Anda di halaman 1dari 40

BANGUNAN PENYADAP

(INTAKE)

PENDAHULUAN :
Unit bangunan penyadap air merupakan awal yang menentukan
keberlangsungan sistem penyediaan air bersih sebab apabila bagian
ini tidak berfungsi dengan baik, maka keseluruhan sistem akan
terganggu. Kontinuitas dan kuantitas akan terhambat, sementara
kualitas air awal tidak akan terjaga bila unit ini kurang optimal.
Sistem penyediaan air terdiri dari bagian-bagian yang terintegrasi
berdasarkan kualitas air baku yang hendak diproses. Pada prinsipnya
sistem penyediaan air terdiri dari :
1. Sarana penyadap air baku
2. Instalasi pengolahan air (IPA)
3. Penampungan air hasil olahan ( Reservoir air bersih)
4. Distribusi air ( Distribution Network )
Fungsi dari unit penyadap air adalah menyediakan air baku secara
terus menerus untuk memenuhi 3 (tiga ) faktor penting yang harus
dipenuhi oleh sistem penyediaan air

yaitu kualitas, kuantitas dan

kontinuitas dengan tetap memperhatikan konservasi lingkungan.


Unit penyadap air terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu :
1. Konstruksi :
a. Bangunan penyadap air
b. Bak pengumpul
c. Stasiun/Rumah pompa
1

2. Mekanik :
a. Pompa
b. Pipa transmisi
3. Elektrik :
a. Sumber daya listrik
b. Panel
I

JENIS SARANA PENYADAP AIR


Memperhatikan fungsi pokok bangunan penyadap air baku adalah
menjaga keberlangsungan tersedianya air yang cukup dan terjaga
secara kuantitas dan kualitasnya, maka secara substansial kegiatan
penyadapan air adalah menangkap, menampung dan menyalurkan air
ke bagian lain dari sistem penyediaan air minum. Oleh karena itu
diperlukan teknik dan metode tepat untuk mengoptimalkan unit
penyadap air ini dengan mempertimbangkan jenis sumber air baku
yang hendak disadap.

2.1.

Gambaran Umum
Dalam upaya memenuhi kebutuhan air bersih, langkah awal yang
terpenting adalah menentukan sumber air baku yang sesuai dengan
peruntukannya. Sehingga dapat segera diketahui tindakan selanjutnya
untuk menentukan jenis pengolahan yang diperlukan.
Pada dasarnya sumber air baku yang dapat diambil dari:
1. air langit

: hujan dan salju

2. air tanah

: air tanah dangkal, air tanah dalam dan mata air

3. air permukaan

: sungai, danau, waduk, telaga dan rawa.

Bangunan penyadap air merupakan salah satu bangunan dari sistem


penyediaan air bersih yang dibangun pada badan sumber air.

Sistem penyadap air secara lengkap terdiri dari 3 (tiga) bagian besar,
yaitu:
Konstruksi

bangunan penyadap, bak pengumpul, rumah


pompa, dll

Mekanik

pompa dan pipa distribusi

Elektrik

sumber tenaga listrik, dll.

Pada sebuah sistem penyediaan air bersih kapasitas kecil, sistem


penyadap air yang digunakan relatif sederhana, terdiri dari sebuah
pipa benam yang dilindungi sebuah kisi-kisi dalam ukuran yang lebih
kecil. Sedangkan untuk sebuah sistem penyediaan air bersih yang
besar, sistem penyadapan air biasanya lebih lengkap, dengan
membangun suatu menara atau bagian inlet yang terdapat dibawah
air; seperti pipa-pipa transmisi bawah air, kisi-kisi bawah air, stasiun
pompa, dan juga gudang kimia dengan fasilitas pembubuh.
Jika bangunan penyadap air berlokasi di sungai, perlu dibuat
bangunan penahan aliran (bendung) bawah air untuk musim kemarau.
2.2.

Kriteria Penyadapan
Lokasi dan perencanaan pekerjaan penyadapan dipengaruhi oleh
beberapa

faktor,

dan

karena

itu

perencanaannya

harus

mempertimbangkan banyak aspek.


Kriteria perencanaan penyadap air adalah :
a.

Kegagalan pengadaan air baku akibat

besarnya

fluktuasi

permukaan air atau ketidak-stabilan saluran air.


b.

Bangunan yang didirikan tidak menutup/menghambat laju air


yang justru akan mematikan sumber air baku.

c.

Kedalaman air yang memadai.

d.

