Anda di halaman 1dari 21

NASKAH AKADEMIS

Penataan Permukiman Kumuh di Permukiman Nelayan Kota Jakarta,


Kecamatan Cilincing, Kelurahan Kalibaru
Tugas Mata Kuliah Penataan Permukiman Kumuh

Dosen :
Ir. Dwi Rosnarti, MT.

Disusun oleh :
Nazmi Rayhanum Majid (052002000016)
Puteri Amaryllis Nur Nayla (052002000017)
Raja Zhafran Lubis (052002000018)
Audrey Shakira Mahalia (052002000057)
Rasendriya Indriani Rahayu (052002000063)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


UNIVERSITAS TRISAKTI
2022
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN 4
Latar Belakang 4
Rumusan Masalah 5
Maksud dan Tujuan 6
Manfaat 6
Khalayak Sasaran 6
Lingkup Penelitian 7
KAJIAN PUSTAKA 8
Tinjauan Judul "Penataan Permukiman Kumuh di Permukiman Nelayan" 8
Tinjauan Teori Perumahan dan Permukiman Kumuh 9
Tinjauan Teori Permukiman Nelayan 10
Tinjauan Kebijakan 10
Pembangunan Proyek Kolam Retensi di Kalibaru Cilincing 11
Studi Banding Keberhasilan Penataan Permukiman Nelayan 11
METODOLOGI 14
Metoda Penelitian 14
Metoda Pengabdian Masyarakat 15
DAFTAR PUSTAKA 15
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua


kota-kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya.
Pengkajian tentang permukiman kumuh (slums), pada umumnya mencakup tiga segi,
pertama kondisi fisiknya, kedua kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang
bermukim di pemukiman tersebut, dan ketiga dampak oleh kedua kondisi tersebut.
Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang sangat rapat
dengan kualitas konstruksi rendah, sanitasi umum dan drainase lingkungan yang tidak
tersedia atau tidak terhubung dengan sistem drainase perkotaan, jaringan jalan tidak
berpola dan tidak diperkeras, sistem pengelolaan air limbah yang tidak tersedia,
kualitas air minum yang tidak sesuai dengan standar kesehatan, sistem pengelolaan
sampah yang tidak tersedia, serta sistem penanganan kebakaran tidak dikelola dengan
baik. Selain itu, arus urbanisasi yang semakin tinggi dan tidak terkontrol juga
menyebabkan peningkatan jumlah penduduk yang membuat wilayah perkotaan
menjadi semakin padat sehingga mengakibatkan munculnya
permukiman-permukiman informal atau permukiman kumuh di wilayah perkotaan.
Permukiman kumuh menjadi permasalahan yang sering dijumpai pada wilayah
perkotaan di Indonesia. Kota Administrasi Jakarta Utara merupakan salah satu contoh
kawasan perkotaan yang memiliki permasalahan tersebut. Jakarta memiliki wilayah
yang berbatasan langsung dengan perairan Laut Jawa. Wilayah tersebut, yang disebut
juga wilayah pesisir, dirasa masih tertinggal dari wilayah-wilayah lain, khususnya
wilayah yang berada di tengah kota. Umumnya, wilayah pesisir identik dengan
lingkungan yang sederhana, kurang berkembang, dan tampak kumuh, hal ini
menampakkan kesenjangan yang ada.
Dari segi sosial, wilayah pesisir Jakarta Utara merupakan wilayah yang padat
penduduk. Hal ini terjadi akibat adanya laju urbanisasi yang pesat, dimana berdampak
negatif pada wilayah tersebut. Kepadatan penduduk yang tidak terkontrol
menimbulkan masalah kebersihan dan kesehatan, semakin tingginya tingkat kriminal
dan rendahnya tingkat pendidikan karena tingkat kemiskinan yang juga tinggi, sampai
dampak buruk psikologis (stress dan perilaku egosentris) yang diakibatkan oleh
tuntutan hidup. Pemerintah juga berperan penting dalam memfasilitasi kebutuhan
penduduk, namun nyatanya pemerintah belum mumpuni. Dalam segi ekonomi dan
pendidikan, wilayah pesisir cenderung mempunyai keterbatasan dalam
memperolehnya, sehingga menyebabkan sulitnya penduduk setempat untuk
memenuhi kebutuhan yang memadai.
Kampung nelayan Cilincing merupakan wilayah yang termasuk dalam wilayah
dengan kategori kumuh berat di Jakarta Utara. Kampung nelayan Cilincing
merupakan permukiman padat penduduk yang berada di ujung Jakarta dengan jumlah
jiwa sekitar 14.337 jiwa/km2 (tahun 2020). Beberapa wilayah kampung nelayan
Cilincing bahkan dikategorikan sebagai kumuh berat karena selain lingkungannya
yang sangat padat hunian dan sempit, juga infrastruktur berupa jalan, saluran, dan lain
sebagainya masih banyak yang belum tersentuh. Belum lagi banyaknya sampah yang
memenuhi wilayah permukiman nelayan tersebut menjadikannya kumuh dan kotor
karena masyarakat yang tinggal di perkampungan tersebut belum peduli dengan
kebersihan dan penyelamatan lingkungan.
Terlepas dari permasalahan yang ada, kampung nelayan Cilincing diuntungkan
dengan segudang potensi yang ada karena letak geografisnya yang berada di pinggir
laut. Untuk dapat menjadi wilayah yang maju dan terbina, diperlukan peran
pengelolaan yang baik dan bijaksana bagi wilayah pesisir, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Dengan begitu, pengelolaan yang baik dapat menaikan
kualitas kehidupan masyarakatnya.

