 250 Spektrofotometri
14. Tembaga (Cu) mg/l 1 AAS
15. Klorin (Cl2) mg/l 5 Titrimetri
16. Amonium (NH4) mg/l 0.15 Spektrofotometri (Nesler)

KIMIA ANORGANIK
17. Arsen (As) mg/l 0.01 AAS
18. Fluorida (F) mg/l 1.5 Spektrofotometri
19. Kromium Heksavalen (Cr6+) mg/l 0.05 AAS
20. Kadnium (Cd) mg/l 0.003 AAS
21. Nitrat (NO3) mg/l 50 Spektrofotometri (Brusin)
22. Nitrit (NO2) mg/l 3 Spektrofotometri (NED)
23. Sianida (CN) mg/l 0.07 Destilasi
24. Timbal (Pb) mg/l 0.01 AAS
25. Raksa (Hg) mg/l 0.001 AAS

MIKROBIOLOGI
24. E. Coli APM/100ml negatif MPN
25. Total Bakteri Koliform APM/100ml negatif MPN

III - 9
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

3.3 Rencana Instalasi Pengolahan Air (IPA)

Dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih, unit pengolahan merupakan bagian
terpenting dan bertujuan pokok untuk memperoleh air yang memenuhi standar kualitas
air minum sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan.

Mengingat sumber air baku yang diketahui kualitasnya hanya satu dari tiga kualitas air
baku yang akan digunakan dan air baku pada umumnya mengalami fluktuasi serta
mengalami perubahan kualitas maupun kuantitas, pengolahan air Prapatan direncana
dengan sistim pengolahan lengkap.

Penentuan metode yang digunakan dalam rencana instalasi pengolahan air


didasarkan pada kondisi air baku (jenis pencemar yang ada dalam air baku), kondisi
air olahan yang diinginkan, lahan serta biaya yang tersedia.

3.3.1 Kualitas Air Baku

Dari hasil analisis laboratorium (Laboratorium air PDAM dan Sucofindo) terhadap air
baku yang berasal dari sumur bor eksisting diketahui terdapat beberapa parameter
yang tidak memenuhi standar air minum yaitu derajat keasaman (pH), CO2, besi (Fe)
dan zat organik (sebagai KmnO4).

Parameter-parameter tersebut antara lain adalah derajat keasaman pH rendah (5,14 –


5,18), CO2 dalam bentuk CO2 bebas tinggi berkisar 75,24 mg/l, kandungan zat organik
sebagai KmnO4 sebesar 7,90 mg/l dan kandungan besi (Fe) yang diperkirakan berupa
Fe organik mendekati batas standar maksimum diperbolehkan (0,17 – 0,24 mg/l).
Sedangkan dari kedua hasil laboratorium untuk parameter warna menunjukkan hasil
yang jauh berbeda (0,7 mg/l dengan 23 mg/l skala Pt-Co) dicurigai kemungkinan telah
terjadi perubahan kualitas air atau karena pengaruh kandungan besi (Fe) dan Mangan
(Mn).

Beberapa parameter yang terdeteksi menonjol dan perlu mendapat perhatian karena
nilai kandungannya berpengaruh terhadap proses pengolahan maupun kesehatan
adalah :

1. Derajat Keasaman (pH)


Derajat keasaman pH adalah parameter penting dalam proses pengolahan air
bersih. Besar kecilnya nilai derajat keasaman pH berhubungan langsung dengan
proses koagulasi, proses penyisihan unsur besi (Fe) dan Mangan (Mn) serta nilai
kelarutan senyawa kimia lainnya. Nilai derajat keasaman pH terlalu rendah dapat
memicu terjadinya korosi, sedangakan dengan nilai derajat keasaman pH rendah
maupun tinggi akan berpengaruh pada rasa air.

Pada umumnya kualitas air sungai dan airtanah di wilayah Balikpapan memiliki
derajat keasaman (pH) relatif rendah. Gejala ini kemungkinan diakibatkan oleh

III - 10
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

banyaknya rawa dan daerah gambut yang secara umum banyak terdapat
didaerah Kalimantan. Seperti kualitas air sumur bor eksisting Prapatan, kualitas
airtanah dibeberapa daerah di wilayah Balikpapan juga menunjukkan nilai derajat
keasaman (pH) yang rendah.

Untuk menaikkan atau mengatur derajat keasaman (pH) air perlu dilakukan
pembubuhan larutan kapur ataupun pembubuhan larutan soda ash.

2. Carbon Dioksida (CO2)


Air baku mempunyai kandungan CO2 bebas yang cukup tinggi yaitu berkisar
75,24 mg/l. Timbulnya CO2 adalah akibat dari terjadinya proses dekomposisi
bahan/zat organik karena aktifitas biologis pada air permukaan maupun airtanah,
pada umumnya air permukaan maupun airtanah di daerah Kalimantan memiliki
zat organik yang cukup tinggi dimana sebagian besar diakibatkan oleh senyawa
alami yang terbentuk karena terjadinya pelapukan tumbuhan.

CO2 sangat mudah larut dalam air (kelarutannya sangat tinggi). Tingginya
kandungan CO2 agresif dalam air dapat menyebabkan derajat keasaman pH
menjadi rendah, menyebabkan korosi dan dapat mengganggu proses pelunakan
air.

