PENDAHULUAN
1
- Kondisi topografi daerah yang datar, atau tidak rata sehingga menyebabkan sedimentasi
pada saluran pembuang yang akan menyebabkan berkurangnya kapasitas saluran tersebut.
- Limbah (rumah tangga, industri dan lain-lain)
Kelebihan air di perkotaan tersebut harus segera dibuang sehingga tidak menyebabkan
genangan air yang mengganggu aktivitas manusia dan juga kurang baik bagi sanitasi.
Drainasi merupakan istilah yang dipergunakan sistem-sistem yang digunakan untuk
menangani air yang berlebih.
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sistem drainasi bagi daerah
perkotaan. Sistem dan kapasitas pembuangan harus memadai untuk membuang habis
kelebihan air yang ada di permukaan sehingga tidak terjadi genangan air yang mengganggu
aktivitas manusia dan juga kurang baik bagi sanitasi
Kebanyakan kota-kota besar mempunyai sistem drainasi tertentu dengan biaya yang
besar. Bahkan investasi keseluruhan di bidang drainasi pemukiman jauh lebih besar
dibandingkan dengan investasi di bidang pengurangan banjir atau irigasi. Menurut
perhitungan, hampir seperempat biaya pembangunan jalan raya dibelanjakan untuk sarana
drainasi jalannya. Karena itu perencanaan sistem drainasi harus mempertimbangkan masalah
ekonomi.
Saluran dan sistem drainasi memerlukan pemeliharaan yang baik dan rutin. Setiap
beberapa tahun sekali harus dievaluasi agar dapat dianalisa apakah perubahan-perubahan
yang terjadi telah mengubah kondisi sistem saluran.
2
2. Bagaimana mendapatkan curah hujan rancangan dengan kala ulang tertentu, dengan
menggunakan disribusi log pearson III.
3. Bagaimana mendapatkan debit limbah rumah tangga dengan memproyeksikan jumlah
penduduk ini dengan prosentase pertumbuhan-pertumbuhan yang dihubungkan
dengan kebutuhan air tiap penduduk.
4. Bagaimana merencanakan sistem jaringan drainase dengan mempertimbangkan
topografi daerah.
3
Gambar 1 (sistem Drainase Belanda)
Sumber : google,negara belanda
Negara maju seperti Belanda telah menerapkan sistem pengelolaan tata air yang lebih
maju dari negara-negara lainnya. Belanda benar-benar memanfaatkan alam untuk
menghidupi kebutuhan manusia seperti Kincir Angin dan Kincir Air yang menjadi andalan
negeri tersebut.
Belanda mempunyai kecanggihan dam penataan atau system drainasenya yaitu sitem
polder dan sistem eco-drainase.
a. Sistem Polder
Polder adalah sekumpulan dataran rendah yang membentuk kesatuan hidrologis
artifisial yang dikelilingi oleh tanggul. Pada daerah polder, air buangan (air kotor dan air
hujan) dikumpulkan di suatu badan air (sungai, situ) lalu dipompakan ke badan air lain
4
pada polder yang lebih tinggi posisinya, hingga pada akhirnya air dipompakan ke sungai
atau kanal yang langsung bermuara ke laut. Tanggul yang mengelilingi polder bisa berupa
pemadatan tanah dengan lapisan kedap air, dinding batu, bisa juga berupa konstruksi beton
dan perkerasan yang canggih.
Polder juga bisa diartikan sebagai tanah yang direkalamasi. Sistem polder banyak
diterapkan pada reklamasi laut atau muara sungai, dan juga pada manajemen air buangan
(air kotor dan drainase hujan) di daerah yang lebih rendah dari muka air laut dan sungai.
Sistem polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan kelengkapan bangunan
sarana fisik, yang meliputi saluran drainase, kolam retensi, pompa air, yang dikendalikan
sebagai satu kesatuan pengelolaan. Dengan sistem polder, maka lokasi rawan banjir akan
dibatasi dengan jelas, sehingga elevasi muka air, debit dan volume air yang harus
dikeluarkan dari sistem dapat dikendalikan. Oleh karena itu, sistem polder disebut juga
sebagai sistem drainase yang terkendali.
Konsep Sistem Polder
1. Tanggul
Tanggul merupakan suatu batas yang mengelilingi suatu badan air atau
daerah/wilayah tertentu dengan elevasi yang lebih tinggi daripada elevasi di
sekitar kawasan tersebut, yang bertujuan untuk melindungi kawasan tersebut dari
limpasan air yang berasal dari luar kawasan.
Jenis -jenis tanggul :
A. Tanggul Alamiah
tanggul yang sudah terbentuk secara alamiah dari bentukan tanah dengan
sendirinya. Contohnya bantaran sungai di pinggiran sungai secara memanjang.
B. Tanggul Infrastruktur
sebuah struktur yang didesain dan dibangun secara kuat dalam periode waktu
yang lama dengan perbaikan dan pemeliharaan secara terus menerus, sehingga
seringkali dapat difungsikan sebagai sebuah tanggul, misal jalan raya.
2. Kolam Retensi
Kolam retensi merupakan suatu cekungan atau kolam yang dapat menampung
atau meresapkan air didalamnya, tergantung dari jenis bahan pelapis dinding dan
dasar kolam.
Jenis-jenis kolam retensi :
A. Retensi Alami
5
Kolam alami yaitu kolam retensi yang berupa cekungan atau lahan
resapan yang sudah terdapat secara alami dan dapat dimanfaatkan baik pada
kondisi aslinya atau dilakukan penyesuaian. Pada umumnya perencanaan
kolam jenis ini memadukan fungsi sebagai kolam penyimpanan air dan
penggunaan oleh masyarakat dan kondisi lingkungan sekitarnya. Kolam jenis
alami ini selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan, juga dapat
meresapkan pada lahan atau kolam yang pervious, misalnya lapangan sepak
bola ( yang tertutup oleh rumput ), danau alami, seperti yang terdapat di taman
rekreasi dan kolam rawa.
