Anda di halaman 1dari 7

Penerapan Sustainable Drainage System dan

Pengaruhnya pada Lingkungan

Disusun oleh :
Nama : Irfan Nur An Nafi
Mata Kuliah : KU1202 Pengantar Rekayasa dan Desain
Kelas : 25
NIM :16620175

DKI Jakarta, 20 Februari 2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Penerapan Sustainable Drainage System dan
Pengaruhnya pada Lingkungan” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Rekayasa dan Desain. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang kendala apa
saja yang akan timbul dalam penerapan konsep sustainable drainage system ditinjau dari aspek lingkungan
dan alternatif solusi serta konsekuensi yang harus dihadapi baik ditinjau dari segi teknis maupun sosial bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Biemo Woerjanto Soemardi, MSE, Ph.D., selaku dosen yang
telah membimbing dan memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan serta wawasan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Oleh karena ini,
penulis mengaharapkan partisipasi aktif dari pembaca untuk memberikan masukan dan saran yang bertujuan
agar laporan ini menjadi lebih baik.
LATAR BELAKANG
Pada saat ini kita telah menyadari bahwa pertumbuhan kota dan perkembangan sektor lainnya menimbulkan
dampak yang cukup besar pada siklus hidrologi. Perubahan tata guna lahan yang terjadi akibat pertumbuhan
ini mengakibatkan menurunnya kemampuan tanah untuk menyerap air. Sekarang terdapat peningkatan air
limpasan (air yang mengalir di permukaan tanah) akibat dari menurunnya kapisitas infiltrasi air hujan pada
suatu Kawasan. Hal ini tentunya berpengaruh besar terhadap sistem drainase.
Sistem drainase adalah adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari satu tempat ke
tempat lain, misalnya wadah air, baik yang alamiah maupun buatan. Kelebihan air kemudian dilanjutkan
menuju laut, sungai, danau, sumur dan saranan resapan lainnya. Untuk itu, diperlukan sistem drainase yang
baik, khususnya di kawasan yang ramai penghuni seperti perumahan maupun perkampungan.perkotaan.
Drainase memiliki peran yang sangat penting di kawasan berpenghuni. Sistem drainase yang baik membantu
mencegah banyak persoalan, seperti mengurangi kemungkinan banjir, mengendalikan permukaan air tanah,
erosi tanahm dan mencegah kerusakan jalan dan bangunan yang ada. Sistem drainase bisa dikatakan baik
apabila bisa berhubungan secara sistematik antara satu dengan yang lainnya, yang bertujuan agar air
mengalir atau berjalan dengan baik.
Jika perubahan tata guna lahan ini terus berlanjut tanpa memperhatikan keadaan yang semakin memburuk,
maka tentunya kita tidak akan bisa merasakan fungsi sistem drainase seperti sebagai mana mestinya. Tetapi
sekarang telah dikembangkan konsep pengelolaan air limpasan berbasis ekologi (eco-drainage/ sustainable
drainage system/ low impact development concept) dengan upaya menahan, menggunakan, dan meresapkan
kembali air hujan untuk mengatasi permasalahan ini. Penerapan konsep ini dapat dilakukan dalam lingkup
rumah tangga (pengendalian di sumber) maupun skala kawasan.
Namun kita juga perlu memperhatikan kendala apa saja yang akan timbul dalam penerapan konsep
sustainable drainage system. Hal ini agar kedepannya kita tidak terkejut dengan segala kemungkinan yang
akan terjadi dalam proses penerapan konsep ini. Oleh karena itu, kali ini kita akan meninjau kendala apa saja
yang mungkin terjadi dari aspek lingkungan dan alternatif solusi serta konsekuensi yang harus dihadapi baik
ditinjau dari segi teknis maupun sosial.

