No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Puskesmas
Srandakan
Sanden
Kretek
Pundong
Bambanglipuro
Pandak I
Pandak II
Bantul I
Bantul II
Jetis I
Jetis II
Imogiri I
Imogiri II
Dlingo I
Dlingo II
Pleret
Piyungan
Banguntapan I
Banguntapan II
Banguntapan III
Sewon I
Sewon II
Kasihan I
Kasihan II
Pajangan
Sedayu I
Sedayu II
JUMLAH
PROSENTASE
Jumlah
Rumah
6948
8153
7496
6795
10882
6916
4798
7150
6625
6623
6790
5503
7730
4095
5480
9906
13086
8145
6395
7278
13150
9668
7435
9781
7339
4910
5684
204761
Jamban Keluarga
Memiliki
Kurang
Tidak
memenuhi Memenuhi
Memiliki
syarat
syarat
847
509
1126
1606
887
1253
16
1084
987
1766
1944
463
3230
345
460
3795
4198
1389
878
214
380
1468
973
975
1377
1027
1385
34582
16.89%
1859
1384
1856
2301
1447
2142
2482
1360
187
633
3800
1404
650
1840
3577
1233
625
1707
2003
325
455
149
585
510
1791
467
989
37761
18.44%
4242
6260
4514
2888
8548
3521
2300
4706
5451
4224
1046
3636
3850
1910
1443
4878
8263
5049
3514
6739
12315
7040
5877
8296
4171
3416
3310
131407
64.18%
820
0
372
1001
371
500
182
264
199
718
1987
764
2259
335
2615
2049
3248
410
0
43
263
195
453
83
883
583
1444
22041
10.76%
2322
1465
1801
2798
468
2661
2655
1833
63
331
3618
1283
2525
670
0
2275
622
2845
0
353
805
189
126
316
872
589
296
33781
16.50%
3806
6688
5323
2996
10043
3755
1961
5053
6363
5574
1185
3456
2946
3090
2865
5582
9216
4890
6395
6882
12082
9284
6856
9382
5584
3738
3944
148939
72.74%
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa prosentase rumah yang tidak memiliki jamban adalah
sebanyak 16,89 % dan yang memiliki jamban sebanyak 83,11% yang terdiri dari 64,18%
memenuhi syarat dan sebanyak 18,44% kurang memenuhi syarat.
III - 1
Untuk penyediaan air bersih dapat dilihat bahwa prosentase yang tidak memiliki
persediaan air bersih adalah sebanyak 10,76%, sedangkan yang memilikipersediaan air
bersih adalah sebanyak 19,24% yang terdiri dari 72,74% memenuhi syarat dan 16,50%
kurang memenuhi syarat.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Puskesmas
Srandakan
Sanden
Kretek
Pundong
Bambanglipuro
Pandak I
Pandak II
Bantul I
Bantul II
Jetis I
Jetis II
Imogiri I
Imogiri II
Dlingo I
Dlingo II
Pleret
Piyungan
Banguntapan I
Banguntapan II
Banguntapan III
Sewon I
Sewon II
Kasihan I
Kasihan II
Pajangan
Sedayu I
Sedayu II
JUMLAH
PROSENTASE
Jumlah
Rumah
6948
8153
7496
6795
10882
6916
4798
7150
6625
6623
6790
5503
7730
4095
5480
9906
13086
8145
6395
7278
13150
9668
7435
9781
7339
4910
5684
204761
Pembuangan Sampah
Memiliki
Kurang
Tidak
memenuhi Memenuhi
Memiliki
syarat
syarat
2439
1021
3488
0
1836
6317
0
0
7496
4186
1618
991
0
5946
4936
444
1512
4960
0
3736
1062
0
0
7150
717
637
5271
1373
1801
3449
2197
3389
1204
567
941
3995
1299
770
5661
438
1697
1960
0
0
5480
2533
2533
4840
2872
2533
7681
111
3663
4371
0
1755
4640
225
1959
5094
256
854
12000
7164
813
1691
1273
938
5224
1319
2087
6375
712
3420
3207
0
555
4355
314
397
4973
30439
46411
127871
14.87%
22.67%
62.45%
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa prosentase rumah yang tidak memiliki pembuangan
sampah adalah sebanyak 14,87 % dan yang memiliki pembuangan sampah sebanyak
85,13% yang terdiri dari 62,45% memenuhi syarat dan sebanyak 22,67% kurang
memenuhi syarat.
III - 2
Untuk sarana pembuangan air limbah dapat dilihat bahwa prosentase yang tidak memiliki
sarana pembuangan air limbah adalah sebanyak 23,50%, sedangkan yang memiliki sarana
pembuangan air limbah adalah sebanyak 76,50% yang terdiri dari 53,55% memenuhi
syarat dan 22,94% kurang memenuhi syarat.
Tabel 3.3 Banyaknya Penderita Penyakit Tertentu Menurut Kecamatan/ Kelurahan dan Jenis
Penyakit di Kabupaten Bantul Tahun 2007-2010
Srandakan
Sanden
16
Kretek
27
Pundong
13
Bambanglipuro
12
Pandak
18
24
Pajangan
10
12
Bantul
35
12
46
Jetis
11
27
Imogiri
Dlingo
13
Pleret
Piyungan
Banguntapan
Sewon
Kasihan
Sedayu
Jumlah
III - 3
Berdasarkan tabel diatas penderita DBD pada tahun 2007 adalah sebanyak 587 orang,
pada tahun 2008 adalah sebanyak 419 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu
sebanyak 628 orang. Sedangkan untuk penyakit diare pada tahun 2007 adalah sebanyak
10.791 orang dan meningkat pada tahun 2008 yaitu sebanyak 13.958 orang dan untuk
tahun 2009 hanya tersedia data jumlah penyakit diare pada balita yaitu sebanyak 3.789
orang
Tabel 3.4 Persentase Status Gizi Anak Balita yang Ditimbang Menurut Kecamatan/ Kelurahan di
Kabupaten Bantul tahun 2007-2009
!"
#
$
%
&
'
(
$
III - 4
Untuk status gizi balita pada tahun 2007 yang masuk dalam status gizi buruk adalah sebanyak
335 orang dan pada tahun 2008 meningkat menjadi sebanyak 365 orang dan pada tahun 2009
mengalami penurunan sejumlah 307 orang. Kasus gizi yang kurang baik mengalami penurunan
yaitu pada tahun 2007 sebanyak 6.066 orang, tahun 2008 sebanyak 5.668 orang dan tahun 2009
sebanyak 5.294 orang. Jumlah kasus gizi baik terus meningkat pada tahun 2007 sebanyak
38.902 orang dan tahun 2008 sebanyak 41.815 orang, dan tahun 2009 sebanyak 42.498 orang.
Untuk yang masuk dalam kategori gizi lebih pada tahun 2007 sebanyak 1.003 orang, tahun 2008
sebanyak 857 orang dan tahun 2009 sebanyak 903 orang.
Tabel 3.5 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Kabupaten Bantul Tahun 2007-2009
NO
KECAMATAN
PUSKESMAS
1
1
2
3
4
5
6
2
SRANDAKAN
SANDEN
KRETEK
PUNDONG
BAMBANGLIPURO
PANDAK
BANTUL
JETIS
IMOGIRI
3
Srandakan
Sanden
Kretek
Pundong
Bambanglipuro
Pandak I
Pandak II
Bantul I
Bantul II
Jetis I
Jetis II
Imogiri I
Imogiri II
Dlingo I
Dlingo II
Pleret
Piyungan
Banguntapan I
Banguntapan II
Banguntapan III
Sewon I
Sewon II
Kasihan I
Kasihan II
Pajangan
Sedayu I
Sedayu II
10 DLINGO
11 PLERET
12 PIYUNGAN
13 BANGUNTAPAN
14 SEWON
15 KASIHAN
16 PAJANGAN
17 SEDAYU
JUMLAH (KAB/KOTA)
RUMAH TANGGA
JUMLAH DIPANTAU BER PHBS *
4
5
4.292
669
7.496
2.619
2.357
2.357
6.405
7.874
793
3.571
4.790
7.904
7.743
4.196
5.817
900
9.331
2.381
351
848
198
6.510
1.239
12.437
1.544
507
321
105.450
4.180
571
1.793
1.615
2.357
1.975
6.405
6.331
634
3.571
4.790
7.009
7.235
2.510
4.365
847
3.977
2.285
324
288
60
5.370
999
11.524
635
295
191
82.136
%
6
97,39
85,35
23,92
61,66
100,00
83,79
100,00
80,40
79,95
100,00
100,00
88,68
93,44
59,82
75,04
94,11
42,62
95,97
92,31
33,96
30,30
82,49
80,63
92,66
41,13
58,19
59,50
77,89
III - 5
Berdasarkan tabel diatas untuk hasil pemantauan rumah tangga yang ber PHBS adalah
sebanyak 82.136 atau sebesar 77,89%. Prosentase terbesar adalah di di Kecamatan
Bambanglipuro dan Jetis sebanyak 100% dan yang terendah di Kecamatan Pajangan
sebanyak 41, 13 %.
yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber dan sistem
terpusat(off-site system) adalah sisem penanganan air limbah domestik melalui jaringan
pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sistem
setempat menggunakan cubluk, septiktank, atau sumur resapan untuk pembuangan air
limbah. Sistem terpusat menggunakan jaringan pipa untuk mengalirkan air limbah dari
sumber menuju instalasi pengolah air limbah (IPAL) di Pendowoharjo, Sewon, Bantul.
Seiring berjalannya waktu, pembangunan sarana prasarana air limbah telah dilakukan di
beberapa kecamatan. Seperti pada tahun 2010, telah dilakukan pembangunan IPAL
Komunal Segoroyoso dan Trimulyo di Kecamatan Pleret dan Jetis. SR Krapyak di
Kecamatan Sewon sebanyak 650 unit.
III - 7
Gambar 3.1 Peta Situasi Pemasangan Sambungan Rumah Air Limbah Dusun Krapyak, Panggungharjo, Sewon
III - 8
Gambar 3.2 Peta Situasi Pemasangan (1) Sambungan Rumah Air Limbah Dusun Krapyak, Panggungharjo, Sewon
III - 9
Gambar 3.3 Peta Situasi Pemasangan (2) Sambungan Rumah Air Limbah Dusun Krapyak, Panggungharjo, Sewon
III - 10
Gambar 3.4 Peta Situasi Pemasangan (3) Sambungan Rumah Air Limbah Dusun Krapyak, Panggungharjo, Sewon
III - 11
Gambar 3.5 Peta Situasi Pemasangan (4) Sambungan Rumah Air Limbah Dusun Krapyak, Panggungharjo, Sewon
III - 12
kapasitas
sampah
sebesar
700.000
meter
kubik
pada
tahun
2014.