B. Retensi non-Alami
Kolam non alami yaitu kolam retensi yang dibuat sengaja didesain
dengan bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang telah direncanakan
sebelumnya dengan lapisan bahan material yang kaku, seperti beton. Pada
kolam jenis ini air yang masuk ke dalam inlet harus dapat menampung air
sesuai dengan kapasitas yang telah direncanakan sehingga dapat mengurangi
debit banjir puncak (peak flow) pada saat over flow, sehingga kolam berfungsi
sebagai tempat mengurangi debit banjir dikarenakan adanya penambahan
waktu kosentrasi air untuk mengalir dipermukaan. Konsep pengeringan polder
Di dalam stasiun pompa terdapat pompa yang digunakan untuk
mengeluarkan air yang sudah terkumpul dalam kolam retensi atau junction
jaringan drainase ke luar cakupan area. Prinsip dasar kerja pompa adalah
menghisap air dengan menggunakan sumber tenaga, baik itu listrik atau
diesel/solar. Air dapat dibuang langsung ke laut atau sungai/banjir kanal yang
bagian hilirnya akan bermuara di laut. Biasanya pompa digunakan pada suatu
daerah dengan dataran rendah atau keadaan topografi atau kontur yang cukup
datar, sehingga saluran-saluran yang ada tidak mampu mengalir secara
gravitasi. Jumlah dan kapasitas pompa yang disediakan di dalam stasiun
pompa harus disesuaikan dengan volume layanan air yang harus dikeluarkan.
Pompa yang menggunakan tenaga listrik, disebut dengan pompa jenis
sentrifugal, sedangkan pompa yang menggunakan tenaga diesel dengan bahan
bakar solar adalah pompa submersible.
6
Perencanaan pompa harus diperhatikan mengenai tinggi tekan pompa
dan pengaruh kehilangan tenaga yang akan mempengaruhi daya pompa yang
dibutuhkan. Selain itu perencanaan kolam retensi memiliki keterikatan dengan
pompa yang akan digunakan semakin besar volum tampungan yang tersedia,
semakin kecil kapasitas pompa yang dibutuhkan dan sebaliknya.
b. Sistem eco-Drainase
System eco-drainase adalah system yang berbasis ramah lingkungan agar terbebas
dari banjir.Selain itu, sistem ini juga mampu untuk menjaga kualitas air agar tetap bersih
dan jernih. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh peneliti asal Belanda Van Wirdum
pada tahun 1982.
7
walaupun jumlah saluran irigasi di sana terbatas dan debit airnya cukup tinggi tapi jarang
sekali dilanda banjir.
Adapun contoh negara maju yang telah berhasil mengembangkan sistem drainase
berkelanjutan dengan berbagai metode unggulannya.
1. Negara Inggris
Green Roofs: Taman di atap rumah tinggal.
Living Walls: Penanaman tumbuhan pada dinding vertical.
Rain Gardens: Taman dengan tanah porus yang berfungsi sebagaiarea
tangkapan air hujan.
Permukaan Permeable: Permukaan berpori yang dapat dilalui oleh air.
Grassgrid: PavingBlock berlubangyang dapat ditumbuhi rumput.
FilterStrips: Penampung sementara limpasan air permukaan yang jatuh pada
permukaan tanah yang tidak porus.
Swales: Saluran linier dengan dasar rata yang bisa menampung limpasan air
permukaan dan menyerap air ke dalam tanah.
Bio Retensi: Saluranpenyerapairlimpasanpadapermukaanyang diperkeras dan
ditumbuhi tumbuhan .
Kolam Detensi: Kolam penampung sementara dan penyerap air limpasan
untuk jangka waktu beberapa jam saja.
Kolam Retensi: Kolam penyimpanan airl impasan yang sudah bersih dari
polutan dan penyerap air ke dalam tanah.
Kolam: Tempat Penyedia air bersih yang permanen atau semi-permanen dan
bebas dari polutan
Wetlands: Tempat penyedia air bersih yang sangat luas dengan volume air
bersih yang sangat banyak dan merupakan tujuan akhir selain danau atau
sungai.
Geocellular: Plastik Geomem brane penyaring polutan pada limpasang air
permukaan yang akan masuk kedalam tanah.
Crosswave: Material plastik penyimpan resapan air hujan yang disimpan
dibawah area terbuka sebagai tempat jatuhnya air hujan.
Up-Flo Filter: Teknologi penyaring air limpasan permukaan dari jalan raya
yang mengandung banyak polutan dan disalurkan ke kolam-kolam detensi
atau retensi.
8
Flo-Well: Tangki berlubang penampung air limpasan hujan yang disimpan
didalam tanah dan dilapisi kerikil guna menyaring polutan sebelum diserap
tanah.
2. Negara Berkembang
Drainase adalah pembuangan alami atau buatan air permukaan dari suatu daerah.
Drainase penting untuk fungsi sukses sebuah lokasi proyek. Drainase membantu
mengarahkan aliran air (dari hujan atau irigasi) untuk menghilangkannya dari permukaan
tanah. Ada dua kegunaan untuk sistem drainase sebagai bagian dari sistem perkotaan atau
kota yang ada dan berkembang. Sistem drainase ada di tempat untuk menghilangkan
kelebihan air dalam suatu perkembangan. Ini bisa berupa air banjir dan air hujan dan berbagai
jenis limpasan. Sistem drainase juga ada untuk membuang air limbah secara efektif, dan ini
disebut sebagai sistem saluran pembuangan.
Tidak memiliki sistem drainase yang tepat di tempat akan mengakibatkan banjir
daerah dataran rendah, sehingga menyebabkan kerusakan properti dan risiko kesehatan.
Sistem drainase yang efektif adalah sistem yang menghilangkan semua kelebihan air tanpa
menimbulkan ketidaknyamanan dalam hal disain. Misalnya, di daerah yang memiliki banyak
bangunan seperti tempat tinggal dan pertokoan, tidak bisa ada saluran air terbuka yang
mengalir melalui daerah.
