Anda di halaman 1dari 31

2.

2 Pengertian Air Bersih


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air
minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang
memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan airminum. Adapun persyaratan yang
dimaksud adalah persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi
dan radiologis, sehinggaapabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping.

2.3 Sistem Penyediaan Air Bersih


Sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
a. Sistem sambungan langsung
b. Sistem tangki atap
c. Sistem tangki tekan
d. Sistem tanpa tangki (booster system)

1. Sistem Sambungan langsung

Gambar: Sistem Sambungan Langsung


Sumber: http://blogs.upnjatim.ac.id/utilitas/files/2007/02/Picture4.png

Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa
utama penyediaan air bersih (PDAM). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan
dibatasi ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat
diterapkan untuk perumahan dan gedung skala kecil dan rendah.

2. Sistem Tangki Atap

Gambar: Sistem Sambungan Langsung


Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-YxM2sfTWVGQ/Vji71ghbrGI/AAAAAAAACCk/8sIL-
yMZb48/s1600/6.jpg

Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu pada tangki bawah (dipasang pada
lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah), lalu dipompakan ke tangki atas.
Tangki atas dapat berupa tangki yang disimpan di atas atap atau di bangunan yang
tertinggi. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh bangunan. Sistem tangki atap ini
diterapkan seringkali karena alasan-alasan berikut:
a. Fluktuasi tekanan pada alat plambing tidak besar atau dianggap tidak berarti.
b. Perubahan tekanan diakibatkan perubahan muka air pada tangki atap,
c. Pompa pengisi tangki atap dapat bekerja secara otomatis,
d. Perawatan tangki atap sangat sederhana dan mudah dilaksanakan.
3. Sistem Tangki Tekan (Hidrosfor)
Gambar: Sistem Tangki Tekan (Hidrosfor)
Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-
OqVkdV4PgNo/Vji7zmQTjiI/AAAAAAAACCI/goY35XDX7bo/s1600/3.jpg

Air yang telah ditampung dalam tangki bawah, dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki)
tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dalam tangki tersebut dialirkan ke dalam
suatu distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor
tekanan, yang menutup / membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti
bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan, daerah
fluktuasi tekanan ini biasanya ditetapkan antara 1,0 sampai 1,5 kg / cm 2. Daerah yang makin
lebar biasanya baik bagi pompa karena memberikan waktu lebih lama untuk berhenti, tetapi
seringkali menimbulkan efek yang negatif pada peralatan plambing.
Dalam sistem ini udara yang terkompresi akan menekan air ke dalam sistem distribusi
dan setelah berulang kali mengembang dan terkompresi lama kelamaan akan berkurang, karena
larut dalam air atau ikut terbawa keluar tangki. Sistem tangki tekan biasanya dirancang agar
volume udara tidak lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70% volume tangki berisi air.
Bila mula-mula seluruh tangki berisi udara pada tekanan atmosfer, dan bila fluktuasi tekanan
antara 1,0 sampai dengan 1,5 kg/cm2, maka sebenarnya volume efektif air yang mengalir
hanyalah sekitar 10% dari volume tangki. Untuk melayani kebutuhan air yang besar maka akan
diperlukan tangki tekan yang besar. Untuk mengatasi hal ini maka tekanan awal udara dalam
tangki dibuat lebih besar dari tekanan atmosfer (dengan memasukkan udara kempa ke dalam
tangki).
Kelebihan sistem tangki tekan yaitu :
1. Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu mencolok dibandingkan
dengan tangki atap.
2. Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama pompa-
pompa lainya.
3. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas
menara.
Sedangkan kekurangannya yaitu :
1. Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1,0 kg/cm2 sangat besar dibandingkan dengan
sistem tangki atap yang hampir tidak ada fluktuasinya. Fluktuasi yang besar ini
dapat menimbulkan fluktuasi aliran air yang cukup berarti pada alat plambing, dan
pada alat pemanas gas dapat menghasilkan air dengan temperatur yang berubah-
ubah.
2. Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari sekali
harus ditambahkan udara kempa dengan kompresor atau dengan menguras seluruh
air dalam tangki tekan.
3. Sistem tangki tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatik
pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti
tangki atap.
4. Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relatif sedikit, maka
pompa akan sering bekerja sehingga menyebabkan keausan pada saklar yang lebih
cepat.
Variasi yang ada pada sistem tangki tekan antara lain :
a. Sistem Hydrocel
Sistem ini menggunakan alat yang dinamakan Hydrocel ciptaan
Jacuzzi Brothers Inc. Sebuah perusahaan di Amerika Serikat sekitar 20
tahun yang lalu, sebagai penganti udara dalam tangki tekan. Sistem ini
mengunakan tabung-tabung berisi udara dibuat dari bahan karet khusus,
yang akan mengkerut dan mengembang sesuai dengan tekanan air dalam
tangki. Dengan demikian akan mencegah kontak langsung antara udara
dengan air sehingga selama pemakaian sistem ini tidak perlu ditambah
udara setiap kali. Kelemahannya hanyalah bahwa volume air yang
tersimpan relatif sedikit.
b. Sistem Tangki Tekan dengan Diafram
Tangki tekan pada sistem ini dilengkapi dengan diafram yang dibuat
dari bahan karet khusus, untuk memisahkan udara dengan air. Dengan
demikian akan menghilangkan kelemahan tangki tekan sehubungan dengan
perlunya pengisian udara secara periodik.

4. Sistem Tanpa Tangki

Gambar: Sistem Tanpa Tangki


Sumber: https://jonpurba.files.wordpress.com/2010/02/spacer-blocks.jpg?w=510

Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan
ataupun atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa
menghisap air langsung dari pipa utama.

