BELOKAN SALURAN
Edisi Pertama
Oleh:
Muhammad Galib Ishak
Penerbit
2017
i
Perpustakaan Nasional RI. Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ISBN: 978-602-6619-16-7
Penerbit:
UNTAD Press
Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Palu
Sulawesi Tengah 94118
ii
KATA PENGANTAR
iii
Ketua Jurusan dan Kepala laboratorium Hidrolika, yang telah
memberikan kesempatan sehingga buku ini dapat diterbitkan
diucapkan banyak terima kasih.
Kritik dan saran kepada pengguna untuk penerbitan
selanjutnya, sehingga partisipasi dan sumbangsih semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan buku
ajar ini akan menjadi amal ibadah dan memperoleh Ridha
dari Allah SWT.
Palu, 21 Juli 2017
iv
DAFTAR ISI
COVER i
PRAKATA ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR SINGKATAN x
BAB I. PENDAHULUAN 1
BAB II. SALURAN TERBUKA 6
2.1. Type Aliran 7
2.2. Kecepatan Aliran dan Distribusi
9
Kecepatan
2.3. Pengelompokan Aliran 14
BAB III. ANGKUTAN SEDIMEN 17
3.1. Mekanisme Angkutan Sedimen 17
3.2. Gerak Mula Partikel Sedimen
20
dan Kecepatan Kritis
3.3. Distribusi Ukuran Butiran 23
ALIRAN PADA BELOKAN
BAB IV. 26
SALURAN
4.1. Gerusan pada Belokan Saluran 26
4.2. Superelevasi 29
4.3. Distribusi Kecepatan pada
37
Belokan Saluran
BAB V. BELOKAN SALURAN DENGAN
43
HAMBATAN
BAB VI. RANGKUMAN 52
DAFTAR PUSTAKA 55
Lampiran 58
v
DAFTAR TABEL
No.
Uraian Halaman
Tabel
vi
DAFTAR GAMBAR
No.
Uraian Halaman
Gambar
viii
DAFTAR SINGKATAN
a Percepatan m/dt-2
A Luas penampang m2
𝛼 Koefisien kekasaran pengaliran -
B Lebar saluran M
C Koefisien Chezy m1/2/dt
Cr Kemiringan permukaan air terhadap as -
saluran
Cs Koefisien superelevasi -
D Kedalaman maksimum aliran M
D35 ukuran sedimen yang 35 persen lolos M
saringan
D40 ukuran sedimen yang 40 persen lolos m
saringan
D50 ukuran sedimen yang 50 persen lolos m
saringan
D65 ukuran sedimen yang 65 persen lolos m
saringan
D85 ukuran sedimen yang 85 persen lolos m
saringan
D90 ukuran sedimen yang 90 persen lolos m
saringan
Dg ukuran rata-rata sedimen secara m
geometric
Dm diameter rata-rata m
𝛥 Kerapatan relative air -
F Gaya Newton kg/m2
.dt2
Fr Bilangan Froude -
g Gaya grafitasi m/dt2
γ Berat jenis spesifik N/m3
h Tinggi air m
He Tinggi energi m
Hrc Perbedaan permukaan air arah m
melintang
ks Besaran butiran m
ix
K Konstante Von Karman = 0,4 -
m Massa kg/m3
µ Viskositas dinamis kg/m
.dt2
ν Viskositas kenematis m2/dt
P Keliling basa saluran m
Q Debit air m3/dt
r Jari –jari belokan saluran m
rc Jari-jari pusat aliran m
R Jari-jari hidrolis m
Re Bilangan Reynolds -
ρa Rapat massa air kg/m 3
x
BAB I
PENDAHULUAN
2
dimana alirannya landai dan berbelok-belok sehingga terjadi
aliran subkritis-turbulen.
Sungai berkelok-kelok adalah sistem dinamis yang
sangat nonlinier, yang menghasilkan pola planimetrik yang
kompleks dan mempesona. Memahami sifat perubahan
morfologis sungai ini telah lama menarik perhatian masyarakat
ilmiah, baik di bidang geomorfologi fluvial dan teknik hidrolik
(Frascati, 2008)
Karakteristik yang spesifik pada sebuah belokan sungai,
yaitu aliran air di belokan yang dapat menyebabkan gerusan
pada bagian luar belokan, sedang bagian dalam belokan dalam
terjadi endapan. Sungai mempunyai banyak masalah pada
gerusan yang terjadi di bagian luar tikungan sungai, sedang
bagian dalam tikungan terjadi endapan secara terus menerus
(Mozaffari dkk, 2011, Masjedi dkk, 2007).
