Anda di halaman 1dari 20

i

1 BAB 1
SPESIFIKASI INSTALASI PERPIPAAN

Kompetensi Dasar
3.15. Memahami spesifikasi instalasi perpipaan
4.15. Menyajikan spesifikasi instalasi perpipaan

Tujuan
Setelah mempelajari/mengikuti kegiatan pembelajaran bab 1: Spesifikasi Instalasi
Perpipaan, diharapkan tercapainya kompetensi peserta didik yang meliputi:
1. Menjelaskan intalasi perpipaan air bersih pada gedung
2. Menjelaskan instalasi perpipaan air kotor pada gedung
3. Mempresentasikan intalasi perpipaan air bersih pada gedung
4. Mempresentasikan intalasi perpipaan air kotor pada gedung

Gambar 1.1. Ilustrasi Sistem Perpipaan Gedung Sumber:


Seth Mitchell, 2015

1
Tentunya sebuah bangunan tidak akan berfungsi maksimal jika tidak dilengkapi dengan
sistem plambing air bersih dan air kotor. Bayangkan saja jika rumah Anda tidak tersedia
sistem air bersih dan penyaluran air kotor, pasti akan sangat kerepotan, Anda mungkin
perlu pergi ke sungai untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK). Maka dari itu, Anda perlu
mempelajari sistem plambing bangunan, supaya nanti dapat merancang sebuah
bangunan yang nyaman untuk dihuni.
Dalam bab ini, Anda akan mempelajari sistem perpipaan plambing air bersih dan air kotor.
Setelah mempelajarinya diharapkan Anda dapat mengetahui sistem perpipaan plambing
pada bangunan sesuai dengan aturan.

A. Instalasi Perpipaan Air Bersih


Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas
seharihari. Salah satu bagian dari sistem utilitas bangunan adalah sistem penyediaan
air bersih dan sistem pembuangan air kotor, yang disebut juga sistem plambing. Tujuan
penempatan plambing dalam suatu bangunan adalah agar penghuni tersebut merasa
aman, nyaman, dan sehat. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan
dan perpipaan air bersih pada bangunan.
Kualitas air bersih
Penyediaan air bersih dengan kualitas yang tetap . Air dikatakan bersih bila
memenuhi syarat jernih/tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. Selain itu air
juga perlu di uji laboratorium terlebih dahulu untuk mengetahui unsur di dalamnya
agar lebih aman untuk di komsumsi. Tentunya harus sesuai dengan standar
peraturan kesehatan yang berlaku di Indonesia. Dalam memilih sumber air baku
untuk memenuhi kebutuhan air bersih, maka harus diperhatikan persyaratan
utamanya yang meliputi kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan biaya.
Sumber air bersih Air permukaan
Sumber air permukaan dapat berasal dari air waduk, air sungai, atau air danau.
Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi dengan berbagai zat-zat
yang membahayakan kesehatan. Pada masa musim hujan tingkat kekeruhan
juga semakin tinggi. Dengan kualitas seperti itu maka diperlukan pengolahan air
sebelum dipergunakan. Dari segi kuantitas dan kontinuitas air permukaan dapat
dianggap tidak menimbulkan masalah yang besar bagi penyediaan air bersih.
Mata air
Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena
berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan,
sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Dengan kualitas seperti
itu pengolahan yang dilakukan biasanya cukup dengan pembubuhan
desinfektan, seperti klorinasi. Dari segi kuantitas dan kontinuitas, jumlah dan