2.4 Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih


Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat kualitas.
Disamping itu harus pula dapat memenuhi secara kuantitas (jumlahnya) maupun syarat
tekanan air. Diperkirakan untuk kegiatan rumah tangga yang sederhana paling tidak
membutuhkan air sebanyak 100 L/orang/hari. Angka tersebut misalnya untuk:
1. Berkumur, cuci muka, dan sikat gigi : 20L/orang/hari
2. Mandi/mencuci pakaian dan alat rumah tangga :45L/orang/hari
3. Masak, minum :5L/orang/hari
4. Menggelontor kotoran :20L/orang/hari
5. Mengepel, mencuci kendaraan :10L/orang/hari
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi,
mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO di negara negara maju tiap orang
memerlukan air antara 60120 liter per hari. Sedangkan di negara negara berkembang,
termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 3060 liter per hari. Di antara
kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum.
Adapun persyaratannya yaitu:
1. Persyaratan Kualitas
Air bersih adalah air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah
air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan
yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik,
kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek
samping. Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih. Dalam
Modul Gambaran Umum Penyediaan dan Pengolahan Air Minum Edisi Maret 2003 hal.
4-5 dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut :
a. Persyaratan fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain
itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih
25oC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC
3oC.
b. Persyaratan kimiawi
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid,
zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn),
tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.
c. Persyaratan bakteriologis
Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak
adanya bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.
d. Persyaratan radioaktifitas
Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh
mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif,
seperti sinar alfa, beta dan gamma.

2. Persyaratan Kuantitas
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya
air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani.
Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke
konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat
bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala
perkotaan tempat tinggalnya.
Air minum yang masuk ke dalam bangunan atau masuk ke dalam sistem plambing
air minum, harus memenuhi syarat kuantitas air minum, yaitu kapasitas air minum harus
mencukupi berbagai kebutuhan air minum bangunan gedung tersebut. Untuk menghitung
besarnya kebutuhan air minum dalam bangunan gedung didasarkan pada pendekatan
jumlah penghuni gedung, unit beban alat plambing, luas lantai bangunan. Perhitungan
kebutuhan air berdasarkan luas lantai bangunan hanya digunakan untuk menentukan
kebutuhan air pada waktu pra rancangan, tidak untuk bangunan gedung yang sudah
selesai rancangannya. Perhitungan berdasarkan jumlah penghuni, dipakai untuk bangunan
gedung rumah tinggal.

3. Persyaratan Tekanan Air


Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam arti
dapat dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga tekanan
akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan yang
lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan, yang tergantung
kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa tersebut. Dalam
pendistribusian air, untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan dan untuk
memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan adalah sisa tekanan
air. Sisa tekanan air tersebut paling rendah adalah 5mka (meter kolom air) atau 0,5 atm
(satu atm = 10 m), dan paling tinggi adalah 22mka (setara dengan gedung 6 lantai).
Menurut standar dari DPU, air yang dialirkan ke konsumen melalui pipa transmisi
dan pipa distribusi, dirancang untuk dapat melayani konsumen hingga yang terjauh,
dengan tekanan air minimum sebesar 10mka atau 1atm. Angka tekanan ini harus dijaga,
idealnya merata pada setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi akan menyebabkan
pecahnya pipa, serta merusak alat-alat plambing (kloset, urinoir, faucet, lavatory, dll).
Tekanan juga dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika tekanan terlalu rendah maka
akan menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama aliran dalam pipa distribusi.
Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam
pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena pancaran
air serta mempercepat kerusakan peralatan plambing, dan menambah kemungkinan
timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar dalam suatu daerah yang
agak lebar dan bergantung pada persyaratan pemakaian atau alat yang harus dilayani.
Tekanan air yang berada pada sistem plambing (pada pipa) tekanannya harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, diantaranya yaitu, untuk perumahan dan hotel antara 2,5
kg/cm2 atau 25 meter kolom air (mka) sampai 3,5 kg/cm2 atau 35 meter kolom air (mka),
untuk Perkantoran 4,0 kg/cm2 atau 40 meter kolom air (mka) sampai 5,0 kg/cm2 atau 50
meter kolom air (mka). Tekanan tersebut tergantung dari peraturan setempat
4. Persyaratan Kontinuitas
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi
debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas
juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat
diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir tidak dapat
dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat
kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen
terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam
per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 18.00.
Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah
kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan
pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu
yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi
yang siap setiap saat. Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu
kecepatan aliran tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,61,2 m/dt.
Ukuran pipa harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam
sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi
atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan
agar kuantitas aliran terpenuhi.
2.5 Sumber Air
Sumber air untuk sistem penyedian air minum suatu bangunan gedung ada 2 (dua)
macam yaitu, secara kolektif dan secara individual. Secara individual adalah sistem
penyediaan air minum yang sumber airnya diambil secara perorangan atau rumah
tangga/bangunan. Air dari sumber air yang ada di dalam tanah melalui sumur diangkat
kepermukaan tanah dengan menggunakan timba/pompa, lalu air tersebut digunakan untuk
kebutuhan seharihari. Ada juga air dari sumber air yang ada di dalam tanah melalui sumur di
pompa langsung ke alat-alat plambing atau di pompa ke menara air, lalu air dari menara air
dialirkan secara gravitasi ke alat-alat plambing. Ada juga yang menggunakan sumber air dari
mata air atau dari air permukaan (sungai atau kolam).
Secara kolektif adalah sistem penyediaan air minum yang sumber airnya diambil
secara bersama-sama atau kolektif yang diselenggarakan oleh suatu badan atau perusahaan,
yang pada umumnya badan atau perusahaan yang menyelenggarakannya adalah Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM). Sistem yang digunakan untuk mendistribusikan airnya
menggunakan sarana perpipaan. Oleh karena itu sistem ini juga disebut penyediaan air
minum sistem perpipaan. Air dari sumber air (air tanah tertekan, mata air, atau air
permukaan) di alirkan melalui saluran transmisi (saluran pembawa) air baku, baik secara
gravitasi maupun secara pemompaan ke bangunan atau unit pengolahan air minum (water
treatment plan) untuk diolah agar supaya air dari sumber air yang belum memenuhi syarat
kualitas air minum menjadi memenuhi syarat kualitas air minum. Air minum dari unit
pengolahan air minum (water treatment plan) dialirkan melalui pipa transmisi (pipa
pembawa) air minum secara gravitasi atau pemompaan ke reservoir. Air minum dari reservoir
didistribusikan ke konsumen atau pemakai melalui pipa atau jaringan pipa distribusi (pipa
atau jaringan pipa pembagi) secara gravitasi atau secara pemompaan atau gabungan
pemompaan dan gravitasi. Tekanan air pada pipa distribusi, maksimal 40 meter kolom air
(mka), dan pada ujung pipa distribusi minimal 10 meter kolom air (mka). Dari pipa
distribusi air dialirkan ke bangunan gedung, bisa secara langsung keperalatan plambing, bisa
juga secara tidak langsung (menggunakan menara air). Air dari sistem penyediaan air minum
kota (PDAM) pada umumnya kualitasnya sudah memenuhi persyaratan kualitas air minum,
kalau air dari sumber air individu, ada yang sudah memenuhi syarat kualitas air minum ada
juga yang belum memenuhi. Kalau belum memenuhi syarat kualitas air minum, maka air
tersebut harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi persyaratan air minum sebelum masuk
ke dalam sistem plambing bangunan gedung.

