Anda di halaman 1dari 7

UTILITAS I

TUGAS SISTEM PEMIPAAN/PLUMBING


(TREATMENT SYSTEM)

Disusun oleh :

Farid Jati Anggoro :18.09.3.025

Dosen Pengampu : Bagus Wibawa,ST

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
BATAM
2019
5 Kata kunci dalam “Permen PU.2014 no.11 pasal 1”,jika berposisi sebagai
stakeholder dalam suatu daerah & jelaskan pengertian dan alasannya!

1. Pasal 1 no. 06 - DRAINASE


Permasalahan sektor air pada perkotaan menjadi salah satu solusi konkret untuk masalah banjir
khususnya adalah dengan memperbaiki sistem drainase perkotaan,salah satunya dengan
menggunakan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan.

Adalah salah satu cara pembuangan air permukaan, baik secara gravitasi maupun dengan pompa
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya genangan, menjaga dan menurunkan permukaan air
sehingga genangan air dapat dihindarkan. Drainase perkotaan berfungsi mengendalikan kelebihan
air permukaan sehingga tidak merugikan masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun air
limbah industri. Oleh karena itu drainase perkotaan harus terpadu dengan sanitasi, sampah,
pengendali banjir kota dan lainnya dengan menggunakan prinsip dasar mengendalikan kelebihan air
permukaan sehingga dapat dialirkan secara terkendali dan lebih banyak memiliki kesempatan untuk
meresap ke dalam tanah.

Cara paling efektif agar drainase berwawasan lingkungan ini dapat berkelanjutan adalah selain
peran pemerintah, peran serta masyarakat harus ikut aktif di dalam penerapan pelestarian air tanah
karena jika persediaan air tanah habis, merekalah yang paling merasakan akibatnya. Masyarakat
dapat berperan aktif untuk ikut menabung air melalui kolam tandon penampung air hujan, berupa
reservoir bawah tanah maupun dengan tangki penampung yang berfungsi menampung dan
mengalirkan air hujan yang jatuh dari permukaan tanah, bangunan, juga atap rumah.

2. Pasal 1 no. 10 – DETENSI


Kolam detensi adalah suatu kolam yang dimanfaatkan untuk menampung kelebihan air banjir yang
kemudian secara perlahan dialirkan sesuai dengan penurunan aliran yang ada di saluran drainase
atau sungai.  Sehingga arti dari kolam detensi adalah kolam penampungan sementara aliran banjir,
yang merupakan upaya konservasi dari cara pengendalian banjir terpadu. Tujuan pemanfaatan
kolam detensi adalah untuk menurunkan puncak banjir dan memperbaiki kandungan air tanah suatu
wilayah sehingga dapat dipergunaakan oleh masyarakat sekitar.

Tujuan stakeholder dalam pengembangan dan penerapan fasilitas pemanenan air hujan
diantaranya adalah:

a) Meningkatkan keberlanjutan ketersediaan air permukaan dan air tanah


b) Konservasi air dengan menampung kelebihan air yang akan masuk sungai dan mengurangi
air yang terbuang percuma ke laut selama musim penghujan
c) Mengamankan kawasan perkotaan maupun perdesaan dari banjir dengan menahan air di
daerah tangkapannya
d) Menurunkan laju erosi
e) Memperbaiki lingkungan perkotaan maupun perdesaan
f) Memperbaiki kualitas air.

Selain upaya-upaya pengendalian banjir dengan pemanfaatan teknologi, maka diperlukan pula
pengendalian oleh manusia itu sendiri, adanya keseimbangan antara manusia dengan ekosistem
alamlah yang menjadi kunci utama dari segala permasalahan lingkungan, dengan menjaga dan
memelihara alam maka tidak akan ada dampak yang merugikan baik untuk alam maupun manusia
itu sendiri dalam menjaga ekosistem.

3. Pasal 1 no. 13 – SUMUR RESAPAN


Sumur resapan adalah memanfaatkan ruang kosong di antara butir-butir tanah di atas permukaan
air tanah untuk mengalirkan air hujan hingga ke muka air tanah. Dua syarat minimal yang diperlukan
agar sistem sumur resapan bekerja adalah adanya ruang antara dasar sumur dengan muka air tanah
dan permeabilitas tanah yang cukup. Semakin besar ruang antara dasar sumur resapan dengan
muka air tanah dan semakin besar permeabilitas tanah, semakin banyak volume air yang mengalir
melalui sumur resapan.

Oleh karena kesederhanaan prinsip kerja sumur resapan tersebut, maka proses pembuatannya
pun cenderung lebih mudah untuk diaplikasikan. Untuk membuat sumur resapan hal pertama yang
harus diketahui adalah kedalaman muka air tanah dari permukaan tanah.

