Anda di halaman 1dari 28

Ringkasan Materi

BAB 1. Definisi, Pengertian dan Gambaran Umum Sistem Penyediaan Air Besih

a) Definisi Air Bersih


Air yang memenuhi kualitas air (standar kualitas air bersih) yang telah
ditentukan (Badan Resmi/Pemerintah) sehingga jika digunakan tidak
berbahaya/mengganggu kesehatan terhadap sipemakai (konsumen) dan tidak
merusak peralatan dalam penggunaannya.

b) Definisi Sistem Air Bersih Perkotaan


Sistem penyediaan air bersih yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan
air bersih suatu daerah yang dikategorikan sebagai perkotaan, termasuk
didalamnya bagian daerah yang dikembangkan menjadi suatu kawasan tertentu
dengan pengelolaan sistem penyediaan air bersih dipertanggung jawabkan oleh
pemerintah daerah setempat.

c) Definisi Sistem Air Bersih Kawasan


Sistem penyediaan air bersih yang direncakan untuk memenuhi kebutuhan
air bersih suatu daerah yang merupakan bagian daerah perkotaan yang
dikembangkan menjadi suatu kawasan tertentu, sehingga merupakan bagian dari
sistem air bersih perkotaan dengan unit produksi melalui penyediaan sendiri
ataupun melalui sistem air bersih perkotaan dan pengelolahan sistem air bersih
oleh pemerintah daerah setempat.

d) Pengertian-Pengertian
 Air Baku : adalah air yang memenuhi ketentuan baku mutu air baku untuk
dapat diolah menjadi air minum
 Air Bersih/Minum : adalah air yang memenuhi ketentuan air baku mutu air
minum yang berlaku.
 Intake : adalah bangunan pengendalian/penyadapan air baku dari sumbernya.
Seperti sungai dan danau
 Bronkpatering : adalah bangunan penangkap air baku dari mata air.
 Instalasi Pengolahan Air Bersih (IPA) : adalah suatu kesatuan bangunan-
bangunan yang berfungsi mengilah air baku menjadi air bersih/minum.
 Reservoir Distribusi : adalah bangunan untuk menampung air bersih sebelum
didistribusikan
 Sumur pengumpul Air (Sump Well) : adalah sumur pengumpul/penampung
sementara air baku dari sumber sebelum dipompakan ke instalasi
pengolahan air (IPA).
 Jaringan transmisi air baku : adalah jalur pipa saluran pembawa air baku
titik awal transmisi air baku ke titik akhir transmisi air baku.
 Jaringan transmisi air bersih: adalah jalur pipa pembawa air bersih dari titik
awal transmisi air bersih ke titik akhir transmisi air bersih.
 Debut perencanaan : adalah kapasitas aliran air yang direncanakan dalam
penentuan dimensi pipa.
 Kebutuhan air rata-rata : adalah kebutuhan air bersih rata-rata setiap hari.
 Faktor hari maksimum: adalah angka perbandingan antara kebutuhan air pada
hari maksimum dengan kebutuhan air rata-rata.
 Kebutuhan air hari maksimum : adalah kebutuhan air bersih terbesar yang
terjadi pada suatu hari dalam satu tahun.
 Faktor Jam Puncak : adalah kebutuhan air bersih tertinggi yang terjadi pada
jam-jam sibuk (tertentu) setiap hari.
 Sisa tekanan : adalah tekanan air yang ada/tersisa di suatu lokasi pada jalur
pipa yang merupakan selisih antara HGL ketinggian/elevasi dari lokasi pipa
yang bersangkutan.
 Periode perencanaan : adalah lama waktu tertentu dalam tahun yang
merupakan umur dari kemampuan kapasitas sesuatu yang direncanakan.
 Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih sistem perpipaan untuk
mendistribusikan air bersih dari reservoir distribusi ke konsumen.
 Sistem tertutup (loop) : adalah sistem jaringan pipa induk yang melingkar
dan tertutup sehingga terdapat arah aliran bolak-balik.
 Sistem cabang (Branch) : adalah sistem jaringan pipa induk yang berbentuk
cabang sehingga terdapat satu arah aliran dari pipa induk ke pipa cabang
sekunder, kemudian seterusnya ke pupa cabang tersier.
 Pipa induk distribusi : adalah pipa utama untuk mendistribusikan air bersih
dari reservoir distribusi ke daerah pelayanan melalui titik-titik tapping
sambungan sekunder.

e) Gambaran Umum Sistem Penyediaan Air Bersih


Diagram aliran :

