KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ijin-Nya, laporan tugas besar
Drainase Perkotaan ini dapat kami selesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Tujuan
penyusunan laporan ini selain untuk pemenuhan tugas mata kuliah Drainase Perkotaan yaitu
untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana cara penyaluran air hujandan air limpasan.
Tugas ini juga ditujukan untuk mengetahui bangunan pelengkap apa saja yang digunakan.
Dalam penyelesaian laporan ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak
yang telah sedikit banyak campur tangan untuk membantu kami. Kami ucapkan terimakasih
untuk:
1. Dosen pengampu mata kuliah Drainase Perkotaan, Euis Nurul Hidayah, ST, MT, Ph.D.
yang telah memberi materi dan pengajaran terlebih dahulu untuk selanjutnya menjadi
dasar dan sumber kami dalam menyusun laporan ini
2. Asisten dosen kami, Aussie Amalia, ST, MSc. yang telah membimbing kami dalam
asistensi laporan tugas besar
3. Teman sekelompok dan seangkatan kami yang telah membantu kami dalam pengerjaan
laporan ini
Kami berharap laporan tugas besar ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami mohon
kritik dan saran yang membangun untuk laporan ini. Kami menyadari laporan ini tidak luput
dari kesalahan. Maka dari itu, kami memohon maaf apabila ada perkataan yang tidak berkenan
di hati
Surabaya, 30 November 2018
Penyusun
DRAINASE PERKOTAAN 1
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
BAB I
PENDAHULUAN
DRAINASE PERKOTAAN 2
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
berupa buangan air dari daerah perumahan atau pemukiman, dari daerah industri dan atau
kegitan usaha lainnya, dari daerah pertanian dan lahan terbuka, dari badan jalan, dari lapisan
perkerasan lainnya serta berupa penyaluran kelebihan air pada umumnya yang berupa air
hujan, air kotor maupun air kelebihan lainnya yang mengalir keluar dari suatu kawasan.
Sistem drainase ini sangat dibutuhkan di daerah perkotaan karena kontur permukaan
tanahnya rendah, dan prinsip air yang selalu menuju ke tempat yang lebih rendah sehingga
sistem drainase perkotaan menjadi suatu prasarana untuk menciptakan kehidupan yang bersih, sehat
dan menyenangkan bagi penghuni kota yang dilayaninnya (Mulyanto, 2013) .
Dalam merencanakan suatu sistem penyaluran air hujan atau drainase memerlukan
riset dan pengumpulan data-data khusus, seperti : data curah hujan harian, tata guna lahan
di wilayah perencanaan, dan peta topografi serta analisa mengenai keadaan hidrologi,
keadaan klimatologi, keadaan geografi dan sebagainya.
DRAINASE PERKOTAAN 3
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
d) Memperbaiki aliran drainase jalan raya mengatasi kejadian atau terjadinya banjir di
kawasan perkotaan.
DRAINASE PERKOTAAN 4
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu
daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air
tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana
umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang
aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan
air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau
bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan
dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain (Suripin, 2004) :
DRAINASE PERKOTAAN 5
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang
ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut definisi drainase perkotaan
(Hasmar, 2002):
Standar dan sistem penyediaan drainase kota sistem penyediaan jaringan drainase
terdiri dari empat macam, yaitu (Hasmar, 2002) :
DRAINASE PERKOTAAN 6
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Sarana penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir adalah (Hasmar, 2002) :
1) Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder dan tersier melalui normalisasi
maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang aman dan baik
terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun hujan lokal. Berdasarkan
masing-masing jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Jaringan primer merupakan saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai.
b. Jaringan sekunder merupakan saluran yang menghubungkan saluran tersier
dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran semen).
c. Jaringan tersier merupakan saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke
saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah.
2) Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase bagi kawasan hunian dan kota.
3) Menunjang kebutuhan pembangunan (development need) dalam menunjang
terciptanya skenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang
sektor unggulan yang berpedoman pada Rencana Umum Tata Ruang Kota.
Sedangkan arahan dalam pelaksanaannya adalah :
a. Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis.
b. Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat.
c. Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana.
d. Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada.
e. Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharaannya.
f. Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.
DRAINASE PERKOTAAN 7
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Selain bentuk-bentuk yang tertera dalam tabel 2.1, masih ada bentuk-bentuk
penampang lainnya yang merupakan kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut, misalnya
kombinasi antara empat persegi panjang dan setengah lingkaran, yang mana empat
persegi panjang pada bagian atas yang berfungsi untuk mengalirkan debit maksimum
dan setengah lingkaran pada bagian bawah yang berfungsi untuk mengalirkan debit
minimum.
DRAINASE PERKOTAAN 8
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Jenis drainase dapat dikelompokkan sebagai berikut (Hadi Hardjaja, dalam jurnal
Kusumo 2009):
A. Drainase Menurut Sejarah Terbentuknya
1. Drainase Alamiah (Natural Drainage)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan
penunjang, saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi
yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
DRAINASE PERKOTAAN 9
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
2. Drainase Buatan
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan
bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu, gorong-gorong, dan
pipa-pipa.
DRAINASE PERKOTAAN 10
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
2. Saluran Tertutup
Saluran yang pada umumnya sering di pakai untuk aliran air kotor (air yang
mengganggu kesehatan atau lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di
tengah kota.
DRAINASE PERKOTAAN 11
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 12
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Namun parit-parit terbuka yang diletakkan pada jarak dekat akan mengganggu
operasi pertanian, sehingga metode yang lebih umum adalah dengan selokan-
selokan di bawah tanah. Tembikar lempung kasar dan pipa beton adalah bahan-
bahan yang paling umum dipergunakan sebagai selokan bawah tanah, walaupun
selokan-selokan kotak kayu serta pipa baja yang berhubung telah digunakan pula.
Rancangan untuk suatu sistem drainase pipa tembikar terutama dipengaruhi oleh
keadaan topografi daerahnya. Untuk sistem alamiah dipergunakan pada topografi
bergelombang yang hanya membutuhkan drainase ceruk dan lembah-lembah yang
sempit. Jika seluruh daerah yang bersangkutan harus didrainase maka sistem
pemanggang lebih ekonomis.
1. Siku
DRAINASE PERKOTAAN 13
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Pembuatannya pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai.
Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota.
2. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluransaluran
cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.
DRAINASE PERKOTAAN 14
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar
DRAINASE PERKOTAAN 15
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 16
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Analisa curah hujan yaitu dengan memproses data curah hujan mentah, diolah
menjadi data yang siap dipakai untuk perhitungan debit aliran. Data curah hujan yang
akan dianalisa berupa array data tinggi hujan harian maksimum dalam setahun, selama
paling sedikit 20 tahun pengamatan berturut-turut. Untuk menganalisa data curah hujan
harian ini, dapat digunakan beberapa metode analisa distribusi probabilitas yang
dipandang sangat berguna bagi perencanaan teknis secara teoritis. Apabila data curah
hujan pengamatan jangka pendek tidak didapatkan pada daerah perencanaan, maka
analisa intensitas curah hujan dapat dilakukan dengan menggunakan data curah hujan
pengamatan maksimum selama 24 jam.
Terkadang pada suatu stasiun hujan terdapat data hujan yang hilang sehingga perlu
dilengkapi dengan bantuan data–data dari stasiun pengukuran hujan lainnya. Metode–
metodeang dipakai untuk melengkapi data hujan yang hilang adalah:
a) Aritmatika Rata–Rata
DRAINASE PERKOTAAN 17
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Jika selisih antara tinggi hujan tahunan normal dari tempat pengukuran yang datanya
kurang lengkap dibanding dengan tinggi hujan tahunan normal dari stasiun
pengukuran terdekat < 10%, maka data yang hilang dapat diambil dari harga rata–
rata hitung dari data stasiun terdekat, dan dianjurkan terdapat lebih dari dua stasiun
pembanding. Cara aritmatika rata-rata dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan :
R1, R2...Rn = Harga curah hujan rata–rata tahunan pada stasiun 1, stasiun 2 hingga
stasiun ke-n
Rx = Curah hujan rata–rata dari stasiun X yang datanya akan dilengkapi
n = Jumlah stasiun pembanding
b) Rasio Normal
Jika selisih antara tinggi hujan tahunan normal dari tempat pengukuran yang datanya
kurang lengkap dibanding dengan tinggi hujan tahunan normal dari stasiun
pengukuran terdekat > 10%, maka perlengkapan data hujan yang hilang dilakukan
menggunakan cara rasio/pembanding normal yang dirumuskan sebagai berikut :
Rx r1 r r
rx ( 2 .... n ) ) ................................................................... (2.2)
n R1 R2 Rn
Keterangan :
rx = Data hujan yang dicari
Rx= Curah hujan rata–rata tahunan pada stasiun yang datanya akan dilengkapi
n = Jumlah stasiun pembanding
r1..rn = Curah hujan di stasiun 1, 2, 3 sampai ke–n
R1..Rn = Curah hujan rata–rata tahunan pada stasiun 1,2,3 sampai stasiun ke-n
c) Korelasi
Cara ini digunakan untuk analisa hujan tahunan dengan menggunakan kurva yang
menggambarkan korelasi antara tinggi hujan pada stasiun yang datanya hilang
dengan stasiun index pada periode (tahun) yang sama.
DRAINASE PERKOTAAN 18
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Bila dalam suatu pengamatan data hujan terdapat non homogenitas dan
ketidaksesuaian (inconsistency), maka dapat mengakibatkan penyimpangan pada hasil
perhitungan, hal ini dapat disebabkan oleh :
1. Pemindahan stasiun pengamat ke tempat baru
2. Pengubahan jenis alat ukur
3. Pengubahan cara pengukuran
4. Kesalahan observasi sejak tanggal tertentu
5. Perubahan ekosistem akibat bencana kebakaran, hujan, tanah longsor dan
sebagainya.
