Anda di halaman 1dari 102

BAB III

PROFIL SANITASI KABUPATEN BANTUL


3.1. KONDISI UMUM SANITASI KABUPATEN BANTUL
3.1.1. Kesehatan Lingkungan
Kondisi kesehatan lingkungan Kabupaten Bantul dapat dilihat dari beberapa data berkaitan
dengan kesehatan lingkungan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kondisi Rumah di Kabupaten Bantul Tahun 2009

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Puskesmas

Srandakan
Sanden
Kretek
Pundong
Bambanglipuro
Pandak I
Pandak II
Bantul I
Bantul II
Jetis I
Jetis II
Imogiri I
Imogiri II
Dlingo I
Dlingo II
Pleret
Piyungan
Banguntapan I
Banguntapan II
Banguntapan III
Sewon I
Sewon II
Kasihan I
Kasihan II
Pajangan
Sedayu I
Sedayu II
JUMLAH
PROSENTASE

Jumlah
Rumah

6948
8153
7496
6795
10882
6916
4798
7150
6625
6623
6790
5503
7730
4095
5480
9906
13086
8145
6395
7278
13150
9668
7435
9781
7339
4910
5684
204761

Jamban Keluarga
Memiliki
Kurang
Tidak
memenuhi Memenuhi
Memiliki
syarat
syarat

847
509
1126
1606
887
1253
16
1084
987
1766
1944
463
3230
345
460
3795
4198
1389
878
214
380
1468
973
975
1377
1027
1385
34582
16.89%

1859
1384
1856
2301
1447
2142
2482
1360
187
633
3800
1404
650
1840
3577
1233
625
1707
2003
325
455
149
585
510
1791
467
989
37761
18.44%

4242
6260
4514
2888
8548
3521
2300
4706
5451
4224
1046
3636
3850
1910
1443
4878
8263
5049
3514
6739
12315
7040
5877
8296
4171
3416
3310
131407
64.18%

Penyediaan Air Bersih


Memiliki
Kurang
Tidak
memenuhi Memenuhi
Memiliki
syarat
syarat

820
0
372
1001
371
500
182
264
199
718
1987
764
2259
335
2615
2049
3248
410
0
43
263
195
453
83
883
583
1444
22041
10.76%

2322
1465
1801
2798
468
2661
2655
1833
63
331
3618
1283
2525
670
0
2275
622
2845
0
353
805
189
126
316
872
589
296
33781
16.50%

3806
6688
5323
2996
10043
3755
1961
5053
6363
5574
1185
3456
2946
3090
2865
5582
9216
4890
6395
6882
12082
9284
6856
9382
5584
3738
3944
148939
72.74%

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa prosentase rumah yang tidak memiliki jamban adalah
sebanyak 16,89 % dan yang memiliki jamban sebanyak 83,11% yang terdiri dari 64,18%
memenuhi syarat dan sebanyak 18,44% kurang memenuhi syarat.
III - 1

Untuk penyediaan air bersih dapat dilihat bahwa prosentase yang tidak memiliki
persediaan air bersih adalah sebanyak 10,76%, sedangkan yang memilikipersediaan air
bersih adalah sebanyak 19,24% yang terdiri dari 72,74% memenuhi syarat dan 16,50%
kurang memenuhi syarat.

Tabel 3.2 Kondisi Rumah di Kabupaten Bantul Tahun 2009

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Puskesmas
Srandakan
Sanden
Kretek
Pundong
Bambanglipuro
Pandak I
Pandak II
Bantul I
Bantul II
Jetis I
Jetis II
Imogiri I
Imogiri II
Dlingo I
Dlingo II
Pleret
Piyungan
Banguntapan I
Banguntapan II
Banguntapan III
Sewon I
Sewon II
Kasihan I
Kasihan II
Pajangan
Sedayu I
Sedayu II
JUMLAH
PROSENTASE

Jumlah
Rumah
6948
8153
7496
6795
10882
6916
4798
7150
6625
6623
6790
5503
7730
4095
5480
9906
13086
8145
6395
7278
13150
9668
7435
9781
7339
4910
5684
204761

Pembuangan Sampah
Memiliki
Kurang
Tidak
memenuhi Memenuhi
Memiliki
syarat
syarat
2439
1021
3488
0
1836
6317
0
0
7496
4186
1618
991
0
5946
4936
444
1512
4960
0
3736
1062
0
0
7150
717
637
5271
1373
1801
3449
2197
3389
1204
567
941
3995
1299
770
5661
438
1697
1960
0
0
5480
2533
2533
4840
2872
2533
7681
111
3663
4371
0
1755
4640
225
1959
5094
256
854
12000
7164
813
1691
1273
938
5224
1319
2087
6375
712
3420
3207
0
555
4355
314
397
4973
30439
46411
127871
14.87%
22.67%
62.45%

Sarana PembuanganAir Limbah


Memiliki
Kurang
Tidak
memenuhi Memenuhi
Memiliki
syarat
syarat
0
0
6948
0
3018
5135
2325
1640
3531
3657
1931
1207
55
4184
6643
2792
2871
1253
4089
0
709
828
1672
4650
666
1262
4697
2069
845
3709
2360
3326
1104
959
1100
3444
4920
1360
1450
519
1761
1815
5337
0
143
4330
1630
3946
5646
4178
3262
410
2443
5292
0
2560
3835
294
1404
5580
373
1125
11652
747
985
7936
1094
978
5363
1455
1151
7175
1577
4314
1448
1245
645
3020
377
597
4710
48124
46980
109657
23.50%
22.94%
53.55%

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa prosentase rumah yang tidak memiliki pembuangan
sampah adalah sebanyak 14,87 % dan yang memiliki pembuangan sampah sebanyak
85,13% yang terdiri dari 62,45% memenuhi syarat dan sebanyak 22,67% kurang
memenuhi syarat.

III - 2

Untuk sarana pembuangan air limbah dapat dilihat bahwa prosentase yang tidak memiliki
sarana pembuangan air limbah adalah sebanyak 23,50%, sedangkan yang memiliki sarana
pembuangan air limbah adalah sebanyak 76,50% yang terdiri dari 53,55% memenuhi
syarat dan 22,94% kurang memenuhi syarat.

3.1.2. Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat

Tabel 3.3 Banyaknya Penderita Penyakit Tertentu Menurut Kecamatan/ Kelurahan dan Jenis
Penyakit di Kabupaten Bantul Tahun 2007-2010

Srandakan

Sanden

16

Kretek

27

Pundong

13

Bambanglipuro

12

Pandak

18

24

Pajangan

10

12

Bantul

35

12

46

Jetis

11

27

Imogiri

Dlingo

13

Pleret
Piyungan
Banguntapan
Sewon
Kasihan
Sedayu
Jumlah

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

III - 3

Berdasarkan tabel diatas penderita DBD pada tahun 2007 adalah sebanyak 587 orang,
pada tahun 2008 adalah sebanyak 419 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009 yaitu
sebanyak 628 orang. Sedangkan untuk penyakit diare pada tahun 2007 adalah sebanyak
10.791 orang dan meningkat pada tahun 2008 yaitu sebanyak 13.958 orang dan untuk
tahun 2009 hanya tersedia data jumlah penyakit diare pada balita yaitu sebanyak 3.789
orang

Tabel 3.4 Persentase Status Gizi Anak Balita yang Ditimbang Menurut Kecamatan/ Kelurahan di
Kabupaten Bantul tahun 2007-2009

!"
#
$
%
&
'
(
$

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

III - 4

Untuk status gizi balita pada tahun 2007 yang masuk dalam status gizi buruk adalah sebanyak
335 orang dan pada tahun 2008 meningkat menjadi sebanyak 365 orang dan pada tahun 2009
mengalami penurunan sejumlah 307 orang. Kasus gizi yang kurang baik mengalami penurunan
yaitu pada tahun 2007 sebanyak 6.066 orang, tahun 2008 sebanyak 5.668 orang dan tahun 2009
sebanyak 5.294 orang. Jumlah kasus gizi baik terus meningkat pada tahun 2007 sebanyak
38.902 orang dan tahun 2008 sebanyak 41.815 orang, dan tahun 2009 sebanyak 42.498 orang.
Untuk yang masuk dalam kategori gizi lebih pada tahun 2007 sebanyak 1.003 orang, tahun 2008
sebanyak 857 orang dan tahun 2009 sebanyak 903 orang.
Tabel 3.5 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Kabupaten Bantul Tahun 2007-2009

NO

KECAMATAN

PUSKESMAS

1
1
2
3
4
5
6

2
SRANDAKAN
SANDEN
KRETEK
PUNDONG
BAMBANGLIPURO
PANDAK

BANTUL

JETIS

IMOGIRI

3
Srandakan
Sanden
Kretek
Pundong
Bambanglipuro
Pandak I
Pandak II
Bantul I
Bantul II
Jetis I
Jetis II
Imogiri I
Imogiri II
Dlingo I
Dlingo II
Pleret
Piyungan
Banguntapan I
Banguntapan II
Banguntapan III
Sewon I
Sewon II
Kasihan I
Kasihan II
Pajangan
Sedayu I
Sedayu II

10 DLINGO
11 PLERET
12 PIYUNGAN
13 BANGUNTAPAN

14 SEWON
15 KASIHAN
16 PAJANGAN
17 SEDAYU
JUMLAH (KAB/KOTA)

RUMAH TANGGA
JUMLAH DIPANTAU BER PHBS *
4

5
4.292
669
7.496
2.619
2.357
2.357
6.405
7.874
793
3.571
4.790
7.904
7.743
4.196
5.817
900
9.331
2.381
351
848
198
6.510
1.239
12.437
1.544
507
321
105.450

4.180
571
1.793
1.615
2.357
1.975
6.405
6.331
634
3.571
4.790
7.009
7.235
2.510
4.365
847
3.977
2.285
324
288
60
5.370
999
11.524
635
295
191
82.136

%
6
97,39
85,35
23,92
61,66
100,00
83,79
100,00
80,40
79,95
100,00
100,00
88,68
93,44
59,82
75,04
94,11
42,62
95,97
92,31
33,96
30,30
82,49
80,63
92,66
41,13
58,19
59,50
77,89

Sumber : Dinkes Kab. Bantul

III - 5

Berdasarkan tabel diatas untuk hasil pemantauan rumah tangga yang ber PHBS adalah
sebanyak 82.136 atau sebesar 77,89%. Prosentase terbesar adalah di di Kecamatan
Bambanglipuro dan Jetis sebanyak 100% dan yang terendah di Kecamatan Pajangan
sebanyak 41, 13 %.

3.1.3. Kuantitas Dan Kualitas Air


Penyediaan air bersih di Kabupaten Bantul dibedakan atas sistem perpipaan dan non
perpipaan. Sebagaian besar penduduk Kabupaten Bantul masih mengandalkan sumur
(non-perpipaan) sebagai sumber penyediaan air bersih rumah tangga sehari-hari,
Penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan dikelola oleh PDAM Kabupaten Bantul.
Pada umumnya penduduk diwilayah Kabupaten Bantul menggunakan air bersih nonperpipaan, sekitar 59 % menggunakan sumber air yang berasal dari sumur dangkal dan
sekitar 17,08 % dilayani oleh PDAM Kabupaten Bantul, sedangkan sisanya sebanyak
23,92% menggunakan sumber lain seperti mata air, sungai. Kuantitas air yang disuplai
belum mencukupi kebutuhan yang ada. Jumlah Sumber Air Baku ada 20 buah terdiri
dari 17 Sumur Dalam, 2 Buah mata Air dan 1 Buah sungai permukaan. Jumlah penduduk
yang terlayani tersebut dilayani oleh sistem air bersih perpipaan dengan sambungan
sebanyak 12.797 unit sambungan langganan pada tahun 2009. Menurut data dari PDAM
Kabupaten Bantul tahun 2009 kapasitas produksi terbesar adalah untuk melayani
kebutuhan masyarakat di Kecamatan Bantul diikuti dengan Kecamatan Kasihan.
Kecamatan yang belum mendapat fasilitas jaringan PDAM adalah Kecamatan Sanden,
Kretek, Pundong, Pandak, dan Jetis.

3.1.4. Limbah Cair Rumah Tangga


Pengelolaan air limbah Kabupaten Bantul adalah Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Bantul, sedangkan untuk IPAL Sewon pengelolaannya adalah oleh Unit Pengelola IPAL
(UPIPAL) UPT di bawah Koordinasi Bidang Cipta Karya Kimpraswil Propinsi DIY
Pengelolaan air limbah di Kabupaten Bantul menggunakan: sistem setempat (on-site
system) adalah sistem penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara
individual/komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan,
III - 6

yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber dan sistem
terpusat(off-site system) adalah sisem penanganan air limbah domestik melalui jaringan
pengumpul yang diteruskan ke Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Sistem
setempat menggunakan cubluk, septiktank, atau sumur resapan untuk pembuangan air
limbah. Sistem terpusat menggunakan jaringan pipa untuk mengalirkan air limbah dari
sumber menuju instalasi pengolah air limbah (IPAL) di Pendowoharjo, Sewon, Bantul.
Seiring berjalannya waktu, pembangunan sarana prasarana air limbah telah dilakukan di
beberapa kecamatan. Seperti pada tahun 2010, telah dilakukan pembangunan IPAL
Komunal Segoroyoso dan Trimulyo di Kecamatan Pleret dan Jetis. SR Krapyak di
Kecamatan Sewon sebanyak 650 unit.

III - 7

Gambar 3.1 Peta Situasi Pemasangan Sambungan Rumah Air Limbah Dusun Krapyak, Panggungharjo, Sewon

III - 8

Gambar 3.2 Peta Situasi Pemasangan (1) Sambungan Rumah Air Limbah Dusun Krapyak, Panggungharjo, Sewon

III - 9

Gambar 3.3 Peta Situasi Pemasangan (2) Sambungan Rumah Air Limbah Dusun Krapyak, Panggungharjo, Sewon

III - 10

Gambar 3.4 Peta Situasi Pemasangan (3) Sambungan Rumah Air Limbah Dusun Krapyak, Panggungharjo, Sewon

III - 11

Gambar 3.5 Peta Situasi Pemasangan (4) Sambungan Rumah Air Limbah Dusun Krapyak, Panggungharjo, Sewon

III - 12

3.1.5. Limbah Padat (Sampah)


Volume sampah total di Kabupaten Bantul mencapai 2.327,33 m3 perharinya, sedangkan
volume sampah yang terangkut hanyalah 113,33 m3 hanya 4,87%. volume sampah yang
dapat terangkut setiap harinya. Namun untuk mengatasi masalah sampah tersebut, di
Kabupaten Bantul terdapat Bank Sampah yang telah diresmikan pada tahun 2009, yang
terletak di Badekan dan dikelola oleh masyarakat. Arahan pengelolaan sampah berbasis
komunitas dapat dikembangkan di Kabupaten Bantul sebagai pendukung bidang
permukiman. Tidak semua sampah dari sumber sampah diangkut ke tempat pengolahan
akhir (TPA), masih banyak pengelolaan sampah secara individu yang dilakukan dengan
cara dibakar, dikubur, dan dibuang ke badan air.
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA)
Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Piyungan terletak di Kabupaten Bantul, 16
km sebelah tenggara pusat Kota Yogyakarta. Tepatnya di Dusun Ngablak, Desa
Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pembangunan TPA ini
dilakukan pada tahun 1992 dan mulai dioperasikan tahun 1995 di atas tanah seluas 13
hektar dengan kapasitas 2,7 juta meter kubik sampah. Masa penggunaannya diperkirakan
mencapai 10 tahun, dengan asumsi prosentase daur ulang 20%. Apabila prosentase daur
ulangnya dapat ditingkatkan menjadi 50 % maka masa penggunaannya bisa mencapai 13
tahun. TPA Piyungan di bangun dalam tiga tahapan, tahap I dengan kapasitas sampah
sebesar 200.000 meter kubik yang berakhir pada tahun 2000. Tahap II dengan kapasitas
sampah sebesar 400.000 meter kubik yang berakhir pada tahun 2006 dan tahap III
dengan

kapasitas

sampah

sebesar

700.000

meter

kubik

pada

tahun

2014.

TPA Piyungan merupakan titik akhir pembuangan sampah yang dihasilkan warga tiga
wilayah di Yogyakarta yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten
Bantul, yang dalam seharinya bisa mencapai 200-300 ton sampah. TPA ini dikelola
melalaui SEKBER KARTAMANTUL yang memfasilitasi Kota Yogyakarta, Kabupaten
Sleman dan Kabupaten Bantul dalam berkoordinasi dan menentukan kebijakan yang
akan diambil dalam pengelolaan sampah di TPA Piyungan. Dasar hukum dari kerjasama
antar pemerintah daerah tersebut dituangkan dalam perjanjian Nomor: 07/Perj/Bt/2001,
05/PK.KDH/2001, dan 02/PK/2001 tentang Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah di Piyungan Kabupaten Bantul. Perjanjian kerjasama ini dibuat atas dasar
saling membantu dan menguntungkan dalam pengelolaan operasi dan pemeliharaan
III - 13

prasarana dan sarana TPA dengan tujuan agar pemanfaatan, pengelolaan dan
pengembangan TPA dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta memenuhi standar
teknis lingkungan.
Pengelolaan sampah di TPA Piyungan menggunakan metode pengolahan sanitary
landfill, yaitu dengan membuang dan menumpuk sampah ke suatu lokasi yang cekung,
memadatkan sampah setelah ketinggian sampah mencapai 40 cm dan kemudian
menutupnya dengan tanah. Idealnya sampah yang masuk ke dalam sanitary landfill
adalah sampah orgaik yaitu sampah yang dapat terurai, sehingga dapat mempercepat
proses komposisi. Namun seiring berjalannya waktu, proses pengolahan sampah di TPA
Piyungan berubah menjadi control landfill karena dalam pengelolaan sampah ini, di TPA
Piyungan tidak dilakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Pemilahan
sampah-sampah tersebut hanya dilakukan para pemulung di sekitar TPA, itu pun sampah
yang memiliki nilai ekonomi atau bisa dijual kembali. Jika sudah tidak memiliki nilai
ekonomis, sampah-sampah tersebut menjadi makanan untuk ratusan ekor sapi dan domba
milik penduduk setempat yang digembala di sekitar lokasi TPA Piyungan. Selain itu di
TPA Piyungan juga terdapat kolam pengelolaan leacheate atau lindi, pipa pengendali gas
buang, sistem drainase dan lapisan kedap air. Dengan penutupan sampah yang dilakukan
secara periodik bisa untuk meminimalisasi potensi gangguan lingkungan.