3. Besi (Fe)
Secara umum airtanah di Kota Balikpapan dan sekitarnya mengandung unsur Fe
yang relatif tinggi. Dari beberapa referensi diketahui bahwa kandungan besi (Fe)
di daerah yang banyak terdapat rawa dan merupakan daerah gambut (seperti di
sebagian besar wilayah Kalimantan), jenis kandungan Fe pada umumnya
merupakan “Fe organik” dan cenderung memiliki kandungan warna yang tinggi.

Keberadaan kandungan Fe dalam air pada batas tertentu tidak menimbulkan


resiko yang berbahaya, bahkan dalam jumlah kecil (± 0,1 mg/l) diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah. Namun apabila kandungan besi melebihi batas
atau >1,0 mg/l, dapat menyebabkan red water pada sistem distribusi, warna air
kemerah-merahan dan memberi rasa yang tidak enak, dapat membentuk
endapan pada pipa logam sehingga mempengaruhi tingkat kekeruhan air. Selain
itu, air dengan kandungan Fe tinggi akan meninggalkan noda warna merah pada
benda-benda yang terkena atau terendam air tersebut.

Kandungan besi (Fe) air baku sumur eksisting diketahui cukup rendah dengan
kandungan antara 0,17 – 0,24 mg/l, tetapi nilai ini mendekati batas standar
maksimum diperbolehkan sebesar 0,30 mg/l. Dua kualitas air baku lainnya yang
akan digunakan belum diketahui.

Hasil analisis laboratorium terhadap air baku yang berasal dari sumur bor eksisting
Prapatan dapat dilihat pada Lampiran 1.

III - 11
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

3.3.2 Instalasi Pengolahan Air

Seperti telah disebutkan dimuka bahwa beberapa parameter kualitas air baku dari
sumur bor eksisting Prapatan kurang memenuhi syarat untuk air minum. Parameter
tersebut antara lain: derajat keasaman pH rendah (berkisar 5,14 – 5,18), kekeruhan
yang rendah (berkisar 0,56 – 2,0 NTU), CO2 bebas tinggi (berkisar 75,24 mg/l),
kandungan besi organik mendekati batas standar maksimum diperbolehkan berkisar
0,17 – 0,24 mg/l dan kandungan zat organik sebagai KmnO4 sebesar 7,90 mg/l.
Sedangkan dua air baku lainnya yang akan dipergunakan belum dapat diketahui
kualitasnya.

Untuk mengolah kualitas air tersebut dengan mengantisipasi kualitas air baku dari
sumur-sumur yang akan dibuat serta kemungkinan adanya perubahan kualitas air
baku diwaktu mendatang, direncanakan menggunakan proses pengolahan lengkap
yang terdiri dari proses aerasi, koagulasi, flokulasi, flotasi dan filtrasi (saringan pasir
cepat).

Pada air baku dengan kekeruhan sangat rendah (< 25 NTU), pemisahan flok yang
terbentuk (dari partikel suspensi maupun koloidal yang saling berikatan) melalui
proses sedimentasi biasa dianggap tidak efektif karena akan memerlukan dosis
koagulan yang tinggi dan memerlukan ruang pengendapan yang lebih luas dibanding
proses pemisahan flok dengan flotasi, oleh karena itu proses flotasi dipilih dalam
perencanaan ini.

Proses flotasi atau pemisahan flok dengan cara mengapungkan flok yang terbentuk
merupakan salah satu proses yang dianggap lebih tepat untuk melakukan pemisahan
flok dari air pada air baku dengan kekeruhan yang sangat rendah.

Unit-unit proses yang direncanakan untuk sistim pengolahan di Instalasi Pengolah Air
(IPA) Prapatan terdiri dari :

1. Proses Aerasi
Proses aerasi ini dimaksudkan melakukan kontak antara air baku dengan udara
bebas sebanyak mungkin dan bertujuan untuk :
x Mereduksi kandungan karbon dioksida (CO2) dalam air dan menurunkan sifat
korosivitas air;
x Mengoksidasi besi (Fe) dan mangan (Mn) sehingga kandungan besi (Fe) dan
mangan (Mn) tereduksi;
x Menambah kandungan oksigen terlarut dalam air sehingga menambah rasa air
lebih segar dan membuat kondisi aerobik pada sistim distribusi.

Mengingat luas lahan yang tersedia, proses aerasi direncanakan dengan sistim
aerasi mekanis menggunakan coolling tower yaitu dengan sistim aliran udara
secara berlawanan dengan arah air. Udara dialirkan dari bawah keatas dengan
bantuan kipas motor elektrik sedangkan air mengalir dari atas kebawah melalui

III - 12
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

springkler dan kisi kisi pemecah butir-butir air. Sistim ini sering pula digunakan
untuk menurunkan temperatur air.

Aerasi dengan sistim ini dianggap efektif diterapkan karena mempunyai peralatan
yang kompak dengan diameter ± 2,75 meter dan efisiensi ± 70 %.

Sebelum dipompakan ke unit proses selanjutnya (proses koagulasi – flokulasi) air


hasil aerasi cooling tower ditampung dalam tangki reaksi. Penampungan air
dalam tangki reaksi dimaksudkan untuk penyempurnaan reaksi oksidasi yang
telah terjadi, sebagai tangki pengendap pertikel padat dan sebagai tangki
penampung sehingga penyesuaian kapasitas pompa transfer dapat dilakukan
lebih tepat.