Situasi seperti ini menciptakan kondisi yang sangat tidak sehat bagi penghuni
lingkungan sekitar dan berkontribusi terhadap degradasi lingkungan. Yayat Supriyatna,
seorang perencana kota dari Universitas Trisakti di Jakarta, mengatakan bahwa selain curah
hujan intensitas tinggi, pembangunan perkotaan di banyak kota di negara tersebut tidak
9
disertai dengan tindakan pengelolaan air yang memadai . Selain itu, banjir melanda wilayah
Jakarta Metropolitan, Indonesia pada tanggal 21 Februari 2017.
Misalnya, proyek SMART (storm water management and road tunnel) berfungsi
sebagai drainase badai dan struktur jalan di Malaysia. Panjang terowongan air badai berjalan
9,7 km sedangkan panjang terowongan jalan tol adalah 4 km. Terowongan yang terpanjang di
Malaysia dibangun untuk memecahkan masalah banjir bandang di Kuala Lumpur. Ini
bertindak sebagai terowongan jalan bila tidak ada banjir. Dalam situasi di mana tingkat banjir
sedang moderat, air hujan akan dialihkan ke ruang drainase bawah di terowongan sementara
tingkat atas terowongan tetap terbuka untuk pengendara. Akhirnya, terowongan akan ditutup
untuk lalu lintas selama banjir yang sangat berat dan digunakan sepenuhnya agar air banjir
bisa lewat dengan menggunakan gerbang kedap air .
10
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Drainase yang berasal dari bahasa Inggris “drainage” mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air.Dalam bidang teknik sipil, drainase secara
umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air,
baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu
kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. (menurut :Dr.Ir.Suripin ,
M.Eng.(2004;7)
Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan salinitas.Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan
serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang
kelebihan air dari suatu kawasan/lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
(menurut :Suhardjono (1948;1))
B. Fungsi Drainase
Fungsi/kegunaan menurut Dr. Ir Suripin, M. Eng (2004) dari sistem drainase, antara
lain:
Membebaskan suatu wilayah terutama yang padat pemukiman dari genangan air erosi
dan banjir.
11
Karena aliran lancar, maka drainase juga berfungsi memperkecil resiko kesehatan
lingkungan bebas dari malaria dan penyakit lainnya.
Kegunaan tanah pemukiman padat akan menjadi lebih baik karena terhiindar dari
kelembaban.
Dengan sistem yang baik, tata guna lahan dapat dioptimalkan dan juga memperkecil
kerusakan-kerusakan tanah, bentuk jalan, dan bangunan-bangunan lainnya.
C. Jenis-jenis Drainase
Menurut sejarah terbentuknya menurut Dr. Ir Suripin, M. Eng (2004)
Drainase alamiah (natural drainage), yaitu sistem drainase yang terbentuk secara
alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia.Drainase buatan, yaitu sistem
drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk menentukan
debit akibat hujan dan dimensi saluran.
Menurut letak saluran
Drainase permukaan tanah (surface drainage), yaitu saluran drainase yang
berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan
permukaan.
Drainase bawah tanah (sub surface drainage), yaitu saluran drainase yang
bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah
permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan
tersebut antara lain tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang
tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak
bola, lapangan terbang, taman, dan lain-lain.
Menurut fungsi
Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air
buangan saja.
Multy Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis
buangan, baik secara bercampur maupun bergantian.
Menurut konstruksi
Saluran terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya
untuk menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun
kebanyakan sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada
pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan
12
pelindung). Akan tetapi saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining
dengan beton, pasangan batu (masonry) ataupun dengan pasangan bata.
Saluran tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan
lingkungan. Siste ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama
dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti kota Metropolitan
dan kota-kota besar lainnya.
13
2. Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase
yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara
keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di sepanjang
sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran
drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak
terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan
masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada. Sistem
drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase
mikro.
14
Saluran Buatan (artificial), seperti saluran pelayaran, irigasi, parit pembuangan,
dan lain-lain. Saluran terbuka buatan mempunyai istilah yang berbeda-beda
antara lain :
Saluran (canal) : biasanya panjang dan merupakan selokan landai yang dibuat di
tanah, dapat dilapisi pasangan batu/tidak atau beton, semen, kayu maupu aspal.
Talang (flume) : merupakan selokan dari kayu, logam, beton/pasangan batu,
biasanya disangga/terletak di atas permukaan tanah, untuk mengalirkan air
berdasarkan perbedaan tinggi tekan.
Got miring (chute) : selokan yang curam.
Terjunan (drop) : seperti got miring dimana perubahan tinggi air terjadi dalam
jangka pendek.
Gorong-gorong (culvert) : saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air
melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.
Terowongan Air Terbuka (open-flow tunnel) : selokan tertutup yang cukup
panjang, dipakai untuk mengalirkan air menembus bukit/gundukan tanah.
3. Saluran Air Kombinasi, dimana limpasan air terbuka dikumpulkan pada saluran
drainase permukaan, sementara limpasan dari daerah yang diperkeras dikumpulkan
pada saluran drainase tertutup.
15
5. Radial
Digunakan untuk daerah berbukit, sehingga pola saluan memencar ke segala arah.
6. Jaring-jaring
Mepunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya dan cocok
untuk daerah dengan topografi datar.
Pola jaring-jaring terbagi lagi menjadi empat jenis, yaitu:
Polaperpendicular
Adalah pola jaringan penyaluran air buangan yang dapat digunakan untuk
sistem terpisah dan tercampur sehingga banyak diperlukan banyak bangunan
pengolahan.
Pola interceptor dan pola zone adalah pola jaringan yang digunakan untuk
sistem tercampur.