2.6 Tangki Air


Tangki air biasa disebut juga reservoir, berfungsi sebagai tempat menyimpan air minum
sementara. Tangki air bisa diletakkan di bawah atau di atas tanah (ground reservoir), pada
atap bangunan atau bangunan yang tertinggi, dan pada menara air. Sebaiknya tangki bawah
untuk bangunan gedung tidak diletakkan di dalam tanah (ditanam), tetapi diletakkan di atas
tanah dengan ketinggian sekitar 45 cm sampai 60 cm diatas tanah, agar tidak mudah
terkotori, dan mudah untuk pemeliharaan.

Gambar: Tangki air/ Reservoir,


Sumber: https://listrikdirumah.com/ gambar-skema-pemipaan-satu-tangki-air.

Dalam pemasangan tangki air diperlukan ruang bebas yang cukup di sekeliling tangki
untuk pemeriksaan dan perawatan, seperti, di sebelah atas, di sebelah dinding, dan di bawah
dasar reservoir, agar supaya dapat dilakukan pemeriksaan dan perawatan dengan baik. Ruang
bebas tersebut sekurangkurangnya 45 cm, tetapi lebih baik dibuat sekitar 60 cm agar
memudahkan pengecatan dinding luar tangki. Pada tangki air harus dilengkapi perlengkapan
sebagai berikut :
1. Penutup tangki : agar tangki terhindar dari pengotoran,
2. Ventilasi : agar ada hubungan antara udara didalam tangki dan udara diluar tangki,
3. Man hole: agar orang bisa masuk untuk membersihkan tangki,
4. Pipa peluap : agar air bisa meluap keluar tangki bila tangki sudah penuh,
5. Pipa inlet: untuk memasukan air kedalam tangki,
6. Pipa outlet: untuk mengalirkan air kebangunan gedung,
7. Pipa drain: untuk pengurasan.

Tangki-tangki yang digunakan untuk menyimpan air minum harus dibersihkan secara
teratur, agar kualitas air minum tetap terjaga. Di samping itu sinar matahari tidak boleh
masuk atau menembus ke dalam tangki, agar lumut (ganggang) tidak tumbuh. Disyaratkan
juga agar tangki air tidak merupakan bagian struktural dari bangunan, serta lokasinya tidak
berdekatan dengan tempat pembuangan air kotor atau kotoran lainnya. Serta lokasi tangki
juga tidak boleh di tempat yang sering didatangi orang, kecuali petugas yang akan melakukan
perawatan dan pembersihan. Tangki air harus terbuat dari bahan sebagai berikut :
1. Tidak mudah bocor,
2. Tahan terhadap tekanan air,
3. Tahan terhadap perubahan cuaca (bila tangki air diletakkan di luar bangunan),
4. Tidak menyebabkan air berubah kualitasnya.
Di dalam tangki air tidak boleh ada air mati, jadi air yang masuk duluan harus keluar
duluan (antri). Ke dalam tangki air tidak boleh ada binatang atau serangga yang masuk, oleh
karena itu lubang ventilasi harus ditutup oleh bahan yang tidak bisa ditembus serangga, tetapi
udara bisa masuk (biasanya bahan yang digunakan adalah kasa nyamuk).

