Anda di halaman 1dari 28

PENATAAN PERMUKIMAN

KUMUH DI PERMUKIMAN

NELAYAN KAMPUNG DADAP


DISUSUN OLEH :

NADIA SAID BAGAZIE (052002000074)


UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN ARSITEKTUR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada kita
semua sehingga kami dapat menyelesaikan makala ini dengan judul “Transit
Oriented Development (TOD) Pada Kawasan Cikarang Utara".

Makalah ini berisikan tentang informasi yang berkaitan dengan pendekatan


perencaaan desain jaringan tranportasi lokal pada suatu lingkungan yang diharus
kan untuk mempertimbangkan adanya konsep perencanaan pengembangan
lingkungan yang berorientasi .

Untuk lebih dan kurangnya saya ucapkan terima kasih dan memohon maaf sebesar –
besarnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca.
Daftar Isi

BAB I.........................................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................1
BAB III.....................................................................................................................................17
BAB IV.....................................................................................................................................18
BAB V......................................................................................................................................21
BAB VI.....................................................................................................................................23
Daftar Pustaka .....................................................................................................................25
BAB I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tahunnya, jumlah penduduk miskin semakin bertambah. Menurut Badan
Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, jumlah penduduk miskin di Jakarta tahun 2021
sebanyak 501,920 ribu jiwa. Dengan ini, banyak juga terdapat pemukiman kumuh
seperti di pemukiman nelayan. Kampung nelayan merupakan kawasan atau
permukiman di mana mayoritas penduduknya bekerja dengan menjadi nelayan.
Pemukiman di pesisir sulit untuk berkembang sehingga banyak yang kondisinya semakin
memburuk.
Kampung Nelayan Dadap merupakan pemukiman nelayan yang berada di Kelurahan
Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Indonesia. Mata
pencaharian utama masyarakat kampung ini adalah melaut dan bekerja sebagai
nelayan.
Kondisi kampung ini sangat kumuh dengan rumah berdempetan yang terbuat dari
triplek atau bambu. Terdapat sampah yang menggunung di kawasan Sungai Dadap dan
juga sampai sisi jalan, yang sudah lama dibiarkan sehingga semakin membuat kawasan
tersebut tidak sehat untuk ditempati. Sampah-sampah tersebut menumpuk
dikarenakan air laut yang pasang, namun juga masih kurangnya kesadaran dari
masyarakat. Kawasan tempat tinggalnya juga sering tergenang. Dengan ini, dibutuhkan
penataan ulang dan relokasi agar dapat menjadi lebih layak huni.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2. 1. Tinjauan Judul “Penataan Permukiman Kumuh di Permukiman Nelayan”

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, penataan merupakan proses, cara,


perbuatan menata, dan menyusun. Dari pengertian tersebut, kaitannya dengan
permukiman yaitu suatu proses atau cara untuk menyelesaikan masalah permukiman
seperti melalui program pemugaran, peremajaan (upgrading dan redesain) bahkan
pemukiman kembali (relokasi).
Permukiman kumuh merupakan lingkungan hunian dengan tingkat kualitas hidup
yang tidak layak huni, tidak memiliki keteraturan antar bangunan, tingkat kepadatan
dan kerapatan yang tinggi, serta kondisi sarana prasarana jauh dari standar minimal.
Permukiman nelayan adalah lingkungan tempat tinggal pada pesisir laut, sungai,
danau, maupun pantai yang terbentuk sebagai kebutuhan atas hunian, ditunjang oleh
prasarana dasar dengan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai
nelayan.
Kelurahan Dadap merupakan lokasi dari penelitian ini yang tepatnya berada pada
Kelurahan Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Indonesia.
Kondisi permukiman Kampung Dadap ini sangat kumuh dengan rumah berdempetan
yang terbuat dari triplek atau bambu.
Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari judul “Penataan Permukiman
Kumuh di Permukiman Nelayan” adalah menata lingkungan yang memiliki kualitas tidak
layak huni pada suatu tempat tinggal yang berada di kawasan tepian perairan yang
salah satunya terdapat pada Kelurahan Dadap sehingga memiliki daya tarik dan nilai
jual yang tinggi.