Perlindungan terhadap banjir, benda-benda terapung, perahu


dan kapal.
3

e.

Lokasi penyadapan yang menguntungkan dan bebas pencemaran


masa kini maupun masa depan.

f.

Penempatan kisi-kisi pelindung pompa dan fasilitas perpompaan.

g.

Penempatan fasilitas pemindah pompa serta peralatan lain bila


diperlukan perbaikan menyeluruh.

h.

Penempatan

ruang

yang

cukup

untuk

pembersihan

dan

perawatan peralatan.
i.

Lokasi dan perencanaan untuk meminimasi gangguan terhadap


kehidupan akuatik

j.

Jika

pengolahan

kimia

dapat

dilakukan

pada

pekerjaan

penyadapan, maka perlu penempatan ruang bagi fasilitas


penerimaan, penyimpanan dan pembubuhan bahan kimia.
2.3.

Tipe sarana penyadap.


Tipe sarana penyadap air dibedakan berdasarkan jenis sumber air
baku yang disadap, dimana banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
penentuan dan perencanaan lokasi sarana penyadap air, seperti :

Karakteristik sumber air

Kapasitas saat ini dan masa depan

Variasi kualitas air

Kondisi iklim

Sumber-sumber pencemaran saat ini dan yang potensial,


perlindungan kehidupan akuatik dan lingkungan hidup

Variasi ketinggian muka air

Kondisi pondasi sumber air

Endapan dan beban dasar

Pertimbangan dari segi ekonomi

Menurut sumber air baku yang diambil, Bangunan Penyadap Air


terbagi menjadi :

1. Bangunan penyadap air dari Mata air


2. Bangunan penyadap Air sungai
3. Bangunan penyadap Air tanah/Air sumur dalam
2.3.1. Bangunan Penyadap Air dari Mata Air
Mata air merupakan prioritas utama dalam sistem penyediaan air
minum, karena tidak perlu diproses dan hanya perlu pembubuhan
desinfektan.
Keberlangsungan sumber mata air sangat dipengaruhi oleh daerah
resapan (catchment area). Oleh karena itu catchment area perlu
dilindungi untuk menjaga kapasitas air sumber. Daerah resapan
tersebut harus terjaga kelestariannya dengan melindunginya dari
penebangan liar. Tanaman yang tumbuh atau ditanam di wilayah
tersebut juga harus dapat menyerap/menyimpan air dengan baik.
Dalam merencanakan bangunan pengambil (penyadap) sedapat
mungkin tidak mengubah struktur tanah di sekitar mata air, dengan
tetap mengikuti kaidah ilmu tentang bangunan air. Karena itu
sebaiknya penyadapan dilakukan diluar lokasi mata air sehingga
kondisi alam disekitar mata air tetap natural.

Gambar 1. Mata Air


5

Bangunan Penyadap air dari mata air sering dikenal dengan istilah
bronkaptering. Bangunan penyadap air dari mata air ini umumnya
terbuat dari pasangan batu atau pasangan beton. Sedangkan
bentuknya disesuaikan dengan jenis dan keadaan sekitar mata air
tersebut, misalnya bangunan penyadap air dari mata air yang keluar
dari rekahan batu pada tebing berbeda dengan bangunan penyadap
air dari mata air yang keluar dari tanah yang datar.

Gambar 2. Bangunan penyadap mata air.


Bangunan penyadap mata air dibuat dengan memperhatikan posisi
letak mata air. Bangunan permanen jangan sampai menghambat laju
air yang keluar dari mata air, karena hal itu menyebabkan air mencari
celah lain untuk keluar. Jika hal itu terjadi maka mata air akan
berpindah tempat.

Disamping itu perlu di kaji keberadaan mata air tersebut, apakah


hanya merupakan rembesan mata air lain atau merupakan jalur
utama mata air. Bangunan penyadap sebaiknya dibangun pada jalur
mata air utama yang fluktuasi debitnya tidak terlalu tinggi atau air
selalu tersedia baik pada musim kemarau maupun penghujan.
Walaupun

bentuknya

berbeda-beda,

pada

dasarnya

bangunan

penyadap air dari mata air terdiri dari 2 (dua) bagian utama, yaitu:
Bagian penangkapan/pengumpulan air;
Bagian/ruang perpipaan.
Adapun perlengkapan yang biasanya dipasang pada bangunan
penyadap air ini terdiri dari:
Pipa air keluar (outlet) :
Pipa ini digunakan untuk mengalirkan air keluar dari bangunan
penyadap

air dan biasanya dilengkapi dengan saringan pipa

untuk mencegah kotoran terbawa ke dalam aliran air serta katup


pembuka/penutup aliran air.
Pipa penguras :
Digunakan untuk membuang kotoran yang terdapat pada
bangunan penyadap air, dan biasanya pipa penguras ini
dilengkapi dengan katup pembuka/penutup aliran air.
Pipa peluap :
Digunakan untuk mengalirkan air yang berlebih agar tinggi
permukaan

air

tidak

melebihi

tinggi

maksimum

yang

direncanakan.