Konsistensi data hujan diuji dengan cara garis massa ganda (double mass curve
technique). Metode ini dapat juga dilakukan koreksi terhadap data–datanya. Dasarnya adalah
membandingkan curah hujan tahunan akumulatif dari jaringan stasiun dasar.
Stasiun–stasiun dasar dipilih dari tempat–tempat yang berdekatan dengan stasiun
pengamat, jumlah stasiun dasar sedikitnya 5 buah. Data–data stasiun dasar harus diuji
konsistensinya dan kondisi meteorologis yang sama dengan stasiun pengamatan. Data–data
hujan disusun menurut urutan kronologis mundur, dimulai dengan tahun terakhir. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :
tg (β) TB
Fk = = ........................................................................................................ (2.3)
tg (α) TL
Rk= Fk x R.........................................................................................................(2.4)
Keterangan :
α dan β = Sudut kemiringan data hujan dari stasiun yang dicari
Rk = Curah hujan koreksi di stasiun x
R = Curah hujan asli
Fk = Faktor koreksi
DRAINASE PERKOTAAN 19
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Data hujan yang dianalisa harus homogen. Ketidak homogenan data hujan mungkin
disebabkan adanya gangguan–gangguan atmosfer oleh pencemaran udara atau adanya
hujan buatan yang sifatnya insidentil. Langkah-langkah perhitungan homogenitas adalah
sebagai berikut :
1
R R 2 2
R i ............................................................................................. (2.6)
n 1
Keterangan :
R = Curah hujan rata-rata
Ri = Data curah hujan tiap tahun pengamatan
n = Jumlah data curah hujan yang diamati
1
3) Menghitung nilai , dengan rumus :
1 R
..................................................................................................................(2.7)
n
Keterangan :
n = Reduced standar deviasi
1
R Yn ............................................................................................ (2.8)
Keterangan :
Yn = Reduced mean
Untuk mencari Reduced Mean (Yn) dan Reduced Standard Deviation (Sn) dapat dicari
melalui Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 Namun apabila nilai n (jumlah tahun pengamatan tidak
ada pada tabel, dapat dicari dengan menggunakan interpolasi.
DRAINASE PERKOTAAN 20
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Tabel 2.2 Reduced Mean (Yn) untuk Metode Sebaran Gumbel Tipe 1
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,495 0,499 0,503 0,507 0,510 0,512 0,515 0,518 0,520 0,522
2 6 5 0 0 8 7 1 2 0
20 0,523 0,525 0,526 0,528 0,529 0,530 0,582 0,588 0,534 0,535
6 2 8 3 6 0 0 2 3 3
30 0,536 0,537 0,538 0,538 0,539 0,540 0,541 0,541 0,542 0,543
3 1 0 8 6 0 0 8 4 0
40 0,546 0,544 0,544 0,545 0,545 0,546 0,546 0,547 0,547 0,548
3 2 8 3 8 8 8 3 7 1
50 0,548 0,548 0,549 0,549 0,550 0,550 0,550 0,551 0,551 0,551
5 9 3 7 1 4 8 1 5 8
60 0,552 0,552 0,552 0,553 0,553 0,553 0,553 0,554 0,554 0,554
1 4 7 0 3 5 8 0 3 5
70 0,554 0,555 0,555 0,555 0,555 0,555 0,556 0,556 0,556 0,556
8 0 2 5 7 9 1 3 5 7
80 0,556 0,557 0,557 0,557 0,557 0,557 0,558 0,558 0,558 0,558
9 0 2 4 6 8 0 1 3 5
90 0,558 0,558 0,558 0,559 0,559 0,559 0,559 0,559 0,559 0,559
6 7 9 1 2 3 5 6 8 9
100 0,560
0
Sumber: Suripin, 2004, Sistem DrainaasePerkotaan yang Berkelanjutan: 52
Tabel 2.3 Reduced Standard Deviation (Sn) untuk Metode Sebaran Gumbel Tipe 1
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,967 0,983 0,997 1,009 1,020 1,031 1,041 1,049 1,056
6 3 1 5 6 6 1 3 5
20 1,0628 1,069 1,075 1,081 1,086 1,031 1,096 1,100 1,104 1,108
6 4 1 4 5 1 4 7 0
30 1,1124 1,115 1,119 1,122 1,125 1,128 1,131 1,133 1,136 1,138
9 3 6 5 5 3 9 3 8
40 1,1413 1,143 1,145 1,148 1,149 1,151 1,153 1,155 1,157 1,159
6 8 0 9 9 8 7 4 0
50 1,1610 1,192 1,163 1,165 1,166 1,168 1,169 1,170 1,172 1,173
7 3 8 8 7 1 6 8 1 4
60 1,1747 1,175 1,177 1,178 1,179 1,180 1,181 1,182 1,183 1,184
9 0 2 3 3 4 4 4 4
70 1,1854 1,186 1,187 1,188 1,189 1,189 1,190 1,191 1,192 1,193
3 3 1 0 8 6 5 3 0
80 0,1938 1,194 1,195 1,195 1,196 1,197 1,198 1,198 1,199 1,200
5 3 9 7 3 0 7 4 1
90 1,2007 1,201 1,202 1,203 1,203 1,204 1,204 1,204 1,205 1,206
3 6 2 8 4 6 9 5 0
10 1,2065
0
Sumber: Suripin, 2004, Sistem DrainaasePerkotaan yang Berkelanjutan: 52
5) Diperoleh persaman regresi dengan rumus :
1
R= +
Y.....................................................................................................(2.9)
6) Diperoleh nilai R1 dan R2, dari subtitusi Y, kemudian diplot pada “Gumbel’s
Probability Paper”, dan ditarik garis penghubung kedua titik tersebut.
7) Dari garis tersebut didapatkan nilai R10 dan Tr
DRAINASE PERKOTAAN 21
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
9) Mengeplotkan pada grafik homogenitas, jika plotting (n, Tr) ternyata berada di
dalam grafik, maka data tersebut homogen. Jika tidak homogen, maka pamilihan
data diubah dengan memilih awal dan akhir pendataan lain sedemikian sehingga
titik tersebut berada dalam grafik homogenitas.
Untuk mencari R10 dan Tr perlu memakai regresi. Jika plotting H (n, Tr) pada kertas
grafik homogenitas ternyata berada di luar, maka pemilihan array data diubah dengan
memilih awal dan akhir pendataan lain sehingga titik H (n, Tr) berada pada bagian dalam
grafik. Cara mengubah 1 array data adalah:
1. Ditambah jumlah datanya. Misalnya: data dari 1968 s/d 1998 menjadi dari tahun
1960 s/d 1998.
2. Digeser mundur dengan jumlah data yang sama. Misalnya: data dari tahun 1968 s/d
1998 menjadi dari tahun 1967 s/d 1997.
Jika di dalam suatu areal terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah
hujan, maka dapat diambil nilai rata – rata untuk mendapatkan nilai curah hujan areal.
(Soemarto, C.D, 1995). Ada 3 macam cara yang berbeda dalam menentukan tinggi
curah hujan rata-rata pada areal tertentu dari angka-angka curah hujan di beberapa titik
pos penakar atau pencatat. (Soemarto, C.D, 1995) :
1) Metode Rerata Aljabar
Tinggi rata – rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata – rata
hitung pengukuran hujan di stasiun curah hujan didalam catchment area
tersebut.
1
R = n x (RA + RB + RC + ...+Rn)............................................................... (2.11)
DRAINASE PERKOTAAN 22
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Keterangan :
R = tinggi curah hujan rata-rata
RA,RB,..,Rn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2,....,n
N = banyaknya pos penakar
(Soemarto C.D,1995)
Keterangan :
A = luas areal
R = tinggi curah hujan rata-rata areal
RA,RB,..,Rn = tinggi curah hujan di pos 1,2,....,n
AA,AB,..,An = luas daerah pengaruh pos 1,2,....,n
(Soemarto C.D,1995)
DRAINASE PERKOTAAN 23
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
∑n
i−1(Xi−Xr)
2
𝜎𝑅 = √ ………………...................................................... (2.14)
n−1
Keterangan :
𝜎𝑅 = Standar deviasi
n = Jumlah data
𝜎𝑅 𝑌𝑡
RT = 𝑅̅+ (𝜎 𝑁) + (𝑌𝑛)……........................................................................ (2.15)
Keterangan :
σ R = Standart Deviasi
DRAINASE PERKOTAAN 24
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 25
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
1,193 1,194 1,195 1,195 1,196 1,197 1,198 1,198 1,199 1,200
80
8 5 3 9 7 3 0 7 4 1
1,200 1,201 1,202 1,202 1,203 1,203 1,204 1,204 1,205 1,206
90
7 3 0 6 2 8 4 9 5 0
10 1,206 1,206 1,207 1,207 1,208 1,208 1,208 1,209 1,209 1,209
0 5 9 3 7 1 4 7 0 3 6
Sumber : Suripin.Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan.2004
(Loebis,1984)
Keterangan :
Rk = Rentang keyakinan (mm/24 jam)
T (a) = fungsi a
Untuk a = 90%, t (a) = 1,64
Untuk a = 80%, t (a) = 1,2822
Untuk a = 68%, t (a) = 1,00
Se = Probability error (eror deviasi)
Dimana:
𝜎𝑅
𝑆𝑒 = 𝑏 ( )…………………………...……………………………..(2.17)
√𝑁
DRAINASE PERKOTAAN 26
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Secara sederhana fungsi kerapatan peluang Distribusi Log Pearson III adalah
sebagai berikut:
∑n ̅ )2
i=1(log xi − log x
Cs = (n−1)(n−2)s3
....................................................................................(2.20)
Keterangan :
Log XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-
tahunan
Log 𝑥̅ = nilai rata-rata
S = standar deviasi
CS = koefisien skewness
Untuk Harga Cs yang tidak ada pada tabel dapat dicari dengan menggunakan
interpolasi. Berikut tabel Harga K untuk metode Log Pearson Tipe III:
Tabel 2.7 Nilai K untuk Metode Log Person III
DRAINASE PERKOTAAN 27
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Hujan Harian Maksimum metode Log Pearson Tipe III dirumuskan sebagai berikut:
𝑅𝑇 = 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 𝑋𝑇 .................................................................................. (2.22)
DRAINASE PERKOTAAN 28
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Untuk mengolah data curah hujan menjadi intensitas curah hujan digunakan cara
statistik dari data pengamatan durasi hujan yang terjadi, apabila data untuk seiap data
curah hujan tidak ada, maka diperlukan pendekatan secara empiris dengan
berpedoman pada durasi 60 menit (1 jam) dan pada curah hujan maksimum yang terjadi
setiap tahun.