1
2. 2. Tinjauan Teori Perumahan dan Permukiman Kumuh

Pengertian permukiman berbeda dengan istilah perumahan, permukiman


mempunyai pengertian yang lebih luas dibanding dengan perumahan yang diartikan
semata-mata pada pengertian fisiknya saja. Namun pada dasarnya, keduanya saling
berkaitan erat dimana perumahan merupakan sebuah subsistem dari permukiman.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa permukiman adalah suatu lingkungan yang
terdiri dari beberapa perumahan tempat tinggal atau hunian manusia yang dilengkapi
dengan fasilitas dan infrastruktur penunjang bagi kelangsungan hidup, kemudian
permukiman terdiri dari 4 unsur yaitu alam, masyarakat, lingkungan, dan jaringan
(lembaga pemerintahan). Sedangkan perumahan adalah kumpulan rumah yang
membentuk kesatuan unit administrasi terkecil yang menempati suatu area dari
permukiman, kemudian perumahan terdiri dari 3 unsur yaitu daerah, penduduk dan
tata kehidupan.
Permukiman kumuh merupakan lingkungan hunian dengan tingkat kualitas hidup
yang tidak layak huni, tidak memiliki keteraturan antar bangunan, tingkat kepadatan
dan kerapatan yang tinggi, serta kondisi sarana prasarana jauh dari standar minimal.
Secara umum, permasalahan pada lingkungan kumuh tumbuh dan berkembang secara
liar tanpa menghiraukan dampak kerusakan lingkungan secara berkelanjutan. Salah
satu yang menjadi penyebab masalah kumuh yaitu timbulnya perencanaan liar yang
terbangun secara ilegal dan tidak adanya perencanaan pembangunan secara
berkelanjutan.
Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 14 Tahun 2018 tentang Pencegahan
dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, tertulis pada
pasal 18-26 mengenai kriteria perumahan dan permukiman kumuh digunakan untuk
menentukan kondisi kekumuhan serta kriteria kekumuhan ditinjau dari beberapa
aspek. Berikut kriteria perumahan dan permukiman kumuh berdasarkan peraturan
tersebut, yaitu :
1. Bangunan gedung
• Ketidakteraturan bangunan
• Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan tidak sesuai dengan ketentuan
rencana tata ruang
• Kualitas bangunan yang tidak memenuhi syarat
2. Jalan lingkungan
• Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan perumahan atau
permukiman
• Kualitas permukaan jalan lingkungan buruk
3. Penyediaan air minum
• Akses air minum tidak tersedia
• Kebutuhan air minum minimal setiap individu tidak terpenuhi
4. Drainase lingkungan
• Drainase lingkungan tidak tersedia
• Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga
menimbulkan genangan
• Kualitas konstruksi drainase lingkungan buruk
5. Pengelolaan air limbah

2
• Sistem pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis
• Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan
teknis
6. Pengelolaan persampahan
• Prasarana dan sarana persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis
• Sistem pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis
7. Proteksi kebakaran
• Prasarana proteksi kebakaran tidak tersedia
• Sarana proteksi kebakaran tidak tersedia

2. 3. Tinjauan Teori Permukiman Nelayan

Permukiman nelayan merupakan tempat tinggal di pesisir laut, sungai, atau danau,
di mana sebagian besar penduduknya merupakan masyarakat dengan mata
pencaharian nelayan dan memiliki akses juga keterkaitan erat antara penduduk
pemukiman nelayan dengan tempat mereka bekerja, yaitu kawasan perairan. Namun,
sebagian dari penduduk tersebut masih terikat dengan daratan. Menurut Peraturan
Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 15/Permen/M/2006
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pengembangan Kawasan Nelayan,
kawasan nelayan merupakan perumahan kawasan khusus untuk menunjang kegiatan
fungsi kelautan dan perikanan.
Kehidupan masyarakat nelayan dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu aspek sosial,
aspek budaya, dan aspek ekonomi.

1. Aspek Sosial

Ditinjau dari aspek sosial, masyarakat nelayan memiliki sikap kekeluargaan yang erat
dan sikap gotong royong yang tinggi. Sikap-sikap ini muncul dikarenakan aktivitas
masyarakat nelayan di mana mereka harus meninggalkan keluarga untuk waktu yang
cukup lama, sehingga muncul rasa keakraban tinggi antara keluarga-keluarga yang
ditinggalkan.
2. Aspek Budaya

Masyarakat nelayan cenderung hidup dengan lebih dari satu keluarga dalam satu
rumah. Mereka juga cenderung menampung kerabat mereka untuk waktu yang
lama, sehingga jumlah dalam satu rumah melebihi kapasitas dan menyebabkan
terbatasnya ruang gerak. Tingkat pendidikan mereka yang pada umumnya rendah
menghambat kemajuan nelayan dikarenakan kurangnya pengetahuan, antara lain
sulitnya bagi pemerintah untuk memberi bantuan dalam bentuk penyuluhan
maupun modernisasi peralatan (Mubyarto;1985).
3. Aspek Ekonomi

Pendapatan nelayan tidak tentu dikarenakan usahanya tergantung pada keadaan


alam. Tingkat penghasilan nelayan terbagi atas dua hal :
1. Penghasilan bersih dari melaut, jika seorang “sawi” maka memiliki pendapatan yang
besar sesuai dengan kesepakatan.

