Evapotranspirasi
b.
c.
Sebagai penghalang untuk sampainya air di bumi melalui proses
intersepsi.
d.
e.
Sebagai pendorong ke arah perbaikan kemampuan karakteristik fisik
tanah untuk memasukkan air lewat sistem perakaran, penambahan dinamika
bahan organik ataupun adanya kenaikan kegiatan biologik di dalam tanah.
Fungsi kawasan hutan sebagai pengendali daur hidrologi dapat
dilihat dari dua sudut pandangan yaitu menyediakan air dengan konsep
panen air (water harvesting) dan dengan konsep penghasilan air (water
yield).
Jumlah air yang dapat dipanen tergantung pada jumlah aliran
permukaan (run off) yang dapat digunakan, sedang jumlah air yang dapat
dihasilkan bergantung pada debit air tanah. Kedua tujuan tersebut
memerlukan perlakuan yang berbeda.
Untuk meningkatkan panenan air, infiltrasi dan perkolasi harus
dikendalikan, sedang untuk meningkatkan penghasilan air, infiltrasi dan
perkolasi justru yang harus ditingkatkan. Konsep penghasil air menjadi azas
pengembangan sumber air di kawasan beriklim basah, karena konsep panen
air akan membawa resiko besar, berupa peningkatan erosi dan juga akan
banyak memboroskan lahan untuk menampungnya.
Semua fungsi hutan tersebut bersifat dinamik yang akan berubah
dari musim ke musim maupun dari tahun ke tahun. Dalam keadaan hutan
yang telah mantap, perubahan fungsi hutan mungkin hanya nampak secara
musiman, sesuai dengan pola sebaran hujannya.
Fungsi hutan terhadap pengendalian daur air dimulai dari
fungsitajuk menyimpan air sebagai air intersepsi. Sampai saat ini intersepsi
belum dianggap sebagai faktor penting dalam daur hidrologi. Bagi daerah
yang hujannya rendah dan kebutuhan air dipenuhi dengan konsep water
harvest maka para pengelola Daerah Aliran Sungai (DAS) harus tetap
memperhitungkan besarnya intersepsi karena
jumlah air yang
hilang
sebagai air intersepsi dapat mengurangi jumlah air yang masuk ke suatu
kawasan dan akhirnya mempengaruhi neraca air regional. Dengan demikian
pemeliharaan hutan yang berupa penjarangan sangat penting dilaksanakan
sesuai frekuensi yang telah ditetapkan.
Fungsi menonjol yang ke dua yang juga sering menjadi sumber
penyebab kekawatiran masyarakat adalah evapotranspirasi. Beberapa faktor
yang berperanan terhadap besarnya evapotranspirasi antara lain adalah
radiasi matahari, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin dan
ketersediaan
air
di dalam tanah atau sering disebut kelengasan tanah.
Lengas
tanah
berperanan
terhadap
terjadinya
evapotranspirasiEvapotranspirasi punya pengaruh yang penting terhadap
besarnya cadangan air tanah terutama untuk kawasan yang berhujan rendah,
lapisan/tebal tanah dangkal dan sifat batuan yang tidak dapat menyimpan
air.
Fungsi ketiga adalah kemampuan mengendalikan tingginya
lengas tanah hutan. Tanah mempunyai kemampuan untuk menyimpan air
(lengas tanah), karena memiliki rongga-rongga yang dapat diisi dengan
udara/cairan atau bersifat porous. Bagian lengas tanah yang tidak dapat
dipindahkan dari tanah oleh cara-cara alami yaitu dengan osmosis, gravitasi
atau kapasitas simpanan permanen suatu tanah diukur dengan kandungan
air tanahnya pada titik layu permanen yaitu pada kandungan air tanah
terendah dimana tanaman dapat mengekstrak air dari ruang pori tanah
terhadap gaya gravitasinya. Titik layu ini sama bagi semua tanaman pada
tanah tertentu (Seyhan, 1977). Pada tingkat kelembaban titik layu ini
tanaman tidak mampu lagi menyerap air dari dalam tanah. Jumlah air yang
tertampung di daerah perakaran merupakan faktor penting untuk
menentukan nilai penting tanah pertanian maupun kehutanan.
Fungsi ke empat adalah dalam pengendalian aliran (hasil
air). Kebanyakan persoalan distribusi sumberdaya air selalu berhubungan
dengan dimensi ruang dan waktu. Akhir-akhir ini kita lebih sering dihadapkan
pada suatu keadaan berlebihan air pada musim hujan dan kekurangan air di
musim kemarau. Sampai saat ini masih dipercayai bahwa hutan yang baik
mampu mengendalikan daur air artinya hutan yang baik dapat menyimpan
Aksi konservasi SDA non sipil teknis dikelompokan lagi menjadi : (a)
Peraturan dan Kelembagaan, (b) konservasi vegetasi.
Aksi konservasi dari aspek Peraturan dan Kelembagaan
adalah kegiatan yang mendukung dan menunjang pelaksanaan konservasi,
pengawasan, memonitoring dan evaluasi kegiatan dan pelaksanaan
konservasi, serta pemberian sangsi terhadap pelanggaran-pelanggaran yang
menyebabkan berubah dan menurunnya kualitas lingkungan SDA, dengan
produk hukum, peraturan dan pembagian tugas dan tanggung jawab
kegiatan.
Konservasi secara vegetatif adalah penggunaan tanaman
atau tumbuhan dan sisa tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga
dapat menurunkan daya rusak/energi air hujan yang jauh ke tanah,
menahan/mengurangi laju erosi tanah permukaan dan meningkatkan
pengisian lengas tanah dan air tanah. Konservasi tanah dan air secara
vegetatif ini menjalankan fungsinya melalui:
a.