Gambar 3.6 Mekanisme Penanganan Sampah

III - 14

3.1.6. Drainase Lingkungan


Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat menimbulkan tekanan
terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan kawasan jasa/industri yang
selanjutnya menjadi kawasan terbangun. Kawasan perkotaan yang terbangun
memerlukan adanya dukungan prasarana dan sarana yang baik yang menjangkau kepada
masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah. Perkembangan perumahan dan
permukiman yang sangat pesat sering kurang terkendali dan tidak sesuai dengan Rencana
Tata Ruang maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan, mengakibatkan banyak
kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding
pond) dan bantaran sungai dihuni oleh penduduk. Kondisi ini akhirnya meningkatkan
volume air permukaan yang masuk ke saluran drainase dan sungai. Hal-hal tersebut di
atas membawa dampak rendahnya kemampuan drainase mengeringkan kawasan
terbangun, dan rendahnya kapasitas seluruh prasarana pengendali banjir (sungai, polderpolder, pompa-pompa, pintu-pintu pengatur) untuk mengalirkan air ke laut.
Secara umum kendala-kendala yang dihadapi dalam penanganan drainase antara lain
menurunnya perhatian pengelola pembangunan bidang drainase khususnya mengenai
masalah operasi dan pemeliharaan, pola pikir dan kesadaran masyarakat yang rendah
akan lingkungan hidup yang bersih dan sehat dan lemahnya institusi pengelola prasarana
dan sarana drainase dan ketidak mampuan untuk menyusun program yang dibutuhkan.
Dalam penanganan drainase perlu memperhatikan berbagai faktor yang dapat
menimbulkan permasalahan, salah satunya berupa masalah genangan air. Pada saat ini
banyak terjadi masalah genangan air yang pada umumnya disebabkan antara lain karena
prioritas penanganan drainase kurang mendapat perhatian, kurangnya kesadaran bahwa
pemecahan masalah genangan harus melihat pada sistem jaringan saluran secara
keseluruhan yang mengakibatkan hambatan (back-water) dan beban saluran dari
hulunya, tidak menyadari bahwa sistem drainase kawasan harus terpadu dengan sistem
badan air regionalnya (system flood control), kurang menyadari bahwa pemeliharaan
(pembersihan dan perbaikan) saluran merupakan pekerjaan rutin yang sangat penting
untuk menurunkan resiko genangan, belum optimalnya koordinasi antara pihak terkait
agar sistem pengaliran air hujan dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan data dari penyusunan DED DrainaseAglomerasi Perkotaan Yogyakarta
Gebangan yang ada di alomerasi perkotaan untuk kabupaten Bantul adalah seluas 0,87

III - 15

Ha (10 lokasi genangan). Penyebab genangan yang paling umum adalah kapasitas
saluran yang kurang memadahi
3.1.7. Pencemaran Udara
Kualitas udara di Kabupaten Bantul secara umum masih cukup baik. Hal ini terbukti dari
hasil pemantauan kualitas udara yang dilakukan oleh BLH Kabupaten Bantul yang
menunjukan bahwa beberapa parameter pencemaran udara seperti SO2, partikel debu,
dan kebisingan masih berada di bawah nilai ambang batas yang ditentukan.
Berdasarkan laporan hasil pemantauan Udara yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup
Tahun 2009 didapatkan data sebagai berikut:
1. Parameter kimia kualitas udara ambient di wilayah Kabupaten Bantul masih
memenuhi Baku Mutu Udara Ambient Daerah di Propinsi DIY No 153 tahun 2002,
sedangkan parameter kebisingan di keenam titik pemantauan melebihi ambang
batas.
2. Konsentrasi NO2 pada udara ambient yang tertinggi terukur di Pertigaan Pasar Lama
Piyungan dan konsentrasi yang terendah terukur di Perempatan Klodran, Jl Bantul.
3. Konsentrasi SO2 pada udara ambient yang tertinggi terukur di Perempatan
Madukismo, Jl. Ring Road Selatan, Bantul, sedangkan konsentrasi yang terendah
terukur di Perempatan Klodran
4. Konsentrasi CO pada udara ambient yang tertinggi terukur di Perempatan Ketandan,
Jl Wonosari, Bantul dan konsentrasi yang terendah terukur di Perempatan Klodran,
Jl Bantul.
5. Konsentrasi Pb pada udara ambient yang tertinggi terukur di Perempatan
Madukismo, Jl Ring Road Selatan dan konsentrasi yang terendah (dibawah LOD)
terukur di Perempatan Ketandan, Jl. Wonosari dan di depan Brimob, Jl. Pleret,
Bantul.
6. Konsentrasi HC (Hidrokarbon) pada udara ambient yang tertinggi terukur di
Pertigaan Pasar Lama Piyungan dan konsentrasi yang terendah terukur di
Perempatan Madukismo, Jl. Ringroad Selatan, Bantul.
7. Konsentrasi partikel pada udara ambient yang tertinggi terukur di Perempatan
Madukismo, Jl. Ringroad Selatan dan konsentrasi yang terendah terukur di
Perempatan Klodran, Jl. Bantul.
III - 16

8. Kebisingan pada udara ambient yang tertinggi terukur di Perempatan Ketandan, Jl.
Wonosari dan Pertigaan Pasar Piyungan. Kebisingan terendah terukur di
Perempatan Klodran, Jl. Bantul.
Hasil Kajian Kualitas Pencemaran Udara Terlampir.
3.1.8. Limbah Industri
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, di Kabupaten Bantul terdapat 202 unit
industri besar/sedang yang tersebar di 16 kecamatan. Jumlah industri kecil yang ada di
Kabupaten Bantul tercatat sebanyak 17.911 unit. Industri di Kabupaten Bantul bergerak
dalam bidang pengolahan pangan, sandang dan kerajinan kulit, kerajinan umum
(handycraft), kimia dan bahan bangunan, kerjainan logam dan sektor jasa, serta industri
rokok.
Tabel 3. 6 Data jumlah industri di Kabupaten Bantul.
No
Kecamatan
1
Srandakan
2
Sanden
3
Kretek
4
Pundong
5
Bambanglipuro
6
Pandak
7
Bantul
8
Jetis
9
Imogiri
10
Dlingo
11
Pleret
12
Piyungan
13
Banguntapan
14
Sewon
15
Kasihan
16
Pajangan
17
Sedayu
(Sumber: Bantul dalam Angka, 2009)

Jumlah Industri
6
4
2
2
7
13
4
1
2
4
8
24
66
40
7
12

Untuk penanganan limbah industry diupayakan dengan membangun instalasi pengolahan


di sumber/lokasi kegiatan tersebut. Pembangunan sarana instalasi pengolahan menjadi
tanggung jawab pemrakarsa kegiatan. Pemerintah bertugas membimbing, membina dan
mengawasi hasil olahan (effluent) sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan. Dalam
upaya bimbingan tersebut Pemkab Bantul telah membangun unit instalasi limbah

III - 17

percontohan, yaitu IPAL industry tahu di Srandakan, IPAL industry Tapioka di Pundong,
IPAL industry kulit di Piyungan.
Baru sebagian kecil industri yang mengolah limbahnya karena keterbatasan dana serta
kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan limbah. Berikut adalah daftar industri yang
sudah memiliki instalasi pengolahan limbah.

3.1.9. Limbah Medis


Limbah medis bersumber dari kegiatan rumah sakit, puskesmas serta layanan
kesehatan lainnya.
Limbah Medis ini terbagi atas limbah infeksius dan limbah non infeksius. Limbah
infeksius berasal dari pelayanan medik dan pelayanan penunjang medik seperti :
laboratorium, instalasi farmasi, instalasi gizi, rehabilitasi medik, radiologi, instalasi
pencuci hama, instalasi pemeliharaan sarana, instalasi pemulangan jenazah dan
pelayanan terpadu, sedangkan limbah non medis bersumber dari pelayanan administrasi
dan dapur.
Dalam kegiatan Rumah Sakit Umum RSUD Panembahan Senopati menghasilkan limbah
berupa limbah cair, limbah padat dan gas.
1.

Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan Rumah Sakit dan Puskesmas berupa :
Sampah infeksius
Seperti jarum suntik, botol infus, kapas, verban, jaringan tubuh pasien dan lain-lain
yang penanganannya dibakar menggunakan incinerator yang dimiliki oleh RSUD
Panembahan Senopati. Incinerator yang dimiliki tidak hanya digunakan untuk
mengolah limbah infeksius yang berasal dari RSUD Panembahan Senopati saja tetapi
juga dari rumah sakit lain dan puskesmas.

Sampah non infeksius, Sampah/limbah non infeksius yang terdiri dari sisa
makanan, kertas, sampah dapur, plastik, daun, sampah pengunjung dan lainlain. Penanganan limbah ini dikumpulkan di TPS yang dimiliki oleh RSUD
Panembahan Senopati dan diambil setiap hari oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kabupaten Bantul.

Operasional incinerator, Incinerator yang digunakan adalah sistem Hoval


Incinerator Plant dengan 2 burner dan 2 blower, dilengkapi dengan spray

III - 18

tower sebagai alat pengontrol polusi udara. Beroperasi pada suhu 800 0C
selama 1 jam.
2.

Limbah Gas
Limbah gas dihasilkan dari kegiatan berasal dari kegiatan generator set (genset) jika
dioperasikan, dapur dan gas yang dihasilkan incinerator.

3.

Limbah Radioaktif
Limbah cair hasil cucian pross hidrologi (rontgen) diolah dalam IPAL rumah sakit
dan peraknya (Ag) diambil oleh pihak lain (pengepul).

III - 19

Gambar 3.7 Peta Lokasi Kegiatan Potensial Pencemaran di Kabupaten Bantul

III - 20

3.2. PENGELOLAAN LIMBAH CAIR


3.2.1. Landasan Hukum/Legal Operasional
1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene

2.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan


dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang


pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air

4.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan.

5.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

6.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan


Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman
(KSNP-SPALP)

7.

Keputusan

Menteri

Lingkungan

Hidup

Republik

Indonesia

Nomor

35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.


8.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik.

9.

Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan
Perumahan.

10.

Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi
Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah-pindah (Mobile) Kapasitas 0.5
Liter/detik.

11.

Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis
Pengelolaan Drainase Perkotaan.

12.

Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara
Penoperasian Dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
Non Kakus.

13.

Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK Penyedotan
Kakus.

Peraturan Daerah Yang Terkait:


Belum ada peraturan daerah yang mengatur mengenai air limbah secara khusus.:
Raperda baru tentang limbah baru proses penyusunan tahun 2010,
III - 21

3.2.2. Aspek Institusional


Organisasi pengelola sektor air limbah di Kabupaten Bantul adalah Dinas Pekerjaan
Umum melalui Bidang Cipta Karya
Pelayanan pengurasan tanki septik atau cubluk biasanya dilakukan oleh swasta sebagian
kecil dilayani oleh Dinas PU dengan truk tinja atau secara manual.
Harga dan tarif layanan air limbah baru disusun peraturannya.
PENGELOLAAN IPAL SEWON
IPAL Sewon adalah salah satu prasarana umum perkotaan yang digunakan dan dikelola
bersama oleh pemerintah kabupaten/kota Yogya, Sleman, dan Bantul. Pengoperasian IPAL
Sewon berada dibawah koordinasi Sub Dinas Cipta Karya dinas Kimpraswil DIY dengan
35 personil yang berasal dari staf pemerintah Kartamantul, propinsi DIY, dan pegawai
kontrak. Pembiayaan operasional IPAL berasal dari APBD Kartamantul dan Propinsi DIY.
Tabel 3.7 Biaya Pemeliharaan dan Perawatan IPAL Sewon Bantul (Juta Rupiah)

Tahun

Asal Dana

Total Dana

ABPD DIY

Sharing

2002

483

100

583

2003

450

120

570

2004

560

145

705

2005

650

145

795

2006

650

145

795

2007

850

145

995

2008

1,000

145

1,145

2009

1,200

145

1,345

Tabel 3.8 Dana Sharing APBD Kota/Kabupaten Tahun 2009

Jumlah Dana
(Rp)

No

Kota/Kabupaten

145,000,000.00

Kota Yogyakarta
Kabupaten
Sleman

Kabupaten Bantul

20,000,000.00

Total Dana Sharing

20,000,000.00

185,000,000.00
III - 22

3.2.3. Cakupan Layanan


Berdasarkan data RPIJM Kabupaten Bantul Tahun 2008 kurang-lebih 72,6% peduduk
telah terlayani melalui sistem on site dan off site . Sisanya menggunanan MCK komunal
atau langsung dibuang ke sungai. Untuk yang tidak mempunyai fasiitas jamban
menggunakan MCK atau langsung dibuang ke sungai. Limbah cair industri (dari industri
besar maupun kecil) masih sering dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan. Pelayanan
pengurasan tanki septik atau cubluk biasanya dilakukan oleh swasta dengan truk tinja atau
secara manual. Biasanya lumpur dari tanki septik/cubluk baru disedot kalau fasilitasnya
sudah buntu (dan sudah lama tidak berfungsi). Lumpur limbah ini dapat diolah di IPAL,
tetapi masih sering langsung dibuang ke lingkungan.
Kapasitas pelayanan air limbah Kabupaten Bantul disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. 9 Kapasitas Pelayanan Air Limbah Kabupaten Bantul 2008
Prasarana
IPAL

Jumlah
1

Sumber: BLH Kabupaten Bantul

Sistem
Pengolahan
111.859 penduduk
terdiri atas
Kapasitas pengolahan jaringan lateral
15.500 m3/hari,
dan sistem
penggelontor dan
jaringan induk
serta Instalasi
Pengolahan Air
Limbah (IPAL)
Kapasitas

Pengelola
Unit Pengelola IPAL
(UPIPAL) UPT di bawah
Koordinasi Bidang Cipta
Karya Kimpraswil
Propinsi DIY

Tahun 2010 IPAL di Pendowoharjo, Kecamatan Sewon kapasitas ditambah untuk


melayani sebanyak 650 SR. Untuk Offsite, dibangun IPAL Komunal sebanyak 4 buah di
Jetis dan dan 2 buah di Trimulyo untuk melayani sekitar 100 KK dapat mengolah Black
Water.Tahun 2010 ada penambahan 10 unit di Ponggol dan Segoroyoso untuk melayani
700 KK dan IPAL ini dapat mengolah Black Water dan Grey Water
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) SEWON
IPAL Sewon dibangun pada tahun 1993/1994 1997/1998, merupakan hibah dari
pemerintah Jepang melalui Departemen Pekerjaan Umum. IPAL berlokasi di Desa
Pendowoharjo, Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

IPAL ini dimaksudkan untuk

mengatasi permasalahan pembuangan air limbah rumah tangga yang wilayahnya meliputi
seluruh kota Yogyakarta, sebagian wilayah Kabupaten Sleman (5 kecamatan) dan
sebagian wilayah Kabupaten Bantul (3 kecamatan).

III - 23

IPAL dioperasikan dengan effisiensi pengolahan yang tinggi (95%), tetapi jumlah
pelanggan masih jauh di bawah kapasitas desain. Kapasitas IPAL Sewon saat ini baru
dimanfaatkan sekitar 50% dari kapasitas desain, yaitu 9.700 pelanggan dari kapasitas
desain sebesar 18.400 pelanggan

Tabel 3.10.Data Teknis Sistem Sewerage dan IPAL SEWON


Uraian
Besaran
Keterangan
Pipa induk
33.129 m + 1.000 m
1.500 m
Panjang Pipa Lateral
- Kota Yogyakarta
113.695 m
1.300 m
- Kab. Bantul
12.500 m (rencana)
- Kab. Sleman
9.700 m (rencana)
3.
Sistem penggelontor
- pipa
19.433 m + 4.000 m
Air dari S. Code, S. Winongo,
(rencana)
dan
selokan
Mataram
- pintu
548 unit
dilengkapi intake dan tangki
sedimentasi.
4.
Instalasi Pengolahan
Area
6,7 hektar
Kapasitas IPAL
15.500 m3/hari atau 180
4 kolam fakultatif dan 2 unit
l/detik
kolam maturasi
Sistem pengolahan
Aerobik Fakultatif
- Kolam Fakultatif
4 unit, @ 77 x 70 x 4
Waktu penyimpanan 5,5
- Kolam Maturasi
m3
hari
2 unit, @ 78 x 70 x 4
Waktu penyimpanan 1.3
m3
hari
Bak
Pengering
4000 m3 (34 x 232 x
Lumpur
0,5 m3)
Pompa
3 unit @ 10,7 m3/menit
2 unit operasional, 1 unit
cadangan
Fasilitas gedung
390 m2
Kantor, Laboratorium, dll.
Sumber: BLH Kabupaten Bantul
No.
1.
2.

III - 24

3.2.4. Aspek Teknis dan Teknologi


A. Sanitasi Sistem Setempat (On Site)
Pelayanan fasilitas sanitasi individu untuk buang air besar penduduk Kabupaten Bantul saat
83,11% yang terdiri dari 64,18% memenuhi syarat dan sebanyak 18,44% kurang memenuhi
syarat. Untuk yang tidak mempunyai fasiitas jamban menggunakan MCK atau langsung dibuang ke sungai. DPU
Kabupaten Bantul memiliki satu truk tinja yang melayani penyedotan tinja disekitar perkotaan
Bantul. Rata-rata penyedotan 3 (tiga) kali seminggu, tarif Rp 30.000,- sekali sedot, dengan
volume sekitar 3 m3 tiap ritnya. Hasil penyedotan tinja dibuang ke IPAL Pendowoharjo Sewon.
Ada tiga jenis fasilitas buang air besar di Kabupaten Bantul:
1.

Jamban leher angsa yang langsung dialirkan menuju tangki septik. Efluen dari
tangki septik dialirkan ke bidang resapan dimana efluen tersebut meresap ke dalam
tanah.

2.

Jamban plengsengan yang langsung dialirkan ke bidang resapan.

3.

Jamban cubluk pribadi (cemplung terbuka). Limbah rumah tangga khususnya


dari WC dialirkan langsung ke bidang resapan.