3
2. Penghasilan sampingan, yaitu yang diperoleh dari pekerjaan tambahan, baik yang
diperoleh ketika menjadi buruh, bertani, dan berdagang maupun
pekerjaan/kerajinan dalam pengelolaan hasil laut lainnya.
Kriteria/standar kawasan permukiman nelayan adalah sebagai berikut :
1. Tidak berada pada daerah rawan bencana
2. Tidak berada pada wilayah sempadan pantai dan sungai
3. Kelerengan : 0 - 25%
4. Orientasi horizontal garis pantai : > 60 derajat
5. Kemiringan dasar pantai : terjal - sedang
6. Kemiringan dataran pantai : bergelombang - berbukit
7. Tekstur dasar perairan pantai : kerikil - pasir
8. Kekuatan tanah daratan pantai : tinggi
9. Tinggi ombak signifikan : kecil
10. Fluktuasi pasang surut dan arus laut : kecil
11. Tidak berada pada kawasan lindung
12. Tidak terletak pada kawasan budidaya penyangga, seperti kawasan hutan bakau
(mangrove)

2.4 Tinjauan Kebijakan


2.4.1 Kebijakan tentang Perumahan dan Permukiman Kumuh (Peraturan Pusat
maupun Daerah)
Peraturan tentang perumahan/permukiman kumuh adalah sebagai berikut :
1. Permen PUPR No.2 tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Membahas tentang kriteria dan tipologi perumahan/permukiman kumuh.
• Kriteria Perumahan/Permukiman Kumuh merupakan kriteria untuk menentukan
kondisi kekumuhan pada suatu perumahan/permukiman kumuh.
• Tipologi Perumahan/Permukiman Kumuh merupakan pengklasifikasian
perumahan/permukiman kumuh berdasarkan letaknya secara geografis.
2. Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2016 Tentang Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
• Bab 1 Pasal 1 ayat 17 dan ayat 18 membahas tentang pengertian perumahan kumuh.
Perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi
sebagai tempat hunian dan permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak
huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan
kualitas bangunan, kondisi sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.
• Pasal 108 disebutkan bahwa kriteria permukiman kumuh dapat ditandai dengan : (1)
Bangunan Gedung, (2) Jalan Lingkungan, (3) Drainase Lingkungan, (4) Pengelolaan
Sampah, (5) Pengelolaan Air Limbah, (6) Sistem Penyediaan Air Minum dan (7) Proteksi
Kebakaran. Hal tersebut didukung oleh teori Sinulingga (2002) yang menyatakan
bahwa permukiman kumuh dapat dicirikan dengan beberapa hal yaitu jumlah
penduduk yang sangat padat, jaringan jalan yang sempit yang tidak dapat dilalui
kendaraan roda empat, fasilitas drainase yang sangat tidak memadai, pembuangan air
kotor/ tinja sangat minim, fasilitas penyediaan air minum sangat minim, tata
bangunan yang tidak teratur, kawasan yang rawan tertular penyakit dan lahan yang
ditempati adalah lahan ilegal.

4
• Pasal 103-105, pencegahan kualitas permukiman kumuh terbagi atas 2 jenis
pencegahan berupa: (1) Pengawasan dan Pengendalian dan (2) Pemberdayaan
Masyarakat [6]. Pada Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2016 Pasal 102-121,
peningkatan kualitas pada permukiman kumuh terbagi menjadi 3 jenis yaitu berupa :
(1) Penetapan Lokasi, (2) Pola-pola Penanganan dan (3) Pengelolaan. Tahap
pengelolaan pada tahap peningkatan kualitas bertujuan untuk mempertahankan atau
menjaga kualitas permukiman yang berkelanjutan.
3. UU No.1 Tahun 2011 Tentang Pengembangan Kawasan Permukiman adalah sebagai
berikut :
(1) Amanat Terkait Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh adalah
penyelenggaraan pengembangan lingkungan hunian perkotaan pada Pasal 59
antara lain mencakup pencegahan tumbuhnya perumahan kumuh dan
mencegah bertumbuhnya serta berkembangnya lingkungan hunian yang tidak
terencana dan tidak teratur. Perencanaan pengembangan lingkungan hunian
perkotaan pada Pasal 66 antara lain mencakup penyusunan rencana
pencegahan tumbuhnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh serta
penyusunan rencana pencegahan tumbuh dan berkembangnya lingkungan
hunian yang tidak terencana dan tidak teratur. (2) Pencegahan dan Peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang terdapat
dalam Pasal 94 dengan maksud adalah meningkatkan mutu kehidupan dan
penghidupan masyarakat penghuni, mencegah tumbuh dan berkembangnya
perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta menjaga dan
meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman.