Cara lain yang lazim digunakan adalah dengan mengambil pola intensitas hujan di
kota lain yang mempunyai kondisi hampir sama. Metode yang biasa digunakan untuk
menghitung distribusi hujan dapat digunakan beberapa metode, yaitu:
A. Metode Van Breen
Metode Van Breen ini menganggap besarnya atau lamanya durasi hujan harian adalah
terpusat selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90% dari hujan selama 24 jam. Perhitungan
intensitas hujan ini menggunakan kurva Kota Jakarta sebagai kurva basis. Kurva basis dapat
memberikan kecenderungan bentuk kurva untuk daerah lain di Indonesia.
Pada metode ini intensitas hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
90% x R24
𝐼= ……………………………………………………………….(2.23)
4
Keterangan:
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Curah Hujan Harian Maksimum (mm/24 jam)
Untuk mendapatkan durasi intensitas digunakan lengkung Pekan Baru (lihat tabel 2.8)
Tabel 2.8 Intensitas Kota Pekan Baru
Intensitas Hujan Pekan Baru (mm/jam Untuk
Durasi
Periode Ulang Hujan (Tahun)
(menit) 2 5 10
60 38,0595 50,1487 58,1529
120 22,9886 28,4688 30,5974
180 20,385 24,2913 26,3375
240 7,5145 12,922 17,9584
300 10,3228 14,5051 16,363
360 7,6442 10,9522 12,685
Sumber: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/
Angka intensitas pada durasi 360 menit (7,6442; 10,9552; 12,685) adalah angka pembagi,
DRAINASE PERKOTAAN 29
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
sedang yang lainnya adalah angka pengali. Dengan membandingkan intensitas yang didapatkan
melalui Metode Van Breen dengan intensitas hujan kota Pekan Baru, maka intensitas hujan
pada durasi tertentu diperoleh, dengan rumus:
38.0595
I (x,y) = 𝑥 𝐼𝑥………………………………………………………………...(2.24)
7.6442
Keterangan :
Ix = Intensitas curah hujan pada PUH tertentu (mm/jam)
X = Periode Ulang Hujan dalam tahun (misal: 2,5,10)
Y = Durasi waktu dalam menit (misal: 60,120,180,..,360)
Dimana
1218𝑡+54
Ri = 𝑋𝑡 (𝑋𝑡(1−𝑡)+1272𝑡)………………………………………………………………(2.26)
11300𝑡 𝑋𝑖
R = √( 𝑡+3,12 ) (100)………………………………………………………………….(2.27)
Keterangan:
DRAINASE PERKOTAAN 30
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
R, Ri = Curah Hujan
A. Metode Talbot
Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Talbot dalam tahun 1881 dan disebut jenis Talbot.
Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan. Adapun rumus yang digunakan yaitu
sebagai berikut:
𝑎
𝐼 = 𝑡+𝑏……………………………………………………………………………..(2.29)
Keterangan :
a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan yang terjadi di suatu
wilayah
B. Metode Sherman
DRAINASE PERKOTAAN 31
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Sherman dalam tahun 1905 dan disebut jenis
Sherman. Rumus ini mungkin cock untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2
jam. Rumus yang digunakan (Suripin, 2003):
𝑎
𝐼 = 𝑡 𝑛 …………………………………………………………………………………(2.32)
Keterangan :
a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan yang terjadi di suatu
wilayah
C. Metode Ishiguro
Rumus ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro dalam tahun 1953. Rumus yang digunakan
sebagai berikut (Suripin, 2003):
𝑎
𝐼= ………………………………………………………………………………(2.35)
√𝑡+𝑏
Keterangan :
a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan yang terjadi di suatu
wilayah
DRAINASE PERKOTAAN 32
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 33
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 34
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 35
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
layanan terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai nilai C yang berbeda.
Harga C rata-rata dapat ditentukan dengan rumus berikut:
𝐶1.𝐴1+𝐶2.𝐴2+𝐶3.𝐴3+(… )
𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = …………………………………………….(2.38)
𝐴1+𝐴2+𝐴3+(… )
Keterangan :
A1,A2,A3,(…) = Luas daerah tata guna lahan pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan
kondisi permukaan
DRAINASE PERKOTAAN 36
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
0,15
Curam 7% 0,15 -
0,20
7 Halaman tanah berat
Datar 2% 0,13 -
0,17
Rata-rata 2 - 7% 0,18 -
0,22
Curam 7% 0,25 -
0,35
8 Halaman kereta api 0,1 -
0,35
9 Taman tempat bermain 0,2 -
0,35
10 Taman perkebunan 0,1 -
0,25
11 Hutan
Datar 0% - 5% 0,1 - 0,4
Bergelombang 5 - 10% 0,25 -
0,5
Berbukit 10 - 30% 0,3 - 0,6
Sumber : Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, 2004
Debit air hujan atau limpasan adalah volume air hujan per satuan
waktu yang tidak mengalami infiltrasi sehingga harus dialirkan melalui
saluran drainase. Debit air limpasan terdiri dari tiga komponen yaitu koefisien
run off (C), data intensitas curah hujan (I), dan catchment area (A).
𝑄 = 0,278. 𝐶. 𝐼. 𝐴.........................................................................................................(2.39)
Keterangan :
Q = Debit (m3/detik)
I =intensitas (mm/jam)
A = Luasan (km)
Dimana :
DRAINASE PERKOTAAN 37
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
100
𝐼 = 𝑇𝑐+50......................................................................................................................(2.40)
Keterangan:
DRAINASE PERKOTAAN 38
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Untuk daerah pengairan kecil dengan panjang tali air sampai 1000m
1
108.𝑛.(𝐿𝑜)3
𝑇𝑜 = 1 ………………………………………………………………………(2.43)
(𝑆𝑜)5
Dimana :
∆𝐻
𝑆𝑜 = ……………………………………………………………………………....(2.44)
𝐿𝑜
Keterangan :
DRAINASE PERKOTAAN 39
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 40
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Keterangan :
Td = Waktu Alir Debit Banjir
Ld = Panjang Saluran
Vd = Kecepatan di Aliran
Waktu alir di sistem drainase dihitung atau ditentukan menggunakan properti hidrolik
dan kecepatan aliran dalam tabel berikut:
DRAINASE PERKOTAAN 41
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Keterangan :
∆𝐻 = Beda tinggi
Penentuan dimensi saluran atau ukuran bangunan dilakukan berdasarkan rumus – rumus
pendekatan setepat mungkin sesuai dengan situasi / kondisi di lapangan. Di Indonesia, untuk
merancang sistem saluran tertutup ini dilakukan dengan pendekatan menggunakan cara
konvensional yaitu dengan menggunakan pendekatan terhadap saluran terbuka. Apabila
digunakan saluran yang ditanam dalam tanah, biasanya berbentuk bulat atau persegi maka
diasumsikan agar saluran tersebut penuh secukupnya dalam arti tidak tertekan sehingga masih
dapat digunakan persamaan saluran terbuka. Rumus Manning biasanya digunakan untuk
memperlihatkan kehilangan tekanan akibat geser dalam saluran tertutup.
Perencanaan sistem drainase air hujan di negara – negara yang sudah maju ada
kecenderungan pemakaian pipa dengan menggunakan prinsip aliran di saluran tertutup. Karena
cara ini menggunakan saluran tertutup sehingga alirannya tertekan. Keuntungannya dimensi
yang diperlukan dapat diperkecil terutama di daerah terjal. Untuk aliran tertekan, persamaan
Manning hanya diterapkan pada daerah yang benar – benar kasar. Oleh karena itu rumus
tersebut sering tidak dapat diterapkan untuk berbagai kasus aliran tertekan dan karenanya jarang
dipakai. Jika merancang untuk aliran tertekan, maka besar kehilangan energi di sumuran perlu
diperkirakan secara tepat, karena gejala tersebut sangat berarti pada situasi aliran tertekan.
DRAINASE PERKOTAAN 42
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
2. Perencanaan sistem drainase air hujan dinegara yang sudah maju ada kecenderungan
pemakaian pipa dengan menggunakan prinsip aliran di saluran tertutup, Karena cara ini
menggunakan saluran tertutup, sehingga alirannya tertekan. Keuntungannya dimensi
yang diperlukan dapat diperkecil terutama di daerah terjal.
3. Untuk aliran tertekan, persamaan Manning hanya diterapkan pada daerah yang betul
-betul kasar. Oleh karena itu rumus tersebut sering tidak bisa diterapkan untuk berbagai
kasus aliran tertekan dan karenanya jarang dipakai. Bila merancang untuk aliran yang
tertekan, maka besar kehilangan energi disumuran perlu diperkirakan secara tepat
karena gejala tersebut sangat berarti pada situasi aliran tertekan.