A B C D E

Keterangan :
A = Bangunan penangkap sumber air baku Intake (untuk penyadapan air
permukaan) Bronkaptering (untuk penangkapan mata air) Deep Weel
(untuk sumber air tanah);
B = Jaringan Perpipaan Transmisi;
C = Pengolahan air;
D = Distribusi;
E = Pelayanan ke konsumen.
a. Bangunan Penangkap Sumber Air Baku
1. PAH (Penampung Air Hujan), merupakan bangunan untuk menangkap
air dari angkasa khususnya air hujan.r.
2. Intake, merupakan sebutan untuk bangunan penyadapan air permukaan,
apakah di tepi sungai atau di tepi danau dan sebagainya.
3. Bronkaptering, merupakan bangunan penangkapan air yang berasal dari
sumber mata air.
4. Deep Well, merupakan bangunan untuk dapat dialirkan dengan
menempatkan pompa submersible kedalam air tanah.
b. Perpipaan Transmisi
Perpipaan untuk menghantarkan air dari bangunan penangkap sumber air
baku ke instalasi pengolahan atau ke reservoir distribusi utama. Apabila
perpipaan ini jaraknya cukup panjang, maka sering diperlengkapi dengan
bangunan tambahan misalnya : Wash Out (pengurasan). Kran pembuang
udara (ventil) ataupun jika perbedaan tinggi antara kedua lokasi yang
dihubungkan oleh pipa transmisi cukup besar, maka ditambahkan bangunan
pelepas tekan (BPT). Peletakan bangunan tambahan disesuaikan dengan
lokasi yang tepat.
c. Bangunan Pengolahan
Merupakan bangunan yang digunakan untuk memproses pengolahan air
baku agar sesuai dengan standar air bersih.
Secara lengkap bangunan pengolahan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bak Prasedimentasi
Sebagai penyaring pertama untuk partikel yang menyebabkan
kekeruhan yang tinggi (partikel diskrit/lumpur kasar, dsb).
2. Bak Koagulasi
Untuk pencampuran larutan koagulan dengan air baku. Larutan
koagulan ini, pengalirannya ke air baku adakalanya dengan menggunakan
pompa dosing, tetapi ada juga dengan menempatkan larutan ini pada
sebuah bak bangunan koagulasi dan mengalirkannya secara gravitasi.
3. Bak Flokulasi
Bangunan untuk tempat terjadinya flok atau kepung endapan akibat
bercampurnya larutan koagulan dengan air baku.
4. Bak Sedimentasi
Bangunan untuk terjadinya pengendapan flok yang telah terbentuk
pada proses flokulasi dimana flok-flok tersebut mudah mengendap.
5. Bak filtrasi
Bangunan untuk menyaring sisa-sisa flok yang sulit mengendap pada
bak sedimentasi. Biasanya media menyaring yang digunakan adalah pasir
dan antrasit.
6. Saluran pengumpul air bersih
Bangunan ini untuk mengumpulkan air hasil filtrasi dan mengalirkan
kereservoir air bersih. Pada saluran ini, dapat ditambahkan larutan kapur
untuk menaikkan pH air jika rendah.
7. Reservoir
Bangunan ini untuk menampung air bersih hasil pengolahan sebelum
didistribusikan ke konsumen.
8. Bangunan Bahan Kimia
Terdapat bak pembubuh bahan kimia, yaitu untuk :
Koagulasi : Jika menggunakan pompa dissing maka terletak agak jauh dari
bak koagulasi.
Netralisasi : Digunakan jika pH air rendah dan perlu ditingkatkan dengan
menggunakan doping dosing
Desinfektan : Kadang menggunakan pompa dossing adakalanya juga
ditempatkan diatas reservoir dan dialirkan secara gravitasi.
Untuk pengolahan tidak lengkap, biasanya setelah air baku dialirkan
kebangunan pengolahan, maka bangunan pengolahannya ada yang berupa:
a) Bangunan Aerasi, untuk menurunkan/menghilangkan kadar Fe. & Mn
atau CO2 agresif.
b) Saringan pasir lambat, Untuk menurunkan kekeruhan yang tidak begitu
tinggi (tanpa bahan kimia)
c) Pembubuhan kaporit/zat desinfektan, jika kualitas air baku sudah
memenuhi syarat air bersih, kecuali syarat biologi.
d. Perpipaan distribusi
Untuk mengalirkan air bersih dari instalasi pengolahan ke konsumen dan
merupakan pipa penghantar sampai terjadi penyambungan dengan perpipaan
pelayanan.
e. Pelayanan
Pada sistem pelayanan ini dibagi atas perpipaan pelayanan dan distribusi
ke konsumen. Pipa pelayanan ini mulai dari tapping dari pipa distribusi sampai
dengan water meter konsumen. Selanjutnya, dari water meter ke instalansi
dalam merupakan konstruksi sambungan ke konsumen.
Adapun konsumen pemakai air, dapat dibagi atas:
1. Sambungan langsung/sambungan rumah (SL/SR).
2. Sambungan tidak langsung/Hidran Umum (HU).
3. Tidak masuk dalam jangkauan sistem perpipaan/Terminal Air (TA).
e) Persyaratan Air Bersih
1. Syarat Fisik
Menyangkut masalah keadaan fisik air yang langsung dapat dilihat dan
dirasakan. Air yang baik, harus tidak berbau, tidak berasa, tisak berwarna, dan
sejuk (suhu normal).
2.Syarat Kimia
Menyangkut senyawaan zat-zat kimia yang terkandung didalamnya dan
batas-batas kehadiran zat tersebut berada dalam air.
Air yang baik, harus tidak boleh mengandung zat kimia yang berbahaya bagi
kesehatan dan tidak boleh melampaui kadar atau dosis yang ditentukan dalam
standar kualitas air minum Departemen Kesehatan.
3.Syarat Biologi
Air yang baik tidak boleh mengandung bakteri patogen yang berbahaya
bagi kesehatan.
4.Syarat Radiologi
Tidak mengandung unsur radioaktif seperti uranium, plutonium, dan lain -
lain.
Disamping hal tersebut diatas, yang perlu diperhatikan secara khusus adalah pH
air (Derajat keasaman air). Air bersifat netral jika pH = 7, air bersifat asam jika
pH < 7, dan air bersifat basa jika pH > 7.

f) Sumber Air Baku


Air baku merupakan air yang menjadi bahan dasar air bersih, sebelum diolah.
Jumlah air dibumi tetap, dan keberadaannya di angkasa, dipermukaan tanah
maupun didalam tanah.
Asal sumber air baku :
1. Air Hujan, merupakan salah satu sumber air baku untuk bersih terutama di
daerah yang sulit air permukaan maupun air tanah.
2. Air Permukaan, merupakan sumber air baku yang paling banyak tersedia.
3. Air Tanah, merupakan sumber air baku yang berada dalam tanah dan saaat
ini semakin banyak digunakan, terbagi atas :
a) Air Dangkal
- Kedalamannya, umumnya sampai dengan 40 m.
- Kuantitas terpengaruh musim, pada musim hujan banyak,
kemarau sedikit/tidak ada.
- Kualitas kurang baik, karena dapat terpengaruh lingkungan.
- Pengambilan dengan membuat: Sumur Gali, Sumur Pantek,
Sumur Bor.
- Penggunaannya secara individu atau kelompok terbatas.
b) Air Tanah Dalam
- Kedalamannya bisa mencapai 150 – 200 m.
- Kuantitas, walaupun terbatas tetapi cukup.
- Kualitasnya cukup baik, hanya kadang bersifat asam (pH rendah)
- Pengambilan dengan membuat sumur bor.
- Penggunaannya untuk masyarakat luas ataulingkungan
perumahan dan sebagainya.
- Cukup dengan pengolahan tidak lengkap.
- Pengaliran air tanah dalam, ada yang bersifat arteri positif (air
berdasarkan tekanan), keluar sendiri kepermukaan tanah dan
arteri negatif (harus dibantu pompa untuk mengalirkan air dalam
sumur).
4. Mata Air, Mata air ini sebenarnya merupakan air tanah tetapi karena
mempunyai kekhusuan yaitu mengalir ke permukaan tanah dengan
sendirinya akibat dari gaya gravitasi (daerah tinggi ke daerah rendah)
maupun merambah kepermukaan tanah akibat tekanan.

g) Penentuan Air Baku sebagai Sumber Air Bersih


Didasarkan atas:
- Kebutuhan/kapasitas yang diperlukan.
- Kemudahan pengolahan dan pendistribusiannya karena menyangkut
pembiayaan.

h) Permasalahan Umum
Permasalahan yang umum adalah :
- Terganggunya kuantitas sumber
- Terganggunya kualitas sumber
- Terganggunya bangunan penangkap air baku
- Terjadinya pendakalan pada sumber air permukaan
BAB 2. Kebutuhan Air Bersih

Kegiatan yang memanfaatkan air bersih, selain untuk kebutuhan rumah tangga, antara
lain untuk:
a. Kegiatan Sosial : Rumah Sakit, Sekolah, Rumah Ibadah, dan sebagainya.
b. Kegiatan Ekonomi/Niaga : Pasar, Toko, Restaurant, dan sebagainya.
c. Kegiatan Industri : Pabrik-pabrik, Industri Rumah dan sebagainya
d. Transportasi : Stasiun, Pelabuhan, Terminal, dan sebagainya
e. Pariwisata/Rekreasi : Taman, Kolam Renang, Air Mancur, Kebun Binatang, dan
sebagainya.