Sebagian besar penduduk kabupaten Bantul memakai fasilitas buang air besar dengan jamban
leher angsa mencapai . Sementara itu ada sebagian yang membuang limbah air mandi, cuci
dan dapur langsung ke saluran drainase masih sering dijumpai. Akan tetapi, kebiasaan
ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip sanitasi yang baik, dan oleh karena itu kebiasaan ini
harus ditinggalkan.
Tanggung jawab terhadap pembangunan fasilitas sanitasi setempat berada pada tingkat
keluarga. Sedangkan pemerintah kabupaten Bantul melalui pengelola sektor air limbah Sub
Seksi Penyehatan Lingkungan di bawah Seksi Cipta Karya Dinas PU bertugas melaksanakan
perencanaan, pengawasan, pengendalian, dan pemanfaatan sarana dan prasarana di bidang
teknik penyehatan yang meliputi urusan-urusan air bersih, air buangan, kebakaran, kebersihan,
pertamanan, dan pemakaman.
Di Kabupaten Bantul terdapat fasilitas sanitasi komunal untuk keperluan buang air besar
sebanyak 40.607 unit untuk pemakaian bersama dalam lingkup 10 KK, dan untuk
pemakaian bersifat umum sebanyak 2.591 unit dalam lingkup pelayanan mencapai 60 KK.
Fasilitas sanitasi komunal dilayani dengan menggunakan MCK (Mandi, Cuci, Kakus).
Dalam hal ini, masyarakat tidak dilibatkan secara aktif dalam desain dan pelaksanaan
fasilitas tersebut dan akibatnya tingkat rasa tanggung jawabnya masyarakat terhadap
III - 25

fasilitas tersebut menjadi rendah. MCK, yang dikenal sebagai WC Umum, juga dibangun di
tempat-tempat umum seperti pasar dan terminal. MCK biasanya terdiri dari tempat mandi,
Cuci dan kakus. Air limbah disalurkan ke tangki septik yang menyalurkan ke bidang
resapan. Pengurasan tangki septik secara rutin adalah penting agar proses pengolahannya
berjalan dengan baik. Untuk keperluan pengolahan air limbah khususnya limbah tinja (IPLT) di
wilayah kabupaten Bantul belum tersedia faslitas pengolahan yang bersifat komunal.
Sedangkan fasilitas pengolahan air limbah terpusat di Kabupaten Bantul sudah tersedia IPAL
Sewon, namun sampai kondisi saat ini pelayanannya belum mencakup wilayah Bantul, masih
sebatas perkotaan untuk Kota Yogyakarta dan sebagian wilayah Kabupaten Sleman.
B. Fasilitas Sanitasi Terpusat
Pelayanan sanitasi sistem terpusat dengan menggunakan jaringan pipa induk air limbah yang
menuju IPAL Sewon. IPAL Sewon terletak di Kabupaten Bantul 6 km sebelah barat daya pusat
Kabupaten Bantul, dengan luas lahan 6,7 Ha. IPAL ini terletak di Dusun Cepit, Desa
Pandowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogaykarta. Cakupan
pelayanan khusus Kabupaten Bantul meliputi daerah antara Sungai Code dan Winongo sebagai
batas barat dan timur dan batas Kota Yogyakarta sebagai batas utara dan selatan dan beberapa
wilayah disebelah Timur Kali Code: yaitu Kelurahan Terban, Baciro, Tegal Panggung,
Lempuyangan, Bausasran, Purwokinanti, Gunungketur, Wirogunan, Semaki, Tahunan,
Sorosutan, dan Giwangan.
Berikut ini disajikan beberapa kondisi operasional pelayanan IPAL Sewon :
1.

Kapasitas (desain) pengolahan :


- Pelayanan 110.000 penduduk,
- Sambungan rumah tangga 17. 330 unit,
- Sambungan non rumah tangga 4.360 unit,
- Kapasitas pengolahan 15.500 m3/hari,
- Debit puncak 356 Lt/detik.
- IPAL Sewon dioperasikan dengan effisiensi pengolahan yang tinggi (95%).
- Kapasitas IPAL Sewon saat ini baru dimanfaatkan sekitar 50% dari kapasitas desain,
yaitu 10.000 pelanggan dari kapasitas desain sebesar 18.400 pelanggan.
- Pelayanan IPAL akan ditingkatkan secara bertahap sampai tahun 2012 diharapkan
dapat melayani 59 % wilayah perkotaan Yogyakarta atau 273.000 penduduk ( 53 %
penduduk kota )

III - 26

2.

Potensi ( Produk ) IPAL yang bisa dimanfaatkan


Air hasil pengolahan (bagus untuk pertanian dan perikanan) 15.500 m3/ hari
Pupuk / penggembur tanah (soil conditioner 300 600 m3/ tahun)
Pelayanan pembuangan air limbah
-

17.330 sambungan Rumah Tangga

4.360 sambungan non Rumah Tangga

Pelayanan pembuangan Tinja ( dengan truk tangki 422 tangki tahun 2002 )
Wisata Pendidikan
3.

Cakupan pelayanan IPAL Sewon seluas 1220 Ha, meliputi seluruh Kabupaten Bantul,
sebagian Kabupaten Bantul bagian selatan (5 Kecamatan) dan sebagian Kabupaten
Bantul bagian utara (3 Kecamatan):
- Daerah timur Sungai Winongo dan Sungai Code di sebelah barat dan timur, dengan
batas kota di sebelah utara dan selatan,
- Beberapa wilayah di sebelah timur Sungai Code yaitu Kel. Tegal Panggung,
lempuyangan, Bausasran, Terban dan Baciro,
- Komplek UGM, Catur Tunggal, Depok, Sinduadi dan Kec. Melati,
- Kec. Kasihan, Sewon dan Wil. Kab. Bantul bagian utara.
Tabel 3. 11 Cakupan Pelayanan Air Limbah Sistem Off-Site
No
1
2
3

Kawasan
Kota Yogyakarta
Kab. Sleman
Kab Bantul

Jumlah Sambungan
Rumah (SR)
8805
3000
1000

Keterangan
Pengelolaan IPAL Sewon
Pengelolaan IPAL Sewon
Pengelolaan IPAL Sewon

III - 27

Gambar 3.8. Sistem Jaringan Air Limbah Kabupaten Bantul (Sumber: Triple A Kabupaten Bantul)

(Sumber: Triple A Kabupaten Bantul)


III - 28

Gambar 3.9 Peta Letak Ipal Sewon dan Ipal Komunal Jetis dan Pleret (Tahun Anggaran 2009 dan 2010)

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum


Ipal Komunal Jetis dan Pleret (Tahun Anggaran 2009 dan 2010)
III - 29

Gambar 3.10 Alur proses pengolahan Air Limbah di IPAL Sewon


2.Air Limbah
masuk

1.Sambungan Rumah
dan pipa lateral yang
mengalirkan air
limbah menuju IPAL

3.Air Limbah
dipompa masuk
kedalam bak
pengendap pasir

4. Pasir dan
kerikil yang
terbawa dalam
air limbah di
endapkan

5. Proses
degradasi air
limbah secara
aerobic dan An
Aerobic

6. Penjernihan dan
pengurangan
Coliform

8.Pembuangan
ke S.Bedog.
BOD 30 mg/l

7. Lumpur disedot
dan dipindahkan
ke bak pengering
lumpur dengan
vaccum truck

9.Lumpur kering
dimanfaatkan
untuk pupuk
tanaman

Kondisi Umum Pengelolaan Limbah Cair


1. IPAL yang terletak di Sewon penggunaannya lebih banyak untuk masyarakat dari
Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, untuk Kabupaten Bantul masih belum banyak
yang memanfaatkan,
2. Limbah cair rumah tangga lebih banyak dikelola secara individu,
3. Beberapa lokasi sudah ada yang membuat IPAL Komunal bantuan dari berbagai pihak
seperti di Srandakan (sentra industry tahu)
4. Peran Serta Masyarakat Dan Gender Dalam Penanganan Limbah Cair
Peran serta serta masyarakat dan gender dalam penanganan limbah cair di Kabupaten
Bantul dalam pengolahan air limbah dapat di kategorikan sebagai berikut :

Bagi masyarakat yang sudah sadar dan mampu secara finansial untuk penanganan
limbah cair tidak mengalami kesulitan, artinya secara teknis dan kebutuhan sarana
prasarana dapat secara langsung disediakan oleh si pemrakarsa.

Bagi masyarakat yang belum sadar dan mayoritas tidak mampu (secara finansial) sangat
sulit untuk penanganan limbah cair di lingkungannya hal ini keterbatasan akan kesadaran
dan biaya yang harus dikeluarkan.

III - 30

3.2.5. Permasalahan
1. Bentuk kelembagaan IPAL Sewon setingkat UPT dinilai masih lemah dalam hal otoritas
2. IPAL yang terletak di Sewon penggunaannya lebih banyak untuk masyarakat dari
Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta, untuk Kabupaten Bantul masih belum banyak
yang memanfaatkan,
3. Belum ada Masterplan mengenai Air limbah
4. Prasarana dan Sarana Sanitasi Berbasis masyarakat terbatas
5. Kapasitas IPAL Sewon saat ini baru dimanfaatkan sekitar 50% dari kapasitas desain
6. Sumber pembiayaan terbatas
7. Retribusi dari air limbah masih sangat kecil
8. Belum ada Perda yang sesuai dengan kondisi saat ini
9. Kesadaran masyarakat kurang
3.2.6. Peran Serta Masyarakat Dan Gender Dalam Pengelolaan Air Limbah
Survey PMJK dilaksanakan tanggal 12 Juni 2010 di gunung saren kidul, desa trimurti, kec
Srandakan. Di Gunung Saren terdapat kurang lebih 55 pengrajin tahu. Rata-rata memproduksi
50 kg/hari Pengelolaan air limbah lebih banyak dilakukan oleh kaum pria. Ada beberapa IPAL
untuk industri tahu, yaitu:
9 unit IPAL yang bisa dimanfatkan juga untuk bahan bakar biogas. IPAL tersebut didapat dari
kerjasama dengan LPTP pada tahun 2006 (1 unit), UGM (1 unit),BPK (2 unit), pemerintah
daerah (4 unit), serta SANIMAS (1 unit).
Pada proses pembuatan IPAL tersebut yang terlibat dalam proses perencanaannya adalah kaum
pria, kaum wanita hanya berperan dalam penyediaan konsumsi pada saat rapat pertemuan saja,

III - 31

Tabel 3. 12 Unit Pengolahan Air Limbah Domestik dan Non domestik (Bio Degester) di Kabupaten Bantul

III - 32

III - 33

III - 34

3.3. PENGELOLAAN PERSAMPAHAN


3.2.7. Landasan Hukum/Legal Operasional
1. UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah
3. Permen PU Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP)
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan Dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP)
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001
tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL
7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi
Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang
Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug
Terkendali Di TPA Sampah.
8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan
Sampah Organik Skala Lingkungan
Peraturan Daerah Yang Terkait:
1. Keputusan Gubernur Propinsi D. I. Yogyakarta Nomor 18 Tahun 2000, tertanggal 23
Maret 2000, tentang Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di
Piyungan Kabupaten Bantul.
2. Peraturan Daerah No. 10 tahun 2000 tentang; ketertiban, keindahan, kesehatan
lingkungan dan retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan.
3. Peraturan Bupati Bantul Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Izin Usaha Pembuangan
Sampah Ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan Kabupaten Bantul
4. Surat Keputusan Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Bantul nomor 658.1/1001
tentang Pelayanan persampahan dapat diperoleh berdasar permohonan
5. Surat Gubernur Propinsi D.I. Yogyakarta Nomor 658.1/0777, tertanggal 5 April 2000,
tentang Penyerahan Pengelolaan TPA Sampah di Piyungan Kabupaten Bantul.
6. Perda Kabupaten Bantul tentang persampahan baru proses penyusunan 2011

III - 35

3.2.8. Aspek Institusional


Pemerintah Kabupaten Bantul mempunyai institusi yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab penuh dalam menangani masalah persampahan kota, yaitu Dinas
Pekerjaan Umum, dimana didalam dinas tersebut ada UPTD Kebersihan dan Pertamanan
yang berada langsung dibawah Kepala Dinas dan didukung oleh masyarakat melalui
Paguyuban Kebersihan Lingkungan yang dikelola oleh Kelurahan (RT/RW). Untuk lebih
jelasnya struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum dapat dilihat pada Gambar berikut.
Pembentukan Dinas Pekerjaan Umum di Kabupaten Bantul, berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Bantul Nomor 15 tahun 2009 Tentang Perubahan atas peraturan
daerah nomor 16 tahun 2007 tentang pembentukan organisasi dinas daerah
di lingkungan pemerintah kabupaten bantul. Jumlah personil Bidang Kebersihan
sebanyak 96 orang. Tugas pokoknya adalah penampungan, pengangkutan, pembuangan
dan pemusnahan, dan mengelola TPA, serta pengadaan perawatan taman dan lapangan
olah raga.
Orientasi kerja dinas ini adalah peningkatan pelayanan, peningkatan keindahan dan
keasrian taman dan ruang terbuka, serta peningkatan kesadaran masyarakat pada
pengelolaan persampahan. Lingkup pelayanan persampahan didasarkan pada sektor
pelayanan : Banguntapan, Kasihan, Sewon, Piyungan dan Pleret.
Gambar 3.11. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul
Kepala Dinas
Sekretariat
Kelompok Jabatan
Fungsional

Sub Bagian
Umum

Bidang
Jalan

Bidang
Cipta Karya

Sub Bagian
Program

Sub Bagian
Keuangan dan
Aset

Bidang
Tata Ruang

Seksi
Penyusunan Tata Ruang

Seksi
Pemeliharaan Jalan

Seksi
Bangunan dan Gedung

Seksi
Rehabilitasi dan
Peningkatan Jalan

Seksi
Perumahan dan
Pemukiman

Seksi
Pemanfaatan Tata Ruang

Seksi
Pembangunan Jalan

Seksi
Sanitasi

Seksi
Pengendalian dan
PengawasanTata Ruang

UPT

III - 36

Kelembagaan Pengelola TPA Piyungan


Dalam pengelolaan timbunan sampah di Piyungan, dibentuk suatu organisasi terpisah dari
pengelolaan persampahan di masing-masing daerah, untuk itu dibentuk organisasi khusus
untuk pengelola TPA Piyungan dengan struktur organisasi seperti dapat dibaca pada
gambar berikut. Pada awalnya TPA sampah Piyungan yang terletak di Kabupaten Bantul
merupakan penampungan sampah bagi wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta, tetapi
saat ini dikarenakan Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta tidak
mempunyai TPA tersendiri, maka TPA Piyungan tidak hanya menerima sampah perkotaan
saja tetapi sejak tahun 2005, juga dari seluruh kota dan kabupaten.
KEPALA UNIT

KEPALA URUSAN
ADMINISTRASI UMUM

PETUGAS TU

KEPALA SEKSI
PERENCANAAN

KEPALA SEKSI
OPERASIONAL

KEPALA SEKSI
PERALATAN

PETUGAS
OPERASIONAL

PETUGAS
OPERASIONAL

PETUGAS
OPERASIONAL

Gambar 3.12 Struktur Organisasi Pengelola TPA


Tabel 3.13 Biaya Operasional dan Pemeliharaan TPA Piyungan
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009

Total
742.859.600
915.682.877
1.120.996.700
1.296.652.160
1.604.338.900
1.967.723.000
2.240.067.000
2.362.000.000
2.602.900.000

Biaya Operasional dan Pemeliharan


( Rp )
Kota
Kabupaten
Yogyakarta
Sleman
599.315.100
100.923.900
738.743.348
124.403.380
895.340.064
150.774.056
1.035.636.080
174.399.716
1.281.383.021
215.784.182
1.571.617.344
264.659.480
1.789.138.080
301.289.850
1.853.113.821
355.260.163
1.934.115.000
547.563.000

Kabupaten
Bantul
42.620.600
52.536.149
74.882.580
86.616.364
107.171.697
131.446.176
149.639.070
153.626.016
121.222.000

Sumber data : Sekber Kartamantul

III - 37

Upaya Kerjasama dalam Pengelolaan TPA Piyungan dilakukan dengan cara:


1.

Kerjasama Sekber Kartamantul dengan Shimizu Corporation Jepang dan Badan


Pengkajian dan Penerapan Teknologi untuk pemanfaatan gas metana dengan cara Public
Private Partnership.

2.

Kelompok pengelolaan sampah mandiri, Kota Yogyakarta ada 50 kelompok, Kabupaten


Sleman 75 Kelompok dan Kabupaten Bantul 5 Kelompok.

3.2.9. Cakupan Layanan


Data Perkiraan Timbulan sampah yang dihasilkan menggunakan asumsi bahwa tiap orang
menghasilkan sampah sebanyak dua sampai tiga meter sampah dalam sehari. Sehingga asumsi
yang digunakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul adalah 2,5 meter sampah
perhari per orang.
"
$ &

# $
!

"

$ !

$ &

'( &
.
4
"
$

!$
$

$
"
$
"

"
*
*

" !

&

*
*
% $
!
&
!
%
!
! " "
%
!
&
%
!
&
%
!
&
!
"
%
%

"
"
"

)!
)!
)!

&

*
&
&

)!
)!
)!
)!

*
"

&

%
%
"

!
!

!
! "

3
/
0
%

)!
)!
)!

&

"
&
)

&$

"
)#
! #
2
#

!
&

"
)#
! #

1.
,

)!

&

#$ $
"
)
&
!
3
)
&
/
0
1.

!
!
!
!
!
!
!
!

III - 38

Tabel 3.15 Prosentase Timbulan Produksi Sampah Kabupaten Bantul Tahun 2009
A k u m u la s i s a m p a h p e r h a r i d a n c a k u p a n p e la y a n a n n y a t a h u n 2 0 1 0
N o

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

K e c a m a ta n

S ra nd a k a n
S and en
K r e te k
P und o ng
B a m b a n g lip u r o
P and ak
B a n tu l
J e t is
I m o g ir i
D lin g o
P le r e t
P iy u n g a n
B a n g u n ta p a n
S ew on
K a s ih a n
P a ja n g a n
S e d a yu
K a b . B a n tu l

J u m la h
p e nd ud uk

33139
38487
34020
34793
47214
54241
65615
54983
64855
44584
44278
42984
95744
85910
97213
35002
49504
9 2 2 .5 6 6

J u m la h s a r a n a d a n p r a s a r a n a
p e rsa m p a ha n
TPS
T r u k s a m p a h C o n t a in e r
1
2
3
1
2
4
17
6
2
6
7
6
12
9
3
4
85

1
2
2

4
2
3
6

14

2
22

V o lu m e s a m p a h
to ta l
(m 3 )
8 2 ,8 5
9 6 ,2 2
8 5 ,0 5
8 6 ,9 8
1 1 8 ,0 4
1 3 5 ,6 0
1 6 4 ,0 4
1 3 7 ,4 6
1 6 2 ,1 4
1 1 1 ,4 6
1 1 0 ,7 0
1 0 7 ,4 6
2 3 9 ,3 6
2 1 4 ,7 8
2 4 3 ,0 3
8 7 ,5 1
1 2 3 ,7 6
2 .3 0 6 ,4 2

V o lu m e s a m p a h
te r a n g k u t
m3
%
1 ,3 3
2 ,6 7
4 ,0 0
1 ,3 3
2 ,6 7
5 ,3 3
2 2 ,6 7
8 ,0 0
2 ,6 7
0 ,0 0
8 ,0 0
9 ,3 3
8 ,0 0
1 6 ,0 0
1 2 ,0 0
4 ,0 0
5 ,3 3
1 1 3 ,3 3

1 ,6 1
2 ,7 7
4 ,7 0
1 ,5 3
2 ,2 6
3 ,9 3
1 3 ,8 2
5 ,8 2
1 ,6 4
7 ,2 3
8 ,6 9
3 ,3 4
7 ,4 5
4 ,9 4
4 ,5 7
4 ,3 1
4 ,9 1

V o lu m e s a m p a h
t e r t in g g a l
m3
%
8 1 ,5 1
9 3 ,5 5
8 1 ,0 5
8 5 ,6 5
1 1 5 ,3 7
1 3 0 ,2 7
1 4 1 ,3 7
1 2 9 ,4 6
1 5 9 ,4 7
1 1 1 ,4 6
1 0 2 ,7 0
9 8 ,1 3
2 3 1 ,3 6
1 9 8 ,7 8
2 3 1 ,0 3
8 3 ,5 1
1 1 8 ,4 3
2 .1 9 3 ,0 8

9 8 ,3 9
9 7 ,2 3
9 5 ,3 0
9 8 ,4 7
9 7 ,7 4
9 6 ,0 7
8 6 ,1 8
9 4 ,1 8
9 8 ,3 6
1 0 0 ,0 0
9 2 ,7 7
9 1 ,3 1
9 6 ,6 6
9 2 ,5 5
9 5 ,0 6
9 5 ,4 3
9 5 ,6 9
9 5 ,0 9

J u m la h t e n a g a
ya ng m e na nga ni
p e rs a m p a ha n

96 ok

S a m p a h t e r t in g g a l m e r u p a k a n s a m p a h y a n g d ik e lo la s e n d ir i o le h m a s y a r a k a t k a r e n a m a s ih m e m p u n y a i la h a n p e k a r a n g a n y a n g c u k u p lu a s
J u m la h p r o d u k s i s a m p a h p e r o r a n g p e r h a r i = 2 , 5 lit e r
s u m b e r : D P U K a b . B a n tu l

III - 39

Gambar 3.13 Peta Timbulan sampah

III - 40

a.