I.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang menciptakan kekumuhan lingkungan adalah permukiman


yang tidak layak huni, dimana pada lingkungan tersebut masih banyak ditemukan
bangunan semi permanen maupun non permanen yang tidak sesuai standar rumah
layak huni. Kekumuhan suatu lingkungan permukiman tidak lepas dengan faktor
kemiskinan. Tingkat kemiskinan yang tinggi di suatu wilayah menyebabkan
meningkatnya tingkat kriminalitas akibat seseorang yang tidak memiliki pekerjaan
yang tetap.
Adanya permasalahan yang kompleks tersebut, maka pentingnya dilakukan
penelitian terhadap faktor penyebab permukiman kumuh yang terdapat di lingkungan
Kampung Nelayan Cilincing. Research question yang dapat dikemukakan dalam
penelitian faktor penentu terbentuknya permukiman kumuh di kawasan Kampung
Nelayan Cilincing adalah :
1. Variabel-variabel apa yang menentukan terbentuknya kawasan permukiman
kumuh di Kampung Nelayan Cilincing ?
2. Bagaimana menata kawasan sehingga dapat menciptakan lingkungan Kampung
Nelayan Cilincing yang dapat mendatangkan manfaat ekonomi bagi masyarakat?
I.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari naskah akademis ini adalah untuk menyadarkan masyarakat


khususnya warga lokal kampung nelayan Cilincing akan pentingnya menjaga
lingkungan serta meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan, harkat, derajat, dan
martabat masyarakat penghuni permukiman kumuh terutama golongan masyarakat
miskin dan berpenghasilan rendah melalui fasilitasi penyediaan perumahan layak dan
terjangkau dalam lingkungan permukiman yang sehat dan teratur. Tujuan dari naskah
akademis ini, antara lain :
1. Sebagai perwujudan Tri Dharma perguruan tinggi.
2. Menghasilkan output berupa edukasi yang bermanfaat bagi banyak pihak yang
dilakukan oleh mahasiswa mata kuliah penataan permukiman kumuh
3. Menjadikan masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh sadar akan potensi
yang dimiliki oleh wilayah yang ditinggalinya.

I.4. Manfaat

Naskah akademis ini diharap dapat menambah wawasan dan kemampuan tentang
penataan permukiman kumuh, khususnya permukiman kumuh tepi pantai.

I.5. Khalayak Sasaran

1. Warga lokal RT.10 RW.04 Kecamatan Cilincing Kelurahan Kali Baru


2. Masyarakat permukiman kumuh tepi pantai
3. Khalayak umum

I.6. Lingkup Penelitian


I.6.1.Lingkup Materi
Penentuan terhadap variabel yang dapat mempengaruhi terbentuknya
permukiman kumuh menjadi batasan dalam studi penelitian ini. Kampung Nelayan
Cilincing menjadi fokus area yang digunakan dalam penelitian supaya hasil penelitian
sesuai yang diharapkan oleh peneliti. Adapun batasan-batasan untuk membatasi
penelitian dengan melalui identifikasi yang dibagi menjadi tiga aspek yaitu aspek
fisik, aspek sosial dan aspek ekonomi. Identifikasi terhadap aspek fisik meliputi
kualitas hunian, bentuk adaptasi hunian, karakteristik hunian, kepemilikan hak atas
tanah, sarana prasarana lingkungan. Identifikasi terhadap aspek ekonomi meliputi
jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan masyarakat Kampung Nelayan Cilincing.
Adapun identifikasi terhadap faktor sosial meliputi identifikasi tingkat Pendidikan dan
status kependudukan masyarakat Kampung Nelayan Cilincing. Kemudian identifikasi
tersebut nantinya akan digunakan untuk mengetahui variabel apa saja yang
mempengaruhi terbentuknya permukiman kumuh di kawasan pesisir Jakarta Utara.