2.4.2 Kebijakan tentang Permukiman Nelayan (Peraturan Pusat maupun Daerah)

• Peraturan tentang perumahan/permukiman kumuh adalah sebagai berikut


:
• 1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 3 Tahun 2016 tentang
Pedoman Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan
• - Pasal 3, Perlindungan dan pemberdayaan
nelayan, bertujuan untuk memberikan kepastian usaha yang
berkelanjutan, meningkatkan kemampuan dan kapasitas nelayan, dan
kelompok nelayan dalam menjalankan usaha yang mandiri, produktif,
modern, dan berkelanjutan; menumbuhkembangkan sistem dan
kelembagaan pembiayaan yang melayani kepentingan usaha; melindungi
dari risiko bencana alam, perubahan iklim; dan memberikan perlindungan
hukum dan keamanan dalam kegiatan usaha nelayan.
• - Pasal 4, Peraturan Daerah ini mempunyai
kedudukan: pedoman bagi Pemerintah Daerah Provinsi dalam
penyelenggaraan perlindungan dan pemberdayaan nelayan; pedoman
bagi Daerah Kabupaten/Kota dalam menetapkan kebijakan perlindungan
dan pemberdayaan nelayan; dan pedoman bagi pemangku kepentingan
untuk berperan dalam perlindungan dan pemberdayaan nelayan.
• - Pasal 5, Perlindungan dan pemberdayaan
nelayan dilakukan terhadap: (1) nelayan perairan di laut sebagai bagian

5
masyarakat pesisir; dan (2) nelayan di perairan umum daratan lintas
Daerah Kabupaten/Kota.

2.4.3 Program pemerintah Daerah terhadap Kampung Nelayan Dadap

Pemerintah telah menyiapkan anggaran Rp 150 milyar untuk proyek penataan


kampung nelayan Dadap Kosambi. Anggaran itu masing-masing diperoleh dari
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Rp Rp 50 milyar dan
dari APBD Kabupaten Tangerang Rp 100 milyar.
Adapun pemerintah Kabupaten Tangerang menyiapkan Rp 100 milyar untuk lima
tahun selama proyek itu berlangsung. Anggaran tersebut digunakan untuk
membangun sarana pendidikan, ruang terbuka hijau, pengembangan ekonomi
masyarakat dan pengembangan jaringan jalan.
Kampung Nelayan Dadap, Kosambi, termasuk dalam program penataan kampung
kumuh yang dicanangkan pemerintah Kabupaten Tangerang sejak 2013. Di Dadap
akan dilakukan pembangunan rumah susun sewa, kampung deret untuk nelayan,
ruang terbuka hijau, Islamic Boarding School, dan Masjid Agung. Biaya pembangunan
fisik penataan Dadap sepenuhnya ditanggung pemerintah pusat.
Sebagai langkah awal penataan, pemerintah daerah Kabupaten Tangerang telah
menutup lokalisasi Dadap pada 2014.

2.4.4 Standar Penataan Permukiman (Standar Nasional Indonesia)

SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan


4.1 Ketentuan umum
Pembangunan perumahan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat
dan martabat, mutu kehidupan serta kesejahteraan umum sehingga perlu
dikembangkan secara terpadu, terarah, terencana serta berkelanjutan /
berkesinambungan. Beberapa ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam
merencanakan lingkungan perumahan di perkotaan adalah:
• a) Lingkungan perumahan merupakan bagian dari kawasan perkotaan
sehingga dalam perencanaannya harus mengacu pada Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen rencana lainnya yang ditetapkan
oleh Pemerintah Kota/ Kabupaten.
• b) Untuk mengarahkan pengaturan pembangunan lingkungan perumahan
yang sehat, aman, serasi secara teratur, terarah serta berkelanjutan /
berkesinambungan, harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan
ekologis, setiap rencana pembangunan rumah atau perumahan, baik yang
dilakukan oleh perorangan maupun badan usaha perumahan.
• c) Perencanaan lingkungan perumahan kota meliputi perencanaan sarana
hunian, prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum yang
diperlukan untuk menciptakan lingkungan perumahan perkotaan yang
serasi, sehat, harmonis dan aman. Pengaturan ini dimaksudkan untuk