2.7 . Proyeksi Jumlah Kebutuhan Air Bersih


Menurut Linsley, R.K., dan Joseph, F. (1991), untuk memproyeksi jumlah kebutuhan
air bersih dapat dilakukan berdasarkan perkiraan kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan
ditambah perkiraan kehilangan air. Adapun kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan pada
umumnya dapat dibagi dalam :
1. Kebutuhan Domestik
- sambungan rumah
- sambungan kran umum
Kebutuhan Domestik Merupakan kebutuhan air bersih untuk rumah tangga dan
sambungan kran umum. Jumlah kebutuhan didasarkan pada banyaknya penduduk,
persentase yang diberi air dan cara pembagian air yaitu dengan sambungan rumah
atau melalui kran umum. Kebutuhan air per orang per hari disesuaikan dengan
standar yang biasa digunakan serta kriteria pelayanan berdasarkan pada kategori
kotanya. Di dalamnya setiap kategori tertentu kebutuhan air per orang per hari
berbeda-beda.
2. Kebutuhan Non Domestik
- Fasilitas sosial (Masjid, panti asuhan, rumah sakit dan sebagainya)
- Fasilitas perdagangan/industri
- Fasilitas perkantoran dan lain-lainnya
Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air bersih selain untuk keperluan rumah
tangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air bersih untuk perkantoran,
perdagangan serta fasilitas sosial seperti tempat-tempat ibadah, sekolah, hotel,
puskesmas, militer serta pelayanan jasa umum lainnya.

Sedangkan kehilangan air dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :


1. Kehilangan air akibat faktor teknis, misalnya kebocoran dari pipa distribusi
2. Kehilangan air akibat faktor non teknis, antara lain sambungan tidak terdaftar, kerusakan
meteran air, untuk kebakaran dan lain-lainnya.
2.8 Metode Penaksiran Laju Aliran Air
Menurut Noerbambang, S.M., dan Takeo, M. (2005). Metode yang digunakan untuk
menaksir besarnya laju aliran air adalah berdasarkan jumlah penghuni .
2.8.1 Penaksiran Berdasarkan Jumlah Penghuni
Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari setiappenghuni,
dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian air sehari dapat
diperkirakan, walaupun jenis maupun jumlah alat plambing belum ditentukan.
Metode ini praktis untuk tahap perencanaan atau juga perancangan. Apabila jumlah
penghuni diketahui, atau ditetapkan, untuk sesuatu gedung maka angka tersebut
dipakai menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan standar mengenai
pemakaian air per orang per hari untuk sifat penggunaan gedung tersebut. Tetapi
kalau jumlah penghuni tidak dapat diketahui, biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai
dan menetapkan kepadatan hunian per luas lantai. Luas lantai gedung yang
dimaksudkan adalah luas lantai efektif, berkisar antara 55 sampai 80 persen dari luas
seluruhnya. Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini biasanya
digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah, tangki atap, pompa, dan
sebagainya. Sedangkan ukuran pipa yang diperoleh dengan metode ini hanyalah pipa
penyediaan air (misalnya, pipa dinas)dan bukan untuk menentukan ukuran pipapipa
dalam seluruh jaringan. Tabel 2.3 dapat digunakan sebagai referensi, tetapi harus
diperiksa terhadap kondisi pemakaian gedung yang dirancang.

Untuk mencari kebutuhan air per hari menggunakan rumus:


Q = n x keb. rata-rata per hari
Kebutuhan rata-rata per hari didapat berdasarkan jenis gedung. Kebutuhan
dimana,
Q = Pemakaian air bersih rata rata per hari (m3/hari)
n = Jumlah Penghuni
Dan diperkirakan butuh tambahan sampai 20% untuk mengatasi kebocoran,
penyiramantaman, dan lain-lain.

Debit air bersih rata rata per hari


dapat diketahui dengan rumus:
Qd = (100% + 20%) x Q
Pemakaian air rata-rata menggunakan persamaan berikut:
Qh = Qd/Tdimana,
Qh : Pemakaiaan air bersih rata rata per jam (m/jam)
Qd : Debit air bersih rata rata per hari (m/hari)
T : Jangka waktu pemakaian (jam)

Kebutuhan air pada jam puncak


Qh-max = Qhm = C1 x Qh
dimana,
Qhm = Kebutuhan air jam puncak (m/jam)
C1 = 1,5-2,0

2.9 Volume Tangki Atas dan Tangki Bawah


2.9.1 Volume tangki bawah
Sebelum menghitung volume tangki, dihitung terlebih dahulu kapasitas
pipa dinas (Qs). Menghitung kapasitas pipa dinas dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Qs = 2/3 x Qh
Diketahuinya kapasitas air maka dapat dihitung volume tangki bawah
tanah untuk menampung air yang akan didistribusikan ke semua lantai. Maka
dapat digunakan rumus:
Vr = Qd Qs x T
dimana,
Vr = Volume tangki bawah tanah (m3)
Qd = Kapasitas air per hari (m3)
Qs = Laju aliran pipa dinas (m3/jam)
T = Waktu pemakaian (jam)

2.9.2 Volume tangki atas


Volume tangki atas dapat dihitung dengan rumus:
Ve = (Qm maks Qh maks) Tp + Qh maks x Tpu
dimana,
Ve = Volume tangki atas (m3)
Tp = Waktu kebutuhan jam puncak (menit)
Tpu = Waktu pompa angkat (menit)