I.6.2.Lingkup Lokasi
Kampung nelayan cilincing berada di rt.10 rw.04 Kelurahan Kalibaru,
Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Cilincing merupakan salah satu Kecamatan di
wilayah Jakarta Utara yang memiliki Jumlah sekitar 14.337 jiwa/km2 (tahun 2020)
atau 1433.7 Hektar. Lokasinya sangat strategis, yaitu berada di sebelah timur
Pelabuhan Tanjung Priok.
Kampung Nelayan Cilincing ini merupakan tempat pemukiman bagi nelayan
yang menggantungkan hidupnya dari laut. Namun, banyaknya sampah yang
memenuhi kawasan permukiman nelayan tersebut menjadikan kampung tersebut
kumuh dan kotor karena masyarakat yang tinggal di perkampungan tersebut belum
peduli dengan kebersihan dan penyelamatan lingkungan.

Peta Jakarta Utara

Peta Kecamatan Cilincing


Peta Kelurahan Kali Baru
II. KAJIAN PUSTAKA
II.1. Tinjauan Judul "Penataan Permukiman Kumuh di Permukiman Nelayan"

Deskripsi dari judul “Penataan Permukiman Kumuh di Permukiman Nelayan


Kota Jakarta, Kecamatan Cilincing, Kelurahan Kalibaru” dapat diuraikan sebagai
berikut :
- Penataan : Proses, cara, perbuatan menata, pengaturan, penyusunan (Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online, 2016).
- Permukiman Kumuh : Permukiman yang tidak layak huni yang ditandai
dengan ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi,
dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi
syarat. (UU No.1 Tahun 2011 tentang PKP).
- Permukiman Nelayan : Lingkungan tempat tinggal dengan sarana dan
prasarana dasar yang sebagian besar penduduknya merupakan masyarakat
yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan dan memiliki akses dan keterikatan
erat antara penduduk permukiman nelayan dengan kawasan perairan sebagai
tempat mereka mencari nafkah, meskipun demikian sebagian dari mereka
masih terikat dengan daratan.

II.2. Tinjauan Teori Perumahan dan Permukiman Kumuh

Pemukiman sering disebut perumahan dan/atau sebaliknya. Pemukiman berasal


dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah perumahan dan kata
human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan memberikan kesan tentang
rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana lingkungannya. Sedangkan,
pemukiman memberikan kesan tentang pemukiman atau kumpulan pemukim beserta
sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan
pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati, yaitu manusia. Dengan
demikian perumahan dan pemukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan
dan sangat erat hubungannya, pada hakikatnya saling melengkapi.
Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku
yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata
lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang
sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Permukiman
kumuh merupakan permukiman yang padat, tidak terawat, dan tidak teratur. Daerah
tersebut menjadi kumuh karena kurang optimalnya sarana dan prasarana yang
mendukung kehidupan manusia dan kualitas bangunan rendah.

II.3. Tinjauan Teori Permukiman Nelayan


Kampung nelayan merupakan suatu lingkungan permukiman yang dihuni
oleh masyarakat dengan pola kerja yang homogen, yaitu bermata pencaharian di
bidang usaha perikanan laut. Kampung nelayan menjadi sarana tempat tinggal bagi
nelayan untuk menjalani masa hidupnya yang berfungsi sebagai kebutuhan dasar.
Biasanya lokasi rumah nelayan dekat sekali dengan mata pencaharian pokok tempat
berusaha, yaitu sungai atau pantai.
Umumnya, kampung nelayan merupakan bagian permukiman yang kurang
terencana dengan karakteristik dan stratifikasi nelayan yang terpetakan secara
sosiologis, terdiri dari kelompok atas (punggawa), menengah (pemilik), dan
bawah (sawi).