Pengurangan daya perusak butiran hujan yang jatuh akibat intersepsi
butiran hujan oleh dedaunan tanaman atau tajuk tanaman.
b. Pengurangan volume aliran permukaan akibat peningkatan infiltrasi oleh
aktifitas perakaran tanaman dan penambahan bahan organik.
c.
Pertanaman Berganda
Penggunaan mulsa
2.
a.
b.
Pembuatan/Pembentukan Terasering
3)
Sebelum air hujan yang berupa aliran pemmukaan masuk kedalam sumur
melalui saluran air, sebaiknya dilakukan penyaringan air dibak control
terlebih dahulu.
Bak control terdiri dari beberapa lapisan berturut-turut adalah lapisan
gravel (kerikil), pasir kasar, pasir dan ijuk.
Penyaringan ini dimaksudkan agar partikelpartikel debu hasil erosi dari
daerah tangkapan air tidak terbawa masuk ke sumur sehingga tidak
menyumbat poripori lapisan aquifer yang ada.
Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui pipa pemasukan,
dasar sumur yang berada dilapidan kedap air dapat diisi dengan batu- belah
atau ijuk.
Pada dinding sumur tepat didepan pipa pemasukan, dipasang pipa
pengeluaran yang letaknya lebih rendah daripada pipa pemasukan untuk
antisipasi manakala terjadi overflow/luapan air didalam sumur. Bila tidak
dilengkapi dengan pipa pengeluaran, air yang masuk dengan sekat balok dll.
Diameter sumur bervariasi tergantung pada besarnya curah hujan, luas
tangkapan air, konduktifitas hidrolika lapisan aquifer, tebal lapisan aquifer
dan daya tampung lapisan aquifer. Pada umumnya diameter berkisar antaral1,5m
Tergantung pada tingkat kelabilan/kondisi lapisan tanah dan ketersediaan
dana yang ada, dinding sumur dapat dilapis pasangan bate bata atau buffs
beton. Akan lebih baik bila dinding sumur dibuat lubang-lubang agar air
dapat meresap juga secara horizontal.
Manfaat sumur resapan adalah sebagai berikut :
Mengurangi air limpasan, sehingga jaringan drainase akan dapat
diperkecil
Biaya pembangunan sumur resapan relatif murah, yaitu Rp.200 - 250 ribu
Bangunan ini diperlukan untuk menampung dan mengolah air limbah rumah
tangga dan industri terutama didaerah perkotaan, sebelum masuk ke sungai,
sehingga berfungsi mengurangi polutan masuk ke sungai.
Setiap rumah tangga atau kelompok rumah tangga harus
mempunyai sistem pengolah air limbah. Sosialisasi terhadap pentingnya
instalasi pengolah limbah dan merubah kebiasaan masyarakat membuang
langsung disungai atau badan air lainnya serta untuk menyediakan sistem
pengolahan limbah rumah tangga harus segera dilakukan mengingat kondisi
kualitas air di sungai terutama pada musim kering termasuk dalam kategori
tercemar salah satunya adalah dari unsur biologis.
8)
suatu
DAS
1.
jumlah penduduk (beserta ternak) dan bagaimana mereka saling
berinteraksi, termasuk interaksinya dengan pemerintah daerah. Sebagai
contoh, apakah mereka mempunyai aturan adat dan apakah aturan adat
tersebut masih mereka terapkan dalam kehidupan sehari- hari
2.
sistem penggunaan lahan atau jenis tutupan lahan dapat berbentuk
hutan alam, hutan bekas tebangan, tanaman pangan, pohon bernilai
ekonomis, padang rumput dan pematang yang ditanami makanan ternak,
jalan dan jalan setapak serta perumahan
3. kondisi tanah, seperti tingkat kepadatan tanah, tingkat penutupan tanah
oleh lapisan seresah, organisme tanah dan perakaran tumbuhan yang
berperan dalam menjaga struktur tanah dari pemadatan
4.
topografi lahan dan geologi tanah yang berkaitan dengan kecuraman
lereng, bukti adanya pergerakan tanah, sejarah geologi, gempa bumi dan
gunung meletus, keseimbangan antara pembentukan tanah dan erosi
5.
iklim dan cuaca yang berkaitan dengan curah hujan dan pola musim,
siklus harian cahaya matahari dan intensitas hujan (hujan lebat, gerimis),
pola aliran sungai yang mengikuti pola bebatuan dan perbukitan, ada
tidaknya 'meandering' (pembetukan kelokan sungai) yang menyebabkan
sedimentasi tanah yang mungkin berasal dari erosi dan tanah longsor, yang
dianggap merusak di masa lalu, namun akhirnya menjadi lahan yang subur.
Dalam memecahkan masalah pengelolaan Sumber Daya Air dan
upaya Konservasi Sumber Daya air harus ada kerja sama secara terpadu
antar berbagai disiplin ilmu seperti sosial politik, konservasi, kehutanan,
perencanaan wilayah, tanah, georgafi, geologi, hidrologi. Masing-masing
disiplin ilmu ini harus saling mengisi dan tidak dapat berdiri sendiri.
Kerjasama yang terpadu sangat diperlukan untuk memahami kelebihan
masing-masing displin ilmu, serta memahami pengetahuan dan persepsi
masyarakat dan pengambil kebijakan dalam memandang dan menyikapi
permasalahan dalam pengelolaan lanskap. Untuk itu komunikasi yang
terbuka antar pemangku kepentingan (peneliti/ilmuwan, masyarakat dan
pemerintah/pembuat kebijakan) perlu dijaga dan ditingkatkan.