A. Standar Kebutuhan
1. Klasifikasi Kota dan Desa
2.1. Klasifikasi Kategori

No Kategori Wilayah Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Rumah (buah)


1 Kota Metropolitan > 1.000.000 > 200.000
2 Kota Besar 500.000 – 1.000.000 100.000 – 200.000
3 Kota Sedang 100.000 – 500.000 20.000 – 100.000
4 Kota Kecil 10.000 – 100.000 2.000 – 20.000
5 Desa 3.000 – 10.000 600 – 2.000

2. Klasifikasi Daerah Pelayanan


2.2.Kebutuhan Air Bersih Kota dan Desa (Domestik)

Kategori Wilayah Pemakaian Air Tingkat pelayanan (%)


(lt/org/hari)
1 Kota Metropolitan 190 100
2 Kota Besar 170 100
3 Kota Sedang 150 100
4 Kota Kecil 130 80
5 Desa 100 80
2.3.Kebutuhan Air Bersih Kota dan Desa (Non Domestik)
No Jenis Kebutuhan Pemakaian air rata- Keterangan
rata per hari
(liter)

1. Kantor 100-200 Per karyawan


2. Rumah Sakit 250-1000 Setiap tempat tidur pasien
Pasien luar: 8 liter Pegawai: 160 liter

3. Gedung bioskop 10 Per pengunjung


4. Sekolah Dasar SLTP 40-50 Per murid, Guru: 100
Liter
5. SLTA dan lebih 80 Per murid, Guru: 100
tinggi Liter
6. Laboratorium 100-200 Per karyawan
7. Toserba 3 Perpengunjung,
karyawan = 100 liter
8. Industri/pabrik Buruh pria: 80 Perorang pershift
Buruh wanita: 100
9. Stasiun dan terminal 3 Setiap penumpang
10. Restoran 30 Penghuni: 160 liter
11. Hotel 250-300 Untuk setiap tamu
12. Perkumpulan sosial 30 Setiap tamu
13. Tempat ibadah 10 Jumlah jemaah setiap
Hari
Sumber: pompa dan kompresor pemilihan, pemakaian dan pemeliharaan Sularso,
Huroa Tahara

B. Metode Perhitungan Proyeksi Jumlah Penduduk


1. Umum
Ada berbagai metode perhitungan proyeksi pertambahan jumlah penduduk,
namun yang umumnya digunakan adalah metode arithmatik, metode
geometrik, dan metode least square. Untuk menentukan metode mana yang
lebih tepat digunakan, biasanya dilihat dari data pertambahan penduduk yang
terjadi (data existing).

2. Metoda Aritmatik
Pn = Po + Ka (Tn – To); Ka = (P -P )/(T -T )
2 1 2 1

Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
Tn = tahun ke-n
To = tahun dasar;
Ka = konstanta arithmatik
P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun pertama
P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = tahun pertama yang diketahui;
T2 = tahun terakhir yang diketahui
3. Metode Geometrik
Pn = Po (1 + r)n
Dimana:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
r = laju pertumbuhan penduduk
n = jumlah interval waktu
4. Metode Least Square
Y = a + bX
Dimana:
Y = nilai variable berdasarkan garis regresi X = variable independent
a = konstanta
b = koefisien arah regresi linear
a = SY.SX2 - SX.SXY
n.SX2 - (SX)2

b= n.SX.Y - SX.SY
n.SX 2 - (SX)2

C. Survey dan Pengolahan Data


1. Survey, untuk dapat memilih sumber air baku yang memenuhi syarat, perlu
dipertimbangkan beberapa aspek, antara lain:
1) Lokasi atau daerah penangkapan
 Kondisi tanah atau topografi tanah (datar, terjal, dan sebagainya).
 Muka air minimal/maksimal dibandingkan dengan permukaan tanah
daerah penangkapan.
 Letaknya (pada tikungan, daerah lurus, dan sebagainya).
 Jarak dengan daerah pelayanan dan instalasi.
 Jarak dengan daerah industri, apakah pada hilir atau hulu sungai dan
sebagainya.
 Sifat/kondisi dari sungai, danau, mata air dan sebagainya.
2) Kuantitas/Kapasitas Sumber
 Apakah banyak/sedikit
 Apakah kontinue setiap waktu
3) Kualitas Sumber
 Apakah baik/kurang/tidak
 Apakah sudah terpengaruh pencemaran industri, pabrik,
persawahan.
4) Kemudahan transportasi ke lokasi sumber air baku (untuk mobilisasi).
5) Kemasyarakatan
 Kondisi masyarakat, bagaimana partisipasi serta tanggung jawab.
 Faktor keamanan, terutama jika menempatkan barang-barang berupa
pompa, genset, dan sebagainya di lokasi.
2. Pengolahan Data
1. Pemilihan Data, untuk mendapatkan data yang valid dan sesuai
kebutuhan.
2. Penyusunan data, disesuaikan dengan peruntukannya atau
kepentingannya.
3. Analisis data, diolah untuk mendapatkan alternatif yang paling
menguntungkan.
4. Pemanfaatan data, digunakan untuk perencanaan atau perancangan.