II.4. Tinjauan Kebijakan


II.4.1. Kebijakan tentang Perumahan dan Permukiman Kumuh
a. Sustainable Development Goals (SDG)
● SDG’s 6 Menjamin ketersediaan dan pengelolaan berkelanjutan air dan
sanitasi bagi semua.
● SDG’s 11 Mewujudkan perkotaan dan kawasan permukiman yang
inklusif, aman, berketahanan, dan berkelanjutan.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
● Arah kebijakan dari RPJMN adalah meningkatkan akses masyarakat
secara bertahap terhadap hunian layak, aman dan terjangkau dalam
rangka mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh

II.4.2. Kebijakan tentang Permukiman Nelayan


Kebijakan yang menjadi dasar dalam penyelenggaraan
perumahan/permukiman nelayan antara lain :
1. UUD 1945 Pasal 28H, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin. Bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan.
2. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, Pasal 5 ayat 1 : Negara bertanggung jawab atas
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang
pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah.
3. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 15 Tahun 2006
Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengembangan Kawasan
Nelayan
II.4.3. Program Pemerintah Daerah terhadap lokasi Permukiman Kumuh Nelayan
Cilincing
1. Pembangunan Proyek Kolam Retensi di Kalibaru Cilincing
2. Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara berencana untuk
menjadikan wilayah Kampung Nelayan di Cilincing, Jakarta Utara
menjadi sentra kuliner serta tempat pelelangan ikan (TPI) terpadu.
3. Pembersihan lautan sampah di wilayah pesisir Kelurahan Kalibaru

II.4.4. Standar Penataan Permukiman (Standar Nasional Indonesia)


Indikator terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana merujuk pada presentase terpenuhinya perumahan dan permukiman
layak untuk rumah tangga, antara lain:
- Rasio outstanding KPR terhadap GDP (%)
- Persentase rumah tangga yang menempati hunian dengan kecukupan luas
lantai per kapita (%)
- Persentase rumah tangga yang menempati hunian dengan ketahanan
bangunan (atap, lantai, dinding (%)
- Persentase rumah tangga yang memiliki sertifikat hak atas tanah (%)
- Proporsi rumah tangga yang menempati hunian dengan akses sanitasi
layak dan aman (air limbah) (%)
- Proporsi rumah tangga yang menempati hunian dengan akses sampah
yang terkelola dengan baik (%)
- Proporsi rumah tangga yang menempati hunian dengan akses air minum
layak (%)

II.5. Studi Banding Keberhasilan Penataan Permukiman Nelayan


II.5.1. Permukiman Nelayan di Indonesia
1. Kampung Nelayan Tanjung Binga, Bangka Belitung
Provinsi kepulauan Bangka Belitung memiliki hasil laut yang
melimpah, selain itu pesona keindahan alam yang terpancar melalui
pulau-pulau seringkali dijadikan sebagai destinasi wisata. Kampung
nelayan Tanjung Binga berada di Pantai Utara Belitung Kecamatan Sijuk,
Kabupaten Belitung. Mayoritas penduduk lokal berprofesi menjadi
nelayan. Ciri khas yang terlihat dari bangunan tempat tinggal nelayan
yaitu terletak pada di tepi pantai dengan konstruksi rumah panggung,
sebagian dari bangunan tetap menjaga keunikan rumah tradisional khas
Bangka.

2. Kampung Pendopo Nelayan, Pantai Kenjeran, Surabaya

Desain perancangan kampung pendopo nelayan berada di pesisir


Pantai Kenjeran, Surabaya. Isu permasalahan pada kawasan kampung
nelayan ini di latar belakangi oleh permasalahan kurangnya ruang
pengolahan ikan sehingga area publik dijadikan tempat pengolahan ikan,
kurangnya sistem pengolahan limbah sehingga menimbulkan pencemaran
lingkungan. Analisis yang dipakai dalam menyelesaikan masalah diatas
yaitu melalui pendekatan analisis aktivitas masyarakat. Sebagian
masyarakat nelayan mengolah ikan di sekitar rumah mereka dengan
mengambil ruang koridor sebagai tempat pengolahan ikan. Melalui
analisis yang didapat, konsep dari desain rumah nelayan mengambil
konsep bentukan bangunan pendopo dan rumah Joglo Jawa. Karakteristik
dari Ruang Pendopo yang tidak berdinding, sehingga dapat dijadikan
sebagai area serba guna. Sifat dan karakteristik ini yang menjadi dasar ide
perancangan rumah nelayan.