6
membentuk lingkungan perumahan sebagai satu kesatuan fungsional
dalam tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya.
• d) Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus dilaksanakan
oleh kelompok tenaga ahlinya yang dapat menjamin kelayakan teknis, yang
keberadaannya diakui oleh peraturan yang berlaku.
• e) Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan
bagian dari sistem pelayanan umum perkotaan sehingga dalam
perencanaannya harus dipadukan dengan perencanaan lingkungan
perumahan dan kawasan-kawasan fungsional lainnya.
• f) Perencanaan pembangunan lingkungan perumahan harus menyediakan
pusat-pusat lingkungan yang menampung berbagai sektor kegiatan
(ekonomi, sosial, budaya), dari skala lingkungan terkecil (250 penduduk)
hingga skala terbesar (120.000 penduduk), yang ditempatkan dan ditata
terintegrasi dengan pengembangan desain dan perhitungan kebutuhan
sarana dan prasarana lingkungan.
• g) Pembangunan perumahan harus memenuhi persyaratan administrasi
yang berkaitan dengan perizinan pembangunan, perizinan layak huni dan
sertifikasi tanah, yang diatur oleh Pemerintah Kota/Kabupaten setempat
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• h) Rancangan bangunan hunian, prasarana dan sarana lingkungan harus
memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan keselamatan sesuai Standar
Nasional Indonesia atau ketentuan-ketentuan lain yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah serta Pedoman Teknis yang
disusun oleh instansi terkait.
• i) Perencanaan lingkungan perumahan juga harus memberikan
kemudahan bagi semua orang, termasuk yang memiliki ketidakmampuan
fisik atau mental seperti para penyandang cacat, lansia, dan ibu hamil,
penderita penyakit tertentu atas dasar pemenuhan azas aksesibilitas
(sesuai dengan Kepmen No. 468/ Thn. 1998), yaitu: (1) kemudahan, yaitu
setiap orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang bersifat
umum dalam suatu lingkungan; (2) kegunaan, yaitu setiap orang harus
dapat mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum
dalam suatu lingkungan; (3) keselamatan, yaitu setiap bangunan yang
bersifat umum dalam suatu lingkungan terbangun, harus memperhatikan
keselamatan bagi semua orang; dan (4)kemandirian, yaitu setiap orang
harus dapat mencapai, masuk dan mempergunakan semua tempat atau
bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan dengan tanpa
membutuhkan bantuan orang lain.
• j) Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan lingkungan
perumahan kota yang meliputi perencanaan sarana hunian, prasarana dan
sarana lingkungan, menggunakan pendekatan besaran kepadatan
penduduk.
• k) Dalam merencanakan kebutuhan lahan untuk sarana lingkungan,
didasarkan pada beberapa ketentuan khusus, yaitu: (1) besaran standar
ini direncanakan untuk kawasan dengan kepadatan penduduk <200
jiwa/ha; (2) untuk mengatasi kesulitan mendapatkan lahan, beberapa
sarana dapat dibangun secara bergabung dalam satu lokasi atau bangunan

7
dengan tidak mengurangi kualitas lingkungan secara menyeluruh;
(3) untuk kawasan yang berkepadatan >200 jiwa/ha diberikan reduksi 15-
30% terhadap persyaratan kebutuhan lahan; dan (4) perencanaan
prasarana lingkungan, utilitas umum dan sarana lingkungan harus
direncanakan secara terpadu dengan mempertimbangkan keberadaan
prasarana dan sarana yang telah ada
• l) Dalam menentukan besaran standar untuk perencanaan kawasan
perumahan baru di kota/new development area yang meliputi
perencanaan sarana hunian, prasarana dan sarana lingkungan,
pengembangan desain dapat mempertimbangkan sistem blok / grup
bangunan/ cluster untuk memudahkan dalam distribusi sarana lingkungan
dan manajemen sistem pengelolaan administratifnya. Apabila dengan
sistem blok / grup bangunan/ cluster ternyata pemenuhan sarana hunian,
prasarana dan sarana lingkungan belum dapat terpenuhi sesuai besaran
standar yang ditentukan, maka pengembangan desain dapat
mempertimbangkan sistem radius pelayanan bagi penempatan sarana dan
prasarana lingkungan, yaitu dengan kriteria pemenuhan distribusi sarana
dan prasarana lingkungan dengan memperhatikan kebutuhan lingkungan
sekitar terdekat.