TUJUAN
Dalam pembuatan dan penulisan laporan ini, tentunya ada tujuan yang ingin dicapai. Berikut adalah
beberapa tujuan tersebut :
1. Memahami konsep Drainage Sustainable System secara lebih mendalam
2. Mengetahui bagaimana penerapan Drainage Sustainable System yang ada di Indonesia dan contoh
lainnya yang ada di dunia
3. Menganalisis kendala yang mungkin terjadi dari aspek lingkungan dan alternatif solusi serta
konsekuensi yang harus dihadapi dalam penerapan Drainage Sustainable System
PEMBAHASAN
 PENGERTIAN SUSTAINABLE DRAINAGE SYSTEM
Konsep Drainage Sustainable System atau Sistem Drainase Berkelanjutan adalah sebuah konsep sistem
drainase / pembuangan air yang logis dan dinamis. Ini berarti bahwa terdapat satu seri dari interaksi antara
lingkungan lahan dan lingkungan air. Dalam hal ini interaksi tidak hanya melibatkan air saja tetapi juga
sedimen dan polutan lainnya, dan dapat berubah menurut ruang dan waktu. Sistem ini tidak hanya berfokus
pada pencegahan banjir, tetapi mempertimbangkan daya guna dari air hujan itu sendiri dan bagaimana air
bisa digunakan kembali sehingga tidak membuang-buang energi.
Sustainable Urban Drainage Systems (SuDS) merupakan suatu sistem yang terdiri dari satu atau lebih
struktur yang dibangun untuk mengelola limpasan permukaan air. SUDS sering digunakan dalam
perancangan tapak untuk mencegah banjir dan polusi. SUDS didukung oleh berbagai struktur terbangun
untuk mengontrol limpasan air. Adapun empat metode umum yang biasa dilaksanakan, yakni: terasering
buatan, saluran filtrasi, permukaan berdaya serap, kolam dan lahan basah. Pengontrol tersebut haruslah
ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber air limpasan, untuk memperlambat kecepatan aliran air
sehingga dapat mencegah banjir dan erosi
Pembangunan sistem drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase sebagai prasarana kota yang
didasarkan pada konsep berwawasan lingkungan. Fokus utama dari Drainage Urban Sustainable System
(SuDS) adalah mendukung Sustainable Development Goals yang dikeluarkan oleh PBB untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan, dimana infrastruktur tidak hanya berfungsi secara optimal, tetapi juga
memperhatikan unsur kelestarian lingkungan sekitarnya. Konsep ini antara lain berkaitan dengan usaha
konservasi sumber daya air, yang pada prinsipnya mengendalikan air hujan agar lebih banyak yang
diresapkan ke dalam tanah sehingga mengurangi jumlah limpasan.
Secara umum, sistem drainase kinvensional dan SUDS memiliki tujuan yang sama, Yang membedakan
adalah pada sistem konvensional ditemukan berbagai permasalahan karena perbedaan siklus dengan
metodealami. Sedangkan pada SUDS, sistem drainase mneyerupai siklus alami.
 PENERAPAN SUSTAINABLE DRAINAGE SYSTEM DI INDONESIA
Konsep drainase yang dulu dipakai di Indonesia (paradigma lama) adalah mengatuskan air kelebihan
(utamanya air hujan) ke badan air terdekat. Air kelebihan secepatnya dialirkan ke saluran drainase,
kemudian ke sungai dan akhirnya ke laut, sehinggga tidak menimbulkan genangan atau banjir. Konsep
pengatusan ini masih dipraktekkan masyarakat sampai sekarang. Pada setiap proyek drainase, dilakukan
upaya untuk membuat alur-alur saluran pembuang dari titik genangan ke arah sungai dengan kemiringan
yang cukup untuk membuang sesegera mungkin air genangan tersebut. Drainase pengatusan semacam ini
adalah drainase yang lahir sebelum pola pikir komprehensif berkembang, dimana masalah genangan, banjir,
kekeringan dan kerusakan lingkungan masih dipandang sebagai masalah lokal dan sektoral yang bisa
diselesaikan secara lokal dan sectoral pula tanpa melihat kondisi sumber daya air dan lingkungan di hulu,
tengah dan hilir secara komprehensif.
Namun, kini sebenarnya Indonesia sudah memiliki aturan atau undang undang yang mengatur tentang
System drainase atau system pengairan yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Nomor 12/ PRT/ M/ 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan.terutama di pasal 7 dan juga
pasal 21.
Pasal 7
1. Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan disusun untuk kawasan metropolitan, kawasan perkotaan besar
dan kota yang mempunyai nilai strategis.
2. Dalam hal Sistem Drainase Perkotaan untuk kawasan kota sedang dan kecil, Rencana Induk Sistem
Drainase Perkotaan disusun secara sederhana
3. Rencana induk disusun oleh instansi yang berwenang di bidang drainase.
4. Rencana induk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Pemerintahan Kabupaten/Kota.
5. Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan untuk wilayah Provinsi DKI Jakarta ditetapkan oleh
Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.