TPA Piyungan merupakan titik akhir pembuangan sampah yang dihasilkan warga tiga
wilayah di Yogyakarta yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten
Bantul, yang dalam seharinya bisa mencapai 200-300 ton sampah. TPA ini dikelola
melalaui SEKBER KARTAMANTUL yang memfasilitasi Kota Yogyakarta, Kabupaten
Sleman dan Kabupaten Bantul dalam berkoordinasi dan menentukan kebijakan yang
akan diambil dalam pengelolaan sampah di TPA Piyungan. Dasar hukum dari kerjasama
antar pemerintah daerah tersebut dituangkan dalam perjanjian Nomor: 07/Perj/Bt/2001,
05/PK.KDH/2001, dan 02/PK/2001 tentang Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah di Piyungan Kabupaten Bantul. Perjanjian kerjasama ini dibuat atas dasar
saling membantu dan menguntungkan dalam pengelolaan operasi dan pemeliharaan
III - 13
prasarana dan sarana TPA dengan tujuan agar pemanfaatan, pengelolaan dan
pengembangan TPA dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta memenuhi standar
teknis lingkungan.
Pengelolaan sampah di TPA Piyungan menggunakan metode pengolahan sanitary
landfill, yaitu dengan membuang dan menumpuk sampah ke suatu lokasi yang cekung,
memadatkan sampah setelah ketinggian sampah mencapai 40 cm dan kemudian
menutupnya dengan tanah. Idealnya sampah yang masuk ke dalam sanitary landfill
adalah sampah orgaik yaitu sampah yang dapat terurai, sehingga dapat mempercepat
proses komposisi. Namun seiring berjalannya waktu, proses pengolahan sampah di TPA
Piyungan berubah menjadi control landfill karena dalam pengelolaan sampah ini, di TPA
Piyungan tidak dilakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Pemilahan
sampah-sampah tersebut hanya dilakukan para pemulung di sekitar TPA, itu pun sampah
yang memiliki nilai ekonomi atau bisa dijual kembali. Jika sudah tidak memiliki nilai
ekonomis, sampah-sampah tersebut menjadi makanan untuk ratusan ekor sapi dan domba
milik penduduk setempat yang digembala di sekitar lokasi TPA Piyungan. Selain itu di
TPA Piyungan juga terdapat kolam pengelolaan leacheate atau lindi, pipa pengendali gas
buang, sistem drainase dan lapisan kedap air. Dengan penutupan sampah yang dilakukan
secara periodik bisa untuk meminimalisasi potensi gangguan lingkungan.
III - 14
III - 15
Ha (10 lokasi genangan). Penyebab genangan yang paling umum adalah kapasitas
saluran yang kurang memadahi
3.1.7. Pencemaran Udara
Kualitas udara di Kabupaten Bantul secara umum masih cukup baik. Hal ini terbukti dari
hasil pemantauan kualitas udara yang dilakukan oleh BLH Kabupaten Bantul yang
menunjukan bahwa beberapa parameter pencemaran udara seperti SO2, partikel debu,
dan kebisingan masih berada di bawah nilai ambang batas yang ditentukan.
Berdasarkan laporan hasil pemantauan Udara yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup
Tahun 2009 didapatkan data sebagai berikut:
1. Parameter kimia kualitas udara ambient di wilayah Kabupaten Bantul masih
memenuhi Baku Mutu Udara Ambient Daerah di Propinsi DIY No 153 tahun 2002,
sedangkan parameter kebisingan di keenam titik pemantauan melebihi ambang
batas.
2. Konsentrasi NO2 pada udara ambient yang tertinggi terukur di Pertigaan Pasar Lama
Piyungan dan konsentrasi yang terendah terukur di Perempatan Klodran, Jl Bantul.
3. Konsentrasi SO2 pada udara ambient yang tertinggi terukur di Perempatan
Madukismo, Jl. Ring Road Selatan, Bantul, sedangkan konsentrasi yang terendah
terukur di Perempatan Klodran
4. Konsentrasi CO pada udara ambient yang tertinggi terukur di Perempatan Ketandan,
Jl Wonosari, Bantul dan konsentrasi yang terendah terukur di Perempatan Klodran,
Jl Bantul.
5. Konsentrasi Pb pada udara ambient yang tertinggi terukur di Perempatan
Madukismo, Jl Ring Road Selatan dan konsentrasi yang terendah (dibawah LOD)
terukur di Perempatan Ketandan, Jl. Wonosari dan di depan Brimob, Jl. Pleret,
Bantul.
6. Konsentrasi HC (Hidrokarbon) pada udara ambient yang tertinggi terukur di
Pertigaan Pasar Lama Piyungan dan konsentrasi yang terendah terukur di
Perempatan Madukismo, Jl. Ringroad Selatan, Bantul.
7. Konsentrasi partikel pada udara ambient yang tertinggi terukur di Perempatan
Madukismo, Jl. Ringroad Selatan dan konsentrasi yang terendah terukur di
Perempatan Klodran, Jl. Bantul.
III - 16
8. Kebisingan pada udara ambient yang tertinggi terukur di Perempatan Ketandan, Jl.
Wonosari dan Pertigaan Pasar Piyungan. Kebisingan terendah terukur di
Perempatan Klodran, Jl. Bantul.
Hasil Kajian Kualitas Pencemaran Udara Terlampir.
3.1.8. Limbah Industri
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, di Kabupaten Bantul terdapat 202 unit
industri besar/sedang yang tersebar di 16 kecamatan. Jumlah industri kecil yang ada di
Kabupaten Bantul tercatat sebanyak 17.911 unit. Industri di Kabupaten Bantul bergerak
dalam bidang pengolahan pangan, sandang dan kerajinan kulit, kerajinan umum
(handycraft), kimia dan bahan bangunan, kerjainan logam dan sektor jasa, serta industri
rokok.
Tabel 3. 6 Data jumlah industri di Kabupaten Bantul.
No
Kecamatan
1
Srandakan
2
Sanden
3
Kretek
4
Pundong
5
Bambanglipuro
6
Pandak
7
Bantul
8
Jetis
9
Imogiri
10
Dlingo
11
Pleret
12
Piyungan
13
Banguntapan
14
Sewon
15
Kasihan
16
Pajangan
17
Sedayu
(Sumber: Bantul dalam Angka, 2009)
Jumlah Industri
6
4
2
2
7
13
4
1
2
4
8
24
66
40
7
12
III - 17
percontohan, yaitu IPAL industry tahu di Srandakan, IPAL industry Tapioka di Pundong,
IPAL industry kulit di Piyungan.
Baru sebagian kecil industri yang mengolah limbahnya karena keterbatasan dana serta
kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan limbah. Berikut adalah daftar industri yang
sudah memiliki instalasi pengolahan limbah.
Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit dan Puskesmas berupa :
Sampah infeksius
Seperti jarum suntik, botol infus, kapas, verban, jaringan tubuh pasien dan lain-lain
yang penanganannya dibakar menggunakan incinerator yang dimiliki oleh RSUD
Panembahan Senopati. Incinerator yang dimiliki tidak hanya digunakan untuk
mengolah limbah infeksius yang berasal dari RSUD Panembahan Senopati saja tetapi
juga dari rumah sakit lain dan puskesmas.
Sampah non infeksius, Sampah/limbah non infeksius yang terdiri dari sisa
makanan, kertas, sampah dapur, plastik, daun, sampah pengunjung dan lainlain. Penanganan limbah ini dikumpulkan di TPS yang dimiliki oleh RSUD
Panembahan Senopati dan diambil setiap hari oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Bantul.
III - 18
tower sebagai alat pengontrol polusi udara. Beroperasi pada suhu 800 0C
selama 1 jam.
2.
Limbah Gas
Limbah gas dihasilkan dari kegiatan berasal dari kegiatan generator set (genset) jika
dioperasikan, dapur dan gas yang dihasilkan incinerator.
3.
Limbah Radioaktif
Limbah cair hasil cucian pross hidrologi (rontgen) diolah dalam IPAL rumah sakit
dan peraknya (Ag) diambil oleh pihak lain (pengepul).
III - 19
III - 20
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Keputusan
Menteri
Lingkungan
Hidup
Republik
Indonesia
Nomor
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.
9.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan
Perumahan.
10.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi
Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah-pindah (Mobile) Kapasitas 0.5
Liter/detik.
11.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis
Pengelolaan Drainase Perkotaan.
12.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara
Penoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
Non Kakus.
13.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK Penyedotan
Kakus.
Tahun
Asal Dana
Total Dana
ABPD DIY
Sharing
2002
483
100
583
2003
450
120
570
2004
560
145
705
2005
650
145
795
2006
650
145
795
2007
850
145
995
2008
1,000
145
1,145
2009
1,200
145
1,345
Jumlah Dana
(Rp)
No
Kota/Kabupaten
145,000,000.00
Kota Yogyakarta
Kabupaten
Sleman
Kabupaten Bantul
20,000,000.00
20,000,000.00
185,000,000.00
III - 22
Jumlah
1
Sistem
Pengolahan
111.859 penduduk
terdiri atas
Kapasitas pengolahan jaringan lateral
15.500 m3/hari,
dan sistem
penggelontor dan
jaringan induk
serta Instalasi
Pengolahan Air
Limbah (IPAL)
Kapasitas
Pengelola
Unit Pengelola IPAL
(UPIPAL) UPT di bawah
Koordinasi Bidang Cipta
Karya Kimpraswil
Propinsi DIY
mengatasi permasalahan pembuangan air limbah rumah tangga yang wilayahnya meliputi
seluruh kota Yogyakarta, sebagian wilayah Kabupaten Sleman (5 kecamatan) dan
sebagian wilayah Kabupaten Bantul (3 kecamatan).
III - 23
IPAL dioperasikan dengan effisiensi pengolahan yang tinggi (95%), tetapi jumlah
pelanggan masih jauh di bawah kapasitas desain. Kapasitas IPAL Sewon saat ini baru
dimanfaatkan sekitar 50% dari kapasitas desain, yaitu 9.700 pelanggan dari kapasitas
desain sebesar 18.400 pelanggan
III - 24
Jamban leher angsa yang langsung dialirkan menuju tangki septik. Efluen dari
tangki septik dialirkan ke bidang resapan dimana efluen tersebut meresap ke dalam
tanah.
2.
3.
Sebagian besar penduduk kabupaten Bantul memakai fasilitas buang air besar dengan jamban
leher angsa mencapai . Sementara itu ada sebagian yang membuang limbah air mandi, cuci
dan dapur langsung ke saluran drainase masih sering dijumpai. Akan tetapi, kebiasaan
ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip sanitasi yang baik, dan oleh karena itu kebiasaan ini
harus ditinggalkan.