Idealnya membangun jembatan pada bagian sungai yang
lurus untuk meminimalkan gerusan pada abutmen dan pilar,
namun sering kali ini sulit dilaksanakan khususnya pada daerah
perkotaan, oleh karena berdampak pada aspek sosial dan
ekonomi misalnya dilakukan pelurusan sungai (sodetan),
kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak. Bila suatu sungai
dilakukan sodetan atau normalisasi sungai akan terjadi
perubahan hidrolis, lebih jelasnya perubahan hidrolis bila suatu
sungai dilakukan sodetan antara lain; kemiringan sungai menjadi
lebih terjal dari sebelumnya karena sungai menjadi lebih
pendek, kecepatan air menjadi lebih cepat, sebagian sedimen
3
dasar menjadi sedimen melayang, diameter sedimen yang
mengendap di dasar sungai menjadi lebih besar, terjadinya
penurunan air tanah khususnya disepanjang sungai, oleh karena
elevasi permukaan air di sungai turun, berkurangnya areal
genangan air di daratan, mempercepat air sampai di laut,
berkurangnya daerah resapan, bertambahnya luas daratan yang
tidak berfungsi lagi sebagai sungai, bergesernya pertemuan
antara air tawar dengan air laut bertambahnya daratan.
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa sungai dibagian hilir
lebih banyak yang bermeander (belokan) dan khususnya didekat
muara yang mana pada umumnya adalah daerah perkotaan,
olehnya itu sangat sulit bila dilakukan sodetan, memerlukan
biaya yang besar, pembebasan tanah, ganti rugi bangunan dan
juga dampak sosial, ekonomi, kerusakan lingkungan.
Membangun suatu pilar jembatan pada belokan sungai
diperlukan suatu analisa terhadap kompleksitas aliran disekitar
belokan, dimana garis alirannya tidak hanya kurva liniar, tetapi
jalin menjalin yang menghasilkan arus spiral dan gelombang
bersilangan. Gaya sentrifugal yang terjadi pada aliran sepanjang
belokan yang berpengaruh terhadap naiknya permukaan air pada
bagian luar dan penurunan permukaan air pada bagian dalam
belokan kejadian tersebut didefinisikan sebagai superelevasi
(Chow, 1989, Yen, 1971, Duan, 2004), hal tersebut terlebih bila
pada suatu belokan sungai dibuat jembatan dimana ditengah
sungai terdapat pilar jembatan.
4
Beberapa penelitian mengkaji tentang aliran belokan
saluran, pengaruh adanya pilar jembatan yang dibangun di
penampang sungai akan mempengaruhi aliran sungai yang
berakibat berubahnya penampang melintang aliran. Beberapa
pengaruh akibat adanya pilar di tengah alur sungai antara lain,
terjadinya perubahan distribusi kecepatan, aliran semakin
meningkat turbulensinya, berubahnya topografi dasar sepanjang
belokan dari semua hal tersebut menyebabkan berubahnya
permukaan air dalam arah melintang sepanjang belokan.
5
BAB II
SALURAN TERBUKA
6
Dalam mempelajari tentang prilaku sungai dan proses
pembentukan sungai yang merupakan suatu yang memberikan
pengaruh perubahan permukaan bumi (agent of earth crust
change), pengetahuan dasar untuk hal tersebut adalah
pengetahuan tentang morfologi dan hidrolika sungai, yang mana
didalamnya akan dibahas yang terkait dengan perilaku sungai.
Mempelajari tentang aliran air dan material atau sedimen
yang dibawanya pada suatu pengaliran sungai adalah hal
mendasar, olehnya itu diperlukan pengetahuan tentang type
aliran, persamaan pengaturnya, pengelompokkan aliran, dan
persamaan dasar alirannya.