D. Perhitungan Kebutuhan Air


1. Kebutuhan Domestik
 Merupakan kebutuhan akan air bersih dari tiap-tiap rumah tangga,
yang meliputi kebutuhan untuk masak, minum, mandi, cuci, kakus, dan
sebagainya yang digunakan dalam rumah tangga.
 Kebutuhan akan air bersih tiap orang (liter/orang/hari) tergantung dari
daerah pelayanan berdasarkan kategori wilayah, apakah di kota
metropolitan, kota besar, dan sebagainya.
 Perhitungan kebutuhan air domestik, dipengaruhi pula oleh tingkat
pertambahan penduduk, apakah secara aritmatik atau geometric atau
lainnya yang tentu saja akan mempengaruhi terhadap proyeksi
pertambahan penduduk yang berkaitan dengan perancangan system
penyediaan air bersih daerah tersebut.
2. Kebutuhan Non Domestik
 Merupakan kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat di luar
kebutuhan untuk rumah tangga, yang meliputi kebutuhan untuk sosial,
ibadah, industri, rekreasi, pelabuhan, niaga, dan lain-lain.
 Kebutuhan akan air bersih tiap orang (liter/orang/hari) bergantung dari
macam kegiatan yang dilakukan, misal kebutuhan untuk di rumah sakit
akan berbeda dengan di sekolah, atau di rumah ibadah. Begitu juga di
tempat rekreasi dengan di industri atau pertokoan, dan sebagainya.
 Perhitungan kebutuhan air non domestik, dapat diperkirakan secara
prosentase dari kebutuhan domestik (misal 25 % atau 30 %), tetapi
untuk memperoleh hasil yang lebih tepat, lebih baik diperhitungkan
secara detail berdasarkan data hasil survey dan pengolahan data yang
dilakukan. Sebagai pedoman untuk menghitung kebutuhan tersebut,
dapat digunakan data-data dari hasil penelitian para ahli, yang telah
menetapkan kebutuhan tiap orang (liter/hari) pada tiap-tiap kegiatan,
apakah untuk sosial, industri, niaga, dan lain-lain.
3. Kebutuhan Instalasi
 Merupakan kebutuhan akan air bersih yang digunakan bagi
kepentingan instalasi, seperti untuk kebersihan, backwash,
pencampuran dengan bahan kimia, pencucian unit pengolahan, dan
sebagainya.
 Perhitungan kebutuhan akan air bersih untuk instalasi dapat
diperkirakan dengan prosentase dari kebutuhan produksi (air yang
diolah di instalasi). Biasanya perhitungan untuk kebutuhan instalasi
sudah dimasukkan ke dalam bagian dari kehilangan air.
4. Kehilangan Air
 Merupakan air bersih hasil pengolahan/produksi yang tidak dapat
digunakan bagi kepentingan konsumen/masyarakat karena terbuang
baik secara teknis maupun administrasi yang disebabkan oleh
pemanfaatannya untuk kebakaran, adanya kebocoran pada jaringan
perpipaan distribusi, adanya pencurian air melalui pipa pelayanan,
adanya salah pencatatan, dan sebagainya.
 Perhitungan akan kehilangan air biasanya berdasarkan prosentase dari
total kebutuhan air (domestik dan non domestik), dan diperhitungkan
dalam disain/perancangan system penyediaan air bersih, sebesar
maksimal 20 % dari total kebutuhan/produksi.
5. Perhitungan Kebutuhan Air
 Perhitungan kebutuhan air didasarkan atas kebutuhan domestik,
kebutuhan non domestik, dan kehilangan air (sudah termasuk
kebutuhan instalasi).
 Kebutuhan domestik, berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani,
kategori daerah pelayanan, tingkat pelayanan (prosentase konsumen
SR dan HU).
 Kebutuhan non domestik, dilihat dari kompleksitas daerah tersebut,
apakah kehidupan daerahnya terdapat banyak kegiatan industri, dan
lain-lain, yang merupakan daerah pusat perkembangan (daerah
industri) atau hanya daerah permukiman tanpa kegiatan industri yang
berarti. Untuk daerah yang ramai/kompleks kegiatannya, biasanya
perhitungan kebutuhan akan air bersih non domestik dihitung secara
detail setiap kegiatan-kegiatan yang dianggap turut mempengaruhi
perhitungan jumlah kebutuhan air bersih, sedangkan bagi daerah yang
statis hanya dihitung berdasarkan prosentase saja.

BAB 3. Desain Bangunan Penyedia Air Bersi

A. Bangunan Penangkap Air Baku


Jenis bangunan pengambilan ditentukan berdasarkan jenis sumber yang
digunakan :
No JENIS SUMBER JENIS BANGUNAN SADAP
1. Mata Air Bronkaptering
2. Air Permukaan  Intake bebas
 Sungai  Intake dengan bendung
 Danau  Intake poton
 Empank  Intake jembatan
 Waduk  Infiltrasi galleries
3. Air Tanah  Sumur dangkal
 Sumur dalam

Fungsi bangunan pengambilan berdasarkan sumbernya :