2.5 Studi Banding Keberhasilan Penataan Permukiman Nelayan

2.5.1 Kampung Nelayan Kamal Muara

Kampung nelayan Kamal Muara yang dahulu dikenal sebagai kawasan kumuh dan
padat penduduk. Kampung yang terletak di pesisir utara Jakarta ini merupakan
titik awal penyeberangan kunjungan ke Pulau Kelor, Cipir dan Onrust. Sejak tahun
2018, perkampungan nelayan ini sedikit dipercantik dengan mengecat rumah-
rumah penduduk setempat yang berwarna-warni seperti Kampung Pelangi
untuk menciptakan nuansa kumuh dan menarik wisatawan. Saat ini, desa
nelayan Kamal Muara dikenal banyak orang sebagai desa pelangi dan menarik banyak
wisatawan yang ingin berfoto. Kampung Nelayan Kamal Muara telah disulap menjadi
kampung nelayan yang tertata rapi dengan dihiasi cat berwarna - warni di jalanan dan
di rumah - rumah warga. Kampung
Nelayan yang tadinya kumuh ini menjadi lebih tertata dan juga bersih. Walaupun belum
semua bagian dari Kampung nelayan kamal Muara yang tertata, namun hal ini menjadi
suatu pencapaian yang sangat baik. Para warga menyambut ide baik dari peremajaan
kampung ini dikarenakan kampung ini juga menjadi salah satu jalan para wisatawan
untuk menuju ke kepulauan seribu.

8
https://images.app.goo.gl/fGKNfHm9ThkHtN7Q8

Mayoritas penduduk desa nelayan adalah suku Bugis yang adat istiadatnya masih
cukup kuat. Orang masih menggunakan bahasa Bugis untuk bahasa sehari-hari dan
bahasa Indonesia. Tradisi yang masih dipertahankan di masyarakat
seperti penyelenggaraan pernikahan menggunakan adat adat suku Bugis. Suku Bugis
di sini sebagian besar berasal dari daerah Wajo dan Bone Sulawesi Selatan. Rumah
warga dibangun dengan gaya rumah panggung khas Bugis. Pengunjung yang ingin
berlibur di tiga pulau sering tersesat di Dermaga Muara Angke. Hal
ini dikarenakan wisatawan yang ingin melintasi pulau tersebut tidak mengetahui
lokasinya dan karena karakteristik lokasi ini mirip dengan Muara Angke dimana
terdapat pasar dan pelelangan ikan.

https://images.app.goo.gl/FZwsPaDz79XaQ3xe9

Kampung Nelayan Tegalsari

Kampung Nelayan Tegalsari merupakan salah satu kampung yang berada di pesisir
pantai kota Tegal dan merupakan salah satu tempat yang dianggap paling kumuh oleh
pemerintah kota Tegal. Kampung yang didiami oleh masyarakat yang mata
pencahariannya mayoritas sebagian besar didasarkan pada hasil laut, yaitu nelayan

9
dan budidaya perikanan. Untuk wilayah pesisir secara umum, pembangunan pesisir
masih memiliki beberapa tantangan, antara lain: keterbatasan fasilitas dan pelayanan,
termasuk infrastruktur fisik, kondisi lingkungan yang kurang terjaga, persyaratan
sanitasi tidak terpenuhi, air minum dan sanitasi tidak sepenuhnya terpenuhi, kondisi
perumahan pada umumnya jauh dari tempat tinggal, dan pendapatan masyarakat
masih sangat rendah.
Setelah itu pemerintah memutuskan untuk merevitalisasi kampung ini sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu kampung wisata yang dapat menarik wisatawan.
Pemerintah sangat berkomitmen dalam pembangunan Kampung Nelayan Tegalsari,
namun sejatinya pembangunan yang dilakukan atas nama kesejahteraan masyarakat
tidak terlepas dari peran dan partisipasi masyarakat itu sendiri. Masyarakat pesisir
dikenal dengan masyarakat yang berwatak keras dan kemampuan ekonominya rendah
dikarenakan kondisi kultur, lingkungan dan juga rendahnya tingkat pendidikan, namun
disisi lain struktur masyarakat pesisir dikenal sangat terbuka sehingga sangat mudah
untuk dipengaruhi.

https://images.app.goo.gl/jTSopkvgVhwh7xRv6

Hasil dari revitalisasi dan peremajaan yang dilakukan oleh pemerintahan pusat cukup
membuat dampak baik bagi masyarakat kampung nelayan. Banyaknya perkerasan dan
juga taman - taman menggantikan unsur tanah dan pasir yang berada di sekitar
kampung nelayan tersebut.