2.10 Kapasitas Dan Head Pompa


2.10.1 Pompa Angkat
Kapasitas pompa angkat yang dipakai adalah sesuai dengan kebuthan air
pada jam puncak (Qh maks). Kecepatan aliran pompa diasumsikan 2 m/s dengan
menggunakan rumus: A =Q/V
dimana,
Q = kapasitas pompa
A= Luas Penampang Pipa
V = Kecepatan aliran pompa
Untuk mencari besar head pompa yang diperlukan dapat dinyatakan
dengan persamaan Bernoulli:
Besar Head Total (H) = ha + hp + hl + V/2G
dimana,
H = Head total pompa (m)
ha = Head statis total, yaitu vertikal antara permukaan air sisi keluar dengan
permukaan air sisi isap (m)
hp = perbedaan Head tekanan yang bekerja pada permukaan air (m)
hl= Kerugian Head pada pipa yang menyakut panjang pipa, fitting, katup (valve),
dan lain-lain.
V/2G= tekanan kecepatan pada lubang keluar pipa (m)
1. Head statis (Ha) Adalah jarak antara permukaan air tangki atas dengan
permukaan air tangki bawah dalam gedung.
2. Perbedaan Head Tekanan pada kedua permukaan air (hp) Karena P1 dan P2
merupakan tangki terbuka, maka P1 dan P2 = 0, sehingga: hp = . = 0m
3. c. Kerugian Head (Hl) Head kerugian gesek dalam pipa (hf) Sebelum mencari
Head, ditentukan terlebih dahulu apakah aliran yang terjadi adalah aliran
laminer atau aliran turbulen dengan menggunakan bilangan Reynolds, yaitu:
Re = V.d/
dimana,
Re = Bilangan Reynolds
V = Kecepatan aliran (m/s)
d = Diameter pipa (m)
= visikositas kinematik air (m2/s)
untuk menghitung kerugian gesek yang terjadi dalam pipa menggunakan
persamaan Darcy Weisbach:
hf = .L.V/d.2g
dimana,
hf = Head kerugian dalam pipa (m)
= Koefisien kerugian gesek
L = Panjang pipa (m)
d = Diameter pipa (m)
g = Percepatan gravitasi (m/s)
v = Kecepatan aliran (m/s)
Untuk mencari menggunakan formula Darcy untuk aliran turbulen, dengan
rumusnya adalah: = 0,020 + 0,0005/d
Kerugian head kerugian plumbing accessories (he). Dengan menggunakan
rumus:
he = K.V/2g
dimana,
he = Head kerugian plumbing accesories (m)
K = Koefisien kerugian (dapat dilihat dalam table dibawah ini)

(K) Katup bola (terbuka lebar) 10

Katup pengatur ayunan (terbuka 2,5


lebar)

Katup pintu (terbuka lebar) 0,2

Katup pintu (terbuka separuh) 5,6

Tikungan balik 2,2

T baku 1,8

Siku siku 90o baku 0,9

Sumber: Linsley, R.K., dan Joseph, F., 1989


Setelah semua bagian Hl = hf + he
Maka besar head total pompa (H) adalah: H = Ha + hp + Hl + V/2g.
Tetapi pada kenyataannya dalam praktek lapangan untuk mencari head
pompa yang dipergunakan menggunakan rumus: H = 11 2xt
dimana,
H = Head pompa
t = Tinggi gedung

2.10.2 Pompa Booster


Air bersih dalam pendistribusiannya dari tangki atap instalasi pipa pada
perancangan ini menggunakan gaya gravitasi, oleh sebab itu sangatlah dibutuhkan
tekanan yang disyaratkan untuk alat alat plambing. Tekanan yang berlebihan
dapat menimbulkan rasa sakit jika terkena pancaran air serta mempercepat
kerusakan perlalatan plambing. Untuk itu pompa booster digunakan untuk
mendistribusikan air pada lantai 5 sampai roof floor. Untuk pompa ini tidak perlu
dihitung head total, karena yang penting untuk pompa ini adalah tekanan yang
mampu dihasilkan. Untuk memenuhi tekanan minimum alat alat plambing maka
perancangan ini tekanan pompa booster yang digunakan sebesar 2 kg/cm2 atau
196000 N/m2. Kapasitas pompa booster dapat ditentukan dengan jumlah
penghuni yang menempati lanati 5 sampai roof floor.
Q = n x Kebutuhan air rata rata
dimana,
Q = Pemakaian air rata rata per hari (m3/hari)
n = Jumlah penghuni

2.11 Sumber Pengadaan Air Bersih


Skema umum: Jaringan air bersih

Air bersih dapat diperoleh dari beberapa sumber yaitu:

1. Air tanah

Air tanah dangkal (unconfined aquifer)

Air tanah dalam (confined aquifer)

2. Air hujan

3. Air permukaan

Dapat berasal dari sungai, danau, waduk, telaga dsb.


Gambar: Penampang lapisan air tanah
Pemenuhan kebutuhan air bersih pada suatu bangunan tergantung dari lokasi
bangunan serta fasilitas di sekitarnya. Untuk memenuhi kebutuhan air pada suatu bangunan,
sumber air dapat dibedakan atas:

1. PDAM
2. Sumber sendiri, berupa sumur artesistant, deep well, dll.
3. Gabungan PDAM dan sumber sendiri.
Untuk gedung-gedung yang terletak di daerah yang tidak tersedia fasilitas
penyediaan air bersih untuk umum, misalnya di daerah-daerah terpencil di pegunungan,
penyediaan air akan diambil dari sungai, air tanah dangkal atau dalam, dan sebagainya.
dalam hal ini air terssebut harus diolah dalam gedung instalasi pengolahan agar dapat
dicapai standar kualitas air yang baku.