7
h
Perubahan kecepatan terhadap waktu tidak tetap 0
t
c. Aliran seragam (uniform flow)
Q
Besar dan arah kecepatan tetap terhadap jarak 0
s
h
Aliran dengan penampang sama 0
s
v
Variabel fluida lain juga tetap 0
s
d. Aliran tidak seragam (non uniform flow)
Q
Aliran dengan penampang tidak merata 0
s
h
Loncatan hidrolik (hydraulic jump) 0
s
Pengaruh pembendungan dan variabel lain juga tidak tetap
h
0
s
Untuk aliran tunak dan seragam (∂u/∂t = 0), yang
dimaksudkan bahwa kecepatan tetap sepanjang aliran (∂u/∂x=
0). Aliran tunak dan seragam pada saluran penampang
berbentuk prisma, aliran tetap, kecepatan dan tinggi air tetap,
permukaan air sejajar dengan dasar saluran. Aliran fluida
dengan viskositas disimbolkan dengan μ, Tinggi total terhadap
kekurangan energi adalah 𝛥He persatuan panjang dimana
kemiringan energi ie = 𝛥He/L adalah sama dengan kemiringan
dasar ib = sinβ, ie = ib.
Tinggi energi kecepatan (He), tetap sepanjang aliran,
8
2
u
He (1)
2g
Dengan ; ū = Kecepatan rata-rata penampang aliran, g = gaya
gravitasi
Tinggi energi (He) dengan bidang persamaan (datum)
adalah;
2
u
H e zb h cos (2)
2g
untuk kemiringan yang tidak tajam cosβ = 1, sehingga total
energi menjadi
2
u
H e zb (3)
2g
F m.a (5)
u2/2g
Sf
h Sw
FP1 W sin
FP2
S0
W cos
maka R h, sehingga:
0 g h S0 (8)
0 adalah tegangan gesek dasar
Persamaan distribusi tegangan gesek vertikal untuk
aliran laminer dan turbulen, dapat dituliskan :
z
0 g S0 (1 ) (9)
h
Untuk aliran laminer, tegangan gesek lebih dipengaruhi
sifat viskositas aliran, dan dapat dinyatakan secara spesifik
dengan:
du
0 , dan bila τz disubstitusi dengan ρghSo, maka
dz
diperoleh distrubusi kecepatan vertikal berbentuk parabola:
g S0
uz )(h z 0,5 z 2 ) (10)
Sedangkan distribusi kecepatan rata-ratanya adalah:
11
g S0 2
u h (11)
3
u
u* g
C
0,11 u k
Rezim aliran dasar halus z0 untuk * s 5
u*
u* k s
Rezim aliran dasar kasar z0 0,033 k s untuk 70
0,11 u k
Rezim aliran transisi z0 0,033 z0 untuk 5 * s 70
u*
12
Gambar 2. Distribusi kecepatan untuk rezim aliran hidrolik
halus dan kasar (Leo C. van Rijn, 1990)
13
French (1985), Daryl dan Sentruck (1977), Chow (1989)
sebagai berikut:
u 0 ,8 u 0 , 2
u (14)
2
Sedang untuk air dangkal (lihat syarat alat ukur)
pengkuran dilakukan setiap segmen dengan kedalaman 0,6h dari
dasar saluran.
u u0 , 6 (15)
u2
uL
Re L (16)
u
2
L
u2 u
Dengan: = Gaya enersia, 2 = Gaya gaya geser
L L
terhadap dasar.
Menurut Chow (1989), nilai Re untuk saluran terbuka Re ≤ 500
disebut aliran berlapis (laminer flow), Re ≥ 2000 disebut aliran
bergolak (turbulent flow), 500<Re<2000 disebut aliran transisi.
Nilai Re untuk saluran tertutup pipa: Re≤2.000 disebut aliran
berlapir (laminer flow), Re ≥ 50.000 disebut aliran bergolak
(turbulent flow), 2.000<Re<50.000 disebut aliran transisi.