Sumber- Sumber Sampah Kabupaten Bantul


Tabel 3.16 Prosentase Timbulan Produksi Sampah Kabupaten Bantul Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Sumber
Produksi sampah (m3/hari)
Pemukiman
45,33
Pasar Tradisional
39,67
Pasar Modern
0
Hotel dan penginapan
2,27
Rumah sakit
4,53
Industri (non B3)
4,53
Urban
14,73
Lain-lain
2,27
Jumlah
113,33
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul

Persentase (%)
40
35
0
2
4
4
13
2
100

3.2.10. Aspek Teknis dan Teknologi


Pelayanan untuk lima Kecamatan secara keseluruhan baru meliputi 21.9% dari seluruh
areal pelayanan dan pengangkutan sampah baru mencapai 18%. TPS tersebar pada tiap
kecamatan. Kabupaten Bantul 42 TPS, yang tersebar pada 5 kecamatan. Produksi
sampah/timbulan sampah di Kabupaten Bantul mencapai 2.327,33 m3/hari sedangkan
volume sampah yang terkumpul mencapai 113,33 m3/hari atau sebesar 4,87%.
Kerjasama dengan masyarakat dilakukan sejak pengumpulan hingga pembuangan hingga
TPS. Perkembangan produksi persampahan mengharuskan kabupaten Bantul mempunyai
rencana lima tahun. Peningkatan pelayanan dipusatkan pada kecamatan Kasihan, Bantul,
Sewon dan Kretek. Karena daerah ini merupakan penghasil sampah yang besar. kisaran
pelayanan yang ingin dicapai adalah 17% hingga 27%. Pelayanan dilakukan pada 17
kecamatan dengan volume sampah 672m3 per minggu yang dikumpulkan dari 63 TPS.
Pelayanan persampahan dapat diperopleh berdasar permohonan dan hal ini berdasar surat
keputusan kepala Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Bantul nomor 658.1/1001.
Pengelolaan sampah/kebersihan merupakan tugas dan kewajiban pemerintah daerah dan
seluruh masysrakat. Pelayanan dilakukan dalam bentuk organisasi yang harus membuang
sampah ke TPS dan menjaga jangan ada TPS liar. Pelayanan door to door untuk
masyarakat yang sukar dilayani dengan truck Pelayanan pengangkutan sampah
dilaksanakan lima arm roll truck dan delapan dump truck. Sampah yang terangkut
dibuang ke TPA Piyungan, yang dikelola secara bersama dengan kota Yogyakarta dan
kabupaten Sleman. TPA Piyungan telah dilengkapi dengan prasarana dan sarana sanitasi
agar tidak mencemari lingkungan.

III - 41

Daerah pelayanan terdiri dari daerah pelayanan yang termasuk dalam Wilayah Aglomerasi
Yogyakarta (5 kecamatan) dan yang diluar Wilayah Aglomerasi Yogyakarta. Untuk yang
diluar Wilayah Aglomerasi Yogyakarta sebanyak 12 (dua belas) kecamatan, yaitu
kecamatan : Srandakan, Sanden, Kretek, Pundong, Bambanglipuro, Pandak, Bantul, Jetis,
Imogiri, Dlingo, Pajangan, dan sedayu, daerah pelayanannya hanya meliputi wilayah pusat
kota (kota kecamatan) dan terbatas pada lokasi perkantoran, pasar, dan bangunan umum
lainnya.

Gambar 3.14 Sistem Penanganan Persampahan Kabupaten Bantul (Sumber: Triple A


Kabupaten Bantul, 2004)
Pola Penanganan Persampahan
Sus-sub sistem pengumpulan
Pada umumnya sarana pewadahan yang digunakan diantaranya adalah sebagi berkut :

Kantong plastik bekas, dengan kapasitas (3 5) liter digunakan didaerah permukiman

III - 42

Kantong plastik bekas, dengan kapasitas (30 50) liter digunakan didaerah perumahan
dan perkantoran

Tong plastik tidak permanen

Tempat sampah permanen

Bak sampah rumah tangga

Penampungan/pewadahan sampah disediakan oleh masyarakat, kecuali tempat sampah


permanen yang berlokasi di sepanjang jalan (trotoar), fasilitas umum disediakan oleh Bagian
Kebersihan. Pengumpulan sampah dilakukan secara individu oleh masing-masing produsen
sampah, maupun secara komunal yang diangkut oleh petugas RT/RW dengan mengunakan
gerobak sampah ketempat pembuangan sampah sementara yang berupa kontainer, atau berupa
bak sampah. Kontainer dan bak sampah ini disebut TPS.
Sistem pengumpulan sampah dari mulai sumber sampah sampai ketempat pembuangan sampah
sementara (TPSS) dapat dijelaskan sebagai berikut : Sampah dari sumber sampah diangkut
dengan gerobak sampah ketempat pembuangan sementara (TPS), dari TPS sampah diangkut
dengan truck sampah (dump truck dan armrool truck) ke TPA. Untuk daerah yang berlokasi di
jalan protokol, daerah komersial, dan daerah komplek perkantoran, sampah dari sumbernya
langsung diangkut ke TPA dengan truck sampah (dump truck dan armrool truck)
Sub-sub sistem pengangkutan
Sarana angkutan untuk mengangkut sampah dari sumber sampah ketempat pembuangan sampah
sementara (TPSS) adalah gerobak sampah. Dari TPS baik yang permanen maupun yang tidak
permanen dan dari sumber sampah langsung (sistem door to door) sampah diangkut ke TPA
dengan menggunakan sarana angkutan berupa : dump truk, armrol truk, dan Pickup L300.
Jumlah dump truk yang ada sebanyak 15 buah dengan kondisi baik, dan jumlah armrool truk
sebayak 4 buah dengan kondisi baik, serta pickup L 300 sebanyak 1 buah dalam kondisi baik.
Tabel 3.17 Lokasi Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kecamatan
Kasihan
Kasihan
Kasihan
Kasihan
Kasihan
Kasihan
Kasihan

Lokasi TPS
Jln. Sumberan - Tambak
Jl. Raya Madukismo
Padokan- Sonosewu
Winongo Madukismo
Jl. Kasongan-Kembaran
Jl.Kembaran-Karangjati
Jl. Kasongan

Keterangan
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS

Jumlah
1
1
1
1
1
1
1

III - 43

8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.

Kasihan
Kasihan
Kasihan
Gamping
Sewon
Sewon
Bantul
Bantul
Bantul
Bantul
Bantul
Pajangan
Pajangan
Pajangan
Pandak
Pandak
Srandakan
Banguntapan
Piyungan
Piyungan
Piyungan
Imogiri
Imogir
Imogir
Kretek
Kretek
Kretek
Kretek
Kretek
Kretek
Kretek

Jl.Kaliputih-Miri
Jl.Yogya-Bantul
Jl.Sumberan-Tambak
Jl.Patran-Onggobayan
Jl.Krapyak-Glugo
Jl.Ngentak-Mrisi
Jl.Badegan-Melikan Kidul
Jl.Gadean-Ringinharjo
Jl.Badegan-Dukuh
Jl.Yogya-Bantul
Jl.Bantul-Srandakan
Jl. Kalnggan-Kagrokan
Jl.Kembanggeda-Kalakijo
Jl.Pijenan-Kedungbiru
Jl.Jodog-Pasarjodog
Pandak
Jl.Bantul-Srandakan
Jl.Kotagede-Jogoragan
Jl.Payak-Krasakan
Jl.Gunung Pgaet-Mandungan
Pasar Piyungan-Ngijo
Jl.Dengkeng-Plencing
Jl. Barongan Ngenggarjoyo
Jl. Dawung Makam Imogiri
Jln. Imogiri Manguran
Jln. Kretek Depok
Jln. Semir Bulu
Jln. Depok Parangkusumo
Jln. Delapan Parangtritis
Jln. Dengkeng Plencing
Jln. Sindet - Plencing

TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS
TPS

1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Sumber : DPU Kabupaten Bantul tahun 2005.

a. Pelayanan Umum

RT

RT

Gerobag
Sampah

RT

TPS/
LPS

Dump Truk
Armroll Truk

TPA/
LPA

RT

Tanggung Jawab
Masyarakat

Tanggung Jawab Pemerintah Daerah

III - 44

b. Door to door
RT

RT

Truk
Sampah

RT

TPA/
LPA

RT

Sumber data : UPTD Kebersihan, Dinas Pekerjaan Umum, Kabupaten Bantul.

Gambar 3.15 Skema Pola Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah Kab. Bantul
Sub-sub sistem pengolahan
Tidak semua sampah dari sumber sampah diangkut ke tempat pengolaha akhir (TPA), sebagian
dilakukan pengolahan diantaranya adalah sebagai berikut :

Pengolahan secara individu, ada yang dibakar, dikubur, dan dibuang ke badan air.

Sub-sub sistem pembuangan akhir


Sampah dari Kabupaten Bantul, baik sampah organik maupun sampah anorganik, bahkan
sampah B3 (bahan buangan beracun), dibuang ketempat pembungan akhir sampah (TPA) yang
berlokasi di wilayah piyungan, tepatnya di Desa Sitimulyo, Kelurahan Pleret, Kecamatan
Piyungan, Kabupatem Bantul, yang berjarak 15 km dari pusat Kabupaten Bantul kearah timur.
Sumber-Sumber Sampah Kabupaten Bantul dan Pengelolaannya
Sumber-sumber sampah di Kabupaten Bantul antara lain berasal dari :
1.

Sampah Permukiman, Sampah ini berasal dari rumah tangga perkampungan maupun
permukiman jalan protokol. Sampah ini berasal dari aktivitas dapur, sampah pohon di
halaman maupun kegiatan rumah tangga lain. Sampah permukiman ada yang diolah
secara individu dengan cara dibakar, dikubur, dan dibuang ke badan air. Ada juga yang
dengan cara dikumpulkan ke RT dan diangkut ke TPS dan dibawa ke TPA

2.

Sampah Pasar Tradisional, Merupakan sampah dari kegiatan pasar, baik sisa bahan
pembungkus maupun sisa bahan-bahan yang diperjualbelikan yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi. Kebanyakan merupakan sisa sayur-mayur dan buah-buahan. Untuk
pengelolaannya dikumpulkan di TPS yang ada di pasar dankemudian diangkut ke TPA
Piyungan.

III - 45

3.

Sampah Rumah Sakit, Merupakan sampah yang berasal dari aktifitas rumah sakit baik
ternasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah yang
dibuang di TPA adalah sampah jenis non B3 dan untuk sampah medisnya dimusnahkan
dengan incinerator yang dimiliki oleh RSUD Kabupaten Bantul.

4.

Sampah Industri, Sampah jenis ini berasal dari sisa-sisa aktifitas pemrosesan di
industri. Sampah dari kawasan ini yang dihasilkan dan dibuang ke TPA adalah sampah
jenis non B3.

5.

Sampah Jalan, Merupakan sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara
kendaraan maupun berasal dari pengguna jalan yang lain. Sampah jalan ditangani oleh
penyapu jalan baik dalam pengumpulan maupun pengangkutan untuk kemudian juga
dibuang ke TPA.
Tabel 3.18 Kondisi Persampahan Kabupaten Bantul
"% $"

! " "

%
$

"' "

"

&

$ &

"
5
&
1$

$ &

4 &

$ & 4-

! *

$ & $

&

&
6

!
*

4-

! *
&
()
! *

.$"
*
8
%
%
%

$ &
$ &

&

&

!"

.$"
%
%
9
%
.$"
%
%
9

&
!*
!- &
"
.$"
&
!*
& 67
&
! & #%
!
&

&
!
6
&6%
!*
&

#5
!
&
6 *

()
!*
!
!
()
!*
!

&
!
&

!
"

& #
&

+ ()
&
-

& #
& #"$%
"

&

&
.$"

&

!*
"

*
&

& #
! & #
+ ()
!

& #
&
"$%#%
!
! 4
&
&
7
*
"
.$" ()

&
$ & 5

&

!
6
! 63
* 2#$
()! &
* " )! # 0
&
"$%

$
*
%
$ & 3

$
$ &

& #%
!
% &
&
7
*
"
.$" ()

!
"
&#
!
"
&#
!

III - 46

"% $"

! " "

%
$

"

$ &

"' "
&
% 7

$ & $-

$-

$ & $*

$*

$*

$ & $

$ & %

$ & ;

$ & 8

$ & "

5 *

"
%
&

%
;

$*

&

$
&
$
3 * $*

&
0&

&

$*

$
%

"

"

$
$

$
&

! -

%
%

&

&

&!

!*
!
"$%

&

& #0 *
!
&#$
&
!
&
& #%
!
"
.$" ()
%
!
&
& #%
!
"
.$" ()
! %
%
!
&
& #%
!
"
.$" ()
! % & 64
%
!
&
& #%
!
"
.$" ()
!
&#"$%
:&
*
!
%
!
&
& #%
!
"
.$" ()
! % &
%
!*
&
& #0 *
!
&
!
&#" &
&
!#%
!
"
.$" +
()
%
!
&
& 6! *
#
%
!
"
.$" ()
!
9
%
!
&
&
7
&
6&
!
&
&
!*
#
%
!
"
.$" ()
!
%
%
!
&
$ &
7
*
&#
!
+ ()
%
!
&
7
$
&
$
#
!
()
&
! %
%
!
&
7
$
&
$
#
!
.$"
& !
!
%
!
&
7
&
#%
!
&
!
*
- #
!
.$" (
&
! %
6
&
%
!
&
7
&
#%
!
&
!
!
()
&
! % &
%
!
&
7
&
#
!
7
&
!&
#
&
!
&
!#
!
()
&
! % &
%
!*
&
&
7
*
&#
%
!
&
"$% &

III - 47

"% $"

! " "

%
$

&

"' "

"
! -

&

&
7 &
%
!
$ & 8

% 5 *

%
&

!
<

$*

$*

7 7

&=

"
%
%

!*
!

%
8
*
%
-

!
&

%
%

$*

%
$*

&

&
"$%

&

&

"

! -

% 7

%
%

&

$$ -

3 7 &

$ & & &$ *

9% $

9%

&

> &

>

*!

"

$ -

$*

&#

&

&
!

&

&
&
!*
!
7
!

7
&

&

!
!

&

"$% $ &

&

4
*

*
!&
*
+ ()

&

&
#" &
"
.$"
*

"

% %

&

#
<

&
&
6
&

()
*

95 $

7
&

<

&#

7 &
!
6%

!6
%
69
! ()
&7

&
!
& 6
!
6 %
69 6%
&
! ()

.$" ()
*
! %
6
&6& #
%
!
&
% %
&
#%
!
&
1
+
26
*
#
%
!
&
$
&*
&
!#
()
&
! %
%
!
&
$ & & &#$ 7
& #
.$" ()
! 9
%
!
&
9
! % #$ 7
& #
.$" ()
! %
%
!
&
9
! % #$ 7
&
!
&
&
*
"
.$" ()
!

&*
&

&

#%
!"

!
.$"

!
!

"

!
!

"
!

#
%

!
9

Sumber: Penyusunan Masterplan Pengelolaan Persampahan Kabupaten Bantul, 2010

III - 48

Gambar 3.16 Peta Leta k TPA, Sebaran TPS dan Pembungan sampah Ilegal serta Sampah Limbah Cair

III - 49

SARANA PENGOLAHAN
Belum ada instalasi pengkomposan, instalasi pembakaran sampah dan belum ada instalasi daur
ulang sampah.
KONDISI EKSITING PRASARANA DAN SARANA PERSAMPAHAN KABUPATEN
BANTUL
Aspek teknis dan teknologi dalam pengelolaan sampah di Kabupaten Bantul salah satunya
didukung oleh prasarana dan sarana persampahan yang ada.
Kondisi eksiting prasarana dan sarana persampahan Kabupaten Bantul
Tabel 3.19 Sarana Pengumpulan Sampah
No
1
2
3

Jenis
Gerobak/Becak sampah
Becak motor
TPS

12
1
80

jumlah

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul


Tabel 3.20 Sarana Pemindahan Sampah
No
1
2

Jenis Sarana
Transfer Depo
Transfer Station

Jumlah

3
-

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul


Tabel 3.21 Sarana Pengangkutan Sampah
No
1
2
3
4
5
6

Jenis Angkutan
Dump truk
Arm Roll Truck
Compactor truck
Trailer Truck
Truck bak Kayu
Mimi truck

Volume ( M3)

8
4-6

8
6

Jumlah

Kondisi
Sedang
Sedang

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul

III - 50

Tabel 3.22. Prasarana dan Sarana Persampahan Kabupaten Bantul


No

Pengelolaan prasarana dan


sarana

1.

Pewadahan

Volume
(unit)

Kapasitas

a Bin/ Tong sampah


2.

Pengumpulan
a Gerobak Sampah
b Becak Sampah
c Dan lain-lain/ Becak M otor

3.

Penampungan Sementara
a Transfer Depo
b Container
c Pasangan Bata (TPS)
d Bak Kayu
e Tanah Terbuka

4.

Pengangkutan
a Dump Truck
b Arm Roll Truck

5.

Pengolahan
a Pengomposan
b Daur Ulang

6.