Kebutuhan air bersih untuk bangunan perumahan adalah 100 120 liter/ orang/hari.
Kebutuhan air bersih untuk rumah tinggal yang utama meliputi:

1 Kamar mandi
2 Washtafel
3 Dapur, dan
4 Cuci
Instalasi air bersih meliputi jaringan pipa mendatar dan jaringan pipa vertical, dengan
menggunakan bahan pipa paralon (PVC), atau pipa besi galvanis, dengan ukuran diameter
pipa , dan 1.
2.12 Persyaratan Air Bersih
Kualitas air, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/1/1988, Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu
Lingkungan. Hal tersebut diatur sebagai berikut:

No Golongan Keterangan
1 A Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2 B Air yang dapat digunakan sebagai air Baku untuk diolah
sebagai air minum dan keperluan rumah tangga
3 C Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan
4 D Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian
dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri,
listrik tenaga air

Agar dapat digunakan, maka air harus memenuhi persyaratan kualitas air minum
sebagai berikut:
1. Persyaratan fisik
a) Suhu: merupakan suhu kamar antara 10 - 25 derajat Celcius
b) Warna: tidak berwarna
c) Rasa: tidak berasa
d) Bau: tidak berbau e. Kekeruhan: tidak boleh mengandung S102 25 mg/l
2. Persyaratan kimiawi
a) 02 agresif dapat menyebabkan karat serta korosi
b) H2S menimbulkan pembusukan
c) NH4 zat organik harus dihindari
d) Cl kurang dari 150 mg/l, bila lebih rasanya tidak enak
e) SO4 kurang dari 250 mg/l, bila lebih dapat merusak beton
f) Fe kurang dari 0,2 mg/l, bila lebih tidak sehat
g) Kandungan Pb maksimum 0,05 mg/I
h) Kandungan Cu maksium 3 mg/l
i) Ph antara 6,5 -9,0
j) Yodium kurang lebih 60 mg/l
k) FI antara 1-1,5 mg/l
3. Persyaratan biologis Air minum tdiak boleh mengandung bakteri penyakit dan
biota lain. Hal ini dapat diperiksa dengan alat coliliter. Dalam pengolahan air
minum dapat dilakukan treatmen tertentu untuk memastikan ketidakberadaan
bibit penyakit tersebut.
4. Persyaratan radioaktif Air minum tidak boleh tercemar dan mengandung unsur-
unsur radioaktif.
2.13 Perlakuan Terhadap Air
Untuk mendapatkan kualitas air yang memenuhi persyaratan, pengadaan air
bersih pada bangunan dapat dilakukan dengan treatment khusus. Water treatment ini didesain
menurut kondisi air yang Baku dan pada alat yang lengkap dan baik akan memiliki
komponen-komponen untuk menetralisir kondisi air secara fisis, kimiawi dan biologis.
Treatment (pengolahan) air ini mempunyai empat tingkatan utama yang berurutan yaitu:
1. Penyaringan Bahan Padat
Dibeberapa kota besar kondisi air sungai tidak sebaik di pegunungan.
Beberapa sampah padat kadang-kadang terikut. Pada treatment tahap satu ini,
dilakukan penyaringan pada aliran air yang menuju treatment berikutnya. Sifat
saringan bekerja secara mekanis (saringan biasa).
2. Pengendap Lumpur
Pada umumnya endapan Lumpur ini dapat berbentuk dua jenis yaitu:
suspensi dan larutan. Lumpur yang berbentuk larutan biasanya secara fisik
mekanis dapat dipisahkan, sedangkan pada Lumpur yang bersifat koloid harus
dilakukan koagulasi (penggumpalan agar Lumpur dapat mengendap). Beberapa
syarat koagulasi menyangkut tingkat PH atau keasaman yang makin rendah. Pada
umumnya koagulasi berlangsung jika PH koagulasi lebih besar dari 5,8 dengan
demikian pada daerah-daerah yang beraliran air permukaan bersifat asam,
sebelum menuju bak pengendapan pada Lumpur harus dilakukan peningkatan PH
terlebih dahulu, misalnya dengan penambahan kapur. Pada tahap dua ini
dilakukan pada bak pengendapan Lumpur (sedimentation tank).
3. Penambahan Udara
Dapat dilakukan dengan berbagai cara pengudaraan (aerasi). Cara yang
paling mudah adalah dengan kincir airasi atau cara pengadukan yang termasuk
sistem peniupan gelembung udara ke dalam air. Penambahan udara ini bertujuan
meningkatkan kondisi oksigen air yang secara otomatis meningkatkan tingkat
kehidupan bagi bakteri koli ang akan memakan limbah organic terlarut datam air.
4. Pengendapan Lumpur
Setelah kandungan limbah organik dihilangkan oleh bakteri koli, maka
sisanya berupa lumbur (sludge) harus diendapkan. Zat-zat yang biasa digunakan
untuk menetralisir zat-zat pengganggu pada proses pengendapan Lumpur, yaitu:
a. Aluminium sulfat (tawas). Menetralisir muatan yang terdapat pada Lumpur
koloid. Tawas dibutuhkan antara 15-50 mg/l air.
b. Kapur. Membantu proses pengendapan (koagulasi), juga digunakan untuk
menaikkan derajat Ph sehingga proses berjalan dengan baik. Dibutuhkan
kapur 5-15 mg/l air.
5. Proses Desinfektansi
Adalah proses untuk menghilangkan hama/bakteri yang ada dalam air.
Bahan yang digunakan dapat berupa:
a. Kaporit. Untuk mensterilkan / membunuh kuman dan menghilangkan
baubauan, membantu filtrasi dengan menyusutkan zat-zat organik serta
mencegah proses pertumbuhan lumut pada pipa-pipa resevoir.
b. Chlor. Kadangkala digunakan sebagai pengganti kaporit untuk bahan
sterilisasi. Pada beberapa treatment yang dianggap vital bagi bangunan
kadang-kadang ditambah dengan treatment lain (mixed treatment) untuk
menjaring atau mengurangi kadar logam berat. Bahan yang digunakan adalah
chelator yang disesuaikan dengan jenis logam beratnya.

