Sistem ini banyak diterapkan untuk perumahan dan hanya dalam kasus tertentu
diterapkan, misalnya pada bangunan dengan pemakaian air yang besar. Prinsip kerjanya yaitu
air yang telah ditampung dalam tangki bawah dipompakan ke dalam suatu bejana/tangki
tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Biasanya dirancang agar volume udara tidak
lebih dari 30% terhadap volume tangki dan 70% volume tangki berisi air.
Dalam sistem in, tidak menggunakan tangki apapun. Air dipompakan langsung ke sistem
distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pompa utama. Sistem ini
sebenarnya dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan Air Minum maupun pada pipa-piap
utama dalam pemukiman khusus.
Air yang dikonsumsi oleh manusia bersumber dari air hujan, air permukaan, dan air
tanah. Dari ketiga jenis sumber air di atas, yang dapat langsung dikonsumsi oleh manusia
adalah air hujan dan air tanah dengan kriteria tertentu. Sedangkan, untuk air permukaan atau
air hujan yang telah terendap di permukaan bumi selama beberapa lama, tidak dapat
dikonsumsi langsung. Hal ini secara hukum telah direfleksikan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tanggal 6 Juni 1990 tentang Kualitas Air Golongan
A, yang antara lain menyebutkan beberapa karakteristik air permukaan, seperti tingkat
kekeruhannya tinggi dan sifat keasamannya yang rendah, dan jika dikonsumsi secara langsung
dapat menyebabkan gangguan kesehatan, sehingga perlu diolah terlebih dahulu sebelum
dikonsumsi oleh manusia.
Ketentuan kualitas air adalah sebagai berikut: a) Hanya air yang memenuhi persyaratan
air minum sesuai peraturan berlaku yang boleh dialirkan ke alat plambing dan perlengkapan
plambing yang dipergunakan untuk minum, masak, pengolahan makanan, pengalengan atau
pembungkusan, pencucian alat makan dan minum, alat dapur atau untuk keperluan rumah
tangga sejenis lainnya termasuk jet washer dan kran untuk wudhu; b) Air bersih yang tidak
memenuhi persyaratan air minum hanya dibatasi untuk kloset, urinal, dan alat plambing serta
perlengkapan lainnya. Semua kran dan alat yang dialiri air yang tidak memenuhi persyaratan
air minum harus diberi tanda dengan jelas bahwa air tersebut membahayakan kesehatan.
Kuantitas yang harus disediakan untuk kebutuhan air minum sesuai dengan standar pelayanan
minimal.
Pada jaman dahulu, daya dukung alam masih dapat dikatakan baik, sehingga manusia
dapat mengkonsumsi air dari alam secara langsung. Sejalan dengan penurunan daya dukung
alam tersebut menurun pula ketersediaan air yang dapat dikonsumsi langsung dari alam. Untuk
itu manusia berupaya mengolah air yang kualitasnya tidak memenuhi standar menjadi air yang
memenuhi standar kualitas yang ada. Upaya ini dilakukan dengan membuat suatu sistem
penyediaan air minum. Secara umum sistem ini terdiri dari sistem produksi dan sistem
distribusi.
Sistem produksi mempunyai peran mengambil air dari alam kemudian mengolahnya
menjadi air layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Pengambilan air dari sumbernya atau yang
umum disebut sebagai intake air baku. Jenis intake air baku tergantung dari jenis sumber
airnya. Untuk air permukaan berupa sungai dan danau menggunakan intake jembatan, dan
bangunan sadap sedangkan untuk mata air menggunakan bangunan penangkap air. Pada air
tanah umumnya menggukan sumur bor dengan kedalaman lebih dari 80 m. Setelah air diolah
menjadi air yang layak dikonsumsi, air segera didistribusikan kepada pemakai air yang ada di
wilayah pelayanan.