II.5.2. Permukiman Nelayan di Luar Negri


1. Volendam, Desa Nelayan Di Amsterdam, Belanda

Volendam merupakan sebuah desa nelayan tertua yang berada di tepi


Danau Ijsselmeer, Amsterdam, Belanda. Di masa lalu, desa ini terkenal
akan tempat tinggal bagi nelayan Belanda, hingga kini Desa Volendam 34
menjadi kawasan cagar budaya dan dijadikan sebagai destinasi wisata
bahari. Awalnya Volendam merupakan sebuah pelabuhan Edam, terletak
pada teluk Ijsselmeer, hingga tahun 1357, penduduk mulai menetap di
daerah sekitar dan membentuk peradaban.
Pada tahun 1932, teluk Zuiderzee sempat adanya penutupan area ini
dan industri perikanan mengalami perubahan, namun Desa Volendam saat
ini tetap melakukan aktivitas nelayan. Volendam menjadi daya tarik wisata
mancanegara dimana desa nelayan ini terkenal akan keindahan pelabuhan,
pasar ikan, dan budaya tradisional daerah setempat. Desa Volendam
memiliki ciri khas yang hingga saat ini masih terjaga. Bangunan-bangunan
tradisional yang terbuat dari kayu hingga tempat tinggal nelayan dengan
konstruksi batu yang hingga saat ini masih tertata rapi, penduduk asli yang
memakai pakaian kuno (Klederdracht). Kini sebagian rumah nelayan telah
mengalami renovasi dan dijadikan sebagai fasilitas pendukung wisata.
III. METODOLOGI

III.1. Metoda Penelitian

III.1.1. Metoda Pengumpulan Data


Data yang digunakan merupakan data primer dan sekunder yang
dikumpulkan langsung dari suatu sumber data sesuai dengan kebutuhan.
Beberapa metode yang digunakan dalam pencarian data maupun analisis data
adalah studi literatur, analisis data, studi komparasi (studi banding), dan
penerapan konsep desain.

III.1.2. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data yang digunakan meliputi editing/pemeriksaan yang


berkaitan dengan kelengkapan data yang diperoleh, klasifikasi/penggolongan
data yang bertujuan mempermudah proses analisis data, pemasukan data,
cleaning untuk pengecekan kembali apakah ada kesalahan atau tidak,
pengecekan informasi sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan.

III.1.3. Metoda Analisis Data


Metode analisis yang digunakan adalah :
1. Analisis Deskriptif
2. Analisis Scoring
3. Analisis SWOT
4. dan lain-lain

III.1.4. Informasi yang Dihasilkan


Output yang dihasilkan pada penelitian ini adalah bentuk penataan kawasan
permukiman kumuh dengan peningkatan kualitas fisik. Hasil informasi
analisis yang didapat yaitu, kondisi permukiman kumuh di wilayah studi
terbagi menjadi kawasan tingkat kumuh sedang dan kumuh tinggi.

III.2. Metoda Pengabdian Masyarakat


III.2.1. Metoda Pendekatan Sosial
Perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi mengenai pengelolaan
prasarana lingkungan. Sosialisasi dan edukasi secara berkala dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan prasarana
lingkungan. Sasaran peserta sosialisasi ini terdiri dari seluruh elemen
masyarakat, baik tua maupun muda, dewasa maupun anak-anak, laki- laki
maupun perempuan, sehingga kesadaran dan rasa memiliki prasarana
lingkungan dapat ditanamkan pada semua lapisan masyarakat.
Kemudian, sosialisasi dan edukasi mengenai lingkungan hunian
sehat, Penyuluhan kesehatan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan
capacity building masyarakat tentang pentingnya upaya menjaga kesehatan
lingkungan dengan menerapkan pola hidup sehat sebagai upaya menciptakan
masyarakat yang sehat. Kegiatan penyuluhan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan aktivitas yang sudah ada di masyarakat, seperti: posyandu atau
pengajian atau acara-acara sosial kemasyarakatan lainnya. Melalui kegiatan
yang dilaksanakan dalam lingkup kecil diharapkan masyarakat dapat
memahami arti penting perilaku hidup yang sehat. Hal ini harus
disosialisasikan kepada berbagai stakeholder untuk memberikan pemahaman
dan kesadaran dalam berbagai proses pelaksanaan penyelenggaraan
perubahan lingkungan yang lebih baik. Sosialisasi juga dapat dilakukan
dengan berbagai media, seperti: media cetak, media elektronik, media sosial,
dan kampanye edukasi secara langsung.