2.14 Sistem Distribusi Air Bersih Pada Bangunan Berlantai Banyak


2.14.1 UP-FEED SYSTEM
Dalam sistem ini pipa distribusi langsung dari tangki bawah (ground tank)
dengan pompa langsung disambungkan dengan pipa utama penyediaan air bersih
pada bangunan, dalam hal ini menggunakan sepenuhnya kemampuan pompa.
Karena terbatasnya tekanan dalam pipa dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari
pipa utama tersebut, sistem ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan
gedung-gedung kecil yang rendah. Pembuatan relatif murah tetapi pompa cepat
rusak.
Kerugian sistem ini adalah:
a) pompa bekerja terus menerus
b) ketinggian terbatas karena kekuatan pipa terbatas untuk
mengantisipasi tekanan air di dalamnya.
Gambar: UP FEED SYSTEM

2.14.2 DOWN FEED SYSTEM


Dalam sistem ini air ditampung dulu di tangki bawah (ground tank),
kemudian dipompakan ke tangki atas (upper tank) yang biasanya dipasang di atas
atap atau di lantai tertinggi bangunan. Dari sini air didistribusikan ke seluruh
bangunan. Sistem tangki atap ini cukup efisien diterapkan karena:
a) Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat
plumbing hampir tidak berarti.
b) Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atas bekerja secara otomatis
dengan cara yang sangat sederhana sehingga kesulitan dapat ditekan.
c) tangki sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya tangki tekan.
Gambar: DOWN FEED SYSTEM

Kelebihan down feed system ini adalah:

a Pompa tidak bekerja secara terus-menerus sehingga lebih efisien dan


awet.

b Air bersih selalu tersedia setiap saat.

c Tidak memerlukan pompa otomatis, kecuali untuk sistem pencegah


bahaya kebakaran (sprinkler dan hydrant).
Kekurangan sistem ini adalah:

a Membutuhkan biaya tambahan untuk pengadaan tangki tambahan.

b Menambah beban pada struktur bangunan.

c Menambah biaya pemeliharaan.


Untuk pemakaian jangka panjang sistem ini termasuk efektif dan efisien
walaupun biaya pembuatannya mahal. Apabila jumlah lantai sangat banyak, tekanan
air dalam pila sangat tinggi, sehingga pipa dapat pecah karena tekanan tinggi (setiap
tujuh meter tekanan pipa menerima tekanan sebesar 1 atmosfir), maka down feed
system ini dilengkapi dengan:

1) Spillback Tank.
Berupa tangki pembantu yang diletakkan pada setiap lantai tertentu.
Tiap tangki dilengkapi dengan katup pengendali tekanan. Bila tekanan
air tinggi maka katup akan menutup. Hal terpenting dalam sistem tangki
atap ini adalah menentukan letak tangki tersebut apakah dipasang dalam
langit-langit, di atas atap, atau dipasang dalam menara khusus.
Penentuan ini harus didasarkan pada jenis alat plumbing yang terpasang
pada lantai tertinggi bangunan dan yang menentukan tekanan kerja
tertinggi.
Prinsip kerja sistem ini adalah sebagai berikut:
a) Air yang telah dipompakan dalam spill back tank yang ada pada
beberapa lantai sehingga udara di dalamnya terkompresi.
b) Air dalam tangki tersebut dialirkan dalam sistem distribusi bangunan.
Pompa diatur secara otomatis oleh suatu detektor yang menggerakkan
saklar motor listrik penggerak pompa.
c) Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai batas
maksimum yang ditetapkan dan bekerja kemabali setelah tekanan
tangki mencapai suatu batas minimum yang telah ditetapkan pula.
Daerah fluktuasi tekanan ini biasanya ditetapkan antara 1,0-1,5 kg/cm'.
Gambar: DOWN FEED SYSTEM dengan SPILL BACK TANK

2) Presure Reducer Valve(PRV, katup reduksi tekanan)


Pada jumlah lantai yang relatif banyak, ada kemungkinan tekanan dalam
pipa sangat tinggi sehingga perlu direduksi dengan katup (valve). Katup-
katup tersebut diletakkan pada beberapa lantai tertentu.
Gambar: DOWN FEED
SYSTEM dengan
PRESSURE REDUCER
VALVE

2.15 Pipa Distribusi


Pipa distribusi harus terbuat dari bahan-bahan tahan karat dengan jenis sebagai
berikut:
Logam. Contoh: baja, besi, atau tembaga yang digalvanis.
Plastik. Contoh: polyethylen (PE), acrityonitile butadiena stryrene (ABS),
polyvinit chlorida (PVC), polyvinit dichlorida (PVDC).
Pipa-pipa yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Pipa yang dipakai tidak korosif pada permukaan aliran.
Pipa mempunyai ketahanan terhadap tekanan air sesuai dengan desain jaringan
dengan angka keamanan yang cukup.
Kecepatan aliran datam pipa tidak melebihi kecepatan standar (berkaitan dengan
noise yang ditimbulkan), batas-batas kecepatan tertinggi (biasanya 2m/detik
atau kurang). Sambungan memenuhi syarat dalam hal:
- kekuatan sambungan,
- bahan,
- sistem sambungan, dan - menahan tekanan.
Pipa memenuhi syarat-syarat yang berkaitan dengan bahan dan aspek
pencemaran, misatnya pipa tidak boteh bereaksi terhadap cairan yang mengalir
di datamnya.
Sistem yang dipitih pipa harus dirancang dan dipasang sedemikian rupa
sehingga udara maupun air kalau pertu dapat dibuang/dikeluarkan dengan
mudah (mudah diperbaiki dan diganti).
Pipa mendatarpada sistem pengaliran ke atas sebaiknya dibuat agak miring ke
atas (searah aliran) sedangkan pada sistem pengatiran ke bawah dibuat agak
miring ke bawah. Kemiringan sekitar 1/300.
Pemipaan yang tidak merata, agak melengkung ke atas, atau melengkung ke
bawah harus dihindarkan. Kalau akibat sesuatu hat tidak dapat dihindarkan
(misalnya ada perombakan gedung) hendaknya dipasang katup petepas udara.
Sambungan harus benar-benar rapat supaya air tidak dapat merembes
keluar/bocor.
Pipa dan sambungannya harus mampu menahan kekuatan / tekanan air sebesar
10 kg/cm2.
Bagian pipa yang melewati siar ditatasi bangunan harus diberi sambungan
fleksibel untuk menetralisir perubahan kedudukan pipa apabita terjadi gempa.