Pola fan adalah pola jaringan dengan dua sambungan saluran /cabang yang
dapat lebih dari dua saluran menjadi satu menuju ke satu bangunan pengolahan.
Biasanya digunakan untuk sistem terpisah.
Polaradial
Adalah pola jaringan yang pengalirannya menuju ke segala arah dimulai dari
tengah kota sehingga ada kemungkinan diperlukan banyak bangunan
pengolahan.
16
Banguna non-struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak
disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya
berbentuk siap pasang. Contoh bangunan non-struktur adalah:
- Pasangan (saluran cecil tertutup, tembok talud saluran, mahole/bak control
ususran cecil, street inlet).
- Tanpa pasangan : Saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput.
2. Bangunan Pelengkap Saluran Drainase
Bangunan pelengkap saluan drainase diperlukan untuk melengkapi suatu system
saluran untuk fungsi-fungsi tertentu. Adapun bangunan-bangunan pelengkap system
drainase antara lain:
a. Catch Basin/Watershed
Bangunan dimana air masuk ke dalam system saluran tertutup dan air mengalir
bebas di atas permukaan tanah menuju match basin. Catch basin dibuat pada tiap
persimpangan jalan, pada tempat-tempat yang rendah, maupun tempat parkir.
b. Inlet
Apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan dimasukkan ke
dalam saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu konstruksi khusus
inlet. Inlet harus diberi saringan agar sampah tidak masuk ke dalam saluran
tertutup.
c. Headwall
Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung
gorong-gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi.
d. Shipon
Shipon dibuat bilamana ada persilaangan dengan sungai. Shipon dibangun di
bawah dari penampang sungai, karena tertanam di dalam tanah maka pada waktu
pembuatannya harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi keretakan ataupun
kerusakan konstruksi. Sebaiknya dalam merencanakan drainase dihindarkan
perencanaan dengan menggunakan shipon, dan sebaiknya saluran yang debitnya
lebih tinggi tetap untuk dibuat shipon dan saluran drainasenya yang dibuat secara
terbuka atau gorong-gorong. Bangunan terjun
e. Manhole
Untuk keperluan pemeliharaan sistemsaluran drainase tertutup di setiap saluran
diberi manhole pertemuan, perunahan dimensi, perubahan bentuk selokan pada
setiap jarak 10-25 meter. Lubang mahole dibuat sekecil mungkin supaya
17
ekonomis, cukup, dan dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya lubang
manhole berdiameter 60 cm dengan tutup dari besi tulang.Bangunan got miring
Selokan yang curam. Gorong-gorong yaitu saluran tertutup (pendek) yang
mengalirkan air melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya.
18
Sumber: (Schwab,et al,1981,dalam Arsyat,2006)
KONDISI DAERAH STUDI
Umum
Untuk perencanaan suatu jaringan drainasi diperlukan peta topografi yang memenuhi
syarat. Penyelidikan topografi ini diperlukan untuk mendapatkan penentuan bentuk
permukaan tanah (surface cinfiguration) termasuk juga kemiringan permukaan (surface
slope), arah dari drainasi alamiah serta daerah pengeluaran (outlet).
Untuk perencanaan biasanya diperlukan peta topografi yang mempunyai
perbandingan skala antasa 1 : 10000 sampai 1 : 25000 dengan interval garis kontur 1,00-2,00
meter. Sedangkan untuk detailnya mempunyai perbandingan skala 1:500 sampai 1:2500
dengan interval garis kontur 0,20-0,50 meter. Hal ini tergantung dari keadaan lapangan, yaitu
datar atau curamnya keadaan medan.
Dengan hasil penyelidikan keadaan topografi ini, dapat memberikan gambaran macam
dari sistem drainasi yang diperlukan
19
penduduk, masalah ganti rugi lahan yang terkena proyek dan lain sebagainya sehingga
perencanaan proyek drainasi tersebut dapat berguna seperti apa yang diinginkan semua pihak.
Di samping itu melalui peta topografitersebut kita dapat melihat atau mengetahui hal-
hal yang akan dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas, misalnya :
Batas-batas wilayah
Ketinggian
Daerah pengaliran sungai dan sebagainya
Pada daerah studi yang kami lakukan, yaitu kota Malang tergolong daerah perbukitan
dengan kemiringan antara 0% - 30%. Wilayah bagian barat merupakan daerah perbukitan
atau wilayah yang lebih tinggi, sedang wilayah bagian timur merupakan daerah yang datar.
20
Wilayah tengah daerah Malang merupakan daerah transisi , perpaduan antara daerah
perbukitan dan daerah datar.
Tata air dipengaruhi adanya empat sungai, yaitu kali Brantas, kali Bango, kali Metro,
dan kali Amprong. Kali Bango dan kali Amprong menjadi satu. Data ini bisa didapatkan di
kantor Bappeda atau kantor studi topografi kota.
2.2.2. Kondisi Geologi
Data kondisi geologi dibutuhkan untuk mengetahui jenis tanah dan sifat-sifatnya.
Data sifat tanah (stabilitas, daya dukung, tegangan, porositas, derajat kejenuhan, konsolidasi,
kepadatan, kandungan mineral, dan lain-lain) diperlukan untuk menentukan dimensi saluran,
material penyusunnya serta stabilitas saluran.
Pada daerah studi yang kami lakukan, sebagian dari tanah-tanah dataran rendah terdiri
dari lapisan tanah alluvial yang terjadi baik oleh endapan sungai maupun oleh endapan pantai
yang secara geologi merupakan tanah liat atau unit-unit pasir. Daerah perbukitan di sebelah
barat pada umumnya mengandung kadar kapur yang tinggi, sedangkan di daerah selatan
mempunyai potensial yang subur. Pada tanah alluvial ini terbentuknya terbatas pada lembah-
lembah sungai dan dataran-dataran pantai serta bekas lanau yang kesemuanya itu mempunyai
rilief datar atau sebagai cekungan. Tanah alluvial ini hanya meliputi tanah yang masih sering
terkena banjir sehingga dianggap tanah yang masih muda dan belum ada differensiasi
horizon. Suatu hal yang mencirikan pada pembentukan alluvial adalah bahwa bagian terbesar
bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya.