14
Aliran laminar Aliran turbulen
Gambar 4. Aliran Laminer dan Aliran Turbulen
Pengelompokan aliran berdasarkan gaya gravitasi
dijabarkan Froude (Fr) dengan suatu bilangan tak berdimensi
u
Fr (17)
gD
Dengan: u = Kecepatan rata-rata aliran, g = Gaya
gravitasi, D = Kedalaman maksimum aliran
15
Tabel 1. Pengelompokan aliran berdasarkan bilangan Froude
dan Reynolds pada saluran terbuka
Bilangan Bilangan
No. Pengelompokan Froude Reynolds
(Fr) (Re)
1 Aliran sub keritis– berlapis <1 < 500
2 Aliran superkritis – berlapis >1 < 500
3 Aliran sub kritis – transisi <1 500< Re < 2000
4 Aliran super kritis – transisi >1 500< Re < 2000
5 Aliran kritis =1 Bebas
6 Aliran sub kritis – bergolak <1 > 2000
7 Aliran super kritis - bergolak >1 > 2000
16
BAB III
ANGKUTAN SEDIMEN
μ Kg. m-1det- u
Viskositas dinamik 1
/N.det. m-1
z
Viskositas kinematik m2/dt – L2T-2
Kg.det-2 atau
Tegangan permukaan σ N. m-2
-
17
satuan/dimensi yang erat kaitannya dengan hal tersebut
disimpulkan sebagaimana pada tabel 2.
18
yang tidak ada hubungannya dengan kondisi lokal sungai.
Bahan angkutan ini berasal dari hasil erosi di daerah aliran
sungai terutama dari bagian hulu dan hanya bisa diangkut
sebagai muatan melayang, umumnya terdiri dari bahan-
bahan yang sangat halus dengan ukuran < 50 mm. Di sungai
muatan cucian selalu melayang sehingga tidak akan
mempengaruhi perubahan dasar sungai, hanya berpengaruh
pada sedimentasi di waduk atau pengendapan di muara pada
umumnya kecepatan aliran sangat kecil.
Untuk lebih jelasnya cara pergerakan sedimen dapat
dilihat pada gambar oleh Jansen dkk.,1979 sebagaimana
gambar 5.
Muatan Material
Melayang Cuci
(suspended (wash load)
load)
Material
Muatan Dasar
Dasar (bed material)
(Bed load)
19
3.2. Gerak Mula Partikel Sedimen dan Kecepatan Kritis
20
adalah parameter gerak sedang pada sumbu horizontal adalah
parameter partikel, dengan menggunakan parameter ini, grafik
Shields dapat dinyatakan;
Ψcr = 0,24 D*-1 untuk nilai 1 < D* ≤ 4
*cr
cr (18)
( s a ) g D50
g
1/ 3
D* D50 2 (19)
v
Dengan : Ψcr = parameter kritis Shields (tanpa dimensi)
D* = parameter partikel (tanpa dimensi)
τ*cr= tegangan geser kritis
ρs = rapat massa sedimen
ρa = rapat massa air
g = gaya gravitasi
D50 = diameter median
s a
, dan ν = Kekentalan kinematis
a
21
Gambar 6. Grafik Shields.
Shamov (1952),
1/ 6
h
uc 1,47 gD (20)
D
Goncharov (1962),
22
gD s 8,8h
uc 1,06 log (21)
D95
R 12 R
90, uc 1,4 gD log (22)
D90 D90
dan untuk
R 12 R
10 40, u c (1,04 0,87 log ) gD (23)
D90 D90
1/ 2
10 h
0 ,14
h
uc 17,6 s D 6,05 x 10 7 x 0,72 (24)
D D
23
diplot kegrafik partikel, dari grafik frekuensi ukuran diperoleh
sebagai berikut:
a. D35, ukuran sedimen yang 35 persen, ukuran ini digunakan
oleh Einstein sebagai ukuran butir yang mewakili ukuran
sedimen.
b. D40 ukuran yang digunakan oleh Schoklitsch sebagai
diameter sedimen.
c. D50, diameter median, secara alami diasumsikan bahwa
ukuran ini merupakan campuran sedimen berbagai
diameter, Shields menggunakan ukuran D50 dalam analisis
atau awal gerak sedimen.
d. Pengambilan ukuran sedimen sebagai anggapan mewakili
ukuran butiran hanya berdasarkan pilihan para peneliti
sebagaimana yang dilakukan oleh Einstein yaitu
menggunakan D65, ukuran yang digunakan untuk
menentukan kekasaran dasar. Hal ini juga digunakan oleh
Senturk untuk mewakili kekasaran dalam tahanan aliran.
e. D90, ukuran dipilih oleh Meyer-Peter dan Muller untuk
mewakili diameter sedimen
f. D85 ukuran yang digunakan oleh Simon dan Ruchardson
dalam formula yang mereka ditetapkan untuk perhitungan
tahanan aliran pada sedimen dasar.
