Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PERENCANAAN DRAINASE PERKOTAAN

Dosen Pengampu :
Yus Aktiva Prasetya Mardianika S.T, M.T

Disusun Oleh :
Dadang Nur Aldiansyah 1794094016

FAKULTAS TEKNIK PRODI SIPIL


UNIVERSITAS HAYIM ASY’ARI TEBUIRENG
JOMBANG 2019/2020
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat menimbulkan tekanan


terhadap ruang dang linggkungan untuk kebutuhan perumahan, kawasan jasa dan industri yang
selanjutnya menjadi kawasan terbangun. Dan memerlukan adanya dukungan prasarana dan
sarana yang baik yang menjangkau pada masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah.

Kerugian yang ditimbulkan oleh genangan dan luapan air permukaan tidak hanya berakibat
pada aspek kenyamanan lingkungan (terutama pada pasca banjir) atau terganggunya aktifitas
kehidupan penduduk dan perkotaan secara umum, tetapi juga berpotensi menimbulkan
penyakit bagi masyarakat.

Masalah genangan dan luapan yang terjadi di sebelah utara dari jalan hayamwuruk kota
Jambi Kelurahan Jelutung dan sekitarnya lebih didominasi oleh faktor penyebab yang alamiah,
meskipun demikian kontribusi aktifitas masyarakat juga ikut mempengaruhi seperti adanya
kegiatan pemukiman, pembuangan sampah yang bermuara didalam saluran drainase dan lain-
lain.

Selain itu, genangan dan luapan juga bisa disebabkan belum terciptanya sistem irigasi yang
tertata dengan baik atau desain drainase yang ada dan yang tidak lagi sesuai dengan kondisi
dan potensi luapan dan genangan yang terjadi (volume air genangan dan luapan sudah lebih
besar dibandingkan dengan kapasitas saluran drainase).
Permasalahan Drainase Perkotaan yaitu banjir. Banjir merupakan kata yang sangat popular
di kota-kota besar, khususnya pada musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia
mengalami bencana banjir.

Peristiwa banjir hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai sekarang
belum terselesaikan bahkan cenderung meningkat, baik frekuensinya, kedalamannya maupun
durasinya.

Masalah-masalah tersebut diatas memerlukan pemecahan pengelolaan yang diantaranya


mencakup bagaimana merencanakan suatu sistem drainase yang baik, membuat perencanaan
terinci. melakukan restrukturisasi institusi dan peraturan terkait, dan membina partisipasi
masyarakat untuk ikut memecahkan masalah drainase.

1.2. RUMUSAN MASALAH BAGAIMANA ANALISA JARINGAN DRAINASE


1) Bagaimana cara Analisa Data Hujan?
2) Bagaimana cara Analisa Debit Rencana?
3) Bagaimaba cara Analisa Dimensi Saluran?
4) Bagaimana Gambar Perencanaan,?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana Analisa Jaringan Drainase
2. Mengetahui Bagaimana cara Analisa Data Hujan
3. Mengetahui Bagaimana cara Analisa Debit Rencana
4. Mengetahui Bagaimaba cara Analisa Dimensi Saluran
5. Mengetahui Bagaimana Gambar Perencanaan,
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Drainase


Menurut Suripin, (2004) ada beberapa pendekatan konsep-konsep drainase
perkotaan yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Sistem drainase adalah suatu bentuk jaringan saluran berikut bangunan pelengkapnya yang
berfungsi menyalurkan air hujan pada suatu kawasan hingga kebadan air penerima.
2. Drainase perkotaan adalah suatu bentuk jaringan saluran yang mengaliri air hujan dan air
buangan masyarakat dikawasan perkotaan.
3. Genangan adalah istilah praktis dilapangan untuk mengambarkan air hujan pada suatu
kawasan yang melimpah dari saluran yang tidak dapat menampung dan menggenangi
areal-areal tertentu.
4. Banjir adalah air yang melimpah dari badan air / sarana pengendali banjir yang tidak
mampu mengalirkannya sehingga menggenangi kawasan tertentu.

Menurut Chay Asdak(1995)banjir dalam bahasa populernya adalah sebagai aliran atau
genangan air yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi bahkan menyebabkan kehilangan
korban jiwa. Sedangkandalam istilah teknis banjir adalah aliran air sungai yang mengalir
melampaui kapasitas tampungan air sungai dan menggenangi daerah sekitarnya, drainase
Pemukiman merupakan sarana dan prasarana di pemukiman untuk mengalirkan air hujan, dari
suatu tempat ke tempat lain.