Tanggung jawab terhadap pembangunan fasilitas sanitasi setempat berada pada tingkat
keluarga. Sedangkan pemerintah kabupaten Bantul melalui pengelola sektor air limbah Sub
Seksi Penyehatan Lingkungan di bawah Seksi Cipta Karya Dinas PU bertugas melaksanakan
perencanaan, pengawasan, pengendalian, dan pemanfaatan sarana dan prasarana di bidang
teknik penyehatan yang meliputi urusan-urusan air bersih, air buangan, kebakaran, kebersihan,
pertamanan, dan pemakaman.
Di Kabupaten Bantul terdapat fasilitas sanitasi komunal untuk keperluan buang air besar
sebanyak 40.607 unit untuk pemakaian bersama dalam lingkup 10 KK, dan untuk
pemakaian bersifat umum sebanyak 2.591 unit dalam lingkup pelayanan mencapai 60 KK.
Fasilitas sanitasi komunal dilayani dengan menggunakan MCK (Mandi, Cuci, Kakus).
Dalam hal ini, masyarakat tidak dilibatkan secara aktif dalam desain dan pelaksanaan
fasilitas tersebut dan akibatnya tingkat rasa tanggung jawabnya masyarakat terhadap
III - 25
fasilitas tersebut menjadi rendah. MCK, yang dikenal sebagai WC Umum, juga dibangun di
tempat-tempat umum seperti pasar dan terminal. MCK biasanya terdiri dari tempat mandi,
Cuci dan kakus. Air limbah disalurkan ke tangki septik yang menyalurkan ke bidang
resapan. Pengurasan tangki septik secara rutin adalah penting agar proses pengolahannya
berjalan dengan baik. Untuk keperluan pengolahan air limbah khususnya limbah tinja (IPLT) di
wilayah kabupaten Bantul belum tersedia faslitas pengolahan yang bersifat komunal.
Sedangkan fasilitas pengolahan air limbah terpusat di Kabupaten Bantul sudah tersedia IPAL
Sewon, namun sampai kondisi saat ini pelayanannya belum mencakup wilayah Bantul, masih
sebatas perkotaan untuk Kota Yogyakarta dan sebagian wilayah Kabupaten Sleman.
B. Fasilitas Sanitasi Terpusat
Pelayanan sanitasi sistem terpusat dengan menggunakan jaringan pipa induk air limbah yang
menuju IPAL Sewon. IPAL Sewon terletak di Kabupaten Bantul 6 km sebelah barat daya pusat
Kabupaten Bantul, dengan luas lahan 6,7 Ha. IPAL ini terletak di Dusun Cepit, Desa
Pandowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogaykarta. Cakupan
pelayanan khusus Kabupaten Bantul meliputi daerah antara Sungai Code dan Winongo sebagai
batas barat dan timur dan batas Kota Yogyakarta sebagai batas utara dan selatan dan beberapa
wilayah disebelah Timur Kali Code: yaitu Kelurahan Terban, Baciro, Tegal Panggung,
Lempuyangan, Bausasran, Purwokinanti, Gunungketur, Wirogunan, Semaki, Tahunan,
Sorosutan, dan Giwangan.
Berikut ini disajikan beberapa kondisi operasional pelayanan IPAL Sewon :
1.
III - 26
2.
Pelayanan pembuangan Tinja ( dengan truk tangki 422 tangki tahun 2002 )
Wisata Pendidikan
3.
Cakupan pelayanan IPAL Sewon seluas 1220 Ha, meliputi seluruh Kabupaten Bantul,
sebagian Kabupaten Bantul bagian selatan (5 Kecamatan) dan sebagian Kabupaten
Bantul bagian utara (3 Kecamatan):
- Daerah timur Sungai Winongo dan Sungai Code di sebelah barat dan timur, dengan
batas kota di sebelah utara dan selatan,
- Beberapa wilayah di sebelah timur Sungai Code yaitu Kel. Tegal Panggung,
lempuyangan, Bausasran, Terban dan Baciro,
- Komplek UGM, Catur Tunggal, Depok, Sinduadi dan Kec. Melati,
- Kec. Kasihan, Sewon dan Wil. Kab. Bantul bagian utara.
Tabel 3. 11 Cakupan Pelayanan Air Limbah Sistem Off-Site
No
1
2
3
Kawasan
Kota Yogyakarta
Kab. Sleman
Kab Bantul
Jumlah Sambungan
Rumah (SR)
8805
3000
1000
Keterangan
Pengelolaan IPAL Sewon
Pengelolaan IPAL Sewon
Pengelolaan IPAL Sewon
III - 27
Gambar 3.8. Sistem Jaringan Air Limbah Kabupaten Bantul (Sumber: Triple A Kabupaten Bantul)
Gambar 3.9 Peta Letak Ipal Sewon dan Ipal Komunal Jetis dan Pleret (Tahun Anggaran 2009 dan 2010)
1.Sambungan Rumah
dan pipa lateral yang
mengalirkan air
limbah menuju IPAL
3.Air Limbah
dipompa masuk
kedalam bak
pengendap pasir
4. Pasir dan
kerikil yang
terbawa dalam
air limbah di
endapkan
5. Proses
degradasi air
limbah secara
aerobic dan An
Aerobic
6. Penjernihan dan
pengurangan
Coliform
8.Pembuangan
ke S.Bedog.
BOD 30 mg/l
7. Lumpur disedot
dan dipindahkan
ke bak pengering
lumpur dengan
vaccum truck
9.Lumpur kering
dimanfaatkan
untuk pupuk
tanaman
Bagi masyarakat yang sudah sadar dan mampu secara finansial untuk penanganan
limbah cair tidak mengalami kesulitan, artinya secara teknis dan kebutuhan sarana
prasarana dapat secara langsung disediakan oleh si pemrakarsa.
Bagi masyarakat yang belum sadar dan mayoritas tidak mampu (secara finansial) sangat
sulit untuk penanganan limbah cair di lingkungannya hal ini keterbatasan akan kesadaran
dan biaya yang harus dikeluarkan.
III - 30
3.2.5. Permasalahan
1. Bentuk kelembagaan IPAL Sewon setingkat UPT dinilai masih lemah dalam hal otoritas
2. IPAL yang terletak di Sewon penggunaannya lebih banyak untuk masyarakat dari
Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, untuk Kabupaten Bantul masih belum banyak
yang memanfaatkan,
3. Belum ada Masterplan mengenai Air limbah
4. Prasarana dan Sarana Sanitasi Berbasis masyarakat terbatas
5. Kapasitas IPAL Sewon saat ini baru dimanfaatkan sekitar 50% dari kapasitas desain
6. Sumber pembiayaan terbatas
7. Retribusi dari air limbah masih sangat kecil
8. Belum ada Perda yang sesuai dengan kondisi saat ini
9. Kesadaran masyarakat kurang
3.2.6. Peran Serta Masyarakat Dan Gender Dalam Pengelolaan Air Limbah
Survey PMJK dilaksanakan tanggal 12 Juni 2010 di gunung saren kidul, desa trimurti, kec
Srandakan. Di Gunung Saren terdapat kurang lebih 55 pengrajin tahu. Rata-rata memproduksi
50 kg/hari Pengelolaan air limbah lebih banyak dilakukan oleh kaum pria. Ada beberapa IPAL
untuk industri tahu, yaitu:
9 unit IPAL yang bisa dimanfatkan juga untuk bahan bakar biogas. IPAL tersebut didapat dari
kerjasama dengan LPTP pada tahun 2006 (1 unit), UGM (1 unit),BPK (2 unit), pemerintah
daerah (4 unit), serta SANIMAS (1 unit).
Pada proses pembuatan IPAL tersebut yang terlibat dalam proses perencanaannya adalah kaum
pria, kaum wanita hanya berperan dalam penyediaan konsumsi pada saat rapat pertemuan saja,
III - 31
Tabel 3. 12 Unit Pengolahan Air Limbah Domestik dan Non domestik (Bio Degester) di Kabupaten Bantul
III - 32
III - 33
III - 34
III - 35
Sub Bagian
Umum
Bidang
Jalan
Bidang
Cipta Karya
Sub Bagian
Program
Sub Bagian
Keuangan dan
Aset
Bidang
Tata Ruang
Seksi
Penyusunan Tata Ruang
Seksi
Pemeliharaan Jalan
Seksi
Bangunan dan Gedung
Seksi
Rehabilitasi dan
Peningkatan Jalan
Seksi
Perumahan dan
Pemukiman
Seksi
Pemanfaatan Tata Ruang
Seksi
Pembangunan Jalan
Seksi
Sanitasi
Seksi
Pengendalian dan
PengawasanTata Ruang
UPT
III - 36
KEPALA URUSAN
ADMINISTRASI UMUM
PETUGAS TU
KEPALA SEKSI
PERENCANAAN
KEPALA SEKSI
OPERASIONAL
KEPALA SEKSI
PERALATAN
PETUGAS
OPERASIONAL
PETUGAS
OPERASIONAL
PETUGAS
OPERASIONAL
Total
742.859.600
915.682.877
1.120.996.700
1.296.652.160
1.604.338.900
1.967.723.000
2.240.067.000
2.362.000.000
2.602.900.000
Kabupaten
Bantul
42.620.600
52.536.149
74.882.580
86.616.364
107.171.697
131.446.176
149.639.070
153.626.016
121.222.000
III - 37
2.
# $
!
"
$ !
$ &
'( &
.
4
"
$
!$
$
$
"
$
"
"
*
*
" !
&
*
*
% $
!
&
!
%
!
! " "
%
!
&
%
!
&
%
!
&
!
"
%
%
"
"
"
)!
)!
)!
&
*
&
&
)!
)!
)!
)!
*
"
&
%
%
"
!
!
!
! "
3
/
0
%
)!
)!
)!
&
"
&
)
&$
"
)#
! #
2
#
!
&
"
)#
! #
1.
,
)!
&
#$ $
"
)
&
!
3
)
&
/
0
1.
!
!
!
!
!
!
!
!