Alat pengukur debit air/meter air :


Digunakan untuk mengukur debit air yang dialirkan keluar dan atau
debit air yang tidak terpakai.

Lubang kontrol (manhole) :


Digunakan sebagai tempat untuk melihat / masuk ke dalam
bangunan penyadap air. Lubang ini ditutup oleh tutup manhole.
Pipa pengeluaran udara (vent) :
Digunakan untuk mencegah berkumpulnya udara di dalam
bangunan penyadap air.
VENT
selokan

MANHOLE

tangga
V-NOTCH

PIPA PELUAP

PIPA OUTLET

Gambar 3. Tipikal Bronkaptering

Gambar 4. Bangunan penyadap Artesian Depression spring


8

Gambar 5. Bangunan penyadap Fissure Spring kapasitas kecil

Gambar 6. Bangunan penyadap Fissure Spring kapasitas besar

Gambar 7. Bangunan Penyadap mata air ( Kab. Magelang )


9

2.3.2. Bangunan Penyadap Air Permukaan


Bangunan penyadap air permukaan di Indonesia sering dikenal dengan
sebutan intake (dari water intake).
Bangunan penyadap tidak ditempatkan di bagian sungai yang
menyempit karena dapat terjadi pengikisan terhadap bangunan
intake

dan

sekitarnya

sehingga

dapat

mengganggu keamanan

bangunan.
Penempatan bangunan ini umumnya pada titik lokasi yang tepat pada
aliran sungai dimana kandungan endapannya paling sedikit. Pada
sungai yang memiliki kualitas air baku kurang baik umumnya intake
harus dilengkapi dengan fasilitas menyaring sampah kasar/partikel
kasar seperti kayu, lumut, plastik dll.
Telah disebutkan bahwa secara operasional inti dari pekerjaan
penyadapan air adalah perpompaan, jadi untuk setiap jenis sistem
penyadapan, hubungan erat antara pekerjaan penyadapan dan
pemompaan air baku harus menjadi bahan pertimbangan utama.
Pekerjaan

penyadapan

dan

stasiun

perpompaan

seringkali

digabungkan menjadi struktur terpadu. Kapasitas operasi pemompaan


berkaitan dengan perencanaan kapasitas penyadapan.
Secara umum kelengkapan sarana bangunan penyadap air sungai ini
terdiri dari:
1. Bendungan untuk meninggikan muka air :
Khususnya bendungan ini digunakan untuk sungai yang airnya
dangkal.

10

2. Pintu air :
Pintu air ini digunakan untuk sistem yang menggunakan saluran
dimana pintu air ini digunakan sebagai alat untuk mengatur debit
air yang masuk/keluar saluran. Pintu ini juga biasanya dilengkapi
dengan pembacaan elevasi air.
3. Pompa :
Digunakan untuk menaikan dan mengalirkan air.
Pompa yang digunakan adalah jenis pompa benam (pompa
submersible) yang dipasang di dalam air, atau

pompa yang

dipasang di daratan (non-submersible).


4. Saringan Kasar (Bar screen) :
Untuk mencegah kotoran / sampah terbawa aliran air dan akan
menggangu bekerjanya pompa.
5. Penjebak pasir (Grit chamber) :
Untuk mengendapkan sedimen berupa fraksi pasir.
6. Saluran/Bak pengumpul :
Untuk menampung air sebelum dipompakan ke IPA

PIPA TRANSMISI

PINTU AIR
Muka Air
Maksimum
Muka Air Minimum
SCREEN

POMPA
SUBMERSIBLE

Gambar 8. Tipikal River Water Intake


11

Gambar 9. Pompa Intake Submersible

Gambar 10. Pompa Intake non-submersible


Untuk mengantisipasi karakteristik sungai seperti : morphologi,
hidrologi sungai dan lain-lain, maka ada beberapa jenis intake yang
kita kenal yaitu :
(1)

Intake bebas
Bangunan penyadap air baku yang dibangun pada pinggir badan
air ( sunggai, danau, waduk ) yang memiliki debit air yang relatif
besar dan tetap. Bangunan ini dilengkapi dengan screen dan
pengeruk sampah.