Untuk menjaga kontinuitas pengoperasian cooling tower disediakan 2 (dua) unit


dengan kapasitas masing-masing 1560 – 1650 liter/menit dengan kemampuan
mengalirkan udara sebesar 700 m3/menit. Mengingat lahan yang sempit, tangki
reaksi juga terdiri dari 2 (dua) unit dengan kemampuan menampung air selama 5
menit atau dengan kapasitas tampung masing-masing tangki reaksi sebesar
8.250 liter (8,25 m3).

Pengaliran air dari tangki reaksi ke tangki flokulasi-flotasi digunakan pompa


transfer kapasitas 50 liter/detik head 20 – 25 meter berjumlah 2 (dua) unit dengan
pengoperasian satu unit operasi satu unit standby.

2. Proses Koagulasi dan Flokulasi


Kandungan material, partikel padat (suspended solid) dalam air yang berukuran
halus dan koloidal direncanakan dihilangkan atau dipisahkan dari air dengan
bantuan bahan kimia pengental yang disebut koagulan. Koagulan dibubuhkan
kedalam air dengan dosis tertentu tergantung dari kualitas air baku.

Proses koagulasi adalah proses pembubuhan dan pengadukan atau


pencampuran koagulan kedalam air, proses pengadukan cepat (flash mixed) dan
pengadukan lambat (slow mixed) dilakukan agar kelarutan koagulan dalam air
sempurna, sehingga pengikatan partikel padat terjadi dengan sempurna pula.

Proses flokulasi adalah proses dimana partikel suspensi maupun koloidal akan
saling berikatan membentuk gumpalan (flok) yang lebih besar. Partikel-partikel
suspensi maupun koloidal yang telah membentuk gumpalan (flok) hasil koagulasi
serta proses flokulasi dapat dipisahkan dari air melalui proses flotasi.

Bahan koagulan yang dapat dipergunakan antara lain:


- Aluminium sulfat, Al2(SO4)3.18H2O
- Natrium aluminat, Na2Al2O4
- Koagulan besi seperti ferry, FeCl3 atau Fe2(SO4)3
- Poly alumunium chloride (PAC), dll.

III - 13
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Dosis pembubuhan koagulan umumnya berkisar antara 10 mg/l sampai dengan


40 mg/l, tergantung dari sifat air baku.

Pengaturan derajat keasaman (pH) air yang diperlukan dalam proses koagulasi
flokulasi digunakan soda ash dengan dosis pembubuhan berkisar antara 10 mg/l
sampai dengan 30 mg/l, tergantung dari sifat air baku.

3. Proses Flotasi
Proses flotasi adalah proses pemisahan flok-flok partikel yang terkandung dalam
air yang telah terbentuk dalam proses flokulasi. Prinsip proses pemisahan partikel
padat yang terkandung dalam air adalah dengan membentuk flok-flok kecil dan
kuat dari partikel padat suspensi maupun koloidal penyebab kekeruhan air,
kemudian pada flok-flok tersebut dilakukan pengikatan flok dengan gelembung
udara sehingga membentuk flok dengan berat jenis lebih rendah dari air.

Padatan tersuspensi dan pengotor air lainnya yang telah membentuk aglomerat
dengan gelembung udara akan cenderung berada di bagian permukaan air dalam
ruang flotasi sedangkan air bersih akan berada di bagian bawah ruang flotasi.

Flok dengan kandungan gelembung udara yang terbentuk akan mengapung ke


permukaan air dan terakumulasi membentuk lapisan lumpur di permukaan air,
untuk kemudian lapisan lumpur ini dipisahkan secara mekanis menggunakan
skimmer dan dibuang kedalam bak penampung lumpur.

Pengapungan flok akan efektif apabila flok-flok yang terbentuk adalah flok-flok
kecil, stabil dan ringan sehingga setelah saling berikatan dengan gelembung
udara akan mudah terangkat dan mengapung di permukaan air. Proses ini
biasanya berlangsung di ruang flotasi selama 5 – 10 menit.

Proses ini memerlukan unit pelarut udara kedalam air sehingga air yang
dihasilkan dalam kondisi jenuh udara. Unit ini berupa unit pompa saturasi, yang
harus dapat menghasilkan air jenuh udara dengan gelembung udara yang sangat
kecil berukuran 10 – 100 µm.

Unit proses flokulasi dan flotasi merupakan dua proses yang direncana terjadi
dalam satu unit tangki flokulasi – flotasi, dengan membuat sekat-sekat ruang di
dalam tangki memungkinkan masing-masing proses berlangsung sesuai dengan
rencana. Tangki flokulasi – flotasi direncana terdiri dari 3 (tiga) unit atau modul
dengan kapasitas olahan rata-rata sebesar 3 x 16,7 liter/detik

4. Proses Filtrasi
Filtrasi berfungsi untuk menyaring sisa-sisa partikel terapung dan bahan-bahan
flokulen yang tidak terpisahkan secara sempurna pada proses sebelumnya dan
terkandung dalam effluen proses flotasi.

III - 14
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Filtrasi direncanakan menggunakan saringan pasir cepat dengan media saringan


pasir yang mampu menurunkan tingkat kekeruhan air hasil proses klarifikasi
sebelumnya yang pada umumnya mempunyai kekeruhan < 10 NTU menjadi 0,1 –
1,0 NTU.

Saringan pasir cepat direncana menggunakan filter bertekanan (pressure filter)


dengan media filter yang terdiri dari lapisan pasir kuarsa dan lapisan kerikil,
proses filtrasi berlangsung pada saat air dipompakan ke media filter sehingga
partikel padat tersuspensi akan tersaring atau tertahan pada media filter tersebut.