2
kapasitasnya sangat terbatas sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan
sejumlah penduduk.
Air Tanah
Sumber air tanah tersimpan dalam lapisan aktifer, banyak mengandung garam
dan mineral yang terlarut pada waktu air melalui lapisan lapisan tanah, sehingga
praktis jenis air ini bebas dari polutan karena keeberadaannya di bawah
permukaan tanah. Pengolahan yang dilakukan pada umumnya adalah
pengolahan kimiawi, yaitu dengan menambahkan zat-zat kimia tertentu untuk
mereduksi logam-logam tersebut disamping juga membubuhkan zat desinfektan.
Air tanah dibedakan menjadi:
1) Air tanah dangkal, memiliki kedalaman muka air tanah kurang dari 20 meter
2) Air tanah dalam, memiliki kedalaman muka air tanah lebih besar dari 20
meter, kualitasnya lebih baik dari air tanah dangkal Ada tiga sistem metode
pengambilan air tanah yaitu a) Sumur Gali
b) Sumur Pompa Tangan Dangkal (SPT Dangkal)
c) Sumur Pompa Tangan Dalam (SPT Dalam)
Dari segi kuantitas, jenis ini relatif cukup untuk air baku, namun dari segi
kontinuitas pengambilan air tanah harus dibatasi, karena dapat menyebabkan
masalah penurunan muka air tanah.
Air Hujan
Air hujan merupakan sumber air baku khususnya bagi daerah yang kesulitan
mendapatkan sumber air. Ada dua alternatif sistem pengolahan air hujan:
1) Penampungan Air Hujan (PAH) Individu
Volume sekitar 500 liter (0.5 m3) – 1000 liter (1m3).
2) Penampungan Air Hujan (PAH) Komunal Volume sekitar 30
m3.
Dari segi kuantitas, air hujan tergantung besar kecilnya curah hujan, sehingga
bersifat fluktuatif yang artinya tidak mampu mencukupi air baku. Begitupun jika
dilihat dari segi kontinuitasnya, air hujan tidak mampu menjadi sumber air baku
secara terus menerus jika musim kemarau.

Sistem penyediaan air bersih


Sistem penyediaan air bersih pada bangunan gedung dapat dikelompokan sebagai
berikut:

3
Sistem Sambungan Langsung

Gambar 1.2. Sistem Sambungan Langsung


Sumber: Soufyan M. Noerbambang, 2000

Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung langsung dengan pipa utama
penyediaan air bersih (misalnya: pipa utama dibawah jalan dari perusahaan air
minum). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran
pipa, cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat
diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah. Ukuran pipa
cabang biasanya diatur/ditetapkan oleh perusahaan air minum. Tangki pemanas
air biasanya tidak disambung langsung kepada pipa distribusi, dan dibeberapa
daerah tidak diizinkan memasang katup gelontor (flush valve).
Sistem tangki atap

Gambar 1.3. Sistem Tangki Atap


Sumber: Soufyan M. Noerbambang, 2000
Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada
lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah) kemudian dipompakan ke
tangki atas yang biasanya dipasang diatas atap atau diatas lantai tertinggi

4
bangunan. Dari tangki atap ini diterapkan seringkali dengan alasan-alasan
berikut:
1) Selama air digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing
hampir tidak terjadi, perubahan tekanan ini hanyalah akibat muka air dalam
tangki atap.
2) Sistem pompa yang dinaikkan air tangki atap bekerja otomatis dengan cara
yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya
kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang
mendeteksi muka dalam tangki atap.
3) Perawatan tangki atap sangat sederhana jika dibandingkan dengan tangki
tekan.
Untuk bangunan-bangunan yang cukup besar, sebaiknya disediakan pompa
cadangan untuk menaikkan air ke tangki atap. Pompa cadangan ini dalam
keadaan normal biasanya dijalankan bergantian dengan pompa utama, untuk
menjaga agar kalau ada kerusakan atau kesulitan maka dapat segera diketahui.
Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat langsung dialirkan
ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki bawah dan dipompa. Dalam
keadaan demikian ketinggian lantai atas yang dapat dilayani akan tergantung
pada besarnya tekanan air dalam pipa utama.
Sistem tangki tekan

Gambar 1.4. Sistem Tangki Tekan


Sumber: Soufyan M. Noerbambang, 2000

Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana suatu kondisi tidak dapat
digunakan sistem sambungan langsung. Prinsip kerja sistem ini adalah air bersih
ditampung pada ground reservoir/tangki air bawah kemudian dipompakan ke
dalam tangki bertekanan. Air dalam tangki bertekanan dialirkan ke seluruh
jaringan perpipaan gedung. Pompa bekerja secara otomatis dan akan berhenti
jika tekanan tangki telah mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan.

5
Sistem Tanpa Tangki (Booster System)
Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan,
ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan
dan pompa penghisap air langsung dari pipa utama (misalnya pipa utama
perusahaan air minum). Di Eropa dan Amerika Serikat cara ini dapat dilakukan
kalau pipa masuk pompa diameternya 100 mm atau kurang. Sistem ini
sebenarnya dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan Air Minum maupun
pada pipa-pipa utama dalam pemukiman khusus (tidak untuk umum).