Pembuangan Akhir
a Alat Berat

Buldoser
Exavator
Wheel Loadre
Dump Truck
Tangki air
b Luas Area
7.

Pengendalian Pencemaran
a Leachate Treatment
b Buffer Zone
c Saluran Pembuangan air lindi

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul, 2008

III - 51

TABEL 3.23 DAFTAR INVENTARIS PERALATAN DAN ALAT-ALAT BANTU


UPTD KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN
DINAS P.U. KABUPATEN BANTUL
TAHUN ANGGARAN 2009

NO.
JENIS BARANG
1
2
1 Ms. Pt. Dorong
2 Ms. Pt. Dorong
3 Ms. Pt. Dorong
4 Ms. Pt. Dorong
5 Ms. Pt. Dorong
6 Ms. Pt. Gendong
7 Ms. Pt. Gendong
8 Ms. Pt. Gendong
9 Ms. Pt. Gendong
10 Ms. Pt. Gendong
11 Ms. Pt. Gendong
12 Genset (1)
13 Genset (2)
14 Compresor (1)
15 Temper Vibriator
16 Mesin Air

MEREK / TYPE
3

CC
4
50
70
70
70
70

Yanmar/TS230N-dl
Perkin 50hz1500 rpm
P 90 L/2
Honda G2000
Honda GX 160

WARNA RANGKA
5
6
Merah
Merah
Merah
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Orange
Merah
290 KVU Biru
4 PK
Orange
Abu-abu
Kuning

NOMOR
MESIN
7

2350085
3507 V 930370 Y
13144007
681223
4526192

TAHUN
8
1993
1995
1995
2008
2008
1994
1994
1994
1994
2008
2008
1994
1995
1995
1996
1997

KETERANGAN
9
Rusak
Rusak
Baik
Baik
Baik
Rusak
Rusak
Rusak
Rusak
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Rusak
Rusak

TABEL 3.24. DAFTAR INVENTARIS PERALATAN DAN ALAT-ALAT BANTU


UPT KEBERSIHAN, PERTAMANAN, PERSAMPAHAN DAN PERMAKAMAN
DINAS P.U KABUPATEN BANTUL
TAHUN ANGGARAN 2010
<

4' ;% 0 90 3

5 '9 )"?$'

//

8 09 0

<5 <9
90 3 0

"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
"
5

;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
;%. @. "
0 ;> 0"%.
0 ;> 0"%.
0 ;> 0"%.
0 ;> 0"%.
0 ;> 0"%.
>; <
>; <
>; <
A;0 9
"> '9'

'
'
'
'
'

"0
"0
"0
"0
"0
#
#
#
#

. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
$
. ; 3
. ; 3
. ; 3
. ; 3
. ; 3
> ;40. 5 4'/ 4'
> ;40. 5 4'/ 4'
> ;40. 5 4'/ 4'
> ;"05
5 3 9A 9 "0
$.";>

"0> .

<5 <9
$ ;%;

5 '%;

8
8
8

" 4
" 4
"5 4
;B =5 3

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0%0
.%.

0 $ 05
;
$ $
.
$ $
.
$ $
$0
$ $
$ $
$ $
$ $
$ "
$ $
$ $
;
$ $
;
$ $
.
$ $
.
$ $
.
$ $
.
$.
.
$.
.
$.
.
$.
$.

<

0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;
0;

;%;

'"'90 30

"0 3 ;0;9
.5 $ "9.
.5 $ "9.
.5 $ "9.
0 95 9< "9.
0 95 9< "9.
0 95 9< "9.
"0 3 ;"; 40
.5 $ "9.
0 95 9< "9.
0 95 9< "9.
.5 $ "9.
.5 $ "9.
.5 $ "9.
"0 3 ;0;9
.5 $ "9.
"0 3 ;0;9
"0 3 ;0;9
0 95 9< "9.
9< 0 ";30
8 > 0 ? < 0 '9

,
&
&
9 &

Sumber:

!
!
!

UPT Kebersihan, Pertamanan, Persampahan, dan Pemakaman Kabupaten Bantul


Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul

III - 52

Tabel 3.25. Prasarana dan Sarana Persampahan Badan Lingkungan Hidup


No

Volume
(unit)

Pengelolaan prasarana dan sarana

5 & $

!&

Tahun
pengadaan

Kondisi

Lokasi

!&
%

&

&
&!
1$

%
:
:
5 &
5 &

* $
* C
$
$

!
!

& )&
&

!&
!&
!&
!&
4 &6

&

6 &!
3

&

5 & $

6 %
%5 $ $
6
&
6"$%9"
%
6%5
6
5; 4"
6
!&

9
"

6
2

!
*

&5

&

!&

&

Sumber : Badan Lingkungan Hidup

TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)


a) Luas TPA:12,5 Ha
b) Alamat lengkap lokasi TPA Ngablak, Sitimulyo, Piyungan Bantul
c) Kondisi Eksisting Prasarana dan Sarana Persampahan di TPA
Tabel .3.26 Kondisi Eksisting Prasarana dan Sarana Persampahan di TPA Kabupaten Bantul
No
Jenis Sarana prasarana/alat
Jumlah/volume
1
Buldoser
3
2
Exavator
1
3
Wheel Loadre
1
4
Dump Truck
1
5
Tangki air
1
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul

Sedang
Sedang
Sedang
Baik
Baik

Kondisi

d) Jumlah tenaga kerja di TPA sebanyak:


Pekerja Harian Lepas (PHL)

: 26 orang

PNS

: 14 orang

III - 53

Tempat Pemrosesan (Pembuangan) Akhir Sampah (TPAS)


Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Piyungan terletak di Kabupaten Bantul, 16
km sebelah tenggara pusat Kota Yogyakarta. Tepatnya di Dusun Ngablak, Desa Sitimulyo,
Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pembangunan TPA ini dilakukan
pada tahun 1992 dan mulai dioperasikan tahun 1995 di atas tanah seluas 13 hektar dengan
kapasitas 2,7 juta meter kubik sampah. Masa penggunaannya diperkirakan mencapai 10
tahun, dengan asumsi prosentase daur ulang 20%. Apabila prosentase daur ulangnya dapat
ditingkatkan menjadi 50 % maka masa penggunaannya bisa mencapai 13 tahun. TPA
Piyungan di bangun dalam tiga tahapan, tahap I dengan kapasitas sampah sebesar 200.000
meter kubik yang berakhir pada tahun 2000. Tahap II dengan kapasitas sampah sebesar
400.000 meter kubik yang berakhir pada tahun 2006 dan tahap III dengan kapasitas
sampah sebesar 700.000 meter kubik pada tahun 2014.
TPA Piyungan merupakan titik akhir pembuangan sampah yang dihasilkan warga tiga
wilayah di Yogyakarta yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul,
yang dalam seharinya bisa mencapai 200-300 ton sampah. TPA ini dikelola melalaui
SEKBER KARTAMANTUL yang memfasilitasi Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman
dan Kabupaten Bantul dalam berkoordinasi dan menentukan kebijakan yang akan diambil
dalam pengelolaan sampah di TPA Piyungan. Dasar hukum dari kerjasama antar
pemerintah daerah tersebut dituangkan dalam perjanjian Nomor: 07/Perj/Bt/2001,
05/PK.KDH/2001, dan 02/PK/2001 tentang Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Sampah di Piyungan Kabupaten Bantul. Perjanjian kerjasama ini dibuat atas dasar
saling membantu dan menguntungkan dalam pengelolaan operasi dan pemeliharaan
prasarana dan sarana TPA dengan tujuan agar pemanfaatan, pengelolaan dan
pengembangan TPA dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta memenuhi standar
teknis lingkungan.
Metoda pengolahan sampah di TPA Piyungan di disain menggunakan sistem Sanitary
Landfill, yaitu tumpukan sampah dilapisi dengan timbunan tanah, serta terdapat kolam
pengolahan leachate, pipa pengendali gas buang, sistem drainase dan lapisan kedap air.
Saat ini, operasional di TPA Piyungan dilakukan secara control landfill / open dumping.
Penutupan sampah tidak dilakukan atau dilakukan tidak secara periodik (kadang-kadang)

III - 54

Kapasitas TPA Piyungan mampu menampung 2,7 juta m3 sampah, masa penggunaan 10
tahun, dengan asumsi prosentase daur ulang 20 %. Apabila prosentase daur ulang dapat
ditingkatkan menjadi 50 % maka masa penggunaannya mencapai 13 tahun.
Adapun fasilitas
litas yang terdapat di TPA Piyungan adalah:
1.

Tempat penyimpanan tanah penutup (cover soil),

2.

Jalan operasional, dari jalan masuk sampai pada lokasi TPA,

3.

Sistem drainase untuk menampung air lindi,

4.

Instalasi pengolahan air lindi,

5.

Ventilasi untuk membuang gas yang terbentuk di TPA,

6.

Saluran air hujan sekeliling TPA,

7.

Dermaga tempat pembuangan sampah,

8.

Penyediaan air bersih,

9.

Listrik Bangunan operasional (seperti: kantor, garasi, bengkel, jembatan timbang


dan pos jaga),

10.

Alat berat (bulldozer, wheel loader, excavator,


excavator, dumptruck & water tank truck),
Bachoe Loader 1Unit.
1Unit

Gambar 3.17.
Pengolahan Air Lindi TPA Piyungan

III - 55

Gambar 3.18.
Layout TPA Piyungan

Pentahapan Pembangunan TPA


TPA Sampah Piyungan dibangun dalam 3 tahapan, yaitu :
Tahap I dengan kapasitas sampah sebesar 200.00 m3, berakhir pada tahun 2000
Tahap II dengan kapasitas sampah sebesar 400.000 m3, berakhir pada tahun 2006,
dan
Tahap III dengan kapasitas sampah sebesar 700.000 m3, berakhir pada tahun 2014.

III - 56

Gambar 3.19 Pentahapan Pembangunan TPA Piyungan

3.2.11. Peran Serta Masyarakat Dan Gender Dalam Pengelolaan Sampah


Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berupa penanganan sampah di rumah
masing-masing, tetapi belum dilakukan pemilahan di tingkat rumah tangga belum ada
partisipasi secara khusus. Sebagian besar masyarakat melakukan pemusnahan sendiri
dengan cara ditimbun atau dibakar, terutama pada permukiman dengan tingkat kepadatan
penduduk yang rendah. Dibuang ke sungai atau lahan kosong, Belum seluruhnya
melakukan pemilahan, Baru sebagian kecil masyarakat yang melakukan 3 R (Reduce,
Reuse, Recycle)
Umumnya pada pengelolaan sampah sudah ada

keterlibatan perempuan sejak dari

tingkat rumah tangga sampai tingkat kelurahan dan kecamatan. Akan tetapi hampir
III - 57

semua perencanaan pembangunan masih didominasi oleh laki-laki.


TABEL 3.27 KELOMPOK MASYARAKAT PENGELOLA SAMPAH (3R)
No
Nama KSM
1
Mekar Abadi

2
3
4
5
6

Indrya Paramita
Sri Asih
Bina Asih

7
8

Bengkel Kesling
Ngudi Mandiri

9
10

Pasar Bantul
-

11

12
13
14
15

Sidodadi

16
17
18
19
20
21

Volume Yang Diolah


Pengomposan 30-40 kg/bln, daur
ulang sampah plastik, pembuatan
briket arang 10 kg/hari, sampah
organik 30 kg/hari

Pengomposan 3 ton/hari (sampuran


pupuk kandang dan sampah
organik)
1,5 ton/hari
Briket dari Kulit kacang 50kg/hari

Alamat
Metes, Argorejo, Sedayu

Argorejo, Sedayu
Sribitan, Kasihan
Sonopakis, Ngestiharjo, Kasihan
Soragan, Ngestiharjo, Kasihan
Gunung sempu, Tamantirto, Kasihan
Badegan, Bantul
Serut, Palbapang, Bantul
Bantul, Bantul
Plebengan, Sidomulyo,
Bambanglipuro
Sabrang, Sumbermulyo,
Bambanglipuro
Pleret
Jejeran, Pleret
Salakan, Pleret
Kenalan, Ngalren, Potorono,
Banguntapan
Ngijo, sitimulyo, Piyungan
Terong I, Terong, Dlingo
Pokoh, Dlingo
Klepu, Dlingo
Karangtalun, Imogiri
Wukirsari, Imogiri

3.2.12. Permasalahan
Permasalahan persampahan
Permasalahan persampahan di Kabupaten Bantul antara lain:
1.

Kesadaran masayarakat

pembuangan liar diberbagai tempat misalnya pinggir jalan, lahan kosong, sungai/saluran
irigasi/saluran drainase.

Masyarakat sebagian masih membakar sampah

Kesadaran masyarakat dalam membuang dan mengelola sampah yang dihasilkan


belum memenuhi harapan, demikian pula dalam pembayaran restribusi.

2.

Kelembagaan

Ketrampilan pada pelaksana pengelolaan persampahan dirasa kurang

III - 58

3.

Persoalan tenaga yang kurang, kebanyakan masih tenaga lepas.

Teknis dan Operasional

Belum ada Masterplan

Volume sampah yang semakin banyak dan tidak dapat ditangani secara baik oleh berbagai
pihak baik pemerintah, swasta, masyarakat sehingga menimbulkan munculnya
pembuangan liar diberbagai tempat misalnya pinggir jalan, lahan kosong, sungai/saluran
irigasi/saluran drainase.

Sarana angkutan telah berumur sehingga kemampuan operasi terbatas.

Masih ada TPS liar yang terdapat di tepi jalan dan sungai.

Terbatasnya sarana dan prasararana

Pengelolaan sampah di TPA memerlukan alat berat dalam pengangkutan dan


mendapatkan tanah urug akan merupakan persoalan dimasa mendatang.

3.4. PENGELOLAAN DRAINASE


Kondisi Umum
Kondisi umum drainase di Kabupaten Bantul.
Kondisi umum drainase di Kabupaten Bantul secara umum hampir sama yaitu:
a. Belum adanya masterplan dan DED diwilayah tersebut sehingga perencanaan dan
penanganan drainase belum optimal.
b. Secara umum masyarakat menangani drainase diwilayahnya dengan cara gotong
royong
c. Masih ada beberapa genangan di wilayah tersebut
d. Kesadaran masyarakat dalam rutinitas pemeliharaan masih kurang dalam hal ini
belum adakejelasan kewenangan dalam pemeliharaan drainase.

3.4.1.Aspek Hukum
1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan
Pemukiman
2.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang


Pengaturan Air.

3.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.

4.

Keputusan

Menteri

Lingkungan

Hidup

Republik

Indonesia

Nomor

35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.

III - 59

5.

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2004-2014.

6.

Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis
Pengelolaan Drainase Perkotaan.

7.

Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi.

8.

Peraturan daerah yang secara khusus mengatur pelayanan drainase belum tersedia.

3.4.2.Aspek Institusional
Instansi Pemerintah Kabupaten Bantul yang menangani dan terkait dalam pengelolaan
drainase adalah adalah Sub Dinas Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bantul
3.4.3.Aspek Cakupan Layanan
Sasaran pelayanan sistem drainase kota diarahkan pada :
a.

Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah genangan


diperkotaan.

b.

Pengembangan jaringan drainase, sistem polder/kolam, penampung/retensi serfa


sarana prasarana pendukung/pelengkapnya meningkatkan pelayanan sarana drainase
dan melindungi kawasan permukiman dan strategis perkotaan dari risiko genangan.

c.

Menjaga dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem drainase yang ada

Berikut adalah data mengenai genangan


Genangan dengan parameter luas genangan, tinggi genangan, dan lamanya genangan
merupakan permasalahan utama yang menjadi fokus perhatian studi. Terjadinya genangan
pada beberapa lokasi di wilayah studi secara pasti akan menimbulkan permasalahan
berkelanjutan pada system interaksi sosial, ekonomi, budaya, dan aspek interkasi
masyarakat lainnya. Dari hasil inventarisasi terdapat 89 lokasi genangan di Kabupaten
Bantul. Data selengkapnya mengenai lokasi, parameter genangan, dampak, dan masalah
atau penyebabnya dapat dilihat pada tabel serta gambar berikut.

III - 60

Tabel 3.28 Wilayah Genangan di Kabupaten Bantul


&
"
%
0 :

&6$
#

! 3 *
& ! &!

C3
1- 2 =

&1> 0 2
#

& 4
!

$
$

63
&

& *

& *

&
%
4
%
%
%
$
4 #$

&

5
%

>

9 &

(
;

&

+
+

#
#

+
+

+
+

+
! 4#

#
#

+
+

+
+

& &
!
&
%
&
%
&
3

&

48 -+
4 #4
1

&
+

&

&

&

&

&
&6

&

&
&
- !
&
- !
& *

&

$
14 #;

2
2

+
+

#
#

+
+

+
+

%
&
%
%
&

&
-

&! -

&! -

&

&

Sumber: DED Drainase Aglomerasi Perkotaan


Dari hasil inventarisasi serta informasi dari berbagai sumber, penyebab terjadinya
genangan tersebut antara lain adalah :
Luapan dari system pembuang yang ada sebagai akibat pendangkalan, penyempitan dan
penyumbatan oleh sampah;
Luapan akibat gorong gorong, sypon, dan pintu pengatur tersumbat atau tidak berfungsi;
Inlet saluran tidak tepat posisinya, terlalu tinggi dan sering tersumbat oleh pasir/tanah dan
sampah sehingga limpasan air hujan tidak bisa/kurang lancar masuk ke sistem saluran
drainase yang ada.
Luapan akibat penggunaan bantaran sungai untuk kepentingan yang tidak semestinya;
Akibat aliran permukaan (debit run off) pada saat hujan yang tidak bisa segera dibuang
atau dialirkan ke sungai atau system pembuang yang ada, karena pada saat bersamaan
sungai yang ada sudah penuh sehingga tidak mampu menampung tambahan debit dari
aliran permukaan;
Berkurangnya luas areal resapan akibat perubahan penggunanaan lahan (untuk
permukiman, dan lain sebagainya);
Kondisi fisik jaringan drainase yang ada sudah kurang memadai, sehingga sering terjadi
kebocoran dan luapan pada tanggul saluran;
Tidak terdapatnya system (jaringan) drainase yang memadai pada kawasan atau lokasi rawan
banjir, sehingga debit akibat aliran permukaan tidak bisa dibuang/dialirkan secara cepat.
III - 61

3.4.4.Aspek Teknis
Sistem Drainase yang ada di Kabupaten Bantul terbagi menjadi 2 sistem yaitu system
drainase makro dan system drainase mikro
1. Drainase Makro
Sistem drainase induk yang ada di wilayah Kabupaten Bantul adalah sistem drainase
alam, yaitu suatu sitem yang menggunakan sungai dan anak sungai sebagai sistem
primer penerima air buangan dari saluran saluran sekunder dan tersier yang ada.
Keseluruhan sistem tersebut berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah rumah
tangga. Sebagian dari saluran drainase sekunder yang ada di DIY juga menggunakan
saluran irigasi sebagai saluran pembuangannya. Pada dasarnya terdapat 3 (sungai)
sungai utama sebagai badan penerima air akhir di wilayah DIY. Sungai sungai
tersebut membelah wilayah studi dari sisi utara ke sisi selatan dan bermuara di
Samudera Hindia.