Pencucian filter dilakukan dengan menggunakan pompa yang sama, tetapi


dengan aliran yang berlawanan arah (aliran balik) ke media filter sehingga media
filter akan mengembang dan melepaskan partikel-partikel yang terperangkap
didalamnya.

Pressure filter berjumlah 3 unit filter dengan kapasitas total 50 liter/detik dengan
laju filtrasi sebesar 5,0 – 12,5 meter/jam dilengkapi dengan pompa filter kapasitas
50 liter/detik head 20 – 25 meter berjumlah 2 (dua) unit dengan pengoperasian
satu unit operasi satu unit standby.

Pada halaman berikut dapat dilihat Skematik Diagram Instalasi Pengolahan Air di
Prapatan yang disajikan pada Gambar 3.2.

Untuk kesempurnaan proses dan menghindari rusaknya flok yang telah terbentuk
karena pengaruh panas matahari dan air hujan, tangki flokulasi-flotasi dilengkapi
dengan atap polycarbonite.

Tiap unit bangunan pengolah berdiri diatas pondasi konstruksi beton bertulang.
Pondasi tiap unit bangunan pengolah diperhitungkan terhadap daya dukung dan sifat
tanah setempat. Berdasarkan perhitungan struktur pondasi disimpulkan perlu adanya
perbaikan daya dukung tanah berupa penambahan tiang pancang kayu ulin ukuran 10
x 10 x 400 cm dibawah struktur pondasi.

Hasil analisis tanah setempat dapat dilihat pada Lampiran 2 dan perhitungan struktur
pondasi dilampirkan pada Lampiran 3.

Rencana tata letak (site plan) bangunan di lokasi Instalasi Pengolahan Air Prapatan
dan gambar potongannya dapat dilihat pada Gambar 3.3 sampai dengan Gambar 3.6.

III - 15
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Gambar 3.2 Skematik Diagram IPA

III - 16
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

5. Pembubuhan Bahan Kimia

Untuk keperluan proses-proses kimiawi seperti proses pengaturan derajat


keasaman pH, proses koagulasi dan flokulasi serta proses desinfeksi diperlukan
bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan terdiri dari :

x Soda ash (Na2CO3) untuk proses pengaturan derajat keasaman pH;

x Aluminium sulfat, Al2(SO4)3.18H2O untuk proses pembentukan flok;

x Kaporit (Ca(OCl)2) untuk proses desinfeksi.

Pembuatan larutan bahan kimia dilakukan dalam tangki-tangki pengaduk bahan


kimia yang dibuat dari bahan FRP dan dilengkapi dengan agitator elektrik,
sedangkan pembubuhan bahan kimia dilakukan dengan menggunakan pompa
doser dengan kapasitas dan head tertentu.

Pembuatan larutan bahan kimia dan pompa dosering ditempatkan dalam satu
ruang pembubuh bahan kimia yang terletak diatas gudang bahan kimia. Setiap
jenis bahan kimia disediakan dua tangki, yaitu tangki untuk pengadukan bahan
kimia yang dilengkapi dengan agitator dan tangki larutan bahan kimia yang siap
untuk pembubuhan. Larutan bahan kimia dipompakan ke titik pembubuhan
melalui pipa PVC diameter 1”.

Kebutuhan bahan kimia yang diperlukan tergantung pada kualitas air baku yang
akan diolah, dari kualitas air baku yang sudah diketahui dan dengan prediksi
kualitas air baku lainnya, diperhitungkan asumsi kebutuhan bahan kimia pada :

o Pembubuhan Soda Ash


- Debit pengolahan : 50 – 55 liter/detik
- Dosis soda ash : 10 mg/liter
- Periode pelarutan : setiap 8 jam
- Kebutuhan soda ash : 15,84 kg tiap 8 jam
- Pembubuhan soda ash : 0,102 liter/menit

o Pembubuhan Aluminium Sulfat


- Debit pengolahan : 50 – 55 liter/detik
- Dosis aluminium sulfat : 15 mg/l
- Periode pelarutan : setiap 8 jam
- Kebutuhan aluminium sulfat : 23,76 kg tiap 8 jam
- Pembubuhan aluminium sulfat : 0,153 liter/menit

o Pembubuhan Kaporit
- Debit pengolahan : 50 – 55 liter/detik
- Dosis kaporit : 3 mg/l
- Periode pelarutan : 8 jam sekali
- Kebutuhan kaporit : 4,75 kg tiap 8 jam
- Pembubuhan kaporit : 0,031 liter/menit

III - 17
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Gambar 3.3 Rencana Siteplan IPA Dengan Reservoir FRP

III - 18
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Gambar 3.4 Potongan ABC IPA Dengan Rerservoir FRP

III - 19
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Gambar 3.5 Potongan DEF IPA Dengan Rerservoir FRP

III - 20
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Gambar 3.6 Rencana Siteplan IPA Dengan Reservoir Tangki Silinder

III - 21
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

3.3.3 Reservoir Distribusi

Seperti telah disebutkan dimuka bahwa oleh karena keterbatasan lahan volume
reservoir distribusi diperhitungkan hanya sebesar 15% terhadap debit harian
maksimum (600 m³), untuk mendekati ideal direkomendasi mefungsikan reservoir
eksisting kapasitas 300 m³ di Prapatan sebagai reservoir buffer. Sehingga kapasitas
total reservoir bertambah menjadi 900 m³ atau sebesar 20 % debit harian maksimum.