III - 38
Tabel 3.15 Prosentase Timbulan Produksi Sampah Kabupaten Bantul Tahun 2009
A k u m u la s i s a m p a h p e r h a r i d a n c a k u p a n p e la y a n a n n y a t a h u n 2 0 1 0
N o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
K e c a m a ta n
S ra nd a k a n
S and en
K r e te k
P und o ng
B a m b a n g lip u r o
P and ak
B a n tu l
J e t is
I m o g ir i
D lin g o
P le r e t
P iy u n g a n
B a n g u n ta p a n
S ew on
K a s ih a n
P a ja n g a n
S e d a yu
K a b . B a n tu l
J u m la h
p e nd ud uk
33139
38487
34020
34793
47214
54241
65615
54983
64855
44584
44278
42984
95744
85910
97213
35002
49504
9 2 2 .5 6 6
J u m la h s a r a n a d a n p r a s a r a n a
p e rsa m p a ha n
TPS
T r u k s a m p a h C o n t a in e r
1
2
3
1
2
4
17
6
2
6
7
6
12
9
3
4
85
1
2
2
4
2
3
6
14
2
22
V o lu m e s a m p a h
to ta l
(m 3 )
8 2 ,8 5
9 6 ,2 2
8 5 ,0 5
8 6 ,9 8
1 1 8 ,0 4
1 3 5 ,6 0
1 6 4 ,0 4
1 3 7 ,4 6
1 6 2 ,1 4
1 1 1 ,4 6
1 1 0 ,7 0
1 0 7 ,4 6
2 3 9 ,3 6
2 1 4 ,7 8
2 4 3 ,0 3
8 7 ,5 1
1 2 3 ,7 6
2 .3 0 6 ,4 2
V o lu m e s a m p a h
te r a n g k u t
m3
%
1 ,3 3
2 ,6 7
4 ,0 0
1 ,3 3
2 ,6 7
5 ,3 3
2 2 ,6 7
8 ,0 0
2 ,6 7
0 ,0 0
8 ,0 0
9 ,3 3
8 ,0 0
1 6 ,0 0
1 2 ,0 0
4 ,0 0
5 ,3 3
1 1 3 ,3 3
1 ,6 1
2 ,7 7
4 ,7 0
1 ,5 3
2 ,2 6
3 ,9 3
1 3 ,8 2
5 ,8 2
1 ,6 4
7 ,2 3
8 ,6 9
3 ,3 4
7 ,4 5
4 ,9 4
4 ,5 7
4 ,3 1
4 ,9 1
V o lu m e s a m p a h
t e r t in g g a l
m3
%
8 1 ,5 1
9 3 ,5 5
8 1 ,0 5
8 5 ,6 5
1 1 5 ,3 7
1 3 0 ,2 7
1 4 1 ,3 7
1 2 9 ,4 6
1 5 9 ,4 7
1 1 1 ,4 6
1 0 2 ,7 0
9 8 ,1 3
2 3 1 ,3 6
1 9 8 ,7 8
2 3 1 ,0 3
8 3 ,5 1
1 1 8 ,4 3
2 .1 9 3 ,0 8
9 8 ,3 9
9 7 ,2 3
9 5 ,3 0
9 8 ,4 7
9 7 ,7 4
9 6 ,0 7
8 6 ,1 8
9 4 ,1 8
9 8 ,3 6
1 0 0 ,0 0
9 2 ,7 7
9 1 ,3 1
9 6 ,6 6
9 2 ,5 5
9 5 ,0 6
9 5 ,4 3
9 5 ,6 9
9 5 ,0 9
J u m la h t e n a g a
ya ng m e na nga ni
p e rs a m p a ha n
96 ok
S a m p a h t e r t in g g a l m e r u p a k a n s a m p a h y a n g d ik e lo la s e n d ir i o le h m a s y a r a k a t k a r e n a m a s ih m e m p u n y a i la h a n p e k a r a n g a n y a n g c u k u p lu a s
J u m la h p r o d u k s i s a m p a h p e r o r a n g p e r h a r i = 2 , 5 lit e r
s u m b e r : D P U K a b . B a n tu l
III - 39
III - 40
a.
Sumber
Produksi sampah (m3/hari)
Pemukiman
45,33
Pasar Tradisional
39,67
Pasar Modern
0
Hotel dan penginapan
2,27
Rumah sakit
4,53
Industri (non B3)
4,53
Urban
14,73
Lain-lain
2,27
Jumlah
113,33
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul
Persentase (%)
40
35
0
2
4
4
13
2
100
III - 41
Daerah pelayanan terdiri dari daerah pelayanan yang termasuk dalam Wilayah Aglomerasi
Yogyakarta (5 kecamatan) dan yang diluar Wilayah Aglomerasi Yogyakarta. Untuk yang
diluar Wilayah Aglomerasi Yogyakarta sebanyak 12 (dua belas) kecamatan, yaitu
kecamatan : Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro, Pandak, Bantul, Jetis,
Imogiri, Dlingo, Pajangan, dan sedayu, daerah pelayanannya hanya meliputi wilayah pusat
kota (kota kecamatan) dan terbatas pada lokasi perkantoran, pasar, dan bangunan umum
lainnya.
III - 42
Kantong plastik bekas, dengan kapasitas (30 50) liter digunakan didaerah perumahan
dan perkantoran
Kecamatan
Kasihan
Kasihan
Kasihan
Kasihan
Kasihan
Kasihan
Kasihan
Lokasi TPS
Jln. Sumberan - Tambak
Jl. Raya Madukismo
Padokan- Sonosewu
Winongo Madukismo
Jl. Kasongan-Kembaran
Jl.Kembaran-Karangjati
Jl. Kasongan
Keterangan
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
III - 43
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Kasihan
Kasihan
Kasihan
Gamping
Sewon
Sewon
Bantul
Bantul
Bantul
Bantul
Bantul
Pajangan
Pajangan
Pajangan
Pandak
Pandak
Srandakan
Banguntapan
Piyungan
Piyungan
Piyungan
Imogiri
Imogir
Imogir
Kretek
Kretek
Kretek
Kretek
Kretek
Kretek
Kretek
Jl.Kaliputih-Miri
Jl.Yogya-Bantul
Jl.Sumberan-Tambak
Jl.Patran-Onggobayan
Jl.Krapyak-Glugo
Jl.Ngentak-Mrisi
Jl.Badegan-Melikan Kidul
Jl.Gadean-Ringinharjo
Jl.Badegan-Dukuh
Jl.Yogya-Bantul
Jl.Bantul-Srandakan
Jl. Kalnggan-Kagrokan
Jl.Kembanggeda-Kalakijo
Jl.Pijenan-Kedungbiru
Jl.Jodog-Pasarjodog
Pandak
Jl.Bantul-Srandakan
Jl.Kotagede-Jogoragan
Jl.Payak-Krasakan
Jl.Gunung Pgaet-Mandungan
Pasar Piyungan-Ngijo
Jl.Dengkeng-Plencing
Jl. Barongan Ngenggarjoyo
Jl. Dawung Makam Imogiri
Jln. Imogiri Manguran
Jln. Kretek Depok
Jln. Semir Bulu
Jln. Depok Parangkusumo
Jln. Delapan Parangtritis
Jln. Dengkeng Plencing
Jln. Sindet - Plencing
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
a. Pelayanan Umum
RT
RT
Gerobag
Sampah
RT
TPS/
LPS
Dump Truk
Armroll Truk
TPA/
LPA
RT
Tanggung Jawab
Masyarakat
III - 44
b. Door to door
RT
RT
Truk
Sampah
RT
TPA/
LPA
RT
Gambar 3.15 Skema Pola Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Kab. Bantul
Sub-sub sistem pengolahan
Tidak semua sampah dari sumber sampah diangkut ke tempat pengolaha akhir (TPA), sebagian
dilakukan pengolahan diantaranya adalah sebagai berikut :
Pengolahan secara individu, ada yang dibakar, dikubur, dan dibuang ke badan air.
Sampah Permukiman, Sampah ini berasal dari rumah tangga perkampungan maupun
permukiman jalan protokol. Sampah ini berasal dari aktivitas dapur, sampah pohon di
halaman maupun kegiatan rumah tangga lain. Sampah permukiman ada yang diolah
secara individu dengan cara dibakar, dikubur, dan dibuang ke badan air. Ada juga yang
dengan cara dikumpulkan ke RT dan diangkut ke TPS dan dibawa ke TPA
2.
Sampah Pasar Tradisional, Merupakan sampah dari kegiatan pasar, baik sisa bahan
pembungkus maupun sisa bahan-bahan yang diperjualbelikan yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi. Kebanyakan merupakan sisa sayur-mayur dan buah-buahan. Untuk
pengelolaannya dikumpulkan di TPS yang ada di pasar dankemudian diangkut ke TPA
Piyungan.
III - 45
3.
Sampah Rumah Sakit, Merupakan sampah yang berasal dari aktifitas rumah sakit baik
ternasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah yang
dibuang di TPA adalah sampah jenis non B3 dan untuk sampah medisnya dimusnahkan
dengan incinerator yang dimiliki oleh RSUD Kabupaten Bantul.
4.
Sampah Industri, Sampah jenis ini berasal dari sisa-sisa aktifitas pemrosesan di
industri. Sampah dari kawasan ini yang dihasilkan dan dibuang ke TPA adalah sampah
jenis non B3.
5.
Sampah Jalan, Merupakan sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara
kendaraan maupun berasal dari pengguna jalan yang lain. Sampah jalan ditangani oleh
penyapu jalan baik dalam pengumpulan maupun pengangkutan untuk kemudian juga
dibuang ke TPA.
Tabel 3.18 Kondisi Persampahan Kabupaten Bantul
"% $"
! " "
%
$
"' "
"
&
$ &
"
5
&
1$
$ &
4 &
$ & 4-
! *
$ & $
&
&
6
!
*
4-
! *
&
()
! *
.$"
*
8
%
%
%
$ &
$ &
&
&
!"
.$"
%
%
9
%
.$"
%
%
9
&
!*
!- &
"
.$"
&
!*
& 67
&
! & #%
!
&
&
!
6
&6%
!*
&
#5
!
&
6 *
()
!*
!
!
()
!*
!
&
!
&
!
"
& #
&
+ ()
&
-
& #
& #"$%
"
&
&
.$"
&
!*
"
*
&
& #
! & #
+ ()
!
& #
&
"$%#%
!
! 4
&
&
7
*
"
.$" ()
&
$ & 5
&
!
6
! 63
* 2#$
()! &
* " )! # 0
&
"$%
$
*
%
$ & 3
$
$ &
& #%
!
% &
&
7
*
"
.$" ()
!
"
&#
!
"
&#
!
III - 46
"% $"
! " "
%
$
"
$ &
"' "
&
% 7
$ & $-
$-
$ & $*
$*
$*
$ & $
$ & %
$ & ;
$ & 8
$ & "
5 *
"
%
&
%
;
$*
&
$
&
$
3 * $*
&
0&
&
$*
$
%
"
"
$
$
$
&
! -
%
%
&
&
&!
!*
!
"$%
&
& #0 *
!
&#$
&
!
&
& #%
!
"
.$" ()
%
!
&
& #%
!
"
.$" ()
! %
%
!
&
& #%
!
"
.$" ()
! % & 64
%
!
&
& #%
!
"
.$" ()
!
&#"$%
:&
*
!
%
!
&
& #%
!
"
.$" ()
! % &
%
!*
&
& #0 *
!
&
!
&#" &
&
!#%
!
"
.$" +
()
%
!
&
& 6! *
#
%
!
"
.$" ()
!
9
%
!
&
&
7
&
6&
!
&
&
!*
#
%
!
"
.$" ()
!
%
%
!
&
$ &
7
*
&#
!