III.2.2. Metoda Pelaksanaan Kegiatan

Strategi peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh yaitu


dengan cara rehabilitasi rumah tidak layak huni ini bertujuan untuk
menciptakan hunian yang layak dan memenuhi kriteria teknis rumah layak
huni. revitalisasi dan Program pemukiman kembali (relokasi) dalam strategi
peningkatan kualitas permukiman kumuh.

IV. DATA DAN ANALISA

IV.1. Gambaran Umum Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cilincing


Kecamatan Cilincing merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Wilayah
Kota Administrasi Jakarta Utara, dengan batas - batas sebagai berikut :
● Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Taruma Jaya Kabupaten
Bekasi Jawa Barat
● Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa 60.6 LS dan 116.2 BT
● Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Koja
● Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Cakung Kota
Administrasi Jakarta Timur

Berdasarkan Laporan Kecamatan Cilincing (2010), Luas Kecamatan Cilincing


mencapai 3.970 Ha. awalnya terdiri dari 5 Kelurahan dan dengan pemekaran Wilayah
menjadi 7 Kelurahan berdasarkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1251
Tahun 1986 tanggal 19 Juli 1986 tentang pemekaran, penyatuan batas wilayah,
perubahan nama menjadi sama/kembar dan penyelenggaraan Daerah Khusus Ibukota
Jakarta yang terdiri dari Kelurahan Kalibaru, Cilincing, Semper Timur, Semper Barat,
Sukapura, Marunda dan Rorotan. Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing,
merupakan salah satu desa terpadat, kumuh dan miskin di Jakarta Utara. Kepadatan
penduduk sekitar 23.150 jiwa per kilometer persegi. Dari total luas 247 hektar, 90
hektar di antaranya untuk industri dan sisanya untuk pemukiman 46.328 orang.
Sementara itu, kelurahan Semper Barat memiliki tingkat kepadatan tertinggi di
Cilincing. Luasnya lebih kecil dari Kalibaru, yakni 159,1 hektar, namun dihuni sekitar
62.000 jiwa sehingga tingkat kepadatannya mencapai 38.800 jiwa per kilometer
persegi. kelurahan Warakas di Kecamatan Tanjung Priok dan kelurahan Penjaringan
dan Kamal Muara di Kecamatan Penjaringan juga termasuk yang paling padat
penduduknya. Karakter permukimannya sama dengan Kalibaru dan Semper Barat
(Kompas, 18 Juli 2009).
Masyarakat Kecamatan Cilincing cukup heterogen, terdiri dari berbagai Suku
Bangsa antara lain Betawi, Sulawesi, Jawa Barat, Madura dan sebagainya terlebih di
Daerah Industri KBN banyak datangi tenaga kerja dari luar Jakarta bahkan dari luar
Pulau Jawa. Interaksi masyarakat cukup berjalan harmonis walaupun dengan latar
belakang budaya yang berbeda.

IV.1.1. Data Kelurahan Kumuh di Kecamatan Cilincing

Terlihat di tabel atas bahwa Berdasarkan Evaluasi RW Kumuh di


kecamatan Cilincing (2011), hasil survei Rukun Warga (RW) Kecamatan
Cilincing memiliki wilayah dengan jumlah RW kumuh terbanyak yaitu RW
02 Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing kemudian RW 04, RW 05 dan
RW 012 Kelurahan Kali Baru, Kecamatan Cilincing.

IV.1.2. Permasalahan kumuh pada Kelurahan-Kelurahan Kali Baru di Kecamatan


Cilincing
Permasalahan yang sering ditemui oleh kelurahan Kali Baru adalah
banjir yang menghadang penduduk di permukiman itu bisa berhari - hari hal
ini dikarenakan kecilnya tempat penyaluran air hujan dan utilitas penduduk
dikarenakan lahan tersebut digunakan untuk kebutuhan tempat tinggal
setempat yang mengakibatkan sampah tergenang di sekitar wilayah
pemukiman yang mengundang penyakit. Selain itu, terdapat permasalahan
keamanan pada kelurahan ini masih diragukan karena banyak kasus yang
beredar dan dikarenakan tempat kelurahan ini cukup besar maka
diperlukannya penjagaan yang lebih ketat. Selain dari faktor sosial, fasilitas
yang dimiliki oleh kelurahan kumuh sangat minim dengan material yang
rata-rata mereka gunakan untuk tempat tinggal adalah kayu lapuk dengan atap
asbes atau seng.