Menurut Sinulingga (1999) saluran drainase merupakan prasarana yang melekat


dengan lingkungan pemukiman, yang digunakan untuk menjaga agar Lingkungan tidak
digenangi oleh air hujan. Kalau kita mengikuti air hujan yang hendak dibuang sebelum sampai
ke laut maka kita akan meneliti sistem drainase yang agak kompleks. Maka dari itu akan
ditinjau juga sistem drainase secara keseluruhan.

2.2. Sejarah Perkembangan Drainase


Manusia sudah mulai memikirkan tentang sistem pembuangan limpasan air hujan
sejak jaman Romawi kuno. Bangunan drainase perkotaan pertama kali dibuat di Romawi
berupa saluran bawah tanah yang cukup besar, yang digunakan untuk menampung dan
membuang limpasan air hujan. Pada awalnya, sistem drainase dibangun hanya untuk
menerima limpasan air hujan dan membuangnya ke badan air terdekat. Desain dan
pembangunannya belum dilakukan dengan baik. Saluran bawah tanah yang terbuat dari batu
dan bata mengalami rembesan yang cukup besar, sehingga kapasitasnya jauh berkurang.
Pada beberapa kasus, saluran tidak mempunyai kemiringan yang cukup, sehingga air tidak
lancar (stagnant) dan terjadi genangan dalam saluran setelah terjadi hujan.

Sampai saat ini kota-kota di Indonesia masih menggunakan sistem drainase


tercampur tanpa dilengkapi dengan fasilitas instalasi pengolah air limbah (IPAL). Hal ini
tentu saja mengkhawatirkan untuk masa mendatang mengingat air limbah yang dibuang ke
sistem drainase makin meningkat volumenya dengan kualitas yang makin menurun.

2.3. Sistem Jaringan Drainase

 Sistem Drainase Mayor

yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah
tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada umumnya sistem drainase mayor ini disebut
juga sebagai sistem saluran pembuangan utama (major system) atau drainase primer.
Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase
primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai
dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail
mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.

 Sistem Drainase Mikro

yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan
air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase
mikro adalah saluran di sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan,
gorong-gorong, saluran drainasekota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat
ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk
hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada.
Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase
mikro.

2.4. Jenis – Jenis Drainase


 Drainase Alamiah ( Natural Drainase )
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan
penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain.
Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun
membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
 Drainase Buatan ( Arficial Drainage )
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan
bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-
pipa dan sebagainya.

 Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)


saluran drainase yg kaya di atas kualitas negara yg berfungsi mengalirkan air limpasan
tekstur. Analisa alirannya ialah analisa open chanel flow.

 Drainase Bawah Permukaan Tanah ( Subsurface Drainage )


Saluran drainase yg bertujuan mengalirkan air limpasan tekstur lewat fasilitas di bawah
tekstur negeri (pipa-pipa), karena alasan-alasan tertentu. argumen itu sela lain kontrak
artistik, pakta kemujaraban tekstur daerah yg tak memperbolehkan adanya batang air di
kualitas negara seperti arena lapang sepak bola, arena lapang lepas landas, kebun dan lain-
lain

2.5. Pola Jaringan Drainase

 Jaringan Drainase Siku


Jaringan yang dibuat pada daerah yang memiliki topografi sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan sungai di sekitarnya. Sungai tersebut nantinya akan dijadikan
sebagai pembuangan utama atau pembuangan akhir.

 Jaringan Drainase Paralel


Jaringan yang memiliki saluran utama sejajar dengan saluran cabangnya. Biasanya
memiliki jumlah cabang yang cukup banyak dan pendek-pendek. Apabila terjadi
perkembangan kota, saluran akan menyesuaikan.

 Jaringan Drainase Grid Iron


Jaringan ini diperuntukkan untuk daerah pinggir kota dengan skema pengumpulan pada
drainase cabang sebelum masuk kedalam saluran utama.

 Jaringan Drainase Alamiah


Seperti jaringan drainase siku, hanya saja pada pola alamiah ini beban sungainya lebih
besar.
 Jaringan Drainase Radial
Jaringan ini memiliki pola menyebarkan aliran pada pusat saluran menuju luar.