Pemerintah telah membuat panduan teknis pembuatan sumur resapan terkait dimensi minimal
sumur resapan berdasarkan luas lahan. Meskipun ide dasar sumur resapan adalah meresapkan air
dari atap dan daerah sekitar pemukiman ke dalam tanah, namun pada prinsip dan prakteknya sumur
resapan bisa dibangun di mana saja. Sumur resapan bisa dibangun secara individu oleh tiap-tiap unit
rumah atau dibangun secara komunal dalam suatu kawasan atau bisa juga dibangun sebagai sistem
drainase kawasan yang mengalirkan tidak saja air hujan dari atap rumah tapi juga dari air hujan yang
melimpas di badan jalan, trotoar maupun lahan parkir.
4. Pasal 1 no. 15 – KOLAM RETENSI
Kolam retensi perlu dibangun untuk menampung sementara air banjir untuk kemudian dialirkan
kembali setelah puncak banjir terlewati. Kolam retensi juga memiliki fungsi sebagai lahan konservasi.
Sesuai dengan konsep sistem drainase yang berkelanjutan maka prioritas utama kegiatan harus
ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk
menahan air hujan.

Berdasarkan fungsinya, fasilitas penahan air hujan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu (1)
tipe penyimpan (storage types) dan (2) tipe peresapan (infiltration types). Sebagai salah satu
alternative penahan laju air hujan, Kolam Retensi memiliki kedua fungsi tersebut. Hal ini yang
menyebabkan Kolam Retensi menjadi alternative unggulan dalam hal penanganan dan pengendalian
banjir. Sebagai fasilitas penyimpan air hujan, kolam retensi mampu menampung limpasan air hujan
yang cukup besar.

Kolam Retensi ini berfungsi untuk mengontrol parameter debit puncak dan waktu penuntasan,
yaitu dengan memotong debit puncak banjir yang terjadi. Oleh karena itu Kolam retensi memiliki
efektifitas yang baik dalam pengendalian banjir.
5. Pasal 1 no. 27 – PENGAWASAN
Pengawasan adalah pemantauan terhadap penerapan peraturan perundang-undangan bidang
bangunan gedung dan upaya penegakan hukum. Sebagai pengawas yang memantau daerah
khususnya yang berada di wilayah banjir diperlukan pengawasan ekstra seperti pengawasan
ketinggian air di bendungan sungai yang perlu di awasi sebaik mungkin untuk mengantisipasi
terjadinya peluapan air sungai.

Sebagai stakeholder yang berada di era modern ini saya rasa tidak perlu pengawasan objek secara
penuh oleh manusia dan juga oleh sudut pandang yang terbatas. Dengan adanya inovasi teknologi
saat ini, kita bisa melakukan pengawasan dari mana saja dan kapan saja, seperti halnya CCTV, dan
disisi lain kita perlu mendapat dukungan dari masyarakat untuk menjalankan dan mengintegrasikan
sistem pengawasan yang berteknologi ini.

Pengawasan dimaksudkan adalah menggunakan system pendeteksi banjir dengan menerapkan


teknologi sensor kamera sebagai alat pengukur ketinggian air, disini kita bisa melihat kondisi air dari
mana saja menggunakan remote camera yang terhubung jaringan. Selain itu, system akan secara
otomatis melakukan respon notifikasi juga untuk membantu kita dalam mendeteksi dini ketinggian
air jika sudah mencapai titik tertentu. Berikut gambaran system yang akan dibuat sebagai
pengawasan banjir.
Selain menggunakan pendeteksi banjir, dapat digunakan pula system pengadu, sistem pengadu ini
adalah ketika menemui pelanggaran atau masalah masalah yang mengenai lingkungan ingin
melaporkan ataupun mengadukan pengaduannya dengan 2 metode yakni, metode langsung dan
tidak langsung. Jika menggunakan metode langsung, masyarakat bisa langsung mengunjungi sebuah
situs yang akan diunggah khusus untuk pelaporan. jika menggunakan metode tidak langsung,
pengadu dapat melaporkan helpdesk setempat yang sudah disediakan sebelumnya untuk
menangani masalah masalah lingkungan tersebut.

Solusi yang terbaik menurut saya sebagai Arsitek dalam pengelolaan limbah
rumah tangga yang relevan untuk saat ini
Adalah dengan meresapkannya kembali kedalam tanah namun tetap dengan menjaga kualitas air
limbah tetap baik seperti membuat septic tank dengan meneruskannya ke dalam sumur resapan.
Limbah dari WC masuk melalui septic tank untuk diendapkan dan disaring,kemudian dialirkan ke
drain field sehingga dapat masuk kedalam air tanah.
Selain itu, penggunaan sumur resapan merupakan rekayasa yang baik untuk konversi air di area
tempat tinggal yang dibuat menyerupai sumur gali dengan kedalaman tertentu yang nantinya air
limbah rumah tangga dapat meresap ke tanah atau dapat digunakan kembali seperti untuk
menyiram tanaman dan sebagainya yang tentunya dengan menggunakan bak pengontrol air limbah.

Anda mungkin juga menyukai