10
https://images.app.goo.gl/CZ9SLdQYpNdY6W3
78 https://images.app.goo.gl/H7gNKhWRwWVqaLEv5

Keberhasilan dari peremajaan kampung nelayan ini tentunya dapat diaplikasikan dalam
peremajaan kampung nelayan lain yang sifatnya masih sangat kumuh dengan
masyarakat berekonomi rendah, dan kampung ini dapat dijadikan suatu ladang mata
pencaharian yang baru sehingga dapat mengangkat ekonomi dari masyarakat dan
penduduk sekitar.

2.5.2 Kampung Nelayan Ine No Funaya Jepang

Kampung Nelayan in terletak di antara pegunungan dan laut di Prefektur Yosa,


Prefektur Kyoto, Jepang. Kita bisa menemukan bangunan kayu tradisional bernama
Funaya di Ine. Oleh karena itu desa ini disebut 'Ine no Funaya' yang berarti rumah
perahu di Ine. Pola permukiman Ine linier atau memanjang hingga 5 km dan terdiri dari
230 funaya. Populasi terdaftar adalah sekitar 2.500 orang.
Dari Pelabuhan Ine, funaya ini terlihat indah dilengkapi dengan pemandangan Laut
Jepang. Desa ini sudah ada sejak zaman Edo (1603 - 1868). Dan kawasan ini terbentuk
dari penggabungan desa pada tahun 1954. Awalnya, beberapa rumah perahu ini dibuat
untuk memaksimalkan ruang di desa Ine yang terletak di antara laut dan pegunungan.
Untungnya, ombak di Ine tenang sehingga warga bisa membangun
rumah menggunakan bahan kayu dari lingkungan sekitar.

11
https://www.masterplandesa.com/desa-pesisir/ine-no-funaya-wisata-perkampungan-nelayan-di-jepang/

Masyarakat di Kampung nelayan ini masih sangat sadar akan keselarasan


lingkungannya, walaupun rumah - rumah mereka berada diatas air, namun pelestarian
lingkungannya masih sangat terjaga. Kejernihan air nya pun masih sangat baik, bahkan
kawasan ini adalah salah satu kawasan penyuplai ikan terbesar di jepang. Lahan
hijaunya pun terjaga dengan baik dan masih sangat indah.

12
Walaupun telah berdiri sejak lama,bangunan - bangunan berubah seiring dengan
perkembangan zaman. Material - materialnya pun berubah. Dari awalnya
menggunakan material - material alam seperti kayu dan bambu, mereka beralih dengan
menggunakan material besi, dan juga perkerasan - perkerasan yang lebih kokoh untuk
bertahan diatas air.
Rumah di kampung ini bernama rumah funaya. Rumah funaya memiliki 2 lantai, di
lantai 1, salah satu ruangannya dijadikan sebagai garasi untuk meletakan kapal dari para
nelayan yang akan digunakan untuk memancing ikan. Sedangkan untuk lantai 2, saat ini
banyak dialihfungsikan sebagai penginapan oleh para nelayan setempat. Rumah -
rumah ini menghadap ke laut sehingga pemandangan yang dihadapkan sangat indah.

https://images.app.goo.gl/2k47PizHrxqNMuXG7

13
Saat ini kampung Nelayan ini juga menjadi salah satu spot wisatawan yang
berkunjung ke Jepang karena keindahan alamnya. Kampung ini juga dijuluki sebagai the
most beautiful village in Japan .

Kampung Nelayan Chew Jetty Penang

Kampung Nelayan Chew Jetty yang terletak di Penang, Malaysia merupakan salah satu
situs warisan duni yang ditetapkan oleh UNESCO. Kampung ini berusia hampir 2 abad.
Kampung Nelayan ini konon merupakan kampung halaman orang Tionghoa yang tiba
hampir dua abad yang lalu dan masih bertahan hingga sekarang. Mayoritas penduduk
disana adalah orang Tionghoa dan bahasa yang banyak digunakan adalah bahasa
Hokkien. Terletak di Kota Tua Georgetown,Desa ini kaya akan sejarah, dan pada masa
perang abad ke-18, daerah tersebut pernah menjadi tempat pengungsian atau tempat
berteduh bagi orang Tionghoa.