IV.1.3. Analisa pemilihan Kelurahan terkumuh di Kecamatan Cilincing

Berdasarkan data yang telah terlampir diatas maka dapat dipahami


bahwa kelurahan dengan tingkat keterkumuhan tertinggi adalah kelurahan
kali baru RW 4 dengan jumlah RT 14 yang keseluruhannya berstatus kumuh
berat, fenomena serupa juga terjadi pada kelurahan marunda RW 2 dengan
jumlah RT 13. Kedua kelurahan tersebut merupakan kelurahan dengan tingkat
persentase keterkumuhan tertinggi hingga mencapai 100%.

IV.1.4. Data RW Kumuh di Kelurahan Kali Baru


Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat bahwa pada kelurahan Kali
Baru RW 4 terdapat 14 dari 14 RT yang berstatus kumuh berat dengan tingkat
kemiskinan yang tinggi, dan juga pada kelurahan kali baru RW 5 terdapat 12
RT kumuh berat dari 13 RT yang ada. Selain itu, pada kelurahan kali baru RW
12 terdapat 13 RT berstatus kumuh berat dari 14 RT yang ada, maka dapat
dilihat hanya terdapat selisih 1 rt yang tidak dikategorikan sebagai RT kumuh
berat pada RW 5 dan RW 12.

IV.1.5. Permasalahan kumuh pada RW-RW di Kelurahan Cilincing


Pada permasalahan RW di kelurahan Cilincing yang pertama yaitu pada
RW 16 masalah yang sering dihadapi adalah banjir dikarenakan banyak
sampah yang menumpuk dan penyaluran air yang menyempit, area bagian
tersebut dibutuhkannya pembersihan air kali Kamal dan sampah yang
menumpuk pada RW 16. Untuk RW 12 permasalahan utama yang dihadapi
adalah keamanan penduduk sekitar yang terjadi oleh kenakalan remaja dan
juga orang yang dari luar wilayah tersebut dikarenakan kepadatan penduduk
yang cukup tinggi dengan sebesar 1.431,79 jiwa per hektar (evaluasi RW
kumuh Provinsi DKI Jakarta pada 2011).

sumber : detik.com

IV.1.6. Analisa Pemilihan RW terkumuh pada Kelurahan Kali Baru


RW 12 Kelurahan Kali Baru, Cilincing, masuk dalam kategori kumuh
berat. Keberadaan kawasan kumuh tidak hanya pada satu titik di wilayah
Jakarta. Dari pendataan yang dilakukan oleh pihak kelurahan dan kecamatan
di Jakarta pada tahun 2015, diperoleh data sebanyak 174 RW yang masuk
kategori kumuh. Dari data tersebut, tiga RW sisanya masuk kategori berat.
Salah satunya terletak di RW 04, RW 05 dan RW 012 Kelurahan Kali Baru,
Kecamatan Cilincing.

4.3 Analisa Pemilihan salah satu lokasi RT prioritas yang menjadi lokasi kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)

4.3.2 Analisa SWOT terhadap Aspek Manusia


- Strength : Warga memiliki jalinan sosial yang baik dengan
berkomunikasi satu sama lain
- Weakness : Tidak tersedianya fasilitas untuk warga berkumpul dan
melakukan kegiatan bersama serta Masih banyaknya warga yang membuang
sampah sembarangan
- Opportunities : Membuat sebuah fasilitas yang dapat menunjang kegiatan
sosial bagi warga dan tempat untuk melakukan kegiatan sosialisasi kepada warga
akan pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat
- Threat : Fasilitas yang sudah terbangun tidak mendapat perawatan yang
baik karena kurangnya kesadaran warga

4.3.3 Analisa SWOT terhadap Aspek Bangunan


- Strength : Beberapa rumah telah menggunakan material yang tahan lama
seperti bata dan semen
- Weakness : Kondisi beberapa rumah yang kurang layak dan letak
bangunan yang tidak teratur
- Opportunities : Membuat rumah susun yang layak untuk warga sekitar yang
kondisi rumahnya kurang layak
- Threat : Membuat rumah susun yang layak untuk warga sekitar yang
kondisi rumahnya kurang layak