No SUMBER AIR JENIS BANGUNAN FUNGSI BANGUNAN SADAP
PENGAMBILAN
1. Mata Air  Bronkaptering  Menangkap dan mengumpul
air dari mata air
2. Air Permukaan  Intake jembatan  Untuk sumber yang
 Sungai  Intake ponton mempunyai fluktuasi air cukup
 Danau  Intake bebas besar
 Empank  Intake bebas dengan  Untuk sumber dengan
 Waduk bendung fluktuasi air cukup besar
 Infiltrasi Galleries  Untuk sumber dengan
ketebalan ait cukup
 Untuk sumber dengan
ketebalan air kurang
 Untuk sumber dengan
ketebalan air kurang
3. Air Tanah  Air tanah dalam  Mengambil air tanah dalam
 Air tanah dangkal
1. Pengumpul Air Hujan
a. Kritera dan Standar
 Umumnya untuk individual sistem
 Digunakan pada daerah yang sering turun hujan dan kuantitas
air tanah dan air permukaannya sangat kurang
b. Perhitungan Disain
Penentuan disain berdasarkan perhitungan untuk kebutuhan individu,
dimana bangunan yang didisain untuk kebutuhan rumah tangga saha,
sekitar 100 lt/orang/hari.
Komponen Penampung Air Hujan (PAH) terdiri dari :
 Atap dan talang
 Media penyaring
 Tangki PAH
2. Intake
a. Kritera dan Standar
 Perhitungan didasarkan pada bentuk yang akan digunakan
 Hal-hal yang perlu diperhatikan, bahwa pada intake ada berscreen,
saluran pembawa, dan saluran pengumpul (jika penggunakan
pompa). Juga sering ditambahkan dengan alat pengukur debit
(thompson atau cipolleti).
 Kritera yang ada dengan menggunakan kritera standar sesuai
petunjuk teknis dalam NSPM Dep. PU/Kimpraswil.
b. Perhitungan Disain
Perhitungan disain ini, dengan menghitung kebutuhan air yang akan
disadap dalam intake, yang selanjutnya mendisain bentuk intake yang
sesuai dengan kebutuhan. Perhitungan ini disusun dalam lembar
perhitungan tersendiri sebagai contoh perhitungan.
3. Sumur
a. Kritera dan Standar
 Kritera pembuatan sumur tergantung dari macam sumur yang akan
dibuta, apakah sumur gali, sumur patek, atau sumur dalam/bor.
 Sumur gali dan sumur pantek, biasanya untuk kebutuhan individual
atau kelompok kecil (beberapa keluarga) dan kedalamannya
terbatas, biasanya sampai dengan 20-30 m.
 Pembuatan sumur gali dan patek ini diusahakan agar tidak
terkontaminasi oleh air kotor atau limbah yang dapat menurunkan
kualitas air, sehingga perlu dibuat perlindungan disekitar sumur.
 Sumur dalam, biasanya kedalamannya lebih dari 100 m, dimana
kualitas air sudah terjamin. Untuk itu perlu diperhatikan kritera dan
standar pembuatannya, terutama untuk menangkap air sumur
dalam agar sesuai dengan debit yang tersedia dari sumur tersebut.
b. Perhitungan Disain
Perhitungan disain untuk sumur gali dan patek, lebih ditekankan pada
pembuatan konstruksi perlindungan. Sedangkan untuk debit,
mengingat bahwa sumur seperti ini terpengaruh oleh musim, sehingga
sulit memprediksi dengan pasti berapa kuantitas yang dapat tersedia
secara kontinyu, karena jika musim kemarau cepat tiba, maka debit air
akan mengecil bahkan habis. Sedangkan untuk sumur dalam, selain
perhitungan untuk menentukan pembuatan konstruksi, maka yang
dilakukan adalah bagaimana menghitung debit air maupun penurunan
muka air akibat dari penyadapan air sehingga dapat diprediksi berapa
maksimum debit yang bisa disadap tanpa mempengaruhi penurunan
muka air tanah dalam.
4. Bronkaptering
a. Kritera dan Standar
Penentuan kritera dan standar untuk penyadapan mata air, lebih
ditekankan pada perlindungan mata air dari kehilangan sumber air
tersebut. Persyaratan yang paling penting dalam disain, adalah jangan
terjadi gangguan terhadap mata air baik tempat mata air itu keluar.
maupun hambatan terhadap aliran airnya. Disain untuk membangun
bangunan bronkaptering, berkaitan dengan kualitas sumber air, yang
akan menentukan bangunan pengolahannya, disamping itu, bentuk
bangunan penangkapnya (disesuaikan dengan kondisi yang ada).
b. Perhitungan Disain
Perhitungan disain, dikaitkan dengan jumlah/kunatitas air (debit) yang
akan disadap, dimana bangunan yang terutama adalah reservoir.
Apabila kualitas perlu ditingkatkan, biasanya adalah dengan
menambah bangunan aerasi dan pembubuhan kimia (untuk desinfeksi).