12

Gambar 11. Intake Bebas Sendai City, Jepang

Gambar 12. Tipikal Intake Bebas dengan Submersible Pump

13

Gambar 13. Perletakkan submersible pump pada intake bebas

Gambar 14. Intake bebas dengan non-submersible pump


14

Gambar 15. Screen pada intake bebas

15

Gambar 16. Screen dengan pengeruk sampah

Gambar 17. Pompa Intake ( non-submersible ) PDAM Kota Semarang

16

Gambar 18. Contoh Intake bebas


17

(2)

Intake dengan tambahan bangunan berupa bendung


Bangunan penyadap air baku yang dibangun pada pinggir badan
air yang dilengkapi dengan bendung untuk menaikkan level air.
Umumnya dibangun pada sungai dengan debit yang rendah. Pada
kasus bangunan ini dilengkapi dengan penangkap pasir dan
sedimen.

POMPA
BENDUNG

Gambar 19. Intake Denah Bendung

Gambar 20. Saluran penangkap pasir


18

Gambar 21. Intake Bendung


(3)

Direct Intake
Intake yang langsung dipompa dari badan sungai melalui pipa
tanpa penampungan. Ujung pipa pada intake ini harus dilengkapi
screen

untuk

diperhitungkan

menyaring
supaya

kotoran.
sampah

Ukuran
yang

screen

harus

tersangkut

tidak

menghambat laju air yang disadap.

Gambar 22. Direct Intake

19

Gambar 23. Direct Intake melalui pipa tertanam


(4)

Intake Crib
Intake yang dibangun di dasar sungai dengan kapasitas kecil
dengan tingkat sedimentasi kecil. Intake Crib berbentuk kotak
(bak) atau silinder yang terbuat dari beton bertulang dan
penguat kayu untuk menahan laju aliran sungai sehingga air
didalam bak intake tenang. Air masuk melalui celah kayu
penguat lubang-lubang di sekeliling crib. Intake ini tidak boleh
terkubur tanah/endapan dan dijaga dari penggerusan.

Gambar 24. Tipikal Intake Crib


20

Untuk menghindari tergerusnya intake oleh arus air maka


bangunan harus benar-benar kuat tertanam di dasar sungai. Laju
aliran di dalam Crib pada air baku dengan turbidity rendah
adalah 0,5 1 m/dt.
(5)

Intake Level
Bangunan penyadap menggunakan pipa sadap yang fleksibel
terhadap level air. Intake ini sangat fleksibel terhadap fluktuasi
level air. Sehingga posisi ujung inlet selalu terendam air dengan
tetap menjaga posisi inlet tetap diatas dasar sungai pada level
terendah. Jenis intake level adalah :
a. Intake Ponton
Bangunan penyadap air baku yang diletakkan di badan sungai
dengan memanfaatkan pelampung ( drum, dan sejenisnya )
sehingga ujung inlet tetap terendam air hingga level
minimum.

Gambar 25. Intake Ponton Pipa Fleksibel

21

Gambar 26. Intake Ponton sambungan fleksible dengan


pelampung tong
b. Intake Pipa pararel
Intake level yang dilengkapi dengan pipa yang dipasang
bertingkat dalam beberapa level air.

Gambar 27. Intake Pipa Pararel

22

Gambar 28. Intake Ponton sederhana


(6)

Intake menara
Bangunan penyadap air baku berupa menara di badan sungai
yang dilengkapi dengan jembatan penghubung. Intake menara
dibuat untuk badan air dengan fluktuasi level air yang besar.
Pada level minimal, ketinggian air sangat rendah sehingga
memerlukan pendalaman dasar sungai di bawah menara.

Gambar 29. Intake Menara sederhana

23

Gambar 30. Tipikal Intake Menara

Gambar 31. Intake menara dengan variasi kedalaman

24

Gambar 32. Berbagai bentuk Intake Menara

25

(7)

Intake tipe infiltrasi ( Infiltration galleries) di dasar sungai.


Bangunan penyadap yang dilengkapi dengan pipa-pipa infiltrasi
di dasar sungai untuk menyerap sekaligus menyaring air infiltrasi
dari sungai yang debit/level airnya relatif rendah.