Cara pendistribusian air secara umum ada dua macam, yaitu pendistribusian secara
manual dengan menggunakan tangki yang membawa air dari tempat penampungan sampai ke
konsumen dan secara perpipaan dengan mengalirkan air dalam pipa tertutup dari penampung
air sampai ke pemakai air.
bawah, tangki atap, pompa, dll. Untuk ukuran pipa, hanya bisa dipakai untuk pipa penyediaan
air, bukan pipa jaringan.
Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing digunakan apabila kondisi
pemakaian alat plambing dapat diketahui, misalnya untuk perumahan atau gedung kecil
lainnya. Juga harus diketahui jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut dan
kondisi pemakaiannya. (Sofyan & Morimura, Tabel 3.13).
Penaksiran kebutuhan air berdasarkan unit beban alat plambing dipakai untuk bangunan
gedung berlantai banyak. Dalam metode ini, untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit
beban (fixture unit; 1 fu=7,5 galon/menit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit
beban dari semua alat plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air.
Selain itu, perlu ditambahkan sejumlah air untuk peralatan-peralatan seperti: mesin pendingin
kompresi-uap, menara pendingin (cooling tower), dan untuk kolam air dan air mancur,
sejumlah yang diperlukan untuk mengganti kehilangan airnya.
Kebutuhan air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Contoh Soal:
Sebuah gedung perkantoran dengan luas 10.000 m2 dipasok air sejumlah 100 liter/orang/hari.
Diasumsikan keperluan utilitas sebesar 40% dari luas lantai dan setiap karyawan menempati
ruang seluas 5 m2 dengan jam kantor selama 10 jam/hari. Jika tamu yang datang per hari 25%
dari jumlah karyawan dan memakai air masing-masing 25 liter/orang/hari. Keperluan mencuci
lantai 2 liter/m2, dan kebutuhan lain-lain diperkirakan 20%. Maka hitung:
a) kebutuhan air total
b) pemakaian air rata-rata
c) pemakaian air jam puncak
d) pemakaian air menit puncak
Jawaban:
Bila untuk keperluan utilitas diasumsikan sebesar 40% dari luas lantai; maka luas lantai
bangunan = 0,6 10.000 m2 = 6.000 m2.
Bila setiap karyawan menempati ruang sebesar 5 m2; maka kebutuhan air sehari:
Jadi,
a) Kebutuhan air total
Qd = (100% + 20%) 120 m3 = 144 m3/hari
b) Pemakaian air rata-rata
Qh = 144 m3/10 jam = 14,4 m3/jam
c) Dengan menetapkan C1=2, maka pemakaian air jam puncak
Qhm = 2 14,4 m3/jam = 28,8 m3/jam
d) Dengan menetapkan C2=3, maka pemakaian air menit puncak
Qmm = (3 14,4)/60 m3/menit = 0,72 m3/menit = 12 liter/detik
Volume Reservoir Bawah ditentukan 50 100%. Berdasarkan hitungan di atas bila diambil
100%, maka volume reservoir bawah = 144 m3. Bila diambil 50%, maka volume reservoir
bawah = 72 m3.
Qhm = 2 Qh
480 = 2 Qh
Qh = 240 liter/menit
Maka, Qp = 3 Qh
=3 240 liter/menit
= 720 liter/menit
Selain perhitungan di atas, dapat menentukan kebutuhan air berdasarkan unit beban alat
plambing (UBAP).
Contoh soal:
Hotel 8 lantai dengan peralatan plambing sebagai berikut:
Kakus dengan tangki gelontor sebanyak 50 unit
peturasan 10 unit
wastafel 50 unit
bak mandi 50 unit
dus 10 unit
Tentukan kebutuhan air pada hotel tersebut!
Dalam menghitung besarnya kebutuhan air menggunakan metode UBAP dapat menggunakan
tabel dan grafik di bawah ini.