B. Reservoir
No Reservoir Fungsi
1. Ground Reservoir Untuk menampung air bersih sebelum didistribusikan dengan
sistem gravitasi
2. Elevated Reservoir Untuk menampung air bersih sebelum didistribusikan bila sistem
tidak bisa gravitasi.
1. Pengertian-pengertian :
 Reservoir Distribusi, adalah bangunan penampung air bersih dari
IPA/instalasi pengolahan air atau mata air untuk kemudian didistribusikan
ke daerah pelayanan/konsumen melalui jaringan pipa distribusi.
 Reservoir Penyeimbang (Balancing Reservoir), adalah reservoir yang
menampung kelebihan air pada saat pemakaian air oleh konsumen (relatif)
lebih kecil dari pada air yang masuk/suplai, kemudian didistribusikan
kembali pada sat pemakaian air oleh konsumen (relatif) lebih besar dari
pada air yang masuk/suplai.
 Reservoir Bawah Tanah (Ground Reservoir), adalah reservoir yang
ditempatkan dipermukaan tanah, baik yang dibawah atau muncul
sebagaian maupun diatas muka tanah.
 Menara Air (Elevated Reservoir), adalah reservoir yang ditempatkan diatas
suatu bangunan atau kondtruksi penyangga yang mempunyai ketinggian
tertentu dari muka tanah.
 Muka Air Maksimum,a dalah ketinggian muka air maksumum dalam
reservoir.
 Muka air Minimum, adalah ketinggian muka air minimum dalam reservoir,
dimana bagian air ini tidak boleh diganggu untuk mencegah agar endapan
pada dasar reservoir terbawa ke outlet/keluar.
 Tinggi bebas /free board/wacking, adalah tinggi ruang bebas diatas muka
air maksimum dalam reservoir, untuk sirkulasi udara dan untuk ruang
penempatan inlet dan overflow.
 Pipa inlet/masukan, adalah pipa masuk untuk mengalirkan air dari sistem
transmisi ke reservoir.
 Lubang masukan, adalah bagian dari pipa inlet yang merupakan tempat
keluarnya air dari reservoir ke sistem distribusi.
 By Pass, adalah pipa yang dipasang pada pipa inlet dan dihubungkan
dengan pipa outlet, dilengkapi dengan gate valve, sehingga dapat terjadi
pengaliran langsung dari sistem transmisi ke sistem distribusi pada saat
reservoir dicuci/dikuras.
 Over Flow/Peluap, adalah pipa yang berfungsi untuk mengalirkan
kelebihan air dalam reservoir.
 Drain/Penguras, adalah pipa yang berfungsi untuk mengeluarkan air
kurasan/pencuci serta lumpur-lumpur yang terbentuk di dasar reservoir.
 Vent, adalah pipa yang berfungsi untuk menghasilkan sirkulasi udara segar
dalam reservoir.
 Dinding Pemisah Reservoir, adalah dinding-dinding pada bagian tengah
ruang reservoir (air bersih) yang membagi reservoir menjadi beberapa
kompartemen.
 Manhole/Lubang Inspeksi, adalah lubang untuk keluar/masuk inspektor
pada saat melakukan inspeksi atau perbaikan terhadap perlengkapan
dibagian dalam reservoir.
 Fluktuasi Pemakaian Air, adalah besarnya variasi pemakaian air oleh
konsumen setiap satuan waktu dalam periode satu hari.
 Fluktuasi Pengaliran Air, adalah besarnya variasi pengaliran air dari sistem
transmisi ke reservoir distribusi setiap satuan waktu dalam periode satu
hari.
 Kapasitas Efektif, adalah bagian dari kapasitas reservoir yang dialirkan ke
sistem distribusi.
 Kapasitas Reservoir, adalah kapasitas keseluruhan dari ruang dalam
reservoir, selain ruang lumpur.
 Ruang Lumpur, adalah tempat untuk lumpur/endapan yang terbentuk, yang
diletakkan di bagian bawah/dasar reservoir.
2. Persyaratan-Persyaratan
Persyaratan perencanaan yang dinaksud adalah data/informasi yang diperlukan
sebelum memulai proses perencanaan reservoir.
Data/informasi tersebut adalah :
 Sistem jaringan transmisi air baku/bersih dan sistem jaringan distribusi air
bersih.
 Periode perencanaan reservoir
 Besarnya debit aliran dari sistem transmisi (Q.max).
 Kebutuhan air rata-ratarata (Q.ave)
 Faktor hari maksimum (F.max)
 Kontinuitas pengaliran dari sistem transmisi ke reservoir.
 Rencana lokasi reservoir
 Rencana daerah pelayanan
 Rencana sistem pengaliran distribusi
 Fluktuasi pemakaian air oleh konsumen atau kontinuitas pengaliran ke
sistem distribusi (pada daerah pelayanan)
 Faktor jam puncak (F.peak)
 Debit aliran ke sistem distribusi (Q.peak).
Bila rencana induk/outlet plan dan studi kelayakan tidak/belum ada, maka
data/informasi tersebut harus ditentukan sendiri dengan membuat rancangan
reservoir air bersih.
Pertimbangan Teknis :
A) Perpipaan :
1. Inlet (Pipa Masukan)
 Luabang masukan dilengkapi dengan bend 900 sehingga aliran air
yang masuk menjadi vertikal.
 Lubang masukan umumnya diletakkan diatas muka air maksimum,
tetapi bisa juga dibawah muka air minimum.
 Lubang masukan mempunyai jarak tertentu terhadap muka air
maksimum dan terhadap dinding reservoir.
 Dimensi dari pipa masukkan sesuai dengan debit aliran masuk dari
sistem transmisi.
 Pipa masukan (dibagian luar reservoir) dilengkapi dengan gate valve
untuk membuka dan menutup aliran.
 Pipa masukan pada reservoir jenis menara (clevated reservoir)
dilengkapi juga dengan check valve untuk mencegah aliran balik
ketika pompa mati/tidak adal aliran, sehingga pipa inlet tetap terisi
air.
 Jenis Pipa dari Baja atau Cast Iron (CIP) atau Ductile Cast Iron Pipe
(DCIP).
2. Outlet (Pipa Keluaran)
 Lubang keluaran diletakkan sedikit dibawah muka air minimum
 Lubang keluaran dilengkapi dengan saringan/strainer
 Pipa keluaran umumnya dilengkapi meter air induk dan gate valve
 Untuk sistem pengaliran distribusi dengan pemompaan, maka pipa
keluaran dilengkapi gate valve dan check valve
 Dimensi pipa keluaran disesuaikan dengan debit aliran ke sistem
distribusi
 Jenis pipa dari baja atau Cast Iron (CIP) atau Ductile Cast Iron Pipe
(DCIP).
3. Pipa Penguras (Drain)
 Berfungsi untuk mengalirkan/membuang air ke saluran pembuangan
pada saat reservoir dikurasi/dibersihkan.
 Pipa penguras diletakkan didasar reservoir, agar pada saat
pembersihan/pengurasan semia kotoran yang terbentuk didalam
reservoir dapat dialirkan ke saluran pembuang.
 Jenis material pipa yang umumnya digunakan adalah pipa baja atau
Cast Iron Pipe (CIP) atau Ductile Cast Iron Pipe (DCIP).
 Dimensi pipa penguras disesuikan dengan waktu pengurasan
 Pipa penguras biasanya digabung dengan pipa peluap (over Flow),
yaitu setelah gate valve.
 Pipa penguras dilengkapi dengan katup/valve untuk
membuka/menutup aliran air pada saatnya.
4. Over Flow (Pipa Peluap)
 Berfungsi untuk membuang kelebihan air pada saat reservoir ke
saluran pembuang
 Pipa peluap diletakkan tepat diatas permukaan air maksimum,
sehingga dasar pipa peluapnya berada dalam satu bidang dengan
permukaan air maksimum.
 Jenis material pipa yang umumnya digunakan adalah pipa baja atau
Cast Iron Pipe (CIP) atau Ductile Cast Iron Pipe (DCIP).
 Ujung pembuangan pipa peluap biasanya digabung dengan pipa
penguras
 Dimensi pipa peluap disesuaikan dengan kapasitas aliran masuk.
5. By Pass
 Pipa By Pass dipasang pada pipa keluaran dan dihubungkan dengan
pipa masukan, agar didapat aliran langsung ke distribusi bila
reservoir sedang dalam pengurasan atau perbaikan
 Pipa by pass dilengkapi dengan gate valve untuk membuka dan
menutup aliran
 Dimensi pipa by pass disesuaikan dengan pipa keluaran
 Jenis material pipa yang digunakan disesuiakan dengan jenis meterial
pipa keluaran.
6. Vent (Pipa Udara)
 Berfungsi untuk mengeluarkan/memasukkan udara kedalam ruang
reservoir/penampung air.
 Pipa udara diletakkan pada bagian atap/penutup reservoir
 Jumlah pipa udara disesuaikan dengan luas reservoir.
 Dimensi pipa udara, minimum 50mm
 Jenis material pipa udara adalah pipa baja
 Pipa udara dilengkapi dengan bend 900 dan ujung bebas yang
berhubungan dengan udara luar diberi kawat kasa untuk mencegah
serangga/binatang kecil lainnya masuk.
7. Pipa Hisap Pompa (Bila menggunakan pompa)
 Berfungsi untuk mengalirkan air dari reservoir ke pompa untuk
kemudian dialirkan kedaerah pelayanan.
 Pipa hisap pompa/pipa keluaran reservoir umumnya dilengkapi
dengan saringan (strainer) dan foot valve
 Diameter pipa hisap didasarkan pada besarnya diameter lubang hisap
pompa.
 Jenis meterial pipa hisap yang digunakan adalah pipa baja atau Cast
Iron Pipe (CIP) atau Ductile Iron Pipe (DCIP)
 Perletakan pipa hisap pompa mempunyai jarak tertentu dari dinding
reservoir, yaitu 1,5 x dimensi pipa. Jarak terhadap dasar reservoir
adalah sama dengan tinggi muka air minimum, tidak boleh kurang
dari (0,7-1) x diameter pipa.
B) Perlengkapan
1. Valve/Katup
 Berfungsi untuk membuka/menutup aliran air dalam pipa
 Dipasang pada pipa inlet, by pass, pipa penguras/drain outlet pompa,
pipa outlet.
 Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.
2. Check Valve
 Berfungsi untuk mencegah aliran balik
 Dipasang pada pipa masukan (terutama pada elevated reservoir), pipa
keluaran pompa, tempat-tempat lain dimana diharapkan tidak terjadi
aliran listrik.
 Dimensi sesuai dengan dimensi pipa.
3. Foot Valve
 Berfungsi agar pipa hisap pompa tetap terisi air, sehingga udara tidak
masuk
 Dipasang bersama dengan saringan pada lubang inlet pipa hisap pompa
(keluaran reservoir) apabila sistem pengaliran dari reservoir ke
sistem jaringan distribusi dengan pemompaan.
4. Saringan/Stainer
 Berfungsi untuk menyaring kotoran yang terbawa/terbentuk didalam
reservoir agar tidak terbawa kedalam pipa distribusi.
 Dipasang pada lubang keluaran reservoir (pada sistem aliran
gravitasi), lubang masukan pipa hisap pompa/keluaran reservoir
(pada sistem aliran pemompaan).
5. Meter Air Induk
 Berfungsi untuk mengetahui banyaknya air yang didistribusikan dari
reservoir
 Dipasang pada pipa keluaran reservoir.
6. Penduga tinggi muka air
 Berfungsi untuk mengetahui tinggi muka air pada reservoir
 Dipasang pada reservoir sesuai jenisnya (jenis elektris atau jenis
manual)
7. Hydrophor
 Berfungsi sebagai reservoir penyeimbang untuk aliran air bersih dari
reservoir distribusi ke daerah pelayanan distribusi dengan sistem
pemompaan Diletakkan dilokasi reservoir distribusi bersama-sama
dengan pompa distribusi
 Dimensi hydrophor tergantung pada tekanan maksimum dan tekanan
minimum dalam jaringan pipa distribusi dan periode pemompaan
atau tekanan masuk dan keluar pompa.