Gambar 33. Tipikal Intake Infiltration


26

Intake ini terdiri atas jalur-jalur pipa beton bertulang yang


ditanam dibawah sungai yang masih aktif ataupun pada sungai
yang sudah tidak berfungsi. Inlet dibuat melalui lubang-lubang
perforasi sepanjang pipa. Pipa-pipa tersebut diletakkan di dalam
aquifer yang mempunyai daya tembus air yang baik.
2.3.3. Bangunan Penyadap Air Tanah ( Air tanah dangkal dan sumur
dalam ).
A. Air tanah dangkal
Umumnya dipergunakan dalam kapasitas relatif kecil dan kedalaman
air di bawah 30 meter ( umumnya 15 meter ), dengan diameter paling
kecil adalah 60 cm. Bangunan pengambilan umumnya terbuka dan
untuk menghindari kontaminasi sekaligus sebagai penguat, bagian
dinding sumur dipasang casing beton bertulang.
Apabila pengambilan air dari dasar sumur, dalam arti fungsi air relatif
kecil, sebaiknya dasar sumur dilapisi dengan kerikil dengan diameter
2 s.d 5 cm dengan ketebalan 90 cm ( terdiri dari 3 lapisan dengan
gradasi diameter ).

Gambar 34. Profil sumur air tanah dangkal

27

B. Sumur air tanah dalam


Bangunan penyadap sumur dalam digunakan untuk mengambil air
yang berada jauh dibawah permukaan tanah. Perlengkapan penyadap
sumur dalam yang terlihat dari luar hanya beberapa perlengkapan
saja, antara lain pipa pelepas (discharge) , manometer dan
sebagainya sedangkan perlengkapan lainnya tidak terlihat, karena
dipasang dibawah permukaan tanah.
Pemanfaatan sumber air baku dari tanah dalam dilakukan apabila
potensi mata air tidak memungkinkan. Air diperoleh dengan cara
pengerboran tanah hingga mencapai lapisan confined aquifer ( sumur
artesis ). Kedalaman pengeboran umumnya lebih dari 30 meter,
biasanya antara 80 s.d. 150 meter.
Terdapat beberap metode pengeboran yang antara lain adalah :
-

Standar

The Jetting

The Core Drill

The Hydrolic Rotary, dll

Sedangkan kegiatan pemboran umumnya terdiri dari 4 kegiatan yaitu


1. Pembuatan lubang uji ( pilot hole )
2. Pelaksanaan Electric Log
3. Pekerjaan konstruksi dan pembersihan lubang
4. Pemompaan Uji Kapasitas.

Gambar 35. Confined Aquifer


28

Pada pekerjaan pemboran yang harus diperhatikan adalah casing pipa


harus memenuhi syarat antara lain steel pipe, ketebalan dan lainlain. Perletakan pipa saringan harus pada lapisan aquifer yang kedua.
Material saringan merupakan hasil pruduksi pabrik.
Apabila jumlah sumur lebih dari satu, jarak antar sumur perlu
dipertimbangkan untuk menghindari pengaruh sumur satu dengan
yang lain.

Gambar 36. Profil sumur air tanah dalam

29

Bangunan ini dilengkapi dengan :


1. Pipa jambang (casing)
Digunakan untuk melindungi pompa dan sekaligus untuk
tempat penampungan air yang akan dipompa.
2. Pipa penyalur air ke atas
Yaitu

pipa

yang

dihubungkan

dengan

pompa

untuk

mengalirkan/menaikkan air.
Pipa penyalur terdiri dari :
Pipa pelepas (discharge).
Pipa penghisap air/pipa air masuk, yang dilengkapi
dengan saringan..
Pipa benam yang dilengkapi dengan kabel tenaga
(power cable).
3. Elektroda pengatur operasi pompa secara otomatis.
Elektroda ini digunakan untuk mencegah agar pompa selalu
dibawah permukaan air.
4. Manometer:
Digunakan untuk mengukur tekanan air.
5. Katup pencegah aliran balik.
6. Katup pengatur aliran air keluar.
7. Katup udara otomatis:
Digunakan untuk mengeluarkan udara dari dalam sumur,
karena udara dalam sumur ini dapat menghambat aliran air.
8. Penutup sumur:
Untuk mencegah kontaminasi dari luar.
9. Lubang pemeriksaan tinggi muka air.

30

Gambar 37. Instalasi sumur artesis

31

Gambar 38. Pompa Submersible sumur dalam

II

PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN

3.1.