Konstruksi reservoir distribusi kapasitas 2 x 300 m³ direncanakan dua alternatif yaitu


reservoir dengan konstruksi panel FRP (fibre reinforced plate) dan reservoir tangki
silinder konstruksi plat baja, keduanya merupakan above ground reservoir yang dibuat
diatas pondasi konstruksi beton bertulang.

Dengan kapasitas yang sama, biaya pengadaan atau pembuatan reservoir panel FRP
jauh lebih murah dibandingkan dengan reservoir silinder konstruksi plat baja,
sebanding dengan daya tahan atau umur desainnya. Keuntungan menggunakan
reservoir panel FRP adalah konstruksi yang lebih ringan, biaya pembuatan yang lebih
kecil dan waktu pembuatan yang lebih cepat.

Reservoir panel FRP merupakan reservoir paket pabrikan berukuran 10 x 10 x 3,5


meter terbuat dari panel-panel FRP yang dirakit menjadi satu kesatuan berbentuk
tangki dengan menggunakan baut dan mur, sama dengan model reservoir eksisting di
Prapatan. Gambar denah dan potongan reservoir panel FRP dalam format gambar A3
dapat dilihat pada Gambar 3.7.

Reservoir tangki silinder berukuran diameter 10,00 meter tinggi 4,80 meter direncana
menggunakan plat baja grade B tebal 10 mm untuk plat dasar/lantai, plat dinding
maupun plat atap reservoir. Seluruh sambungan antar plat dibuat dilapangan dengan
sambungan las listrik.

Pondasi reservoir direncana menggunakan konstruksi beton bertulang yang diperkuat


dengan balok-balok pengaku dan tiang pancang mini pile segi tiga ukuran 28 cm.
Sebagai perata dasar tangki, antara pondasi beton dengan plat dasar tangki dilapis
bitumen dengan ketebalan 5 cm.

Gambar denah dan potongan reservoir tangki silinder dalam format gambar A3 dapat
dilihat pada Gambar 3.8 dan perhitungan struktur reservoir tangki silinder dan
pondasinya dilampirkan pada Lampiran 3.

III - 22
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Gambar 3.7 Gambar Denah Dan Potongan Reservoir Panel FRP

III - 23
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Gambar 3.8 Gambar Denah Dan Potongan Reservoir Tangki Silinder

III - 24
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

3.3.4 Rencana Sistim Transmisi Dan Distribusi

1. Transmisi Air Baku


Seperti yang telah disebutkan dimuka, pipa transmisi air baku hanya diperlukan
pada sumur bor eksisting (SB.01 Prapatan) menuju kelokasi instalasi
pengolahan, sedangkan sumur bor baru relatif tidak memerlukan pipa transmisi
karena terletak dalam satu lokasi dengan instalasi pengolahan.
Pipa transmisi dari sumur bor eksisting direncanakan menggunakan jenis pipa
PVC klas S.12,5 dengan jenis sambungan rubber ring sepanjang ± 830 meter,
terdiri dari diameter 160 mm sepanjang ± 105 meter (pipa eksisting) dan
diameter 200 mm sepanjang ± 725 meter pemasangan pipa transmisi baru.
Pipa transmisi dipasang berdampingan dengan pipa distribusi eksisting dan pipa
distribusi baru disepanjang sisi jalan Prapatan Dalam menuju ke pipa inlet
cooling tower instalasi pengolahan.
Pompa transmisi yang digunakan untuk mengalirkan air menggunakan pompa
submersible yang terpasang di masing-masing sumur bor. Dari data pompa
sumur bor eksisting (SB.01 Prapatan), diketahui bahwa pompa terpasang
mempunyai kapasitas ± 25 liter/detik, head 83 meter dengan posisi pompa
(pump setting) dikedalaman – 46 meter, pompa submersible terpasang
diperhitungkan cukup untuk memompakan air menuju ke instalasi pengolah air
yang mempunyai beda tinggi sebesar + 25 meter.
Untuk mengalirkan air dari sumur bor baru menuju pipa inlet cooling tower
digunakan pipa galvanized iron (GIP) diameter 150 mm sepanjang ± 20 meter.
Untuk memudahkan pengaturan pangaliran air dan untuk mendapatkan satu
kualitas air baku, sebelum masuk cooling tower air dari kedua sumur bor
digabung dalam pipa header diameter 300 mm.
Hasil perhitungan hidrolis jaringan pipa transmisi dari sumur bor eksisting (SB.01
Prapatan) ke pipa header (inlet) cooling tower instalasi pengolahan air dapat
dilihat pada Lampiran 4 sedangkan gambar hasil perhitungan hidrolis jaringan
pipa transmisi diperlihatkan pada Gambar 3.9.

2. Distribusi Air Bersih

Mengingat sistim jaringan distribusi yang sudah ada (eksisting) dalam kondisi
masih baik, pada perencanaan ini, sistim jaringan distribusi menggunakan
jaringan distribusi yang sudah ada dan dengan daerah pelayanan yang sama
dengan daerah pelayanan eksisting.

Perhitungan hidrolis jaringan pipa distribusi dilakukan dengan menggunakan


Epanet 2, data diameter dan panjang pipa menggunakan data jaringan pipa
eksisting.