Peralatan penyediaan air bersih


Untuk menyimpan air bersih dari pompa atau PAM, volume air disesuaikan dengan
keperluan penghuni seluruhnya. Ada 2 macam tempat penyimpanan air bersih
yakni: Tangki Air
1) Tangki air bawah tanah (ground reservoir)
Yang dimaksud dengan tangki air bawah tanah adalah reservoir yang
sebagian besar atau seluruh reservoir tersebut terletak di bawah permukaan
tanah.

Gambar 1.5. Ground Reservoir


Sumber: Java Fiberglass, 2017

Air dari jaringan air minum kota dialirkan melalui katup bola dan ditampung
dalam tangki bawah tanah dan kemudian dipompa ke dalam jaringan pipa

6
penyediaan air gedung. Tangki semacam ini dapat dibuat dari baja, beton
bertulang, kayu bertulang, kayu, dan belakangan ini muncul tangki dari bahan
FRP atau yang dalam istilah populer dinamakan fiberglas

2) Tangki atap (top reservoir/roof tank/eleveted reservoir)


Tangki atap adalah reservoir yang seluruh bagian penampungan dari
reservoir tersebut terletak lebih tinggi dari permukaan tanah sekitarnya.

Gambar 1.6. Tangki Atap


Sumber: Ted McGrath, 2016
Tangki ini mendapatkan air dari pompa yang menyedot dari tangki bawah
tanah, terutama berfungsi untuk menyimpan air untuk kebutuhan singkat dan
untuk menstabilkan tekanan air sehubungan dengan fluktuasi pemakaian air
sehari-hari. Biasanya dibuat dari pelat baja, kayu, dan juga FRP.
Perlengkapan reservoir memiliki bagian utama yaitu bak tempat
penampungan air bersih, dan biasanya reservoir dilengkapi juga dengan
perpipaan, yang terdiri dari pipa air masuk (pipa inlet), pipa air keluar (pipa
outlet) dilengkapi dengan saringan, pipa peluap dan pipa penguras, pipa
udara (pipa vent), lubang inspeksi (manhole), tangga untuk naik ke menara
reservoir dan tangga untuk masuk ke dalam reservoir, alat penunjuk tinggi
muka air dalam reservoir, alat pengukur debit air (meter air), biasanya alat
pengukur debit air dipasang pada pipa air masuk ke reservoir dan atau pada
pipa air keluar dari reservoir.

Pompa
Pompa yang menyedot air dari tangki bawah atau tangki bawah tanah dan
mengalirkannya ke tangki atas atau tangki atap seringkali dinamakan “pompa

7
angkat” (mengangkat air dar bawah ke atas). Sedang pompa yang mengalirkan
air ke tangki tekan sering dinamakan “pompa tekan”.
Pressure Tank
Berfungsi untuk meringankan kerja pompa dari keadaan start-stop yang terlalu
sering. Beberapa jenis pressure tank yang sering dipakai, antara lain: a.
Pressure tank dengan diafragma
b. Pressure tank tanpa diafragma

Sistem distribusi air bersih gedung Adapun


sistem distribusi air bersih antara lain:
Up feed system
Dalam sistem ini pipa distribusi langsung dari tangki bawah tanah (ground tank)
dengan pompa langsung disambungkan dengan pipa utama penyediaan air
bersih pada bangunan, dalam hal ini menggunakan sepenuhnya kemampuan
pompa. Karena terbatasnya tekanan dalam pipa dan dibatasinya ukuran pipa
cabang dari pipa utama tersebut, sistem ini terutama dapat diterapkan untuk
perumahan dan kecil yang rendah.

Gambar 1.7. Up Fade System


Sumber: Ellysa, 2015
Pembuatan relatif murah tetapi pompa cepat rusak. Kerugian sistem ini adalah
pompa bekerja terus menerus dan ketinggian terbatas karena kekuatan pipa
terbatas untuk mengantisipasi tekanan air di dalamnya.
Down feed system
Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu di tangki bawah (ground tank),
kemudian dipompakan ke tangki atas (top reservoir) yang biasanya dipasang di
atas atap atau di lantai tertinggi bangunan. Dari sini air didistribusikan ke seluruh
bangunan.