g. Dg, ukuran rata-rata sedimen secara geometrik
h. Dm, diameter rata-rata
24
1/ 2
Di D
Dm i
Standar deviasi, dan Dg 84,1
100 D
15,9
25
BAB IV
ALIRAN PADA BELOKAN SALURAN
26
Gambar 8. Model saluran penelitian (Mozaffari dkk., 2011)
27
Gambar 9. Potongan melintang permukaan sedimen pada sudut
belokan 700 dan topografi aliran untuk debit 63 lt/dt
(Mozaffari dkk., 2011)
28
Mockmore (1943), Einstein & Keras (1954), Rozovskii (1957),
pengukuran kecepatan pada belokan saluran dilakukan dalam
arah 3 dimensi dilakukan dengan menggunakan ADVP. Kontur
topografi dasar dan kecepatan dalam arah transversal atau
melintang saluran gerusan mulai terjadi pada belokan 300 dan
gerusan paling dalam pada belokan 450, sebagaiman terlihat
pada gambar 10.
4.2. Superelevasi
29
pada bagian luar belokan saluran sedang bagian dalam lebih
rendah. Dalam usaha untuk melukiskan pengaruh dan besarnya
aliran spiral, pada belokan yang berbeda-beda, dan kondisi
aliran yang bermacam-macam, menurut Ahmad Shukry (1950)
dalam Chow (1989) digunakan istilah yang dinamakan kekuatan
aliran spiral. Kekuatan aliran spiral didefinisikan sebagai rasio
peresentase energi kinetik rata-rata gerakan lateral, terhadap
energi kinetik total aliran pada penampang yang ditinjau. Energi
kinetik aliran tergantung pada kuadrat kecepatan aliran (Chow
1989), kekuatan penampang tersebut adalah;
2
u xy
S xy x 100 (25)
u2
Dengan: uxy adalah proyeksi vektor kecepatan rata-rata pada
bidang xy dan u adalah kecepatan rata-rata pada penampang, jadi
untuk saluran lurus Sxy = 0.
Perubahan permukaan air dalam arah melintang saluran
disebut superelevasi, dimana pada sisi luar belokan permukaan
air naik sedang pada sisi dalam belokan permukaan air turun,
secara praktis superlevasi diestimasi terhadap pengaruh
kecepatan rata-rata aliran dan perbandingan antara lebar
permukaan air dengan jari-jari belokan. Penyebab utama gejala
aliran spiral adalah gesekan pada dinding saluran, gaya
sentrifugal yang membelokkan partikel air, dan distribusi
kecepatan vertikal yang terjadi pada saluran, superelevasi
30
dipengaruhi adanya gerakan helikal dan perubahan topografi
dasar saluran.
Permukaan air pada aliran belokan saluran dirumuskan
dengan persamaan gerak aliran oleh Yen dkk. (1971),
merumuskan persamaan matematik terhadap permukaan air
dalam arah melintang dan memanjang pada belokan saluran
dengan menggunakan koordinat selinder, dengan merumuskan
kembali persamaan gerak untuk aliran turbulen, sehingga
persamaan dapat dituliskan permukaan air dalam arah melintang
dan memanjang sepanjang belokan saluran sebagai berikut;
v
2 z1 / h 2
ru u u m d z
2
Sr m 2 * sin 2
u u
(26)
h um um h
2 gr u
z0/ h m
0
u* = Kecepatan geser
um = Kecepatan rata-rata segmen saluran
ū = Kecepatan rata-rata arah memanjang aliran
31
r = Jari-jari belokan saluran
z0 = kekasaran dasar saluran
z1 = z = tinggi air
2
ru
Apabila Cr1 2 *2 sin
hu
2
u z
z1 / h
Cr 2 2 d dan
z0 / h m
u h
v
z1 / h
u u z
Cr 3 2 m d
z0 / h m
u h
maka Cr Cr1 Cr 2 Cr 3 Secara sederhana superelevasi dapat
dinyatakan
2
um
Sr Cr (27)
2 gr
Dengan : Sr = Kemiringan permukaan air
g = gaya gravitasi
Dengan integrasi numerik nilai Cr1, Cr2, dan Cr3 dapat dihitung,
sehingga profil permukaan air arah melintang pada setiap
potongan
32
r 2 r
um Cr
H rc S r dr dr (28)
rc
2g rc
r
Dengan : Hrc = Perbedaan permukaan air arah melintang (m)
um = Kecepatan rata-rata penampang (m/dt)
g = Gaya gravitasi
r = jari-jari saluran,
rc = jari-jari pusat aliran
Cr = kemiringan permukaan terhadap as saluran
Dengan menggunakan data dari dua model belokan
saluran yang telah dilaksanakan penelitiannya di Iowa Institute
Hydraulic Research, dan model tersebut dianggap sebagai
mewakili sungai Mississippi dan Missouri, dimana terdapat dua
belokan 900, dengan dimensi hidrolis sebagai berikut:
Tabel 5. Ukuran dan hidrolis model (Yen dkk., 1971)
Bentuk Penampang rc B Re Fr rc/B
Saluran segi empat 28 ft 14 ft 0,7 x105 0,3 2
s.d. s.d.