C. Sistem Pengaliran
1. Sistem pengaliran air masuk disesuaikan dengan rencana sistem
pengaliran air pada jaringan transmisi
2. Sistem pengaliran air keluar disesuaikan dengan rencana sistem pengaliran
air pada jar.
3. Aliran air dalam reservoir diusahakan setenang mungkin (tidak ada
terbulensi), yaitu dengan cara memperpanjang jarak aliran dalam
reservoir. Biasanya letak masukkan terhadap keluaran dibuat menyilang
(tidak sejajar) sehingga didapat jarak aliran yang lebih panjang.

D. Bangunan Struktur
1. Tangki/Bak Reservoir
 Berfungsi sebagai penampung air untuk kemudian didistribusikan ke
daerah pelayanan
 Jenis material yang digunakan konstruksi beton bertulang (umumnya
untuk ground reservoir) atau konstruksi baja (umumnya untuk
ground reservoir diatas permukaan tanah dan jenis elevated
reservoir/menara air).
2. Manhole (Lubang Pemeriksa/Inspeksi)
 Berfungsi sebagai jalan keluar/masuk bagi operator/teknisi pada saat
perbaikan atau pemeliharaan bagian dalam reservoir.
 Ditempatkan sedemikian rupa dibagian atap reservoir, yaitu pada
tempat-tempat perletakan pipa masukan, pipa keluaran/pipa hisap
pompa, overflow dan penguras dan perlengkapan-perlengkapan lain
yang perlu diinspeksi. Dimensi manhole, minimum 60cm x 60 cm.
 Manhole dilengkapi dengan tenaga (tangga monyet) yang diletakkan
dibagian dalam reservoir, sampai mencapai dasar reservoir.
3. Pembubuh Bahan Kimia
 Berfungsi sebagai pembubuh bahan kimia (desinfeksi/chlorinasi
dan koreksi pH).
 Ditempatkan sesuai jenis/cara pembubuhan, penempatan diatas
reservoir bila dipakai jenis Bak Mom atau diruang terpisah diluar
reservoir, bila dipakai dengan pemompaan (pompa dossing).

E. Jaringan Perpipaan
Perpipaan digunakan untuk mengalirkan air dari satu tempat ketempat lain
sehingga kualitas dan kuantitasnya tetap terjaga. Dalam sistem penyediaan air
bersih, perpipaan memegang peranan didalam menghantar air baik dari sumber
air baku ke instalasi pengolahan, maupun dari instalasi ke konsumen. Perpipaan
terdiri dari pipa dan kelengkapannya berupa fitting dan accessories, pipa yang
digunakan untuk air bersih saat ini sudah banyak jenisnya. Berdasarkan jenisnya,
antara lain pipa yang berbuat dari :
a) Polyvinil Chlorida (PVC)
b) Polyetilene (PE)
c) Steel (Baja)
d) Cast Iron (CI)
e) Ductile Cast Iron (DCI)
f) Asbestos Cement (AC)
g) Fiber Glass
h) Galvanized Iron (GI)
i) Concrete pipe (Pipa dari beton)
Berdasarkan peletakkannya, perpipaan dibagi dalam 3 bagian :
1. Perpipaan Transmisi
a. Kriteria dan Standar
 Perpipaan transmisi biasanya digunakan untuk pengaliran air baku
 Perletakannya, antara intake dengan instalasi pengolahan atau antara
bangunan sadap dengan reservoir utama (sebelum didistribusikan).
 Pada perpipaan transmisi tidak boleh ada taping ke konsumen air dan
pipa transmisi tidak bercabang kecuali terdapatnya beberapa sumber air
baku dan menyatu pada satu tempat pengaliran ke instalasi pengolahan.
 Pada perpipaan trasnmisi, apabila topografinya tidak rata (berbukit atau
melalui lembah dan bukit, maka akan dilengkapi dengan berbagai
peralatan atau benguann pendukung, seperti bak pelepas tekan, katup
pembuang udara, dan lain-lain).
 Selengkapnya kriteria untuk perpipaan ini, dapat dilihat pada petunjuk
teknis.
b. Perhitungan Disain
 Perhitungan disain untuk perpipaan transmisi, dengan menggunakan
perhitungan aliran air dalam pipa (mata kuliah meknika fluida atau
hidrolika), dimana sangat berperan penting adalah tinggi tekanan dan
kehilangan tekanan atau headloss.
 Dalam perhitungan disain pipa transmini, tidak begitu sulir mengingat
jaringan perpipaan ini hanya terdiri dari satu jaringan pipa atau dengan
sistem cabang, dimana aur yag berasal dari beberapa jaringan pipa
kemudian masuk dan menuari dalam satu
2. Perpipaan Distribusi
a. Kriteria dan Standar
Perpipaan distribusi tidak berbeda dengan peripaan transmisi dalam
pengaliran airnya, dimana untuk perhitungannya juga menggunakan rumus-
rumus yang sama dengan perpipaan transmisi. Perpipaan distribusi
mengalirkan air bersih hasil pengolahan ke daerah pelayanan atau konsumen .
Pengaliran terjadi dengan sistem pengaliran berbentuk cabang (Branch
system) atau dengan sistem melingkar (loop system). Kedua sistem
pengaliran ini tergantung daerah pelayanan. Jika topografi berbukit dan
lembah, dapat digunakan branch system, sedangkan untuk daerah rata dapat
menggunakan loop sysetm.
b. Perhitungan Disain
Disain untuk perpipaan distribusi untuk mendapatkan pengaliran yang sesuai
dengan kebutuhan daerah pelayanannya. Untuk itu, disain dapat dilakukan
perhitungan dengan komputerisasi atau secara manual dengan cara
menghitung menggunakan rumus-rumus pengaliran.
3. Perpipaan Pelayanan
a. Kriteria dan Standar
Perpipaan pelayanan merupakan perpipaan distribusi kwartier yang langsung
berkaitan dengan pengaliran ke rumah konsumen. Perpipaan ini berdiameter
kecil, dan mempunyai taping untuk dialirkan ke masing-masing konsumen.
Kriteria sistem perpipaan ini untuk pengaliran sama dengan untuk transmisi
dan distribusi, hanya berbeda dalam debit pengaliran. Perpipaan pelayanan
hanya dapat menerima tekanan atas pipa yang jauh lebih kecil dari sistem
perpipaan distribusi maupun trasmisi.
b. Perhitungan Disain
Perhitungan ini untuk dimensi dari perpipaan ini tergantung dari kebutuhan
atas jumlah sambungan rumah atau hidran umum yang akan dilayani oleh
sistem perpipaan ini. Kriteria dan standar mengenai perpipaan dapat dilihat
pada petunjuk teknis, lampiran.