 Jaringan Drainase Jaring-Jaring


Jaringan ini mempunyai saluran-saluran pembuangan mengikuti arah jalan raya. Jaringan
ini sangat cocok untuk daerah dengan topografi datar.
2.6.Bentuk Penampang Saluran Drainase
Bentuk-bentuk untuk drainase tidak jauh berbeda dengan saluran irigasi pada
umunnya. Dalam perancangan dimensi saluran harus diusahakan dapat membentuk
dimensi yang ekonomis. Dimensi saluran yang terlalu besar berarti kurang ekonomis,
sebaliknya dimensi yang terlalu kecil akan menimbulkan permasalahan karena daya
tampung yang tidak memadai. Adapun bentuk saluran antara lain :
a. Persegi Panjang
Saluran Drainase berbentuk empat psersegi panjang tidak banyak
membutuhkan ruang.Sebagai konsekuensi dari saluran bentuk ini saluran harus
terbentuk dari pasangan batu ataupun coran beton.

b. Trapesium
Pada umumnya saluran terbuat dari tanah akan tetapi tidak menutup kemungkinan
dibuat dari pasangan batu dan coram beton. Saluran ini memerlukan cukup ruang.
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan, air rumah tangga
maupun air irigasi dengan debit yang besar.
c. Segitiga

d. Lingkaran
Biasanya digunakan untuk gorong – gorong dimana salurannya tertanam di dalam
tanah.
BAB III
METODE DAN SOAL

3.1 Metode Mononobe


𝑅24 24 2⁄3
𝐼= ( )
24 𝑡
dimana :
I : Intensitas curah hujan (mm/jam)
t : Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)
R24 : Curah hujan harian = curah hujan selama 24 jam (mm)

3.2 Metode Van Breen


Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa,
curah hujan terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah curah hujan sebesar 90% dari
jumlah curah hujan selama 24 jam (Anonim dalam Melinda, 2007). Perhitungan intensitas
curah hujan dengan menggunakan Metode Van Breen ada lah sebagai berikut :
54𝑅24 + 0.707 𝑅24 2
𝐼=
𝑡 + 0.31𝑅24
dimana :
I : Intensitas hujan (mm/jam)
R : Curah hujan harian = curah hujan selama 24 jam (mm)
t : Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)

3.3 Metode Gumbel


𝑋𝑇 = 𝑋̅ + 𝐾 . 𝑆𝑥
∑ 𝑋𝑖
𝑋̅ =
𝑛
∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅)2
𝑆𝑥 = √
𝑛−1

keterangan:
XT = besarnya curah hujan yang terjadi dengan kala ulang T tahun
X = rata-rata x maksimum dari seri data Xi
k = faktor frekuensi

𝑌𝑡 − 𝑌𝑛
𝐾=
𝑆𝑛
Yn, Sn = besaran yang mempunyai fungsi dari jumlah pengamatan
Yt = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas
n = jumlah data

3.4 Metode Log Pearson Type III


Metode yang dianjurkan dalam pemakaian distribusi Log Pearson Type III adalah
dengan mengkorvesikan rangkaian datanya menjadi bentuk logaritmis.
∑ log 𝑋
log 𝑋̅ =
𝑛

∑(log 𝑋 − log 𝑋̅)2


𝑆 log 𝑋 = √
𝑛−1

𝑛 ∑𝑛1(log 𝑋 − log 𝑋𝑟 )3
𝐶𝑠 =
(𝑛 − 1) (𝑛 − 2) 𝑆13
Nilai X bagi setiap probabilitas dihitung dari persamaan
log 𝑋 = log 𝑋̅ + 𝑘 . 𝑆log 𝑋
keterangan:
log X = logaritma rata-rata
Slog X = standart deviasi dari logaritma
Cs = koefisien kemencengan
k = faktor frekuensi
n = jumlah data

Data curah hujan soal


STA. STA. STA.
No Tahun Kediri Kertosono Jombang
1 2010 451 353 550
2 2011 411 340 582
3 2012 446 335 558
4 2013 407 264 540
5 2014 884 823 885
6 2015 400 347 492
7 2016 433 183 492
8 2017 331 231 454
9 2018 422 415 701
10 2019 883 518 149

Anda mungkin juga menyukai