Gambar 3. 20 Sungai Sebagai Pembuang Utama di Propinsi DIY

III - 62

Sungai utama dimaksud adalah :


a. Sungai Opak
b. Sungai Progo
c. Sungai Serang
Sungai Opak menyusuri wilayah studi dari arah timur laut ke arah barat daya
melintasi wilayah Kabupaten Bantul dan Kabupaten Bantul. Luas DAS sungai Opak
dengan anak anak sungainya secara keseluruhan 1465 Km2, sedangkan area
pelayanan untuk sistem drainase yang terkait dengan wilayah studi 1172 Km2.
Panjang alur sungai Opak secara keseluruhan adalah 65. Sistem jaringan sungai
Opak terdiri dari Sungai Opak dan 13 (tiga belas) anak sungai. Anak sungai yang
bermuara di Sungai Opak adalah :
1. Sungai Winongo Kecil

22,25 km

2. Sungai Winongo

43,75 km

3. Sungai Oyo

106,75 km

4. Sungai Code

39,00 km

5.Sungai Gajahwong

21,00 km

6.Sungai Pesing

8,25 km

7.Sungai Tambakbayan

24,00 km

8.Sungai Kuning

30,50 km

9.Sungai Ngijo

15,00 km

10.Sungai Tepus

23,00 km

11.Sungai Wareng

10,50 km

12.Sungai Gendol

16,50 km

13.Sungai Bening

12,50 km

Selain sungai sungai tersebut dalam sistem DAS Opak juga terdapat Embung
Tambakboyo sebagai badan penerima air yang sekarang masih dalam tahap
pembangunan konstruksinya oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Sungai Progo
yang menyusuri perbatasan antara Kabupaten Kulon Progo dengan Kabupaten Bantul
III - 63

merupakan badan penerima air utama untuk wilayah barat Kabupaten Bantul dan
Kabupaten Bantul serta Kabupaten Kulon Progo. Panjang alur sungai di wilayah studi
138,00 km merupakan sungai terpanjang di wilayah studi. Area pelayanan sungai
Progo dengan anak anak sungainya secara keseluruhan adalah 761,67 Km2. Sistem
jaringan sungai Progo terdiri dari Sungai Progo dan 10 (sepuluh) anak sungai. Anak
sungai yang bermuara di Sungai Progo antara lain adalah :
1.

Sungai Bedog

42,00 km

2.

Sungai Konteng

34,00 km

3.

Sungai Sudu

18,75 km

4.

Sungai Tinalah

15,12 km

5.

Sungai Klegung

11,00 km

6.

Sungai Putih

11,00 km

7.

Sungai Krasak

21,00 km

8.

Sungai Diro

7,25 km

9.

Sungai Galur

15,00 km

10.

Sungai Papah

20,00 km

Wilayah Kabupaten Bantul sistem pembuang utama dilayani oleh sistem pembuang
sungai Opak dan sungai Progo. Secara topografis, Kabupaten Bantul terbagi menjadi
daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan utara, daerah perbukitan yang
terletak pada bagian timur dan barat serta daerah pantai yang terletak pada bagian
selatan. Wilayah Kabupaten Bantul dilewati oleh tiga sungai utama yaitu sungai
Opak, Oya, dan Progo. Ketiga sungai ini dimanfaatkan untuk pasokan irigasi serta
tambang pasir dan batu.

III - 64

Gambar 3.21 Sistem Drainase Utama (Sungai) di Kabupaten Bantul

Kemiringan tanah yang relatif kecil dan posisinya sebagai daerah hilir dari kawasan
yang lebih tinggi dengan aliran sungai sungai yang alurnya dimulai dari Kabupaten
Sleman, melintasi Kota Yogyakarta dan berakhir di Pantai Selatan Bantul, menjadikan
kawasan selatan Bantul rawan banjir. Melihat tata guna lahan dimana kawasan
perkampungan hanya 7,24 % dari luas area secara keseluruhan, maka sistem resapan
masih bisa menjadi andalan bagi sistem drainase makro di Kabupaten Bantul.
Meskipun demikian karena kemiringan lahan yang relatif kecil, kawasan ini
memerlukan sistem pembuang dengan dimensi hidrolis yang optimal.

2. Drainase Mikro
Disamping sungai sungai tersebut di atas, terdapat juga saluran saluran pembuang
dari pusat pusat daerah tangkapan di dalam kota atau wilayah permukiman ke
sungai dan atau anak sungai yang dikategorikan sebagai saluran sekunder atau primer.
Drainase mikro berupa saluran saluran pembuang dari suatu kawasan, dimana
sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan limbah

III - 65

rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang
ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan.
Secara umum jaringan drainase yang ada berupa saluran alami dan saluran buatan,
baik saluran terbuka atau tertutup, saluran pasangan/beton maupun saluran galian
tanah. Saluran drainase yang ada sebagian besar menjadi satu dengan saluran drainase
jalan. Hasil pengamatan lapangan terhadap saluran eksisting yang ada di setiap
kabupaten/kota adalah sebagai berikut :

Genangan yang terjadi kebanyakan disebabkan oleh kapasitas saluran kurang, dan
kurangnya tali air, terutama disepanjang saluran yang ada di sisi jalan;

Selain itu juga disebabkan oleh kurangnya perawatan, sehingga banyak gorong
gorong dan tali air yang tersumbat.

Sistem saluran yang ada belum ter-integrasi secara baik, terutama dalam rumusan
kapasitas saluran terhadap area yang dilayani, sehingga ada saluran yang melayani
area terlalu luas.

Masalah kemiringan dasar saluran juga memerlukan penanganan. Perubahan


kemiringan tersebut kemungkinan disebabkan oleh adanya sedimentasi.

Kerusakan kerusakan pada saluran dan gorong gorong juga menjadi salah satu
penyebab yang menimbulkan genangan.

Sedimentasi dan timbunan sampah merupakan masalah yang ditemui di lapangan.

Inlet saluran tidak berfungsi dengan baik, sehingga limpasan air permukaan tidak
dapat masuk dengan lancar ke saluran yang ada.

Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga dan merawat


kebersihan saluran.

Dari data yang ada pada Sistem Informasi Basis Data Drainase (SIBD) Direktorat
Jenderal Cipta Karya (DJCK) Departemen Pekerjaan Umum panjang drainase mikro
di wilayah Kabupaten Bantul sepanjang 236,92 km, yang terdiri dari saluran primer
sepanjang 87,25 km dan saluran sekunder 139,67 km. Type konstruksi saluran
yang ada berupa saluran pasangan batu (terbuka dan tertutup), saluran beton serta
saluran yang masih berupa galian tanah. Dimensi saluran yang ada lebar bawah antara
35 120 cm, lebar atas antara 40 150 cm, serta kedalaman (H) antara 60 150 cm.
Gambaran selengkapnya mengenai jaringan drainase yang ada di Kabupaten Bantul
dapat dilihat pada gambar berikut.

III - 66

Drainase mikro berupa saluran saluran pembuang dari suatu kawasan, dimana
sistem yang ada masih menjadi satu antara pembuangan air hujan dengan limbah
rumah tangga. Pada umumnya saluran drainase yang ada mengikuti alur jalan yang
ada dan belum terbagi menurut hirarki sistem aliran maupun sistem blok pelayanan.
Secara umum jaringan drainase yang ada berupa saluran alami dan saluran buatan,
baik saluran terbuka atau tertutup, saluran pasangan/beton maupun saluran galian
tanah. Saluran drainase yang ada sebagian besar menjadi satu dengan saluran drainase
jalan.

Gambar 3.22 Jaringan Drainase Eksisting di Kabupaten Bantul

Dengan luas wilayah Kabupaten Bantul 506,85 km2 , maka nilai aksesibilitas
wilayah terhadap system drainase mikro 0,47 km/km2. Angka ini masih di bawah
angka ideal yang besarnya sekitar 1,5 2,5 km/km2 untuk kawasan rural. Secara
umum dapat kita katakan bahwa Kabupaten Bantul masih membutuhkan penambahan
saluran drainase mikro sepanjang 500 800 km.

III - 67

Gambar 3.23. Sistem Drainase Kabupaten Bantul

Sumber : Triple A
III - 68

Panjang saluran drainase pada Aglomerasi Perkotaan untuk Kabupaten bantul adalah sepanjang
222.347 yang terdiri dari saluran tertutup dan terbuka dengan berbagai dimensi lebar
40,50,60,70,80,100,120 dan >120 cm.
3.4.5.Aspek Peran Serta Masyarakat Dan Gender Dalam Pengelolaan Drainase
Lingkungan
Peran serta masyarakat dan gender dalam pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten
Bantul secara keseluruhan masih kurang, hal ini terlihat dari prilaku masyarakat terhadap
pemeliharaan sarana drainase lingkungan. Akan tetapi sudah ada keterlibatan laki-laki dan
perempuan dalam pembersihan saluran drainase lingkungan yang sudah dikelola oleh
masyarakat (RT & RW) Beberapa hal masih terlihat perlaku masyarakat terhadap sarana
drainase adalah sebagai berikut :
Masih terlihat masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai jaringan
pembuangan limbah home industri tanpa melalui proses pengolahan limbah terlebih
dahulu.
Masih terlihat masyarakat memanfaatkan drainase lingkungan sebagai TPS (tempat
pembuangan sampah) yang praktis. Selain itu juga ada yang mendirikan bangunan diatas
saluran drainase terutama yang terletak dipinggir jalan,meskipun beberapa bukan
bangunan permanen.
3.4.6.Permasalahan
Permasalahan drainase di Kabupaten Bantul secara umum hampir sama yaitu:
1. Teknis dan Operasional
Perencanaan drainase masih sepotong-potong belum terintegrasi secara
menyeluruh karena belum ada master plan dan DED
Banyak saluran drainase di pinggir jalan tertutup bangunan
Tidak difungsikan sebagaimana mestinya (misal: pembuangan limbah rumah
tangga, sampah)
Belum ada pengawasan secara detail terhadap pengelolaan drainase terbangun
maupun kawasan tergenang.
Alokasi dana pemeliharaan masih sangat kurang
2. Kelembagaan
III - 69

Masih kurangnya SDM


Pengelolaan masih ditangani wilayah masing-masing belum terintegrasi
3. Peraturan Perundang-undangan
Belum ada peraturan yang mengatur secara khusus, sehingga tidak bisa
menerapkan sanksi
4. Kesadaran masayarakat

Partisipasi aktif masyarakat kurang


Belum ada Keterlibatan swasta secara langsung
3.5. PENYEDIAAN AIR BERSIH
3.5.1. Aspek Hukum
Undang-Undang Republik Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang


Pengaturan Air.

2.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan.

3.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Peraturan Menteri
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45 Tahun 1990 Tentang : Pengendalian Mutu
Air Pada Sumber Sumber Air
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 294/PRT/M/2005 Tentang Badan
Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM)
4. Peraturan

Menteri

Pekerjaan

Umum

Nomor:

18/PRT/M/2007

Tentang

Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum


Keputusan Presiden Republik Indonesia
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi
Pengelolaan Sumber Daya Air.
Keputusan Menteri Republik Indonesia
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004
III - 70

tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).


Petunjuk Teknis
1.

Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa
Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih.

2.

Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara
Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman.

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul


1. Peraturan Bupati Bantul Nomor 75 Tahun 2007 Tentang Tarif Air Minum Pada
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Bantul
3.5.2. Aspek Instansional
Pengelolaan sistem air bersih non-perpipaan dengan pembuatan sumur gali dikelola oleh
masing-masing pemilik sumur gali (keluarga), sedangkan untuk sumber air bersih dari
mata air didesa dikelola oleh pemerintah desa setempat oleh Pemerintah Desa setempat.
Sedangkan untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bantul dibentuk
atas dasar

Perda Kabupaten Bantul Nomor : 11 Tahun 1991, dengan Tugas pokoknya

adalah memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat.


Kegiatan operasional

dilihat dari sisi keuangan tidak jauh berbeda dengan tahun

sebelumnya, dimana posisi keuangan masih menunjukkan perlu perbaikan dalam


pelaksanaan kegiatan operasionalnya. Hal ini disebabkan tarip dasar air masih dibawah
harga produksi yaitu Rp. 1879,- belum mencukupi seiring dengan meningkatnya biayabiaya akibat kenaikan BBM dan TDL serta bahan pembantu lainnya. Sumber
pembiayaan dari sistem perpipaan dibiayai oleh APBD Kabupaten Bantul
3.5.3. Cakupan Layanan
Sambungan pelayanan PDAM dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2009 menunjukan
bahwa cakupan pelayanan cenderung mengalami kenaikan tiap tahunnya. Cakupan
pelayanan Tahun 2009 baru mencapai 17,08 % dari jumlah penduduk kabupaten Bantul
sebanyak 145.220 jiwa. Penambahan pelanggan rata-rata tiap tahunnya sebanyak 134
pelanggan

III - 71

Tabel 3.29 Data Perkembangan Jumlah Pelanggan PDAM di Kabupaten Bantul


Tahun 2005-2009
TAHUN

JUMLAH
PELANGGAN
(Rumah)

PENDUDUK
TERLAYANI
(Jiwa)

CAKUPAN
PELAYANAN
(%)

2005

10.632

63.792

7,83

2006

10.859

70.171

10,27

2007

11.539

96.228

11,57

2008

11.757

129.420

15,37

2009

12.797

145.220

17,08

Sumber : PDAM Bantul, 2010.

Sistem penyediaan air minum PDAM adalah dengan sistem perpipaan melayani 13
sistem,

yaitu:

Sedayu/Segoroyoso,

Kasihan,

Bangunjiwo,

Sewon/Bangunharjo,

Banguntapan, Piyungan, Guosari, Bantul/Pandak, Imogiri/Jetis, Pleret/Segoroyoso,


Srandakan/ Sanden, Bambanglipuro/Kretek dan Dlingo. Sumber air yang digunakan
adalah mata air, air tanah dan air permukaan. Cakupan pelayanan PDAM Bantul di
perkotaan pada tahun 2009 sebesar 17,08. Kapasitas produksi sebesar 175 liter/detik
dengan total pelanggan sebanyak 12.797 sambungan. Jumlah Sumber Air Baku PDAM
ada 20 buah terdiri dari 17 Sumur Dalam, 2 Buah mata Air dan 1 Buah sungai
permukaan
Ditinjau dari sisi kualitas, air minum yang bersumber dari sumur gali sebagian besar
mengandung bakteri coli, Mn dan Fe, sedangkan yang bersumber dari sumur dalam
mengandung Fe dan Mn.
Kandungan bakteri coli mengindikasikan bahwa air tersebut sudah tercemar limbah, baik
limbah rumah tangga (domestic waste water) maupun limbah industri (industrial waste
water) sedangkan kandungan Mn dan Fe disebabkan oleh faktor alam yaitu kondisi
batuan. Ditinjau dari sisi kuantitas, terdapat kecenderungan penurunan dari tahun ke
tahun kondisi
ini disebabkan antara lain berkurangnya daerah tangkapan air (catchmen area) karena
adanya perubahan fungsi lahan dan kecenderungan ekploitasi air tanah yang berlebihan.
Aspek Teknis dan Operasional
Gambaran umum sistim pelayanan air minum di Kabupaten Bantul berkaitan pengelola,
tingkat pelayanan, sumber air baku, kapasitas sub sistem,

jumlah sambungan, jam

operasi sub. sistem, kehilangan air, jam operasi pelayanan, restribusi dan tekanan pada
jaringan distribusi dapat disajikan dalam tabel berikut :

III - 72

Tabel 3.30 Gambaran Umum Sistem Pelayanan Kabupaten Bantul


No

Uraian

Satuan

1.
2.
3.

Pengelola
Tingkat Pelayanan
Sumber Air Baku

4.

Kapasitas Sub Sistem


Produksi
Kapasitas Terpasang
Kapasitas Produksi
Terjual
Jumlah Sambungan

5.
6.
7.
8.
9.

Jam Operasi Sub


Sistem Produksi
Kehilangan Air
Jam Operasi
Pelayanan
Retribusi

%
-

Sistem Non
Perpipaan
Masyarakat
42 %
Sumur Gali

Sistem
Perpipaan
PDAM
17,08 %
Air Permukaan
Sumur Dalam
Mata Air

l/dt
l/dt
l/dt
Unit

Jam/hari

250 l/dt
175 l/dt
131 l/dt
SR =12.797
HU= 294
12 jam

%
Jam/hari

24,92 %
24 Jam

Rp/m3

Rp 1.879.-

Sumber : PDAM Bantul, 2010.

PDAM Kabupaten Bantul mempunyai unit-unit pelayanan sebanyak 13 sistem IKK,


sebagaian besar sumber airnya berasal dari mata air, sumur dalam dan air permukaan.
Kegiatan produksi dan distribusinya banyak digunakan sistem perpompaan, sehingga
daya pembangkit listrik dari PLN maupun Genset Mutlak diperlukan.
Air

bersih

sistem

Sedayu/Segoroyoso,

perpipaan
Kasihan,

PDAM

Bantul

Bangunjiwo,

melayani

13

Sewon/Bangunharjo,

sistem,

yaitu:

Banguntapan,

Piyungan, Guosari, Bantul/Pandak, Imogiri/Jetis, Pleret/Segoroyoso, Srandakan/ Sanden,


Bambanglipuro/Kretek dan Dlingo. Sumber air yang digunakan adalah mata air, air tanah
dan air permukaan. Cakupan pelayanan PDAM Bantul di perkotaan pada tahun 2009
sebesar 17,08. Kapasitas produksi sebesar 175 liter/detik dengan kapasitas terpasang 250
liter/detik dengan total pelanggan sebanyak 12.797 sambungan. Prosentase kehilangan air
karena kebocoran sambungan liar/pencurian air, water meter rusak/tidak berfungsi,
pencatatan meter air yang tidak akurat adalah sebanyak 24,92 %.