F. Pelayanan Air Bersih


1. Sambungan Perpipaan
a. Sambungan Rumah
Sambungan rumah merupakan sistem pengaliran air bersih yang
langsung dapat diterima oleh konsumen di rumah masing-masing
melalui jaringan perpipaan yang berbeda. Pemasangan sambungan ini
oleh PDAM sampai batas di dalam pagar halaman, tetapi tidak terpasang
sampai ke dalam rumah. Adapun instalasi air bersih dari sambungan
rumah ini jika akan dipasang ke dalam rumah, harus memenuhi beberapa
persyaratan, antara tidak boleh disambung dari pipa sebelum water meter,
tidak boleh menggunakan pompa yang langsung mengisap daru jaringan
perpipaan walaupun telah melalui water meter (harus dibuat bak
penampung dulu, dan pengisapan oleh pompa dari bak penampung
tersebut), water meter tidak boleh dipindahkan dari halaman rumah ke
dalam rumah, dan lain-lain. Perhitungan kapasitas untuk kebutuhan tiap
konsumen sesuai dengan kebutuhan pelayanan di dareah mana konsumen
tersebut berada berada (kota metro, besar, sedang dan sebagainya).
b. Hidran Umum
Hidran umum, digunakan secara bersama oleh beberapa keluarga,
dimana air bersih yang berasal dari jaringan ditampung dalam satu bak
tertentu atau ditempatkan pada satu lokasi tertentu dengan membuat
semacam bangunan dengan beberapa kran yang nantinya dapat
mengalirkan air bersih untuk dapat digunakan oleh masyarakat disekitar
bangunan tersebut. Penggunaan air tersebut, akann ditanggung
pembiayaan sercara bersama oleh para pengguna. Kebutuhan yang
diperhitungkan untuk pengguna hidran umum, disesuaikan dengan
standar yang berlaku, dimana perhitungan kapasitas perorang untuk
hidran umum akan lebih kecil dari pada perhitungan kebutuhan kapasitas
per orang untuk sambungan rumah.
2. Sambungan Non Perpipaan
a. Kritera dan Standar
 Sambungan non perpipaan untuk daerah yang sulit akan air bersih
dan jauh dari sistem perpipaan air bersih PDAM.
 Bagi pengguna akan disediakan sebuah tangki air bersih, sekitar,
sekitar 6 m3
 Pengisian tangki tersebut oleh mobil tangki dari PDAM
 Pengguna akan membayar sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
dimana harga air diperhitungkan pervolume yang diambil atau
pervolume yang diberikan (isi tangki), dan ditanggung secara
bersama oleh para pengguna.
b. Perhitungan Disain
Untuk menghitung akan kebutuhan air, maka daerah pelayanan dapat
ditetapkan berdasarkan jumlah masyarakat yang akan dilayani.
BAB 4. Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Bersi

A. Manajemen Sistem Pengelolaan Air Bersih


1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengawasan

B. Operasi dan Pemeliharaan


1. Operasi
Hal ini penting diketahui oleh kita semua karena faktor operasi suatu
instalasi pengilahan akan menentukan keberhasilan hasil pengolahan
tersebut.
2. Pemeliharaan
Pemeliharaan peralatan penting sekali dilaksanakan misalanya:
 Untuk perpompaan, oli harus diisi pada setiap saat yang telah
ditentukan sesuai, SOP, kemudian juga harus dilaksanakan disamping
adanya penggantian filter oli yang harus dilaksanakan.
 Untuk saringan pasir, harus ada pencucian (back wash), penggantian
pasir, nozzle yang rutin sesuai SOP.
 Untuk genset, menjaga jika aliran listrik terputus, jadi ada tenaga listrik
cadangan, genset ini harus dipelihara misalnya penggantian solar yang
rutin.
 Meter induk, harus dibersihkan setiap saat, kemudian dicek agar tidak
menunjuk pada angka yang tidak sesuai.
Dalam segi pemeliharaan, diperlukan dana yang cukup banyak, sesuai
dengan kebutuhan operasi dari instalasi ditambah biaya sumber daya
manusianya yang bertugas pada system penyediaan air bersih tersebut.
Untuk menutup hal tersebut, maka diperlukan kesadaran masyarakat untuk
membayar rekening air bersih sesuai pemakaian dan tarif yang berlaku Jika
biaya instalasi yang dikeluarkan dari sumber air baku sampai dengan
distribusi kepada konsumen yaitu yang meliputi : biaya instalasi,
pembayaran gaji pegawai, pembayaran listrik dsb. Hendaknya dapat ditutup
dengan dana yang diperoleh dari masyarakat pelanggan.

Anda mungkin juga menyukai