4. Kelancaran pengaliran air dari jalan ke dalam saluran draianse agar dilewatkan melalui
lubang pematus yang berdimensi dan berjarak penempatan tertentu.
5. Dimensi bangunan pelengkap seperti gorong-gorong, pintu air dan lubang pemeriksaan
agar ditentukan berdasarkan kriteria perancangan sesuai engan macam kota, daerah dan
macam saluran
Kecepatan maksimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar dari kecepatan
maksimum yang diijinkan sehingga tidak terjadi kerusakan.
Kecepatan minimum aliran agar ditentukan tidak lebih kecil dari kecepatan minimum
yang diijinkan sehingga tidak terjadi pengendapan dan pertumbuhan tanaman air.
DRAINASE PERKOTAAN 43
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
kondisi yang mungkin terjadi di lapangan akibat pemeliharaan saluran yang dapat
diharapkan. Jadi bukan kondisi saluran yang baru selesai dibangun atau dilaksanakan.
- Luas penampang aliran
Luas penampang hendaknya direncanakan sedemikian sehingga ada perbandingan yang
serasi antara lebar dan kedalaman. Khusus untuk daerah perkotaan, saluran dengan
kedalaman yang terlalu besar hendaknya harap dihindari
Pengaruh Arus Balik (Backwater)
Pengaruh arus balik perlu diketahui untuk melakukan estimasi perubahan kedalaman air
sepanjang saluran pada aliran tak beraturan serta profil permukaan air. Hal ini erat hubungannya
dengan perencanaan tinggi tanggul sungai/saluran. Sebagai contoh untuk mengestimasi
pengaruh air balik pada daerah hulu ketika dibangun jembatan atau gorong-gorong/pintu air
atau mengestimasi tinggi air di hilir karena pengaruh air pasang.
Metoda untuk menghitung pengaruh air balik adalah :
a) Direct Step
Metoda ini digunakan untuk saluran yang beraturan. Data yang diketahui adalah debit
aliran (Q), kemiringan dasar saluran (So) dan koefisien kekasaran Manning. Dengan diketahui
kedalaman air normal, dicari kedalaman air pada jarak yang akan dihitung
Metode ini digunakan untuk saluran – saluran yang tidak beraturan atau saluran alam.
Data yang diketahui adalah debit aliran (Q), kemiringan dasar saluran (So) dan koefisien
kekasaran Manning. Diperlukan data penampang melintang saluran pada jarak tertentu.
Perhitungan dilakukan dengan cara cobacoba, dengan mengasumsikan kedalaman air pada
jarak tertentu. Dihitung dahulu sampai diperoleh nilai yang tetap, baru melangkah pada jarak
tertentu berikutnya, sampai pada tempat yang ingin dihitung. Sedangkan untuk daerah
pesisir, efek dari kenaikan muka air di sebelah udik ini dapat didekati secara sederhana. Pada
daerah pesisir, perhitungan ini dibutuhkan antara lain untuk menganalisis efek pembendungan
muka air laut terhadap aliran di muara sungai/saluran.
DRAINASE PERKOTAAN 44
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
- Ukuran saluran
- Kecepatan aliran,
- Arah dan lengkung (belokan) saluran
- Debit banjir
- Pengaruh air balik dan gelombang permukaan akibat tekanan aliran angin.
Besarnya tinggi jagaan bervariasi antara 0,15 m sampai 1 m tetapi umumnya diambil
antara 0,3 – 0,6 m. Tinggi freeboard yang paling rendah ditentukan sebesar 10 cm di atas
permukaan air rencana untuk debit maksimum rencana (Qmaks)
Adapun berikut adalah beberapa macam jenis bentuk saluran drainase, antara lain:
A) Persegi
Bentuk empat persegi panjang digunakan jika debit besar dan saluran terbuka. Jika
kedalaman terbatas/kecil maka lebar saluran harus diperbesar. Saluran dibuat dari pasangan
batu atau beton bertulang. Untuk saluran yang lebar, bagian dasar saluran tidak diperkeras
tetapi berupa tanah. Pada dinding saluran dibuat lubanglubang darianse (wheep holes) yang
diberi lapisan ijuk dibagian belakang dinding.
DRAINASE PERKOTAAN 45
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
𝐴 = 𝑏. ℎ……………………………………………………………………………...(2.47)
𝑃 = 𝑏 + 2ℎ…………………………………………………………………………..(2.48)
𝐴
𝑅 = 𝑃…………………………………………………………………………………(2.49)
2
𝑣𝑛
𝑆 = [ 2 ] ……………………………………………………………………………..(2.50)
𝑅3
Keterangan:
B) Trapesium
Bentuk trapesium digunakan jika selokan terbuka dan tempat memungkinkan atau
cukup luas. Saluran diperkeras dengan pasangan batu muka atau beton tipis (tidak ada tekanan
tanah dari samping). Pada dinding saluran perlu diberi lubanglubang drainase (wheep holes)
untuk mengalirkan air tanah guna mengurangi tekanan air tanah. Dibelakang lubang-lubang
tersebut diberi lapisan ijuk untuk mencegah butiran tanah terbawa keluar yang dapat
menyebabkan terjadinya rongga-rongga di belakang dinding saluran sehingga saluran bisa retak
atau pecah.
DRAINASE PERKOTAAN 46
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
𝑏+2𝑧ℎ
ℎ√(𝑧 2 + 1) = …………………………………………………………………(2.51)
2
𝐴 = (𝑏 + 𝑧. ℎ)ℎ………………………………………………………………………(2.52)
𝑃 = 𝑏 + 2ℎ√(𝑧 2 + 1………………………………………………………………...(2.53)
𝐴
𝑅 = 𝑃………………………………………………………………………………....(2.54)
2
𝑣𝑛
𝑆 = [ 2 ] ……………………………………………………………………………..(2.55)
𝑅3
Keterangan :
DRAINASE PERKOTAAN 47
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
1 2 1:01
2 1,5 01:01,5
3 1 1:02
Bentuk segitiga atau setengah lingkaran digunakan jika debit kecil dan selokan terbuka.
Umumnya untuk menampung dan menyalurkan air hujan ditepi jalan dan dibuang ke saluran
yang lebih luas. Saluran diperkeras / diberi lapisan didnding dari pasangan batu muka atau
beton tipis untuk mencegah erosi, terutama jika kemiringan dasar saluran cukup besar.
Pelaksanaan perkerasan harus dari ujung bawah ke atas (dari hilir ke hulu) agar setiap sat ada
hujan, saluran sudah bisa berfungsi.
𝐴 = ℎ2 ………………………………………………………………………………..(2.56)
𝑃 = 2ℎ√2…………………………………………………………………………….(2.57)
1
𝑅 = ℎ√2…………………………………………………………………………….(2.58)
4
DRAINASE PERKOTAAN 48
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
𝑏 = 2ℎ………………………………………………………………………………..(2.59)
2
𝑣𝑛
𝑆 = [ 2 ] ……………………………………………………………………………..(2.60)
𝑅3
Keterangan :
1
𝐴 = 2 𝜋𝑑 2 …………………………………………………………………………….(2.61)
𝑃 = 𝜋𝑑……………………………………………………………………………….(2.62)
1
𝑅 = 2 𝑑……………………………………………………………………………….(2.63)
𝑏 = 2𝑑………………………………………………………………………………..(2.64)
DRAINASE PERKOTAAN 49
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
2
𝑣𝑛
𝑆 = [ 2 ] ……………………………………………………………………………..(2.65)
𝑅3
Keterangan:
Apabila mengukur elevasi titik yang dicari dari elevasi tertinggi, maka rumus yang
digunakan adalah :
𝑡𝑡−𝑡𝑟
𝑡𝑡 − ( ) 𝑥 𝑑𝑥………………………………………………………………(2.67)
𝑑𝑡
Keterangan :
tt = Kontur tertinggi
tr = Kontur terendah
DRAINASE PERKOTAAN 50
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
B. Slope Tanah
Setelah didapatkan debit aliran puncak dalam setiap sektor pelayanan kemudian
dikalikan suatu faktor sehingga didapatkan debit penuh, maka selanjutnya dilakukan
pendimensian pipa dengan menghitung kemiringan tanah, yang dihitung dengan
persamaan (H. E. Babbit, Sewerage and Sewage Treatment, 1969) :
𝐸1−𝐸2
𝑆𝑡 = ………………………………………………………………(2.68)
𝐿
a) Sambungan Persil
Merupakan sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang
terletak di tepi-tepi jalan. Sambungan ini dapat berupa saluran terbuka atau tertutup
dan dibuat terpisah dari saluran air buangan.
Dalam praktiknya, pertemuan saluran diusahakan mempunyai ketinggian yang sama
untuk mengurangi konstruksi yang berlebihan, yaitu dengan jalan optimasi kecepatan
untuk menghasilkan kemiringan yang diinginkan. Untuk mengurangi kehilangan
tekanan yang terlalu besar dan untuk kemanan konstruksi, maka dinding pertemuan
saluran dibuat tiak bersudut atau dibuat lengkung serta diperhalus. Untuk pertemuan
saluran yang berbeda jenis maupun bentuknya, maka digunakan bak yang berfungsi
sebagai bak pengumpul
b) Street Inlet
Street Inlet merupakan lubang di sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan menuju ke dalam
saluran. Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi jalan yang ada,
maka pada jenis penggunaan saluran terbuka tidak diperlukan street inlet karena
DRAINASE PERKOTAAN 51
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
ambang saluran yang ada merupakan bukaan yang bebas. Peletakan street inlet
mempunyai ketentuan-ketentuan, sebagai berikut :
1. Diletakkan pada tempat yang tidak memberikan gangguan lalu lintas jalan
maupun pejalan kaki.
2. Ditempatkan pada daerah yang rendah di mana limpasan air hujan menuju ke
arah tersebut.
3. Air yang masuk melalui street inlet harus secepatnya mengalir ke dalam saluran.
4. Jumlah street inlet harus cukup untuk dapat menangkap limpasan air hujan pada
jalan yang bersangkutan.
Profil hidrolis adalah faktor yang penting demi terjadinya proses pengaliran air.
Profil ini tergantung dari energi tekan/head tekan (dalam tinggi kolom air) yang tersedia
bagi pengaliran. Head ini dapat disediakan oleh beda elevasi (tinggi ke rendah) sehingga
air pun akan mengalir secara gravitasi. Jika tidak terdapat beda elevasi yang memadai,
maka perlu diberikan head tambahan dari luar, yaitu dengan menggunakan pompa.
DRAINASE PERKOTAAN 52
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
BAB III
DAERAH PERENCANAAN
Lokasi Kabupaten Gresik terletak di sebelah Barat Laut Kota Surabaya yang
merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah 1.191,25 km2. Secara
administratif, Kabupaten Gresik terbagi menjadi 18 Kecamatan terdiri dari 330 Desa dan
26 Kelurahan. Sedangkan secara geografis, wilayah Kabupaten Gresik terletak antara
112⁰ sampai 113⁰ Bujur Timur dan 7⁰ sampai 8⁰ Lintang Selatan merupakan dataran
rendah dengan ketinggian 2 sampai 12 meter di atas permukaan air laut kecuali
Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter diatas permukaan air laut.
DRAINASE PERKOTAAN 53
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Kecamatan Panceng memiliki letak geografis dengan luas wilayah 62,59 Km2.
Dengan ketinggian daaerah adalah ± 3 meter di atas permukaan laut.
DRAINASE PERKOTAAN 54
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 55
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Kecamatan Sidayu memiliki letak geografis dengan luas wilayah 47,13 Km2.
Dengan ketinggian daaerah adalah ± 7 meter di atas permukaan laut.
DRAINASE PERKOTAAN 56
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
1. Pendidikan
TK, SD, SMP, SMA, SMK, Perguruan Tinggi, Pondok Pesantren.
2. Peribadatan
DRAINASE PERKOTAAN 57
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Tabel 3.1 Data Fasilitas Sekolah Dan Peribadatan Di Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan
Sidayu, Dan Kecamatan Panceng Tahun 2015
Tabel 3.2 Data Fasilitas Kesehatan Dan Komersial Di Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan
Sidayu, Dan Kecamatan Panceng Tahun 2015
DRAINASE PERKOTAAN 58
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Sumber data: Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik
Tahun 2016
DRAINASE PERKOTAAN 59
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
BAB IV
DRAINASE PERKOTAAN 60
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
STASIUN
TAHUN
E G K
Pengujian konsistensi data hujan pada masing-masing stasiun dilakukan dengan cara
membandingkan akumulasi data hujan stasiun satu dengan akumulasi rata-rata data hujan
stasiun pembanding lainnya
Pada Perencanaan kali ini stasiun yang akan dilakukan uji konsistensi ada 3 stasiun
yaitu stasiun E, G, dan K, adapun untuk data curah hujan seperti yang ada di (tabel 4.1).
Dikatakan konsistensi apabila nilai R2 mendekati 1.
DRAINASE PERKOTAAN 61
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
= 149 mm
Kolom III = Akumulasi Rata-Rata Curah Hujan Stasiun G dan K
= 160 + 149 = 309 mm
Kolom IV = Curah Hujan Stasiun E = 95 mm
DRAINASE PERKOTAAN 62
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
= 95 + 121
= 216 mm
Adapun hasil dari perhitungan Tabel 4.2 diplotkan kedalam grafik hubungan antara
akumulasi curah hujan rata-rata stasiun E dengan akumulasi curah hujan rata-rata stasiun
G dan K adalah sebagai berikut:
Dari Gambar 4.1 uji konsistensi pada stasiun A menunjukkan bahwa diperoleh nilai
R2 sebesar 0,995. maka stasiun A memiliki curah hujan yang konsistensi.
Akumulasi
curah hujan Curah hujan Akumulasi
Curah hujan rata-rata
Tahun rata-rata stasiun g curah hujan
stasiun e,k (mm)
stasiun e,k (mm) stasiun g (mm)
(mm)
1998 161 161 119 119
1999 141 302 110 229
2000 150 452 213 442
2001 219 671 119 561
2002 165 836 163 724
DRAINASE PERKOTAAN 63
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Akumulasi
curah hujan Curah hujan Akumulasi
Curah hujan rata-rata
Tahun rata-rata stasiun g curah hujan
stasiun e,k (mm)
stasiun e,k (mm) stasiun g (mm)
(mm)
2003 172 1008 196 920
2004 151 1158 106 1026
2005 173 1331 99 1125
2006 162 1493 145 1270
2007 147 1640 243 1513
2008 143 1782 125 1638
2009 150 1932 218 1856
2010 147 2079 134 1990
2011 175 2253 157 2147
2012 136 2389 137 2284
2013 162 2550 228 2512
2014 173 2723 186 2698
2015 150 2872 145 2843
2016 168 3040 133 2976
2017 154 3194 94 3070
2018 166 3360 210 3280
(Sumber : hasil perhitungan)
Adapun hasil dari perhitungan Tabel 4.2 diplotkan kedalam grafik hubungan antara
akumulasi curah hujan rata-rata stasiun G dengan akumulasi curah hujan rata-rata stasiun E dan
K adalah sebagai berikut:
DRAINASE PERKOTAAN 64
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
4000
y = 159,88x - 81,429
3500 Akumulasi Curah
R² = 0,9984
Hujan Stasiun E & K
3000
2500
Akumulasi Curah
2000 Hujan Stasiun g
1500
1000
Linear (Akumulasi
500 Curah Hujan Stasiun
g)
0
Dari Gambar 4.1 uji konsistensi pada stasiun A menunjukkan bahwa diperoleh nilai
R2 sebesar 0,9984. maka stasiun G memiliki curah hujan yang konsistensi.
DRAINASE PERKOTAAN 65
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Adapun hasil dari perhitungan Tabel 4.2 diplotkan kedalam grafik hubungan antara
akumulasi curah hujan rata-rata stasiun G dengan akumulasi curah hujan rata-rata stasiun
E dan K adalah sebagai berikut:
500
0
Dari Gambar 4.1 uji konsistensi pada stasiun A menunjukkan bahwa diperoleh nilai R2
sebesar 0,9991. maka stasiun K memiliki curah hujan yang konsistensi.
Suatu data dikatakan homogen apabila titik H (n,Tr) berada dalam range pada
grafik homogenitas.
DRAINASE PERKOTAAN 66
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
18 − 10 𝑆18 − 0,9496
=
20 − 10 1,0628 − 0,9496
𝑆18 = 1,0402
d) Reduced Mean (Yn) pada n 21 tahun diperoleh dari hasil perhitungan interpolasi,
Y18 = 0,525 (Lihat Tabel 2.3 Reduce Mean (Yn)
Cara interpolasi nilai pada n = 18 (dengan, nilai x = 18; x1 = 10 ; x2 = 20 ; y1 =
0,4952 ; y2 = 0,5236
𝑋−𝑋1 𝑌−𝑌1
Maka, = 𝑌2−𝑌1
𝑋2−𝑋1
18 − 10 𝑌18 − 0,4952
=
20 − 10 0,5236 − 0,4952
𝑌18 = 0,5179
Tabel 4.5 Uji Homogenitas Stasiun E
DRAINASE PERKOTAAN 67
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
̅ = ∑R
R n
= 155.39 mm/jam
̅ = Rrangking 1 − R
Ri − R ̅ = 290 mm/jam – 155.39 mm/jam
= 134.61 mm/jam
̅ )2 = 134.612
(Ri − R = 18120.1512 mm/jam
∑(𝑅𝑖 − 𝑅)2
𝜎𝑅 = √
𝑛−1
37778.2778
𝜎𝑅 = √
18 − 1
𝜎𝑅 = 47,14076
1 𝜎𝑅
b. =
𝛼 𝑆18
DRAINASE PERKOTAAN 68
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
1 47,14076
=
𝛼 1,0402
1
= 45,3189
𝛼
c. Kemudian hitung m dengan rumus:
1
m = R − Yn
a
= 131,9193
𝑅 = 131,9193 + 45,3189𝑌
Bila Y1 = 0,
= 131,9193
Bila Y2 = 3,
= 267,876
e. Kemudian y1 dan y2 diplot pada “Grafik Gumbel” yang menggunakan skala log,
kemudian kedua titik dihubungkan sehingga didapat sebuah garis. Lalu dari garis tersebut
didapatkan nilai:
DRAINASE PERKOTAAN 69
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
=
Gambar 4.4 Pengeplotan nilai y1 dan y2 pada Gumbel’s Probability Paper
R10 = 238 mm
Tr = 2,3
f. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas pada Homogenity Test Graph
R10 238
Ordinat: RH = x Tr = 155.39 x 2.3 = 3.523
𝑅
Pada koordinat titik homogenitas (H) didapatkan nilai (x;y) = (21;3,7). Titik H diplot
pada grafik (Gambar 4.5), sehingga menunjukkan bahwa titik H berada di dalam Grafik
Homogenitas, sehingga data curah hujan stasiun E adalah homogen. Berikut adalah grafik
homogenitas dari stasiun E:
DRAINASE PERKOTAAN 70
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Suatu data dikatakan homogen apabila titik H (n,Tr) berada dalam range pada
grafik homogenitas.
DRAINASE PERKOTAAN 71
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Σ(Ri−R)²
σR = √ n−1
40703.684
=√ 19−1
= 47.5533
b. Untuk n = 19 (jumlah tahun) dari Table of Reduced Mean (Yn) and Reduced Standard
Deviation (Sn) didapat:
S19 = 1.0515
DRAINASE PERKOTAAN 72
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Y19 = 0.5208
1 𝑆𝑟 47.5533
c. = 𝑆19 =
𝑎 1.0515
= 45.2243
d. Kemudian hitung m dengan rumus:
1
m = R − Yn
a
= 135.1842
𝑅 = 135.1842 + 45.2243𝑌
Bila Y1 = 0,
= 135,1842
Bila Y2 = 3,
= 270,8571
f. Kemudian y1 dan y2 diplot pada “Grafik Gumbel” yang menggunakan skala log,
kemudian kedua titik dihubungkan sehingga didapat sebuah garis. Lalu dari garis
tersebut didapatkan nilai:
DRAINASE PERKOTAAN 73
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
R10 245
Ordinat: RH = x Tr = x 2.3 = 3,626
𝑅 155.39
Pada koordinat titik homogenitas (E) didapatkan nilai (x;y) = (19;3,626). Titik H diplot
pada grafik (Gambar 4.7), sehingga menunjukkan bahwa titik H berada di dalam Grafik
Homogenitas, sehingga data curah hujan stasiun E adalah homogen. Berikut adalah grafik
homogenitas dari stasiun E:
DRAINASE PERKOTAAN 74
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Suatu data dikatakan homogen apabila titik H (n,Tr) berada dalam range pada
grafik homogenitas.
DRAINASE PERKOTAAN 75
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Σ(Ri−R)²
σR = √ n−1
12899.11
=√ 18−1
= 27.545
b. Untuk n = 18 (jumlah tahun) dari Table of Reduced Mean (Yn) and Reduced Standard
Deviation (Sn) didapat:
𝑆18 = 1,0402
Y18 = 0,5179
1 𝑆𝑟 27.545
c. = 𝑆18 = 1.0402
𝑎
= 26.4805
d. Kemudian hitung m dengan rumus:
DRAINASE PERKOTAAN 76
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
1
m = R − Yn
a
𝑅 = 151.5077 + 26.4805𝑌
Bila Y1 = 0,
= 151.5077
Bila Y2 = 3,
= 230.9492
f. Kemudian y1 dan y2 diplot pada “Grafik Gumbel” yang menggunakan skala log,
kemudian kedua titik dihubungkan sehingga didapat sebuah garis. Lalu dari garis
tersebut didapatkan nilai:
DRAINASE PERKOTAAN 77
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
R10 = 221 mm
Tr = 2,3
h. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas pada Homogenity Test Graph
R10 221
Ordinat: RH = x Tr = 155.39 x 2.3 = 3,271
𝑅
Pada koordinat titik homogenitas (H) didapatkan nilai (x;y) = (18;3,271). Titik H
diplot pada grafik (Gambar 4.7), sehingga menunjukkan bahwa titik K berada di dalam
Grafik Homogenitas, sehingga data curah hujan stasiun K adalah homogen. Berikut adalah
grafik homogenitas dari stasiun K:
Perhitungan curah hujan rata-rata daerah ini menggunakan metode Polygon Thiessen,
hal ini dikarenakan metode ini sangat mudah dan sederhana, Untuk menghitung curah
hujan rata-rata daerah dengan menggunakan metode Thiessen, harus dihitung dahulu luas
pengaruh tiap stasiun pengamat hujan (peta terlampir).
Sebelum menghitung curah hujan rata-rata dari ketiga stasiun pengamat hujan, maka
terlebih dahulu perlu dihitung luas catchment area dari masing-masing stasiun pengamat
hujan, Pada metode Thiessen ini, faktor pengaruh daerah yang diwakili oleh stasiun
DRAINASE PERKOTAAN 78
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
pengamat hujan merupakan hal yang penting dalam menghitung curah hujan rata-rata,
Faktor pengruh daerah tersebut biasanya disebut dengan faktor pembobot (koefisien
thiessen). Besarnya faktor pembobot tergantung dari luas daerah pengaruh (stasiun
pengamat) yang dibatasi oleh poligon-poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-
tengah garis penghubung antara dua stasiun.
Berikut adalah kriteria perencanaan yang dipakai dalam perhitungan Curah hujan
rata-rata kecamatan Pedurungan :
a. Menggunakan metode theissen polygon.
Stasiun G 9191,85913
Stasiun K 6642,034993
Jumlah 21821,07764
DRAINASE PERKOTAAN 79
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 80
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Contoh Perhitungan :
= 121 x 5987,1835
= 72.449,2052 mm/ha
= 119 x 9.191,85913
= 1.093.831,236 mm/ha
= 201 x 6.642
= 1.335.049,034 mm/ha
72.449,2052+1.093.831,236+1.335.049,034
= 21821,07764
= 144,5084211
Kolom XIII = 190,5776592 (Ri → urutan R rata-rata dari nilai tertinggi sampai
terendah)
DRAINASE PERKOTAAN 81
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Tabel 4.11 Data curah hujan rata-rata bentuk logaritma untuk Metode Gumbel
NO Ri Ri - Ṝ (Ri - Ṝ)2
I II III IV
1 190,5777 31,9725 1.022,2409
2 188,0690 29,4639 868,1194
3 183,6041 24,9990 624,9494
4 181,7153 23,1101 534,0781
5 180,2947 21,6896 470,4368
DRAINASE PERKOTAAN 82
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
NO Ri Ri - Ṝ (Ri - Ṝ)2
6 178,0817 19,4765 379,3347
7 176,7781 18,1729 330,2541
8 174,7455 16,1404 260,5114
9 167,1133 8,5082 72,3891
10 165,0878 6,4827 42,0251
11 155,3148 - 3,2903 10,8262
12 153,4067 - 5,1984 27,0236
13 146,2690 - 12,3362 152,1812
14 144,2084 - 14,3968 207,2666
15 142,1798 - 16,4254 269,7924
16 141,2282 - 17,3770 301,9586
17 136,7639 - 21,8413 477,0405
18 136,1469 - 22,4583 504,3733
19 132,1301 - 26,4751 700,9287
20 129,3221 - 29,2831 857,4974
21 127,6711 - 30,9341 956,9156
Jumlah 3.330,7083 9.070,1431
Rata2 158,6052
Sumber: Perhitungan 2018
∑(𝑅𝑖 − 𝑅̅ )
𝜎𝑅 = √
(𝑁 − 1)
9.070,1431
𝜎𝑅 = √
(21 − 1)
𝜎𝑅 = 21,2957
2. Menentukan curah hujan harian maksimum dihitung dengan menggunakan rumus
DRAINASE PERKOTAAN 83
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
𝜎𝑅
𝑅𝑇 = 𝑅̅ + ( ) (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛)
𝜎𝑁
𝑅2 = 155,4466 mm
Keterangan: Untuk R5 dan R10 perhitungan sama dengan cara untuk mencari R2
hanya saja pada R5 nilai Yt menggunakan periode 5 tahun dan R10 nilai Yt
menggunakan periode 10tahun.