III - 73

Gambar 3.24 Masterplan PDAM Kabupaten Bantul

III - 74

Gambar 3.25 Peta Jaringan Perpipaan PDAM Kabupaten Bantul

III - 75

Berdasarkan hasil ehra dengan 600 orang responden dan dilakukan di 15 kelurahan
didapatkan data bahwa sebanyak 6,8 % yang menggunakan PDAM, sumur bor sebanyak
8,9%, sumur gali tidak terlindungi sebanyak 34,9 % ,sumur gali yang terlindungi sebanyak
43,1. Untuk warga yang mengambil air dari mata air yang terlindungi sebanya 1,7%, mata
air tidak terlindungi sebanyak 1,5 %, air minum isi ulang sebanyak 0,3 %, dan air minum
kemasan sebanyak 1,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil survey ehra
bahwa warga yang menggunakan air PDAM hanya sebanyak 6,8%, sedangkan sisanya
menggunakan sumur bor, sumur gali, mata air, air minum kemasan dan air minum isi
ulang.
Berikut ini adalah skematik diagram sistem penyediaan air minum PDAM dari sumber air
sampai ke daerah pelayanan.
Gambar 3.26 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Kasihan
A. Sistem Kasihan

B. Sistem Kalipakis

III - 76

Gambar 3.27 Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Sedayu/Argorejo

Gambar 3.28 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum IKK Unit Sewon/Bangunharjo

Gambar 3.29 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Banguntapan

III - 77

Gambar 3.30 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Piyungan

Gambar 3.31 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum IKK Unit Guwosari/Pulutan

Gambar 3.32 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Bantul

Gambar 3.33 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Bangunjiwo
A. Dari Sumur Bor

III - 78

B. Dari Mata Air

Gambar 3.34 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Srandakan/Sanden

Gambar 3.35 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Kretek/Pandak

III - 79

Gambar 3.36 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK

Dlingo

Gambar 3.37 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Imogiri/Jetis

Gambar 3.38 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Unit IKK Trimulyo

III - 80

Gambar 3.39 Skematik Diagram Sistem Penyediaan Air Minum Kawasan

Selopamioro

3.5.4.Permasalahan
Permasalahan Kelembagaan:
1. Kualitas dan kuantitas SDM
Permasalahan Teknis dan Operasional
1. Besarnya angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Bantul mengakibatkan harus
mencari alternatif baru sumber air baku
2. Dengan banyaknya sistem terpisah, maka akan menimbulkan tingginya biaya operasi
dan pemeliharaan, misalnya: biaya untuk listrik.
3. Belum semua sistem yang ada dilengkapi dengan instalasi pengolahan air bersih.
4. Kondisi pipa di sebagian sistem sudah tua sehingga kadang-kadang air yang disuplai
III - 81

ke pelanggan berwarna keruh.


5. Tekanan air pada sistem transmisi dan distribusi tidak merata dan sebagian sistem
belum beroperasi selama 24jam/hari
6. Debit air dari suplay PDAM sangat kecil, sehingga tidak mencukupi kebutuhan air
bersih masyarakat di Kabupaten Bantul
7. Banyak terjadi sehingga kinerja dan usia sistem distribusi kurang efesien. Kebocoran
air sebesar 24,92 % yang dikarenakan adanya sambungan liar/pencurian air, water
meter rusak/tidak berfungsi, pencatatan meter air yang tidak akurat.
8. Kinerja dan umur sistem distribusi kurang efesien.
9. Banyak masyarakat berpendapat bahwa kualitas air PDAM kurang bagus, sehingga
masyarakat lebih mengandalkan sumber sumur dalam untuk memperoleh sumber air
bersih
Permasalahan Pembiayaan
1. Sumber pembiayaan terbatas
2. Tarif restribusi rendah
3. Perda tidak sesuai dengan kondisi saat ini
Peran serta Masyarakat
1. Kesadaran masyarakat kurang
2. Faktor ekonomi masyarakat yang rendah/terbatas menjadi alasan masyarakat tersebut
untuk tidak melakukan pemasangan jaringan air bersih dari PDAM.

3.6. KOMPONEN SANITASI LAINNYA


3.3.1. Penanganan Limbah Industri
Penanganan limbah industri baik berupa limbah gas, cair dan padat dilakukan oleh setiap
pelaku industri dan pengawasannya dilakukan oleh instansi Pemerintah Kabupaten Bantul
yang berwenang yaitu Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul dan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bantul.
Untuk penanganan limbah industry diupayakan dengan membangun instalasi pengolahan
di sumber/lokasi kegiatan tersebut. Pembangunan sarana instalasi pengolahan menjadi
tanggung jawab pemrakarsa kegiatan. Pemerintah bertugas membimbing, membina dan
III - 82

mengawasi hasil olahan (effluent) sehingga aman untuk dibuang ke lingkungan. Dalam
upaya bimbingan tersebut Pemkab Bantul telah membangun unit instalasi limbah
percontohan, yaitu IPAL industry tahu di Srandakan, IPAL industry Tapioka di Pundong,
IPAL industry kulit di Piyungan.
Baru sebagian kecil industri yang mengolah limbahnya karena keterbatasan dana serta
kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan limbah. Berikut adalah daftar industri yang
sudah memiliki instalasi pengolahan limbah.
Tabel 3.31. Daftar Industri Yang Sudah Memiliki Instalasi Pengolahan Limbah
Nama Kegiatan
PT. Komitrando
PT. Samitex
PG. Madukismo
PS. Madukismo
PT. Bintang Alam Semesta
PT. Adi Satria Abadi
PT. Fajar Makmur
PT. Digitone
PT. Pertamina UP IV
KRT.Daud Wiryo Hadinagoro
Batik Indah Roro Jonggrang
PT. Indo Hanzel Perkasa
Balai Besar Kulit Karet dan Plastik
PT. Indokor Daya Mina
PT. Indokor Bangun Desa

Jenis Usaha

Kapasitas produksi

Pelapisan Logam/elektroplating 10.000 pcs/hr


Industri Tekstil
27.811.800 m/th
Industri gula tebu
500.000-600.000ton/th
atau 3.000 ton tebu/hr
Industri alkohol/spiritus
24.000 lt/hr
Penyamakan Kulit
1000 - 2000 lembar/hr
Penyamakan Kulit
500.000 feet/bln
Penyamakan Kulit
Industri tinta
Depot BBM
Batik
20 lb/bln
Batik
Gas Asetelin
576.000 kg/th
Laboratorium dan Pelayanan
Jasa penyamakan kulit
Cold Storage
Tambak Udang
7,2 ton/th

Volume limbah

Keterangan

2 m3/hr
160 -180m3/hr
2 - 5 m3/jam

Sal. Irigasi
S. Winongo
S. Winongo kecil

5 - 7 m3/jam
200 - 260 m3/bln
250 m3/hr

S. Bedog
S. Opak
S. Opak
Sal. Irigasi
Sal. Irigasi
Disedot

282,6 m3/bln

S. Semampir
S. Opak

(tidak operasional) S. Gajag wong


Pantai Pandansimo

3.3.2. Penanganan Limbah Medis


Penanganan limbah medis yang ada di Kabupaten Bantul dilakukan melalui incenerator
untuk Puskesmas limbah medisnya menggunakan incenerator yang dimiliki oleh RSUD
Panembahan Senopati. Sedangkan untuk limbah cairnya diolah di IPAL. Berikut ini adalah
tabel mengenai rumah sakit yang memiliki IPAL , kapasitas dan pembuangan limbah yang
dilakukan.

III - 83

Tabel 3.32 Kegiatan Rumah Sakit Yang Sudah Memiliki Instalasi Pengolahan Limbah
Nama Kegiatan
RS. Panembahan Senopati
RS. PKU Muhammadiyah
RS. Rajawali Citra
RS. Permata Husada
RSKIA. Ummi Khasanah

Jenis Usaha Kapasitas produksi


Rumah Sakit
Rumah Sakit
Rumah Sakit
Rumah Sakit
Rumah Sakit

160 tempat tidur


108 tempat tidur
50 tempat tidur
30 tempat tidur
2 orang/hr

Volume limbah
40 m3/hr
580 m3/bln

Keterangan
Sal. Drainase
S. Winongo kecil
Sal. Irigasi
Sal. Irigasi
Sal. Irigasi

>;

3.3.3. Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah


Pada Kabupaten Bantul dalam angka Tahun 2008 diketahui bahwa jumlah sekolah di
Kabupaten Bantul relatif memadai bila dilihat dari jumlahnya, yaitu untuk pendidikan pra
sekolah (TK) sebanyak 508 sekolah, Sekolah Dasar (SD) baik negeri dan swasta sebanyak
346 sekolah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) berjumlah 86 sekolah (negeri & swasta),
dan Sekolah Menengah Umum (SMA) sebanyak 35 sekolah (negeri & swasta).
Sementara itu dari hasil survey cepat yang dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten
Bantul diperoleh hasil sebagai berikut:
a.

Sebagian besar sekolah SD yang ada di Kabupaten Bantul belum terpisah antara
toilet untuk guru (laki-laki & perempuan) dan murid (laki-laki & perempuan). Tetapi
ada beberapa sekolah yang sudah mempunyai tempat kencing yang terpisah untuk
guru dan murid laki-laki.

b.

Sebagian besar sekolah SMP, SMA, SMK sudah terpisah antara toilet untuk guru
(laki-laki & perempuan) dan murid (laki-laki & perempuan).

c.

Ratio jumlah toilet tidak berimbang dengan jumlah murid di sekolah-sekolah


tersebut. Peraturan Nasional Ratio Pemakaian Toilet untuk anak SD, SMP dan SMA
adalah 1 : 40 untuk anak laki-laki dan 1 : 25 untuk anak perempuan.

d.

Ketersediaan air cukup baik yang bersumber dari PDAM maupun dari sumur gali.

e.

Sarana cuci tangan di sebagian besar sekolah sudah tersedia tetapi tidak dibarengi
dengan tersedianya sabun.

f.

Yang membersihkan jamban di sekolah umumnya adalah pesuruh sekolah, tapi ada
juga di beberapa sekolah yang melakukannya adalah murid sekolah tersebut.

g.

Sampah hanya dikumpulkan di tempat sampah dan belum ada pemilahan dan
pengolahan lanjut.

III - 84

h.

Air limbah/kotor dari toilet dibuang ke dalam tangki septic dan air dari kamar mandi
dibuang ke saluran drainase.

3.3.4. Kampanye PHBS


Kampanye PHBS dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, baik secara
langsung maupun berkoordinasi dengan organisasi lain, melalui SKPD. Pelaksanaan
Kampanye PHBS dilaksanakan secara integral dengan program-program lain dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Bantul yang lain. Sedangkan untuk SKPD lainnya belum ada yang
melaksanakan kampanye PHBS. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
berkaitan dengan Kampanye PHBS terlampir pada tabel 3.33
Tabel 3.33 Kampanye PHBS
Tahun

Kegiatan Yang Dilaksanakan

2007

Pengembangan media promosi dan Informasi


Bantul Expo
Pengadaan media penyuluhan ( leaflet dan spanduk)
Buletin kesehatan
Pengembangan media promosi
Penyegaran dusun PHBS
Jambore kader
Peningkatan strata posyandu
Pemberdayaan Pos Kesehatan Pesantren
Desa siaga dan Program DB4MK ( Desa Bebas 4 Masalah
Kesehatan )

2008

Dialog interaktif di TV
Penyusunan Buletin Kesehatan
Pameran Bidang Kesehatan di Bantul Expo
Pengadaan media penyuluhan ( leaflet dan spanduk)
Peningkatan PHBS
Karnaval
Festival Bantul Sehat
Desa Siaga
Pembentukan Posyandu Plus
Pemberdayaan Saka Bakti Husada
Pemberdayaan Pos Kesehatan Pesantren
Lomba PHBS / Posyandu / Hari Kesatuan Gerak PKK
KB Kesehatan
Lomba PSN
Pengembangan Media promosi dan informasi sadar hidup
sehat
Penyuluhan masyarakat tentang Pola Hidup Sehat
Pelatihan Kader
Operasional DB4MK

2009

III - 85

Pengembangan Media promosi dan informasi sadar hidup


sehat
Penyuluhan masyarakat tentang Pola Hidup Sehat
Peningkatan Pemanfaatan Sarana Kesehatan
Peningkatan tenaga penyuluh kesehatan

2010

3.7. PEMBIAYAAN SANITASI KOTA


Pembiayaan untuk bidang sanitasi di l masih dilakukan oleh beberapa SKPD antara lain :
Badan Perencanaan Pembangunan, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup,
Dinas KesehatanKabupaten Bantul.
Berdasarkan survay keuangan bahwa APBD Kabupaten Bantul ini disusun secara ringkas
dan dilakukan setelah dilakukan survey keuangan yang dilakukan sebelumnya.
Survey keuangan di Kabupaten Bantul dilakukan pada beberapa SKPD terkait
pembangunan sanitasi yaitu : Badan Perencanaan Pembangunan, Dinas Pekerjaan Umum,
Badan Lingkungan Hidup, Dinas KesehatanKabupaten Bantul, Kantor Pemberdayaan
Masyarakat Desa
Aspek-aspek yang akan dibahas dalam survey dan studi APBD Kabupaten Bantul adalah :
Aspek kelembagaan, Aspek prioritas pendanaan, Perkembangan pendapatan dan belanja
daerah, Besaran pendanaan sanitasi pertahun, Besaran pendapatan dari layanan sanitasi,
Aspek pinjaman daerah, Aspek permasalahan pendanaan pembangunan dan pengelolaan
sanitasi kota, Besaran pendanan sanitasi per kapita
1.

Aspek kelembagaan
Bapedda
Sebagai leading sector dalam pembentukan Pokja sanitasi, dan memiliki anggaran
untuk operasional pokja. Sejak awal Bappeda mempersiapkan sosialisasi adanya
survey keuangan baik kepada masing-masing anggota pokja maupun kepada aparat
SKPD lainnya, serta mengundang anggota Pokja dalam suatu pertemuan dalam
mengawali survey. Pertemuan Pokja pada saat merencanakan survey keuangan
pembuatan buku putih dihadiri oleh sekitar 8 anggota Pokja, dimana agendanya
dalah membicarakan mengenai survey keuangan dalam pembuatan buku putih dan
teknis pelaksanaannya. Pembahasan survey juga membicarakan tujuan survey serta
manfaat survey dan aplikasinya bagi penyusunan buku putih.

III - 86

Badan Lingkungan Hidup


Program dan kegiatan yang ada di Badan Lingkungan Hidup ada yang menyangkut
pembangunan fisik, namun ada juga anggarannya diperuntukkan bagi pembangunan
non fisik (pelatihan dan penyuluhan). Pembangunan fisik di Badan Lingkungan
Hidup diantaranya adalah penyedian Pencacah sampah, komposter,konveyor
pemilah, IPAL Biogas. Sedangkan pembangunan non fisik nya menyangkut
Peningkatan Edukasi di Bidang Lingkungan, workshop berwawasan lingkungan bagi
guru SMA. Terkait masalah pendapatan (dari retribusi), Badan Lingkungan Hidup
tidak mendapatkan pendapatan dari sektor sanitasi, retribusi masuk ke Dinas
Perijinan.Permasalahan : 1, 6 M anggaran tahun 2010, 1,1 M dari DAK, dan sisanya
berasal dari APBD, sehingga anggaran yang ada dirasakan masih kurang untuk
membiayai kegiatan sanitasi, sementara pendapatan retribusi masuk ke Dinas
Perijinan.
Dinas Pekerjaan Umum
Pejabat Dinas Pekerjaan Umum menjelaskan bahwa program atau kegiatan dinasnya
lebih banyak dibidang fisik daripada di bidang Non fisik. Kegiatan di bidang fisik
antara lain: Pengadaan sarana dan prasarana persampahan, pembangunan depo
sampah, sharing TPA piyungan, perbaikan sarana dan prasarana air minum dan air
limbah,sharing IPAL Sewon, pengadaan IPAL Komunal,pembangunan saluran
drainase. Sedangkan untuk non fisik antara lain di denga sosialisasi
Mekanisme penganggaran:
Permasalahan pendanaan/penganggaran untuk kegiatan sanitasi masih sangat kurang
Dinas Kesehatan
Anggaran Dinas Kesehatan untuk program sanitasi di tahun 2010 adalah sebesar Rp
350.880.000,00. Dana tersebut digunakan untuk Promosi Kesehatan dan Kampanye
Pola Hidup Sehat, Program Pengembangan Lingkungan Sehat
Mekanisme penganggaran:
Permasalahan pendanaan/penganggaran
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Anggaran Kantor Pemberdayaan Masyarakat desa untuk program sanitasi pada tahun
2010 adalah sebesar Rp. 20.000.000,- untuk stimulan,

yang digunakan untuk

III - 87

Penyediaan

Sarana

Persampahan,

Proposal

Kegiatan,

Program

penyehatan

lingkungan permukiman dan air bersih


Mekanisme penganggaran: dari musyawarah dusun dibawa ke musrenbangdes,
musrenbang kecamatan, diusulkan di forum SKPD

kemudian ke musrenbang

kabupaten kemudian dimsukkan ke rencana kerja kabupaten (RKPD), kebijakan


umum anggaran (KUA),Prioritas dan Plafond Angaran Sementara (PPAS) baru
kemudian masuk ke RAPBD. Setelah dibahas Dewan barulah ditetapkan menjadi
APBD dan menjadi RKA DPA SKPD.
Permasalahan pendanaan/penganggaran : keterbatasan

anggaran untuk kegiatan

sanitasi
Hal-hal penting lain terkait aspek kelembagaan
Apabila Pokja dapat menyelesaikan buku putih sebelum rancanagan KUA dan PPAS
untuk APBD-P disusun, maka program dan kegiatan sanitasi baik yang tidak dapat
dikerjakan pada tahun anggaran 2009 maupun program baru yang direncanakan akan
dikerjakan pada tahun anggaran 2010 dapat diusulkan untuk masuk/dianggarkan
pada APBD-P 2010. Selain isu alokasi anggaran, kota Pokja juga sangat antusias
untuk bekerjasama dengan pihak swasta dalam menjalankan program dan kegiatan
sanitasi. Namun dalam pertemuan-pertemuan dengan anggota Pokja, kami
menekankan bahwa akan lebih baik untuk semua pihak/stakeholder membicarakan
kerjasama dengan pihak swasta /masyarakat, apabila buku putih telah diselesaikan
oleh Pokja
2.

Prioritas Pendanaan Pembangunan Kabupaten Bantul


Dari beberapa dokumen laporan pertanggungjawaban kepala daerah, diketahui bahwa
prioritas pembangunan Kabupaten adalah 1) Kemiskinan, 2) Kesehatan, 3)
Pendidikan, 4) Kerajinan/Industri Kerajinan, 5) Pertanian, 6) Pasar Tradisional.
Kegiatan yang menyangkut sanitasi dan menjadi prioritas adalah kegiatan MSMHP
yaitu terget 6000 Sambungan Rumah untuk Limbah domestik, pemeliharan
drainase/gorong-gorong,

penyehatan lingkungan pemukiman perdesaan dan

persampahan, IPAL Komunal untuk mengurangi pencemaran akibat septic tank yang
tidak memenuhi syarat, dan fasilitas pengolahan sampah.

III - 88

3.

Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah

Perkembangan Pendapatan Asli Daerah selama lima tahun juga menunjukkan trend
positif.