+ ()
%
!
&
7
$
&
$
#
!
()
&
! %
%
!
&
7
$
&
$
#
!
.$"
& !
!
%
!
&
7
&
#%
!
&
!
*
- #
!
.$" (
&
! %
6
&
%
!
&
7
&
#%
!
&
!
!
()
&
! % &
%
!
&
7
&
#
!
7
&
!&
#
&
!
&
!#
!
()
&
! % &
%
!*
&
&
7
*
&#
%
!
&
"$% &
III - 47
"% $"
! " "
%
$
&
"' "
"
! -
&
&
7 &
%
!
$ & 8
% 5 *
%
&
!
<
$*
$*
7 7
&=
"
%
%
!*
!
%
8
*
%
-
!
&
%
%
$*
%
$*
&
&
"$%
&
&
"
! -
% 7
%
%
&
$$ -
3 7 &
9% $
9%
&
> &
>
*!
"
$ -
$*
&#
&
&
!
&
&
&
!*
!
7
!
7
&
&
!
!
&
"$% $ &
&
4
*
*
!&
*
+ ()
&
&
#" &
"
.$"
*
"
% %
&
#
<
&
&
6
&
()
*
95 $
7
&
<
&#
7 &
!
6%
!6
%
69
! ()
&7
&
!
& 6
!
6 %
69 6%
&
! ()
.$" ()
*
! %
6
&6& #
%
!
&
% %
&
#%
!
&
1
+
26
*
#
%
!
&
$
&*
&
!#
()
&
! %
%
!
&
$ & & &#$ 7
& #
.$" ()
! 9
%
!
&
9
! % #$ 7
& #
.$" ()
! %
%
!
&
9
! % #$ 7
&
!
&
&
*
"
.$" ()
!
&*
&
&
#%
!"
!
.$"
!
!
"
!
!
"
!
#
%
!
9
III - 48
Gambar 3.16 Peta Leta k TPA, Sebaran TPS dan Pembungan sampah Ilegal serta Sampah Limbah Cair
III - 49
SARANA PENGOLAHAN
Belum ada instalasi pengkomposan, instalasi pembakaran sampah dan belum ada instalasi daur
ulang sampah.
KONDISI EKSITING PRASARANA DAN SARANA PERSAMPAHAN KABUPATEN
BANTUL
Aspek teknis dan teknologi dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Bantul salah satunya
didukung oleh prasarana dan sarana persampahan yang ada.
Kondisi eksiting prasarana dan sarana persampahan Kabupaten Bantul
Tabel 3.19 Sarana Pengumpulan Sampah
No
1
2
3
Jenis
Gerobak/Becak sampah
Becak motor
TPS
12
1
80
jumlah
Jenis Sarana
Transfer Depo
Transfer Station
Jumlah
3
-
Jenis Angkutan
Dump truk
Arm Roll Truck
Compactor truck
Trailer Truck
Truck bak Kayu
Mimi truck
Volume ( M3)
8
4-6
8
6
Jumlah
Kondisi
Sedang
Sedang
III - 50
1.
Pewadahan
Volume
(unit)
Kapasitas
Pengumpulan
a Gerobak Sampah
b Becak Sampah
c Dan lain-lain/ Becak M otor
3.
Penampungan Sementara
a Transfer Depo
b Container
c Pasangan Bata (TPS)
d Bak Kayu
e Tanah Terbuka
4.
Pengangkutan
a Dump Truck
b Arm Roll Truck
5.
Pengolahan
a Pengomposan
b Daur Ulang
6.
Pembuangan Akhir
a Alat Berat
Buldoser
Exavator
Wheel Loadre
Dump Truck
Tangki air
b Luas Area
7.
Pengendalian Pencemaran
a Leachate Treatment
b Buffer Zone
c Saluran Pembuangan air lindi
III - 51
NO.
JENIS BARANG
1
2
1 Ms. Pt. Dorong
2 Ms. Pt. Dorong
3 Ms. Pt. Dorong
4 Ms. Pt. Dorong
5 Ms. Pt. Dorong
6 Ms. Pt. Gendong
7 Ms. Pt. Gendong
8 Ms. Pt. Gendong
9 Ms. Pt. Gendong
10 Ms. Pt. Gendong
11 Ms. Pt. Gendong
12 Genset (1)
13 Genset (2)
14 Compresor (1)
15 Temper Vibriator
16 Mesin Air
MEREK / TYPE
3
CC
4
50
70
70
70
70
Yanmar/TS230N-dl
Perkin 50hz1500 rpm
P 90 L/2
Honda G2000
Honda GX 160
WARNA RANGKA
5
6
Merah
Merah
Merah
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Merah
290 KVU Biru
4 PK
Orange
Abu-abu
Kuning
NOMOR
MESIN
7
2350085
3507 V 930370 Y
13144007
681223
4526192
TAHUN
8
1993
1995
1995
2008
2008
1994
1994
1994
1994
2008
2008
1994
1995
1995
1996
1997
KETERANGAN
9
Rusak
Rusak
Baik
Baik
Baik
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Rusak
Rusak
4' ;% 0 90 3
5 '9 )"?$'
//
8 09 0
<5 <9
90 3 0
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
5
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
0 ;> 0"%.
0 ;> 0"%.
0 ;> 0"%.
0 ;> 0"%.
0 ;> 0"%.
>; <
>; <
>; <
A;0 9
"> '9'
'
'
'
'
'
"0
"0
"0
"0
"0
#
#
#
#
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
. ; 3
. ; 3
. ; 3
. ; 3
> ;40. 5 4'/ 4'
> ;40. 5 4'/ 4'
> ;40. 5 4'/ 4'
> ;"05
5 3 9A 9 "0
$.";>
"0> .
<5 <9
$ ;%;
5 '%;
8
8
8
" 4
" 4
"5 4
;B =5 3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0%0
.%.
0 $ 05
;
$ $
.
$ $
.
$ $
$0
$ $
$ $
$ $
$ $
$ "
$ $
$ $
;
$ $
;
$ $
.
$ $
.
$ $
.
$ $
.
$.
.
$.
.
$.
.
$.
$.
<
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
;%;
'"'90 30
"0 3 ;0;9
.5 $ "9.
.5 $ "9.
.5 $ "9.
0 95 9< "9.
0 95 9< "9.
0 95 9< "9.
"0 3 ;"; 40
.5 $ "9.
0 95 9< "9.
0 95 9< "9.
.5 $ "9.
.5 $ "9.
.5 $ "9.
"0 3 ;0;9
.5 $ "9.
"0 3 ;0;9
"0 3 ;0;9
0 95 9< "9.
9< 0 ";30
8 > 0 ? < 0 '9
,
&
&
9 &
Sumber:
!
!
!
III - 52
Volume
(unit)
5 & $
!&
Tahun
pengadaan
Kondisi
Lokasi
!&
%
&
&
&!
1$
%
:
:
5 &
5 &
* $
* C
$
$
!
!
& )&
&
!&
!&
!&
!&
4 &6
&
6 &!
3
&
5 & $
6 %
%5 $ $
6
&
6"$%9"
%
6%5
6
5; 4"
6
!&
9
"
6
2
!
*
&5
&
!&
&
Sedang
Sedang
Sedang
Baik
Baik
Kondisi
: 26 orang
PNS
: 14 orang
III - 53
III - 54
Kapasitas TPA Piyungan mampu menampung 2,7 juta m3 sampah, masa penggunaan 10
tahun, dengan asumsi prosentase daur ulang 20 %. Apabila prosentase daur ulang dapat
ditingkatkan menjadi 50 % maka masa penggunaannya mencapai 13 tahun.
Adapun fasilitas
litas yang terdapat di TPA Piyungan adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Gambar 3.17.
Pengolahan Air Lindi TPA Piyungan
III - 55
Gambar 3.18.
Layout TPA Piyungan
III - 56
tingkat rumah tangga sampai tingkat kelurahan dan kecamatan. Akan tetapi hampir
III - 57
2
3
4
5
6
Indrya Paramita
Sri Asih
Bina Asih
7
8
Bengkel Kesling
Ngudi Mandiri
9
10
Pasar Bantul
-
11
12
13
14
15
Sidodadi
16
17
18
19
20
21
Alamat
Metes, Argorejo, Sedayu
Argorejo, Sedayu
Sribitan, Kasihan
Sonopakis, Ngestiharjo, Kasihan
Soragan, Ngestiharjo, Kasihan
Gunung sempu, Tamantirto, Kasihan
Badegan, Bantul
Serut, Palbapang, Bantul
Bantul, Bantul
Plebengan, Sidomulyo,
Bambanglipuro
Sabrang, Sumbermulyo,
Bambanglipuro
Pleret
Jejeran, Pleret
Salakan, Pleret
Kenalan, Ngalren, Potorono,
Banguntapan
Ngijo, sitimulyo, Piyungan
Terong I, Terong, Dlingo
Pokoh, Dlingo
Klepu, Dlingo
Karangtalun, Imogiri
Wukirsari, Imogiri
3.2.12. Permasalahan
Permasalahan persampahan
Permasalahan persampahan di Kabupaten Bantul antara lain:
1.
Kesadaran masayarakat
pembuangan liar diberbagai tempat misalnya pinggir jalan, lahan kosong, sungai/saluran
irigasi/saluran drainase.
2.
Kelembagaan
III - 58
3.
Volume sampah yang semakin banyak dan tidak dapat ditangani secara baik oleh berbagai
pihak baik pemerintah, swasta, masyarakat sehingga menimbulkan munculnya
pembuangan liar diberbagai tempat misalnya pinggir jalan, lahan kosong, sungai/saluran
irigasi/saluran drainase.
Masih ada TPS liar yang terdapat di tepi jalan dan sungai.
3.4.1.Aspek Hukum
1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan
Pemukiman
2.
3.
4.
Keputusan
Menteri
Lingkungan
Hidup
Republik
Indonesia
Nomor
III - 59
5.
Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2004-2014.
6.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis
Pengelolaan Drainase Perkotaan.
7.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi.
8.
Peraturan daerah yang secara khusus mengatur pelayanan drainase belum tersedia.
3.4.2.Aspek Institusional
Instansi Pemerintah Kabupaten Bantul yang menangani dan terkait dalam pengelolaan
drainase adalah adalah Sub Dinas Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul
3.4.3.Aspek Cakupan Layanan
Sasaran pelayanan sistem drainase kota diarahkan pada :
a.
b.
c.
Menjaga dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem drainase yang ada
III - 60
&6$
#
! 3 *
& ! &!
C3
1- 2 =
&1> 0 2
#
& 4
!
$
$
63
&
& *
& *
&
%
4
%
%
%
$
4 #$
&
5
%
>
9 &
(
;
&
+
+
#
#
+
+
+
+
+
! 4#
#
#
+
+
+
+
& &
!