1,6 x105 0,7
Saluran trapesium 28 ft 6 ft 2,5 x105 0,37 4,67
s.d. s.d.
5,5 x105 0,82
33
Gambar 11. Sketsa belokan saluran penelitian (Yen dkk.,1971)
34
C r
r 0 / rc
Hs rc
Cs r d
um B s ri / rc r rc
2
(30)
2g
Dengan: Bs = ro - ri lebar permukaan air melintang koefisien
superelevasi berdasar atas pengukuran pada model dan
perhitungan dengan analisa numerik oleh Yen dkk. (1971),
dengan data mulai dari sudut belok 00 sampai dengan Π/2
sebagaimana pada gambar 13 menunjukkan bahwa koefisien
superelevasi pada equilibrium bed model jauh lebih besar
dibandingkan dengan trapezoidal model.
36
4.3. Distribusi Kecepatan pada Belokan Sungai
38
Gambar 16. Model belokan saluran di Delft University of
Technology (Booij, 2003)
39
Gambar 18. Profil vertikal terhadap pengukuran komponen
kecepatan (Booij, 2003)
40
Tabel 6. Data geometrik saluran dan parameter aliran yang
disimulasi.
Debit Q Lebar Kedalaman Kecepatan
Peneliti rc/B
(m3 /dt) B (m) h (m) (m/dt)
De Vriend 0,0671 1,7 0,1953 0,202 3,5
(1979)
Rozovskii 0,0123 1,7 0,0530 0,265 1,0
(1961)
Sumber : Duan (2004)
41
Pengukuran aliran dilakukan dengan 49 potongan melintang,
setiap potongan melintang diukur dengan 23 titik.
u 1 z
ln (31)
u* K z o
42
BAB V
BELOKAN SALURAN DENGAN HAMBATAN
43
Mempelajari kedalaman gerusan di sekitar pilar
jembatan di belokan sungai sebagaimana penelitian yang telah
dilakukan oleh Masjedi dkk. (2007) dengan membuat model
flume di laboratorium dengan belokan 1800, rc/B = 4,7 (rc = jari-
jari belokan, B = Lebar flume), diameter pilar 6 cm, dengan
memindah-mindahkan pilar dari posisi 00, 300, 600, 900, 1200,
1500, dan 1800, kedalaman air konstan 12 cm, pasir alam yang
seragam D50 = 2 mm dengan faktor keseragaman 1,7 yang
digunakan sebagai dasar saluran, debit aliran sebesar 18, 20
ltr/dt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aliran alami di
sungai khususnya di tikungan di mana terdapat pilar jembatan
sangat mempengaruhi tingkat kedalaman gerusan yang mana
turbulensi semakin besar dan gaya sentrifugal akibat belokan
juga berpengaruh.
44
pada penelitian ini menggunakan 1 : 25-30, pasir yang
digunakan harus lebih besar dari 0,7 mm, untuk penelitian ini
digunakan pasir alami dengan diameter rata-rata 2 mm dengan
standar deviasi 1,3 dengan ketebalan 30 cm sepanjang saluran.
45
pengukuran topografi sedimen dengan tingkat ketelitian 0,01
mm.