21
Jadi tekstur bahan yang diendapkan pad waktu dan tempat yang sama akan lebih
seragam dan makin jauh dari sumbernya, serta makin halus butir-butir yang tersangkut. Pada
umumnya tanah alluvial ini berwarna kelabu kecoklatan yang merupakan tanah yang cukup
subur.
2.2.3. Kondisi Iklim
Kondisi alam khususnya data keadaan iklim setempat diperlukan untuk menentukan
debit air yang akan didrainase. Data iklim ini meliputi curah hujan rancangan dengan kala
ulang tertentu, data limpasan permukaan, data infiltrasi dan perkolasi, evaporasi dan
evapotranspirasi dan lain-lain. Data klimatologi dapat diperoleh di dinas klimatologi kota.
, kota Malang mempunyai iklim tropis yang terdiri dari dua musim, yaitu musim
penghujan (bulan Nopember- bulan April) dan musim kemarau (bulan Mei- bulan Oktober),
dengan temperatur bulanan rata-rata 24°C (min) - 27°C (maks). Kelembaban rata-rata
bulanannya ± 78%, sedangkan curah hujan rata-rata tahunan ± 1420 mm dimana 90% jatuh
pada musim penghujan.
22
Dengan proyeksi perkembangan kota ini dapat direncanakan sistem drainasi yang
sesuai. Kecenderungan perkembangan penduduk di suatu kota adalah menuju ke daerah
pusat kota dan sekitarnya, karena kegiatan ekonomi dan kesibukan lainnya sebagian besar
berada di pusat kota. Misalnya untuk kota yang cenderung cepat berkembang tentu akan
cepat mengalami perubahan tata guna lahan, sehingga kala ulang pemeriksaannya lebih kecil.
Untuk keperluan ini yang diperlukan adalah data jumlah penduduk dan perkembangan
penduduk. Yang utama perencaan ini harus disesuaikan dengan tata kota yang terdapat di
Rencana Tata Ruang Kota (RURTK). Data ini dapat diperoleh di dinas meteorologi kota.
Perubahan tata guna lahan tentu akan mengubaha debit air yang akan didrainasi.
Karena itu perlu diperkirakan arah perubahan tata guna lahan di wilayah tersebut. Yang
diperlukan adalah RURTK yang menggambarkan kebijaksanaan dasar tata ruang kota dan
langkah-langkah umum pelaksanaan yang berkaitan dengan sistem sosial, ekonomi, dan fisik
guna tercapainya tata guna lahan yang direncanakan. Kebijaksanaan ini dipertegas dengan
rencana detail tata ruang kota di tiap-tiap kecamatan. Yang perlu diperhatikan adalah
perubahan tata guna lahan yang banyak terjadi di daerah pinggiran yang sedang mengalami
perkembangan.
23
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
3.1. Umum
24
Metodologi yang digunakan pada studi ini mengacu pada pendekatan deduksi, yaitu
perumusan-perumusan yang digunakan dianggap benar sejak awal.
Studi ini bersifat perencanaan, sehingga data pendukung yang digunakan merupakan
data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber.
Berdasarkan penjelasan pada bab satu dan dua serta pendekatan studi sebagaimana
tersebut di atas, langkah-langkah untuk merencanakan sistem jaringan drainasi perkotaan
adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data-data
a. Peta dan data topografi
b. Peta tata guna lahan daerah studi
c. Proyeksi jumlah penduduk pada tahun 1990 = 35.600 jiwa
d. Kebutuhan air penduduk = 275 lt / orang / hari
e. Luas daerah perkotaan
f. Air buangan industri = 3,50 m3/dt
Curah hujan harian, diambil 5 hari selama setahun, selama 11 tahun (dari tahun 1990
sampau dengan tahun 2000) yang diukur dari lima stasiun hujan di daerah sekitar daerah
studi.
2. Pengolahan data yang meliputi :
a. Perhitungan curah hujan maksimum daerah tahunan dengan menggunakan metode
poligon Thiessen.
b. Perhitungan curah hujan rancangan dalam kala ulang tertentu dengan metode Log
Pearson III, lalu diikuti dengan uji kesesuaian distribusi Smirnov-Kolmogorov dan uji
Chi Square yang bertujuan mengetahui kebenaran hipotesa distribusi frekuensi Log
Pearson III.
c. Pengukuran luas tata guna lahan (dengan planimeter) untuk menghitung koefisien
pengaliran.
d. Perencanaan jaringan saluran drainasi, dengan mempertimbangkan faktor topografi
daerah.
e. Mengukur panjang tiap saluran untuk menentukan debit.
f. Perhitungan intensitas hujan.
g. Perhitungan jumlah penduduk untuk tahun 2007 yang akan datang dengan metode
Exponential Rate of Growth
h. Perhitungan debit air kotor (buangan) dengan mempertimbangkan kebutuhan air tiap
penduduk.
25
i. Perhitungan debit air buangan total.
j. Perhitungan debit rancangan drainasi.
3. Perencanaan saluran drainasi, yang terdiri dari :
a. Penentuan debit rancangan yang akan dibuang dari debit limpasan permukaan dan
debit air buangan rumah tangga dan industri.
b. Perencanaan dimensi saluran agar dapat menampung debit rancangan untuk beberapa
kemiringan berdasarkan kecepatan ijinnya.
c. Perhitungan biaya yang diperlukan untuk pembuatan jaringan drainasi.