&
%
&
%
&
3
&
48 -+
4 #4
1
&
+
&
&
&
&
&
&6
&
&
&
- !
&
- !
& *
&
$
14 #;
2
2
+
+
#
#
+
+
+
+
%
&
%
%
&
&
-
&! -
&! -
&
&
3.4.4.Aspek Teknis
Sistem Drainase yang ada di Kabupaten Bantul terbagi menjadi 2 sistem yaitu system
drainase makro dan system drainase mikro
1. Drainase Makro
Sistem drainase induk yang ada di wilayah Kabupaten Bantul adalah sistem drainase
alam, yaitu suatu sitem yang menggunakan sungai dan anak sungai sebagai sistem
primer penerima air buangan dari saluran saluran sekunder dan tersier yang ada.
Keseluruhan sistem tersebut berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah rumah
tangga. Sebagian dari saluran drainase sekunder yang ada di DIY juga menggunakan
saluran irigasi sebagai saluran pembuangannya. Pada dasarnya terdapat 3 (sungai)
sungai utama sebagai badan penerima air akhir di wilayah DIY. Sungai sungai
tersebut membelah wilayah studi dari sisi utara ke sisi selatan dan bermuara di
Samudera Hindia.
III - 62
22,25 km
2. Sungai Winongo
43,75 km
3. Sungai Oyo
106,75 km
4. Sungai Code
39,00 km
5.Sungai Gajahwong
21,00 km
6.Sungai Pesing
8,25 km
7.Sungai Tambakbayan
24,00 km
8.Sungai Kuning
30,50 km
9.Sungai Ngijo
15,00 km
10.Sungai Tepus
23,00 km
11.Sungai Wareng
10,50 km
12.Sungai Gendol
16,50 km
13.Sungai Bening
12,50 km
Selain sungai sungai tersebut dalam sistem DAS Opak juga terdapat Embung
Tambakboyo sebagai badan penerima air yang sekarang masih dalam tahap
pembangunan konstruksinya oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Sungai Progo
yang menyusuri perbatasan antara Kabupaten Kulon Progo dengan Kabupaten Bantul
III - 63
merupakan badan penerima air utama untuk wilayah barat Kabupaten Bantul dan
Kabupaten Bantul serta Kabupaten Kulon Progo. Panjang alur sungai di wilayah studi
138,00 km merupakan sungai terpanjang di wilayah studi. Area pelayanan sungai
Progo dengan anak anak sungainya secara keseluruhan adalah 761,67 Km2. Sistem
jaringan sungai Progo terdiri dari Sungai Progo dan 10 (sepuluh) anak sungai. Anak
sungai yang bermuara di Sungai Progo antara lain adalah :
1.
Sungai Bedog
42,00 km
2.
Sungai Konteng
34,00 km
3.
Sungai Sudu
18,75 km
4.
Sungai Tinalah
15,12 km
5.
Sungai Klegung
11,00 km
6.
Sungai Putih
11,00 km
7.
Sungai Krasak
21,00 km
8.
Sungai Diro
7,25 km
9.
Sungai Galur
15,00 km
10.
Sungai Papah
20,00 km
Wilayah Kabupaten Bantul sistem pembuang utama dilayani oleh sistem pembuang
sungai Opak dan sungai Progo. Secara topografis, Kabupaten Bantul terbagi menjadi
daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan utara, daerah perbukitan yang
terletak pada bagian timur dan barat serta daerah pantai yang terletak pada bagian
selatan. Wilayah Kabupaten Bantul dilewati oleh tiga sungai utama yaitu sungai
Opak, Oya, dan Progo. Ketiga sungai ini dimanfaatkan untuk pasokan irigasi serta
tambang pasir dan batu.
III - 64
Kemiringan tanah yang relatif kecil dan posisinya sebagai daerah hilir dari kawasan
yang lebih tinggi dengan aliran sungai sungai yang alurnya dimulai dari Kabupaten
Sleman, melintasi Kota Yogyakarta dan berakhir di Pantai Selatan Bantul, menjadikan
kawasan selatan Bantul rawan banjir. Melihat tata guna lahan dimana kawasan
perkampungan hanya 7,24 % dari luas area secara keseluruhan, maka sistem resapan
masih bisa menjadi andalan bagi sistem drainase makro di Kabupaten Bantul.
Meskipun demikian karena kemiringan lahan yang relatif kecil, kawasan ini
memerlukan sistem pembuang dengan dimensi hidrolis yang optimal.
2. Drainase Mikro
Disamping sungai sungai tersebut di atas, terdapat juga saluran saluran pembuang
dari pusat pusat daerah tangkapan di dalam kota atau wilayah permukiman ke
sungai dan atau anak sungai yang dikategorikan sebagai saluran sekunder atau primer.
Drainase mikro berupa saluran saluran pembuang dari suatu kawasan, dimana
sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan limbah
III - 65
rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang
ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan.
Secara umum jaringan drainase yang ada berupa saluran alami dan saluran buatan,
baik saluran terbuka atau tertutup, saluran pasangan/beton maupun saluran galian
tanah. Saluran drainase yang ada sebagian besar menjadi satu dengan saluran drainase
jalan. Hasil pengamatan lapangan terhadap saluran eksisting yang ada di setiap
kabupaten/kota adalah sebagai berikut :
Genangan yang terjadi kebanyakan disebabkan oleh kapasitas saluran kurang, dan
kurangnya tali air, terutama disepanjang saluran yang ada di sisi jalan;
Selain itu juga disebabkan oleh kurangnya perawatan, sehingga banyak gorong
gorong dan tali air yang tersumbat.
Sistem saluran yang ada belum ter-integrasi secara baik, terutama dalam rumusan
kapasitas saluran terhadap area yang dilayani, sehingga ada saluran yang melayani
area terlalu luas.
Kerusakan kerusakan pada saluran dan gorong gorong juga menjadi salah satu
penyebab yang menimbulkan genangan.
Inlet saluran tidak berfungsi dengan baik, sehingga limpasan air permukaan tidak
dapat masuk dengan lancar ke saluran yang ada.
Dari data yang ada pada Sistem Informasi Basis Data Drainase (SIBD) Direktorat
Jenderal Cipta Karya (DJCK) Departemen Pekerjaan Umum panjang drainase mikro
di wilayah Kabupaten Bantul sepanjang 236,92 km, yang terdiri dari saluran primer
sepanjang 87,25 km dan saluran sekunder 139,67 km. Type konstruksi saluran
yang ada berupa saluran pasangan batu (terbuka dan tertutup), saluran beton serta
saluran yang masih berupa galian tanah. Dimensi saluran yang ada lebar bawah antara
35 120 cm, lebar atas antara 40 150 cm, serta kedalaman (H) antara 60 150 cm.
Gambaran selengkapnya mengenai jaringan drainase yang ada di Kabupaten Bantul
dapat dilihat pada gambar berikut.
III - 66
Drainase mikro berupa saluran saluran pembuang dari suatu kawasan, dimana
sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan limbah
rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang
ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan.
Secara umum jaringan drainase yang ada berupa saluran alami dan saluran buatan,
baik saluran terbuka atau tertutup, saluran pasangan/beton maupun saluran galian
tanah. Saluran drainase yang ada sebagian besar menjadi satu dengan saluran drainase
jalan.
Dengan luas wilayah Kabupaten Bantul 506,85 km2 , maka nilai aksesibilitas
wilayah terhadap system drainase mikro 0,47 km/km2. Angka ini masih di bawah
angka ideal yang besarnya sekitar 1,5 2,5 km/km2 untuk kawasan rural. Secara
umum dapat kita katakan bahwa Kabupaten Bantul masih membutuhkan penambahan
saluran drainase mikro sepanjang 500 800 km.
III - 67
Sumber : Triple A
III - 68
Panjang saluran drainase pada Aglomerasi Perkotaan untuk Kabupaten bantul adalah sepanjang
222.347 yang terdiri dari saluran tertutup dan terbuka dengan berbagai dimensi lebar
40,50,60,70,80,100,120 dan >120 cm.
3.4.5.Aspek Peran Serta Masyarakat Dan Gender Dalam Pengelolaan Drainase
Lingkungan
Peran serta masyarakat dan gender dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten
Bantul secara keseluruhan masih kurang, hal ini terlihat dari prilaku masyarakat terhadap
pemeliharaan sarana drainase lingkungan. Akan tetapi sudah ada keterlibatan laki-laki dan
perempuan dalam pembersihan saluran drainase lingkungan yang sudah dikelola oleh
masyarakat (RT & RW) Beberapa hal masih terlihat perlaku masyarakat terhadap sarana
drainase adalah sebagai berikut :
Masih terlihat masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai jaringan
pembuangan limbah home industri tanpa melalui proses pengolahan limbah terlebih
dahulu.
Masih terlihat masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai TPS (tempat
pembuangan sampah) yang praktis. Selain itu juga ada yang mendirikan bangunan diatas
saluran drainase terutama yang terletak dipinggir jalan,meskipun beberapa bukan
bangunan permanen.
3.4.6.Permasalahan
Permasalahan drainase di Kabupaten Bantul secara umum hampir sama yaitu:
1. Teknis dan Operasional
Perencanaan drainase masih sepotong-potong belum terintegrasi secara
menyeluruh karena belum ada master plan dan DED
Banyak saluran drainase di pinggir jalan tertutup bangunan
Tidak difungsikan sebagaimana mestinya (misal: pembuangan limbah rumah
tangga, sampah)
Belum ada pengawasan secara detail terhadap pengelolaan drainase terbangun
maupun kawasan tergenang.
Alokasi dana pemeliharaan masih sangat kurang
2. Kelembagaan
III - 69
2.
3.
Peraturan Menteri
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45 Tahun 1990 Tentang : Pengendalian Mutu
Air Pada Sumber Sumber Air
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 294/PRT/M/2005 Tentang Badan
Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM)
4. Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor:
18/PRT/M/2007
Tentang
Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa
Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih.
2.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara
Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman.
III - 71
JUMLAH
PELANGGAN
(Rumah)
PENDUDUK
TERLAYANI
(Jiwa)
CAKUPAN
PELAYANAN
(%)
2005
10.632
63.792
7,83
2006
10.859
70.171
10,27
2007
11.539
96.228
11,57
2008
11.757
129.420
15,37
2009
12.797
145.220
17,08
Sistem penyediaan air minum PDAM adalah dengan sistem perpipaan melayani 13
sistem,
yaitu:
Sedayu/Segoroyoso,
Kasihan,
Bangunjiwo,
Sewon/Bangunharjo,
operasi sub. sistem, kehilangan air, jam operasi pelayanan, restribusi dan tekanan pada
jaringan distribusi dapat disajikan dalam tabel berikut :
III - 72
Uraian
Satuan
1.
2.
3.
Pengelola
Tingkat Pelayanan
Sumber Air Baku
4.