Saringan kasar (Bar screen)


Salah satu perangkat pendukung yang terdapat pada bangunan
penyadap air ialah saringan, baik untuk sampah maupun kerikil yang
cukup besar, pada sarana penyadap air, kadang-kadang dilengkapi
dengan sebuah atau lebih saringan kasar.
32

Saringan kasar terdiri dari batang-batang besi yang disusun berderet


secara vertikal dengan jarak antara batang besi sebesar 2 5 cm.
Saringan ini biasanya dipasang di bagian inlet intake dengan fungsi
untuk menyaring sampah/benda-benda kasar. Kemudian ditengah
antara bak pengendap dan saluran masuk dan di antara bak
pengendap dan bak pengumpul.
Untuk kelancaran operasi penyadapan air, maka saringan ini harus
selalu dibersihkan dari sampah-sampah yang tersangkut atau lumpurlumpur yang menempel pada saringan. Waktu pembersihan saringan
dilakukan terutama setelah banjir, karena pada saat banjir air sungai
akan

menghanyutkan

sampah

maupun

sedimen

lebih

banyak

dibandingkan pada debit air yang normal.


Dengan membersihkan saringan ini dari sampah-sampah dan sedimen
yang dapat menyumbat aliran air yang akan melewati saringan secara
rutin, maka cukup membantu pemeliharaan saringan tersebut.
Material saringan ini terbuat dari besi dan biasanya tidak dilapisi anti
karat. Oleh karena itu agar selalu terpelihara dengan baik, lakukan
pengecatan batang-batang besi atau dilapis anti karat.

3.2. Penjebak Pasir ( Grit Chamber)


Pemisah pasir adalah bagian dari sarana penyadap air yang dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi untuk mengendapkan
sebagian sedimen fraksi pasir dengan diameter tertentu sesuai
dengan kriteria rancangan penjebak pasir , sebelum air mengalir
menuju bak pengumpul, untuk selanjutnya air dipompa ke IPA.

33

Bak penjebak pasir biasanya mempunyai kedalaman lebih rendah


dibandingkan dengan bak pengumpul, sehingga pasir akan terkumpul
pada unit ini ( sebagai kantung pasir} dan pada saat tertentu pasir
akan diangkat keluar.
Untuk mengoptimalkan fungsi unit ini sesuai dengan rancangan, maka
harus dipertahankan kecepatan pengendapan sesuai dengan kriteria
rancangan. Dalam hal ini perlu dijaga agar debit air masuk harus
sesuai dengan kriteria rancangan. Jika debit air yang masuk ke dalam
bangunan penyadap air tidak konstan dan lebih besar dari rancangan,
maka partikel tidak sempat mengendap pada unit ini tetapi akan
terbawa masuk ke dalam bak pengumpul, sehingga kemungkinan
partikel akan terbawa ke dalam pompa dan akan merusak pompa.
Untuk menjaga hal ini terjadi, maka pemeriksaan debit air harus
dilaksanakan secara rutin, lebih mudah pintu air pada intake
dilengkapi dengan pembacaan elevasi air, sehingga elevasi

air

sesudah dan sebelum saringan dapat diketahui.


Selain kecepatan aliran harus stabil, hal lainnya yang harus dijaga
adalah jangan terjadi aliran turbulen sehingga pengendapan partikel
tidak terganggu.
Pemeliharaan Penjebak pasir :

Perlu dilakukan pembersihan sedimen yang mengendap ke dalam


bak pada waktu-waktu tertentu (secara rutin) atau sesuai
dengan banyaknya endapan. Diusahakan pembersihan dilakukan
sebelum endapan di dalam bak penuh.

Membersihkan

kotoran

berupa

lumpur,

lumut/algae

yang

menempel pada dinding bak penjebak pasir

Membersihkan tanaman/rumput yang tumbuh tidak teratur di


sekitar bak

34

3.3. Bak Pengumpul

Dalam kondisi normal pengoperasian pada bangunan pengumpul


adalah dengan mengatur sistem aliran air.
Pengoperasian bangunan pengumpul meliputi :
Sistem perpipaan/saluran masuk (inlet).
Sistem aliran air pada bak pengumpul.
Sistem pelimpah (overflow) dan pembuangan (drain).
Sistem perpipaan/saluran keluar (outlet).
Untuk operasional bak pengumpul meliputi pengoperasian harian dan
bulanan.
3.3.1. Pengoperasian Harian
a. Elevasi permukaan air pada ruang penenang yang dilengkapi
dengan alat ukur debit dicatat dan agar dapat diatur sesuai
dengan debit yang diinginkan.
b. Memeriksa katup-katup bila terjadi gangguan pada sistem aliran.
c. Memeriksa

dinding

penyekat

(baffle)

dari

gangguan

kotoran/sampah yang dapat menggangu aliran,

3.3.2. Pengoperasian Bulanan


a. Memeriksa secara keseluruhan bagian-bagian bak pengumpul
apakah dalam keadaan baik.
b. Berdasarkan

hasil

pemeriksaan

debit,

direncanakan

untuk

mengadakan kegiatan pemeliharaan bila hasil pengukuran debit


lebih rendah di banding sebelumnya.