8
Gambar 1.8. Down Fade System
Sumber: Ellysa, 2015
Sistem tangki atap ini cukup efisien diterapkan karena:
1) Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plumbing hampir tidak berarti.
2) Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atas bekerja secara otomatis
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kesulitan dapat ditekan.
3) Perawatan tangki sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya tangki
tekan.

Kelebihan down feed system:


1) Pompa tidak bekerja secara terus-menerus sehingga lebih efisien dan awet,
2) Air bersih selalu tersedia setiap saat,
3) Tidak memerlukan pompa otomatis, kecuali untuk sistem pencegah bahaya
kebakaran (sprinkler dan hydrant).

Kekurangan down feed system:


1) Membutuhkan biaya tambahan untuk pengadaan tangki tambahan,
2) Menambah beban pada struktur bangunan, 3) Menambah biaya
pemeliharaan.

Untuk pemakaian jangka panjang sistem ini termasuk efektif dan efisien
walaupun biaya pembuatannya mahal. Apabila jumlah lantai sangat banyak,
tekanan air dalam pila sangat tinggi, sehingga pipa dapat pecah karena tekanan
tinggi (setiap tujuh meter tekanan pipa menerima tekanan sebesar 1 atmosfir),
maka down feed system ini dilengkapi dengan:
1) Spillback Tank
Berupa tangki pembantu yang diletakkan pada setiap lantai tertentu. Tiap
tangki dilengkapi dengan katup pengendali tekanan. Bila tekanan air tinggi
maka katup akan menutup.

9
Gambar 1.9. Down Feed System dengan Spillback Tank
Sumber: Rio Aditama, 2017

2) Presure Reducer Valve (PRV, katup reduksi tekanan)


Pada jumlah lantai yang relatif banyak, ada kemungkinan tekanan dalam pipa
sangat tinggi sehingga perlu direduksi dengan katup (valve). Katup-katup
tersebut diletakkan pada beberapa lantai tertentu.

Gambar 1.10. Down Feed System dengan Presure Reducer Valve


Sumber: Rio Aditama, 2017

B. Instalasi Perpipaan Air Kotor


Air buangan/air limbah/air kotor (waste water) adalah air yang telah selesai digunakan
oleh berbagai kegiatan manusia (rumah tangga, industri, dan bangunan umum).
Fungsi saluran pembuangan air kotor dalam bangunan Fungsi Kenyamanan
Sebagai bagian dari sebuah bangunan, saluran air kotor berfungsi sebagai
penunjang kegiatan yang sedang berlangsung dalam bangunan.
Fungsi Estetika
Dengan adanya jaringan saluran pembuangan air kotor, maka penampilan fisik
bangunan akan lebih estetis karena secara keseluruhan penampilan bangunan
akan lebih teratur.

10
Fungsi Utilitas
Saluran pembuangan air kotor merupakan suatu saluran yang berfungsi sebagai
pengangkut bahan-bahan limbah dari kegiatan yang sedang berlangsung dalam
suatu bangunan.
Klasifikasi sistem pembuangan air kotor Menurut jenis air buangan
1) Sistem pembuangan air kotor
Sistem pembuangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan air
buangan mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing
lainnya dikumpulkan dan dialirkan keluar.
2) Sistem pembuangan air bekas pakai/air sabun
Sistem pembuangan air dimana air bekas pakai dalam gedung dikumputkan
dan dialirkan ke luar bangunan.
3) Sistem pembuangan air hujan
Sistem pembuangan dimana hanya air hujan dari atap gedung dan tempat
lainnya dikumpulkan dan dialirkan ke luar bangunan.
4) Sistem pembuangan air khusus
Sistem buangan yang dikhususkan bagi air buangan yang apabila ditinjau dari
segi pencemaran lingkungan adalah sangat berbahaya, oleh karena itu perlu
disediakan pengolahan khusus sesuai persyaratan, sebelum dibuang ke riol
kota.
5) Sistem pembuangan air berlemak dari dapur
Sistem pembuangan dari dapur secara umum sebenarnya dapat dimasukkan
datam riol kota tanpa proses pengamanan terlebih dahulu.
Menurut cara pembuangan air kotor
1) Sistem pembuangan campuran
Sistem pembuangan dimana segala jenis air buangan dikumpulkan ke dalam
satu saluran dan dialirkan ke luar gedung, tanpa memperhatikan jenis air
buangannya.
2) Sistem pembuangan terpisah
Sistem pembuangan dimana segata jenis air buangan dikumpulkan dan
dialirkan ke luar gedung secara terpisah.
3) Sistem pembuangan air secara tak langsung
Sistem pembuangan air dimana air buangan dari beberapa lantai gedung
bertingkat digabungkan datam satu kelompok.
Menurut cara pengalirannya
1) Sistem gravitasi, yaitu air buangan mengatir dari tempat yang lebih tinggi
secara grafitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah.