4. Perhitungan curah hujan rancangan
Yang dimaksud dengan curah hujan rancangan adalah curah hujan terbesar yang
mungkin terjadi dalam suatu daerah dengan kala ulang atau periode tertentu, yang
dipakai sebagai dasar untuk perhitungan perencanaan ukuran suatu bangunan (Dirjen
Pengairan, DPU)
Pemilihan kala ulang ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hidro-
ekonomis, yaitu didasrkan terutama pada :
a. Besarnya kerugian yang akan diderita jika terjadi pengrusakan bangunan-bangunan
oleh banjir atau limpasan (akibat hujan) dan sering tidaknya pengrusakan itu terjadi.
b. Umur ekonomis bangunan.
c. Biaya pembangunan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, pada umumnya perencanaan
jaringan drainasi perkotaan untuk salurannya dipakai hujan rencana dengan kala ulang 5
tahun, artinya harga dari curah hujan terbesar akan terjadi rata-rata, baik disamai atau
dilampaui sekali setiap 5 tahun. Dengan kata lain bahwa kemungkinan terjadinya hujan
dengan intensitas tersebut setiap tahun adalah sepersepuluh atau 20% atau peluang
kegagalannya setiap tahun 80%.
Bangunan-bangunan drainasi utama didesain untuk mampu menanggulangi banjir
akibat curah hujan dengan kala ulang 10 sampai 20 tahun.
26
A = P x L……………………………………………………………………………………..1
Keterangan : A = Luas Area ( Ha )
P = Panjang Lahan ( m )
L =Lebar lahan( m)
Kemiringan Lahan
27
5. Prosentase luas pengaruh tiap stasiun total didapat dari luas daerah stasiun tersebut dibagi
luas total DAS.
6. Curah hujan maksimum daerah tahunan tiap stasiun didapat dari hasil perkalian
prosentase luas daerah dengan curah hujan.
d = P1.d1 + P2.d2 + … +Pn.dn ………………………………………………………… 4
Pn = An A
Dengan :
An = daerah yang diwakili stasiun-stasiun pengukuran
Pn = koefisien Thiessen
A = Luas daerah keseluruhan
dn = tinggi hujan yang diukur di stasiun-stasiun pengukuran
Untuk mendapatkan curah hujan harian maksimum daerah pada suatu daerah aliran
adalah sebagai berikut :
a. Menjumlahkan curah hujan yang didapat dari metode poligon Thiessen pada hari yang
sama untuk semua stasiun pengamatan.
b. Dari hasil penjumlahan curah hujan maksimum daerah tahunan tersebut pilih yang
tertinggi untuk setiap tahunnya. Curah hujan ini merupakan curah hujan maksimum
tahunan untuk 11 tahun.
28
2. Menghitung harga logaritma rata-rata dengan rumus :
Logx=
∑ Logx i
n …………………………………………………………… 5
Keterangan : Log x = rata-rata ukur
Σ = penjumlahan
Log xi = nilai dari ke-i
n = banyaknya sampel
3. Menghitung harga simpangan baku dengan rumus :
∑
√
2
(Logx i −Logx)
Si=
n−1 ………………………………………………… 6
Keterangan :
Si = simpangan baku (standar deviasi)
Σ = penjumlahan
Log xi = nilai dari ke-i
Log x = rata-ratanya
n = jumlah sampel
4. Menghitung harga koefisien kemiringan dengan rumus :
n∑ ( Logxi−Logx )
Cs= 3
( n−1) ( n−2 ) Si …………………………………………………… 7
Keterangan :
Cs = koefisien kemiringan
Si = simpangan baku (standar deviasi)
Σ = penjumlahan
Log xi = nilai dari ke-i
Log x = rata-ratanya
n = jumlah sampel
5. Menghitung logaritma hujan rancangan dengan kala ulang tertentu dengan rumus :
Log Xi = Log Xi + Sx . K
…………………………………………… 8
Keterangan :
Log Xi= curah hujan rancangan
x = Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan
29
K = faktor frekuensi
SX = simpangan baku (standar deviasi)
6. Menghitung dengan Metode Rata – Rata Aljabar
………………………………………………………… 9
Keterangan :
R = curah hujan rata-rata (mm)
n = jumlah stasiun pengukuran
R1 = besarnya curah hujan pada masing-masing (mm)
30
Untuk mendapatkan kapasitas saluran drainasi, terlebih dahulu harus dihitung jumlah
air hujan dan jumlah air kotor atau buangan yang kan dibuang melalui saluran drainasi
tersebut. Debit rancangan adalah debit air hujan ditambah debit air kotor.
Debit Akibat Curah Hujan
Untuk menghitung debit air hujan dalam mendimensi saluran drainasi digunakan
metode rasional (Subarkah, 1980 :49)
Q = 0,00278. C. I. A ……………………………………………………….. 10
Dengan :
Q = debit banjir maksimum (m3/det)
C = koefisien pengaliran
I = intensitas hujan rerata selama waktu tiba banjir
A = luas daerah pengaliran (km2)
31
Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai tinggi curah hujan persatuan waktu.
Untuk mendapatkan intensitas hujan selama waktu konsentrasi digunakan rumus Mononobe
(Imam Subarkah, 1980:20), sebagai berikut :
2/3
( )
R 24 24
I = 24 Tc ……………………………………………………… 11
dengan :
I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum harian alam 24 jam (mm)
Tc = waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi dihitung dengan teoritis, tetapi karena daerah pertanian yang
diukur secara langsung tidak terlalu besar, maka besarnya waktu konsentrasi dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
( )
0,77
Ls
To =0,0197 menit ………………………………………………… 12
√s
Dengan :
To = Waktu pengaliran air pada permukaan tanah
L = panjang saluran (m)
S = kemiringan rerata saluran
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir dari
titik terjauh dari catchment menuju suatu titik tujuan. Besar waktu konsentrasi
dihitung dengan rurmus :
Tc=¿+Td ……………………………………………………. 13
Dengan :
Tc = Waktu Konsentrasi
To = Waktu pengaliran air pada permukaan tanah
Td = Waktu pengaliran pada saluran
32
Td = Waktu pengaliran pada saluran, dapat dianalisa dengan rumus :
Ls
Td= ………………………………………………………… 15
v
Dimana :
Ls = Jarak aliran dari tempat masuk air ke tempat yang dituju (m)
V = kecepatan aliran (m/dtk)
33
a. Pertumbuhan Geometri
Cara ini mengasumsikan besarnya laju pertumbuhan yang menggunakan dasar bunga
berbunga (bunga majemuk) dimana angka pertumbuhannya adalah sama untuk setiap tahun.
