Anda di halaman 1dari 11

DRAINASE PERKOTAAN

OLEH :
ANA SYOFA R. CHOFIFAH (171230000221)
DEFINISI
 Drainase Perkotaan adalah ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan
perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial – budaya yang ada di kawasan
kota. (H.A. Halim Hasmar. 2002:1)
 Drainase Perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan
yang meliputi :
1) Permukiman
2) Kawasan industri dan perdagangan
3) Kampus dan sekolah
4) Rumah sakit dan fasilitas umum
5) Lapangan olahraga
6) Lapangan parkir
7) Instalasi militer, listrik, telekomunikasi
8) Pelabuhan udara
(H.A. Halim Hasmar. 2002:1)
SISTEM PENYEDIAAN DRAINASE
PERKOTAAN
1) Sistem Drainase Utama : Sistem drainase kota yang melayani
kepentingan sebagian besar warga masyarakat kota.
2) Sistem Drinase Lokal : Sistem drainase kota yang melayani
kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota.
3) Sistem Drainase Terpisah : Sistem drainase yang mempunyai
jaringan saluran pembuangan terpisah untuk air permukaan dan air
limpasan.
4) Sistem Gabungan : Sistem drainase yang mempunyai
jaringan saluran pembuangan yang sama, baik untuk air genangan
atau air limpasan yang telah diolah.
SISTEM DASAR DRAINASE
PERKOTAAN

 Sistem Drainase Major


Yang dimaksud dengan sistem drainase utama atau drainase makro (major
drainage) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu
daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Biasanya sistem ini menampung
aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal
atau sungai-sungai. Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga
sebagai sistem saluran pembuangan utama. Sistem ini merupakan penguhubung
antara drainase dan pengendalian banjir. Debit rencana dipakai dengan periode
ulang lebih besar dari 10 tahun.
 Sistem Drainase Mikro
Drainase mikro adalah sistem saluran dan bangunan pelengkap
drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan
dimana sebagian besar di dalam wilayah kota. Secara keseluruhan yang termauk
dalam sistem drainase mikro dalah: saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/
selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan
lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar.
Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang
2,5 dan 10 tahun tergantung pada tata guna tanah yang ada. Sistem drainase
untuk lingkungan pemukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro.
 Sistem Saluran Tertutup
Saluran tertutup ini dapat berupa pipa beton bertulang, besi tuang, tanah liat,
plastik (PVC) atau bahan-bahan lain yang tahan karat (korosif). Pemasangannya
dilakukan dengan cara menanamkannya beberapa meter di bawah muka tanah
dan harus dapat mendukung beban lalu-lintas di atasnya. Untuk saluran yang
besar atau apabila kondisi setempat tidak mengijinkan maka sebagai alternatif
dapat dipakai box beton bertulang. Biasanya harganya lebih tinggi dan masa
pelaksanaannya lebih lama. Diperuntukkan untuk lahan yang cenderung sempit.
Dengan sistem saluran tertutup ini kemungkinan terhadap penyalahgunaan saluran
drainase yang biasanya terjadi seperti tempat pembuangan sampah dapat
dihindari serta memungkinkan pemanfaatan permukaan tanah untuk keperluan-
keperluan lain.
 Sistem Saluran Terbuka
Sistem saluran terbuka ini biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan
mengalirkan air hujan (sistem terpisah). Namun kebanyakan sistem saluran ini
berfungsi sebagai saluran campuran (gabungan) dimana misalnya sampah dan
limbah penduduk dibuang ke saluran tersebut.

Saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan batu
(masonry) ataupun dengan pasangan bata. Penampang saluran ini biasanya
dibuat berbentuk trapesium. Dasar saluran dapat berupa setengah
lingkaran atau datar maupun kombinasi keduanya. Apabila diperlukan, saluran ini
dapat juga ditutup dengan plat beton. Tetapi harus dibuat lubang celah
pemasukan (drain inlet) agar air dapat mengalir ke dalam saluran.
HIDROLOGI DAERAH TANGKAPAN
HUJAN DI PERKOTAAN
 Peningkatan Run Off
 Penurunan Resapan dan muka air tanah
 Genangan/Banjir
 DAS
 Kapasitas Reservoir Air Tanah
 Koservasi Kapasitas Resapan
EFEK URBANISASI PADA DAERAH
TANGKAPAN HUJAN
Seiring dengan perkembangan kota, jumlah penduduk meningkat tajam, yang
mengarah pada kebutuhan lahan yang terus meningkat. Ekspansi dari kebutuhan
permukiman dan aktivitas penunjangnya mempunyai peranan penting dalam
perubahan guna lahan yang menyebabkan perubahan pada proses-proses ekologi baik
skala lokal maupun global. Lahan yang seharusnya tidak boleh terbangun semakin
berkurang.Urbanisasi dan pertumbuhan penduduk yang cepat juga menyebabkan
peningkatan konsentrasi penduduk pada wilayah yang rawan dan berisiko bencana.
Potensi terbesar terjadi bencana adalah pada daerah yang paling padat penduduk
(Gencer, 2013).
Pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya sudah diakui secara luas sebagai
penggerak dari meningkatnya kerentanan terhadap bencana dan merupakan
elemen penting dalam perlakuan dan analisis risiko bencana. Perubahan guna
lahan karena urbanisasi yang cepat memberikan dampak negatif pada proses
hidrologi, dimana daerah resapan semakin berkurang. Peningkatan pembangunan
kawasan hunian, kawasan industri dan pembangunan infrastruktur di daerah rawan
banjir telah mempersempit aliran air pada saat hujan turun.
 Pertumbuhan penduduk yang besar pada satu sisi merupakan penanda perputaran
perekonomian yang tinggi namun di sisi lain memberikan tantangan tersendiri dalam
menghadapi ancaman bencana yang mungkin terjadi. Berbagai bencana kerap terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Tingkat urbanisasi yang
semakin tinggi menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan, wilayah-wilayah yang rawan
bencana menjadi pilihan tempat tinggal bagi sebagian masyarakat, sehingga risiko bencana
semakin besar. Kejadian bencana juga semakin sering terjadi dengan jumlah korban yang
relatif lebih banyak. Hal ini terjadi karena adanya penurunan daya dukung dan daya tampung
kawasan perkotaan.
 Namun demikian, urbanisasi juga bukan sesuatu yang harus dihindari, karena jumlah
penduduk yang besar merupakan pengerak perekonomian yang tinggi. Urbanisasi yang
terjadi harus dapat dikelola dengan baik sehingga urbanisasi dapat berkelanjutan, tetap
menjaga keseimbangan dengan berbagai aspek kehidupan kota, diantaranya lingkungan,
social demografi, ekonomi dan budaya kota.
SEKIAN
&
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai