Anda di halaman 1dari 118

KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas ijin-Nya, laporan tugas besar
Drainase Perkotaan ini dapat kami selesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Tujuan
penyusunan laporan ini selain untuk pemenuhan tugas mata kuliah Drainase Perkotaan yaitu
untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana cara penyaluran air hujandan air limpasan.
Tugas ini juga ditujukan untuk mengetahui bangunan pelengkap apa saja yang digunakan.
Dalam penyelesaian laporan ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak
yang telah sedikit banyak campur tangan untuk membantu kami. Kami ucapkan terimakasih
untuk:
1. Dosen pengampu mata kuliah Drainase Perkotaan, Euis Nurul Hidayah, ST, MT, Ph.D.
yang telah memberi materi dan pengajaran terlebih dahulu untuk selanjutnya menjadi
dasar dan sumber kami dalam menyusun laporan ini

2. Asisten dosen kami, Aussie Amalia, ST, MSc. yang telah membimbing kami dalam
asistensi laporan tugas besar

3. Teman sekelompok dan seangkatan kami yang telah membantu kami dalam pengerjaan
laporan ini
Kami berharap laporan tugas besar ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami mohon
kritik dan saran yang membangun untuk laporan ini. Kami menyadari laporan ini tidak luput
dari kesalahan. Maka dari itu, kami memohon maaf apabila ada perkataan yang tidak berkenan
di hati
Surabaya, 30 November 2018
Penyusun

DRAINASE PERKOTAAN 1
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan daerah beriklim tropis dimana mempunyai dua macam musim,
yaitu musim kemarau dan musin penghujan. Salah satunya adalah Kabupaten Gresik yang
diklasifikasikan memiliki iklim tropis karena dibandingkan dengan musim dingin musim
panas memiliki lebih banyak curah hujan. Kabupaten Gresik secara lingkungan fisik
merupakan wilayah yang rentan terhadap bencana banjir, hal ini dikarenakan sebagian besar
wilayahnya terletak pada ketinggian antara 0-25 mdpal. Elevasi wilayah Kbupaten Gresik
bervariasi pada kawasan pantai, pegunungan dan perbukitan. Beberapa wilayah yang
terdapat di Kabupaten Gresik yaitu Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan Panceng, dan
Kecamatan Sidayu.
Kondisi alam kawasan pesisir Kecamatan Ujung Pangkah sangat khas karena
memiliki tanah oloran yang terbentuk kareana endapan dari Sungai Bengawan Solo. Fungsi
lahan pada Kecamatan Ujung Pangkah memiliki pengelompokkan khusus karena termasuk
dalam fungsi lahan pedesaan. Untuk Kecamatan Panceng memiliki ketinggin 25 mdpal
yaitu pada zona utara (pegunungan batu kapur) dan zona selatansebagian perbukitan. .
Sementara Kecamatan Sidayu
Curah hujan yang berlebihan akan menimbulkan masalah bagi manusia jika tidak
disediakan suatu sistem saluran yang tepat untuk mengalirkan air hujan tersebut. Pada
kondisi alam, air hujan yang turun ke tanah akan mengalir sesuai dengan kontur tanah yang
ada ke arah yang lebih rendah. Ketinggian curah hujan dalam tahun tertentu dapat
diperkirakan ketinggiannya, maka dari itu dapat diperkirakan langkah-langkah
pencegahannya yaitu dengan adanya suatu sistem perencanaan drainase. Limpasan air hujan
yang jatuh dan tidak dimanfaatkan lagi, jika tidak ditangani dengan sistem jaringan air
buangan (drainase air hujan) akan menimbulkan masalah. Maka dari itu upaya manusia
untuk menangani permasalahan seperti ini adalah dengan membuat drainase agar dapat
mengalirkan air hujan dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada
suatu daerah, serta cara - cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air
tersebut. Drainase merupakan suatu sistem pembuangan air lebih dan air limbah yang

DRAINASE PERKOTAAN 2
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

berupa buangan air dari daerah perumahan atau pemukiman, dari daerah industri dan atau
kegitan usaha lainnya, dari daerah pertanian dan lahan terbuka, dari badan jalan, dari lapisan
perkerasan lainnya serta berupa penyaluran kelebihan air pada umumnya yang berupa air
hujan, air kotor maupun air kelebihan lainnya yang mengalir keluar dari suatu kawasan.
Sistem drainase ini sangat dibutuhkan di daerah perkotaan karena kontur permukaan
tanahnya rendah, dan prinsip air yang selalu menuju ke tempat yang lebih rendah sehingga
sistem drainase perkotaan menjadi suatu prasarana untuk menciptakan kehidupan yang bersih, sehat
dan menyenangkan bagi penghuni kota yang dilayaninnya (Mulyanto, 2013) .
Dalam merencanakan suatu sistem penyaluran air hujan atau drainase memerlukan
riset dan pengumpulan data-data khusus, seperti : data curah hujan harian, tata guna lahan
di wilayah perencanaan, dan peta topografi serta analisa mengenai keadaan hidrologi,
keadaan klimatologi, keadaan geografi dan sebagainya.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari sistem drainase perkotaan ini adalah :
a) Sebuah proses yang dilakukan dengan maksud mempermudah mengalirkan air hujan
yang tergenang maupun yang langsung turun dari langit untuk drainase pada wilayah
yang direncanakan yaitu Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan Panceng, dan
Kecamatan Sidayu.
b) Dan membantu mengalirkan limpasan air hujan yang tergenangagar mudah dialirkan
ke pembuangan khusus untuk drainase pada wilayah yang direncanakan yaitu
Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan Panceng, dan Kecamatan Sidayu.
.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari perencanaan drainase perkotaan ini adalah :
a) Mengetahui jaringan sistem drainase yang ada di Kecamatan Ujungpangkah,
Kecamatan Panceng, dan Kecamatan Sidayu.
b) Menentukan alternatif perencanaan jaringan sistem drainase untuk daerah
perencanaan di Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan Panceng, dan Kecamatan
Sidayu.
c) Menentukan desain bangunan penunjang sistem drainase.

DRAINASE PERKOTAAN 3
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

d) Memperbaiki aliran drainase jalan raya mengatasi kejadian atau terjadinya banjir di
kawasan perkotaan.

1.3 Ruang Lingkup


Dalam perencanaan sistem drainase di Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan
Panceng, dan Kecamatan Sidayu mempunyai ruang lingkup sebagai berikut :
1. Sistem drainase direncanakan pada wilayah Kecamatan Ujung Pangakah memiliki 13
kelurahan, Kecamatn Panjeng memiliki 14 kelurahan, Kecamatan Sidayu memiliki 21
kelurahan.
2. Pada daerah perencanaan di 3 kecamatan tersebut digunakan 3 stasiun, yaitu Stasiun
E, Stasiun G, dan Stasiun K.
3. Penentuan curah hujan dengan metode thiessen polygon.
4. Penentuan curah hujan rata-rata.
5. Penentuan Intensitas hujan.
6. Penentuan luas wilayah dan blok pelayanan.
7. Penentuan nilai nd.
8. Penentuan nilai c.
9. Penentuan debit saluran.
10. Penentuan elevasi dan slope tanah.
11. Perhitungan dimensi saluran drainase.
12. Perhitungan bangunan penunjang drainase.
13. Gambar – gambar yang meliputi :
a. Peta asli berkontur.
b. Gambar thiessen polygon.
c. Peta blok pelayanan.
d. Peta tata guna lahan.
e. Gambar saluran drainase.
f. Gambar dan potongan saluran.

DRAINASE PERKOTAAN 4
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Drainase


Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan
kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Menurut Suripin (2004) dalam bukunya yang
berjudul Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, drainase mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan
atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol
kualitas air tanah dalam kaitannya dengan sanitasi. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya
air permukaan tapi juga air tanah.

Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu
daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air
tersebut. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana
umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang
aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan
air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau
bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan
dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.

Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain (Suripin, 2004) :

a. Mengeringkan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.


b. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
c. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
d. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

DRAINASE PERKOTAAN 5
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2.1.1 Drainase Perkotaan

Sebagai salah satu sistem dalam perencanaan perkotaan, maka sistem drainase yang
ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut definisi drainase perkotaan
(Hasmar, 2002):

1. Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada


kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya
yang ada di kawasan kota.
2. Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air dari wilayah
perkotaan yang meliputi :
a. Permukiman
b. Kawasan industri dan perdagangan
c. Kampus dan sekolah
d. Rumah sakit dan fasilitas umum
e. Lapangan olahraga
f. Lapangan parker
g. Instalasi militer, listrik, telekomunikasi
h. Pelabuhan udara.

2.1.2 Sistem Drainase Perkotaan

Standar dan sistem penyediaan drainase kota sistem penyediaan jaringan drainase
terdiri dari empat macam, yaitu (Hasmar, 2002) :

1) Sistem drainase utama merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani


kepentingan sebagian besar warga masyarakat kota.
2) Sistem drainase lokal merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani
kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota.
3) Sistem drainase terpisah merupakan sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air limpasan.
4) Sistem gabungan merupakan sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran
pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.

DRAINASE PERKOTAAN 6
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2.1.3 Saranan Drainase Perkotaan

Sarana penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir adalah (Hasmar, 2002) :

1) Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder dan tersier melalui normalisasi
maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang aman dan baik
terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun hujan lokal. Berdasarkan
masing-masing jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Jaringan primer merupakan saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai.
b. Jaringan sekunder merupakan saluran yang menghubungkan saluran tersier
dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran semen).
c. Jaringan tersier merupakan saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke
saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah.
2) Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase bagi kawasan hunian dan kota.
3) Menunjang kebutuhan pembangunan (development need) dalam menunjang
terciptanya skenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang
sektor unggulan yang berpedoman pada Rencana Umum Tata Ruang Kota.
Sedangkan arahan dalam pelaksanaannya adalah :
a. Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis.
b. Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat.
c. Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana.
d. Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada.
e. Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharaannya.
f. Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.

2.1.4 Bentuk Tipe Saluran drainase

Menurut Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Paduan dan Petunjuk


Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan, Kota Jakarta, 2003) yaitu:
1. Saluran terbuka merupakan saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan
bebas. Pada saluran terbuka ini, sampah yang menyumbat dapat dengan mudah
dibersihkan, umumnya digunakan pada daerah :
a. Lahannya masih luas.
b. Lalu lintas pejalan kaki.

DRAINASE PERKOTAAN 7
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

c. Beban dikiri dan kanan saluran relatif ringan.


Bentuk-bentuk saluran terbuka antara lain : Bentuk Trapesium, Bentuk Segi Empat,
Bentuk Setengah Lingkaran, Bentuk Segi Tiga, Bentuk Kombinasi.

Tabel 2.1 Bentuk-bentuk umum saluran terbuka dan fungsinya


No Bentuk Fungsinya
1 Trapesium Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
limpasan air hujan dengan debit yang besar. Sifat
alirannya terus menerus dengan fluktuasi yang kecil.
Bentuk saluran ini dapat digunakan pada daerah
yang masih cukup tersedia lahan.
2 Empat Persegi Panjang Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
limpasan air hujan dengan debit yang besar. Sifat
alirannya terus menerus dengan fluktuasi yang kecil.

3 Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan


limpasan air hujan untuk debit yang kecil. Bentuk
saluran ini digunakan pada lahan yang cukup
terbatas.
Segitiga
4 Setengah Lingkaran Berfungsi untuk menyalurkan limpasan air hujan
untuk debit yang kecil. Bentuk saluran rumah
penduduk dan pada sisi jalan perumahan yang padat.

Sumber : Wesli,Ir.,2008, Drainase Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta

Selain bentuk-bentuk yang tertera dalam tabel 2.1, masih ada bentuk-bentuk
penampang lainnya yang merupakan kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut, misalnya
kombinasi antara empat persegi panjang dan setengah lingkaran, yang mana empat
persegi panjang pada bagian atas yang berfungsi untuk mengalirkan debit maksimum
dan setengah lingkaran pada bagian bawah yang berfungsi untuk mengalirkan debit
minimum.

DRAINASE PERKOTAAN 8
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2. Drainase Tertutup, umumnya dipakai didaerah perkotaan, selain mengalirkan air


berfungsi juga sebagai jalur pedestrian.

Gambar 2.1 Drainase tertutup


Sumber : http://www.kkindia.com/product_portfolio/6
Fasilitas penunjang yang ada adalah pada saluran yang dilengkapi dengan lubang
control atau manhole dan juga terdapat saringan sampah mulut saluran sebelah hulu.
Saluran tertutup biasanya terdapat pada :
a. Daerah yang lahannya terbatas (pasar, pertokoan).
b. Daerah yang lalu lintas pejalan kaki padat.
c. Lahan yang dipakai untuk lapangan parker.
Bentuk-bentuk saluran tertutup antara lain; Bentuk Lingkaran, Bentuk Segi Empat, Bentuk
Tapal Kuda, Bentuk Lonjong.

2.1.5 Jenis Drainase

Jenis drainase dapat dikelompokkan sebagai berikut (Hadi Hardjaja, dalam jurnal
Kusumo 2009):
A. Drainase Menurut Sejarah Terbentuknya
1. Drainase Alamiah (Natural Drainage)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan
penunjang, saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi
yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.

Gambar : 2.2 Drainase alamiah


Sumber : terradaily.com

DRAINASE PERKOTAAN 9
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2. Drainase Buatan
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan
bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu, gorong-gorong, dan
pipa-pipa.

Gambar 2.3 Drainase Buatan


Sumber : http://syekhfanismd.lecture.ub.ac. id/tag/drainase/
B. Drainase Menurut Letak Bangunannya
1. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk
mengalirkan air limpasan permukaan. Analisis alirannya merupakan analisis open
channel flow (aliran saluran terbuka).

Gambar 2.4 Drainase Permukaan Tanah


Sumber : www.acoaus.com
2. Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan untuk mengalirkan air limpasan permukaan
melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa) dikarenakan alasan-alasan
tertentu. Ini karena alasan tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang
tidak membolehkan adanya saluran dipermukaan tanah seperti lapangan sepak
bola, lapangan terbang, dan taman.

Gambar 2.5 Drainase Bawah Permukaan Tanah


Sumber : http://www.yaharapridefarms.org/tile-drainage/

DRAINASE PERKOTAAN 10
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

C. Drainase Menurut Konstruksinya


1. Saluran Terbuka
Saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang
mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan atau menganggu lingkungan.

Gambar 2.6 Drainase Terbuka


Sumber : http://syekhfanismd.lecture.ub.ac. id/tag/drainase/

2. Saluran Tertutup
Saluran yang pada umumnya sering di pakai untuk aliran air kotor (air yang
mengganggu kesehatan atau lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di
tengah kota.

Gambar : 2.7 Drainase Tertutup


Sumber : http://www.nawasis.com/drainase/category/jawa%20tengah/3

D. Drainase Menurut Sistem Buangannya


Pada sistem pengumpulan air buangan sesuai dengan fungsinya maka pemilihan
sistem buangan dibedakan menjadi 2 sistem (Hadi Hardjaja, dalam jurnal Kusumo
2009):
1. Sistem Terpisah (Separate System)
Sistem tercampur adalah sistem yang melayani air kotor dan air hujan secara
terpisah dengan saluran masing-masing.

Gambar 2.8 Sistem Terpisah


Sumber : www.winnipeg.ca

DRAINASE PERKOTAAN 11
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2. Sistem Tercampur (Combined System)


Sistem tercampur adalah sistem yang melayani air kotor dan air hujan yang
disalurkan melalui satu saluran yang sama.

Gambar 2.9 Sistem Tercampur


Sumber : www.winnipeg.ca

E. Drainase Berdasarkan Daerah Yang Akan Dilayani


a. Drainase Permukiman
Di kota-kota besar, air hujan biasanya ditampung di jalan-jalan dan dialirkan
melalui pemasukan-pemasukan ke dalam pipa-pipa di dalam tanah yang akan
membawanya ke tempat-tempat dimana dapat dituangkan dengan aman ke dalam
suatu sungai, danau, dan laut. Pada beberapa contoh, air hujan dirembeskan jauh
ke dalam tanah. Suatu pelepasan tunggal dapat dipergunakan, atau sejumlah titik
pembuangan dapat dipilih berdasarkan titik topogrfi daerahnya. Air yang
terkumpul haruslah dibuang sedekat mingkin ke sumbernya. Pengaliran dengan
gaya berat lebih disukai, tetapi tidak selalu layak, sehingga perangkat-perangkat
pompa dapat menjadi bagian yang penting dari suatu sistem drainase hujan kota
besar.
b. Drainase Lahan
Drainase lahan membuang air permukaan yang berlebihan dari suatu daerah atau
menurunkan air tanah ke zona akar untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman dan
mengurangi penumpukan garam-garam tanah.
Sistem drainase lahan mempunyai berbagai segi yang sama dengan sistem
drainase hujan kota. Parit terbuka, yang lebih dapat diterima di daerah pedesaan
daripada di kota-kota besar, luas dipergunakan untuk drainase air permukaan
dengan penghematan biaya yang cukup besar, dibandingkan dengan pipa-pipa di
bawah tanah. Bila kondisi cocok, parit-parit dapat juga bertindak sebagai sarana
untuk menurunkan permukaan air tanah.

DRAINASE PERKOTAAN 12
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Namun parit-parit terbuka yang diletakkan pada jarak dekat akan mengganggu
operasi pertanian, sehingga metode yang lebih umum adalah dengan selokan-
selokan di bawah tanah. Tembikar lempung kasar dan pipa beton adalah bahan-
bahan yang paling umum dipergunakan sebagai selokan bawah tanah, walaupun
selokan-selokan kotak kayu serta pipa baja yang berhubung telah digunakan pula.
Rancangan untuk suatu sistem drainase pipa tembikar terutama dipengaruhi oleh
keadaan topografi daerahnya. Untuk sistem alamiah dipergunakan pada topografi
bergelombang yang hanya membutuhkan drainase ceruk dan lembah-lembah yang
sempit. Jika seluruh daerah yang bersangkutan harus didrainase maka sistem
pemanggang lebih ekonomis.

Sedangkan drainase utama berganda sering digunakan apabila dasar cekungan


cukup lebar, untuk drainase penyadap biasanya digunakan bila sumber utama dari
air kelebihan adalah drainase dari bukit-bukit.
c. Drainase Jalan Raya
Jalan raya menduduki jalur lahan yang panjang, sempit dan menimbulkan dua
jenis masalah drainase. Masalah itu saling berkaitan sehingga perlu diatasi secara
komplek. Air yang terkumpul di atas jalan (atau di atas lereng lahan yang
berdekatan jika jalan itu terletak dalam galian) haruslah dibuang tanpa
menimbulkan genangan atau kerusakan jalan serta daerah di sekitarnya. Jalan raya
melintasi berbagai alur drainase alamiah, sehingga air yang dialirkan oleh alur-alur
ini haruslah dibawa menyeberangi daerah hak jalan tanpa menghalangi aliran di
dalam alur di hulu jalan dan tanpa merusakkan hak milik di luar hak jalan tersebut.
(American Association Of State Highway and Transportation Officials, 1992).
2.1.6 Pola Jaringan Drainase

Jaringan drainase memiliki beberapa pola, yaitu (Hasmar, 2012) :

1. Siku

DRAINASE PERKOTAAN 13
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Pembuatannya pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai.
Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota.

Gambar 2.10 Pola Jaringan Drainase

2. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

Gambar 2.11 Pola Jaringan Drainase Pararel

3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluransaluran
cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

DRAINASE PERKOTAAN 14
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Gambar 2.12 Pola Jaringan Drainase Grid Iron

4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar

Gambar 2.13 Pola Jaringan Drainase Alamiah

2.1.7 Bangunan Penunjang

Untuk menjamin berfungsinya saluran drainase secara baik, maka diperlukan


bangunan-bangunan pelengkap di tempat-tempat tertentu. Jenis bangunan pelengkap
yang dimaksud meliputi:

1. Bangunan Silang, missal: gorong-gorong


2. Bangunan Pemecah Energi, misal: bangunan terjunan dan saluran curam
3. Bangunan Pengaman, missal: ground sill atau levelling structure
4. Bangunan Inlet, misal: grill samping atau datar
5. Bangunan Outlet, misal: kolam loncat air

DRAINASE PERKOTAAN 15
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

6. Bangunan Pintu Air, misal: pintu geser, pintu otomatis


7. Bangunan Rumah Pompa
8. Bangunan Kolam Tandon atau Pengumpul
9. Bangunan Lubang Kontrol atan Manhole
10. Bangunan Instaasi Pengolah Limbah

2.2. Analisis Hidrologi


2.2.1. Siklus Hidrologi
Dalam perencanaan suatu bangunan air yang berfungsi untuk pengendalian
penggunaan air antara lain yang mengatur aliran sungai, pembuatan waduk-waduk dan
saluran-saluran yang sangat diperlukan untuk mengetahui perilaku siklus yang disebut
dengan siklus hidrologi. Siklus hidrologi adalah proses yang diawali oleh evaporasi /
penguapan kemudian terjadinya kondensasi dari awan hasil evaporasi. Awan terus
terproses, sehingga terjadi salju atau hujan yang jatuh ke permukaan tanah. Pada muka
tanah air hujan ada yang mengalir di permukaan tanah, sebagai air run off atau aliran
permukaan dan sebagian (infiltrasi) meresap kedalam lapisan tanah. Besarnya run off dan
infiltrasi tergantung pada parameter tanah atau jenis tanah dengan pengujian tanah di
laboratorium. Air run off mengalir di permukaan muka tanah kemudian kepermukaan air
di laut, danau, sungai. Air infiltrasi meresap kedalam lapisan tanah, akan menambah
tinggi muka air tanah didalam lapisan tanah, kemudian juga merembes didalam tanah
kearah muka air terendah, akhirnya juga kemungkinan sampai dilaut, danau, sungai.
Kemudian terjadi lagi proses penguapan. (Hasmar,2012:9)

Gambar 2.15 Siklus Hidrologi

DRAINASE PERKOTAAN 16
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2.2.2. Analisa Hidrologi


Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal dalam
perancangan bangunan-bangunan hidraulik. Pengertian yang terkandung di dalamnya
adalah bahwa informasi dan besaran-besaran yang diperoleh dalam analisis hidrologi
merupakan masukan penting dalam analisis selanjutnya. Bangunan hidraulik dalam
bidang teknik sipil dapat berupa gorong-gorong, bendung, bangunan pelimpah, tanggul
penahan banjir, dan sebagainya. Ukuran dan karakter bangunan-bangunan tersebut
sangat tergantung dari tujuan pembangunan dan informasi yang diperoleh dari analisis
hidrologi. Sebelum informasi yang jelas tentang sifat-sifat dan besaran hidrologi
diketahui, hampir tidak mungkin dilakukan analisis untuk menetapkan berbagai sifat dan
besaran hidrauliknya. Demikian juga pada dasarnya bangunan- bangunan tersebut harus
dirancang berdasarkan suatu standar perancangan yang benar sehingga diharapkan akan
dapat menghasilkan rancangan yang memuaskan.

2.2.3. Data Hujan

Analisa curah hujan yaitu dengan memproses data curah hujan mentah, diolah
menjadi data yang siap dipakai untuk perhitungan debit aliran. Data curah hujan yang
akan dianalisa berupa array data tinggi hujan harian maksimum dalam setahun, selama
paling sedikit 20 tahun pengamatan berturut-turut. Untuk menganalisa data curah hujan
harian ini, dapat digunakan beberapa metode analisa distribusi probabilitas yang
dipandang sangat berguna bagi perencanaan teknis secara teoritis. Apabila data curah
hujan pengamatan jangka pendek tidak didapatkan pada daerah perencanaan, maka
analisa intensitas curah hujan dapat dilakukan dengan menggunakan data curah hujan
pengamatan maksimum selama 24 jam.

2.2.3.1. Melengkapi Data Hujan yang Hilang

Terkadang pada suatu stasiun hujan terdapat data hujan yang hilang sehingga perlu
dilengkapi dengan bantuan data–data dari stasiun pengukuran hujan lainnya. Metode–
metodeang dipakai untuk melengkapi data hujan yang hilang adalah:
a) Aritmatika Rata–Rata

DRAINASE PERKOTAAN 17
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Jika selisih antara tinggi hujan tahunan normal dari tempat pengukuran yang datanya
kurang lengkap dibanding dengan tinggi hujan tahunan normal dari stasiun
pengukuran terdekat < 10%, maka data yang hilang dapat diambil dari harga rata–
rata hitung dari data stasiun terdekat, dan dianjurkan terdapat lebih dari dua stasiun
pembanding. Cara aritmatika rata-rata dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rx = 1/n (R1 + R2 +... Rn) ................................................................................ (2.1)

Keterangan :
R1, R2...Rn = Harga curah hujan rata–rata tahunan pada stasiun 1, stasiun 2 hingga
stasiun ke-n
Rx = Curah hujan rata–rata dari stasiun X yang datanya akan dilengkapi
n = Jumlah stasiun pembanding
b) Rasio Normal
Jika selisih antara tinggi hujan tahunan normal dari tempat pengukuran yang datanya
kurang lengkap dibanding dengan tinggi hujan tahunan normal dari stasiun
pengukuran terdekat > 10%, maka perlengkapan data hujan yang hilang dilakukan
menggunakan cara rasio/pembanding normal yang dirumuskan sebagai berikut :

Rx r1 r r
rx  (  2  ....  n ) ) ................................................................... (2.2)
n R1 R2 Rn

Keterangan :
rx = Data hujan yang dicari
Rx= Curah hujan rata–rata tahunan pada stasiun yang datanya akan dilengkapi
n = Jumlah stasiun pembanding
r1..rn = Curah hujan di stasiun 1, 2, 3 sampai ke–n
R1..Rn = Curah hujan rata–rata tahunan pada stasiun 1,2,3 sampai stasiun ke-n
c) Korelasi
Cara ini digunakan untuk analisa hujan tahunan dengan menggunakan kurva yang
menggambarkan korelasi antara tinggi hujan pada stasiun yang datanya hilang
dengan stasiun index pada periode (tahun) yang sama.

DRAINASE PERKOTAAN 18
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2.2.3.2. Uji Konsistensi Data Hujan

Bila dalam suatu pengamatan data hujan terdapat non homogenitas dan
ketidaksesuaian (inconsistency), maka dapat mengakibatkan penyimpangan pada hasil
perhitungan, hal ini dapat disebabkan oleh :
1. Pemindahan stasiun pengamat ke tempat baru
2. Pengubahan jenis alat ukur
3. Pengubahan cara pengukuran
4. Kesalahan observasi sejak tanggal tertentu
5. Perubahan ekosistem akibat bencana kebakaran, hujan, tanah longsor dan
sebagainya.
Konsistensi data hujan diuji dengan cara garis massa ganda (double mass curve
technique). Metode ini dapat juga dilakukan koreksi terhadap data–datanya. Dasarnya adalah
membandingkan curah hujan tahunan akumulatif dari jaringan stasiun dasar.
Stasiun–stasiun dasar dipilih dari tempat–tempat yang berdekatan dengan stasiun
pengamat, jumlah stasiun dasar sedikitnya 5 buah. Data–data stasiun dasar harus diuji
konsistensinya dan kondisi meteorologis yang sama dengan stasiun pengamatan. Data–data
hujan disusun menurut urutan kronologis mundur, dimulai dengan tahun terakhir. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut :

tg (β) TB
Fk = = ........................................................................................................ (2.3)
tg (α) TL

Rk= Fk x R.........................................................................................................(2.4)

Keterangan :
α dan β = Sudut kemiringan data hujan dari stasiun yang dicari
Rk = Curah hujan koreksi di stasiun x
R = Curah hujan asli
Fk = Faktor koreksi

DRAINASE PERKOTAAN 19
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2.2.3.3. Uji homogenitas Data Hujan

Data hujan yang dianalisa harus homogen. Ketidak homogenan data hujan mungkin
disebabkan adanya gangguan–gangguan atmosfer oleh pencemaran udara atau adanya
hujan buatan yang sifatnya insidentil. Langkah-langkah perhitungan homogenitas adalah
sebagai berikut :

1) Menghitung R , dengan rumus :


Ri
R ................................................................................................................(2.5)
n
2) Menghitung standar deviasi (  R ), dengan rumus :

  
1
 R  R 2 2

R   i ............................................................................................. (2.6)
 n  1 

Keterangan :
R = Curah hujan rata-rata
Ri = Data curah hujan tiap tahun pengamatan
n = Jumlah data curah hujan yang diamati

1
3) Menghitung nilai , dengan rumus :

1 R
 ..................................................................................................................(2.7)
 n
Keterangan :
 n = Reduced standar deviasi

4) Menghitung  , dengan rumus:

1
  R Yn ............................................................................................ (2.8)

Keterangan :
Yn = Reduced mean

Untuk mencari Reduced Mean (Yn) dan Reduced Standard Deviation (Sn) dapat dicari
melalui Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 Namun apabila nilai n (jumlah tahun pengamatan tidak
ada pada tabel, dapat dicari dengan menggunakan interpolasi.

DRAINASE PERKOTAAN 20
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Tabel 2.2 Reduced Mean (Yn) untuk Metode Sebaran Gumbel Tipe 1
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,495 0,499 0,503 0,507 0,510 0,512 0,515 0,518 0,520 0,522
2 6 5 0 0 8 7 1 2 0
20 0,523 0,525 0,526 0,528 0,529 0,530 0,582 0,588 0,534 0,535
6 2 8 3 6 0 0 2 3 3
30 0,536 0,537 0,538 0,538 0,539 0,540 0,541 0,541 0,542 0,543
3 1 0 8 6 0 0 8 4 0
40 0,546 0,544 0,544 0,545 0,545 0,546 0,546 0,547 0,547 0,548
3 2 8 3 8 8 8 3 7 1
50 0,548 0,548 0,549 0,549 0,550 0,550 0,550 0,551 0,551 0,551
5 9 3 7 1 4 8 1 5 8
60 0,552 0,552 0,552 0,553 0,553 0,553 0,553 0,554 0,554 0,554
1 4 7 0 3 5 8 0 3 5
70 0,554 0,555 0,555 0,555 0,555 0,555 0,556 0,556 0,556 0,556
8 0 2 5 7 9 1 3 5 7
80 0,556 0,557 0,557 0,557 0,557 0,557 0,558 0,558 0,558 0,558
9 0 2 4 6 8 0 1 3 5
90 0,558 0,558 0,558 0,559 0,559 0,559 0,559 0,559 0,559 0,559
6 7 9 1 2 3 5 6 8 9
100 0,560
0
Sumber: Suripin, 2004, Sistem DrainaasePerkotaan yang Berkelanjutan: 52

Tabel 2.3 Reduced Standard Deviation (Sn) untuk Metode Sebaran Gumbel Tipe 1
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,967 0,983 0,997 1,009 1,020 1,031 1,041 1,049 1,056
6 3 1 5 6 6 1 3 5
20 1,0628 1,069 1,075 1,081 1,086 1,031 1,096 1,100 1,104 1,108
6 4 1 4 5 1 4 7 0
30 1,1124 1,115 1,119 1,122 1,125 1,128 1,131 1,133 1,136 1,138
9 3 6 5 5 3 9 3 8
40 1,1413 1,143 1,145 1,148 1,149 1,151 1,153 1,155 1,157 1,159
6 8 0 9 9 8 7 4 0
50 1,1610 1,192 1,163 1,165 1,166 1,168 1,169 1,170 1,172 1,173
7 3 8 8 7 1 6 8 1 4
60 1,1747 1,175 1,177 1,178 1,179 1,180 1,181 1,182 1,183 1,184
9 0 2 3 3 4 4 4 4
70 1,1854 1,186 1,187 1,188 1,189 1,189 1,190 1,191 1,192 1,193
3 3 1 0 8 6 5 3 0
80 0,1938 1,194 1,195 1,195 1,196 1,197 1,198 1,198 1,199 1,200
5 3 9 7 3 0 7 4 1
90 1,2007 1,201 1,202 1,203 1,203 1,204 1,204 1,204 1,205 1,206
3 6 2 8 4 6 9 5 0
10 1,2065
0
Sumber: Suripin, 2004, Sistem DrainaasePerkotaan yang Berkelanjutan: 52
5) Diperoleh persaman regresi dengan rumus :
1
R=  +
 Y.....................................................................................................(2.9)

6) Diperoleh nilai R1 dan R2, dari subtitusi Y, kemudian diplot pada “Gumbel’s
Probability Paper”, dan ditarik garis penghubung kedua titik tersebut.
7) Dari garis tersebut didapatkan nilai R10 dan Tr

DRAINASE PERKOTAAN 21
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

8) Menghitung titik homogenitas, dengan rumus:


R10
Ordinat → TR = xTr ......................................................................... (2.10)
R
Absis → n
Keterangan :
R10 = Presipitasi tahunan dengan PUH 10 tahun rencana
Tr = PUH dari R

9) Mengeplotkan pada grafik homogenitas, jika plotting (n, Tr) ternyata berada di
dalam grafik, maka data tersebut homogen. Jika tidak homogen, maka pamilihan
data diubah dengan memilih awal dan akhir pendataan lain sedemikian sehingga
titik tersebut berada dalam grafik homogenitas.
Untuk mencari R10 dan Tr perlu memakai regresi. Jika plotting H (n, Tr) pada kertas
grafik homogenitas ternyata berada di luar, maka pemilihan array data diubah dengan
memilih awal dan akhir pendataan lain sehingga titik H (n, Tr) berada pada bagian dalam
grafik. Cara mengubah 1 array data adalah:
1. Ditambah jumlah datanya. Misalnya: data dari 1968 s/d 1998 menjadi dari tahun
1960 s/d 1998.
2. Digeser mundur dengan jumlah data yang sama. Misalnya: data dari tahun 1968 s/d
1998 menjadi dari tahun 1967 s/d 1997.

2.2.3.4. Menghitung Hujan Wilayah Rata-Rata Daerah Aliran

Jika di dalam suatu areal terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah
hujan, maka dapat diambil nilai rata – rata untuk mendapatkan nilai curah hujan areal.
(Soemarto, C.D, 1995). Ada 3 macam cara yang berbeda dalam menentukan tinggi
curah hujan rata-rata pada areal tertentu dari angka-angka curah hujan di beberapa titik
pos penakar atau pencatat. (Soemarto, C.D, 1995) :
1) Metode Rerata Aljabar
Tinggi rata – rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata – rata
hitung pengukuran hujan di stasiun curah hujan didalam catchment area
tersebut.
1
R = n x (RA + RB + RC + ...+Rn)............................................................... (2.11)

DRAINASE PERKOTAAN 22
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Keterangan :
R = tinggi curah hujan rata-rata
RA,RB,..,Rn = tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2,....,n
N = banyaknya pos penakar
(Soemarto C.D,1995)

2) Metode poligon Thiessen


Cara ini berdasarkan rata-rata timbang (weighted average). Masing-masing
penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan menggambarkan
garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung di antara dua buah pos
penakar.
RA AA + RB AB + RCAC
R= ............................................................................. (2.12)
AA + AB + AC +⋯+An

Keterangan :
A = luas areal
R = tinggi curah hujan rata-rata areal
RA,RB,..,Rn = tinggi curah hujan di pos 1,2,....,n
AA,AB,..,An = luas daerah pengaruh pos 1,2,....,n
(Soemarto C.D,1995)

Gambar 2.14 Luasan Wiayah Thiessen Poligon


Keterangan :
I = Stasiun I dengan luas poligon A1
II = Stasiun II dengan luas poligon A2
III = Stasiun III dengan luas poligon A3

DRAINASE PERKOTAAN 23
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

A1 = Luas daerah yang dibatasi LON


A2 = Luas daerah yang dibatasi LOM
A3 = Luas daerah yang dibatasi MON
2.2.3.5. Analisa Frekuensi Data Hujan
A. Metode Gumbel

Distribusi Gumbel digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya untuk


analisis frekwensi banjir. Distribusi Gumbel mempunyai koefisien kemencengan
(Coefisien of skwennes) atau CS = 1,139 dan koefisien kurtosis (Coeficient Curtosis)
atau Ck< 4,002. Pada metode ini biasanya menggunakan distribusi dan nilai ekstrim
dengan distribusi dobel eksponensial ( Soewarno,1995).
Langkah-langkah perhitungan curah hujan rencana dengan Metode Gumbel adalah
sebagai berikut :
1) Hitung standar deviasi

∑n
i−1(Xi−Xr)
2
𝜎𝑅 = √ ………………...................................................... (2.14)
n−1

Keterangan :

𝜎𝑅 = Standar deviasi

Xi = Curah hujan rata-rata

Xr = Harga rata – rata

n = Jumlah data

2) Menentukan curah hujan harian maksimum dihitung dengan menggunakan


rumus

𝜎𝑅 𝑌𝑡
RT = 𝑅̅+ (𝜎 𝑁) + (𝑌𝑛)……........................................................................ (2.15)

Keterangan :

RT= HHM rencana dengan PUH = t Tahun

Ȓ = Presipitasi rata-rata dalam kisaran data HHMS (mm/24 jam)

σ R = Standart Deviasi

DRAINASE PERKOTAAN 24
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

σ N = Expected Standart Deviasi

Yn = Expected Mean Reduced Variate

Yt = Reduced Variated untuk PUH = t Tahu

Tabel 2.4 Reduce Mean (Yn)


N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.495 0.499 0.503 0.507 0.510 0.512 0.515 0.518 0.520 0.522
10
2 6 5 0 0 8 7 1 2 0
0.523 0.525 0.526 0.528 0.529 0.530 0.532 0.533 0.534 0.535
20
6 2 8 3 6 9 0 2 3 3
0.536 0.537 0.538 0.538 0.839 0.540 0.541 0.541 0.542 0.543
30
2 1 0 8 6 3 0 8 4 6
0.543 0.544 0.544 0.545 0.545 0.546 0.546 0.547 0.547 0.548
40
6 2 8 3 8 3 8 3 7 1
0.548 0.548 0.549 0.549 0.550 0.550 0.550 0.551 0.551 0.551
50
5 9 3 7 1 4 8 1 5 8
0.552 0.552 0.552 0.553 0.553 0.553 0.553 0.554 0.554 0.554
60
1 4 7 0 3 5 8 0 3 5
0.554 0.555 0.555 0.555 0.555 0.555 0.556 0.556 0.556 0.556
70
8 0 2 5 7 9 1 3 5 7
0.556 0.557 0.557 0.557 0.055 0.557 0.558 0.558 0.558 0.558
80
9 0 2 4 8 8 0 1 3 5
0.558 0.558 0.558 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559 0.559
90
6 7 9 1 2 3 5 6 8 9
10 0.560 0.560 0.560 0.560 0.560 0.560 0.560 0.560 0.561 0.561
0 0 2 3 4 6 7 8 9 0 1
Sumber : Suripin.Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan.2004

Tabel 2.5 Reduce Standard Deviation (Sn)


N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,949 0,967 0,983 0,997 1,009 1,020 1,031 1,041 1,049 1,056
10
6 6 3 1 5 6 6 1 3 5
1,062 1,069 1,075 1,081 1,086 1,091 1,096 1,100 1,104 1,108
20
8 6 4 1 4 5 1 4 7 0
1,112 1,115 1,119 1,122 1,125 1,128 1,131 1,133 1,136 1,138
30
4 9 3 6 5 5 3 9 3 8
1,141 1,143 1,145 1,148 1,149 1,151 1,153 1,155 1,157 1,159
40
3 6 8 0 9 9 8 7 4 0
1,160 1,162 1,163 1,165 1,166 1,168 1,169 1,170 1,172 1,173
50
7 3 8 8 7 1 6 8 1 4
1,174 1,175 1,177 1,178 1,179 1,180 1,181 1,182 1,183 1,184
60
7 9 0 2 3 3 4 4 4 4
1,185 1,186 1,187 1,188 1,189 1,189 1,190 1,191 1,192 1,193
70
4 3 3 1 0 8 6 5 3 0

DRAINASE PERKOTAAN 25
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

1,193 1,194 1,195 1,195 1,196 1,197 1,198 1,198 1,199 1,200
80
8 5 3 9 7 3 0 7 4 1
1,200 1,201 1,202 1,202 1,203 1,203 1,204 1,204 1,205 1,206
90
7 3 0 6 2 8 4 9 5 0
10 1,206 1,206 1,207 1,207 1,208 1,208 1,208 1,209 1,209 1,209
0 5 9 3 7 1 4 7 0 3 6
Sumber : Suripin.Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan.2004

Tabel 2.6 Nilai Reduce Variate (Yt) pada PUH tahun


T Yt
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001
Sumber : Suripin.Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan.2004

3) Hitung Rentang Keyakinan

𝑅𝑘 = ±𝑡(𝑎). 𝑆𝑒……………………......................................................... (2.16)

(Loebis,1984)

Keterangan :
Rk = Rentang keyakinan (mm/24 jam)
T (a) = fungsi a
Untuk a = 90%, t (a) = 1,64
Untuk a = 80%, t (a) = 1,2822
Untuk a = 68%, t (a) = 1,00
Se = Probability error (eror deviasi)
Dimana:
𝜎𝑅
𝑆𝑒 = 𝑏 ( )…………………………...……………………………..(2.17)
√𝑁

𝑏 = √1 + 1,3𝑘 + 1,1𝑘 2 ……...………………………………………(2.18)


𝑌𝑡−𝑌𝑛
𝑘= ……………………...……........…………………………...(2.19)
𝜎𝑁

B. Metode Distribusi Log Person III

DRAINASE PERKOTAAN 26
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Secara sederhana fungsi kerapatan peluang Distribusi Log Pearson III adalah
sebagai berikut:
∑n ̅ )2
i=1(log xi − log x
Cs = (n−1)(n−2)s3
....................................................................................(2.20)

log XT = log x̅ - slog x̅ ...............................................................................(2.21)

Keterangan :
Log XT = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-
tahunan
Log 𝑥̅ = nilai rata-rata
S = standar deviasi
CS = koefisien skewness
Untuk Harga Cs yang tidak ada pada tabel dapat dicari dengan menggunakan
interpolasi. Berikut tabel Harga K untuk metode Log Pearson Tipe III:
Tabel 2.7 Nilai K untuk Metode Log Person III

DRAINASE PERKOTAAN 27
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Hujan Harian Maksimum metode Log Pearson Tipe III dirumuskan sebagai berikut:
𝑅𝑇 = 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 𝑋𝑇 .................................................................................. (2.22)

DRAINASE PERKOTAAN 28
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2.2.3.6. Analisa Intensitas Hujan

Untuk mengolah data curah hujan menjadi intensitas curah hujan digunakan cara
statistik dari data pengamatan durasi hujan yang terjadi, apabila data untuk seiap data
curah hujan tidak ada, maka diperlukan pendekatan secara empiris dengan
berpedoman pada durasi 60 menit (1 jam) dan pada curah hujan maksimum yang terjadi
setiap tahun.
Cara lain yang lazim digunakan adalah dengan mengambil pola intensitas hujan di
kota lain yang mempunyai kondisi hampir sama. Metode yang biasa digunakan untuk
menghitung distribusi hujan dapat digunakan beberapa metode, yaitu:
A. Metode Van Breen
Metode Van Breen ini menganggap besarnya atau lamanya durasi hujan harian adalah
terpusat selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90% dari hujan selama 24 jam. Perhitungan
intensitas hujan ini menggunakan kurva Kota Jakarta sebagai kurva basis. Kurva basis dapat
memberikan kecenderungan bentuk kurva untuk daerah lain di Indonesia.
Pada metode ini intensitas hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
90% x R24
𝐼= ……………………………………………………………….(2.23)
4

Keterangan:
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = Curah Hujan Harian Maksimum (mm/24 jam)
Untuk mendapatkan durasi intensitas digunakan lengkung Pekan Baru (lihat tabel 2.8)
Tabel 2.8 Intensitas Kota Pekan Baru
Intensitas Hujan Pekan Baru (mm/jam Untuk
Durasi
Periode Ulang Hujan (Tahun)
(menit) 2 5 10
60 38,0595 50,1487 58,1529
120 22,9886 28,4688 30,5974
180 20,385 24,2913 26,3375
240 7,5145 12,922 17,9584
300 10,3228 14,5051 16,363
360 7,6442 10,9522 12,685
Sumber: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/

Angka intensitas pada durasi 360 menit (7,6442; 10,9552; 12,685) adalah angka pembagi,

DRAINASE PERKOTAAN 29
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

sedang yang lainnya adalah angka pengali. Dengan membandingkan intensitas yang didapatkan
melalui Metode Van Breen dengan intensitas hujan kota Pekan Baru, maka intensitas hujan
pada durasi tertentu diperoleh, dengan rumus:
38.0595
I (x,y) = 𝑥 𝐼𝑥………………………………………………………………...(2.24)
7.6442

Keterangan :
Ix = Intensitas curah hujan pada PUH tertentu (mm/jam)
X = Periode Ulang Hujan dalam tahun (misal: 2,5,10)
Y = Durasi waktu dalam menit (misal: 60,120,180,..,360)

B. Metode Hasper Weduwen


Pada metode ini, perhitungan intensitas hujan tetap didasarkan kepada HHM terpilih,
yaitu HHM dengan Metode Gumbel. Berdasarkan anggapan bahwa hujan memiliki distribusi
simetris dengan durasi hujan (t) lebih kecil dari 1 jam dan durasi antara 1 sampai 24 jam.
Dengan persamaan berikut ini dilakukan perhitungan intensitas hujan dengan PUH 2 - 10
tahun dalam durasi 5 - 40 menit. Intensitas hujan dihitung dengan rumus, sebagai berikut:
I. Bila 0 ≤ t < 1, maka:
11300𝑡 𝑅𝑖
R = √( 𝑡+3,12 ) (100)………………………………………………………………….(2.25)

Dimana
1218𝑡+54
Ri = 𝑋𝑡 (𝑋𝑡(1−𝑡)+1272𝑡)………………………………………………………………(2.26)

II. Bila 1 ≤ t ≤ 24, maka :

11300𝑡 𝑋𝑖
R = √( 𝑡+3,12 ) (100)………………………………………………………………….(2.27)

Sedangkan untuk menentukan intensitas hujan menurut Hasper Weduwen, digunakan


rumus, sebagai berikut:
𝑅
𝐼 = 𝑡 ………………………………………………………………………………...(2.28)

Keterangan:

Xt,Xi = Hujan Harian Maksimum (mm/24 jam)

t = Durasi waktu (jam)

DRAINASE PERKOTAAN 30
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

R, Ri = Curah Hujan

2.2.3.7. Pemilihan Rumus Intensitas Hujan


Persamaan intensitas terhadap variabel untuk perhitungan debit air hujan menggunakan
bentuk persamaan yang sederhana yang umumnya memakai bentuk persamaan Talbot,
Sherman, dan Ishiguro. Dari hasil analisa curah hujan menurut rumus Van Breen atau Hasper
Weduwen, untuk disubtitusikan kedalam rumus Talbot, Sherman, dan Ishiguro dengan metode
kuadrat terkecil (Least Square). Persamaan yang mempunyai beda terkecil yang akan dipakai.
Berikut metode perhitungan yang digunakan:

A. Metode Talbot

Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Talbot dalam tahun 1881 dan disebut jenis Talbot.
Rumus ini banyak digunakan karena mudah diterapkan. Adapun rumus yang digunakan yaitu
sebagai berikut:
𝑎
𝐼 = 𝑡+𝑏……………………………………………………………………………..(2.29)

Keterangan :

I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)

t = Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)

a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan yang terjadi di suatu
wilayah

N = jumlah tahun pengamatan

(∑[𝐼.𝑡] ∑[𝐼2 ]− ∑[𝐼2 .𝑡] ∑[𝐼])


𝑎= …………………………………………………………….(2.30)
𝑵 ∑[𝑰𝟐 }− ∑[𝑰][𝑰]

(∑[𝐼] ∑[𝐼.𝑡]− 𝑁 ∑[𝐼 2 .𝑡])


𝑏= ……………………………………………………………...(2.31)
𝑵 ∑[𝑰𝟐 }− ∑[𝑰][𝑰]

B. Metode Sherman

DRAINASE PERKOTAAN 31
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Rumus ini dikemukakan oleh Prof. Sherman dalam tahun 1905 dan disebut jenis
Sherman. Rumus ini mungkin cock untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2
jam. Rumus yang digunakan (Suripin, 2003):
𝑎
𝐼 = 𝑡 𝑛 …………………………………………………………………………………(2.32)

Keterangan :

I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)

t = Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)

a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan yang terjadi di suatu
wilayah

N = jumlah tahun pengamatan

(∑[log 𝐼] ∑[(log2 𝑡)]− ∑[log 𝑡.log 𝐼] ∑[log 𝑡])


log 𝑎 = …………………………………………(2.33)
𝑵 ∑[𝒍𝒐𝒈𝟐 𝒕]− ∑[𝒍𝒐𝒈 𝒕][𝒍𝒐𝒈 𝒕]

(∑[log 𝐼] ∑[(log 𝑡)]− 𝑁 ∑[log 𝑡.log 𝐼])


𝑛= …………………………………………………(2.34)
𝑵 ∑[𝒍𝒐𝒈𝟐 𝒕]− ∑[𝒍𝒐𝒈 𝒕][𝒍𝒐𝒈 𝒕]

C. Metode Ishiguro
Rumus ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro dalam tahun 1953. Rumus yang digunakan
sebagai berikut (Suripin, 2003):
𝑎
𝐼= ………………………………………………………………………………(2.35)
√𝑡+𝑏

Keterangan :

I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)

t = Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)

a dan b = konstanta yang tergantung pada lamanya curah hujan yang terjadi di suatu
wilayah

N = jumlah tahun pengamatan

(∑[𝐼.√𝑡] ∑[𝐼2 ]− ∑[𝐼 2 .√𝑡] ∑[𝐼])


𝑎= …………………………………………………………(2.36)
𝑵 ∑[𝑰𝟐 }− ∑[𝑰][𝑰]

DRAINASE PERKOTAAN 32
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

(∑[𝐼] ∑[𝐼.√𝑡]− 𝑁 ∑[𝐼2 .√𝑡])


𝑏= ……………………………………………………………(2.37)
𝑵 ∑[𝑰𝟐 }− ∑[𝑰][𝑰]

DRAINASE PERKOTAAN 33
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2.3. Dasar Perencanaan


Sistem yang akan direncanakan adalah sistem terpisah. Di dalam perencanaan sistem
penyaluran air hujan ini digunakan beberapa parameter yang merupakan dasar perencanaan
sistem. Dalam menentukan arah jalur saluran air hujan yang direncanakan terdapat batasan –
batasan sebagai berikut:
1. Arah pengaliran dalam saluran mengikuti garis ketinggian yang ada sehingga diharapkan
pengaliran secara gravitasi dan menghindari pemompaan.
2. Pemanfaatan sungai/anak sungai sebagai badan air penerima dari outfall yang
direncanakan.
Dalam parameter tersebut ditunjukkan adanya faktor pembatas yaitu kondisi geografi
setempat. Dari kondisi ini dikembangkan suatu sistem dengan berbagai alternatif dengan
mempertimbangkan segi teknis dan ekonomisnya (Joetata Hadihardjaja, 1995).

2.3.1. Ketentuan Arah Alir atau Teknis


Faktor – faktor yang diperlukan dipertimbangkan untuk perancangan saluran tahan erosi
adalah (Analisa Hidrologi Terapan Untuk Perencanaan Drainase Perkotaan, penulis NN): 1.
Jenis material yang membentuk tubuh saluran untuk menentukan koefisien kekasarannya. 2.
Kecepatan aliran minimum yang diijinkan agar tidak terjadi pengendapan apabila air
mengandung lumpur dan sisa – sisa kotoran. 3. Kemiringan dasar dan dinding saluran.
Penampang yang efisien, baik yang hidrolis maupun empiris.

Beberapa kriteria perancangan dapat diuraikan berikut ini:


A. Plot rute jatan di peta topografi (L)
1. Plot rute jalan rencana pada topografi diperlukan untuk mengetahui gambaran topografi
atau daerah kondisi sepanjang trase jalan yang akan dilalui dapat dipelajari.
2. Kondisi terrain pada daerah layanan diperlukan untuk menentukan bentuk dan kemiringan
yang akan mempengaruhi pola aliran.
3. Inventarisasi data bangunan drainase (gorong-gorong, jembatan, dan lai-lain) Eksisting
meliputi lokasi, dimensi, arah aliran pembuangan dan kondisi. Data ini digunakan agar
perencanaan sistem drainase jalan tidak menganggu sistem drainase yang telah ada.
4. Segmen panjang saluran (L)

DRAINASE PERKOTAAN 34
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Penentuan panjang segmen saluran (L) didasarkan pada:


1) Kemiringan rute jalan, disarankan kemiringan saluran mendekati kemiringan rute jalan.
2) Adanya tempat pembuangan air seperti badan air (misalnya: sungai, waduk, dan lain-lain.
3) Langkah coba-coba, sehingga dimensi saluran paling ekonois.

2.3.2. Luas Daerah Blok Pelayanan (A)


Pembagian blok dimaksudkan agar sistem drainase dapat melayani seefektif mungkin,
mempermudah pembuatan jaringan dan perhitungan dimensi saluran. Tidak semua kawasan
yang ada di Kota akan dilayani. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa untuk daerah
yang tidak terlayani, air hujan lebih mudah meresap ke tanah karena kawasannya merupakan
area terbuka (bukan pemukiman padat). Selain itu daerah yang tidak terlayani tersebut
merupakan daerah dengan topografi rendah atau dekat dengan sungai.
Dalam menentukan luasan blok dari sebuah saluran yang melayani suatu areal tertentu,
perlu diperhatikan sistem drainase pada kota tersebut secara keseluruhan. Mengingat masing-
masing areal pelayanan dari setiap saluran merupakan sebuah subsistem dari sistem drainase
kota sebagai suatu kesatuan. Penentuan besarnya catchment area sangat bergantung dari
beberapa faktor, antara lain (Analisa Hidrologi Terapan Untuk Perencanaan Drainase
Perkotaan, penulis NN):
A. Kondisi topografi daerah.
B. Sarana/prasarana drainase yang sudah ada.
C. Sarana/prasarana jalan yang sudah ada dan akan dibangun.
D. Sarana/prasarana kota lainnya seperti jaringan listrik, air bersih, telepon, dan lain-lain.
E. Ketersediaan lahan alur saluran

2.3.3. Koefisien larian atau run off (C)


Ketepatan dalam menetapkan besarnya debit air yang harus dialirkan melalui saluran
drainase pada daerah tertentu, sangatlah penting dalam penentuan dimensi saluran. Menghitung
besarnya debit rancangan drainase perkotaan pada umumnya digunakan metode rasional dan
modifikasinya (Joetata Hadihardjaja, 1995).
Untuk penentuan harga C didasarkan pada peta Tata Guna Lahan (TGL) kota
perencanaan. Harga koefisien pengaliran (C) untuk daerah datar diambil C yang terkecil
sedangkan untuk daerah lereng diambil nilai C yang besar. Bila daerah pengaliran atau daerah

DRAINASE PERKOTAAN 35
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

layanan terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai nilai C yang berbeda.
Harga C rata-rata dapat ditentukan dengan rumus berikut:
𝐶1.𝐴1+𝐶2.𝐴2+𝐶3.𝐴3+(… )
𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = …………………………………………….(2.38)
𝐴1+𝐴2+𝐴3+(… )

Keterangan :

C1,C2,C3,(...) = Koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi permukaan

A1,A2,A3,(…) = Luas daerah tata guna lahan pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan
kondisi permukaan

Berikut adalah tabel besarnya koefisien pengaliran :

Tabel 2.9 Koeisien Run Off (C)

Deskripsi Lahan atau Koefisien


N
Karakter Permukaan Pengalira
o
n
1 Bisnis
Perkotaan 0,7 -
0,95
Pinggiran 0,5 - 0,7
2 Perumahan
Rumah Tinggal 0,3 - 0,4
Multi, terpisah 0,4 - 0,6
Multi, tergabung 0,6 -
0,75
Perkampungan 0,25 -
0,4
Apartemen 0,5 - 0,7
3 Industri
Ringan 0,5
Berat 0,8
4 Perkerasan
Aspal dan Beton 0,7 -
0,95
Batu-bata, Paving 0,5 - 0,7
5 Atap 0,7 -
0,95
6 Halaman, tanah berpasir
Datar 2% 0,05 -
0,1
Rata-rata 2 - 7% 0,1 -

DRAINASE PERKOTAAN 36
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

0,15
Curam 7% 0,15 -
0,20
7 Halaman tanah berat
Datar 2% 0,13 -
0,17
Rata-rata 2 - 7% 0,18 -
0,22
Curam 7% 0,25 -
0,35
8 Halaman kereta api 0,1 -
0,35
9 Taman tempat bermain 0,2 -
0,35
10 Taman perkebunan 0,1 -
0,25
11 Hutan
Datar 0% - 5% 0,1 - 0,4
Bergelombang 5 - 10% 0,25 -
0,5
Berbukit 10 - 30% 0,3 - 0,6
Sumber : Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, 2004

2.3.4. Penentuan Debit Saluran

Debit air hujan atau limpasan adalah volume air hujan per satuan
waktu yang tidak mengalami infiltrasi sehingga harus dialirkan melalui
saluran drainase. Debit air limpasan terdiri dari tiga komponen yaitu koefisien
run off (C), data intensitas curah hujan (I), dan catchment area (A).

𝑄 = 0,278. 𝐶. 𝐼. 𝐴.........................................................................................................(2.39)

Keterangan :

Q = Debit (m3/detik)

C = koefisien runoff (C)

I =intensitas (mm/jam)

A = Luasan (km)

Dimana :

DRAINASE PERKOTAAN 37
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

100
𝐼 = 𝑇𝑐+50......................................................................................................................(2.40)

Dalam perencanaan saluaran drainase dapat dipakai standar yang telah


ditetapkan, baik debit rencana (periode ulang) dan cara analisis yang dipakai,
tinggi jagaan, struktur saluran, dan lain-lain. Berikut merupakan kala ulang
yang dipakai berdasarkan luas daerah pengaliran saluran dan jenis kota yang
akan direncanakan sistem drainasenya.

Tabel 2.10 Kala Ulang Berdasarkan Tipologi Kota


Daerah Tangkapan Air (Ha)
No Tipologi Kota
<10 10-100 101-500 >500
1 Kota 2 2-5 5-10 10-25
Metropolitan Tahun Tahun Tahun Tahun
2 Kota Besar 2 2-5 2-5 5-20
Tahun Tahun Tahun Tahun
3 Kota Sedang 2 2-5 2-5 5-10
Tahun Tahun Tahun Tahun
4 Kota Kecil 2 2 Tahun 2 Tahun 2-5 Tahun
Tahun
Sumber : Tata Cara Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan, Nomor 12/Prt/M/2014

2.3.5. Waktu Konsentrasi Tc


Waktu konsentasi merupakan adalah waktu tempuh yang diperlukan oleh air hujan
mengalir dari titik terjauh di DTA sampai di titik yang dikaji. Didalam prakteknya waktu
konsentrasi dihitung atau ditentukan secara empiris agar perhitungan debit banjir menghasilkan
nilai yang dapat diterima dan masuk akal. Untuk daerah perkotaan, waktu konsentrasi (T c)
terdiri dari waktu awal yang diperlukan limpasan permukaan (ti) ditambah waktu yang
diperlukan debit banjir mengalir di sistem saluran (T d). Besarnya waktu awal (To) dapat
diestimasi berdasarkan kemiringan permukaan, tampungan depresi, tutupan permukaan, hujan
sebelumnya dan kapasitas infiltrasi dari lahan. Sedang waktu alir di sistem saluran (T d) dapat
diestimasi berdasarkan property hidrolik dari sistim salurannya. Jadi besarnya waktu
konsentrasi dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Tc = 𝑇𝑜 𝑥 𝑇𝑑………………………………………………………………………(2.41)

Keterangan:

DRAINASE PERKOTAAN 38
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Tc = Waktu Konsentrasi (menit)

To = Waktu Awal limpasan permukaan (menit)

Td = Waktu aliran debit banjir di sistem saluran (menit)

Gambar 2.16 Grafik penentuan waktu limpasan permukaan

Sumber: Master Plan Study DKI, JICA 1991

A. Waktu Awal Limpasan


 Untuk Daerah pengaliran sangat kecil, dengan tali air ± 300m
1
3,26.(1,1𝐶).(𝐿𝑜)2
𝑇𝑜 = 1 …………………………………………………………………..(2.42)
(𝑆𝑜)3

 Untuk daerah pengairan kecil dengan panjang tali air sampai 1000m
1
108.𝑛.(𝐿𝑜)3
𝑇𝑜 = 1 ………………………………………………………………………(2.43)
(𝑆𝑜)5

Dimana :

∆𝐻
𝑆𝑜 = ……………………………………………………………………………....(2.44)
𝐿𝑜

Keterangan :

DRAINASE PERKOTAAN 39
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

To = Waktu limpasan (menit)

n = Harga Koefisien kekasaran permukaan tanah

Lo = Panjang limpasan (m)

So = Kemiringan medan limpasan

∆𝐻 = Beda tinggi muka tanah antar limpasan terjauh dengan saluran

Tabel 2.11 Nilai Kekasaran Manning (n) untuk Saluran Terbuka

No Channel Type Manning (n)


1 Lined Channels
Aspalt 0,013 - 0,017
Brick 0,012 - 0,018
Concrete 0,011 - 0,020
Rubble or riprap 0,020 - 0,035
Vegetal 0,030 - 0,400
2 Excavated or dredged
Earth, straight, and uniform 0,020 - 0,030
Earth, windind, fairly uniform 0,025 - 0,040
Rock 0,030 - 0,045
Unmaintained 0,050 - 0,140
3 Natural channels (mirror strams, top width at flood
stage < 100 ft)
Fairly regular section 0,030 - 0,070
Irrengular section with poo;s 0,040 - 0,100
Sumber : EPA SWMM 5.0

Tabel 2.12 Harga n dalam Rumus Manning Berdasarkan Jenis Saluran


No Jenis Saluran 1/n N
1 Lapisan beton 67 0,015
2 Pasangan batu kali 40 0,025
3 Tanpa pengerasan (teratur) 33 0,030
4 Saluran alami (tidak 22 0,045
teratur)
Sumber : Dr. Ir. Suripin, M.Eng
Tabel 2.13 Harga n dalam Rumus Manning Berdasarkan Jenis Permukaan
Bo Jenis Permukaan N
1 Permukaan diperkeras 0,015
2 Tanah Terbuka 0,0275
3 Tanah dengan sedikit 0,055
rumput

DRAINASE PERKOTAAN 40
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

4 Tanah dengan rumput 0,045


sedang
5 Tanah dengan rumput tebal 0,060
Sumber : Dr. Ir. Suripin, M.Eng

B. Waktu alir debit banjir di saluran air


𝐿𝑑
𝑇𝑑 = 𝑉𝑑………………………………………………………………………………(2.45)

Keterangan :
Td = Waktu Alir Debit Banjir
Ld = Panjang Saluran
Vd = Kecepatan di Aliran

Waktu alir di sistem drainase dihitung atau ditentukan menggunakan properti hidrolik
dan kecepatan aliran dalam tabel berikut:

Tabel 2.14 Kecepatan aliran di saluran


No Kecepatan m/s Kemiringan saluran (S) m/m
1 2 1/200 < S
2 1,5 1/500 < 5 << 1/200
3 1 1/1000 < s 1/500
4 0,5 S < 1/1000
Sumber: Master Plan Study DKI, JICA 1991

Tabel 2.15 Kecepatan aliran di saluran


No Kecepatan m/s Kemiringan saluran (S) m/m
1 0,4 <1
2 0,6 1-<2
3 0,9 2-<4
4 1,2 4-<6
5 1,5 6 - < 10
6 2,4 10 - < 15
Sumber: Wesley Mekanika Tanah, 1975
Untuk menentukan nilai kemiringan atau slope pada saluran dapat dihitung dengan
menggunakan :
∆𝐻
𝑆𝑑 = ………………………………………………………………………………(2.46)
𝐿𝑑

DRAINASE PERKOTAAN 41
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Keterangan :

Sd = Kemiringan saluran (m/m)

∆𝐻 = Beda tinggi

Ld = Panjang saluran (m)

2.3.6. Pemilihan Jenis dan Bentuk Saluran

Penentuan dimensi saluran atau ukuran bangunan dilakukan berdasarkan rumus – rumus
pendekatan setepat mungkin sesuai dengan situasi / kondisi di lapangan. Di Indonesia, untuk
merancang sistem saluran tertutup ini dilakukan dengan pendekatan menggunakan cara
konvensional yaitu dengan menggunakan pendekatan terhadap saluran terbuka. Apabila
digunakan saluran yang ditanam dalam tanah, biasanya berbentuk bulat atau persegi maka
diasumsikan agar saluran tersebut penuh secukupnya dalam arti tidak tertekan sehingga masih
dapat digunakan persamaan saluran terbuka. Rumus Manning biasanya digunakan untuk
memperlihatkan kehilangan tekanan akibat geser dalam saluran tertutup.
Perencanaan sistem drainase air hujan di negara – negara yang sudah maju ada
kecenderungan pemakaian pipa dengan menggunakan prinsip aliran di saluran tertutup. Karena
cara ini menggunakan saluran tertutup sehingga alirannya tertekan. Keuntungannya dimensi
yang diperlukan dapat diperkecil terutama di daerah terjal. Untuk aliran tertekan, persamaan
Manning hanya diterapkan pada daerah yang benar – benar kasar. Oleh karena itu rumus
tersebut sering tidak dapat diterapkan untuk berbagai kasus aliran tertekan dan karenanya jarang
dipakai. Jika merancang untuk aliran tertekan, maka besar kehilangan energi di sumuran perlu
diperkirakan secara tepat, karena gejala tersebut sangat berarti pada situasi aliran tertekan.

Penentuan dimensi atau ukuran bangunan dilakukan berdasarkan rumus pendekatan


sesuai dengan kondisi di lapangan, misalnya:
1. Merancang sistem saluran tertutup dilakukan dengan menggunakan pendekatan
terhadap saluran terbuka. Apabila digunakan saluran yang ditanam dalam tanah, yang
biasanya berbentuk bulat atau persegi, maka diasumsikan agar saluran tersebut penuh
secukupnya dalam arti tidak tertekan sehingga masih dapat digunakan persamaan
saluran terbuka. Rumus Manning biasanya digunakan untuk memperlihatkan kehilangan
tekanan akibat geser dalam saluran tertutup.

DRAINASE PERKOTAAN 42
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2. Perencanaan sistem drainase air hujan dinegara yang sudah maju ada kecenderungan
pemakaian pipa dengan menggunakan prinsip aliran di saluran tertutup, Karena cara ini
menggunakan saluran tertutup, sehingga alirannya tertekan. Keuntungannya dimensi
yang diperlukan dapat diperkecil terutama di daerah terjal.
3. Untuk aliran tertekan, persamaan Manning hanya diterapkan pada daerah yang betul
-betul kasar. Oleh karena itu rumus tersebut sering tidak bisa diterapkan untuk berbagai
kasus aliran tertekan dan karenanya jarang dipakai. Bila merancang untuk aliran yang
tertekan, maka besar kehilangan energi disumuran perlu diperkirakan secara tepat
karena gejala tersebut sangat berarti pada situasi aliran tertekan.
4. Kelancaran pengaliran air dari jalan ke dalam saluran draianse agar dilewatkan melalui
lubang pematus yang berdimensi dan berjarak penempatan tertentu.
5. Dimensi bangunan pelengkap seperti gorong-gorong, pintu air dan lubang pemeriksaan
agar ditentukan berdasarkan kriteria perancangan sesuai engan macam kota, daerah dan
macam saluran
Kecepatan maksimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar dari kecepatan
maksimum yang diijinkan sehingga tidak terjadi kerusakan.
Kecepatan minimum aliran agar ditentukan tidak lebih kecil dari kecepatan minimum
yang diijinkan sehingga tidak terjadi pengendapan dan pertumbuhan tanaman air.

 Penampang dan Keliling Terbasahi Saluran


Penampang saluran yang efisien adalah penampang saluran yang mampu :
a) Mengalirkan air atau debit minimum
b) Keliling basah minimum
c) Luas penampang hemat atau ekonomis
d) Keliling terbasahi dipengaruhi oleh:
- Kemiringan dasar saluran
Kemiringan dasar saluran hendaknya direncanakan sedemikian rupa sehingga kemungkinan
terjadinya erosi maupun sedimentasi disaluran dapat dihindari. Disamping itu kemiringan
dasar saluran juga akan mempengaruhi luas penampang melintang saluran yang dibutuhkan
untuk dapat mengakomodasikan debit aliran tertentu.
- Koefisien kekasaran Manning
Koefisien manning atau kekasaran saluran ini hendaknya direncanakan sehubungan dengan

DRAINASE PERKOTAAN 43
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

kondisi yang mungkin terjadi di lapangan akibat pemeliharaan saluran yang dapat
diharapkan. Jadi bukan kondisi saluran yang baru selesai dibangun atau dilaksanakan.
- Luas penampang aliran
Luas penampang hendaknya direncanakan sedemikian sehingga ada perbandingan yang
serasi antara lebar dan kedalaman. Khusus untuk daerah perkotaan, saluran dengan
kedalaman yang terlalu besar hendaknya harap dihindari
 Pengaruh Arus Balik (Backwater)

Pengaruh arus balik perlu diketahui untuk melakukan estimasi perubahan kedalaman air
sepanjang saluran pada aliran tak beraturan serta profil permukaan air. Hal ini erat hubungannya
dengan perencanaan tinggi tanggul sungai/saluran. Sebagai contoh untuk mengestimasi
pengaruh air balik pada daerah hulu ketika dibangun jembatan atau gorong-gorong/pintu air
atau mengestimasi tinggi air di hilir karena pengaruh air pasang.
Metoda untuk menghitung pengaruh air balik adalah :
a) Direct Step
Metoda ini digunakan untuk saluran yang beraturan. Data yang diketahui adalah debit
aliran (Q), kemiringan dasar saluran (So) dan koefisien kekasaran Manning. Dengan diketahui
kedalaman air normal, dicari kedalaman air pada jarak yang akan dihitung

b) Metoda Standar Step

Metode ini digunakan untuk saluran – saluran yang tidak beraturan atau saluran alam.
Data yang diketahui adalah debit aliran (Q), kemiringan dasar saluran (So) dan koefisien
kekasaran Manning. Diperlukan data penampang melintang saluran pada jarak tertentu.
Perhitungan dilakukan dengan cara cobacoba, dengan mengasumsikan kedalaman air pada
jarak tertentu. Dihitung dahulu sampai diperoleh nilai yang tetap, baru melangkah pada jarak
tertentu berikutnya, sampai pada tempat yang ingin dihitung. Sedangkan untuk daerah
pesisir, efek dari kenaikan muka air di sebelah udik ini dapat didekati secara sederhana. Pada
daerah pesisir, perhitungan ini dibutuhkan antara lain untuk menganalisis efek pembendungan
muka air laut terhadap aliran di muara sungai/saluran.

c) Tinggi Jagaan (freeboard)


Dalam perencanaan saluran, selalu juga dipertimbangkan adanya tinggi jagaan. Tinggi
jagaan adalah jarak vertikal dari permukaan air pada kondisi desain ke puncak tanggul saluran.

DRAINASE PERKOTAAN 44
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Tinggi jagaan tergantung dari beberapa faktor, seperti:

- Ukuran saluran
- Kecepatan aliran,
- Arah dan lengkung (belokan) saluran
- Debit banjir
- Pengaruh air balik dan gelombang permukaan akibat tekanan aliran angin.

Besarnya tinggi jagaan bervariasi antara 0,15 m sampai 1 m tetapi umumnya diambil
antara 0,3 – 0,6 m. Tinggi freeboard yang paling rendah ditentukan sebesar 10 cm di atas
permukaan air rencana untuk debit maksimum rencana (Qmaks)

Tabel 2.16 Fakotr (C) Freeboard Berdasarkan Debit Saluran


Freeboard Saluran (m)
No
Debit saluran Faktor C
(Q) m3/s
1 Q < 0,6 m3/s C = 0,14
2 0,6 m3/s < Q < 8 0,14 < C <
m3/s 0,2
3 Q > 8 m3/s C > 0,23

Adapun berikut adalah beberapa macam jenis bentuk saluran drainase, antara lain:

A) Persegi

Bentuk empat persegi panjang digunakan jika debit besar dan saluran terbuka. Jika
kedalaman terbatas/kecil maka lebar saluran harus diperbesar. Saluran dibuat dari pasangan
batu atau beton bertulang. Untuk saluran yang lebar, bagian dasar saluran tidak diperkeras
tetapi berupa tanah. Pada dinding saluran dibuat lubanglubang darianse (wheep holes) yang
diberi lapisan ijuk dibagian belakang dinding.

Gambar 2.17 Potongan bentuk saluran persegi

DRAINASE PERKOTAAN 45
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Rumus yang digunakan untuk bentuk saluran persegi :

𝐴 = 𝑏. ℎ……………………………………………………………………………...(2.47)

𝑃 = 𝑏 + 2ℎ…………………………………………………………………………..(2.48)

𝐴
𝑅 = 𝑃…………………………………………………………………………………(2.49)

2
𝑣𝑛
𝑆 = [ 2 ] ……………………………………………………………………………..(2.50)
𝑅3

Keterangan:

A = Luas setengah lingkaran (m2)

P = Keliling terbasahi (m)

R = Jari-jari hidrolis (m)

S = Kemiringan saluran (m/m)

h = Kedalaman saluran yang tergenang air (m)

b = Lebar selokan (m)

V = Kecepatan aliran (m/detik)

B) Trapesium
Bentuk trapesium digunakan jika selokan terbuka dan tempat memungkinkan atau
cukup luas. Saluran diperkeras dengan pasangan batu muka atau beton tipis (tidak ada tekanan
tanah dari samping). Pada dinding saluran perlu diberi lubanglubang drainase (wheep holes)
untuk mengalirkan air tanah guna mengurangi tekanan air tanah. Dibelakang lubang-lubang
tersebut diberi lapisan ijuk untuk mencegah butiran tanah terbawa keluar yang dapat
menyebabkan terjadinya rongga-rongga di belakang dinding saluran sehingga saluran bisa retak
atau pecah.

DRAINASE PERKOTAAN 46
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Gambar 2.18 Potongan Bentuk Trapesium

Rumus yang digunakan untuk bentuk saluran trapesium :

𝑏+2𝑧ℎ
ℎ√(𝑧 2 + 1) = …………………………………………………………………(2.51)
2

𝐴 = (𝑏 + 𝑧. ℎ)ℎ………………………………………………………………………(2.52)

𝑃 = 𝑏 + 2ℎ√(𝑧 2 + 1………………………………………………………………...(2.53)

𝐴
𝑅 = 𝑃………………………………………………………………………………....(2.54)

2
𝑣𝑛
𝑆 = [ 2 ] ……………………………………………………………………………..(2.55)
𝑅3

Keterangan :

A = Luas setengah lingkaran (m2)

P = Keliling terbasahi (m)

R = Jari-jari hidrolis (m)

S = Kemiringan saluran (m/m)

h = Kedalaman saluran yang tergenang air (m)

V = Kecepatan aliran (m/detik)

Z = Kemiringan talud (berdasarkan besarnya debit (Lihat tabel 2.17)

b = Lebar selokan (m)

DRAINASE PERKOTAAN 47
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Tabel 2.17 Kemiringan Talud

Nomor Debit (Q) m3/s Kemiringan Talud (Z)

1 2 1:01

2 1,5 01:01,5

3 1 1:02

Sumber : Departemen Pekerjaan Umum 2006

C) Segitiga dan Setengah Lingkaran

Bentuk segitiga atau setengah lingkaran digunakan jika debit kecil dan selokan terbuka.
Umumnya untuk menampung dan menyalurkan air hujan ditepi jalan dan dibuang ke saluran
yang lebih luas. Saluran diperkeras / diberi lapisan didnding dari pasangan batu muka atau
beton tipis untuk mencegah erosi, terutama jika kemiringan dasar saluran cukup besar.
Pelaksanaan perkerasan harus dari ujung bawah ke atas (dari hilir ke hulu) agar setiap sat ada
hujan, saluran sudah bisa berfungsi.

Gambar 2.19 Potongan Bentu Segitiga

Rumus yang digunakan untuk bentuk saluran segitiga :

𝐴 = ℎ2 ………………………………………………………………………………..(2.56)

𝑃 = 2ℎ√2…………………………………………………………………………….(2.57)

1
𝑅 = ℎ√2…………………………………………………………………………….(2.58)
4

DRAINASE PERKOTAAN 48
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

𝑏 = 2ℎ………………………………………………………………………………..(2.59)

2
𝑣𝑛
𝑆 = [ 2 ] ……………………………………………………………………………..(2.60)
𝑅3

Keterangan :

A = Luas setengah lingkaran (m2)

P = Keliling terbasahi (m)

R = Jari-jari hidrolis (m)

S = Kemiringan saluran (m/m)

h = Kedalaman saluran yang tergenang air (m)

V = Kecepatan aliran (m/detik)

b = Lebar selokan (m)

Gambar 2.20 Bentuk Potongan setengah Lingkaran

Rumus yang digunakan untuk bentuk saluran setengah lingkaran :

1
𝐴 = 2 𝜋𝑑 2 …………………………………………………………………………….(2.61)

𝑃 = 𝜋𝑑……………………………………………………………………………….(2.62)

1
𝑅 = 2 𝑑……………………………………………………………………………….(2.63)

𝑏 = 2𝑑………………………………………………………………………………..(2.64)

DRAINASE PERKOTAAN 49
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2
𝑣𝑛
𝑆 = [ 2 ] ……………………………………………………………………………..(2.65)
𝑅3

Keterangan:

A = Luas setengah lingkaran (m2)

P = Keliling terbasahi (m)

R = Jari-jari hidrolis (m)

S = Kemiringan saluran (m/m)

h = Kedalaman saluran yang tergenang air (m)

V = Kecepatan aliran (m/detik)

b = Lebar selokan (m)

2.3.7. Perhitungan Elevasi dan Slope Tanah


A. Elevasi
Sebelum menentukan slope tanah dilakukan perhitungan elevasi tanah terlebih
dahulu, dimana penentuan elevasi muka tanah dihitung berdasarkan interpolasi
kontur. Apabila mengukur elevasi titik yang dicari dari elevasi terendah, maka
menggunakan rumus :
𝑡𝑡−𝑡𝑟
𝑡𝑟 + ( ) 𝑥 𝑑𝑥……………………..……………………………………..(2.66)
𝑑𝑡

Apabila mengukur elevasi titik yang dicari dari elevasi tertinggi, maka rumus yang
digunakan adalah :

𝑡𝑡−𝑡𝑟
𝑡𝑡 − ( ) 𝑥 𝑑𝑥………………………………………………………………(2.67)
𝑑𝑡

Keterangan :

tt = Kontur tertinggi

tr = Kontur terendah

dt = Jarak antara 2 kontur diantara titik yang dicari

DRAINASE PERKOTAAN 50
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

dx = Jarak titik yang dicari dari kontur tertinggi / terenda

B. Slope Tanah

Setelah didapatkan debit aliran puncak dalam setiap sektor pelayanan kemudian
dikalikan suatu faktor sehingga didapatkan debit penuh, maka selanjutnya dilakukan
pendimensian pipa dengan menghitung kemiringan tanah, yang dihitung dengan
persamaan (H. E. Babbit, Sewerage and Sewage Treatment, 1969) :

𝐸1−𝐸2
𝑆𝑡 = ………………………………………………………………(2.68)
𝐿

2.3.8. Bangunan Pelengkap

Bangunan pelengkap dimaksudkan sebagai sarana pelengkap dan pendukung sistem


penyaluran air hujan yang tujuan utamanya adalah membantu melancarkan fungsi
pengaliran sesuai yang diharapkan dan diperhitungkan. Bangunan pelengkap yang ada
pada sistem drainase antara lain :

a) Sambungan Persil

Merupakan sambungan saluran air hujan dari rumah-rumah ke saluran air hujan yang
terletak di tepi-tepi jalan. Sambungan ini dapat berupa saluran terbuka atau tertutup
dan dibuat terpisah dari saluran air buangan.
Dalam praktiknya, pertemuan saluran diusahakan mempunyai ketinggian yang sama
untuk mengurangi konstruksi yang berlebihan, yaitu dengan jalan optimasi kecepatan
untuk menghasilkan kemiringan yang diinginkan. Untuk mengurangi kehilangan
tekanan yang terlalu besar dan untuk kemanan konstruksi, maka dinding pertemuan
saluran dibuat tiak bersudut atau dibuat lengkung serta diperhalus. Untuk pertemuan
saluran yang berbeda jenis maupun bentuknya, maka digunakan bak yang berfungsi
sebagai bak pengumpul

b) Street Inlet
Street Inlet merupakan lubang di sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang jalan menuju ke dalam
saluran. Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi jalan yang ada,
maka pada jenis penggunaan saluran terbuka tidak diperlukan street inlet karena

DRAINASE PERKOTAAN 51
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

ambang saluran yang ada merupakan bukaan yang bebas. Peletakan street inlet
mempunyai ketentuan-ketentuan, sebagai berikut :
1. Diletakkan pada tempat yang tidak memberikan gangguan lalu lintas jalan
maupun pejalan kaki.
2. Ditempatkan pada daerah yang rendah di mana limpasan air hujan menuju ke
arah tersebut.
3. Air yang masuk melalui street inlet harus secepatnya mengalir ke dalam saluran.
4. Jumlah street inlet harus cukup untuk dapat menangkap limpasan air hujan pada
jalan yang bersangkutan.

2.4. Profil Hidrolis

Profil hidrolis adalah faktor yang penting demi terjadinya proses pengaliran air.
Profil ini tergantung dari energi tekan/head tekan (dalam tinggi kolom air) yang tersedia
bagi pengaliran. Head ini dapat disediakan oleh beda elevasi (tinggi ke rendah) sehingga
air pun akan mengalir secara gravitasi. Jika tidak terdapat beda elevasi yang memadai,
maka perlu diberikan head tambahan dari luar, yaitu dengan menggunakan pompa.

DRAINASE PERKOTAAN 52
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

BAB III

DAERAH PERENCANAAN

3.1. Kondisi Umum


The History of Java mengungkapkan bahwa nama Gresik berasal dari kata giri gisik,
yang berarti "gunung di tepi pantai", merujuk pada topografi kota yang berada di pinggir
pantai. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Gresik sebagian besar merupakan tanah kapur
yang relatif tandus.

Kondisi umum atau gambaran umum dari Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan


Panceng, dan Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik adalah dalam lingkup kawasan
pendukung lingkungan hidup dan kawasan strategis pendayagunaan Sumber Daya Alam
serta kawasan pertanian. Jumlah penduduk Kecamatan Sidayu per tahun adalah 37.871
jiwa dengan perbandingan laki-laki 18.832 dan perempuan 19.039. Yang menjadikan
penduduk Sidayu merupakan yang terkecil kedua di Kabupaten Gresik setelah Kecamatan
Tambak di pulau Bawean.

3.2. Letak Geografis

Lokasi Kabupaten Gresik terletak di sebelah Barat Laut Kota Surabaya yang
merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah 1.191,25 km2. Secara
administratif, Kabupaten Gresik terbagi menjadi 18 Kecamatan terdiri dari 330 Desa dan
26 Kelurahan. Sedangkan secara geografis, wilayah Kabupaten Gresik terletak antara
112⁰ sampai 113⁰ Bujur Timur dan 7⁰ sampai 8⁰ Lintang Selatan merupakan dataran
rendah dengan ketinggian 2 sampai 12 meter di atas permukaan air laut kecuali
Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter diatas permukaan air laut.

3.2.1 Kecamatan Ujungpangkah

Kecamatan Ujungpangkah memiliki letak geografis dengan luas wilayah 94,82


Km2. Meliliki ketinggian daerah adalah ± 3 meter di atas permukaan laut.

Batas Kecamatan Ujungpangkah:

Sebelah utara : Laut Jawa

DRAINASE PERKOTAAN 53
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Sebelah timur : Kecamatan Sidayu

Sebelah selatan : Kecamatan Sidayu

Sebelah Barat : Kecamatan Panceng

Tabel 3.1 Luas Wilayah Kecamatan Ujungpangkah Menurut Desa/Kelurahan

Kode Desa / Kelurahan Luas Wilayah (km2)


Desa

001 Sekapuk 2,97

002 Bolo 4,30

003 Glatik 1,25

004 Tanjangawan 3,68

005 Ketapanglor 2,51

006 Karangrejo 3,04

007 Kebonagung 6,62

008 Gosari 4,60

009 Cangaan 3,68

010 Ngemboh 3,16

011 Banyuurip 5,35

012 Pangkahkulon 21,80

013 pangkahwetan 31,86

Sumber : Badan Pusat Statistik

3.2.2 Kecamatan Panceng

Kecamatan Panceng memiliki letak geografis dengan luas wilayah 62,59 Km2.
Dengan ketinggian daaerah adalah ± 3 meter di atas permukaan laut.

Batas wilayah Kecamatan Panceng:

DRAINASE PERKOTAAN 54
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Sebelah utara : Laut Jawa

Sebelah timur : Kecamatan Ujungpangkah dan Kecamatan Sidayu

Sebelah selatan : Kecamatan Dukun

Sebelah Barat : Kabupaten Lamongan

Tabel 3.2 Luas Wilayah Kecamatan Panceng Menurut Desa/Kelurahan

Kode Desa / Kelurahan Luas Wilayah (km2)


Desa

001 Sumurber 3,63

002 Serah 1,09

003 Sukodono 6.25

004 Petung 5,11

005 Wotan 9,47

006 Doudo 1,24

007 Surowiti 3,74

008 Siwalan 5,41

009 Ketanen 4,67

010 Pantenan 3,57

011 Prupuh 5,85

012 Dalegan 6,39

013 Campurejo 4,38

014 Banyutengah 1,79

Sumber : Badan Pusat Statistik

DRAINASE PERKOTAAN 55
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

3.2.3 Kecamatan Sidayu

Kecamatan Sidayu memiliki letak geografis dengan luas wilayah 47,13 Km2.
Dengan ketinggian daaerah adalah ± 7 meter di atas permukaan laut.

Batas wilayah Kecamatan Panceng:

Sebelah utara : Kecamatan Ujungpangkah

Sebelah timur : Selat Madura

Sebelah selatan : Kecamatan Bungah

Sebelah Barat : Kecamatan Dukun dan Kecamatan Panceng

Tabel 3.2 Luas Wilayah Kecamatan Panceng Menurut Desa/Kelurahan

Kode Desa / Kelurahan Luas Wilayah (km2)


Desa

001 Sukorejo 2,33

002 Lasem 2,96

003 Kertosono 3,38

004 Raci Kulon 2,76

005 Raci Tengah 2,48

006 Ngawen 2,66

007 Randu Boto 9,37

008 Mojo Asem 1,76

009 Asem Papak 0,22

010 Mriyunan 1,65

011 Sido Mulyo 0,08

DRAINASE PERKOTAAN 56
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Kode Desa / Kelurahan Luas Wilayah (km2)


Desa

012 Purwodadi 1,26

013 Bunderan 0,11

014 Kauman 0,04

015 Pengulu 0,06

016 Sedagaran 0,96

017 Srowo 3,17

018 Golokan 6,95

019 Samba Pondok 0,47

020 Wadeng 3,10

021 Gedangan 1,36

Sumber : Badan Pusat Statistik

3.3. Tata Guna Lahan

Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan Panceng, dan Kecamatan Sidayu merupakan


daerah yang mayoritas ruang terbuka (ruang terbuka hijau dan non hijau, lahan kosong
atau lahan yang belum terbangun). Daerah ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa.
Umumnya kondisi jalan-jalan pada ketiga Kecamatan ini sebagian besar adalah jalan-jalan
yang berukuran sempit.

Tata guna lahan di Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan Sidayu, dan Kecamatan


Panceng diketahui berdasarkan data fasilitas pada tahun 2016. Fasilitas-fasilitas tersebut
terbagi menjadi 4 (empat) kategori, yaitu :

1. Pendidikan
TK, SD, SMP, SMA, SMK, Perguruan Tinggi, Pondok Pesantren.
2. Peribadatan

DRAINASE PERKOTAAN 57
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Masjid, Muushola, Gereja, Pura, Viraha.


3. Kesehatan
Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Puskesmas, Laboratorium Medis, Tempat Praktik Dokter,
Tempat Praktik Bidan, Apotek, Toko Jamu, Posyandu.
4. Komersial
Industri Kecil, Industri Besar, Toko, Restoran, Hotel, Bank, SPBU, Mini Market

Tabel 3.1 Data Fasilitas Sekolah Dan Peribadatan Di Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan
Sidayu, Dan Kecamatan Panceng Tahun 2015

NAMA SEKOLAH PERIBADATAN


NO
KECAMATAN TK SD SMP SMK SMA PT PONPES MASJID MUSHOLA GEREJA PURA VIHARA
1 Ujungpangkah 24 12 6 9 29 126
2 Sidayu 21 7 5 2 29 109
3 Panceng 27 17 9 10 39 99

Sumber : Badan Pusat Statistik

Tabel 3.2 Data Fasilitas Kesehatan Dan Komersial Di Kecamatan Ujungpangkah, Kecamatan
Sidayu, Dan Kecamatan Panceng Tahun 2015

NAMA KESEHATAN KOMERSIAL


NO
KECAMATAN RUMAH SAKIT RUMAH BERSALIN PUSKESMAS POSYANDU KLINIK INDUSTRI HOTEL RESTORAN KANTOR POS
1 Ujungpangkah 1 2 54 5 3
2 Sidayu 1 52 1 15 6
3 Panceng 1 49 9 7

Sumber : Badan Pusat Statistik

DRAINASE PERKOTAAN 58
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

3.4 Peta Administrasi

Sumber data: Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah Kabupaten Gresik
Tahun 2016

Gambar 3.1 Peta Adiministrasi Kabupaten Gresik

DRAINASE PERKOTAAN 59
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

BAB IV

KRITERIA PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Penentuan Pengamatan Daerah Curah Hujan


Daerah yang akan digunakan sebagai acuan tugas besar mata kuliah Drainase Kota
yaitu Kabupaten Gresik dengan Kecamatan Ujungpangkah, Sidayu, dan Panceng. Berikut
adalah data curah hujan stasiun E, G, dan K.
Tabel 4.1 Data Curah Hujan (mm)
STASIUN
TAHUN
E G K

1998 121 119 201

1999 95 110 187

2000 142 213 158

2001 290 119 148

2002 134 163 196

2003 175 196 168

2004 138 106 163

2005 193 99 153

2006 136 145 187

2007 126 243 168

2008 88 125 197

2009 95 218 205

2010 115 134 178

2011 175 157 174

2012 135 137 136

DRAINASE PERKOTAAN 60
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

STASIUN
TAHUN
E G K

2013 126 228 197

2014 176 186 169

2015 194 145 105

2016 163 133 173

2017 179 94 128

2018 197 210 135

(Sumber : Data Curah Hujan)

4.2 Uji Konsistensi Data Curah Hujan

Pengujian konsistensi data hujan pada masing-masing stasiun dilakukan dengan cara
membandingkan akumulasi data hujan stasiun satu dengan akumulasi rata-rata data hujan
stasiun pembanding lainnya

Pada Perencanaan kali ini stasiun yang akan dilakukan uji konsistensi ada 3 stasiun
yaitu stasiun E, G, dan K, adapun untuk data curah hujan seperti yang ada di (tabel 4.1).
Dikatakan konsistensi apabila nilai R2 mendekati 1.

4.2.1 Uji Konsistensi Stasiun E

Tabel 4.2 Uji konsistensi stasiun E


Curah hujan rata- Akumulasi curah Akumulasi
Curah hujan
Tahun rata stasiun g,k hujan rata-rata curah hujan
stasiun e (mm)
(mm) stasiun g,k (mm) stasiun e (mm)
1998 160 160 121 121
1999 149 309 95 216
2000 186 494 142 358
2001 134 628 290 648
2002 180 807 134 782

DRAINASE PERKOTAAN 61
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Curah hujan rata- Akumulasi curah Akumulasi


Curah hujan
Tahun rata stasiun g,k hujan rata-rata curah hujan
stasiun e (mm)
(mm) stasiun g,k (mm) stasiun e (mm)
2003 182 989 175 957
2004 135 1124 138 1095
2005 126 1250 193 1288
2006 166 1416 136 1424
2007 206 1621 126 1550
2008 161 1782 88 1638
2009 212 1994 95 1733
2010 156 2150 115 1848
2011 166 2315 175 2023
2012 137 2452 135 2158
2013 213 2664 126 2284
2014 178 2842 176 2460
2015 125 2967 194 2654
2016 153 3120 163 2817
2017 111 3231 179 2996
2018 173 3403 197 3193
(Sumber : hasil perhitungan)

 Contoh perhitungan tabel 4.2 baris III :


Kolom I = Tahun Data Perencanaan
= 1999
Kolom II = Curah Hujan Rata-rata Stasiun G dan K
𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ 𝐻𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 𝐺+𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ 𝐻𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 𝐾
= 2
110+181
= 2

= 149 mm
Kolom III = Akumulasi Rata-Rata Curah Hujan Stasiun G dan K
= 160 + 149 = 309 mm
Kolom IV = Curah Hujan Stasiun E = 95 mm

DRAINASE PERKOTAAN 62
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Kolom V = Akumulasi Curah Hujan Stasiun E

= 95 + 121

= 216 mm

Adapun hasil dari perhitungan Tabel 4.2 diplotkan kedalam grafik hubungan antara
akumulasi curah hujan rata-rata stasiun E dengan akumulasi curah hujan rata-rata stasiun
G dan K adalah sebagai berikut:

4000 y = 147,59x + 7,119


R² = 0,995
3500
Akumulasi Curah
3000 Hujan Stasiun G & K
2500
2000 Akumulasi Curah
Hujan Stasiun E
1500
1000
Linear (Akumulasi
500 Curah Hujan Stasiun
0 E)

Gambar 4.1 Grafik Uji Konsistensi Stasiun E

Dari Gambar 4.1 uji konsistensi pada stasiun A menunjukkan bahwa diperoleh nilai
R2 sebesar 0,995. maka stasiun A memiliki curah hujan yang konsistensi.

4.2.2 Uji Konsistensi Stasiun G


Tabel 4.3 Uji konsistensi stasiun G

Akumulasi
curah hujan Curah hujan Akumulasi
Curah hujan rata-rata
Tahun rata-rata stasiun g curah hujan
stasiun e,k (mm)
stasiun e,k (mm) stasiun g (mm)
(mm)
1998 161 161 119 119
1999 141 302 110 229
2000 150 452 213 442
2001 219 671 119 561
2002 165 836 163 724

DRAINASE PERKOTAAN 63
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Akumulasi
curah hujan Curah hujan Akumulasi
Curah hujan rata-rata
Tahun rata-rata stasiun g curah hujan
stasiun e,k (mm)
stasiun e,k (mm) stasiun g (mm)
(mm)
2003 172 1008 196 920
2004 151 1158 106 1026
2005 173 1331 99 1125
2006 162 1493 145 1270
2007 147 1640 243 1513
2008 143 1782 125 1638
2009 150 1932 218 1856
2010 147 2079 134 1990
2011 175 2253 157 2147
2012 136 2389 137 2284
2013 162 2550 228 2512
2014 173 2723 186 2698
2015 150 2872 145 2843
2016 168 3040 133 2976
2017 154 3194 94 3070
2018 166 3360 210 3280
(Sumber : hasil perhitungan)

Adapun hasil dari perhitungan Tabel 4.2 diplotkan kedalam grafik hubungan antara
akumulasi curah hujan rata-rata stasiun G dengan akumulasi curah hujan rata-rata stasiun E dan
K adalah sebagai berikut:

DRAINASE PERKOTAAN 64
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

4000
y = 159,88x - 81,429
3500 Akumulasi Curah
R² = 0,9984
Hujan Stasiun E & K
3000
2500
Akumulasi Curah
2000 Hujan Stasiun g
1500
1000
Linear (Akumulasi
500 Curah Hujan Stasiun
g)
0

Gambar 4.2 Uji Konsistensi Stasiun G

Dari Gambar 4.1 uji konsistensi pada stasiun A menunjukkan bahwa diperoleh nilai
R2 sebesar 0,9984. maka stasiun G memiliki curah hujan yang konsistensi.

4.2.3 Uji Konsistensi Stasiun K

Tabel 4.4 Uji Konsistensi Stasiun K

Curah hujan Akumulasi curah Akumulasi


Curah hujan
Tahun rata-rata stasiun hujan rata-rata curah hujan
stasiun k (mm)
e,g (mm) stasiun e,g (mm) stasiun k (mm)
1998 120 120 201 201
1999 103 223 187 388
2000 178 400 158 546
2001 205 605 148 694
2002 149 753 196 890
2003 186 939 168 1058
2004 122 1061 163 1221
2005 146 1207 153 1374
2006 141 1347 187 1561
2007 185 1532 168 1729
2008 107 1638 197 1926
2009 157 1795 205 2131

DRAINASE PERKOTAAN 65
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2010 125 1919 178 2309


2011 166 2085 174 2483
2012 136 2221 136 2619
2013 177 2398 197 2816
2014 181 2579 169 2985
2015 170 2749 105 3090
2016 148 2897 173 3263
2017 137 3033 128 3391
2018 204 3237 135 3526
(Sumber : hasil perhitungan)

Adapun hasil dari perhitungan Tabel 4.2 diplotkan kedalam grafik hubungan antara
akumulasi curah hujan rata-rata stasiun G dengan akumulasi curah hujan rata-rata stasiun
E dan K adalah sebagai berikut:

4000 y = 153,74x - 36,895


3500 R² = 0,9991

3000 Akumulasi Curah Hujan


2500 Stasiun E & G
Akumulasi Curah Hujan
2000
Stasiun k
1500
Linear (Akumulasi Curah
1000 Hujan Stasiun E & G)

500
0

Gambar 4.3 Grafik Uji Konsistensi Stasiun K

Dari Gambar 4.1 uji konsistensi pada stasiun A menunjukkan bahwa diperoleh nilai R2
sebesar 0,9991. maka stasiun K memiliki curah hujan yang konsistensi.

4.3 Uji Homogenitas Data Curah Hujan

4.3.1 Uji Homogenitas Stasiun E

Suatu data dikatakan homogen apabila titik H (n,Tr) berada dalam range pada
grafik homogenitas.

DRAINASE PERKOTAAN 66
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

a) Data curah hujan diurutkan atau diranking berdasarkan nilai tertinggi


b) Jumlah Tahun (n) = 18 tahun
c) Reduced Standard Deviation (σn) pada n 18 tahun diperoleh dari hasil perhitungan
interpolasi, Y18 = 0,525 (Lihat Tabel 2.3 Reduce Mean (Yn)
 Cara interpolasi nilai pada n = 18 (dengan, nilai x = 18; x1 = 10 ; x2 = 20 ; y1 =
0,9496 ; y2 = 1,0628).
𝑋−𝑋1 𝑌−𝑌1
Maka, = 𝑌2−𝑌1
𝑋2−𝑋1

18 − 10 𝑆18 − 0,9496
=
20 − 10 1,0628 − 0,9496
𝑆18 = 1,0402
d) Reduced Mean (Yn) pada n 21 tahun diperoleh dari hasil perhitungan interpolasi,
Y18 = 0,525 (Lihat Tabel 2.3 Reduce Mean (Yn)
 Cara interpolasi nilai pada n = 18 (dengan, nilai x = 18; x1 = 10 ; x2 = 20 ; y1 =
0,4952 ; y2 = 0,5236
𝑋−𝑋1 𝑌−𝑌1
Maka, = 𝑌2−𝑌1
𝑋2−𝑋1
18 − 10 𝑌18 − 0,4952
=
20 − 10 0,5236 − 0,4952
𝑌18 = 0,5179
Tabel 4.5 Uji Homogenitas Stasiun E

Rangking Ri Ri-R (Ri-R)²


1 290 134.61 18120.1512
2 197 41.61 1731.4846
3 194 38.61 1490.8179
4 193 37.61 1414.5957
5 179 23.61 557.4846
6 176 20.61 424.8179
7 175 19.61 384.5957
8 163 7.61 57.9290
9 142 -13.39 179.2623
10 138 -17.39 302.3735
11 136 -19.39 375.9290

DRAINASE PERKOTAAN 67
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

12 135 -20.39 415.7068


13 134 -21.39 457.4846
14 126 -29.39 863.7068
15 121 -34.39 1182.5957
16 115 -40.39 1631.2623
17 95 -60.39 3646.8179
18 88 -67.39 4541.2623
Total 2797 37778.2778
rata-rata 155.39
(Sumber : hasil perhitungan)

 Contoh perhitungan stasiun E:

̅ = ∑R
R n

= 155.39 mm/jam

Rranking 1 = 290 mm/jam

̅ = Rrangking 1 − R
Ri − R ̅ = 290 mm/jam – 155.39 mm/jam

= 134.61 mm/jam

̅ )2 = 134.612
(Ri − R = 18120.1512 mm/jam

Langkah uji homogenitas selanjutnya adalah:

a. Menentukan standar deviasi (σR)

∑(𝑅𝑖 − 𝑅)2
𝜎𝑅 = √
𝑛−1

37778.2778
𝜎𝑅 = √
18 − 1

𝜎𝑅 = 47,14076
1 𝜎𝑅
b. =
𝛼 𝑆18

DRAINASE PERKOTAAN 68
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

1 47,14076
=
𝛼 1,0402
1
= 45,3189
𝛼
c. Kemudian hitung m dengan rumus:
1
m = R − Yn
a

𝑚 = 155.39 − (45,3189 × 0.5179)

= 131,9193

d. Dicari persamaan regresi dengan persamaan:


1
𝑅 = 𝑚+𝑎𝑌

𝑅 = 131,9193 + 45,3189𝑌

Bila Y1 = 0,

R1 = 131,9193 + 45,3189 (0)

= 131,9193

Bila Y2 = 3,

R2 = 131.9193 + 45,3189 (3)

= 267,876

e. Kemudian y1 dan y2 diplot pada “Grafik Gumbel” yang menggunakan skala log,
kemudian kedua titik dihubungkan sehingga didapat sebuah garis. Lalu dari garis tersebut
didapatkan nilai:

DRAINASE PERKOTAAN 69
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

=
Gambar 4.4 Pengeplotan nilai y1 dan y2 pada Gumbel’s Probability Paper
R10 = 238 mm
Tr = 2,3
f. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas pada Homogenity Test Graph

R10 238
Ordinat: RH = x Tr = 155.39 x 2.3 = 3.523
𝑅

Absis: n = 18 (jumlah tahun)

Koordinat titik homogenitas (H) didapatkan (3.676;18)

Pada koordinat titik homogenitas (H) didapatkan nilai (x;y) = (21;3,7). Titik H diplot
pada grafik (Gambar 4.5), sehingga menunjukkan bahwa titik H berada di dalam Grafik
Homogenitas, sehingga data curah hujan stasiun E adalah homogen. Berikut adalah grafik
homogenitas dari stasiun E:

DRAINASE PERKOTAAN 70
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Gambar 4.5 Grafik Homogenitas Stasiun E

4.3.2 Uji Homogenitas Stasiun G

Suatu data dikatakan homogen apabila titik H (n,Tr) berada dalam range pada
grafik homogenitas.

a) Data curah hujan diurutkan atau diranking berdasarkan nilai tertinggi


b) Jumlah Tahun (n) = 18 tahun
c) Reduced Standard Deviation (σn) pada n 18 tahun diperoleh dari hasil perhitungan
interpolasi, S19 = 1,0515 (Lihat Tabel 2.3 Reduce Mean (Yn)
d) Reduced Mean (Yn) pada n 21 tahun diperoleh dari hasil perhitungan interpolasi,
Y19 = 0,5208 (Lihat Tabel 2.3 Reduce Mean (Yn)

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Stasiun G

Rangking Ri Ri-R (Ri-R)²


1 243 84.263 7100.2798
2 228 69.263 4797.3850
3 218 59.263 3512.1219

DRAINASE PERKOTAAN 71
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Rangking Ri Ri-R (Ri-R)²


4 213 54.263 2944.4903
5 210 51.263 2627.9114
6 196 37.263 1388.5429
7 186 27.263 743.2798
8 163 4.263 18.1745
9 157 -1.737 3.0166
10 145 -13.737 188.7008
11 137 -21.737 472.4903
12 134 -24.737 611.9114
13 133 -25.737 662.3850
14 125 -33.737 1138.1745
15 119 -39.737 1579.0166
16 110 -48.737 2375.2798
17 106 -52.737 2781.1745
18 99 -59.737 3568.4903
19 94 -64.737 4190.8587
total 3016 40703.684
rata-rata 158.7368
(Sumber : hasil perhitungan)

Langkah uji homogenitas adalah:

a. Menentukan standar deviasi (σR)

Σ(Ri−R)²
σR = √ n−1

40703.684
=√ 19−1

= 47.5533

b. Untuk n = 19 (jumlah tahun) dari Table of Reduced Mean (Yn) and Reduced Standard
Deviation (Sn) didapat:
S19 = 1.0515

DRAINASE PERKOTAAN 72
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Y19 = 0.5208
1 𝑆𝑟 47.5533
c. = 𝑆19 =
𝑎 1.0515

= 45.2243
d. Kemudian hitung m dengan rumus:
1
m = R − Yn
a

𝑚 = 158.737 − (45.2243 × 0.5208)

= 135.1842

e. Dicari persamaan regresi dengan persamaan:


1
𝑅 = 𝑚 +𝑎𝑌

𝑅 = 135.1842 + 45.2243𝑌

Bila Y1 = 0,

R1 = 135,1842 + 45.2243 (0)

= 135,1842

Bila Y2 = 3,

R2 = 135,1842 + 45.2243 (3)

= 270,8571

f. Kemudian y1 dan y2 diplot pada “Grafik Gumbel” yang menggunakan skala log,
kemudian kedua titik dihubungkan sehingga didapat sebuah garis. Lalu dari garis
tersebut didapatkan nilai:

DRAINASE PERKOTAAN 73
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Gambar 4.6 Pengeplotan nilai y1 dan y2 pada Gumbel’s Probability Paper


R10 = 245 mm
Tr = 2,3
g. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas pada Homogenity Test Graph

R10 245
Ordinat: RH = x Tr = x 2.3 = 3,626
𝑅 155.39

Absis: n = 19 (jumlah tahun)

Koordinat titik homogenitas (E) didapatkan (3.626;19)

Pada koordinat titik homogenitas (E) didapatkan nilai (x;y) = (19;3,626). Titik H diplot
pada grafik (Gambar 4.7), sehingga menunjukkan bahwa titik H berada di dalam Grafik
Homogenitas, sehingga data curah hujan stasiun E adalah homogen. Berikut adalah grafik
homogenitas dari stasiun E:

DRAINASE PERKOTAAN 74
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Gambar 4.7 Grafik Homogenitas Stasiun G

4.3.3 Uji Homogenitas Stasiun K

Suatu data dikatakan homogen apabila titik H (n,Tr) berada dalam range pada
grafik homogenitas.

a) Data curah hujan diurutkan atau diranking berdasarkan nilai tertinggi


b) Jumlah Tahun (n) = 18 tahun
c) Reduced Standard Deviation (σn) pada n 18 tahun diperoleh dari hasil perhitungan
interpolasi, Y18 = 0,525 (Lihat Tabel 2.3 Reduce Mean (Sn)
d) Reduced Mean (Yn) pada n 21 tahun diperoleh dari hasil perhitungan interpolasi,
Y18 = 0,525 (Lihat Tabel 2.3 Reduce Mean (Yn)

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Stasiun K

Rangking Ri Ri-R (Ri-R)²


1 205 39.778 1582.2716
2 201 35.778 1280.0494
3 197 31.778 1009.8272
4 196 30.778 947.2716
5 187 21.778 474.2716
6 178 12.778 163.2716
7 174 8.778 77.0494

DRAINASE PERKOTAAN 75
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Rangking Ri Ri-R (Ri-R)²


8 173 7.778 60.4938
9 169 3.778 14.2716
10 168 2.778 7.7160
11 163 -2.222 4.9383
12 158 -7.222 52.1605
13 153 -12.222 149.3827
14 148 -17.222 296.6049
15 136 -29.222 853.9383
16 135 -30.222 913.3827
17 128 -37.222 1385.4938
18 105 -60.222 3626.7160
Total 2974 12899.1111
rata-rata 165.222
(Sumber : hasil perhitungan)

Langkah uji homogenitas adalah:

a. Menentukan standar deviasi (σR)

Σ(Ri−R)²
σR = √ n−1

12899.11
=√ 18−1

= 27.545

b. Untuk n = 18 (jumlah tahun) dari Table of Reduced Mean (Yn) and Reduced Standard
Deviation (Sn) didapat:
𝑆18 = 1,0402
Y18 = 0,5179
1 𝑆𝑟 27.545
c. = 𝑆18 = 1.0402
𝑎

= 26.4805
d. Kemudian hitung m dengan rumus:

DRAINASE PERKOTAAN 76
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

1
m = R − Yn
a

𝑚 = 165.222 − (26.4805 × 0.5179) = 151.5077

e. Dicari persamaan regresi dengan persamaan:


1
𝑅 = 𝑚 +𝑎𝑌

𝑅 = 151.5077 + 26.4805𝑌

Bila Y1 = 0,

R1 = 151.5077 + 26.4805 (0)

= 151.5077

Bila Y2 = 3,

R2 = 151.5077 + 26.4805 (3)

= 230.9492

f. Kemudian y1 dan y2 diplot pada “Grafik Gumbel” yang menggunakan skala log,
kemudian kedua titik dihubungkan sehingga didapat sebuah garis. Lalu dari garis
tersebut didapatkan nilai:

Gambar 4.8 Pengeplotan nilai y1 dan y2 pada Gumbel’s Probability Paper

DRAINASE PERKOTAAN 77
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

R10 = 221 mm
Tr = 2,3
h. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas pada Homogenity Test Graph

R10 221
Ordinat: RH = x Tr = 155.39 x 2.3 = 3,271
𝑅

Absis: n = 18 (jumlah tahun)

Koordinat titik homogenitas (H) didapatkan (3.271;18)

Pada koordinat titik homogenitas (H) didapatkan nilai (x;y) = (18;3,271). Titik H
diplot pada grafik (Gambar 4.7), sehingga menunjukkan bahwa titik K berada di dalam
Grafik Homogenitas, sehingga data curah hujan stasiun K adalah homogen. Berikut adalah
grafik homogenitas dari stasiun K:

Gambar 4.9 Grafik Homogenitas Stasiun K

4.4 Curah Hujan Rata-Rata

Perhitungan curah hujan rata-rata daerah ini menggunakan metode Polygon Thiessen,
hal ini dikarenakan metode ini sangat mudah dan sederhana, Untuk menghitung curah
hujan rata-rata daerah dengan menggunakan metode Thiessen, harus dihitung dahulu luas
pengaruh tiap stasiun pengamat hujan (peta terlampir).
Sebelum menghitung curah hujan rata-rata dari ketiga stasiun pengamat hujan, maka
terlebih dahulu perlu dihitung luas catchment area dari masing-masing stasiun pengamat
hujan, Pada metode Thiessen ini, faktor pengaruh daerah yang diwakili oleh stasiun

DRAINASE PERKOTAAN 78
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

pengamat hujan merupakan hal yang penting dalam menghitung curah hujan rata-rata,
Faktor pengruh daerah tersebut biasanya disebut dengan faktor pembobot (koefisien
thiessen). Besarnya faktor pembobot tergantung dari luas daerah pengaruh (stasiun
pengamat) yang dibatasi oleh poligon-poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-
tengah garis penghubung antara dua stasiun.
Berikut adalah kriteria perencanaan yang dipakai dalam perhitungan Curah hujan
rata-rata kecamatan Pedurungan :
a. Menggunakan metode theissen polygon.

b. Menentukan 3 titik stasiun Hujan dan menghitung luasnya.

c. Luas wilayah Stasiun Hujan theissen poligon.

Tabel 4.8 Luas Wilayah Stasiun

Stasiun Hujan Luas Wilayah (Ha)


Stasiun
Sebenarnya (Ha)
Stasiun E 5987,1835

Stasiun G 9191,85913

Stasiun K 6642,034993

Jumlah 21821,07764

(Sumber : hasil dari data)

DRAINASE PERKOTAAN 79
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Tabel 4.9 Perhitungan Curah Hujan Rata-rata Theissen Polygon


Stasiun Stasiun Stasiun Luas Total
Tahun Luas (Ha) (III) x (IV) Luas (Ha) (VI) x (VII) Luas (Ha) (IX) x (X) R rata-rata Ri
E G K (Ha)
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII
1998 121 5987,1835 724449,2052 119 9191,85913 1093831,236 201 6642,034993 1335049,034 21821,07764 144,5084211 190,5776592
1999 95 5987,1835 568782,4338 110 9191,85913 1011104,504 187 6642,034993 1242060,544 21821,07764 129,3220953 188,0690238
2000 142 5987,1835 850180,059 213 9191,85913 1957865,995 158 6642,034993 1049441,529 21821,07764 176,7780513 183,6041446
2001 290 5987,1835 1736283,219 119 9191,85913 1093831,236 148 6642,034993 983021,179 21821,07764 174,7455235 181,7152869
2002 134 5987,1835 802282,5909 163 9191,85913 1498273,038 196 6642,034993 1301838,859 21821,07764 165,0878361 180,2947115
2003 175 5987,1835 1047757,115 196 9191,85913 1801604,389 168 6642,034993 1115861,879 21821,07764 181,7152869 178,0816729
2004 138 5987,1835 826231,3249 106 9191,85913 974337,0678 163 6642,034993 1082651,704 21821,07764 132,1300508 176,7780513
2005 193 5987,1835 1155526,418 99 9191,85913 909994,0539 153 6642,034993 1016231,354 21821,07764 141,2282142 174,7455235
2006 136 5987,1835 814256,9579 145 9191,85913 1332819,574 187 6642,034993 1242060,544 21821,07764 155,3148351 167,1133364
2007 126 5987,1835 754385,1228 243 9191,85913 2233621,769 168 6642,034993 1115861,879 21821,07764 188,0690238 165,0878361
2008 88 5987,1835 526872,1492 125 9191,85913 1148982,391 197 6642,034993 1308480,894 21821,07764 136,7638887 155,3148351
2009 95 5987,1835 568782,4338 218 9191,85913 2003825,29 205 6642,034993 1361617,174 21821,07764 180,2947115 153,406733
2010 115 5987,1835 688526,1041 134 9191,85913 1231709,123 178 6642,034993 1182282,229 21821,07764 142,1798459 146,2689837
2011 175 5987,1835 1047757,115 157 9191,85913 1443121,883 174 6642,034993 1155714,089 21821,07764 167,1133364 144,2084
2012 135 5987,1835 808269,7744 137 9191,85913 1259284,701 136 6642,034993 903316,759 21821,07764 136,1468615 142,1798
2013 126 5987,1835 754385,1228 228 9191,85913 2095743,882 197 6642,034993 1308480,894 21821,07764 190,5776592 141,2282
2014 176 5987,1835 1053744,298 186 9191,85913 1709685,798 169 6642,034993 1122503,914 21821,07764 178,0816729 136,7639
2015 194 5987,1835 1161513,602 145 9191,85913 1332819,574 105 6642,034993 697413,6743 21821,07764 146,2689837 136,1469
2016 163 5987,1835 975910,9128 133 9191,85913 1222517,264 173 6642,034993 1149072,054 21821,07764 153,406733 132,1301
2017 179 5987,1835 1071705,849 94 9191,85913 864034,7582 128 6642,034993 850180,4791 21821,07764 127,6711046 129,3221
2018 197 5987,1835 1179475,152 210 9191,85913 1930290,417 135 6642,034993 896674,7241 21821,07764 183,6041446 127,6711046
(Sumber : Hasil perhitungan)

DRAINASE PERKOTAAN 80
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

 Contoh Perhitungan :

Keterangan kolom pada Tabel 4.8 (baris III) :

Kolom I = Tahun = 1998

Kolom II = Curah Hujan Stasiun E = 121 mm

Kolom III = Luas Daerah Stasiun E = 5987,1835 Ha

Kolom IV = Curah Hujan Stasiun E x Luas Stasiun E

= 121 x 5987,1835

= 72.449,2052 mm/ha

Kolom V = Curah Hujan Stasiun G = 119 mm

Kolom VI = Luas Daerah Stasiun G = 9191,85913 Ha


Kolom VII = Curah Hujan Stasiun G x Luas Stasiun G

= 119 x 9.191,85913

= 1.093.831,236 mm/ha

Kolom VIII = Curah Hujan Stasiun K = 201 mm

Kolom IX = Luas Daerah Stasiun K = 6642 Ha


Kolom X = Curah Hujan Stasiun K x Luas Stasiun K

= 201 x 6.642

= 1.335.049,034 mm/ha

Kolom XI = 21821,07764 (Luas Total Stasiun A, C, & H)

Kolom XII = R rata-rata Kolom 4 + Kolom 7 + Kolom 10


𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 4+𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚7+𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚10
= 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

72.449,2052+1.093.831,236+1.335.049,034
= 21821,07764

= 144,5084211

Kolom XIII = 190,5776592 (Ri → urutan R rata-rata dari nilai tertinggi sampai
terendah)

DRAINASE PERKOTAAN 81
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

4.5 Curah Hujan Maksimum


4.5.1 Metode Gumbel

Untuk menghitung curah hujan maksimum yakni menggunakan metode Gumbel.


Pada metode Gumbel ini, dihitung menggunakan data hujan rata-rata daerah yang
diperoleh dengan menggunakan metode Thiessen Polygon yang disusun secara peringkat,
dari yang terbesar ke yang terkecil.
a. Apabila HHM Log Pearson III masuk range kedalam rentang keyakinan HHM gumbel
maka HMM yang digunakan adalah metode gumbel;
b. Jumlah Tahun (n) = 21 tahun;
c. Reduced Standard Deviation (σn) pada n 21 tahun diperoleh dari hasil perhitungan
interpolasi, σ21 = 1,0678;
d. Reduced Mean (Yn) pada n 21 tahun diperoleh dari hasil perhitungan interpolasi, Y21 =
0,5249;
e. Nilai t(a) untuk 90% adalah 1,64;
f. Reduced Variated (Yt) merupakan fungsi dari masa ulang TR. Adapun nilai dari Yt
terlihat pada Tabel 4.10:

Tabel 4.10 Reduce Variate (Yt) pada PUH Tahun


PUH = t Tahun Reduce Variated
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
Sumber : Nemec, 1972

Tabel 4.11 Data curah hujan rata-rata bentuk logaritma untuk Metode Gumbel

NO Ri Ri - Ṝ (Ri - Ṝ)2
I II III IV
1 190,5777 31,9725 1.022,2409
2 188,0690 29,4639 868,1194
3 183,6041 24,9990 624,9494
4 181,7153 23,1101 534,0781
5 180,2947 21,6896 470,4368

DRAINASE PERKOTAAN 82
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

NO Ri Ri - Ṝ (Ri - Ṝ)2
6 178,0817 19,4765 379,3347
7 176,7781 18,1729 330,2541
8 174,7455 16,1404 260,5114
9 167,1133 8,5082 72,3891
10 165,0878 6,4827 42,0251
11 155,3148 - 3,2903 10,8262
12 153,4067 - 5,1984 27,0236
13 146,2690 - 12,3362 152,1812
14 144,2084 - 14,3968 207,2666
15 142,1798 - 16,4254 269,7924
16 141,2282 - 17,3770 301,9586
17 136,7639 - 21,8413 477,0405
18 136,1469 - 22,4583 504,3733
19 132,1301 - 26,4751 700,9287
20 129,3221 - 29,2831 857,4974
21 127,6711 - 30,9341 956,9156
Jumlah 3.330,7083 9.070,1431
Rata2 158,6052
Sumber: Perhitungan 2018

Kemudian setelah didapatkan perhitungan dari Tabel 4.11 dilanjutkan dengan


perhitungan dengan beberapa langkah selanjutnya sebagai berikut:

1. Menentukan standar deviasi.

∑(𝑅𝑖 − 𝑅̅ )
𝜎𝑅 = √
(𝑁 − 1)

9.070,1431
𝜎𝑅 = √
(21 − 1)

𝜎𝑅 = 21,2957
2. Menentukan curah hujan harian maksimum dihitung dengan menggunakan rumus

DRAINASE PERKOTAAN 83
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

𝜎𝑅
𝑅𝑇 = 𝑅̅ + ( ) (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛)
𝜎𝑁

Contoh perhitungan untuk PUH 2 Tahun


21,2957
𝑅2 = 158,6052 + ( ) . (0,3665 − 0,5249)
1,0678

𝑅2 = 155,4466 mm

Keterangan: Untuk R5 dan R10 perhitungan sama dengan cara untuk mencari R2
hanya saja pada R5 nilai Yt menggunakan periode 5 tahun dan R10 nilai Yt
menggunakan periode 10tahun.

3. Mencari nilai rentang keyakinan

Tabel 4.12 nilai rentang keyakinan

PUH R HMM
Yt K b Se Rk (±)
(Tahun) (mm) (mm)
-
2 0,3665 155,4466 - - - 155,4466 ± 0
0,1483
178,0514 ±
5 1,4999 178,0514 0,9132 1,7619 8,1878 13,4280
13,42798
193,01563 ±
10 2,2502 193,0156 1,6158 2,4439 11,3570 18,6255
18,62555

 Contoh perhitungan pada Tabel 4.12 (baris III) :


Kolom I = Tahun
= 2 Tahun
Kolom II = Yt
=1,4999
Kolom III = RT
𝜎𝑅
= 𝑅̅ + (𝜎𝑁) (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛)
21,2957
= 158,6052 + ( ) . (1,4999 − 0,5249)
1,0678
=178,0514

DRAINASE PERKOTAAN 84
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Kolom IV = k
𝑌𝑡−𝑌𝑛
= 𝜎𝑁
1,4999−0,5249
= 1,0678

=0,9132
Kolom V =b

=√1 + 1,3𝑘 + 1,1𝑘 2

= √1 + 1,3(0,9132) + 1,1(0,9132)2
=1,7619
Kolom VI = Se
𝜎𝑅
=𝑏 ( )
√𝑁
21,2957
=1,7619 ( )
√21

=8,1878
Kolom VII = Rk
=±𝑡𝑎 x 𝑆𝑒
=±1,64 x 8,1878
=±13,428
Kolom VIII = HHM = 178,0514 ± 13,42798
Batas atas = 178,0514 + 13,42798 = 191,4794 mm
Batas bawah = 178,0514 - 13,42798 = 164.6234 mm

4.5.2 Metode Thiesen Polygon III


a) Pada metode Log Pearson III, analisa curah hujan harian maksimum (HHM)
didasarkan pada perubahan data yang ada ke dalam bentuk logaritma Hal ini sesuai
dengan anjuran The Hydrology Community of The Water Recurrence Council, di
mana untuk pemakaian yang praktis dari data yang ada, terlebih dahulu merubah data
tersebut ke dalam logaritmanya, kemudian dihitung statistik parameternya.
b) Perhitungan logaritma menggunakan data logaritma gumbel, namun untuk Ri diganti
menggunakan Xi.
c) Nilai Xi = log Ri

DRAINASE PERKOTAAN 85
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Tabel 4.13 Curah hujan rata-rata Thisesn Polygon (Ri)

Xi =
NO Ri Xi - Ẍ (Xi - Ẍ)2 (Xi - Ẍ)3
Log Ri
I II III IV V VI
1 190,5777 2,2801 0,0836 0,0070 0,0006
2 188,0690 2,2743 0,0778 0,0060 0,0005
3 183,6041 2,2639 0,0673 0,0045 0,0003
4 181,7153 2,2594 0,0628 0,0039 0,0002
5 180,2947 2,2560 0,0594 0,0035 0,0002
6 178,0817 2,2506 0,0541 0,0029 0,0002
7 176,7781 2,2474 0,0509 0,0026 0,0001
8 174,7455 2,2424 0,0459 0,0021 0,0001
9 167,1133 2,2230 0,0265 0,0007 0,0000
10 165,0878 2,2177 0,0212 0,0004 0,0000
11 155,3148 2,1912 -0,0053 0,0000 0,0000
12 153,4067 2,1858 -0,0107 0,0001 0,0000
13 146,2690 2,1652 -0,0314 0,0010 0,0000
14 144,2084 2,1590 -0,0376 0,0014 -0,0001
15 142,1798 2,1528 -0,0437 0,0019 -0,0001
16 141,2282 2,1499 -0,0466 0,0022 -0,0001
17 136,7639 2,1360 -0,0606 0,0037 -0,0002
18 136,1469 2,1340 -0,0625 0,0039 -0,0002
19 132,1301 2,1210 -0,0755 0,0057 -0,0004
20 129,3221 2,1117 -0,0849 0,0072 -0,0006
21 127,6711 2,1061 -0,0905 0,0082 -0,0007
Jumlah 3330,7083 46,1275 0,0000 0,0691 -0,0003
Rata2 158,6052 2,1965
Sumber: data perhitungan 2018

 Contoh perhitungan pada Tabel 4.13 (baris III) :


Kolom II = Ri (HMM)

DRAINASE PERKOTAAN 86
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

= 190,5777 mm
Kolom III = Xi
= log Ri
= log 190,5777
= 2,2801
Kolom IV = Ẍ (rata-rata)
∑ 𝑋𝑖
= 𝑛
46,1275
= =2,1965
21

Sehingga, = (Xi - Ẍ)

= 2,2801- 2,1965

= 0,0836
2
Kolom V = (𝑋𝑖 − 𝑋̈) = 0,08362
= 0,0070
3
Kolom VI = (𝑋𝑖 − 𝑋̈) = 0,08363
= 0,0006
Kemudian setelah mendapatkan perhitungan logaritma dari Tabel 4.13 selanjutnya
dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Menentukan standar deviasi (σR):

∑(𝑋𝑖 − 𝑋̈)2
𝜎𝑥 = √
(𝑛 − 1)

∑(𝑋𝑖 − 𝑋̈)2
𝜎𝑥 = √
(𝑛 − 1)

0,0691
𝜎𝑥 = √
(20 − 1)

𝜎𝑥 = 0,0588
2. Menentukan nilai Cs
n. ∑(log xi − log x̅)3
Cs =
(n − 1)(n − 2)σx 3

DRAINASE PERKOTAAN 87
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

21. −0,0003
Cs =
(21 − 1)(21 − 2)0,05883
Cs = −0,0787
3. Menentukan nilai Factors K, melalui interpolasi dengan nilai Cs = - 0,0787 maka
diperoleh Kx pada masing-masing PUH, seperti berikut

Tabel 4.14 Penetuan Nilai R Pada Metode Log Person III

PUH (Tahun) Kx Kx . σx XT RT (mm)

2 -0,1764 -0,0104 2,1862 153,5264


5 0,7424 0,0436 2,2402 173,8542
10 1,3400 0,0788 2,2753 188,5013

 Contoh perhitungan pada Tabel 4.13 (baris II) :


Kolom I = Tahun
= 2 Tahun
Kolom II = Kx untuk PUH 2 tahun
= −0,1764
Kolom III = Kx.σx
= −0,1764.0,0588 = -0,0104
Kolom IV = XT
= 𝑋𝑖 + ( Kx . σx)
= 2,1965 + (−0,0104) = 2,1862
Kolom V = RT
= Antilog XT
= Antilog (2,1862) = 153,5264mm
Dilihat dari hasil perbandingan menunjukkan bahwa cakupan nilai curah hujan
maksimum Metode Log Pearson III masuk kedalam rentang keyakinan Metode Gumbel,
maka dapat disimpulkan bahwa untuk perencanaan kali ini dalam menentukan curah
hujan maksimum, kami menggunakan Metode Gumbel.

DRAINASE PERKOTAAN 88
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

4.6 Analisa Distribusa Hujan


4.6.1 Metode Van Breen
a) Untuk analisa distribusi hujan terhadap perencanan ini, digunakan cara dengan
membandingkan intensitas per PUH yang didapat dari Metode Van Breen dengan
Metode Hasper Weduwen dengan menggunakan grafik kurva IDF (Intensitas Durasi
Frekuensi).
b) Metode Van Breen ini menganggap besarnya atau lamanya durasi hujan harian adalah
terpusat selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90% dari hujan selama 24 jam.
c) Adapun data HHM yang akan digunakan diambil dari data HHM Metode Gumbel yang
terdapat pada perhitungan sebelumnya.
d) Perhitungan intensitas ini menggunakan kurva Kota Pekan Baru sebagai kurva basis.

Tabel 4.15 Perhitungan Intensitas Hujan Metode Van Breen

PUH HMM I
Tahun (mm/24jam) (mm/jam)
2 155,4454 34,97522501
5 178,0114 40,05256686
10 192,9499 43,41371878
Sumber: Perhitungan 2018

 Contoh perhitungan pada tabel 4.15 (baris III):

Kolom I = Periode Ulangan Tahun

= 2 Tahun

Kolom II = HMM Metode Gumbel

= 155,4454 mm/jam

Kolom III = Intensitas Metode Van Breen

𝟗𝟎% 𝒙 𝑹𝟐𝟒
𝐼= 𝟒

𝟗𝟎% 𝒙 𝟏𝟓𝟓,𝟒𝟓𝟓𝟒
𝐼=
𝟒

𝐼 = 34,97522501

DRAINASE PERKOTAAN 89
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Tabel 4.16 Tabel lengkung hujan kota Pekan Baru

Intensitas Hujan Pekan Baru (mm/jam) Untuk Periode


Durasi Ulang Hujan Tahun
(menit) 2 5 10
60 38,0595 50,1487 58,1529
120 22,9886 28,4688 30,5974
180 20,385 24,2913 26,3375
240 7,5145 12,922 17,9584
300 10,3228 14,5051 16,363
360 7,6442 10,9522 12,685
Sumber: http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/

Angka intensitas pada durasi 360 menit (7,6442; 10,9552; 12,685) adalah angka
pembagi, sedang yang lainnya adalah angka pengali. Dengan membandingkan intensitas
yang didapatkan melalui Metode Van Breen dengan intensitas hujan kota Pekan Baru ,
maka intensitas hujan pada durasi tertentu diperoleh dengan melihat contoh perhitungan
berikut :

Table 4.17 Intensitas Hujan Van Breen

Durasi Intensitas Hujan


(menit) PUH=2 Tahun PUH=5 Tahun PUH=10 Tahun
60 174,137199 183,3954968 199,02512
120 105,1818971 104,1113672 104,7179282
180 93,26940189 88,83410797 90,1386534
240 34,38179644 47,25619227 61,46164189
300 47,23087475 53,04564266 56,00147264
360 34,97522501 40,05256686 43,41371878
Sumber : Perhitungan 2018

 Contoh perhitungan pada table 4.17 baris III :

Kolom I = Durasi Hujan

= 60 menit

Kolom II = Intensitas Hujan PUH 2 Tahun

𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑃𝑈𝐻 2 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡


𝐼 = 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑃𝑈𝐻 2 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 360 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 {𝐼 (𝑣𝑎𝑛 𝑏𝑟𝑒𝑒𝑛)}

38,0595 mm
𝐼= {34,97522501} = 174,137199
7,6442 jam

DRAINASE PERKOTAAN 90
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Kolom III = Intensitas Hujan PUH 5 Tahun

𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑃𝑈𝐻 5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡


𝐼 = 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑃𝑈𝐻 5 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 360 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 {𝐼 (𝑣𝑎𝑛 𝑏𝑟𝑒𝑒𝑛)}

50,1487
𝐼= {40,05256686}
10,9522

mm
𝐼 = 183,3954968 jam

Kolom IV = Intensitas Hujan PUH 10 Tahun

𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑃𝑈𝐻 10 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡


𝐼 = 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑃𝑈𝐻 10 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 360 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 {𝐼(𝑣𝑎𝑛 𝑏𝑟𝑒𝑒𝑛)}

58,1529 mm
𝐼= {43,41371878} = 199,02512
12,685 jam

4.6.2 Metode Hasper Weduwen


a) Pada Metode Hasper Weduwen beranggapan bahwa hujan memiliki distribusi simetris
dengan durasi hujan (t) lebih kecil dari 1 jam dan durasi antara 1 sampai 24 jam
b) Adapun data HHM yang akan digunakan diambil dari data HHM Metode Gumbel yang
terdapat pada perhitungan sebelumnya
c) Perhitungan intensitas ini menggunakan kurva Kota Pekan Baru sebagai kurva basis.

Menurut Tabel 4. 16 Tabel Lengkung Hujan Kota Pekan Baru dapat dilihat durasi
yang diketahui dari tabel tersebut mulai dari 1 jam dan yang terlama yaitu 6 jam. Hal itu
masuk dalam rentang 1 ≤ t ≤ 24 yang ada pada metode hasper. Sehingga didapatkan nilai
intensitas hujan metode HasperWeduwen sebagai berikut :

Tabel 4.18 Tabel Intensitas Hujan Metode Hasper Weduwen untuk 1 ≤ t ≤ 24

Durasi INTENSITAS
menit jam 2 5 10
60 1 81,4083 93,0008 100,805
120 2 51,6377 59,0188 63,9716
180 3 38,5639 44,0902 47,7902
240 4 30,9633 35,4085 38,38
300 5 25,9331 29,6613 32,1504
360 6 22,338 25,5528 27,6971
(Sumber: Perhitungan 2018)

DRAINASE PERKOTAAN 91
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

 Contoh perhitungan pada tabel 4.18 (baris III) :

Kolom I = Durasi (menit)

= 60 menit

Kolom II = Durasi Jam = 1 jam

Kolom III = Intensitas PUH 2 Tahun Metode Hasper Weduwen

𝑅
𝐼= 𝑇

11300𝑡 𝑋𝑖
√( )( )
𝑡+3,12 100
I= 𝑇

11300.1 155,4454
√( 1+3,12 )( 100
)
I= 1

I = 81,4083 mm/jam

Kolom IV = Intensitas PUH 5 Tahun Metode Hasper Weduwen

𝑅
𝐼= 𝑇

11300𝑡 𝑋𝑖
√( )( )
𝑡+3,12 100
I= 𝑇

11300.1 178,0114
√( 1+3,12 )( 100
)
I= 1

I = 93,0008 mm/jam

Kolom V = Intensitas PUH 10 Tahun Metode Hasper Weduwen

𝑅
𝐼= 𝑇

11300𝑡 𝑋𝑖
√( )( )
𝑡+3,12 100
I= 𝑇

11300.1 192,9499
√( 1+3,12 )( 100
)
I= 1

I = 100,805 mm/jam

DRAINASE PERKOTAAN 92
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Kemudian dilakukan Uji Peak-Weight Root Mean Square Error yaitu


membandingkan antara hasil perhitungan nilai intensitas hujan Metode Van Breen dengan
Metode Hasper Weduwen dengan menggunakan grafik kurva IDF (Intensity Duration
Frequency.

PERBANDINGAN
INTENSITAS PUH 2 TAHUN
van breen hasper

200
INTENSITAS

150
100
50
0
60 120 180 240 300 360
DURASI (MENIT)

Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Intensitas PUH 2 Tahun

PERBANDINGAN
INTENSITAS PUH 5 TAHUN
VAN BREEN HASPER

200
INTENSITAS

150
100
50
0
60 120 180 240 300 360
DURASI (MENIT)

Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Intensitas PUH 5 Tahun

DRAINASE PERKOTAAN 93
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

400 PERBANDINGAN
INTENSITAS PUH 10

INTENSITAS
TAHUN
200
VAN BREEN HASPER

0
60 120 180 240 300 360
DURASI (MENIT)

Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Intensitas PUH 10 Tahun

Pada grafik kurva IDF masing-masing PUH seperti yang terlihat pada (Gambar
4.10;4.11;4.12) menunujukkan bahwa garis merah adalah metode Hasper Weduwen dan yang
biru adalah Van Breen. Pada garis merah yaitu Hasper Weduwen memiliki garis lebih landai
daripada garis biru Van Breen, maka dapat disimpulkan bahwa metode yang kami gunakan
adalah Hasper weduwen.

4.7 Intensitas Hujan


Direncanakn untuk intensitas hujan.yaitu :
a) Penentuan besar debit dihitung melalui pemilihan rumus intensitas hujan.
b) Untuk menentukan intensitas hujan, dimana harga I bervariasi sebagai fungsi waktu
maka dipakai 3 metode perhitungan, yaitu Metode Talbot, Metode Sherman, dan
Metode Ishiguro.
c) Metode yang dipilih yaitu yang memiliki selisih intensitas hujan (∑∆I) yang paling kecil
atau yang mendekati angka 0.
d) Untuk pemilihan rumus perhitungan intensitas hujan ini, digunakan data intensitas
hujan dengan Metode Van Breen.
e) PUH yang digunakan adalah PUH 2, 5, dan 10 tahun dengan durasi 60,120,180,240,300
dan 360 menit

DRAINASE PERKOTAAN 94
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Tabel 4.19 Lengkung Intensitas Hujan PUH 2 Tahun

T
I LOG LOG I x (LOG
(MENIT IxT I2 I2 x T LOG T T0,5 I x T0,5 I2 x T0,5
(MM/JAM) I LOG T T)2
)
60 81,408 4884,497 6627,309 397638,545 1,778 1,911 3,397 3,162 7,746 630,586 51334,915
120 51,638 6196,529 2666,456 319974,767 2,079 1,713 3,562 4,323 10,954 565,663 29209,566
180 38,564 6941,501 1487,174 267691,308 2,255 1,586 3,577 5,086 13,416 517,389 19952,532
240 30,963 7431,192 958,726 230094,214 2,380 1,491 3,549 5,665 15,492 479,681 14852,518
300 25,933 7779,926 672,525 201757,488 2,477 1,414 3,502 6,136 17,321 449,174 11648,474
360 22,338 8041,678 498,986 179634,957 2,556 1,349 3,449 6,535 18,974 423,834 9467,594
JUMLAH 250,844 41275,323 12911,176 1596791,279 13,526 9,464 21,036 30,907 83,903 3066,327 136465,599
(Sumber: Perhitungan 2018)

Tabel 4.20 Lengkung Intensitas Hujan PUH 5 Tahun

T I LOG LOG I x (LOG


IxT I2 I2 x T LOG T T0,5 I x T0,5 I2 x T0,5
(MENIT) (MM/JAM) I LOG T T)2
60 93,001 5580,051 8649,157 518949,413 1,778 1,968 3,500 3,162 7,746 720,381 66996,081
120 59,019 7082,258 3483,221 417986,492 2,079 1,771 3,682 4,323 10,954 646,519 38156,772
180 44,090 7936,239 1943,947 349910,516 2,255 1,644 3,708 5,086 13,416 591,532 26080,790
240 35,409 8498,048 1253,764 300903,441 2,380 1,549 3,687 5,665 15,492 548,547 19423,234
300 29,661 8898,383 879,791 263937,416 2,477 1,472 3,647 6,136 17,321 513,748 15238,434
360 25,553 9199,005 652,945 235060,237 2,556 1,407 3,598 6,535 18,974 484,830 12388,762
JUMLAH 286,732 47193,984 16862,826 2086747,514 13,526 9,813 21,823 30,907 83,903 3505,558 178284,072
(Sumber : Perhitungan 2018)

DRAINASE PERKOTAAN 95
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Tabel 4.21 Lengkung Intensitas Hujan PUH 10 Tahun

T I LOG I x (LOG
IxT I2 I2 x T LOG T LOG I T0,5 I x T0,5 I2 x T0,5
(MENIT) (MM/JAM) LOG T T)2
60 100,805 6048,320 10161,716 609702,947 1,778 2,003 3,562 3,162 7,746 780,835 78712,312
120 63,972 7676,591 4092,364 491083,696 2,079 1,806 3,755 4,323 10,954 700,774 44829,603
180 47,790 8602,237 2283,904 411102,638 2,255 1,679 3,787 5,086 13,416 641,173 30641,781
240 38,380 9211,192 1473,022 353525,238 2,380 1,584 3,771 5,665 15,492 594,580 22819,956
300 32,150 9645,122 1033,649 310094,619 2,477 1,507 3,733 6,136 17,321 556,861 17903,321
360 27,697 9970,971 767,132 276167,418 2,556 1,442 3,687 6,535 18,974 525,516 14555,301
JUMLAH 310,795 51154,433 19811,786 2451676,556 13,526 10,023 22,296 30,907 83,903 3799,739 209462,275
(Sumber: Perhitungan 2018)

Tabel 4.22 PERHITUNGAN A,B, DAN N LENGKUNG INTENSITAS HUJAN

METODE
PUH TALBOT SHERMAN ISTIGHURO
A B A N A B
2 9101,01837 53,14367 3,20353 0,72138 2722,04094 -3,41187
5 10415,11881 53,34843 3,26001 0,72064 3117,56977 -3,40413
10 11289,14011 53,34843 3,29501 0,72064 3379,19160 -3,40413
Sumber : Perhitungan 2018

DRAINASE PERKOTAAN 96
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

 Contoh perhitungan pada tabel 4.22 (baris II) :

Kolom II = nilai konstanta a metode Talbot untuk PUH 2 Tahun

(∑[𝐼.𝑡] ∑[𝐼2 ]− ∑[𝐼2 .𝑡] ∑[𝐼])


𝑎= 𝑵 ∑[𝑰𝟐 }− ∑[𝑰][𝑰]

(41275,323𝑥12911,1763)−(1596791,279𝑥250,844)
𝑎= 6(12911,176)− (12911,176)

𝑎 = 9101,01837

Kolom III = Nilai kontanta b Metode Talbot untuk PUH 2 Tahun

(∑[𝐼] ∑[𝐼.𝑡]− 𝑁 ∑[𝐼2 .𝑡])


𝑏= 𝑵 ∑[𝑰𝟐 }− ∑[𝑰][𝑰]

(250,844𝑥41275,323)−6(1596791,279)
𝑏= 6(12911,176)− (12911,176)

𝑏 = 53,14367

Kolom IV = Nilai Kontanta a Metode Sherman untuk PUH 2 tahun

(∑[log 𝐼] ∑[(log2 𝑡)]− ∑[log 𝑡.log 𝐼] ∑[log 𝑡])


Log 𝑎 = 𝑵 ∑[𝒍𝒐𝒈𝟐 𝒕]− ∑[𝒍𝒐𝒈 𝒕][𝒍𝒐𝒈 𝒕]

(9,464𝑥30,907)−(21,036𝑥13,526)
log 𝑎 = 6(30,907)−(30,907)

log 𝑎 = 3,20353

Kolom V = Nilai Konstanta n Metode Sherman untuk PUH 2 Tahun

(∑[log 𝐼] ∑[(log 𝑡)]− 𝑁 ∑[log 𝑡.log 𝐼])


𝑛= 𝑵 ∑[𝒍𝒐𝒈𝟐 𝒕]− ∑[𝒍𝒐𝒈 𝒕][𝒍𝒐𝒈 𝒕]

(9,464𝑥13,526)−6(21,036)
𝑛= 6(30,907)−(30,907)

𝑛 = 0,72138

Kolom VI = Nilai Konstanta a Metode Ishiguro pada PUH 2 Tahun

(∑[𝐼.√𝑡] ∑[𝐼2 ]− ∑[𝐼2 .√𝑡] ∑[𝐼])


𝑎= 𝑵 ∑[𝑰𝟐 }− ∑[𝑰][𝑰]

(3066,327𝑥12911,176)−(136465,599𝑥250,844)
𝑎= 6(12911,176)−(12911,176)

DRAINASE PERKOTAAN 97
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

𝑎 =2722,04094

Kolom VII = Nilai Konstanta b Metode Ishiguroo pada PUH 2 Tahun

(∑[𝐼] ∑[𝐼.√𝑡]− 𝑁 ∑[𝐼2 .√𝑡])


𝑏= 𝑵 ∑[𝑰𝟐 }− ∑[𝑰][𝑰]

(250,844𝑥3066,327)−6(136465,599)
𝑏= 6(12911,176)−(12911,176)

𝑏 = −3,41187

Kemudian setelah didapatkan masing-masing nilai koefisien a,b, dan n pada tiaptiap
metode, masukkan koefisien tersebut kedalam rumus intensitas hujan metode Talbot,
Sherman, dan Ishiguro. Kemudian buatlah perbandingan kesesuaian rumus intensias hujan
antara metode Van Breen dengan metode Talbot, Sherman, dan Ishiguro, untuk
perbandingan dilakukan pada setiap PUH, seperti pada Tabel 4.23, 4.24, 4.25 dibawah ini:

Tabel 4.23 Tabel Perbandingan Metode Talbot,Sherman dan Ishiguro PUH 2 Tahun

I ∆(I-I I ∆(I-I ∆(I-I


DURASI I Talbot I Ishiguro
(MM/JAM) Talbot) Sherman Sherman) Ishiguro)
60 81,408 80,438 0,971 0,167 81,241 628,053 546,644
120 51,638 52,563 0,926 0,101 51,536 360,890 309,252
180 38,564 39,036 0,472 0,076 38,488 272,081 233,517
240 30,963 31,046 0,083 0,061 30,902 225,333 194,370
300 25,933 25,771 0,162 0,052 25,881 195,709 169,776
360 22,338 22,029 0,309 0,046 22,292 174,918 152,580
JUMLAH 2,922 250,341 1606,139
RATA-RATA 0,487 41,723 267,690
(Sumber : Perhitungan 2018)

Tabel 4.24 Tabel Perbandingan Metode Talbot,Sherman dan Ishiguro PUH 5 Tahun

I ∆(I-I I ∆(I-I ∆(I-I


DURASI I Talbot I Ishiguro
(mm/jam) Talbot) Sherman Sherman) Ishiguro)
60 93,001 91,886 1,115 0,171 92,830 399,072 306,072
120 59,019 60,082 1,063 0,103 58,915 281,190 222,171
180 44,090 44,633 0,543 0,077 44,013 228,966 184,876
240 35,409 35,504 0,096 0,063 35,346 197,834 162,426
300 29,661 29,475 0,186 0,053 29,608 176,589 146,928
360 25,553 25,197 0,356 0,047 25,506 160,906 135,353

DRAINASE PERKOTAAN 98
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

I ∆(I-I I ∆(I-I ∆(I-I


DURASI I Talbot I Ishiguro
(mm/jam) Talbot) Sherman Sherman) Ishiguro)
JUMLAH 3,359 286,218 1157,825
RATA-RATA 0,560 47,703 192,971
(Sumber : Perhitungan 2018)

Tabel 4.25 Tabel Perbandingan Metode Talbot,Sherman dan Ishiguro PUH 10 Tahun

I ∆(I-I I ∆(I-I II ∆(I-I


DURASI I Talbot
(mm/jam) Talbot) Sherman Sherman) Ishiguro Ishiguro)
60 100,805 99,597 1,209 5E-48 100,805 195,041 -94,236
120 63,972 65,124 1,152 8E-56 63,972 187,641 -123,670
180 47,790 48,379 0,589 2E-60 47,790 184,363 -136,573
240 38,380 38,484 0,104 1E-63 38,380 182,409 -144,029
300 32,150 31,949 0,201 4E-66 32,150 181,075 -148,924
360 27,697 27,311 0,386 4E-68 27,697 180,090 -152,393
JUMLAH 3,640473 310,7946 -799,8245
RATA-RATA 0,606745 51,79911 -133,3041
Sumber : Perhitungan 2018

 Contoh perhitungan pada Tabel 2.25 (Baris II) :

Kolom I = Durasi

= 60 menit

Kolom II = Intensitas Hasper Weduwe

= 100,805 mm/jam

Kolom III = Intensitas Metode Talbot


𝑎
𝐼 = 𝑡+𝑏

11289,14011
𝐼=
60 + 53,34843

𝐼 = 99,597 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚

Kolom IV = Selisih Intensitas Hasper dengan Metode Talbot

= |100,805 − 99,597 = 1,209

Kolom V = Intensitas Metode Sherman

DRAINASE PERKOTAAN 99
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

𝑎
𝐼 = 𝑡𝑛

3,20353
𝐼 = 600,72064 = 5E-48 mm/jam

Kolom VI = Selisih Intensitas hasper dengan metode Sherman

= |00,805 − 5E-48| = 100,805

Kolom VII = Intensitas Metode Ishiguro


𝑎
𝐼=
√𝑡+𝑏

3379,19160
𝐼= = 195,041mm/jam
√60+(−3,40413)

Kolom VIII = Selisih Intensitas Hasper dengan Metode Sherman

= |100,805 − 195,041|= 94,236

Dari ketiga metode tersebut dapat diketahui dari hasil ∆I dikurangi dengan I
masing-masing metode dapat diketahui ∆(I-I Talbot) memiliki nilai mendekati 0 sehingga
perencanaan ini menggunakan intensitas metode Talbot.

4.8 Penentuan Blok Pelayanan dan Nilai C (Koefisien Aliran)


Direncanakan penentuan blok yang akan dilayani untuk Kcematan Sidayu, Keamatan
Ujungpangkah dan Kecamatan Panceng, yaitu :
a) Pembagian blok pelayanan ini didasarkan pada keadaan topografi dan guna lahan;
b) Tidak semua kawasan yang ada akan dilayani;
c) Minimal persenan luasan blok yang terlayani 0,495 % untuk perencanaan ini;
d) Selain itu daerah yang tidak terlayani tersebut merupakan daerah dengan topografi
rendah atau dekat dengan sungai;
e) Penentuan harga C didasarkan Gambar Peta Tata Guna Lahan Kota Surabaya kecamatan
Kenjeran;
f) Untuk menentukan harga C digunakan Harga Koefisien Pengaliran (C) pada tiap guna
lahan.

DRAINASE PERKOTAAN 10
0
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Tabel 4.26 Tabel Luasan Wilayah Pelayanan dan Koefisien Pengaliran

Luas Luas
Keterangan Luas Blok Kumulatif
Jaringan Blok Saluran Kelurahan Pelayanan pelayanan % Luas C C Rata - rata Kumulatif Cr
TGL (km²) %Luas
(m²) (km²)

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII


1 Banyu tengah Industri 294732 0,29473 1,059 0,80 0,0085
ketanen sawah 368595 0,36860 1,324 0,18 0,0024
3
Banyu tengah industri 239928 0,23993 0,862 0,80 0,0069
2 Ketanen sawah 1265449 1,26545 4,545 0,22 0,0100
47 Ketanen sawah 1280667 1,28067 4,600 0,22 0,0101
Pantenan 0,22
4 sawah 899672 0,89967 3,232 0,0071
Banyutengah 0,22
5 Pantenan sawah 593828 0,59383 2,133 0,22 0,0047
1 27,83991 62 0,1468
9 Doudo sawah 2988508 2,98851 10,735 0,22 0,0236
8 Doudo sawah 2703422 2,70342 9,711 0,22 0,0214
1
7 Doudo sawah 2291702 2,29170 8,232 0,22 0,0181
6 Prupuh perkebunan 1055872 1,05587 3,793 0,22 0,0083
25 Pantenan sawah 469560 0,46956 1,687 0,22 0,0037
26 Pantenan sawah 369636 0,36964 1,328 0,22 0,0029
29 campur rejo sawah 833402 0,83340 2,994 0,22 0,0066
30 Camour rejo sawah 1584284 1,58428 5,691 0,22 0,0125
Pemukiman 388234 0,38823 1,232 0,60 0,0074
28 Serah
sawah 210616 0,21062 0,668 0,22 0,0015
2 31,51655 86 0,1977
prupuh sawah 301091 0,30109 0,955 0,22 0,0021
44
serah perkebunan 1398627 1,39863 4,438 0,22 0,0098

DRAINASE PERKOTAAN 10
1
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Luas Luas
Keterangan Luas Blok Kumulatif
Jaringan Blok Saluran Kelurahan Pelayanan pelayanan % Luas C C Rata - rata Kumulatif Cr
TGL (km²) %Luas
(m²) (km²)
43 Petung Perkebunan 9439051 9,43905 29,950 0,22 0,0659
10 Pantenan sawah 666519 0,66652 2,115 0,22 0,0047
11 Surowiti sawah 1152313 1,15231 3,656 0,22 0,0080
12 Surowiti Pemukiman 305269 0,30527 0,969 0,60 0,0058
13 Surowiti Sawah 2153644 2,15364 13,000 0,22 0,0286
14 Sumurber sawah 1666921 1,66692 5,289 0,22 0,0116
Sumurber sawah 1224040 1,22404 3,884 0,22 0,0085
40 wotan perkebunan 1224040 1,22404 3,884 0,22 0,0085
hotikultura 1590766 1,59077 5,047 0,22 0,0111
42 wotan sawah 983871 0,98387 3,122 0,22 0,0069
hutan
Campur rejo 886492 0,88649 2,813 0,22 0,0062
27 produksi
sawah 1591140 1,59114 5,049 0,22 0,0111
pemukiman 335796 0,33580 0,721 0,60 0,0043

31 dalegan sawah 230558 0,23056 0,495 0,22 0,0011


hutan
584493 0,58449 1,254 0,22 0,0028
produksi
32 Glatik industri 1247441 1,24744 2,677 0,80 0,0214
3 33 Glatik industri 1520726 1,52073 46,59565 3,264 72 0,80 0,0261 0,3320
34 Glatik industri 1252243 1,25224 2,687 0,80 0,0215
35 Cangaan industri 1066470 1,06647 2,289 0,80 0,0183
37 Cangaan industri 847520 0,84752 1,819 0,80 0,0146
36 karang rejo sawah 1858328 1,85833 3,988 0,22 0,0088
38 Cangaan industri 3332850 3,33285 7,153 0,80 0,0572

DRAINASE PERKOTAAN 10
2
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Luas Luas
Keterangan Luas Blok Kumulatif
Jaringan Blok Saluran Kelurahan Pelayanan pelayanan % Luas C C Rata - rata Kumulatif Cr
TGL (km²) %Luas
(m²) (km²)
daerah
karang rejo 408016 0,40802 0,876 0,75 0,0066
15 perdagangan
industri 2478229 2,47823 5,319 0,80 0,0425
16 Kebon agung Industri 519594 0,51959 1,115 0,80 0,0089
17 Kebon agung sawah 3302188 3,30219 7,087 0,22 0,0156
39 bolo industri 998738 0,99874 2,143 0,80 0,0171
45 ngemboh sawah 13794176 13,79418 29,604 0,22 0,0651
pangkah kulon perdagangan 749916 0,74992 0,986 0,75 0,0074
23 sawah 1857627 1,85763 2,444 0,22 0,0054
holtikultura 1241711 1,24171 1,633 0,22 0,0036
4 22 tanjangawan holtikultura 1936862 1,93686 76,02120 2,548 13 0,22 0,0056 0,0330
sambi pondok sawah 915358 0,91536 1,204 0,22 0,0026
18
holtikultura 1528261 1,52826 2,010 0,22 0,0044
24 randuboto tambak 1370817 1,37082 1,803 0,22 0,0040
20 sidomulyo sawah 2555342 2,55534 7,071 0,22 0,0156
19 sedagaran Pemukiman 806768 0,80677 2,232 0,60 0,0134
21 racitengah Pemukiman 3829694 3,82969 10,597 0,60 0,0636
5 36,13773 40 0,2183
racikulon Pemukiman 3080214 3,08021 8,524 0,60 0,0511
46 purwodadi Pemukiman 2782597 2,78260 7,700 0,60 0,0462
pengulu perdagangan 1370656 1,37066 3,793 0,75 0,0284
(Sumber : hasil perhitugan)

DRAINASE PERKOTAAN 10
3
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

 Contoh perhitungan blok pelyanan dan nilai C :


Kolom 1 (Jaringan) :1
Kolom 2 (Bok) : Blok pelayanan 1
Kolom 3 (Saluran) : Kelurahan Banyu Tengah
Kolom 4 (Keterangan TGL) : Industri
Kolom 5 ( Luas playanan) : 294732 m2
Kolom 6 (Luas pelayanan) : 0,29473 km2
Kolom 7 (Luas Blok) : 27,83991 km2
Kolom 8 (% luas) : luas pelayanan : luas blok × 100
= 0,29473 km2 : 27,83991 × 100
= 1,059
Kolom 9 (kumulatif % luas) : penjumlahan % luas = 62
Kolom 10 (C) : 0,80 (sesuai dengan TGL)
% 𝑙𝑢𝑎𝑠
Kolom 11 (C rata-rata) : 𝐶 𝑥 100
1,059
= 0,80 𝑥 1000,0085

Kolom 12 (Kumulatif Cr) : 0,14681 (penjumlahan dari C rata-rata)

4.9 Perhitungan nilai Ld


Direncanakan panjang saluran drainase untuk Kecamatan Ujungpangkah, Sidayu,
dan Panceng.
Tabel 4.27 Panjang Saluran

PANJANG
SALURAN SALURAN
1 555,5509
2 1293,9114
3 592,9511
4 1327,8631
5 406,059
6 2258,3264
7 1468,3277
8 1565,5259
9 2446,3922
10 1229,1207
11 593,6332

DRAINASE PERKOTAAN 10
4
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

PANJANG
SALURAN SALURAN
12 658,8218
13 2847,3311
14 2558,9016
15 2125,2978
16 1828,6668
17 522,6423
18 3842,1955
19 972,0179
20 3097,5336
21 3292,5122
22 538,3126
23 4581,0545
24 2444,0675
25 563,4539
26 464,3397
27 1422,9465
28 586,1839
29 1446,5119
30 3064,4171
31 2896,3682
32 1518,2609
33 1524,4126
34 878,203
35 1535,337
36 2312,2323
37 1711,7301
38 960,678
39 3926,2345
40 4202,9434
41 705,4649
42 491,6891
43 3157,213
44 2694,516
45 5267,5328
46 2757,3438
47 1179,5396
48 406,9917
(Sumber : dari auto cadd)

DRAINASE PERKOTAAN 10
5
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

BAB V
PERENCANAAN SISTEM DRAINASE

5.1 Perhitungan Debit Rencana


Direncanakan untuk mencari debit banjir rencana dapat digunakan beberapa metode
diantaranya metode rationaPenentun debit saluran (Q) memebutuhkan nilai koefisien
pengaliran (C), intensitas (I) dan luas wilayah (A). Pada perencanaan drainase perkotaan ini
menggunakan 47 saluran . Dengan Nilai Kekasaran Manning (n) yang digunakan adalah 0,015
dan V asumsi dilihat pada tabel 2.14.

DRAINASE PERKOTAAN 10
6
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Tabel 5.1 Perhitungan Debit Saluran Drainase

Jaringan Elev Elev


limpasan limpasan Ho Tinggi Rendah Hd V I
Saluran Lo (m) So (m) Cr n To Ld (m) Sd (m) Td Tc A (km²) C Q (mᶟ/s)
Dari Ke Tinggi Rendah (m) (m) (m) (m) asumsi (mm/jam)
(m) (m) (m/s)
47 D C 285,60 65 62,0 3,0 0,0105042 0,1468 0,015 26,0401 1179,54 80 39,0 41,0 0,03476 2,0 9,8295 35,8696 1,1646 1,2807 0,0101 0,0042
1 A B 572,93 38 19,0 19,0 0,0331629 0,1468 0,015 26,0350 555,5509 25 18,0 7,0 0,01260 1,0 9,2592 35,2942 1,1724 0,2947 0,0085 0,0008
2 C B 540,14 48 31,0 17,0 0,0314733 0,1468 0,015 25,8020 1293,911 39 18,0 21,0 0,01623 2,0 10,7826 36,5846 1,1549 1,2654 0,0100 0,0041
3 B E 400,37 22 16,0 6,0 0,0149861 0,1468 0,015 27,1137 592,9511 18 15,0 3,0 0,00506 1,5 6,5883 33,7021 1,1947 0,6085 0,0046 0,0058
4 E F 494,03 72 21,0 51,0 0,1032326 0,1468 0,015 19,7556 1327,863 22 14,0 8,0 0,00602 0,5 44,2621 64,0177 0,8771 0,8997 0,0036 0,0008
5 F G 257,40 17 14,0 3,0 0,0116550 0,1468 0,015 24,6441 406,059 24 13,5 10,5 0,02586 1,0 6,7677 31,4118 1,2283 0,5938 0,0047 0,0010
9 K G 613,61 82 56,0 26,0 0,0423722 0,1468 0,015 25,3573 2446,392 56 13,5 42,5 0,01737 2,0 20,3866 45,7439 1,0445 2,9885 0,0236 0,0205
11 AR N 482,32 63 58,0 5,0 0,0103666 0,1977 0,015 31,0376 593,6332 52 24,0 28,0 0,04717 2,0 4,9469 35,9846 1,1630 1,1523 0,0080 0,0235
10 N G 780,60 44 20,0 24,0 0,0307456 0,1977 0,015 29,2725 1229,121 24 13,5 10,5 0,00854 2,0 10,2427 39,5152 1,1171 0,6665 0,0047 0,0245
25 G H 230,08 10 9,0 1,0 0,0043463 0,1468 0,015 28,9275 563,4539 13,5 8,0 5,5 0,00976 2,0 4,6954 33,6229 1,1958 0,4696 0,0037 0,0465
12 O P 193,60 50 26,0 24,0 0,1239669 0,1977 0,015 13,9808 658,8218 50 28,0 22,0 0,03339 2,0 5,4902 19,4710 1,4394 0,3053 0,6000 0,0733
26,29 H I 444,87 24 18,0 6,0 0,0134871 0,1468 0,015 28,6714 464,3397 8 1,0 7,0 0,01508 2,0 3,8695 32,5409 1,2115 1,2030 0,0048 0,0019
30 I V 867,00 29 0,6 28,4 0,0327566 0,1468 0,015 29,9227 3064,417 7 0,8 6,2 0,00202 0,5 102,1472 132,0700 0,5492 1,5843 0,0125 0,0030
31 AA V 586,78 42 37,0 5,0 0,0085211 0,3320 0,015 34,4360 2896,368 60 0,8 59,2 0,02044 2,0 24,1364 58,5724 0,9210 1,1508 0,0027 0,0008
32 V W 779,16 9 0,5 8,5 0,0109092 0,3320 0,015 35,9910 1518,261 18 0,6 17,4 0,01146 0,5 50,6087 86,5997 0,7321 1,2474 0,0214 0,0093
34 AB X 132,35 95 85,0 10,0 0,0755572 0,3320 0,015 13,6153 878,203 110 12,0 98,0 0,11159 2,0 7,3184 20,9337 1,4098 1,2522 0,0215 0,0106
33 X W 548,90 24 3,0 21,0 0,0382583 0,3320 0,015 24,9461 1524,413 12 0,5 11,5 0,00754 2,0 12,7034 37,6495 1,1409 1,5207 0,0261 0,0126
35 X Y 590,30 44 13,0 31,0 0,0525157 0,3320 0,015 23,9834 1535,337 12 10,0 2,0 0,00130 1,0 25,5890 49,5724 1,0043 1,0665 0,0183 0,0286
36 AE AD 847,85 104 45,0 59,0 0,0695878 0,3320 0,015 25,5478 2312,232 43 33,0 10,0 0,00432 1,5 25,6915 51,2393 0,9878 1,8583 0,0088 0,0045
37 AC AD 350,86 77 40,0 37,0 0,1054552 0,3320 0,015 17,5710 1711,73 109 33,0 76,0 0,04440 2,0 14,2644 31,8354 1,2220 0,8475 0,0146 0,0042
38 AD Y 330,36 31 25,0 6,0 0,0181620 0,3320 0,015 24,4877 960,678 33 10,0 23,0 0,02394 2,0 8,0057 32,4934 1,2122 3,3329 0,0572 0,0729
39 Y Z 815,60 21 12,0 9,0 0,0110348 0,3320 0,015 36,4544 3926,235 20 7,0 13,0 0,00331 0,5 130,8745 167,3288 0,4601 0,9987 0,0171 0,1037
45 AI AJ 911,09 27 12,0 15,0 0,0164638 0,3320 0,015 34,9031 5267,533 32 6,5 25,5 0,00484 1,5 58,5281 93,4313 0,6972 13,7942 0,0651 0,1741
46 AO AP 822,74 7 6,0 1,0 0,0012155 0,2183 0,015 56,8335 2757,344 8 6,0 2,0 0,00073 0,5 91,9115 148,7449 0,5032 7,2335 0,0629 0,0636
28 AY AZ 237,40 17 16,0 1,0 0,0042123 0,1977 0,015 29,4117 586,1839 18 15,0 3,0 0,00512 2,0 4,8849 34,2965 1,1863 0,5989 0,0044 0,0009
44 AM AN 404,59 46 45,0 1,0 0,0024716 0,1977 0,015 39,0151 2694,516 45 17,0 28,0 0,01039 2,0 22,4543 61,4694 0,8971 1,6997 0,0059 0,0025
43 AW AX 577,95 45 44,0 1,0 0,0017303 0,1977 0,015 47,1321 3157,213 51 18,0 33,0 0,01045 2,0 26,3101 73,4422 0,8101 9,4391 0,0659 0,1401
40 AQ AS 533,97 43 35,0 8,0 0,0149821 0,1977 0,015 29,8182 4202,943 40 14,0 26,0 0,00619 2,0 35,0245 64,8427 0,8708 4,0388 0,0094 0,0092
19 AU AV 645,51 21 15,0 6,0 0,0092950 0,2183 0,015 34,9248 972,0179 21 12,0 9,0 0,00926 1,0 16,2003 51,1251 0,9889 0,8068 0,0134 0,0030
20 AT AV 547,92 26 19,0 7,0 0,0127756 0,2183 0,015 31,0467 3097,534 24 12,0 12,0 0,00387 1,5 34,4170 65,4637 0,8661 2,5553 0,0156 0,0096
21 AV S 442,71 23 17,0 6,0 0,0135529 0,2183 0,015 28,5975 3292,512 18 11,0 7,0 0,00213 0,5 109,7504 138,3479 0,5309 3,8297 0,0636 0,0485
14 Q R 729,95 43 34,0 9,0 0,0123296 0,1977 0,015 34,3726 2558,902 40 33,0 7,0 0,00274 0,5 85,2967 119,6693 0,5894 1,6669 0,0116 0,0032
15 AE AG 546,95 62 49,0 13,0 0,0237682 0,3320 0,015 27,4056 2125,298 50 42,0 8,0 0,00376 0,5 70,8433 98,2488 0,6745 2,8862 0,0246 0,0133
16 AF AG 342,90 112 103,0 9,0 0,0262467 0,3320 0,015 23,0306 1828,667 102 42,0 60,0 0,03281 2,0 15,2389 38,2695 1,1329 0,5196 0,0089 0,0015
17 AG R 304,65 41 39,0 2,0 0,0065649 0,3320 0,015 29,2229 522,6423 42 33,0 9,0 0,01722 2,0 4,3554 33,5783 1,1965 3,3022 0,0156 0,0319
18 R S 780,30 39 28,0 11,0 0,0140971 0,0330 0,015 34,2086 3842,196 33 11,0 22,0 0,00573 2,0 32,0183 66,2269 0,8604 2,4436 0,0035 0,0339
22 S T 293,86 9 8,5 0,5 0,0017015 0,0330 0,015 37,8299 538,3126 11 9,0 2,0 0,00372 1,5 5,9813 43,8112 1,0660 1,9369 0,0056 0,0856
23 AH T 445,33 22 13,0 9,0 0,0202097 0,0330 0,015 26,4526 4581,055 32 9,0 23,0 0,00502 2,0 38,1755 64,6280 0,8724 3,8493 0,0082 0,0076
24 T U 849,36 8,5 8,0 0,5 0,0005887 0,0330 0,015 66,3957 2444,068 16 6,0 10,0 0,00409 1,0 40,7345 107,1301 0,6364 1,3708 0,0040 0,0942

DRAINASE PERKOTAAN 10
7
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Jaringan Elev Elev


limpasan limpasan Ho Tinggi Rendah Hd V I
Saluran Lo (m) So (m) Cr n To Ld (m) Sd (m) Td Tc A (km²) C Q (mᶟ/s)
Dari Ke Tinggi Rendah (m) (m) (m) (m) asumsi (mm/jam)
(m) (m) (m/s)
13 AR Q 659,20 51 46,0 5,0 0,0075850 0,1977 0,015 36,6269 2847,331 52 34,0 18,0 0,00632 2,0 23,7278 60,3547 0,9062 2,1536 0,0286 0,0155
8 J K 487,60 82 78,0 4,0 0,0082034 0,1468 0,015 32,6420 1565,526 90 56,0 34,0 0,02172 2,0 13,0460 45,6881 1,0451 2,7034 0,0214 0,0168
7 K L 876,00 72 56,0 16,0 0,0182648 0,1468 0,015 33,7457 1468,328 56 49,0 7,0 0,00477 1,5 16,3148 50,0604 0,9994 2,2917 0,0181 0,0283
6 L AAA 831,41 61 48,0 13,0 0,0156361 0,1468 0,015 34,2159 2258,326 49 29,0 20,0 0,00886 2,0 18,8194 53,0353 0,9705 1,0559 0,0083 0,0307
27 AK AL 545,76 45 18,0 27,0 0,0494723 0,1977 0,015 23,6512 1422,947 86 6,0 80,0 0,05622 2,0 11,8579 35,5091 1,1695 2,4776 0,0086 0,0070
(Sumber : hasil perhitungan)

DRAINASE PERKOTAAN 10
8
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

 Contoh perhitungan Debit saluran :


Kolom 1 (nomor jaringan) : 47

Kolom 2 (saluran dari-) :D

Kolom 3 (saluran ke-) :C

Kolom 4 (panjang limpasan terjauh) (L0): 285.6 m

Kolom 5 (elevasi limpasan tinggi): 65 m

Kolom 6 (elevasi limpasan rendah): 62 m

Kolom 7 (beda elevasi) (H0) : elevasi limpasan tinggi – elevasi limpasan rendah

= 65 m – 62 m = 3 m

Ho
Kolom 8 (slope limpasan) (S0): Lo

3𝑚
: 285.6 𝑚 = 0.0105 m/m

Kolom 9 (koefisien rata-rata) (Cr): 0.1468

Kolom 10 (koefisien manning) (n): 0.015

108.𝑛.𝐿𝑜1/2
Kolom 11 (t0) : 𝑆𝑜1/2

108×0.015×285.61/2
= 0.01051/2

= 26.04 menit

Kolom 12 (panjang saluran) (Ld): 1179.54 m

Kolom 13 (elevasi tanah tinggi): 80 m

Kolom 14(elevasi tanah rendah): 39 m

Kolom 15 (beda tinggi) (Hd) : elevasi tanah tinggi – elevasi tanah rendah

= 80 m – 39 m = 41 m

Hd
Kolom 16 (slope saluran) (Sd) :
Ld

DRAINASE PERKOTAAN 10
9
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

41 𝑚
= 1179.54 m = 0.03476 (m/m)

Kolom 17 (V asumsi) : berdasarkan Master Plan Study DKI, JICA 1991 = 2 m/s

Ld
Kolom 18 (td) :
𝑉 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖

1179.54 m
= 𝑚
2 ×60
𝑠

= 9.83 menit

Kolom 19 (tc) : t0 + t d

= 26.04 menit + 9.83 menit

= 35.87 menit

100
Kolom 20 (Intensitas) : 𝑡𝑐+50

100
=
35.87+50

= 1.165 mm/jam

Kolom 21 (luas wilayah) : 1.2807 km2

Kolom 22 (C) : 0.0101

Kolom 23 (debit) (Q) : 0.278 x C x I x A

=0.278 x 0.0101 x 1.165 mm/jam x 1.2807 km2

= 0.0042 m3/s

5.2 Elevasi dan Slope Tanah


Sebelum menentukan slope tanah dilakukan perhitungan elevasi tanah terlebih
dahulu, dimana penentuan elevasi muka tanah dihitung berdasarkan interpolasi kontur.
Untuk nilai Fb (Free Board) menggunakan antara 0,2-0,3 m.