Ramalan laju pertumbuhan Geometris adalah sebagai berikut :
Pn = Po (1 + n)n ……………………………………………………… 16
Dengan : Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk pada awal tahun
r = angka pertumbuhan penduduk
n = interval waktu (tahun)
b. Pertumbuhan Eksponensial
Pertumbuhan ini mengasumsikan pertumbuhan penduduk secara terus-menerus setiap
hari dengan angka pertumbuhan konstan. Pengukuran penduduk ini lebih tepat, karena dalam
kenyataannya pertumbuhan jumlah penduduk juga berlangsung terus-menerus. Ramalan
pertambahan penduduknya adalah :
Pn = Po. em ………………………………………………………… 17
Dengan :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk pada awal tahun
m = interval waktu
e = bilangan logaritma
3.2.7. Perhitungan Debit Buangan Penduduk
Debit air kotor berasal dari air buangan hasil aktivitas penduduk yang berasal dari
lingkungan rumah tangga atau bangunan-bangunan atau tang lainnya.
Untuk memperkirakan jumlah air harus diketahui kebutuhan air rata-rata dan jumlah
penduduk kota. Dalam tugas ini debit air kotor berasal dari perhitungan air kotor per
penduduk dan air kotor sisa industri.
Perhitungan air buangan tiap penduduk didapat dari :
Pn . q
Qak = A ……………………………………………………… 18
Dimana :
Qak = debit air kotor (l/dt/km2)
Pn = jumlah penduduk
A = luas daerah (km2)
q = jumlah air buangan (l/orang/hari)
34
Jumlah air buangan didapat dari prosentase air terbuang dari kebutuhan air tiap
penduduk.
35
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang
besar dan kecil. Sifat alirannya berfluktuasi besar dan terus menerus tapi debit
minimumnya measih cukup besar.
• Segiempat
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang
besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil.
36
Sumber : Manajemen Dan Rekayasa Infrastruktur (Robert J. Kodoatie, Ph.D.)
Rumus :
Luas penampang saluran persegi
A=b x h ………………………………………………. 20
Keterangan :
A = luas penampang basah (m2)
b = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi aliran (m)
Tinggi Permukaan air (h)
A
h= ………… …………………………………… 21
m+n
Keterangan :
h = tinggi aliran (m)
A = luas penampang basah (m2)
m = kemiringan talud
n = angka kekasaran manning
Lebar dasar saluran (b)
b=n x h ………… …………………………………… 22
Keterangan :
b = lebar dasar saluran (m)
n = angka kekasaran manning
h = tinggi aliran (m)
Tinggi Jagaan (w)
w=√ 0,5 x h ………… ………………………………… 23
Keterangan :
w = tinggi jagaan
h = tinggi aliran (m)
Keliling basah
P=b+2 h √1+m ………… ………………………… 24
2
Keterangan :
p = keliling basah
b = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi aliran (m)
37
m = kemiringan talud
Jari-jari hidrolis
A
R=
P
………… ………………………………………... 25
Keterangan :
R = jari-jari hidrolis (m)
A = luas penampang basah (m2)
p = keliling basah
Kemiringan saluran ( I)
V
I= ⅔ ………………………………………………… 26
k+R
Keterangan :
I = kemiringan saluran
V = kecepatan aliran (m/dt)
R = jari-jari hidrolis (m)
Lebar muka Air ( B )
B=b +2(m x h) ………… …………………… 27
Keterangan :
B = lebar saluran (m)
b = lebar dasar saluran (m)
h = tinggi aliran (m)
m = kemiringan talud
38
Berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan untuk debit yang kecil. Bentuk saluran
ini umum digunakan untuk saluran-saluran ruah penduduk dan pada sisi jalan perumahan
padat.
39
Besarnya kecepatan aliran yang diijinkan dalam saluran tergantung pada bahan
saluran, kondisi fisik dan sifat-sifat alirannya. Besarnya kecepatan minimum yang diijinkan
berkisar antara 0,6 < 0,9 m/dt (Suhardjono, 1984:25).