6. Penyusunan rencana induk pada kabupaten/kota harus berdasarkan pada Rencana Umum Tata Ruang
Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air di wilayah tersebut.
7. Rencana induk Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan berlaku 25 (dua puluh lima) tahun atau
disesuaikan dengan jangka waktu berlakunya Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten/Kota.
Pasal 21
1. Pengoperasian prasarana dan Sarana Drainase perkotaan dilakukan untuk memfungsikan secara optimal
pengaturan aliran air dan pengelolaan sedimen.
2. Pengoperasian prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a) pintu air manual dan otomatis;
b) saringan sampah manual dan otomatis
c) pompa
d) sistem Polder
e) sistem pembuangan sedimen
3. Pengaturan aliran air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk mengendalikan sistem aliran air hujan
agar mudah melewati belokan daerah curam, gorong-gorong, pertemuan saluran, bangunan terjun, jembatan,
tali air (street inlet), pompa, pintu air.
4. Pengelolaan sedimen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari pengerukan, pengangkutan dan
pembuangan sedimen secara aman.
 PENERAPAN SUSTAINABLE DRAINAGE SYSTEM PADA SKALA GLOBAL
Sistem drainase berkelanjutan mengatur air hujan yang jatuh di suatu wilayah DAS dengan menyerupai
apa yang terjadi secara alami dan ramah lingkungan. Sistem ini mencegah banyak masalah dari limpasan
air permukaan dengan mengurangi dampak dari kuantitas aliran air berlebih. Berikut ini adalah beberapa
negara maju yang telah berhasil mengembangkan sistem drainase berkelanjutan dengan berbagai metode
unggulannya.
No Negara Metode Drainase Penjelasan
.
Kolam Detensi Kolam penyimpanan air limpasan yang
bersih dari polutan untuk jangka waktu
beberapa jam
1. Inggris Crosswave Material plastic penyimpan resapan air di
bawah area terbuka sebagai tempat
jatuhnya air hujan
Rain Gardens Taman dengan tanah porus yang berfungsi
sebagai area tangkapan air hujan
Wetlands Tempat penyedia air bersih yang sangat
luas dengan volume air bersih yang sangat
banyak dan merupakan tujuan akhir selain
danau dan sungai
Crosswave Material plastic penyimpan resapan air
hujan yang disimpan di bawah area
terbuka sebagai tempat jatuhnya air hujan
2. Belanda Infiltration Strips Penampung limpasan air hujan dari atap
atau saluran sekitar permukaan keras
Rainwater Ponds Kolam penampung air hujan sebagai
tempat infiltrasi air
Water Roofs Penampung air hujan pada bagian atap
rumah tinggal
Porous Paving Material sebagai penutup permukaan yang
Materials porus air
Ditches Parit pinggiran hijau bagi jalan yang dapat
menyerap air ke dalam tanah
3. Australia Rainwater Tanks Tangki penampung air hujan di atap
Infiltrations Trenches Area galian yang diisi material porus
Raingarden Tree Pit Penanaman pohon pada lubang di atas
saluran drainase bawah tanah
Gross Pollutant Traps Struktur penahan polutan pada saluran
Stromwater Drains Jaring penahan polutan padat pada saluran
Nets
4. Amerika Cisterns Bak air penampung limbah air bersih yang
disimpan di bawah tanah
Constructed Wetlands Rawa dangkal buatan yang ditanami
tumbuhan
Surface Sand Filter Struktur penampung sementara dan
penyaring air dengan media pasir
Stromwater Dry Pond Kolam penahan limpasan air permukaan
pada saat musim hujan saja
Stromwater wet Pond Kolam penahan limpasan air permukaan
yang selalu berisi air sepanjang tahun
5. Swedia Concrete Open Canal Kanal beton terbuka dengan blok-nlok
beton penahan polutan padat pada saluran
drainase
Eco-Corridor Area perkotaan yang dijadikan ruang
terbuka hijau, multifungsi sebagai sistem
drainase
Constructed Lake Danau buatan yang berfungsi untuk
menampung dan menyerap limpasan air ke
dalam tanah
Drainage Corridor Sistem drainase yang berfungsi sebagai
penyalur limpasan air permukaan yang
sudah tidak bisa ditampung oleh kilam
detensi
Metode-metode sistem drainase berkelanjutan yang sudah diterapkan di negara-negara maju dapat
dikelompokkan menjadi dua tipe fasilitas penahan air hujan, yaitu tipe penyimpan dan tipe peresapan. Kedua
fasilitas penahan air limpasan ini berfungsi pula sebagai penyedia cadangan air bagi suatu lingkungan.