11
2) Sistem bertekanan, yaitu bita saluran umum atau riol kota letaknya lebih tinggi
dari atat-atat plumbing, sehingga air buangan dikumpulkan tertebih dahulu
dalam suatu bak penampung kemudian dipompakan ke riol kota.
Menurut tata letaknya
1) Sistem pembuangan dalam bangunan, yaitu sistem pembuangan yang
tertetak di datam gedung, sampai jarak satu meter dari dinding tuar bangunan
tersebut.
2) Sistem pembuangan di luar bangunan atau riol bangunan, yaitu sistem
pembuangan di luar bangunan, di halaman, mulai satu meter dari dinding
paling tuar dari bangunan sampai ke riol kota. Jarak satu meter diatas
bukanlah merupakan “standar” ataupun peraturan, melainkan pegangan yang
digunakan untuk membedakan antara kedua sistem.
Sistem perpipaan air kotor
Berikut ini sistem perpipaan air kotor pada gedung:
Single stack system
Seluruh air buangan (grey water dan black water) dialirkan ke satu pipa
pembuangan yang berfungsi juga sebagai ventilasi.

Gambar 1.11. Single Stack System


Sumber: Angkit Pandey, 2019
One pipe system
Dalam sistem ini soil pipe (black water) dan waste pipe (grey water) dipisahkan.
Soil pipe menampung seluruh air buangan dari kloset, urinoir, bidet, yang
berkaitan dengan kotoran manusia, sedangkan waste pipe menampung seluruh
air buangan dari bak mandi, bak cuci piring, wastafle, dll yang diluar kotoran
manusia.

12
Gambar 1.12. One Pipe System
Sumber: Angkit Pandey, 2019
Two pipe system
Dalam sistem ini memiliki dua set pipa. Soil pipe terhubung ke perlengkapan
saniter seperti kloset, urinoir, dan lainnya. Waste pipe digunakan untuk
mengumpulkan limbah dari dapur, kamar mandi, dll. Soil pipe dan waste pipe
dilengkapi dengan pipa ventilasi yang terpisah, ini membutuhkan empat pipa
ventilasi dan karenanya menjadi mahal.

Gambar 1.13. Two Pipe System


Sumber: Angkit Pandey, 2019

Kemiringan pipa dan kecepatan aliran


Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang
biasanya mengandung bagian-bagian padat. Untuk maksud tersebut, pipa

13
pembuangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan
banyaknya dan jenis air buangan yang harus dialirkan.
Biasanya pipa dianggap tidak penuh tidak penuh berisi air buangan, melainkan
hanya lebih dari 2/3 terhadap penampang pipa, sehingga bagian atas yang “kosong”
cukup untuk mengalirkan udara.
Sebagai pedoman umum, kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dari satu
perdiameter pipanya (dalam mm). Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar antara 0,6
sampai 1,2 meter/detik. Kemiringan pipa pembuangan gedung dan riol gedung
dapat dibuat lebih landai asal kecepatan tidak kurang dari 0,6 m/detik.
Tabel 1.1. Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal
Diameter pipa (mm) Kemiringan minimum
75 atau kurang 1/50
100 atau kurang 1/100
Sumber: Soufyan M. Noerbambang

Jenis-jenis pipa yang menjadi bagian sistem pembuangan Pipa pembuangan


alat plambing
Pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap pada alat plambing dengan
pipa pembuangan lainnya. Pipa ini biasanya dipasang tegak dan ukurannya
harus sama atau lebih besar dari lubang keluar perangkap pada alat plambing.

14
Pipa cabang mendatar
Pipa pembuangan yang dipasang mendatar dan menghubungkan pipa
pembuangan dari alat plambing dengan pipa tegak air buangan.