III - 25
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Demand per node dihitung berdasarkan data sambungan langganan eksisting


dengan perhitungan catu air tiap sambungan langganan sebesar 155 liter/rumah
dengan hunian 5 orang/rumah, atau sebesar 0,0128 liter/detik per sambungan
langganan. Perhitungan hidrolis jaringan pipa distribusi kedaerah pelayanan
dapat dilihat pada Lampiran 4.

Dari hasil perhitungan hidrolis jaringan pipa distribusi diketahui bahwa untuk
mencapai tekanan 10 meter kolom air di titik terjauh ataupun titik tertinggi dalam
daerah pelayanan diperlukan tekanan pompa (head pompa) sebesar 30 meter.
Oleh karenanya sistim distribusi air direncanakan menggunakan sistim pompa
dimana air dari reservoir distribusi dipompakan ke daerah pelayanan.

Sistim distribusi air direncanakan menggunakan 3 (tiga) unit pompa distribusi


jenis centrifugal pump atau multistage centrifugal pump yang terdiri dari 2 (dua)
unit kapasitas 20 – 25 liter/det head 30 – 40 meter, dan 1 (satu) unit kapasitas
10 – 12,5 liter/det head 30 – 40 meter, dipasang secara paralel. Untuk
menghitung volume air yang di distribusi, setelah pompa distribusi dipasang
water meter induk diameter 150 mm kapasitas 250 m3/jam.

Dengan adanya peningkatan kapasitas distribusi dari kapasitas distribusi dari ±


13 liter/detik (eksisting) menjadi 50 liter/detik, diperlukan penyesuaian diameter
pipa pada pipa distribusi induk (dari node/junction 12 – node 27) sepanjang ±
346 meter, dan penambahan jalur pipa diameter 63 mm di node 3.

Penyesuaian diameter pipa distribusi induk dilakukan dengan pemasangan pipa


baru jenis PVC S 12,5 RR diameter 150 mm dari node/junction 27 – node 14
sepanjang ± 155 meter dan pipa diameter 100 mm dari node/junction 14 – node
12 sepanjang ± 191 meter, dipasang secara paralel dan disambung dengan pipa
eksisting.

Pada titik-titik tertentu ditempatkan valve-valve pengatur aliran untuk keperluan


pengaturan aliran air maupun untuk menghentikan atau pengalihan arah aliran
air dalam jaringan pipa distribusi.

Pada halaman berikut Denah Dan Potongan Ruang Operator Dan Ruang
Pompa Distribusi diperlihatkan pada Gambar 3.10 dan gambar Hasil
Perhitungan Hidrolis Jaringan Distribusi diperlihatkan pada Gambar 3.11.
Sedangkan Gambar 3.12 menyajikan gambar Diagram Skematik Distribusi

III - 26
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Gambar 3.9 Hidrolis Jaringan Pipa Transmisi

III - 27
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Gambar 3.10 Denah Dan Potongan Ruang Operator Dan Pompa

III - 28
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Gambar 3.11 Hidrolis Jaringan Pipa Distribusi

III - 29
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Gambar 3.12 Skematik Diagram Jaringan Distribusi

III - 30
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

3.3.5 Sarana Penunjang

Batas-batas lahan instalasi yang berupa tebing tanah dengan ketinggian maupun
kedalaman 1,00 meter sampai dengan 2,80 meter memerlukan proteksi terhadap
kemungkinan longsor berupa dinding penahan tanah.

Dinding penahan tanah dengan konstruksi beton direncana dibuat di sisi utara, timur
dan selatan lahan yang berupa tebing, dinding direncana dengan konstruksi beton
adalah untuk menyiasati lahan yang sempit. Dengan menggunakan struktur beton,
konstruksi dinding penahan tanah akan lebih ramping dibandingkan apabila
menggunakan konstruksi pasangan batu.

Sebagai penunjang pengoperasian instalasi pengolahan air, pembubuhan bahan kimia


dan pendistribusian air, direncana bangunan penunjang berupa bangunan berlantai
dua ukuran 4,00 x 14,70 meter, dimana lantai bawah digunakan untuk ruang pompa
dan ruang gudang bahan kimia sedangkan lantai atas difungsikan untuk ruang
operator, laboratorium dan ruang pompa pembubuh bahan kimia.

Luas masing-masing ruang adalah :


o Ruang Operator dilengkapi air conditioning (AC), luas 12 m2
o Ruang Laboratorium dilengkapi air conditioning (AC), luas 12 m2
o Ruang Pompa Pembubuh Bahan Kimia, luas 25 m2
o Gudang Bahan Kimia dan Kamar Mandi WC, luas 25 m2
o Ruang Pompa Distribusi, luas 25 m2

Sedangkan sarana penunjang lain berupa :


o Generator Set
o Jalan Masuk, Pagar Keliling dan Pintu Pagar
o Lampu Penerangan Luar dan Penangkal Petir

Karena lahan yang sempit dan kondisi lahan bertebing, satu sisi dinding bangunan
ruang operator dan ruang pompa lantai bawah (satu sisi ruang pompa distribusi dan
gudang bahan kimia) berfungsi sebagai dinding penahan tanah dengan konstruksi
beton bertulang.
Pada halaman berikut, Gambar 3.13 memperlihatkan Denah Dan Potongan Dinding
Penahan Tanah, jalan masuk dan saluran di lokasi instalasi pengolah air (IPA)
Prapatan

III - 31
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Gambar 3.13 Denah Dan Potongan Dinding Penahan Tanah

III - 32
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

3.3.6 Sumber Daya Listrik

Sumber daya listrik utama direncanakan menggunakan daya listrik PLN dengan
disediakan satu unit generator set tipe silent (soundproof) sebagai cadangan (backup)
sumber daya listrik pada saat listrik PLN padam. Kebutuhan biaya pemasangan
sambungan listrik tipe industri untuk keperluan ini tidak diperhitungkan dalam
prakiraan biaya pekerjaan, karena akan diajukan tersendiri ke PLN Kota Balikpapan
oleh PDAM.