5.
6.
7.
8.
9.
%
-
Sistem Non
Perpipaan
Masyarakat
42 %
Sumur Gali
Sistem
Perpipaan
PDAM
17,08 %
Air Permukaan
Sumur Dalam
Mata Air
l/dt
l/dt
l/dt
Unit
Jam/hari
250 l/dt
175 l/dt
131 l/dt
SR =12.797
HU= 294
12 jam
%
Jam/hari
24,92 %
24 Jam
Rp/m3
Rp 1.879.-
bersih
sistem
Sedayu/Segoroyoso,
perpipaan
Kasihan,
PDAM
Bantul
Bangunjiwo,
melayani
13
Sewon/Bangunharjo,
sistem,
yaitu:
Banguntapan,
III - 73
III - 74
III - 75
Berdasarkan hasil ehra dengan 600 orang responden dan dilakukan di 15 kelurahan
didapatkan data bahwa sebanyak 6,8 % yang menggunakan PDAM, sumur bor sebanyak
8,9%, sumur gali tidak terlindungi sebanyak 34,9 % ,sumur gali yang terlindungi sebanyak
43,1. Untuk warga yang mengambil air dari mata air yang terlindungi sebanya 1,7%, mata
air tidak terlindungi sebanyak 1,5 %, air minum isi ulang sebanyak 0,3 %, dan air minum
kemasan sebanyak 1,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil survey ehra
bahwa warga yang menggunakan air PDAM hanya sebanyak 6,8%, sedangkan sisanya
menggunakan sumur bor, sumur gali, mata air, air minum kemasan dan air minum isi
ulang.
Berikut ini adalah skematik diagram sistem penyediaan air minum PDAM dari sumber air
sampai ke daerah pelayanan.
Gambar 3.26 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Kasihan
A. Sistem Kasihan
B. Sistem Kalipakis
III - 76
Gambar 3.27 Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Sedayu/Argorejo
Gambar 3.28 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum IKK Unit Sewon/Bangunharjo
Gambar 3.29 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Banguntapan
III - 77
Gambar 3.30 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Piyungan
Gambar 3.31 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum IKK Unit Guwosari/Pulutan
Gambar 3.32 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Bantul
Gambar 3.33 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Bangunjiwo
A. Dari Sumur Bor
III - 78
Gambar 3.34 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Srandakan/Sanden
Gambar 3.35 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Kretek/Pandak
III - 79
Gambar 3.36 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK
Dlingo
Gambar 3.37 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Imogiri/Jetis
Gambar 3.38 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Trimulyo
III - 80
Selopamioro
3.5.4.Permasalahan
Permasalahan Kelembagaan:
1. Kualitas dan kuantitas SDM
Permasalahan Teknis dan Operasional
1. Besarnya angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Bantul mengakibatkan harus
mencari alternatif baru sumber air baku
2. Dengan banyaknya sistem terpisah, maka akan menimbulkan tingginya biaya operasi
dan pemeliharaan, misalnya: biaya untuk listrik.
3. Belum semua sistem yang ada dilengkapi dengan instalasi pengolahan air bersih.
4. Kondisi pipa di sebagian sistem sudah tua sehingga kadang-kadang air yang disuplai
III - 81
mengawasi hasil olahan (effluent) sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan. Dalam
upaya bimbingan tersebut Pemkab Bantul telah membangun unit instalasi limbah
percontohan, yaitu IPAL industry tahu di Srandakan, IPAL industry Tapioka di Pundong,
IPAL industry kulit di Piyungan.
Baru sebagian kecil industri yang mengolah limbahnya karena keterbatasan dana serta
kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan limbah. Berikut adalah daftar industri yang
sudah memiliki instalasi pengolahan limbah.
Tabel 3.31. Daftar Industri Yang Sudah Memiliki Instalasi Pengolahan Limbah
Nama Kegiatan
PT. Komitrando
PT. Samitex
PG. Madukismo
PS. Madukismo
PT. Bintang Alam Semesta
PT. Adi Satria Abadi
PT. Fajar Makmur
PT. Digitone
PT. Pertamina UP IV
KRT.Daud Wiryo Hadinagoro
Batik Indah Roro Jonggrang
PT. Indo Hanzel Perkasa
Balai Besar Kulit Karet dan Plastik
PT. Indokor Daya Mina
PT. Indokor Bangun Desa
Jenis Usaha
Kapasitas produksi
Volume limbah
Keterangan
2 m3/hr
160 -180m3/hr
2 - 5 m3/jam
Sal. Irigasi
S. Winongo
S. Winongo kecil
5 - 7 m3/jam
200 - 260 m3/bln
250 m3/hr
S. Bedog
S. Opak
S. Opak
Sal. Irigasi
Sal. Irigasi
Disedot
282,6 m3/bln
S. Semampir
S. Opak
III - 83
Tabel 3.32 Kegiatan Rumah Sakit Yang Sudah Memiliki Instalasi Pengolahan Limbah
Nama Kegiatan
RS. Panembahan Senopati
RS. PKU Muhammadiyah
RS. Rajawali Citra
RS. Permata Husada
RSKIA. Ummi Khasanah
Volume limbah
40 m3/hr
580 m3/bln
Keterangan
Sal. Drainase
S. Winongo kecil
Sal. Irigasi
Sal. Irigasi
Sal. Irigasi
>;
Sebagian besar sekolah SD yang ada di Kabupaten Bantul belum terpisah antara
toilet untuk guru (laki-laki & perempuan) dan murid (laki-laki & perempuan). Tetapi
ada beberapa sekolah yang sudah mempunyai tempat kencing yang terpisah untuk
guru dan murid laki-laki.
b.
Sebagian besar sekolah SMP, SMA, SMK sudah terpisah antara toilet untuk guru
(laki-laki & perempuan) dan murid (laki-laki & perempuan).
c.
d.
Ketersediaan air cukup baik yang bersumber dari PDAM maupun dari sumur gali.
e.
Sarana cuci tangan di sebagian besar sekolah sudah tersedia tetapi tidak dibarengi
dengan tersedianya sabun.
f.
Yang membersihkan jamban di sekolah umumnya adalah pesuruh sekolah, tapi ada
juga di beberapa sekolah yang melakukannya adalah murid sekolah tersebut.
g.
Sampah hanya dikumpulkan di tempat sampah dan belum ada pemilahan dan
pengolahan lanjut.
III - 84
h.
Air limbah/kotor dari toilet dibuang ke dalam tangki septic dan air dari kamar mandi
dibuang ke saluran drainase.
2007
2008
Dialog interaktif di TV
Penyusunan Buletin Kesehatan
Pameran Bidang Kesehatan di Bantul Expo
Pengadaan media penyuluhan ( leaflet dan spanduk)
Peningkatan PHBS
Karnaval
Festival Bantul Sehat
Desa Siaga
Pembentukan Posyandu Plus
Pemberdayaan Saka Bakti Husada
Pemberdayaan Pos Kesehatan Pesantren
Lomba PHBS / Posyandu / Hari Kesatuan Gerak PKK
KB Kesehatan
Lomba PSN
Pengembangan Media promosi dan informasi sadar hidup
sehat
Penyuluhan masyarakat tentang Pola Hidup Sehat
Pelatihan Kader
Operasional DB4MK
2009
III - 85
2010
Aspek kelembagaan
Bapedda
Sebagai leading sector dalam pembentukan Pokja sanitasi, dan memiliki anggaran
untuk operasional pokja. Sejak awal Bappeda mempersiapkan sosialisasi adanya
survey keuangan baik kepada masing-masing anggota pokja maupun kepada aparat
SKPD lainnya, serta mengundang anggota Pokja dalam suatu pertemuan dalam
mengawali survey. Pertemuan Pokja pada saat merencanakan survey keuangan
pembuatan buku putih dihadiri oleh sekitar 8 anggota Pokja, dimana agendanya
dalah membicarakan mengenai survey keuangan dalam pembuatan buku putih dan
teknis pelaksanaannya. Pembahasan survey juga membicarakan tujuan survey serta
manfaat survey dan aplikasinya bagi penyusunan buku putih.
III - 86
III - 87
Penyediaan
Sarana
Persampahan,
Proposal
Kegiatan,
Program
penyehatan
kemudian ke musrenbang
sanitasi
Hal-hal penting lain terkait aspek kelembagaan
Apabila Pokja dapat menyelesaikan buku putih sebelum rancanagan KUA dan PPAS
untuk APBD-P disusun, maka program dan kegiatan sanitasi baik yang tidak dapat
dikerjakan pada tahun anggaran 2009 maupun program baru yang direncanakan akan
dikerjakan pada tahun anggaran 2010 dapat diusulkan untuk masuk/dianggarkan
pada APBD-P 2010. Selain isu alokasi anggaran, kota Pokja juga sangat antusias
untuk bekerjasama dengan pihak swasta dalam menjalankan program dan kegiatan
sanitasi. Namun dalam pertemuan-pertemuan dengan anggota Pokja, kami
menekankan bahwa akan lebih baik untuk semua pihak/stakeholder membicarakan
kerjasama dengan pihak swasta /masyarakat, apabila buku putih telah diselesaikan
oleh Pokja
2.
persampahan, IPAL Komunal untuk mengurangi pencemaran akibat septic tank yang
tidak memenuhi syarat, dan fasilitas pengolahan sampah.
III - 88
3.
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah selama lima tahun juga menunjukkan trend
positif.
Realisasi
Pendapatan
Asli
Daerah
tahun
2004
mencapai
Rp
Tahun
Anggaran
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
PAD
22.425.146.059,70
32.882.358.490,40
30.777.820.174,83
37.683.848.341,38
44.005.310.869,67
57.229.726.493,62
69.800.761.508,85
88.691.362.690,38
Pertumbuhan
59,35
46,63
-6.84
18.33
72.22
23,11
21,97
27,06
belanja
Kabupaten
Bantul
tahun
2010
adalah
sebesar
Rp.
III - 89
No.
1
Uraian
Belanja Tidak Langsung
a. Belanja pegawai
b. Belanja bunga
Tahun 2007
6 6 6 #
6 6 6 #
6 6 #
d. Belanja hibah
e. Belanja bantuan sosial
f. Belanja bagi hasil kep
prop/kab/kota/desa
g. Belanja Bantuan
Keuangan
Belanja Langsung
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja modal
Tahun 2009
6 6 6 #
6 6 6 #
6 6 #
6 6 6 #
6 6 6 #
Tahun 2010*
6 6 6 #
6 6 6 #
6 6 #
6 6 6 #
6 6 6 #
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
#
#
#
#
#
#
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
#
#
#
#
#
#
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
#
#
#
#
#
#
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
#
#
#
#
#
#
Tahun 2008
6 6 6 #
6 6 6 #
6 6 #
6 6 6 #
6 6 6 #
6
6
6
6
6
6
6
6
III - 90
"
$
+ $
#
#
&
&
'
"
&8 &
)
#$
"''
"
*% $
&6
#
"
0$
"
Rp
"
%"
499,887,000.00
6
6
6
6
6
6
6
6
D
D
D
D
&!