35

Pemeliharaan bak pengumpul meliputi pemeliharaan terhadap gangguangangguan yang menggangu sistem aliran, seperti :

a. Pada saat bak pengumpul akan dibersihkan, sistem aliran air


masuk melalui

pipa inlet (masuk dari bagian bawah) dan

dilengkapi dengan katup. Apabila katup utama ditutup, maka


aliran akan melalui pipa by pass dan bak pengumpul dapat
dibersihkan.
b. Membersihkan sampah-sampah dan kotoran, dapat dilakukan
dengan jalan membuka katup pipa pembuangan (drain), dengan
catatan katup inlet ditutup.
c. Bersihkan pipa-pipa termasuk katup, beserta peralatan lainnya ,
antara lain dinding penyekat, alat ukur, mistar ukur dari kotoran
yang melekat. Segera diberi cat dasar pada tempat-tempat yang
ada tanda-tanda karat dan kemudian dicat dengan cat yang
sesuai.
d. Memberi gemuk pada katup-katup bilamana peralatan-peralatan
itu kelihatan kering (tidak terlihat ada gemuk).
3.4. Pompa
3.4.1. Persiapan sebelum pompa dijalankan:
a.

Pastikan packing penekan dalam posisi yang baik, jika terlalu


kuat, akan dapat merusak poros dan jika terlalu longgar
menyebabakan kebocoran air.

b.

Putar pompa secara manual dan kalau pompa tidak dapat


berputar dengan lancar berarti dapat diketahui sebelum terjadi
kemacetan karena terdapat karat didalam.

c.

Star motor sebentar dan lihat arah putarannya. Arah putaran


harus sesuai arah panah pada pompa.

d.

Kalau pipa hisap diperlengkapi dengan katup tutup (sluice value)


maka harus diperhatikan supaya katup ini dalam keadaan
tertutup penuh.
36

e.

Kemudian hidupkan dan putar pompa untuk beberapa saat


(beberapa detik), dan hentikan. Buka katup pengeluaran udara
untuk mengeluarkan udara. Proses ini dilakukan beberapa kali
untuk memastikan bahwa sudah tidak ada udara tersisa
didalamnya.

3.4.2. Menjalankan dan menghentikan Pompa


Telah disebutkan bahwa jenis pompa yang biasa digunakan untuk
menyadap air adalah pompa benam (Submersible) atau pompa nonsubmersible.
(1)

Pompa Submersible :

a. Menjalankan Pompa :
Tutup katup kempa ( sluice value) pada pipa tekan
Tekan saklar ON

periksalah apakah pompa berjalan

dengan normal.
Periksa putaran pompa :
Putaran benar bila tekanan pada katup kempa tertutup
rapat, berada pada tekanan tertinggi.
Putaran terbalik tekanan pada katup kempa tidak
mencapai tekanan yang seharusnya.
b. Menghentikan pompa :
Tutup katup kempa
Tekan saklar OFF pada panel listrik pompa maka pompa akan
berhenti bekerja.

37

(2)

Pompa Non-submersible :

a. Menghidupkan pompa :
Periksa katup kempa pada pipa tekan (sluice valve) tertutup.
Bila perlu lakukan pancingan terhadap pompa.
Tekan saklar On pada panel listrik

untuk menghidupkan

pompa.
Sebelum pompa dioperasikan secara terus menerus, maka
lakukan hal hal seperti berikut :

Tekan ON atau OFF satu atau dua kali

untuk

memastikan bahwa tidak ada kelainan pada pompa.

Operasikan pompa hingga mencapai nilai kecepatan


spesifik dan tentukan nilai yang terlihat pada indikator
alat ukur .

Selama pompa dijalankan cek jika ada kelainan pada


setiap bagian pompa, seperti : timbul bunyi yang asing,
timbul getaran dan panas yang berlebihan

jika timbul

hal-hal tersebut, maka hentikan segera pompa


periksa kelainan.
Pompa dijalankan terus

jika operasi pompa berjalan

normal, maka putaran per menit (RPM) pompa akan


menunjukkan nilai yang spesifik, kemudian buka katup pada
pipa tekan (sluice valve) secara perlahan-lahan.
b. Menghentikan pompa :
Tutup katup kempa.
Tekan saklar OFF pada panel listrik pompa, maka pompa
akan berhenti bekerja.