4.3.4 Analisa SWOT terhadap Aspek Lingkungan


- Strength : Lokasi yang berdekatan dengan perairan mempermudah jalur
drainase
- Weakness : Banyaknya sampah yang memenuhi kawasan, kurangnya open
space, serta saluran drainase yang kurang baik
- Opportunities : Menyediakan ruang terbuka hijau sebagai salah satu sumber
resapan dan tempat pengelolaan sampah agar tidak terjadi genangan
- Threat : Karena lokasi berada di dekat perairan, berpotensi terjadi
banjir

4.4 Isu-Isu Strategis pada RT 10 RW 02 Kelurahan Kalibiru Kecamatan Cilincing

4.4.1 Isu Strategis dari Aspek Manusia


Tingkat pendidikan yang belum merata, dan minimnya sekolah dengan
kualitas baik disana, mempengaruhi pola pikir warga sekitar sehingga sulit diajak
untuk berkembang maju. Tak heran banyak akhirnya dari mereka yang memilih
langsung menjadi nelayan dan memiliki penghasilan yang tidak menentu dari
hasil tangkapan mereka. Hal ini berpengaruh juga pada kondisi ekonomi sekitar,
dimana dengan tingginya angka kemiskinan membuat memengaruhi perilaku
mereka dalam menjaga kondisi sekitar. Kondisi ini diperburuk dengan kondisi
laut yang sudah tercemar yang membuat para nelayan semakin sulit untuk
menambah hasil tangkapan laut mereka. Hal ini terjadi dikarenakan masyarakat
yang tinggal di perkampungan tersebut belum peduli dengan kebersihan dan
penyelamatan lingkungan, dan Belum teredukasinya pemanfaatan sampah daur
ulang agar dapat bernilai ekonomis untuk membantu perekonomian keluarga.

4.4.2 Isu Strategis dari Aspek Bangunan


Padatnya jumlah penduduk di Kampung Nelayan Kalibaru,
menyebabkan kepadatan bangunan juga terus meningkat baik di daratan maupun
di atas air, dan pola bangunan yang tidak teratur membuat kepadatan bangunan
semakin tidak terkendali. Kondisi hunian di kawasan Kampung Nelayan
Kalibaru, cenderung kumuh dan tidak terawat. Tidak hanya kondisi rumah
melainkan juga kondisi berbagai fasilitas penunjang di kawasan tersebut, seperti
dermaga yang dibangun dengan konstruksi seadanya, kondisi pasar yang sudah
tidak memadai dan lain sebagainya. Material bangunan yang banyak digunakan
pada rumah rumah di kawasan ini adalah bambu, asbes, anyaman bambu, dan
beberapa rumah menggunakan dinding batako.

4.4.3 Isu Strategis dari Aspek Lingkungan


Minimnya drainase lingkungan, tempat pembuangan dan pengelolaan
sampah, dan sistem utilitas penduduk dikarenakan lahan yang tersedia malah
digunakan untuk kebutuhan tempat tinggal setempat, akibatnya air hujan
tergenang dan menyatu dengan sampah di sekitar wilayah pemukiman yang
mengundang penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Muividayanti, Salma. 2019. Karakteristik Dan Faktor Penyebab Permukiman Kumuh Di Kelurahan
Tanjung Mas Kota Semarang. Semarang
Darmali, Hadian. 2018. https://docplayer.info/48039584-Bab-ii-kampung-nelayan.html diakses pada
16 April 2022 pukul 23.32 .
Asriadi, Sutiono Wilis. Kriteria Dasar Infrastruktur Permukiman Pada Daerah Nelayan
(Contoh Kasus Daerah Nelayan Kota Sorong). Sorong
Siregar, M. (2013). ANALISIS KESEDIAAN MASYARAKAT MENERIMA PROGRAM
KONSOLIDASI TANAH PERKOTAAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH BERAT.
Utama, P. (2022). Rusun Cilincing Memprihatinkan.

http://ciptakarya.pu.go.id
https://news.detik.com/foto-news/d-4764961/rusun-cilincing-memprihatinkan/6
file:///C:/Users/cherr/Downloads/503-1051-1-SM.pdf
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/132582-T%2027736-Analisis%20pelaksanaan-Analisis.pdf
https://adoc.pub/v-hasil-dan-pembahasan46359569285423c5ffb10bca8338486d24050.html
https://www.republika.co.id/berita/odumg81/kawasan-kumuh-rawan-masalah-meninjau-rw-terkumuh-
di-jakarta-bagian-2

Anda mungkin juga menyukai