"''
$
+
#% #E $ 	
&
!% &
% !
"
0$
0$
0$
0$
9
9
9
9
"
#
#
#
#
!
$
"''
"
! - 6% 7
)
+
"
"
+
"''
0$
"
III - 91
"
'
9 ! #)$
#% E $ & 0
+ $
#% #0
)
+ %!
;$0 % 7
"
!
! 1%
&2
3
"''
$
+
9
+
$
+
$
;
&0
!
&% #
& E$
9
! 1%920
#% #
& )3
+
%
#3 &
6$
1
;$0
+ %!
;$0 % 7
"
6"
6%
#
"
0$
"
%"
9
9
"
6
6
6
6
#
#
#"
%
!
%
6$
!
$A/
!
9 ! #)$
#% E $ & 0 5
+ ;$0 < 5 . 0 %
* &
+ ;$0
<5 . 0 "
+ %!
;$0 % 7
#
! 2
#%
"
&
! - 6% 7
6"
6%
0$
0$
0$
"
!
4
%
6%
* & 6$
* & 6%
* & 6$
&
6"
* 64 &
$
6"
* 64 &
0$
&
"''
;
;
$
%!
&6
* 6$
"''
$
+
+
+
+
&
*% $
"
& )3
+
* &
*
#E $
&#%9
*
;$0 % 7
* & ;6%
;6"
* 6$
* & 6$
* 64 &
! - 6% 7
&
"
Rp
707,749,000.00
0$
Rp
20,000,000.00
)
%
"
0$
"
%
"
"''
0$
0$
0$
0$
9
9
9
9
)
6
6
6
6
6
6
6
6
#
#
#
#
III - 92
"
$
$
'
$ &
"
*% $
"
"
%"
- Pengadaan Kontainer
10 unit
- Pengadaan Armroll
1 buah
1 unit
2 buah
0$
0$
0$
0$
Rp
165.405.000,00
Rp
248.200.000,00
Rp
699.400.000,00
Rp
500.000.000,00
Rp
97.792.000,00
Rp
2.362.000.000,00
%!
40 unit
1 ls
"$0 $ *
"''
$
$
5
$
#"
$
$
$
"
"
)/
&,
Kasihan
1 paket
Banguntapan
1 paket
"$0 $ *
&
"''
$
%
$ &
$ *
$
+ Pengadaan Gerobag Sampah
+ Pengadaan Kontainer
%!
&
%!
0$
0$
)%!
)
"
0$
0$
0$
)%!
)
Rp
238.090.000,00
Rp
237.988.000,00
Rp
2.602.900.000,00
"
0
&!
,
30 buah
10 buah
"$0 $ *
&
"''
"
"
0$
0$
0$
)%!
)
Rp
75.000.000,00
Rp
170.000.000,00
6
(
III - 93
&
1
A
0$
*
%
$ &
$
$
"
*
19 2
#
# $
$
$ &
19 2
&
0$
#
0$
+
!
&
!&
4 &
&!
: *
: * C
&
!
&
&
&
&
&
&
4 &
&!
&
&
&
&
&
!
!
&
!
!
!
!
!
!
!
!
III - 94
&
$
1
*
%
$ &
$
$
&
&
&
&
&
&
4 &
&!
#
&
&!
&!
0 & &; C
>
& % 0
0$
%!
7 7 &
3
%$5
!2
!
!
!
!
&
6
&
&
0$
*
19 2
0$
"
1.
1. $
$
$ &
19 2
&
&
&
!
+
*
&
3
!
!
%5 0
#
#
III - 95
&
1
*
%
$ &
$
$
&
&
&
&!
&
$
$
& 9
0$
#
#
#
#
+
+
&
#
#
#
#
!2
&
+
+
&
6
$
$
0$
*
19 2
0$
"
# $
$
$ &
19 2
&
;$0
&
>
0 & &; C
>
&
& % 0
'
&
&
7 7 &
&
!
&
!
+
+
III - 96
&
1
*
%
$ &
$
$
*
19 2
0$
"
# $
$
$ &
19 2
&
0$
0$
!
#
&
&
!
&
<
$
$
&
$
$
$
+
+
$ &
$
& 9
&
!
$ &
!
% +
$
!
>
0 & &; C
>
&
& % 0
'
&
0
&
&
!2
&
!2
;$0
&
0
$
%
!
!
7 7 &
&
&
$
/
> 2
13
III - 97
Tabel 3.43 Realisasi Program Pembiayaan Bidang Sanitasi oleh Dinas Kesehatan
No
Kegiatan
1 Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
a. Pengembangan media promosi dan informasi sadar
hidup sehat
b. Penyuluhan masyarakat Pola Hidup Sehat
2007
2008
2009
2010
Rp
Rp
44.500.000
344.832.000
Rp
290.732.500
Rp
215.621.000
Rp
242.500.000
Rp
146.209.000
Rp
114.300.000
Rp
117.990.000
Rp
83.380.000
III - 98
Tabel 3.44 Realisasi Program Pembiayaan Bidang Sanitasi oleh Pemberdayaan Masyarakat
Desa
&
8
%
7
!
&
$
4
"
"
"
0
0
;
;
$
5
&
&
0 &
&
$
9"
"
5
&
&
&
"$0 &
90 $;
*
5 - &" D
&
9"
9"
7
7
$
"
$
$
5
5
;& F
9"
$
%
%
! %
%
"
"
%
! %
"
"
%
%
;
;;
*
*
9"
9"
;;9"
;;9"
9
9
%
%
$"
&
-7
&!
-7
&!
& ! &!
-7
&!
-7
&!
! $
7
$ 7
$ % *
% *
$"
&
!
$
!
$
*
$*
*
$*
;
;
*
4 &
*
4 &
&
$ &
$ $"
&
*
4 &
*
4 &
!
$
!
$
-7
&!
-7
&!
! ! *
$*
*
$*
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
&
&
&
&
&
&
& "5 5
& "5 5
&
&
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
&
&
&
&
& "5 5
& "5 5
&
&
&
&
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
III - 99
Tahun 2010
Kegiatan PAB PLP
PAB:
Jumlah bantuan tahun 2010 untuk PAB adalah Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) yang
dibagi dalam 10 kelompok
1. Kecamatan Pleret
: 2 Kelompok
2. Kecamatan Pandak
: 2 Kelompok
3. Kecamatan Dlingo
: 2 Kelompok
4. Kecamatan Imogiri
: 2 Kelompok
: 1 Kelompok
2. Desa Argodadi
: 1 Kelompok
3. Desa Triwidadi
: 1 Kelompok
4. Desa Wijirejo
: 1 Kelompok
III - 100
ASPEK PERENCANAAN
Belum memiliki perencanaan sanitasi yang menyeluruh seperti masterplan limbah,
persampahan, air bersih, dan drainase
Aspek Kelembagaan
Pendanaan sanitasi Kabupaten Bantul sebagian besar berasal dari SKPD antara lain :
Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum.
Permasalahan timbul karena masing-masing sumber daya manusia (SDM) belum
memiliki perencanan program kegiatan sanitasi kota dan masing-masing SKPD belum
terintegrasi dalam pembangunan sanitasi. Hal ini menyulitkan masing-masing SKPD
dalam membuat anggaran sanitasi. Sedangkan beberapa SKPD berikut ini, dimana
walaupun telah melakukan alokasi anggaran sanitasi namun jumlahnya belum signifikan,
seperti : Bappeda, Dinas Kesehatan dan Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Apabila SKPD tersebut diatas, berpandangan bahwa tidak dapat optimal mengalokasikan
karena tidak ada dalam Tupoksi atau memang tidak ada program dan kegiatan dalam
RKA SKPD nya, maka bentuk dukungan kepada pembangunan sanitasi berupa program
dan kegiatan yang bukan kegiatan fisik , atau dikenal dengan program software, dapat
dioptimalkan.
Aspek Mekanisme Penganggaran
Mekanisme penganggaran yang ada selama ini sebetulnya sudah tidak ada masalah,
karena sudah melalui prosedur yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Mekanisme pengajuan anggaran secara umum di Pemerintah Kabupaten Bantul
suasananya
kondusif. Hanya saja, masih dipandang belum optimal. Hal ini perlu
ditelusuri lebih lanjut, apakah perlu adanya pencatuman secara lebih eksplisit aspek
pembangunan sanitasi dalam KUA dan PPAS Kabupaten Bantul, sehingga dokumen
perencanaan turunannya akan lebih fleksibel dalam pencantuman alokasi anggaran
pembangunan sanitasi baik fisik maupun non fisik. Dan juga perlunya program sanitasi
menjadi prioritas dalam pembangunan di Kabupaten Bantul, sehingga dalam dapat
ditambah jumlah anggarnnya
Aspek Informasi Mengenai Sanitasi
Pembangunan sanitasi walaupun sudah menjadi urusan wajib daerah, selama ini masih
kalah popular dan urgensinya masih relatip dibawah sektor-sektor lainnya. Hal ini tentu
saja akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan fisik sanitasi karena jika
tidak dilakukan, aparat pemda yang tidak memahami rencana pembangunan suatu sarana
III - 101
sanitasi maka akan berpengaruh kepada masyarakat pengguna, terutama yang belum
memahami penggunanaan sarana sanitasi yang baru dibangun tersebut. Jika hal ini terjadi
maka tujuan dari pembangunan sanitasi tidak optimal. Oleh karena itu maka transfer
informasi dari pemerintah pusat maupun tim teknis pembangunan sanitasi (TTPS) sangat
penting sebagai kegiatan non fisik yang akan menunjang pembangunan fisik sanitasi.
Hal ini tidak saja bagi perangkat SKPD dan masyarakat calon pengguna, namun yang tak
kalah penting adalah advokasi kepada legislatif dan juga kepala daerah.
3. Besaran perhitungan pendanaan sanitasi perkapita
Besarnya biaya pembangunan sanitasi perkapita di Kabupaten Bantul, dihitung dari
besarnya realisasi biaya pembangunan sanitasi dibagi dengan banyaknya jumlah
penduduk Kabupaten Bantul. Dari data yang didapat, apabila besarnya biaya
pembangunan sanitasi Tahun 2009 adalah sebesar Rp. 2.047.400.000 miliar, maka biaya
pembangunan sanitasi per kapita adalah Rp. 2.200 /perkapita /pertahun( Rp.
2.047.400.000 dibagi 930,955 jiwa). Biaya pembangunan sanitasi per kapita ini masih
sangat
jauh
dari
target
pembangunan
sanitasi
nasional
sebesar
Rp.
III - 102