Gambar 1.14. Pipa Cabang Mendatar


Sumber: SNI 8153:2015
Pipa tegak air buangan
Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan air buangan
dari pipa-pipa cabang mendatar.
Pipa atau saluran pembuangan gedung
Pipa pembuangan yang mengumpulkan air kotor maupun air bekas dari
pipa-pipa tegak. Di dalam sistem pembuangan air dalam gedung, pipa
pembuangan gedung ini umumnya dibatasi hingga jarak satu meter ke
arah luar dari dinding terluar gedung.
Riol gedung
Pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan gedung
dengan riol umum ataupun instalasi pengolahan.
Pipa vent
Pipa untuk mengalirkan gas-gas yang dihasilkan dari pembusukan. Sistem
vent adalah bagian dari sistem plambing yang terdiri dari pipa yang
dipasang untuk sirkulasi udara ke seluruh bagian dari sistem pembuangan
dan mencegah terjadinya kerja sifon dan tekanan balik pada perangkap.

15
Gambar 1.15. Pipa Vent
Sumber: Abi Royen, 2016

Perangkap dan penangkap


Semua perangkap alat plambing harus dapat membersihkan sendiri, kecuali
perangkap penangkap lemak dan endapan, perangkap yang menjadi satu
dengan alat plambingnya harus mempunyai bagian dalam yang rata dan jalan
air yang halus. Fungsi pipa perangkap untuk menahan bau tidak sedap yang
dikeluarkan pipa pembuangan melalui lubang alat plambing.
Jenis-jenis perangkap alat plambing dapat dikelompokan sebagai berikut: a.
Yang dipasang pada alat plambing
b. Yang dipasang pada pipa pembuangan
c. Yang dipasang satu dengan alat plambing
d. Yang dipasang diluar gedung

Gambar 1.16. Konstruksi Pipa Perangkap


Sumber: SNI 8153:2015

16
Sedang penangkap (interceptor) untuk mencegah masuknya bahan-bahan
berbahaya menyumbat kedalam pipa. Persayaratan penangkap yang harus
dipenuhi:
1) Konstruksinya harus mampu secara efektif memisahkan minyak, lemak,
pasir, dsb, dari air buangan.
2) Konstruksinya harus sedemikian agar memudahkan pembersihan

Gambar 1.17. Penangkap Lemak Sumber:


Rucika, 2019

Tugas Kelompok
Lakukan survey ke gedung di sekitar daerah Anda dengan membawa surat ijin resmi
dari sekolah, laksanakan tugas berikut:
1. Pelajari sistem perpipaan air bersih gedung
2. Pelajari sistem air kotor gedung
3. Susun laporan hasil survey

Rangkuman
1. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik
dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan
aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.
2. Sumber air bersih: ari permukaan, mata air, air tanah, air hujan
3. Sistem penyimpanan air bersih: tangki bawah tanah (ground reservoir) dan tangki
atap (top reservoir/roof tank/eleveted reservoir)
4. Sistem distribusi air bersih gedung: up feed system dan down feed system
5. Sistem penyediaan air bersih gedung antara lain sistem sambungan langsung,
sistem tangki atap, sistem tangki tekan, sistem tanpa tangki

17
6. Air buangan atau Air Limbah (Waste Water) adalah air yang telah selesai
digunakan oleh berbagai kegiatan manusia (rumah tangga, industri, dan
bangunan umum).
7. Fungsi saluran pembuangan air kotor dalam bangunan antara lain fungsi
kenyamanan, fungsi estetika, fungsi utilitas
8. Klasifikasi sistem pembuangan air kotor
a. Menurut jenis buangan: sistem pembuangan air tinja, Sistem Pembuangan Air
Bekas Pakai / Air sabun, sistem pembuangan air hujan, sistem pembuangan
air khusus, sistem pembuangan air berlemak dapur
b. Menurut cara pembuangan air kotor: sistem pembuangan campuran, sistem
pembuangan terpisah, sistem pembuangan sir secara tak langsung
c. Menurut cara pengalirannya: sistem gravitasi, sistem bertekanan
d. Menurut tata letaknya: sistem pembuangan dalam bangunan, sistem
pembuangan di luar bangunan atau riol bangunan
e. Sistem perpipaan: single stack system, one pipe system, two pipe system

18

Anda mungkin juga menyukai