Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 03 PRD: REKAYASA DAN LINGKUNGAN BINAAN

Penerapan Konsep Sistem Drainase Berkelanjutan


(Sustainable Drainage System)

Sultan Fadhillah Rizqi Adyan


NIM 16620072
K-28, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan

Abstrak

Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan pembangunan yang mengalihfungsikan


lahan terbuka hijau menjadi kawasan pemukiman dan sebagainya sehingga kapasitas
resapan air berkurang. Akibatnya terjadi peningkatan air limpasan (air yang mengalir di
permukaan tanah) yang jika tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan masalah seperti
meluapnya air dan banjir. Oleh karena itu, penerapan sistem drainase yang berkelanjutan
diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut. Upaya menahan, menggunakan, dan
meresapkan air dikembangkan dalam konsep drainase berkelanjutan. Penerapan konsep ini
dapat dilakukan dalam skala rumah tangga maupun kawasan. Namun, ditinjau melalui
aspek lingkungan konsep ini memiliki kendala dalam penerapannya dan juga diperlukan
alternatif solusi.

Kata kunci: Sistem drainase berkelanjutan, drainase

1. Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman, pertambahan penduduk yang pesat mengakibatkan


kurangnya ruang terbuka hijau yang berfungsi untuk menyerap air hujan yang disebabkan
perubahan tata guna lahan menjadi area pemukiman dan area industri. Pengalihfungsian
lahan yang awalnya sebagai area penyerapan air hujan menjadi kawasan pemukiman ini
mengakibatkan proses aliran air terganggu. Air limpasan yang mengalir dipermukaan tanah
akan membawa material lain seperti tanah yang mengakibatkan saluran air atau drainase
akan bersedimentasi (membentuk endapan) dan mengakibatkan kedalaman saluran tersebut
berkurang sehingga kapasitas air yang dapat ditampung berkurang dan mempermudah air
meluap. Hal ini diperburuk oleh perilaku manusia yang membuang limbah ke saluran air
alami atau buatan dan menyebabkan saluran tersebut tersumbat sehingga menyebabkan
penumpukan air dan berujung pada terjadinya banjir akibat drainase tidak bisa menampung
debit air.

Akibat kurangnya lahan terbuka hijau untuk menyerap air hujan maka pengelolaan air yang
baik dalam mencegah banjir adalah membuat drainase yang dalam perencanaannya harus
memperhatikan tata guna daerah tangkapan air sehingga air permukaan terkontrol. Upaya itu
dapat diterapkan melalui konsep sistem drainase berkelanjutan (Sustainable Drainage
System). Konsep dasar pengembangan sistem drainase yang berkelanjutan adalah
meningkatkan daya guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan konservasi
lingkungan. Konsep drainase
berkelanjutan telah diterapkan di berbagai negara maju, seperti Inggris, Jepang,
Singapura, dan Belanda.

Dampak dari pengelolaan air yang tidak baik tidak hanya berdampak ke lingkungan, tetapi
juga ke aspek sosial. Dengan adanya pengelolaan air menggunakan konsep system drainase
berkelanjutan diharapkan berbagai masalah yang disebabkan oleh terganggunya aliran air
teratasi dan daya guna air dapat meningkat serta dapat memberikan dampak baik terhadap
masyarakat.

2. Tinjauan Pustaka

Lahan

Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan
vegetasi serta benda yang di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan,
termasuk di dalamnya hasil kegiatan manusia di masa lalu dan sekarang seperti hasil
reklamasi laut, pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tersalinasi.
(FAO dalam Arsyad, 1989)

Menurut FAO (1995) dalam Luthfi Rayes (2007:2), lahan memiliki berbagai fungsi, salah
satunya adalah fungsi hidrologi. Fungsi hidrologi artinya lahan mengatur simpanan dan
aliran sumber daya air tanah dan air permukaan serta memengaruhi kualitasnya.

Pengalihan fungsi lahan

Pengalihan fungsi lahan atau disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi
sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan)
menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif atau masalah terhadap lingkungan dan
potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk
penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan
untuk memenuhi kebutuhan yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan
akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Drainase

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik
yang terbentuk secara alami maupun dibuat manusia.

Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara
umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol
kualitas air tanah dalam kaitannya dengan sanitasi. (Dr. Ir. Suripin, M.Eng.2004)
Sistem drainase berkelanjutan

SDS (Sustainable Drainage System) atau SUDS (Sustainable Urban Drainage Systems)
adalah urutan praktek pengelolaan air (mengurangi penyebab polusi, pengurangan kegiatan
pencemaran, pengurangan bahan pencemar, dan sebagainya) dan fasilitas (filter air, parit
infiltrasi, terasering buatan, penyimpanan bawah tanah, taman basah, dan kolam) yang
dirancang untuk mengalirkan air permukaan dengan cara memberikan pendekatan yang lebih
berkelanjutan daripada apa yang telah menjadi praktik konvensional melalui pipa ke anak
sungai. (Scottish Environmental Protection Agency http://www.sepa.org.uk)

Pada sistem drainase konvensional, fungsi drainase ialah sebagai media pembuangan air
di permukaan secara langsung dan cepat ke sungai. Metode ini menimbulkan berbagai
permasalahan karena perbedaan siklus dengan metode alami. Sedangkan pada SUDS,
sistem drainase mneyerupai siklus alami. Sistem drainase konvensional dengan sistem
drainase yang berkelanjutan memiliki perbedaan seperti yang dapat dilihat pada tabel
berikut.

(Sumber Maryono dan Ciria C522 http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2- 01221-


AR%20Bab2001.pdf)

3. Pembahasan

Pengalihan fungsi lahan menyebabkan daerah resapan air berkurang sehingga menyebabkan
air permukaan meningkat yang dapat mengakibatkan banjir. Oleh karena itu, diperlukan
system drainase untuk mengelola air tersebut, tetapi dengan perkembangan manusia yang
pesat dibutuhkan system drainase yang tidak hanya bertujuan sebagai pembuangan air
seperti system konvensional melainkan system drainase yang dapat mengatasi masalah
seperti persediaan air tanah dengan
kualitas yang baik yang dibutuhkan masyarakat. Sistem drainase berkelanjutan adalah
system yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut.

(Sumber https://www.susdrain.org/delivering-suds/using-suds/background/sustainable-
drainage.html)

SDS dirancang meniru alam dan biasanya mengelola curah hujan di dekat tempat
jatuhnya. SDS dapat dirancang untuk mengangkut (membawa) air permukaan,
memperlambat limpasan (menipiskan) sebelum memasuki aliran air, menyediakan area
untuk menyimpan air dalam kontur alami dan dapat digunakan untuk memungkinkan air
meresap (menyusup) ke dalam tanah atau menguap dari air permukaan dan hilang atau
ditranspirasi dari vegetasi (dikenal sebagai evapotranspirasi).

SDS juga memungkinkan pembangunan baru di daerah dengan sistem saluran air limbah
yang mendekati kapasitas penuh, sehingga memungkinkan pembangunan di daerah
perkotaan yang ada.

Drainase berkelanjutan berkonsep untuk beralih dari pemikiran tradisional, yaitu konsep
drainase hanya untuk mengelola risiko banjir menjadi konsep yaitu limpasan dianggap
sebagai inspirasi bagi filosofi bahwa air permukaan merupakan sumber daya yang berharga
dan harus dikelola untuk mendapatkan manfaat yang maksimal.

Konsep sistem drainase yang berkelanjutan dengan prioritas utama kegiatan harus ditujukan
untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan
air hujan. Berdasarkan fungsinya, fasilitas penahan air hujan
dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe penyimpanan dan tipe peresapan seperti
disajikan pada gambar berikut.

(Sumber https://www.kumpulengineer.com/2013/07/sistem-drainase-yang-berkelanjutan.html)

Penerapan system drainase berkelanjutan di Indonesia dapat ditunjukkan melalui Laporan


Perencanaan Sistem Drainase Terpadu Kota Surabaya Tahun 2018-2038. Kurangnya daerah
area resapan air diantisipasi dengan dibuatnya sumur resapan air di rumah-rumah. Kemudian,
dalam kawasan perkotaan dibuat tampungan limpasan yang akan dialirkan.

(Sumber:https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen_usulan/drainase/DRAINASE_ 35-78-
2011.pdf)
A. Kendala

Penerapan konsep system drainase berkelanjutan juga memiliki kendala tersendiri.


Perubahan tata guna lahan menjadi kawasan pemukiman dan industri adalah kendala yang
sangat berpengaruh dalam penerapan sistem drainase ini. Menipisnya jumlah lahan sebagai
area untuk menyerap air terutama di perkotaan. Kota-kota besar di Indonesia seperti DKI
Jakarta mempunyai lahan terbuka hijau yang sedikit sedangkan system drainase
membutuhkan area untuk menyerap air hujan. Maka
dari itu jumlah lahan terbuka ini bukan hanya kendala dalam penerapan system drainase
berkelanjutan, tetapi juga merupakan masalah lingkungan yang harus diatasi.