46
Gambar 23. Profil maksimum dalam arah melintang saluran
dengan variasi kedalaman pada debit 32 ltr/dt
(Masjedi dkk., 2007)
47
posisi pilar 900, dan gerusan terdangkal pada posisi pilar 30 0
sedang pada gambar 24 menunjukkan semakin besar debit
semakin besar gerusan.
48
Gambar 25. Sketsa penempatan pilar pada model saluran
terbuka (Wiyono dkk., 2006)
49
Gambar 26. Model saluran belokan 1800.
50
ketelitian 0,1 mm (gambar 33), sedang untuk mengukur
kecepatan air digunakan alar current meter, untuk mengalirkan
air digunakan pompa dengan kapasitas 1300 ltr/dt.
Berikut beberapa model pilar yang telah diuji antara lain dengan
tebal 3 cm, dan 2 cm sebagaimana gambar 27.
51
BAB VI
RANGKUMAN
52
berdasar atas penelitian bahwa untuk belokan saluran terbuka
rumus ini tidak sesuai atau tidak berlaku.
Pengelompokan aliran atas gaya kekentalan oleh
Reynold yaitu dengan menghitung gaya enersia dibagi dengan
gaya geser yang dikenal dengan bilangan Reynolds (Re), yang
dibagi dalam tiga kelompok yaitu aliran turbulen (bergolak),
transisi, dan aliran laminar (berlapis). Pengelompokan
aliranberdasarkan gaya gravitasi yang dibagi dalam tiga
kelompok yaitu aliran subkritis, kritis, dan aliran superkritis
(aliran adi rawan).
Selanjutanya pada bab III dibahas mengenai angkutan
sedimen (transport sediment), secara ringkas bahwa sedimen
yang mengalir pada saluran terbuka yaitu angkutan sedimen
melayang (suspended load), dan angkutan sedimen dasar (bed
load). Sumber sedimen dijelaskan secara ringkas sebagaimana
pada gambar 5. Penentuan kekasaran saluran khususnya pada
angkutan sedimen dasar dikelompokkan dalam 3 kelompok
aliran yaitu aliran dengan dasar yang halus, transisi, dan aliran
dengan dasar kasar dijelaksan pada gambar 2.
Gerak mula pada angkutan sedimen dasar adalah
merupakan hal yang sangat penting oleh karena dari perinsip
inilah terjadinya gerusan dasar dan telah dirumuskan oleh
Shields (1936) dengan gambar 6 yaitu pada aliran tertentu
sedimen mengendap, sedimen dasar diam di dasar saluran,
sedimen mulai menggelinding, bergeser, dan meloncat
mengikuti arah aliran. Rumus untuk menghitung kecepatan
53
kritis digunakan untuk menentukan kapan suatu aliran dengan
diameter tententu dari sedimen akan mulai bergerak.
Beberapa model belokan saluan oleh peneliti antara lain
Mozaffari (2011), Blanckaert, 2002, Yen 1971, Booij (2003),
Duan (2004), dan peneliti belokan saluran dengan hambatan
pilar yang dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain Wiyono
dkk. (2006), Masjedi dkk. (2007), dan Ishak, 2015) melakukan
pengujian belokan dengan jari-jari yang berbeda namun
mendatkan bahwa awal terjadinya gerusan pada belokan 30 0,
maksimum gerusan pada belokan 600, mulai menurun pada
belokan 900.
54
DAFTAR PUSTAKA
55
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1029/2008JF001101/
full [Accessed: 12 January 2017].
57
Lampiran Foto Jembatan di Belokan Sungai
58
Foto 2. The Brisbane River meandering through the City,
Queensland Australia
59
Foto 4. River Lagan, Northern Ireland
60
Foto 6. Belokan sungai dengan penggulangan tebing
61
Foto 8. Penanggulangan tebing luar pada belokan
TENTANG PENULIS
Muhammad Galib Ishak, lahir di Sengkang
Kabupaten Wajo pada tanggal 3 September
1956, Sarjana Teknik Sipil Universitas
Hasanuddin tahun 1983, Magister Teknik Sipil
Institut Teknologi Bandung (Teknik Sumber
Daya Air), Doktor Teknik Sipil Universitas Hasanuddin.
Diangkat sebagai dosen di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tadulako mulai tahun 1985 sampai sekarang.
62
ISBN : 978 - 602 - 5519 - 16 - 7