Kedua tipe fasilitas penahan air limpasan ini harus saling berkaitan satu sama lain, sehingga air hujan yang
jatuh dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik agar tidak terbuang percuma dan menjadi limpasan air
permukaan.
 KENDALA DAN SOLUSI SERTA KONSEKUENSI YANG HARUS DIHADAPI DALAM
PENERAPAN Drainage Sustainable System
Sebagian besar sistem drainase yang ada di Indonesia masih menggunakan cara konvensional. Dalam
konsep drainase konvensional, seluruh air hujan yang jatuh di suatu wilayah, harus secepatnya dibuang ke
sungai dan seterusnya ke laut. Dampak dari konsep ini adalah kekeringan yang terjadi di mana-mana, banjir,
dan juga longsor. Dampak selanjutnya adalah kerusakan ekosistem, perubahan iklim mikro dan makro serta
tanah longsor di berbagai tempat yang disebabkan oleh fluktuasi kandungan air tanah pada musim kering
dan musim basah yang sangat tinggi. Namun, kita juga sekarang sedang berusaha untuk menerapkan konsep
drainase baru (paradigma baru) yang biasa disebut sistem drainase berkelanjutan.
Konsep ini merupakan upaya mengelola air kelebihan dengan cara meresapkan sebanyak-banyaknya air ke
dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan air ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai
sebelumnya. Dalam sistem drainase berkelanjutan, justru air kelebihan pada musim hujan harus dikelola
sedemikian rupa sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai. Namun diusahakan meresap ke dalam tanah,
guna meningkatkan kandungan air tanah untuk cadangan pada musim kemarau. Konsep ini sifatnya mutlak
di daerah beriklim tropis dengan perbedaan musim hujan dan kemarau yang ekstrim seperti di Indonesia.
Tentunya, dalam proses penerapan ini ditemui berbagai macam kendala, baik teknis maupun nonteknis.
Indonesia masih dikatakan minim pengalaman dan pengetahuan mengenai sistem ini. Lalu, kita juga
terkendala akibat banyaknya persyaratan yang diperlukan untuk membuat sistem drainase berkelanjutan.
Ditambah lagi, masyarakat dirasa masih kurang peduli mengenai masalah ini serta minimnya pengetahuan
mengenai sistem drainase berkelanjutan.Selain itu, kita juga perlu mengeluarkan dana yang cukup besar
dalam penerapan sistem ini. Seperti yang kita ketahui di Indonesia masih marak terjadi kasus korupsi di
kalangan pejabat pemerintah.
Namun, kita tidak akan pernah berhasil apabila belum mencobanya. Hal mudah yang dapat kita lakukan
pertama kali adalah membangkitkan kepedulian masyrakat mengenai pentingnya masalah ini. Kemudian,
pemerintah bersama dengan Lembaga terkait harus gencar melakukan sosialisasi mengenai konsep sistem
drainase berkelanjutan. Setelah itu, tentunya akan terjadi permintaan besar dari masyarakat kepada
pemerintah untuk menangani kasus ini dan pemerintah pun akan menempatkan permasalahan ini sebagai
masalah yang penting.
Disisi lain, pemerinta juga perlu membenahi permasalahan internal yang ada di dalamnya. Hal ini agar
proses ini tidak lagi terhambat akibat birokrasi yang rumit dan terkendalanya dana akibat alokasi yang tidak
tepat atau bahkan digunakan untuk kepentingan pribadi. Selain itu, pemerintah juga perlu bekerja sama
dengan komponen pendukung lainnya seperti tenaga ahli atau pakar di bidangnya. Setelah itu semuanya
dilakukan, saya yakin bahwa Indonesia perlahan-lahan dapat menerapkan sistem ini secara keseluruhan di
setiap daeerahnya.
Karena sebenarnya ada beberapa metode drainase berkelanjutan yang dapat dipakai di Indonesia,
diantaranya adalah metode kolam konservasi, metode sumur resapan, metode river side polder dan metode
pengembangan areal perlindungan air tanah (ground water protection area).

Anda mungkin juga menyukai