PUH R HMM
Yt K b Se Rk (±)
(Tahun) (mm) (mm)
-
2 0,3665 155,4466 - - - 155,4466 ± 0
0,1483
178,0514 ±
5 1,4999 178,0514 0,9132 1,7619 8,1878 13,4280
13,42798
193,01563 ±
10 2,2502 193,0156 1,6158 2,4439 11,3570 18,6255
18,62555
DRAINASE PERKOTAAN 84
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Kolom IV = k
𝑌𝑡−𝑌𝑛
= 𝜎𝑁
1,4999−0,5249
= 1,0678
=0,9132
Kolom V =b
= √1 + 1,3(0,9132) + 1,1(0,9132)2
=1,7619
Kolom VI = Se
𝜎𝑅
=𝑏 ( )
√𝑁
21,2957
=1,7619 ( )
√21
=8,1878
Kolom VII = Rk
=±𝑡𝑎 x 𝑆𝑒
=±1,64 x 8,1878
=±13,428
Kolom VIII = HHM = 178,0514 ± 13,42798
Batas atas = 178,0514 + 13,42798 = 191,4794 mm
Batas bawah = 178,0514 - 13,42798 = 164.6234 mm
DRAINASE PERKOTAAN 85
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Xi =
NO Ri Xi - Ẍ (Xi - Ẍ)2 (Xi - Ẍ)3
Log Ri
I II III IV V VI
1 190,5777 2,2801 0,0836 0,0070 0,0006
2 188,0690 2,2743 0,0778 0,0060 0,0005
3 183,6041 2,2639 0,0673 0,0045 0,0003
4 181,7153 2,2594 0,0628 0,0039 0,0002
5 180,2947 2,2560 0,0594 0,0035 0,0002
6 178,0817 2,2506 0,0541 0,0029 0,0002
7 176,7781 2,2474 0,0509 0,0026 0,0001
8 174,7455 2,2424 0,0459 0,0021 0,0001
9 167,1133 2,2230 0,0265 0,0007 0,0000
10 165,0878 2,2177 0,0212 0,0004 0,0000
11 155,3148 2,1912 -0,0053 0,0000 0,0000
12 153,4067 2,1858 -0,0107 0,0001 0,0000
13 146,2690 2,1652 -0,0314 0,0010 0,0000
14 144,2084 2,1590 -0,0376 0,0014 -0,0001
15 142,1798 2,1528 -0,0437 0,0019 -0,0001
16 141,2282 2,1499 -0,0466 0,0022 -0,0001
17 136,7639 2,1360 -0,0606 0,0037 -0,0002
18 136,1469 2,1340 -0,0625 0,0039 -0,0002
19 132,1301 2,1210 -0,0755 0,0057 -0,0004
20 129,3221 2,1117 -0,0849 0,0072 -0,0006
21 127,6711 2,1061 -0,0905 0,0082 -0,0007
Jumlah 3330,7083 46,1275 0,0000 0,0691 -0,0003
Rata2 158,6052 2,1965
Sumber: data perhitungan 2018
DRAINASE PERKOTAAN 86
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
= 190,5777 mm
Kolom III = Xi
= log Ri
= log 190,5777
= 2,2801
Kolom IV = Ẍ (rata-rata)
∑ 𝑋𝑖
= 𝑛
46,1275
= =2,1965
21
Sehingga, = (Xi - Ẍ)
= 2,2801- 2,1965
= 0,0836
2
Kolom V = (𝑋𝑖 − 𝑋̈) = 0,08362
= 0,0070
3
Kolom VI = (𝑋𝑖 − 𝑋̈) = 0,08363
= 0,0006
Kemudian setelah mendapatkan perhitungan logaritma dari Tabel 4.13 selanjutnya
dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Menentukan standar deviasi (σR):
∑(𝑋𝑖 − 𝑋̈)2
𝜎𝑥 = √
(𝑛 − 1)
∑(𝑋𝑖 − 𝑋̈)2
𝜎𝑥 = √
(𝑛 − 1)
0,0691
𝜎𝑥 = √
(20 − 1)
𝜎𝑥 = 0,0588
2. Menentukan nilai Cs
n. ∑(log xi − log x̅)3
Cs =
(n − 1)(n − 2)σx 3
DRAINASE PERKOTAAN 87
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
21. −0,0003
Cs =
(21 − 1)(21 − 2)0,05883
Cs = −0,0787
3. Menentukan nilai Factors K, melalui interpolasi dengan nilai Cs = - 0,0787 maka
diperoleh Kx pada masing-masing PUH, seperti berikut
DRAINASE PERKOTAAN 88
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
PUH HMM I
Tahun (mm/24jam) (mm/jam)
2 155,4454 34,97522501
5 178,0114 40,05256686
10 192,9499 43,41371878
Sumber: Perhitungan 2018
= 2 Tahun
= 155,4454 mm/jam
𝟗𝟎% 𝒙 𝑹𝟐𝟒
𝐼= 𝟒
𝟗𝟎% 𝒙 𝟏𝟓𝟓,𝟒𝟓𝟓𝟒
𝐼=
𝟒
𝐼 = 34,97522501
DRAINASE PERKOTAAN 89
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Angka intensitas pada durasi 360 menit (7,6442; 10,9552; 12,685) adalah angka
pembagi, sedang yang lainnya adalah angka pengali. Dengan membandingkan intensitas
yang didapatkan melalui Metode Van Breen dengan intensitas hujan kota Pekan Baru ,
maka intensitas hujan pada durasi tertentu diperoleh dengan melihat contoh perhitungan
berikut :
= 60 menit
38,0595 mm
𝐼= {34,97522501} = 174,137199
7,6442 jam
DRAINASE PERKOTAAN 90
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
50,1487
𝐼= {40,05256686}
10,9522
mm
𝐼 = 183,3954968 jam
58,1529 mm
𝐼= {43,41371878} = 199,02512
12,685 jam
Menurut Tabel 4. 16 Tabel Lengkung Hujan Kota Pekan Baru dapat dilihat durasi
yang diketahui dari tabel tersebut mulai dari 1 jam dan yang terlama yaitu 6 jam. Hal itu
masuk dalam rentang 1 ≤ t ≤ 24 yang ada pada metode hasper. Sehingga didapatkan nilai
intensitas hujan metode HasperWeduwen sebagai berikut :
Durasi INTENSITAS
menit jam 2 5 10
60 1 81,4083 93,0008 100,805
120 2 51,6377 59,0188 63,9716
180 3 38,5639 44,0902 47,7902
240 4 30,9633 35,4085 38,38
300 5 25,9331 29,6613 32,1504
360 6 22,338 25,5528 27,6971
(Sumber: Perhitungan 2018)
DRAINASE PERKOTAAN 91
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
= 60 menit
𝑅
𝐼= 𝑇
11300𝑡 𝑋𝑖
√( )( )
𝑡+3,12 100
I= 𝑇
11300.1 155,4454
√( 1+3,12 )( 100
)
I= 1
I = 81,4083 mm/jam
𝑅
𝐼= 𝑇
11300𝑡 𝑋𝑖
√( )( )
𝑡+3,12 100
I= 𝑇
11300.1 178,0114
√( 1+3,12 )( 100
)
I= 1
I = 93,0008 mm/jam
𝑅
𝐼= 𝑇
11300𝑡 𝑋𝑖
√( )( )
𝑡+3,12 100
I= 𝑇
11300.1 192,9499
√( 1+3,12 )( 100
)
I= 1
I = 100,805 mm/jam
DRAINASE PERKOTAAN 92
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
PERBANDINGAN
INTENSITAS PUH 2 TAHUN
van breen hasper
200
INTENSITAS
150
100
50
0
60 120 180 240 300 360
DURASI (MENIT)
PERBANDINGAN
INTENSITAS PUH 5 TAHUN
VAN BREEN HASPER
200
INTENSITAS
150
100
50
0
60 120 180 240 300 360
DURASI (MENIT)
DRAINASE PERKOTAAN 93
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
400 PERBANDINGAN
INTENSITAS PUH 10
INTENSITAS
TAHUN
200
VAN BREEN HASPER
0
60 120 180 240 300 360
DURASI (MENIT)
Pada grafik kurva IDF masing-masing PUH seperti yang terlihat pada (Gambar
4.10;4.11;4.12) menunujukkan bahwa garis merah adalah metode Hasper Weduwen dan yang
biru adalah Van Breen. Pada garis merah yaitu Hasper Weduwen memiliki garis lebih landai
daripada garis biru Van Breen, maka dapat disimpulkan bahwa metode yang kami gunakan
adalah Hasper weduwen.
DRAINASE PERKOTAAN 94
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
T
I LOG LOG I x (LOG
(MENIT IxT I2 I2 x T LOG T T0,5 I x T0,5 I2 x T0,5
(MM/JAM) I LOG T T)2
)
60 81,408 4884,497 6627,309 397638,545 1,778 1,911 3,397 3,162 7,746 630,586 51334,915
120 51,638 6196,529 2666,456 319974,767 2,079 1,713 3,562 4,323 10,954 565,663 29209,566
180 38,564 6941,501 1487,174 267691,308 2,255 1,586 3,577 5,086 13,416 517,389 19952,532
240 30,963 7431,192 958,726 230094,214 2,380 1,491 3,549 5,665 15,492 479,681 14852,518
300 25,933 7779,926 672,525 201757,488 2,477 1,414 3,502 6,136 17,321 449,174 11648,474
360 22,338 8041,678 498,986 179634,957 2,556 1,349 3,449 6,535 18,974 423,834 9467,594
JUMLAH 250,844 41275,323 12911,176 1596791,279 13,526 9,464 21,036 30,907 83,903 3066,327 136465,599
(Sumber: Perhitungan 2018)
DRAINASE PERKOTAAN 95
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
T I LOG I x (LOG
IxT I2 I2 x T LOG T LOG I T0,5 I x T0,5 I2 x T0,5
(MENIT) (MM/JAM) LOG T T)2
60 100,805 6048,320 10161,716 609702,947 1,778 2,003 3,562 3,162 7,746 780,835 78712,312
120 63,972 7676,591 4092,364 491083,696 2,079 1,806 3,755 4,323 10,954 700,774 44829,603
180 47,790 8602,237 2283,904 411102,638 2,255 1,679 3,787 5,086 13,416 641,173 30641,781
240 38,380 9211,192 1473,022 353525,238 2,380 1,584 3,771 5,665 15,492 594,580 22819,956
300 32,150 9645,122 1033,649 310094,619 2,477 1,507 3,733 6,136 17,321 556,861 17903,321
360 27,697 9970,971 767,132 276167,418 2,556 1,442 3,687 6,535 18,974 525,516 14555,301
JUMLAH 310,795 51154,433 19811,786 2451676,556 13,526 10,023 22,296 30,907 83,903 3799,739 209462,275
(Sumber: Perhitungan 2018)
METODE
PUH TALBOT SHERMAN ISTIGHURO
A B A N A B
2 9101,01837 53,14367 3,20353 0,72138 2722,04094 -3,41187
5 10415,11881 53,34843 3,26001 0,72064 3117,56977 -3,40413
10 11289,14011 53,34843 3,29501 0,72064 3379,19160 -3,40413
Sumber : Perhitungan 2018
DRAINASE PERKOTAAN 96
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
(41275,323𝑥12911,1763)−(1596791,279𝑥250,844)
𝑎= 6(12911,176)− (12911,176)
𝑎 = 9101,01837
(250,844𝑥41275,323)−6(1596791,279)
𝑏= 6(12911,176)− (12911,176)
𝑏 = 53,14367
(9,464𝑥30,907)−(21,036𝑥13,526)
log 𝑎 = 6(30,907)−(30,907)
log 𝑎 = 3,20353
(9,464𝑥13,526)−6(21,036)
𝑛= 6(30,907)−(30,907)
𝑛 = 0,72138
(3066,327𝑥12911,176)−(136465,599𝑥250,844)
𝑎= 6(12911,176)−(12911,176)
DRAINASE PERKOTAAN 97
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
𝑎 =2722,04094
(250,844𝑥3066,327)−6(136465,599)
𝑏= 6(12911,176)−(12911,176)
𝑏 = −3,41187
Kemudian setelah didapatkan masing-masing nilai koefisien a,b, dan n pada tiaptiap
metode, masukkan koefisien tersebut kedalam rumus intensitas hujan metode Talbot,
Sherman, dan Ishiguro. Kemudian buatlah perbandingan kesesuaian rumus intensias hujan
antara metode Van Breen dengan metode Talbot, Sherman, dan Ishiguro, untuk
perbandingan dilakukan pada setiap PUH, seperti pada Tabel 4.23, 4.24, 4.25 dibawah ini:
Tabel 4.23 Tabel Perbandingan Metode Talbot,Sherman dan Ishiguro PUH 2 Tahun
Tabel 4.24 Tabel Perbandingan Metode Talbot,Sherman dan Ishiguro PUH 5 Tahun
DRAINASE PERKOTAAN 98
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Tabel 4.25 Tabel Perbandingan Metode Talbot,Sherman dan Ishiguro PUH 10 Tahun
Kolom I = Durasi
= 60 menit
= 100,805 mm/jam
11289,14011
𝐼=
60 + 53,34843
𝐼 = 99,597 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
DRAINASE PERKOTAAN 99
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
𝑎
𝐼 = 𝑡𝑛
3,20353
𝐼 = 600,72064 = 5E-48 mm/jam
3379,19160
𝐼= = 195,041mm/jam
√60+(−3,40413)
Dari ketiga metode tersebut dapat diketahui dari hasil ∆I dikurangi dengan I
masing-masing metode dapat diketahui ∆(I-I Talbot) memiliki nilai mendekati 0 sehingga
perencanaan ini menggunakan intensitas metode Talbot.