Kebutuhan daya listrik meliputi kebutuhan listrik untuk operasi motor elektrik dan
pompa pada instalasi pengolahan air, pompa distribusi, kebutuhan penerangan dan
AC dalam ruangan serta kebutuhan penerangan luar di area instalasi.

Berdasarkan perhitungan kebutuhan daya listrik yang diperlukan di Instalasi


Pengolahan Air (IPA) dan bangunan penunjangnya, termasuk asumsi kebutuhan daya
untuk pompa sumur bor yang berada di lokasi tersebut pada Tabel 3.4 adalah sebesar
156,3 kVA.

Kapasitas daya generator set yang diperlukan untuk pengoperasian sistim instalasi
pengolahan air (IPA) dan pompa sumur bor direncanakan sebesar 250 kVA.

Tabel 3.4 Kebutuhan Daya Listrik


Daya
No Jenis Peralatan Jumlah Tipe Operasi Keterangan
(unit) (Kw)

1 Pompa Sumur Bor – SB.2 1 Submersible 26,0 Operasi menerus


2 Motor Cooling Tower 2 Motor Elektrik 4,4 Operasi menerus
3 Pompa Transfer 1 Centrifugal 18,5 Operasi menerus
4 Motor Skimmer 3 Motor Elektrik 1,1 Operasi berkala
5 Pompa Saturasi 3 Multiphase 16,5 Operasi menerus
6 Pompa Filter 1 Centrifugal 18,5 Operasi menerus
7 Motor Mixer 1 1 Motor Elektrik 2,2 Operasi berkala
8 Motor Mixer 2 2 Motor Elektrik 2,2 Operasi berkala
9 Pompa Doser 3 Diaphragm 0,6 3 operasi,
3 stanby
10 Pompa Distribusi 1 1 Centrifugal 11,0 Operasi menerus
11 Pompa Distribusi 2 1 Centrifugal 11,0 Operasi menerus
12 Pompa Distribusi 3 1 Centrifugal 7,5 Operasi berkala
13 Penerangan Ruang, AC 1 2,2 Operasi berkala
14 Penerangan Luar Ruang 1 2,2 Operasi berkala
15 Lain - lain 1 1,1 Operasi berkala

Kebutuhan Daya Listrik (kW) 125,0


Kebutuhan Daya Listrik (kVA) 156,3

III - 33
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

3.3.7 Cakupan Pelayanan

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian Hubungan Langganan, sistim distribusi
Prapatan saat ini melayani daerah pelayanan Prapatan Dalam dengan jumlah ± 787
sambungan langganan yang dilayani melalui reservoir eksisting.

Sedangkan daerah pelayanan Prapatan lain yang mencakup Jalan Prapatan dan Jalan
Serobong terdapat ± 933 sambungan langganan yang dilayani dari pipa distribusi IPA
Kampung Damai tanpa melalui reservoir, sehingga total sambungan langganan di
daerah Prapatan sebanyak ± 1.720 sambungan langganan.

Dari Tabel 3.5 diketahui bahwa dengan kapasitas produksi instalasi pengolahan air
(IPA) sebesar 50 liter/detik akan mampu melayani ± 3.300 sambungan langganan,
dengan demikian untuk melayani seluruh sambungan langganan eksisting sebanyak
1.720 sambungan langganan, masih mempunyai kapasitas lebih yang memungkinkan
untuk mengembangkan sambungan langganan sebanyak 1.580 sambungan
langganan.

Tabel 3.5 Cakupan Pelayanan Dan Kebutuhan Air SPAB Prapatan

NO. URAIAN SATUAN KAPASITAS PRODUKSI


50 ltr/det
1. FASILITAS PELAYANAN
Sambungan Rumah unit 3.300
- SR eksisting dilayani unit 1.720
- SR pengembangan unit 1.580
Non Domestik unit
2. CATU AIR
Sambungan Rumah l/orang/hari 155
Jumlah orang / SR orang/SR 5
Kebutuhan Non Domestik % Domestik 10
3. FAKTOR KAPASITAS SISTEM
Kehilangan Air % 30
Maksimum Harian % 110
Jam Puncak % 150
Kapasitas Reservoir % 20
4. SAMBUNGAN PELAYANAN
Sambungan Rumah l/dt 29,6
Non Domestik l/dt 3,0
5. TOTAL SAMBUNGAN PELAYANAN
- Kebutuhan Air (24 jam) l/dt 32,6
6. KEBUTUHAN AIR
Sub Total Kebutuhan Air l/dt 32,6
Kehilangan Air l/dt 14,0
Harian Rata-Rata l/dt 46,5
Maksimum Harian (Kap. Produksi) l/dt 51,2
Jam Puncak l/dt 69,8
7. DISTRIBUSI
Kapasitas Reservoir Diperlukan m3 884
Kapasitas Reservoir Eksisting m3 300
Kapasitas Reservoir (rencana) m3 584

III - 34
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

3.4 Prakiraan Biaya

Prakiraan biaya (Engineering Estimate) seluruh komponen pekerjaan yang akan


dilaksanakan dihitung untuk digunakan oleh PDAM dalam menyusun Harga Perkiraan
Sendiri (HPS) atau Owner Estimate sebagai salah satu acuan untuk menghitung biaya
pelaksanaan pekerjaan.