40
P = keliling basah
B = lebar saluran (m)
h = tinggi aliran (m)
z = kemiringan talud
Jari-jari hidrolis
R = A / P ………………………………………………………… 32
Keterangan :
R = jari-jari hidrolis (m)
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling basah
Saluran Setengah Lingkaran
Luas saluran
A = 0,5. π . r2 …………………………………………………. 33
Keterangan :
A = luas penampang basah (m2)
r = jari-jari lingkaran (m)
Keliling saluran
P = π . R ………………………………………………………. 34
Keterangan :
P = keliling basah
R = jari-jari hidrolis (m)
Jari-jari hidrolis
R = 0,5 . r ……………………………………………………… 35
Keterangan :
R = jari-jari hidrolis (m)
r = jari-jari lingkaran (m)
Kemiringan saluran
t 1−t 2
S= x 100 % ………………………………………………………….. 36
L
Keterangan :
S = kemiringan tanah/dasar saluran
t1 = elevasi di titik awal/bagian tinggi (m)
t2 = elevasi di bagian akhir/bagian rendah (m)
L = panjang saluran dari titik awal ke akhir (m)
41
Untuk menentukan kecepatan aliran digunakan persamaan Manning (Rangga Raju,
1986:45)
V = 1/n . R2/3. S1/2 ………………………………………………………… 37
Keterangan :
V = kecepatan aliran (m/dt)
R = jari-jari hidrolis (m)
42
S = kemiringan saluran
Dari menggabungkan persamaan Manning diatas, maka akan didapatkan kapasitas
angkut dari suatu saluran dengan persamaan (Rangga Raju, 1986:45)
Q = V . A ………………………………………………………………… 38
Dengan :
B = lebar saluran (m)
h = tinggi aliran (m)
z = kemiringan talud
V = kecepatan aliran (m/dt)
A = luas penampang basah (m2)
n = angka kekasaran Manning
R = jari-jari hidrolis (m)
r = jari-jari lingkaran (m)
S = kemiringan saluran
Q = debit air yang mengalir (m3/dt)
Sedangkan harga koefisien kekasaran Manning, didapat berdasarkan lapisan bahan
permukaan saluran yang diinginkan dan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4. Nilai Koefisien Kekasaran Manning
Tipe Saluran N
A. saluran tertutup terisi sebagian
1. Gorong-gorong dari beton lurus dan bebas kikisan 0,010 < 0,013
2. Gorong-gorong dengan belokan dan sambungan 0,011 < 0,014
3. Saluran pembuang lurus dari beton 0,013 < 0,017
4. Pasangan bata dilapisi dengan semen 0,011 < 0,014
5. Pasangan batu kali disemen 0,015 < 0,017
B. Saluran dilapis atau disemen
1. Pasangan bata disemen 0,012 < 0,018
2. Beton dipoles 1,013 < 0,016
3. Pasangan batu kali disemen 0,017 < 0,030
4. Pasangan batu kosong 0,023 < 0,035
Sumber : manual hidrologi untuk perencanaan jembatan dan jalan no. 1 -2/BM/2005 , direktorat jendral bina
marga , departemen pekerjaan umum
Tabel 5: Tabel kekerasan Manning
43
Sumber: Ir-Darmadi_MTs’- WordPress.com
Tabel 6: Tabel Nilai Kecepatan Rata-Rata Berdasarkan Kemiringan Saluran
Sumber: lorenskambuaya.com
44
Gambar 13 (Contoh intel Pada Trotoar)
Sumber: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn
%3AANd9GcR1JgWjyBlbnfy97n5JoOUNhDBcQmEmhK0MwvI4N1QdxN8K34aC&us
qp=CAU
Direncanakan inlet sebagai jalan masuknya air yang berada di jalan agar dapat
disalurkan ke dalam saluran drainase. Lubang di sisi jalan yang berfungsi untuk
menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan menuju
ke dalam saluran. ( Jurnal Perencanaan Sistem Drainase )
Jarak Antara Street Inlet (D)
280
D= x √ s ≤ 50 m …………………………………… (39)
w
Dimana:
W = Lebar jalan (m)
S = Kemiringan jalan (%) = 2 m
D = Jarak antara street inlet (m)
Kapasitas Untuk Inlet Tegak
Q 3/ 2
=0.36 x g x a …………………………………… (40)
L
Dimana:
Q = Kapasitas inlet (m³/dtk)
L = Lebar bahan inlet (m)
g = Kecepatan gravitasi (m²/dtk)
a = Kedalaman air (m)
6. Outfall Ke Sungai
45
Gambar 14 (contoh saluran pembuang ke sungai)
Sumber : https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcR-
qMSrQq6y6O-XBfEkC_e-HwzhtLVV6799SGN-8o3a0JUTpI5F&usqp=CAU
Adalah titik pembuangan dari aliran limbah ke badan air ; alternatifnya mungkin
outlet sungai, tiriskan, atau selokan dimana ia dibuang kelaut, danau. (Wikipedia).
Q =CxAx 2 xgxz …… (41)
Dimana:
C = Koefisien Debit
A = Luas Penampang
g = Percepatan Gravitasi ( m2/dt )
Q = Debit Rencana
z = Kehilangan Tinggi Energi (m)
(kp 03.2010 hal 77)
Profil memanjang
Dalam merencanakan profil memanjang pada saluran drainase perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Tinggi muka air di muara (outlet). Tinggi muka air di hilir saluran harus didesain
berdasarkan pada tinggi muka air rencana di saluran buangan, dalam hal ini bisa
berupa saluran induk, kolam
penampungan, atau langsung ke laut. Dalam hal yang terakhir perlu memperhatikan
fluktuasi air laut akibat adanya pasang surut.
Profil memanjang rencana muka air tertinggi harus direncanakan kira- kira sama
dengan kemiringan tanah sepanjang saluran sehingga air hujan dari semua titik di
daerah tangkapan dapat mengalir ke saluran dengan lancar. Kemiringan muka air
tertinggi harus berubah secara berangsur-angsur dari terjal di hulu menjadi landai
di hilir.
Kemiringan dasar saluran didesain sama dengan kemiringan muka air tertinggi
kecuali pada saluran yang terpengaruh oleh aliran balik. Elevasi dasar saluran
didesain serendah mungkin selama masih praktis untuk menjamin terpenuhinya
penampang basah. Hal ini dilakukan karena pelebaran sungai di daerah perkotaan
sering mengulami kesulitan.
46
Penampang melintang saluran
Penampang melintang saluran cukup didesain dengan menggunakan rumus aliran
seragam, kecuali pada bagian saluran yang terpengaruh aliran balik (pengembangan).
Pengambilan angka kekasaran Manning perlu memperhatikan kondisi dan kemiringan
dasar saluran, dinding saluran, dan pemeliharaan saluran.
Flow Chart :
MULAI
R MAX. DAERAH
MENGHITUNG L, S,
TAHUNAN
A, C
R. RANCANGAN
DEBIT AIR Q AIR KOTOR
DENGAN KALA
HUJAN TOTAL
ULANG
Q RANCANGAN
UJI KESESUAIAN :
CHI SQUARE Ya
SMIRNOV KOLMOGOROV
PERHITUNGAN DIMENSI
SALURAN
47
TIMBUNAN
BIAYA
Tidak
SELESAI
REFERENSI
48
49