38

3.4.3. Pengawasan selama pengoperasian :


Lakukan pemeriksaan secara hati hati
apakah terlalu panas
o

terhadap bantalan,

aman jika suhu bantalan kurang dari 40

C.

Periksa paking penekan (gland packing) untuk hal-hal berikut :


1. Periksa pengaruh panas yang timbul akibat pemasangan gland
packing yang terlalu kuat.
2. Cek adanya kebocoran dan pastikan jumlah air yang keluar
jika jumlah air sedikit masih diperkenankan.
Buka katup kempa perlahan-lahan setelah kecepatan
nominal tercapai. Pembukaan yang dilakukan dengan cepat
dapat menyebabkan kotoran akan naik dan menyumbat
pompa.
Hindari untuk membuka dan menutup katup pompa yang
telah diatur dengan baik setelah berjalan normal.
Waktu antara menghentikan

dan menjalankan kembali

pompa minimal 5 menit .


Perhatikan sumber listrik :
-

Voltase

tidak boleh menyimpang lebih dari 5 %.

Arus listrik antara fasa tidak seimbang di atas 10 %.

Perhatikan tekanan dan kapasitas pompa, tutup manometer


jika tidak dipakai.
Hindari START dan STOP yang terlalu sering.

Setelah pompa dioperasikan perlu di periksa apakah alatalat ukur berfungsi dengan baik atau tidak.

Periksa arus listrik pada amper-meter. Bila fluktuasinya


cukup besar kemungkinan pompa tersumbat. Bila jumlah
air

yang

dipompakan

tiba-tiba

berkurang

banyak,

kemungkinan penyebabnya adalah sumbatan benda asing


dibagian dalam pompa.

39

3.5.

Pemeliharaan Sarana Penyadap Air


Pemeliharaan

sarana

penyadap

air

secara

menyeluruh

harus

dilakukan, karena jika sarana ini tidak terpelihara dengan baik akan
mempengaruhi

kinerja

lainnya

dalam

sistem

bersih/minum. Pemeliharaan ini bersifat

penyediaan

air

pencegahan terhadap

kerusakkan dan dilakukan secara berkala (mingguan, harian, bulanan,


tahunan), seperti dijelaskan pada table 1.
Tabel 1. Pemeliharaan Sarana Penyadap Air
AKTIVITAS

FREKUENSI

Membersihkan kisi-kisi saringan kasar dari sampahsampah dan membuang sampah ke tempat sampah.

1 x / hari

Pembuangan Lumpur dan pasir dari bangunan pengendap


dan penjebak pasir

1x / hari, kecuali diwaktu


banjir

Membersihkan lumpur dari mulut pompa supaya lumpur


tidak mengeras dan kotoran lain yang akan mengganggu
kerja pompa/menyumbat pompa

Setiap hari terutama


sesudah terjadi banjir

Periksa pipa berikut katup-katup dari kebocoran

Setiap kali pompa


dihidupkan/dijalankan

Mengecek panel listrik

Setiap kali pompa


dihidupkan/dijalankan

Mengecek bagian pompa terhadap: suhu, getara, bunyi

Setiap kali pompa


dihidupkan/dijalankan

Membersihkan lingkungan sekitar sarana penyadap air


dari ilalang/tanaman lain yang mengganggu.

1x / minggu

Pengecekan motor (oli pelumas, kemiringan, oven) dan


penyetelan kembali kedua sumbu

1x / bulan

Melakukan penggantian oli pelumas

1x / 2 bulan

Perawatan permukaan poros, kopling dan lain-lainnya


supaya tidak berkarat, dengan pemberian gemuk.

1x / bulan

Penggantian karet kopling, ball bearing, seal ring

Sewaktu-waktu jika terjadi


kerusakkan

Pengecatan/pelapisan anti karat kisi-kisi saringana kasar

1x / 3 bulan

Pengecekan kerusakan pompa dan perbaikan pompa

Tidak terjadwal

Melakukan pemeriksaan secara seksama terhadap pompa


serta peralatan pendukung lainnya ( Overhaul).

1x / 1 tahun

Melakukan perbaikan pipa-pipa (termasuk pipa transmisi)

Tidak terjadwal

40

Anda mungkin juga menyukai