Realisasi

Pendapatan

Asli

Daerah

tahun

2004

mencapai

Rp

398.879.892.641,80 kemudian pada tahun 2005 Pendapatan Asli Daerah dapat


meningkat lagi hingga mencapai Rp 442.291.639.792,62. Angka PAD dari tahun ke
tahun bertambah. Sedangkan pada tahun 2009 PAD Kabupaten Bantul mengalami
kenaikan yang cukup signifikan menjadi Rp. 18.890.601.181,53
Tabel 3.34 Realisasi Anggaran Kabupaten Bantul
No
1
2
3
4
5
6
7
7

Tahun
Anggaran
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009

PAD
22.425.146.059,70
32.882.358.490,40
30.777.820.174,83
37.683.848.341,38
44.005.310.869,67
57.229.726.493,62
69.800.761.508,85
88.691.362.690,38

Pertumbuhan
59,35
46,63
-6.84
18.33
72.22
23,11
21,97
27,06

Sumber : Kabupaten Bantul Dalam Angka, 2009


Kabupaten Bantul menerapkan sistem anggaran berbasis kinerja dengan kemampuan
anggaran terbatas yang disebabkan oleh beban belanja wajib yang tinggi. Kebijakan
alokasi belanja sudah mendasarkan pada prioritas program/kegiatan dengan
pengendalian yang lebih baik dalam perencanaan dan pelaksanaannya untuk
mencapai pengelolaan anggaran yang efektif dan efisien.
Rencana

belanja

Kabupaten

Bantul

tahun

2010

adalah

sebesar

Rp.

915.191.007.832,34 dengan perincian rencana belanja tidak langsung sebesar


685.712.895.007,35 atau 74,93 % dengan rencana belanja langsung sebesar
229.378.122.825,00 atau 25,07%
Tabel 3.35 Belanja APBD Kabupaten Bantul

III - 89

No.
1

Uraian
Belanja Tidak Langsung
a. Belanja pegawai
b. Belanja bunga

Tahun 2007
6 6 6 #
6 6 6 #
6 6 #

d. Belanja hibah
e. Belanja bantuan sosial
f. Belanja bagi hasil kep
prop/kab/kota/desa
g. Belanja Bantuan
Keuangan
Belanja Langsung
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang dan jasa
c. Belanja modal

Tahun 2009
6 6 6 #
6 6 6 #
6 6 #
6 6 6 #
6 6 6 #

Tahun 2010*
6 6 6 #
6 6 6 #
6 6 #
6 6 6 #
6 6 6 #

6
6
6
6
6
6

6
6
6
6
6
6

#
#
#
#
#
#

6
6
6
6
6
6

6
6
6
6
6
6

6
6
6
6
6
6

#
#
#
#
#
#

6
6
6
6
6
6

6
6
6
6
6
6

#
#
#
#
#
#

6
6
6
6
6
6

6
6
6
6
6
6

6
6
6
6
6
6

#
#
#
#
#
#

h. Belanja tidak terduga


2

Tahun 2008
6 6 6 #
6 6 6 #
6 6 #
6 6 6 #
6 6 6 #

6
6
6
6

6
6
6
6

Sumber: DPKAD Kab. Bantul


Ket :*) Target Belanja APBD Kab. Bantul Tahun 2010
Sumber pendapatan daerah Kabupaten Bantul terdiri dari PAD, Dana Perimbangan, dan
lain-lain Pendapatan yang sah. APBD kabupaten Bantul diperhunakan untuk membiayai
kegiatan public services terus meningkat dari tahun ke tahun. Target pendapatan
Kabupaten Bantul tahun 2010 adalah sebesar 876.204.469.555,28 dengan rincian target
Pendapatan Asli Daerah sebesar 90.238.879.583,48 atau 118,17%, target dana
perimbangan sebesar 683.081.409.250,00 atau 100,75% dan target-target lain pendapatan
yang sah sebesar 102.884.180.721,80 atau 104,50 %.
Besaran pendanaan Sanitasi per Tahun
Besaran pendanaan sanitasi dari beberapa SKPD/Dinas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini

III - 90

1. Pembiayaan Bidang Sanitasi oleh Dinas Pekerjaan Umum


Tabel 3.36 Realisasi Program dan Kegiatan Drainase
$"

"
$
+ $

#
#

&
&

'

"

&8 &
)

#$
"''

"

*% $
&6

#
"

0$

"
Rp

"

%"
499,887,000.00

6
6
6
6

6
6
6
6

Pembangunan Saluran Drainase/ Gorong-gorong :


- Saluran Drainase Lingk. Pasar Mangiran, 50/70 cm

- Saluran Drainase Desa Ngestiharjo, 50/70 cm

D
D
D
D

&!

- Saluran Drainase Pasar Wonokromo

- Saluran Drainase Serayu, 80/80 cm

"''
$
+

#% #E $ &#9
&

!% &

% !

"

0$
0$
0$
0$

9
9
9
9

"

#
#
#
#

!
$
"''

"

! - 6% 7

)
+

"

"

+
"''

0$

"

III - 91

Tabel 3.37 Realisasi Program Pembangunan Ipal dan SR


$"

"

'

9 ! #)$
#% E $ & 0
+ $
#% #0
)
+ %!
;$0 % 7

"

!
! 1%

&2

3
"''

$
+
9
+
$
+

$
;
&0
!
&% #
& E$
9
! 1%920
#% #
& )3
+
%
#3 &
6$
1
;$0
+ %!
;$0 % 7

"

6"

6%

#
"

0$

"

%"

9
9

"

6
6

6
6

#
#

#"

%
!
%

6$
!
$A/
!

9 ! #)$
#% E $ & 0 5
+ ;$0 < 5 . 0 %
* &
+ ;$0

<5 . 0 "

+ %!

;$0 % 7

#
! 2

#%

"

&

! - 6% 7
6"

6%

0$

0$

0$

"

!
4
%

6%
* & 6$
* & 6%
* & 6$
&
6"
* 64 &
$
6"
* 64 &

0$

&
"''

;
;
$
%!

&6

* 6$

"''

$
+
+
+
+

&

*% $

"

& )3
+
* &
*
#E $
&#%9
*
;$0 % 7

* & ;6%
;6"
* 6$

* & 6$
* 64 &
! - 6% 7
&

"

Rp

707,749,000.00

0$

Rp

20,000,000.00

)
%

"

0$

"

%
"

"''

0$
0$
0$
0$

9
9
9
9
)

6
6
6
6

6
6
6
6

#
#
#
#

III - 92

Tabel 3.38 Realisasi ProgramPersampahan


$"

"
$
$

'

$ &

"

*% $

"

"

%"

- Pengadaan Kontainer

10 unit

- Pengadaan Armroll

1 buah

- Pengadaan Wheel loader

1 unit

- Pengadaan Truk Tanki Air

2 buah

0$
0$
0$
0$

Rp

165.405.000,00

Rp

248.200.000,00

Rp

699.400.000,00

Rp

500.000.000,00

Rp

97.792.000,00

Rp

2.362.000.000,00

Pengadaan Gerobag Sampah :


- Pengadaan Gerobag Sampah

%!

40 unit
1 ls

"$0 $ *
"''

$
$
5

$
#"

$
$
$

"

"

)/

&,
Kasihan

1 paket

- Pembangunan Depo Sampah Bg.tapan

Banguntapan

1 paket

"$0 $ *

&
"''

$
%
$ &
$ *
$
+ Pengadaan Gerobag Sampah
+ Pengadaan Kontainer
%!

&

- Pembangunan Depo Sampah Kasihan

%!

0$

0$
)%!
)

"

0$
0$
0$

)%!
)

Rp

238.090.000,00

Rp

237.988.000,00

Rp

2.602.900.000,00

"

0
&!

,
30 buah
10 buah

"$0 $ *

&
"''

"

"

0$

0$
0$
)%!
)

Rp

75.000.000,00

Rp

170.000.000,00

6
(

III - 93

2. Pembiayaan Bidang Sanitasi oleh Badan Lingkungan Hidup


Tabel 3.39 Realisasi Program Kegiatan Tahun 2007
#

&
1

A
0$

*
%
$ &

$
$

"

*
19 2

#
# $
$
$ &

19 2

&

0$
#

0$
+

!
&

!&

4 &
&!

: *
: * C
&
!
&
&
&
&
&
&

4 &
&!

&
&
&
&

&

!
!
&
!
!
!
!
!
!
!
!

III - 94

Tabel 3.40 Realisasi Program Kegiatan Tahun 2008


No.

&

$
1

*
%
$ &

$
$

&

&
&
&
&
&

4 &
&!
#

&

&!

&!

0 & &; C
>

& % 0

0$

%!

7 7 &
3
%$5

!2
!
!
!
!

&

6
&

&

0$

*
19 2

0$

"

1.

1. $
$
$ &

19 2

&
&
&
!

+
*

&

3
!

!
%5 0

#
#

III - 95

Tabel 3.41 Realisasi Program Kegiatan Tahun 2009


#

&
1

*
%
$ &

$
$

&

&
&

&!

&
$

$
& 9

0$

#
#

#
#

+
+

&

#
#

#
#

!2

&

+
+

&
6

$
$

0$

*
19 2

0$

"

# $
$
$ &

19 2

&

;$0

&

>
0 & &; C
>

&
& % 0

'
&

&

7 7 &
&
!
&
!

+
+

III - 96

Tabel 3.42 Realisasi Program Kegiatan Tahun 2010


#

&
1

*
%
$ &

$
$

*
19 2

0$

"

# $
$
$ &

19 2

&

0$

0$

!
#

&

&

!
&

<
$

$
&
$

$
$

+
+

$ &
$
& 9

&

!
$ &
!

% +

$
!

>
0 & &; C
>

&
& % 0

'

&

0
&

&

!2

&

!2

;$0
&
0
$
%
!
!
7 7 &

&

&

$
/

> 2

13

III - 97

Tabel 3.43 Realisasi Program Pembiayaan Bidang Sanitasi oleh Dinas Kesehatan
No

Kegiatan
1 Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
a. Pengembangan media promosi dan informasi sadar
hidup sehat
b. Penyuluhan masyarakat Pola Hidup Sehat

2007

2008

2009

2010

Rp
Rp

44.500.000
344.832.000

Rp

290.732.500

Rp

215.621.000

Rp

242.500.000

2 Program Pengembangan Lingkungan Sehat

Rp

146.209.000

Rp

114.300.000

Rp

117.990.000

Rp

83.380.000

III - 98

Tabel 3.44 Realisasi Program Pembiayaan Bidang Sanitasi oleh Pemberdayaan Masyarakat
Desa

&
8
%

7
!
&

$
4

"
"
"
0
0

;
;
$
5

&
&

0 &
&
$
9"
"
5

&

&
&
"$0 &

90 $;
*
5 - &" D
&
9"
9"

7
7
$
"
$
$
5
5

;& F

9"
$

%
%
! %
%

"
"
%
! %

"
"
%
%

;
;;

*
*

9"
9"
;;9"
;;9"

9
9
%
%

$"
&
-7
&!
-7
&!
& ! &!
-7
&!
-7
&!
! $
7
$ 7
$ % *
% *
$"
&
!
$
!
$
*
$*
*
$*
;
;
*
4 &
*
4 &
&
$ &
$ $"
&
*
4 &
*
4 &
!
$
!
$
-7
&!
-7
&!
! ! *
$*
*
$*

%
%
%
%
%
%
%
%
%
%

$
$
$
$
$
$

$
$

$
$
$
$

$
$
$
$

!
!
!
!
!
!
!
!
!
!

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

&
&
&
&
&
&
& "5 5
& "5 5
&
&

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

&
&
&
&
& "5 5
& "5 5
&
&
&
&

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

6
6
6
6
6
6
6
6
6
6

III - 99

Tahun 2010
Kegiatan PAB PLP
PAB:
Jumlah bantuan tahun 2010 untuk PAB adalah Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) yang
dibagi dalam 10 kelompok
1. Kecamatan Pleret

: 2 Kelompok

2. Kecamatan Pandak

: 2 Kelompok

3. Kecamatan Dlingo

: 2 Kelompok

4. Kecamatan Imogiri

: 2 Kelompok

5. Kecamatan Pajangan : 2 Kelompok


PLP
Jumlah bantuan tahun 2010 untuk PLP adalah Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) yang dibagi
dalam 10 kelompok
1. Desa Wukirsari

: 1 Kelompok

2. Desa Argodadi

: 1 Kelompok

3. Desa Triwidadi

: 1 Kelompok

4. Desa Wijirejo

: 1 Kelompok

5. Desa Panggungharjo : 1 Kelompok


1. Besaran Pendapatan dari layanan Sanitasi yang dijalankan
Dari retribusi di Kabupaten Bantul pendapatan yang berasal dari sektor sanitasi rata-rata
sekitar Rp. 110 juta. Dimana retribusi tersebut diperoleh dari pengelolaan persampahan
dan jasa penyedotan kakus. Sedangkan retribusi dari pengelolaa Lumpur tinja tidak
diketahui datanya.
2. Permasalahan Pendanaan dan Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Bantul
Belum optimalnya pendanaan pengelolaan sanitasi Kabupaten Bantul disebabkan
beberapa kendala utama, yaitu masalah kelembagaan, terbatasnya alokasi dana APBD
dan kegiatan sanitasi belum menjadi prioritas pembangunan, kurangnya regulasi
dibidang sanitasi, terbatasnya informasi mengenai aspek sanitasi secara menyeluruh.

III - 100

ASPEK PERENCANAAN
Belum memiliki perencanaan sanitasi yang menyeluruh seperti masterplan limbah,
persampahan, air bersih, dan drainase
Aspek Kelembagaan
Pendanaan sanitasi Kabupaten Bantul sebagian besar berasal dari SKPD antara lain :
Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum.
Permasalahan timbul karena masing-masing sumber daya manusia (SDM) belum
memiliki perencanan program kegiatan sanitasi kota dan masing-masing SKPD belum
terintegrasi dalam pembangunan sanitasi. Hal ini menyulitkan masing-masing SKPD
dalam membuat anggaran sanitasi. Sedangkan beberapa SKPD berikut ini, dimana
walaupun telah melakukan alokasi anggaran sanitasi namun jumlahnya belum signifikan,
seperti : Bappeda, Dinas Kesehatan dan Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa.
Apabila SKPD tersebut diatas, berpandangan bahwa tidak dapat optimal mengalokasikan
karena tidak ada dalam Tupoksi atau memang tidak ada program dan kegiatan dalam
RKA SKPD nya, maka bentuk dukungan kepada pembangunan sanitasi berupa program
dan kegiatan yang bukan kegiatan fisik , atau dikenal dengan program software, dapat
dioptimalkan.
Aspek Mekanisme Penganggaran
Mekanisme penganggaran yang ada selama ini sebetulnya sudah tidak ada masalah,
karena sudah melalui prosedur yang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Mekanisme pengajuan anggaran secara umum di Pemerintah Kabupaten Bantul
suasananya

kondusif. Hanya saja, masih dipandang belum optimal. Hal ini perlu

ditelusuri lebih lanjut, apakah perlu adanya pencatuman secara lebih eksplisit aspek
pembangunan sanitasi dalam KUA dan PPAS Kabupaten Bantul, sehingga dokumen
perencanaan turunannya akan lebih fleksibel dalam pencantuman alokasi anggaran
pembangunan sanitasi baik fisik maupun non fisik. Dan juga perlunya program sanitasi
menjadi prioritas dalam pembangunan di Kabupaten Bantul, sehingga dalam dapat
ditambah jumlah anggarnnya
Aspek Informasi Mengenai Sanitasi
Pembangunan sanitasi walaupun sudah menjadi urusan wajib daerah, selama ini masih
kalah popular dan urgensinya masih relatip dibawah sektor-sektor lainnya. Hal ini tentu
saja akan berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan fisik sanitasi karena jika
tidak dilakukan, aparat pemda yang tidak memahami rencana pembangunan suatu sarana

III - 101

sanitasi maka akan berpengaruh kepada masyarakat pengguna, terutama yang belum
memahami penggunanaan sarana sanitasi yang baru dibangun tersebut. Jika hal ini terjadi
maka tujuan dari pembangunan sanitasi tidak optimal. Oleh karena itu maka transfer
informasi dari pemerintah pusat maupun tim teknis pembangunan sanitasi (TTPS) sangat
penting sebagai kegiatan non fisik yang akan menunjang pembangunan fisik sanitasi.
Hal ini tidak saja bagi perangkat SKPD dan masyarakat calon pengguna, namun yang tak
kalah penting adalah advokasi kepada legislatif dan juga kepala daerah.
3. Besaran perhitungan pendanaan sanitasi perkapita
Besarnya biaya pembangunan sanitasi perkapita di Kabupaten Bantul, dihitung dari
besarnya realisasi biaya pembangunan sanitasi dibagi dengan banyaknya jumlah
penduduk Kabupaten Bantul. Dari data yang didapat, apabila besarnya biaya
pembangunan sanitasi Tahun 2009 adalah sebesar Rp. 2.047.400.000 miliar, maka biaya
pembangunan sanitasi per kapita adalah Rp. 2.200 /perkapita /pertahun( Rp.
2.047.400.000 dibagi 930,955 jiwa). Biaya pembangunan sanitasi per kapita ini masih
sangat

jauh

dari

target

pembangunan

sanitasi

nasional

sebesar

Rp.

52.000/perkapita/pertahun. Namun demikian hendaknya kondisi riil dilapangan


mengenai kondisi sanitasi di Kabupaten Bantul menjadi bahan pertimbangan pemda
dalam menaikkan anggaran pembangunan sanitasi baik pembangunan sarana dan
prasarana fisik maupun non fisik. Pembangunan sanitasi Kabupaten Bantul, harus juga
disertai peningkatan terhadap akses kepada sarana dan prasarana sanitasi seperti naiknya
akses masyarakat terhadap jamban; naiknya rasio pelayanan parasaran dan sarana
persampahan per area penduduk, dan berkurangnya area genangan. Namun yang tidak
kalah pentingnya adalah indicator-indikator kesehatan seperti berkurangnya masyarakat
yang menderita penyakit-penyakit yang berasosiasi dengan aspek sanitasi, seperti
misalnya naik atau turunnya angka kematian bayi akibat diare, DBD dan lain-lain. Atau
secara umum naik atau turunnya masyarakat yang menderita penyakit yang berasosiasi
dengzan faktor sanitasi. Apabila alokasi anggaran pembangunan sanitasi baik fisik
maupun non fisik mengalami peningkatan dimana disertai dengan meningkatnya akses
masyarakat terhadap sarana dan parasarana sanitasi serta menurunnya angka penderita
penyakit berasosiasi dengan sanitasi buruk, berarti pembangunan sanitasi benar-benar
efektif. Namun apabila yang terjadi adalah kondisi sebaliknya, maka ada hal yang salah
dalam pembangunan sarana dan prasarana sanitasi.

III - 102

Anda mungkin juga menyukai