2.16 Tangki Air

BAHAN Keuntungan Kerugian

Tangki air Pembuatan relatif murah. Mudah terjadi korosi akibat


pelat baja Harga tidak terlalu mahal. kandungan besi, kemudian
Bentuk dan dimensi dapat disesuaikan gejala air menjadi merah.
dengan tempat yang tersedia. Agar tidak mudah berkarat
dipasang tidak secara
langsung mengenai beton.

Tangki air Penampilannya tampak lebih baik dari Harga relatif mahal dibanding
pelat baja tangki baja biasa. tangki air pelat baja biasa.

tahan karat Permukaan dalam tangki tidak perlu


(stainless dicat, sehingga kemungkinan

steel) terkelupasnya cat pada waktu


membersihkannya dapat dihindarkan.
Permukaan licin, tidak mudah rusak dan
mudah dibersihkan.

Tangki air Jauh lebih ringan dari tangki pelat Jika dibanding dengan baja,
FRP (fiber baja. kekuatan mekanis lebih

glass) Mudah diwarnai. rendah terutama terhadap


Tahan terhadap karat dan beberapa bahan tumbukan.
kimia.
Kurang merambatkan panas.
Kapasitas tangki ini dapat mencapai 100 m.

Tangki dari Dapat dibentuk dengan lebih fleksibel. Waktu menguras harus hati-
beton Harga relatif murah dibanding baja hati, apabila cat pada bagian
tahan karat. dalam tangki mengelupas dan

Pengerjaan tidak sulit, dengan cara masuk ke dalam jaringan


cast in place. pemipaan.

Tahan dari bahaya korosi.


Umur relatif lama dibanding tangki kayu.

Pemeliharaan mudah.

Tangki dari Umur bahan dapat mencapai 35 tahun. Air dalam tangki harus
kayu Ringan tapi masih cukup kuat dibanding sering diganti, untuk

baja. mencegah proses


Daya tahan terhadap air dan bahan pembusukan kayu yang

kimia baik. disebabkan oleh air yang

Hambatan terhadap panas cukup baik. diam.

Tidak perlu dicat dengan cat tahan Bahan mudah retak,


karat. diatasi dengan cat phenolic
pada bagianluarnya.

2.16.1 Kapasitas Tangki


Dalam menentukan kapasitas tangki harus diperhatikan atau
diperhitungkan kebutuhan air (laju aliran air). Juga kita tentukan beberapa lama
pompa bekerja mengisi tangki dalam setiap beberapa jam atau menit sekali.
Biasanya diharapkan pompa hanya bekerja beberapa kali dalam sehari.
Pengambilan waktu dapat 0.5 jam, 1 jam, atau 1.5 jam, tergantung dari sifat
pemakaian pada jam puncak (peak hours).

2.16.2 Sistem Kontrol Pengisian Tangki


Digunakan float switch dengan tekanan alur listrik. Bila air pada
reservoir telah turun pada titik tertentu ataupun air dalam tangki telah penuh,
maka pompa akan bekerja secara otomatis, yaitu langsung bekerja atau
berhenti sendiri.

2.17 Pompa Air


2.17.1 Pompa Semtrifugal
Pompa sentrifugal bekerja dengan baling-baling atau alat sirip yang
berfungsi menarik dan mendorong aliran. Dalam hal ini baling-baling atau
propeler berfungsi pada saat berputar ke arah aliran sehingga aliran akan menuju
sirip belakang. Balingbaling tersebut terletak di bagian dalam ruang propeler yang
mempunyai akurasi gesekan relatif mendekati nol.
2.17.2 Pompa Sudu (Torak)
Pompa ini bekerja dengan sistem hisap atau tekan oleh torak / sudu /
piston. Fungsi sudu sesuai dengan jenis pompanya, yaitu sudu hisap (seperti
pompa tangan) dan sudu tekan.
2.17.3 Pompa hisap
Pada intinya pompa ini mempunyai kekuatan yang disebut Total Head
yang dijabarkan atas kekuatan hisap dan kekuatan tekan. Biasanya dinyatakan
dalam meter. Pada pompa hisap sebagian besar total head yang ada
dikonsentrasikan pada kekuatan menghisap atau menarik aliran.

2.17.4 Pompa Tekan


Secara fungsional diefisiensikan untuk menekan aliran sehingga
perletakannya lebih cenderung dekat dengan permukaan aliran yang akan
dipindah. Pemanfaatan pompa tekan ini misalnya pada pompa limbah dan pompa
sumur dalam (submersible pump/deep well).

2.17.5 Kombinasi pompa hisap dan tekan


Cara kerjanya merupakan gabungan dari pompa hisap dan pompa tekan.
Biasanya banyak dipakai di perumahan.
2.17.6 Pompa Vorstek
Jenis pompa yang didesain secara khusus untuk pemesanan tertentu.
2.17.7 JET PUMP

Inti di atas sentrifugal sedangkan air menekan dari bawah.


Skema: JENIS POMPA AIR

Anda mungkin juga menyukai