Prakiraan biaya pekerjaan (engineering estimate) yang tersebut dibawah ini terdiri dua
alternatif jenis reservoir dimana :

x Alternatif 1, menggunakan 2 (dua) unit reservoir panel FRP kap. 300 m3;
x Alternatif 2, menggunakan 2 (dua) unit reservoir tangki silinder kap.300 m3.

Perhitungan prakiraan biaya pekerjaan (engineering estimate) yang diperlukan untuk


seluruh rencana pekerjaan pembuatan Instalasi Pengolah Air (IPA) Prapatan dan
sarana penunjangnya dalam perencanaan ini dihitung berdasarkan volume pekerjaan
dikalikan Harga Satuan Dasar (HSD) seperti upah tenaga kerja, bahan/material dan
peralatan yang dibutuhkan setiap jenis satuan pekerjaan.

Harga satuan upah dan bahan yang dipergunakan diambil dari berbagai sumber,
antara lain Keputusan Walikota Balikpapan tentang Penetapan Standarisasi Harga
Barang dan Jasa tahun 2007, Standarisasi Harga PDAM Balikpapan tahun 2005,
Jurnal Harga Bahan Bangunan Konstruksi Dan Interior Edisi XXVI tahun 2007, harga
pasar maupun data harga supplier.

Karena pengajuan sumber daya listrik ke PLN setempat akan diajukan tersendiri oleh
PDAM, dalam perhitungan prakiraan biaya pekerjaan ini tidak termasuk biaya
pemasangan daya listrik PLN.

Sesuai perhitungan Engineering Estimate, rekapitulasi kebutuhan biaya pekerjaan


pembuatan Instalasi Pengolah Air (IPA) Prapatan dan sarana penunjangnya adalah :

A. Alternatif 1, menggunakan 2 (dua) unit reservoir panel FRP kap. 300 m3 :

1. Pekerjaan Persiapan Rp. 15.380.248,-


2. Pengadaan Dan Pemasangan Paket IPA Kap 50 L/Det Rp. 3.067.024.298,-
3. Pembuatan Ruang Operator Dan Ruang Pompa Rp. 549.294.918,-
4. Pembuatan Pondasi Genset Rp. 18.842.641,-
5. Pengadaan Dan Pemasangan Reservoir Panel FRP Rp. 1.857.100.491,-
Kap 2 x 300 M3
6. Pengadaan Dan Pemasangan Mekanikal Dan Rp. 775.974.411,-
Elektrikal
7. Pembuatan Dinding Penahan Tanah, Pemagaran Rp. 474.612.321,-
Dan Jalan Masuk
8. Pengadaan Dan Pemasangan Pipa PVC Dan Asesoris Rp. 503.139.663,-
9. Pekerjaan Lain – Lain Rp. 11.750.000,-
JUMLAH Rp. 7.273.118.993,-

III - 35
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan
Laporan Akhir DED IPA Prapatan

Total estimasi biaya pekerjaan Instalasi Pengolah Air (IPA) Prapatan dan sarana
penunjangnya sebesar Rp. 7.273.118.993,- (sebelum ditambahkan PPN) atau
sebesar Rp. 8.000.430.000,- setelah ditambahkan PPN 10%.

B. Alternatif 2, menggunakan 2 (dua) unit reservoir tangki silinder kap. 300 m3 :


1. Pekerjaan Persiapan Rp. 15.380.248,-
2. Pengadaan Dan Pemasangan Paket IPA Kap 50 L/Det Rp. 3.067.024.298,-
3. Pembuatan Ruang Operator Dan Ruang Pompa Rp. 549.294.918,-
4. Pembuatan Pondasi Genset Rp. 18.842.641,-
5. Pengadaan Dan Pemasangan Reservoir Tangki Rp. 2.647.613.552,-
Silinder Kap 2 x 300 M3
6. Pengadaan Dan Pemasangan Mekanikal Dan Rp. 775.974.411,-
Elektrikal
7. Pembuatan Dinding Penahan Tanah, Pemagaran Rp. 474.612.321,-
Dan Jalan Masuk
8. Pengadaan Dan Pemasangan Pipa Dan Asesoris Rp. 503.139.663,-
9. Pekerjaan Lain – Lain Rp. 11.750.000,-
JUMLAH Rp. 8.063.632.054,-

Total estimasi biaya pekerjaan Instalasi Pengolah Air (IPA) Prapatan dan sarana
penunjangnya sebesar Rp. 8.063.632.054,- (sebelum ditambahkan PPN) atau
sebesar Rp. 8.869.995.000,- setelah ditambahkan PPN 10%.

Rekapitulasi dan Engineering Estimate seluruh rencana pekerjaan pembuatan


Instalasi Pengolah Air (IPA) Prapatan dan sarana penunjangnya dilampirkan pada
Lampiran 5, sedangkan perhitungan rinci engineering estimate dibuat dan diserahkan
dalam buku Engineering Estimate secara terpisah.

III - 36
Detail Engineering Design (DED) Dan Supervisi
Sumur Bor Dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Prapatan

Anda mungkin juga menyukai