Beban alat plambing yang tidak tercantum dalam Tabel harus diperkirakan dengan
membandingkan alat plambing tersebut dengan alat plambing yang memakai air dalam debit
yang sama. Beban yang tercantum dalam Tabel 1 adalah untuk seluruh kebutuhan. Alat
plambing yang dilengkapi dengan air panas dan air dingin mempunyai beban masing-masing
sebesar ¾ dari beban yang tercantum dalam Tabel 1,
Gambar 15. Grafik Hubungan antara Kebutuhan Air dengan Unit Beban Alat
Plambing
Dari Tabel 1, didapat jumlah Unit Beban Alat Plambing (UBAP) sebagai berikut :
Kakus dengan tangki gelontor 50 unit X 5 = 250 UBAP
Peturasan 10 unit X 10 = 100 UBAP
Bak cuci tangan 50 unit X 2 = 100 UBAP
Bak mandi 50 unit X 4 = 200 UBAP
Dus 10 unit X 4 = 40 UBAP
Jumlah total unit beban alat plambing = 690 UBAP
Pada Gambar grafik 15, didapat besarnya kebutuhan air minum, sebesar 680 liter/menit
Konsep utama dalam penentuan diemeter pipa yang berkaitan dengan debit dan laju aliran air,
yaitu
Q=A.v Q=
Pengambilan langkah dalam suatu perencanaan bertujuan untuk menghasilkan suatu rancangan
yang paling kecil biayanya, namun tetap memenuhi kendala teknis. Arti dari tetap memenuhi
kendala atau batasan hidrolis adalah tetap terpenuhinya sisa tekanan pada setiap titik
penyedapan dan jumlah tekanan dari setiap jalur pipa tidak melebihi selisih tinggi tekan dari
awal pengaliran sampai akhir pengaliran, serta kecepatan aliran dalam pipa harus memenuhi
kendala kecepatan yang diizinkan.
Contoh Soal:
1. Debit aliran 200 L/dt, kecepatan aliran diasumsikan 1 m/dt maka tentukan diameter pipa
rencana?
2. Sebuah pipa seperti pada gambar mempunyai panjang pipa L =2.500 m dan kehilangan
tekanan (hL) = 10 m (m kolom air) yang ketertersediaannya terbatas. Apabila kehilangan
tekanan diasumsikan sesuai dengan perumusan Hazen William maka maka tentukan
diameter pipa (meter kolom air adalah gaya yang dilakukan oleh sekolom air yang
berpenampang 1 cm2 dengan tinggi 1 m pada suhu tertentu. Tekanan 1 atm = 10,3326 mka
pada suhu 4oC)
3. Sebuah apartemen untuk 50 keluarga; 30 keluarga disediakan satu kamar tidur dan 20
keluarga disediakan dua kamar tidur. Perlengkapan untuk setiap keluarga adalah sebagai berikut:
Satu kloset duduk dengan tangki penggelontor
Satu bak mandi (bathtub)
Satu bak cuci tangan
Satu bak cuci dapur
Disediakan 8 bak cuci pakaian untuk penggunaan bersama. Tentukan laju aliran air pada
apartemen tersebut.
4. Gedung Perkantoran empat tingkat, alat plambing setiap tingkat terdiri atas 3 kloset duduk
(dengan katup gelontor), 3 bak cuci tangan, 3 peturasan (dengan bak gelontor bersama),
dan sebuah bak cuci pel. Tentukan kebutuhan air Gedung Perkantoran tersebut! (Nilai
UBAP lihat Tabel 4).
Jawaban:
1. 500 mm
2. 500 mm
3. 3681 liter/jam
4. 330 liter/menit
LAMPIRAN
Tabel 4. Unit Beban Alat Plambing (UBAP) untuk Penyediaan Air Dingin
Gambar 16. Kurva Hubungan antara UBAP dan Laju Aliran Air
Sumber: Soufyan M Noerbambang & Takeo Morimura. 2000. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing.
Bandung: Pradnya Paramita, hal: 67.