Kendala lain adalah dibutuhkan persiapan yang sangat matang sebelum diterapkannya system
drainase ini. Perencanaan system drainase di kawasan harus didasarkan oleh penyurveian dan
pengecekan terhadap berbagai aspek seperti curah hujan, kontur tanah, geografi, dan sosial
masyarakat di sana.

Penginisiasian untuk menerapkan konsep sistem drainase berkelanjutan ini harus dilakukan
pemerintah karena jika tidak ada inisiasi dari pemerintah, penerapan sistem ini merupakan
proyek besar dan membutuhkan dana yang banyak. Hal ini sulit dilakukan oleh individu
sehingga tujuan dan manfaat sistem drainase tersebut tidak akan tercapai.

Kendala juga tidak hanya dari lingkungan ataupun pihak pemerintah melainkan dari perilaku
sosial masyarakat setempat yang tidak peduli dalam pelestarian lingkungan. Sampai saat ini
hal yang menyebabkan kerusakan lingkungan terutama di saluran air selain perubahan tata
guna lahan adalah membuang sampah sembarangan.
Kebiasaan ini tidak hanya dilakukan individu, tetapi juga oleh pelaku industri yang
membuang limbah di aliran sungai dan sebagainya ditambah juga limbah yang tidak diproses
terlebih dahulu sehingga menyebabkan pencemaran air. Air yang tercemar akan sulit
dimanfaatkan, hal ini menyebabkan permasalahan karena dalam sistem drainase
berkelanjutan, air tidak hanya dibuang ke saluran tetapi juga dimanfaatkan.

(Sumber https://nasional.tempo.co/read/447540/sungai-citarum-tercemar-limbah-
berbahaya)

B. Solusi

Solusi dalam menghadapi berbagai kendala tersebut, yaitu mempertahankan kesedian lahan
terbuka sebagai are penyerap air yang sudah ada. Pemerintah harus mengurangi izin
pengalihan fungsi suatu lahan terbuka menjadi pemukiman baru
dan sebagainya. Perencanaan kawasan pemukiman dan industri harus diputuskan secara
matang berdasarkan prinsip konservasi lingkungan.

Pembuatan sumur resapan air dalam tingkat rumah dan juga kawasan dapat membantu
dalam penerapan sistem drainase berkelanjutan ini sebagai pengganti lahan terbuka yang
sudah berkurang jumlahnya.

Pemerintah harus mulai mempersiapkan perencanaan dalam penerapan sistem drainase


berkelanjutan ini sehingga dapat secepatnya diterapkan. Pengalihan sistem drainase
konvensional menjadi sistem drainase berkelanjutan ini akan berpengaruh terhadap
pengelolaan air di masa depan dan juga terhadap kelestarian lingkungan.

Edukasi pelestarian lingkungan kepada masyarakat harus terus dilakukan seiring penerapan
sistem drainase berkelanjutan ini karena sistem ini akan berjalan dengan tidak baik jika
pembuangan sampah rumah tangga dan limbah pabrik masih dilakukan secara sembarangan.
Sistem ini akan berjalan dengan baik jika ada Kerjasama yang baik juga antara berbagai
pihak seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat.

4. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan, yaitu

a. Konsep Sistem Drainase Berkelanjutan merupakan cara yang efektif dalam


mengatasi masalah pengelolaan air sekarang ini.
b. Konsep SDS tidak hanya berorientasi terhadap pencegahan banjir melainkan juga
kelestarian lingkungan dan kualitas air dan pemanfaatannya.
c. Berbagai kendala yang dihadapi dalam penerapan sistem drainase ini dapat diatasi
dengan beberapa solusi yang dicantumkan di atas.

Referensi

https://en.wikipedia.org/wiki/Sustainable_drainage_system
https://www.kumpulengineer.com/2013/07/sistem-drainase-yang-
berkelanjutan.html
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-01221-
AR%20Bab2001.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/196006151988031-
JUPRI/LAHAN.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Limpasan_permukaan
http://eprints.ums.ac.id/65811/4/BAB%20II.pdf
http://repository.lppm.unila.ac.id/7519/1/SISTEM%20DRAINASE%20SALURAN%
20TERBUKA.pdf
https://www.susdrain.org/delivering-suds/using-suds/background/sustainable-
drainage.html
https://sippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen_usulan/drainase/
DRAINASE_35-78-2011.pdf

Anda mungkin juga menyukai