DRAINASE PERKOTAAN 10
0
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Luas Luas
Keterangan Luas Blok Kumulatif
Jaringan Blok Saluran Kelurahan Pelayanan pelayanan % Luas C C Rata - rata Kumulatif Cr
TGL (km²) %Luas
(m²) (km²)
DRAINASE PERKOTAAN 10
1
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Luas Luas
Keterangan Luas Blok Kumulatif
Jaringan Blok Saluran Kelurahan Pelayanan pelayanan % Luas C C Rata - rata Kumulatif Cr
TGL (km²) %Luas
(m²) (km²)
43 Petung Perkebunan 9439051 9,43905 29,950 0,22 0,0659
10 Pantenan sawah 666519 0,66652 2,115 0,22 0,0047
11 Surowiti sawah 1152313 1,15231 3,656 0,22 0,0080
12 Surowiti Pemukiman 305269 0,30527 0,969 0,60 0,0058
13 Surowiti Sawah 2153644 2,15364 13,000 0,22 0,0286
14 Sumurber sawah 1666921 1,66692 5,289 0,22 0,0116
Sumurber sawah 1224040 1,22404 3,884 0,22 0,0085
40 wotan perkebunan 1224040 1,22404 3,884 0,22 0,0085
hotikultura 1590766 1,59077 5,047 0,22 0,0111
42 wotan sawah 983871 0,98387 3,122 0,22 0,0069
hutan
Campur rejo 886492 0,88649 2,813 0,22 0,0062
27 produksi
sawah 1591140 1,59114 5,049 0,22 0,0111
pemukiman 335796 0,33580 0,721 0,60 0,0043
DRAINASE PERKOTAAN 10
2
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Luas Luas
Keterangan Luas Blok Kumulatif
Jaringan Blok Saluran Kelurahan Pelayanan pelayanan % Luas C C Rata - rata Kumulatif Cr
TGL (km²) %Luas
(m²) (km²)
daerah
karang rejo 408016 0,40802 0,876 0,75 0,0066
15 perdagangan
industri 2478229 2,47823 5,319 0,80 0,0425
16 Kebon agung Industri 519594 0,51959 1,115 0,80 0,0089
17 Kebon agung sawah 3302188 3,30219 7,087 0,22 0,0156
39 bolo industri 998738 0,99874 2,143 0,80 0,0171
45 ngemboh sawah 13794176 13,79418 29,604 0,22 0,0651
pangkah kulon perdagangan 749916 0,74992 0,986 0,75 0,0074
23 sawah 1857627 1,85763 2,444 0,22 0,0054
holtikultura 1241711 1,24171 1,633 0,22 0,0036
4 22 tanjangawan holtikultura 1936862 1,93686 76,02120 2,548 13 0,22 0,0056 0,0330
sambi pondok sawah 915358 0,91536 1,204 0,22 0,0026
18
holtikultura 1528261 1,52826 2,010 0,22 0,0044
24 randuboto tambak 1370817 1,37082 1,803 0,22 0,0040
20 sidomulyo sawah 2555342 2,55534 7,071 0,22 0,0156
19 sedagaran Pemukiman 806768 0,80677 2,232 0,60 0,0134
21 racitengah Pemukiman 3829694 3,82969 10,597 0,60 0,0636
5 36,13773 40 0,2183
racikulon Pemukiman 3080214 3,08021 8,524 0,60 0,0511
46 purwodadi Pemukiman 2782597 2,78260 7,700 0,60 0,0462
pengulu perdagangan 1370656 1,37066 3,793 0,75 0,0284
(Sumber : hasil perhitugan)
DRAINASE PERKOTAAN 10
3
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
PANJANG
SALURAN SALURAN
1 555,5509
2 1293,9114
3 592,9511
4 1327,8631
5 406,059
6 2258,3264
7 1468,3277
8 1565,5259
9 2446,3922
10 1229,1207
11 593,6332
DRAINASE PERKOTAAN 10
4
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
PANJANG
SALURAN SALURAN
12 658,8218
13 2847,3311
14 2558,9016
15 2125,2978
16 1828,6668
17 522,6423
18 3842,1955
19 972,0179
20 3097,5336
21 3292,5122
22 538,3126
23 4581,0545
24 2444,0675
25 563,4539
26 464,3397
27 1422,9465
28 586,1839
29 1446,5119
30 3064,4171
31 2896,3682
32 1518,2609
33 1524,4126
34 878,203
35 1535,337
36 2312,2323
37 1711,7301
38 960,678
39 3926,2345
40 4202,9434
41 705,4649
42 491,6891
43 3157,213
44 2694,516
45 5267,5328
46 2757,3438
47 1179,5396
48 406,9917
(Sumber : dari auto cadd)
DRAINASE PERKOTAAN 10
5
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
BAB V
PERENCANAAN SISTEM DRAINASE
DRAINASE PERKOTAAN 10
6
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 10
7
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 10
8
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Kolom 7 (beda elevasi) (H0) : elevasi limpasan tinggi – elevasi limpasan rendah
= 65 m – 62 m = 3 m
Ho
Kolom 8 (slope limpasan) (S0): Lo
3𝑚
: 285.6 𝑚 = 0.0105 m/m
108.𝑛.𝐿𝑜1/2
Kolom 11 (t0) : 𝑆𝑜1/2
108×0.015×285.61/2
= 0.01051/2
= 26.04 menit
Kolom 15 (beda tinggi) (Hd) : elevasi tanah tinggi – elevasi tanah rendah
= 80 m – 39 m = 41 m
Hd
Kolom 16 (slope saluran) (Sd) :
Ld
DRAINASE PERKOTAAN 10
9
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
41 𝑚
= 1179.54 m = 0.03476 (m/m)
Kolom 17 (V asumsi) : berdasarkan Master Plan Study DKI, JICA 1991 = 2 m/s
Ld
Kolom 18 (td) :
𝑉 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖
1179.54 m
= 𝑚
2 ×60
𝑠
= 9.83 menit
Kolom 19 (tc) : t0 + t d
= 35.87 menit
100
Kolom 20 (Intensitas) : 𝑡𝑐+50
100
=
35.87+50
= 1.165 mm/jam
= 0.0042 m3/s
DRAINASE PERKOTAAN 11
0
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 11
1
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 11
2
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Kolom 6 (Beda tinggi / Hd) : elevasi tanah tinggi – elevasi tanah rendah
= 80 m – 39 m
= 41 m
𝑄𝑛
= ( 1 )3/8
23 √𝑆
0,0041960 3/8
=( 1 )
23 √0,01050
= 0,05727 m
Kolom 8 (Free board saluran /Fb) : 0,30 (dari perhitungan dimensi slauran)
Kolom 9 (elevasi dasar saluran awal) : elevasi muka tanah awal – h air – Fb saluran
= 80 m – 0,05727 m – 0,30
= 79,643 m
= 79,643 m – 0,05727 m
= 38,643 m
Kolom 11 (elevasi muka air awal) : elevasi muka tanah awal - Fb saluran
= 80 m – 0,30 = 79,7 m
DRAINASE PERKOTAAN 11
3
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
Kolom 12 (elevasi muka air akhir) : elevasi dasar saluran akhir – h air
= 38,643 m – 0,05727 m
= 38,7 m
DRAINASE PERKOTAAN 11
4
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 11
5
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
DRAINASE PERKOTAAN 11
6
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
= 2 × 0,05727 m = 0,11455 m
𝐴 0,00656 𝑚
Kolom 17 (R) : = = 0,02864 m
𝑃 0,22910 𝑚
2 1
1 𝑅3 𝑆2
Kolom 18 (V cek) : × ×
𝑛
DRAINASE PERKOTAAN 11
7
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN
2 1
1 0,02864 3 0,01050 2
= 0,015 × × = 0,6396 m/detik
Nilai Q = 0,0262 m3/detik < 0,6 m3/detik, maka nilai C = 0,14 (BENAR). Jadi
diperoleh dimesi,
𝐴 0,0066
Kolom 27 (R) : = 0,2291 = 0,0286 m
𝑃
2 1
1 𝑅3 𝑆2
Kolom 28 (V cek) : × ×
𝑛
2 1
1 0,02864 3 0,01050 2
= × × = 0,6396 m/detik
0,015
DRAINASE PERKOTAAN 11
8