DRAINASE PERKOTAAN 11
0
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Tabel 4. 2 Perhitungan Elevasi dan Slope Tanah


Elevasi muka Fb h elevasi dasar elevasi dasar
Saluran Hd h air elevasi muka air elevasi muka
Jaringan tanah (m) saluran saluran saluran awal saluran akhir
(m) (m) awal (m) air akhir (m)
awal akhir Awal Akhir (m) (m) (m) (m)
47 D C 80,0 39,0 41,0 0,05727 0,30 0,40 79,600 38,600 79,7 38,7
1 A B 25,0 18,0 7,0 0,02496 0,30 0,40 24,600 17,600 24,7 17,7
2 C B 39,0 18,0 21,0 0,04606 0,30 0,40 38,600 17,600 38,7 17,7
3 B E 18,0 15,0 3,0 0,06055 0,30 0,40 17,600 14,600 17,7 14,7
4 E F 22,0 14,0 8,0 0,01985 0,30 0,40 21,600 13,600 21,7 13,7
5 F G 24,0 13,5 10,5 0,03220 0,30 0,40 23,600 13,100 23,7 13,2
9 K G 56,0 13,5 42,5 0,07992 0,30 0,40 55,600 13,100 55,7 13,2
11 AR N 52,0 24,0 28,0 0,10953 0,30 0,50 51,500 23,500 51,7 23,7
10 N G 24,0 13,5 10,5 0,09069 0,30 0,50 23,500 13,100 23,7 13,2
25 G H 13,5 8,0 5,5 0,16652 0,30 0,50 13,000 7,500 13,2 7,7
12 O P 50,0 28,0 22,0 0,13478 0,30 0,40 49,600 27,600 49,7 27,7
26,29 H I 8,0 1,0 7,0 0,04081 0,30 0,40 7,600 0,600 7,7 0,7
30 I V 7,0 0,8 6,2 0,04095 0,30 0,40 6,600 0,600 6,7 0,5
31 AA V 60,0 0,8 59,2 0,03204 0,30 0,40 59,600 0,400 59,7 0,5
32 V W 18,0 0,6 17,4 0,07655 0,30 0,40 17,600 0,200 17,7 0,3
34 AB X 110,0 12,0 98,0 0,05591 0,30 0,40 109,600 11,600 109,7 11,7
33 X W 12,0 0,5 11,5 0,08527 0,30 0,40 11,600 0,100 11,7 0,2
35 X Y 12,0 10,0 2,0 0,04673 0,30 0,40 11,600 9,600 11,7 9,7
36 AE AD 43,0 33,0 10,0 0,04117 0,30 0,40 42,600 32,600 42,7 32,7
37 AC AD 109,0 33,0 76,0 0,03714 0,30 0,40 108,600 32,600 108,7 32,7
38 AD Y 33,0 10,0 23,0 0,15080 0,30 0,60 32,400 9,400 32,7 9,7
39 Y Z 20,0 7,0 13,0 0,17188 0,30 0,60 19,400 6,400 19,7 6,7
45 AI AJ 32,0 6,5 25,5 0,21288 0,30 0,60 31,400 5,900 31,7 6,2
46 AO AP 8,0 6,0 2,0 0,23791 0,30 0,60 7,400 5,400 7,7 5,7

DRAINASE PERKOTAAN 11
1
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Elevasi muka Fb h elevasi dasar elevasi dasar


Saluran Hd h air elevasi muka air elevasi muka
Jaringan tanah (m) saluran saluran saluran awal saluran akhir
(m) (m) awal (m) air akhir (m)
awal akhir Awal Akhir (m) (m) (m) (m)
28 AY AZ 18,0 15,0 3,0 0,03776 0,30 0,40 17,600 14,600 17,7 14,7
44 AM AN 45,0 17,0 28,0 0,06200 0,30 0,40 44,600 16,600 44,7 16,7
43 AW AX 51,0 18,0 33,0 0,29932 0,30 0,60 50,400 17,400 50,7 17,7
40 AQ AS 40,0 14,0 26,0 0,07189 0,30 0,40 39,600 13,600 39,7 13,7
19 AU AV 21,0 12,0 9,0 0,05149 0,30 0,40 20,600 11,600 20,7 11,7
20 AT AV 24,0 12,0 12,0 0,07522 0,30 0,40 23,600 11,600 23,7 11,7
21 AV S 18,0 11,0 7,0 0,13669 0,30 0,50 17,500 10,500 17,7 10,7
14 Q R 40,0 33,0 7,0 0,05008 0,30 0,40 39,600 32,500 39,7 32,7
15 AE AG 50,0 42,0 8,0 0,07573 0,30 0,40 49,600 41,600 49,7 41,7
16 AF AG 102,0 42,0 60,0 0,03247 0,30 0,40 101,600 41,600 101,7 41,7
17 AG R 42,0 33,0 9,0 0,13381 0,30 0,50 41,500 32,500 41,7 32,7
18 R S 33,0 11,0 22,0 0,11871 0,30 0,50 32,500 10,500 32,7 10,7
22 S T 11,0 9,0 2,0 0,24968 0,30 0,60 10,400 8,400 10,7 8,7
23 AH T 32,0 9,0 23,0 0,06343 0,30 0,40 31,600 8,600 31,7 8,7
24 T U 16,0 6,0 10,0 0,31579 0,30 0,60 15,400 5,400 15,7 5,7
13 AR Q 52,0 34,0 18,0 0,09942 0,30 0,40 51,600 33,600 51,7 33,7
8 J K 90,0 56,0 34,0 0,10088 0,30 0,50 89,500 55,500 89,7 55,7
7 K L 56,0 49,0 7,0 0,10564 0,30 0,50 55,500 48,500 55,7 48,7
6 L AAA 49,0 29,0 20,0 0,11210 0,30 0,50 48,500 28,500 48,7 28,7
27 AK AL 86,0 6,0 80,0 0,05180 0,30 0,40 85,600 5,600 85,7 5,7

(Sumber : hasil perhitungan)

DRAINASE PERKOTAAN 11
2
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

 Contoh perhitungan elevasi dan slope tanah :


Kolom 1 (nomor jaringan) : 47

Kolom 2 (saluran dari-) :D

Kolom 3 (saluran ke-) :C

Kolom 4 (elevasi tanah tinggi): 80 m

Kolom 5 (elevasi tanah rendah): 39 m

Kolom 6 (Beda tinggi / Hd) : elevasi tanah tinggi – elevasi tanah rendah

= 80 m – 39 m

= 41 m

Kolom 7 (h air) : 0,05727 m (dari perhitungan dimensi saluran)

𝑄𝑛
= ( 1 )3/8
23 √𝑆

0,0041960 3/8
=( 1 )
23 √0,01050

= 0,05727 m

Kolom 8 (Free board saluran /Fb) : 0,30 (dari perhitungan dimensi slauran)

Kolom 9 (elevasi dasar saluran awal) : elevasi muka tanah awal – h air – Fb saluran

= 80 m – 0,05727 m – 0,30

= 79,643 m

Kolom 10 (elevasi dasar saluran akhir) : elevasi dasar saluran awal – Hd

= 79,643 m – 0,05727 m

= 38,643 m

Kolom 11 (elevasi muka air awal) : elevasi muka tanah awal - Fb saluran

= 80 m – 0,30 = 79,7 m

DRAINASE PERKOTAAN 11
3
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Kolom 12 (elevasi muka air akhir) : elevasi dasar saluran akhir – h air

= 38,643 m – 0,05727 m

= 38,7 m

5.3 Perhitungan Dimensi Saluran


Perencanaan saluran drainase perkotaan untuk Kecamatan Ujungpangkah,
Kecamatan Panceng dan Kecamatan Sidayu menerapkan suatu saluran terbuka dengan
bentuk segi empat dengan perencanaan saluran berdasarkan penampang hidrolis optimum
yang berarti suatu luas penampang akan memiliki daya tampung yang maksimum. Slope
yang digunakan untuk perencanaan perhitungan dimensi saluran ini menggunakan slope
tanah.

DRAINASE PERKOTAAN 11
4
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Tabel 5.3 Perhitungan Dimensi Saluran Drainase

Elevasi V cek fb V cek


Saluran V Q h Q
n saluran (m) Hd S h air (m/det) (m) h air (m/det)
Jaringan Ld (m) Ld (cm) asumsi kumulatif b (m) A (m²) P (m) R (m) C saluran saluran b (m) A (m²) P (m) R (m)
saluran (m) (m/m) (m) (0.3- (0.2- (m) (0.3-
(m/det) (m³/det) (m) (m³/det)
2.5) 0.3) 2.5)
dari ke awal akhir
47 D C 0,015 1179,54 11,79540 80,0 39,0 41,0 0,01050 2,0 0,0041960 0,05727 0,11455 0,00656 0,22910 0,02864 0,6396 0,1400 0,30 0,3573 0,0262 0,0573 0,1145 0,0066 0,2291 0,0286 0,6396
1 A B 0,015 555,55 5,55551 25,0 18,0 7,0 0,03316 1,0 0,0008136 0,02496 0,04991 0,00125 0,09983 0,01248 0,6531 0,1400 0,30 0,3250 0,0106 0,0606 0,1211 0,0073 0,2422 0,0303 1,1793
2 C B 0,015 1293,91 12,93911 39,0 18,0 21,0 0,03147 2,0 0,0040630 0,04606 0,09213 0,00424 0,18426 0,02303 0,9574 0,1400 0,30 0,3461 0,0305 0,0606 0,1211 0,0073 0,2422 0,0303 1,1489
3 B E 0,015 592,95 5,92951 18,0 15,0 3,0 0,01499 1,5 0,0058141 0,06055 0,12111 0,00733 0,24222 0,03028 0,7928 0,1400 0,30 0,3606 0,0346 0,0606 0,1211 0,0073 0,2422 0,0303 0,7928
4 E F 0,015 1327,86 13,27863 22,0 14,0 8,0 0,10323 0,5 0,0007798 0,01985 0,03970 0,00079 0,07941 0,00993 0,9893 0,1400 0,30 0,3199 0,0126 0,0199 0,0397 0,0008 0,0794 0,0099 0,9893
5 F G 0,015 406,06 4,06059 24,0 13,5 10,5 0,01166 1,0 0,0009516 0,03220 0,06440 0,00207 0,12880 0,01610 0,4589 0,1400 0,30 0,3322 0,0098 0,1000 0,4308 0,0431 0,6308 0,0683 1,2025
9 K G 0,015 2446,39 24,46392 56,0 13,5 42,5 0,04237 2,0 0,0204926 0,07992 0,15985 0,01278 0,31970 0,03996 1,6040 0,1400 0,30 0,3799 0,0974 0,1000 0,4308 0,0431 0,6308 0,0683 2,2928
11 AR N 0,015 593,63 5,93633 52,0 24,0 28,0 0,01037 2,0 0,0234894 0,10953 0,21907 0,02400 0,43814 0,05477 0,9789 0,1400 0,30 0,4095 0,0878 0,1900 0,4308 0,0819 0,8108 0,1010 1,4716
10 N G 0,015 1229,12 12,29121 24,0 13,5 10,5 0,03075 2,0 0,0244524 0,09069 0,18138 0,01645 0,36277 0,04535 1,4865 0,1400 0,30 0,3907 0,1053 0,1000 0,4308 0,0431 0,6308 0,0683 1,9531
25 G H 0,015 563,45 5,63454 13,5 8,0 5,5 0,00435 2,0 0,0464758 0,16652 0,33304 0,05546 0,66608 0,08326 0,8380 0,1400 0,30 0,4665 0,1302 0,1900 0,4308 0,0819 0,8108 0,1010 0,9529
12 O P 0,015 658,82 6,58822 50,0 28,0 22,0 0,03339 2,0 0,0732951 0,13478 0,26956 0,03633 0,53912 0,06739 2,0174 0,1400 0,30 0,4348 0,2364 0,1348 0,2696 0,0363 0,5391 0,0674 2,0174
26,29 H I 0,015 464,34 4,64340 8,0 1,0 7,0 0,01349 2,0 0,0019260 0,04081 0,08162 0,00333 0,16325 0,02041 0,5782 0,1400 0,30 0,3408 0,0161 0,1000 0,4308 0,0431 0,6308 0,0683 1,2936
30 I V 0,015 3064,42 30,64417 7,0 0,8 6,2 0,03276 0,5 0,0030285 0,04095 0,08190 0,00335 0,16380 0,02047 0,9030 0,1400 0,30 0,3409 0,0252 0,1000 0,4308 0,0431 0,6308 0,0683 2,0160
31 AA V 0,015 2896,37 28,96368 60,0 0,8 59,2 0,00852 2,0 0,0008027 0,03204 0,06407 0,00205 0,12815 0,01602 0,3911 0,1400 0,30 0,3320 0,0083 0,1000 0,4300 0,0430 0,6300 0,0683 1,0278
32 V W 0,015 1518,26 15,18261 18,0 0,6 17,4 0,01091 0,5 0,0092685 0,07655 0,15310 0,01172 0,30620 0,03828 0,7908 0,1400 0,30 0,3766 0,0456 0,1000 0,4308 0,0431 0,6308 0,0683 1,1634
34 AB X 0,015 878,20 8,78203 110,0 12,0 98,0 0,07556 2,0 0,0105515 0,05591 0,11182 0,00625 0,22363 0,02795 1,6879 0,1400 0,30 0,3559 0,0672 0,1000 0,2000 0,0200 0,4000 0,0500 2,4871
33 X W 0,015 1524,41 15,24413 12,0 0,5 11,5 0,03826 2,0 0,0231449 0,08527 0,17055 0,01454 0,34109 0,04264 1,5915 0,1400 0,30 0,3853 0,1046 0,1000 0,4308 0,0431 0,6308 0,0683 2,1787
35 X Y 0,015 1535,34 15,35337 12,0 10,0 2,0 0,05252 1,0 0,0054519 0,04673 0,09345 0,00437 0,18690 0,02336 1,2485 0,1400 0,30 0,3467 0,0405 0,0500 0,4308 0,0215 0,5308 0,0406 1,8041
36 AE AD 0,015 2312,23 23,12232 43,0 33,0 10,0 0,06959 1,5 0,0044773 0,04117 0,08234 0,00339 0,16467 0,02058 1,3209 0,1400 0,30 0,3412 0,0371 0,0500 0,4308 0,0215 0,5308 0,0406 2,0768
37 AC AD 0,015 1711,73 17,11730 109,0 33,0 76,0 0,10546 2,0 0,0041894 0,03714 0,07429 0,00276 0,14858 0,01857 1,5183 0,1400 0,30 0,3371 0,0380 0,0500 0,3000 0,0150 0,4000 0,0375 2,4255
38 AD Y 0,015 960,68 9,60678 33,0 10,0 23,0 0,01816 2,0 0,0729358 0,15080 0,30161 0,04548 0,60322 0,07540 1,6035 0,1400 0,30 0,4508 0,2180 0,1900 0,4308 0,0819 0,8108 0,1010 1,9479
39 Y Z 0,015 3926,23 39,26235 20,0 7,0 13,0 0,01103 0,5 0,0805783 0,17188 0,34375 0,05908 0,68751 0,08594 1,3638 0,1400 0,30 0,4719 0,2212 0,1900 0,4308 0,0819 0,8108 0,1010 1,5183
45 AI AJ 0,015 5267,53 52,67533 32,0 6,5 25,5 0,01646 1,5 0,1741285 0,21288 0,42576 0,09063 0,85151 0,10644 1,9212 0,1400 0,30 0,5129 0,4195 0,2129 0,4258 0,0906 0,8515 0,1064 1,9212
46 AO AP 0,015 2757,34 27,57344 8,0 6,0 2,0 0,00122 0,5 0,0636360 0,23791 0,47581 0,11320 0,95163 0,11895 0,5622 0,1400 0,30 0,5379 0,1439 0,2379 0,4758 0,1132 0,9516 0,1190 0,5622
28 AY AZ 0,015 586,18 5,86184 18,0 15,0 3,0 0,00421 2,0 0,0008750 0,03776 0,07553 0,00285 0,15105 0,01888 0,3068 0,1400 0,30 0,3378 0,0078 0,0378 0,0755 0,0029 0,1511 0,0189 0,3068
44 AM AN 0,015 2694,52 26,94516 45,0 17,0 28,0 0,00247 2,0 0,0025148 0,06200 0,12400 0,00769 0,24801 0,03100 0,3271 0,1400 0,30 0,3620 0,0147 0,0620 0,1240 0,0077 0,2480 0,0310 0,3271
43 AW AX 0,015 3157,21 31,57213 51,0 18,0 33,0 0,00173 2,0 0,1400625 0,29932 0,59863 0,17918 1,19727 0,14966 0,7817 0,1400 0,30 0,5993 0,2804 0,2993 0,5986 0,1792 1,1973 0,1497 0,7817
40 AQ AS 0,015 4202,94 42,02943 40,0 14,0 26,0 0,01498 2,0 0,0091880 0,07189 0,14379 0,01034 0,28758 0,03595 0,8888 0,1400 0,30 0,3719 0,0475 0,0719 0,1438 0,0103 0,2876 0,0359 0,8888
19 AU AV 0,015 972,02 9,72018 21,0 12,0 9,0 0,00929 1,0 0,0029708 0,05149 0,10297 0,00530 0,20594 0,02574 0,5604 0,1400 0,30 0,3515 0,0203 0,1000 0,2000 0,0200 0,4000 0,0500 0,8723
20 AT AV 0,015 3097,53 30,97534 24,0 12,0 12,0 0,01278 1,5 0,0095710 0,07522 0,15043 0,01132 0,30087 0,03761 0,8458 0,1400 0,30 0,3752 0,0477 0,1000 0,2000 0,0200 0,4000 0,0500 1,0227
21 AV S 0,015 3292,51 32,92512 18,0 11,0 7,0 0,01355 0,5 0,0484839 0,13669 0,27339 0,03737 0,54677 0,06835 1,2974 0,1400 0,30 0,4367 0,1549 0,1500 0,3000 0,0450 0,6000 0,0750 1,3803
14 Q R 0,015 2558,90 25,58902 40,0 33,0 7,0 0,01233 0,5 0,0031780 0,05008 0,10016 0,00502 0,20032 0,02504 0,6336 0,1400 0,30 0,3501 0,0222 0,1000 0,3000 0,0300 0,5000 0,0600 1,1345
15 AE AG 0,015 2125,30 21,25298 50,0 42,0 8,0 0,02377 0,5 0,0132917 0,07573 0,15145 0,01147 0,30291 0,03786 1,1589 0,1400 0,30 0,3757 0,0659 0,1000 0,4308 0,0431 0,6308 0,0683 1,7172
16 AF AG 0,015 1828,67 18,28667 102,0 42,0 60,0 0,02625 2,0 0,0014598 0,03247 0,06493 0,00211 0,12987 0,01623 0,6925 0,1400 0,30 0,3325 0,0149 0,1000 0,3000 0,0300 0,5000 0,0600 1,6553
17 AG R 0,015 522,64 5,22642 42,0 33,0 9,0 0,00656 2,0 0,0318766 0,13381 0,26761 0,03581 0,53523 0,06690 0,8902 0,1400 0,30 0,4338 0,1033 0,1500 0,3000 0,0450 0,6000 0,0750 0,9606
18 R S 0,015 3842,20 38,42196 33,0 11,0 22,0 0,01410 2,0 0,0339432 0,11871 0,23741 0,02818 0,47483 0,05935 1,2044 0,1400 0,30 0,4187 0,1197 0,1500 0,3000 0,0450 0,6000 0,0750 1,4077
22 S T 0,015 538,31 5,38313 11,0 9,0 2,0 0,00170 1,5 0,0856443 0,24968 0,49936 0,12468 0,99873 0,12484 0,6869 0,1400 0,30 0,5497 0,1885 0,3158 0,6316 0,1994 1,2632 0,1579 0,8033
23 AH T 0,015 4581,05 45,81055 32,0 9,0 23,0 0,02021 2,0 0,0076399 0,06343 0,12685 0,00805 0,25371 0,03171 0,9495 0,1400 0,30 0,3634 0,0438 0,1000 0,3000 0,0300 0,5000 0,0600 1,4525

DRAINASE PERKOTAAN 11
5
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

Elevasi V cek fb V cek


Saluran V Q h Q
n saluran (m) Hd S h air (m/det) (m) h air (m/det)
Jaringan Ld (m) Ld (cm) asumsi kumulatif b (m) A (m²) P (m) R (m) C saluran saluran b (m) A (m²) P (m) R (m)
saluran (m) (m/m) (m) (0.3- (0.2- (m) (0.3-
(m/det) (m³/det) (m) (m³/det)
2.5) 0.3) 2.5)
dari ke awal akhir
24 T U 0,015 2444,07 24,44068 16,0 6,0 10,0 0,00059 1,0 0,0942463 0,31579 0,63159 0,19945 1,26317 0,15790 0,4725 0,1400 0,30 0,6158 0,1838 0,3158 0,6316 0,1995 1,2632 0,1579 0,4725
13 AR Q 0,015 2847,33 28,47331 52,0 34,0 18,0 0,00758 2,0 0,0155165 0,09942 0,19883 0,01977 0,39767 0,04971 0,7849 0,1400 0,30 0,3994 0,0623 0,0994 0,1988 0,0198 0,3977 0,0497 0,7849
8 J K 0,015 1565,53 15,65526 90,0 56,0 34,0 0,00820 2,0 0,0167791 0,10088 0,20177 0,02035 0,40353 0,05044 0,8243 0,1400 0,30 0,4009 0,0667 0,1200 0,2242 0,0269 0,4642 0,0580 0,9043
7 K L 0,015 1468,33 14,68328 56,0 49,0 7,0 0,01826 1,5 0,0283098 0,10564 0,21128 0,02232 0,42256 0,05282 1,2684 0,1400 0,30 0,4056 0,1087 0,1200 0,2242 0,0269 0,4642 0,0580 1,3493
6 L AAA 0,015 2258,33 22,58326 49,0 29,0 20,0 0,01564 2,0 0,0306868 0,11210 0,22420 0,02513 0,44841 0,05605 1,2209 0,1400 0,30 0,4121 0,1128 0,1200 0,2242 0,0269 0,4642 0,0580 1,2485
27 AK AL 0,015 1422,95 14,22947 86,0 6,0 80,0 0,04947 2,0 0,0069656 0,05180 0,10360 0,00537 0,20720 0,02590 1,2980 0,1400 0,30 0,3518 0,0473 0,0518 0,1036 0,0054 0,2072 0,0259 1,2980
(Sumber : hasil perhitungan)

DRAINASE PERKOTAAN 11
6
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

 Contoh perhitungan dimensi saluran drainase :


Kolom 1 (nomor jaringan) : 47
Kolom 2 (saluran dari-) :D
Kolom 3 (saluran ke-) :C
Kolom 4 (n saluran) : 0,015
Kolom 5 (panjang jaringan / Ld) dalam meter : 1179,54 m
Kolom 6 (panjang jaringan / Ld) dalam centimeter : 11,79540 cm
Kolom 7 ( Elevsi saluran awal) : 80 m
Kolom 8 ( Elevsi saluran akhir) : 39 m
Kolom 9 (Hd) : Elevsi saluran awal - Elevsi saluran akhir
= 80 m -39 m = 41 m
Kolom 10 (S / slope) : 0,01050 m (dari perhitungan Q saluran)
Kolom 11 (V asumsi) : 2 m/detik
Kolom 12 ( Q kumulatif) : 0,0041960 m3/detik ( dari perhitungan Q saluran)
𝑄𝑛
Kolom 13 (h air) : ( 1 )3/8
23√𝑆
0,0041960 3/8
=( 1 ) = 0,05727 m
23 √0,01050

Kolom 14 (lebar / b) : 2 × h air

= 2 × 0,05727 m = 0,11455 m

Kolom 15 (A / luas permukaan) : h air × b

= 0,05727 m × 0,11455 m = 0,00656 m2

Kolom 16 (P) : b + (2 × h air)

= 0,11455 m + (2 × 0,05727 m) = 0,22910 m

𝐴 0,00656 𝑚
Kolom 17 (R) : = = 0,02864 m
𝑃 0,22910 𝑚

2 1
1 𝑅3 𝑆2
Kolom 18 (V cek) : × ×
𝑛

DRAINASE PERKOTAAN 11
7
KELOMPOK 4A DRAINASE PERKOTAAN

2 1
1 0,02864 3 0,01050 2
= 0,015 × × = 0,6396 m/detik

Kolom 19 (C) : 0,1400

Kolom 20 (fb / free board) : √𝐶 × ℎ 𝑎𝑖𝑟

= √0,1400 × 0,05727 = 0,30 m

Kolom 21 ( h saluran) : h air + fb = 0,05727 m + 0,30 m = 0,3573 m

Kolom 22 (Q saluran) : b × h saluran × V cek

= 0,11455 m × 0,3573 m × 0,6396 m/detik = 0,0262 m3/detik

Nilai Q = 0,0262 m3/detik < 0,6 m3/detik, maka nilai C = 0,14 (BENAR). Jadi
diperoleh dimesi,

Kolom 23 ( h air) : 0,0573 m

Kolom 24 (b) : 0,1145 m

Kolom 25 (A) : h air × b = 0,0573 m × 0,1145 m = 0,0066 m2

Kolom 26 (P) : b + (2 × h air ) = 0,1145 m + ( 2 × 0,0573 m) = 0,2291 m

𝐴 0,0066
Kolom 27 (R) : = 0,2291 = 0,0286 m
𝑃

2 1
1 𝑅3 𝑆2
Kolom 28 (V cek) : × ×
𝑛

2 1
1 0,02864 3 0,01050 2
= × × = 0,6396 m/detik
0,015

5.4 Profil Hidrolis dan Pembuatan Saluran Drainase

DRAINASE PERKOTAAN 11
8

Anda mungkin juga menyukai