14
https://www.medisata.com/wisata/chew-jetty-penang
Jalanan di kampung ini umumnya menggunakan kayu. Jalanannya pun tidak terlalu
besar dan kendaraan yang dapat melewatinya hanya sepeda dan juga sepeda motor.
Elemen - elemen khas negeri tiongkok seperti lampu lampion pun terlihat banyak di
jalanan sekitarnya. Rumah - rumahnya pun kebanyakan terbuat dari material kayu yang
kokoh. Beberapa rumah pun mengecat dindingnya dengan berbagai macam gambar
dan mural yang menarik wisatawan dan membuatnya seperti street art.

15
https://www.medisata.com/wisata/chew-jetty-penang

Pada awalnya mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai pedagang,buruh


pelabuhan dan juga nelayan. Namun, karena populasi ikan di wilayah ini mulai
berkurang dan sulit untuk ditangkap, para penduduknya pun beralih profesi menjadi
pedagang. Para penduduknya melihat potensi akan wilayah nya untuk dijadikan sebuah

16
tempat wisata sehingga, hingga saat ini wilayah Chew Jetty berubah menjadi tempat
wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, dan terdapat banyak penginapan, kuil,
dan pusat oleh - oleh untuk para wisatawan. Tidak lupa juga wisata yang ditawarkan
yaitu menaiki perahu untuk berkeliling di perairan Chew Jetty.

BAB III. METODOLOGI

3.1 Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian di bidang arsitektur tentang permukiman
kumuh nelayan.
3.1.1 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder, di mana data
tidak secara langsung diambil namun dengan memanfaatkan dan meneliti data dari
pihak lain. Yaitu dengan mempelajari studi dan jurnal tentang permukiman kumuh.
3.1.2 Metode Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dan dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan
metode pengolahan data kualitatif, yang nantinya akan diidentifikasi permasalahan dan
potensinya, dimasukkan ke dalam kategori-kategori, kemudian ditarik kesimpulannya
(verifikasi data).
3.1.3 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah
analisis deskriptif kualitatif, dimana selain mengolah dan menyajikan data, juga
melakukan analisis data kualitatifnya. Hal ini dimaksudkan agar dapat menyeimbangkan
antara beberapa data yang telah didapatkan dengan mempelajari berbagai studi atau
jurnal maupun data-data dari sumber lain yang telah dipersiapkan.
Dalam penggunaan analisis deskriptif kualitatif tidak ada pedoman yang jelas, tetapi
setiap permasalahan yang diajukan harus terjawab dalam analisis data dengan
mengaitkan satu dengan hal yang lainnya.
Analisis data juga dapat menggunakan analisis SWOT agar diketahui kekuatan,
kelemahan, peluang, dan tantangannya. Dan selanjutnya data-data tersebut akan
dianalisis dengan memunculkan beberapa kesimpulan dan hasil temuan berdasarkan
penelitian tersebut.
Strength :
• Kelurahan Dadap berada di lokasi yang strategis
Weakness :
• Banyak sampah yang menumpuk
• Rumah yang ditempati oleh warga sudah termasuk tidak layak
Opportunities :
• Dengan lokasi yang strategis, dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi
Threats :
• Kurangnya kesadaran warga untuk meningkatkan kualitas permukiman
misal dengan kebersihan, akan memperburuk kondisi kampung
tersebut
3.1.4 Metode Penyusunan Konsep
Metode Penyusunan Konsep yang dilakukan adalah setelah data yang akan
digunakan terkumpul, dengan menggunakan konsep pengumpulan data yang telah

17
ditentukan, maka setelah itu dilakukannya pengembangan data dan memilah data dari
hasil analisa SWOT. Menentukan jenis pola yang akan digunakan untuk meningkatkan
kualitas permukiman kumuh.
3.2 Metode Pengabdian Masyarakat
Metode pengabdian yang digunakan adalah dengan cara menggunakan program
Pengembangan dari hasil penelitian yang didapatkan dari studi kasus, artikel, dan
informasi - informasi mengenai lokasi, kondisi,dan masyarakatnya melalui data - data
dan jurnal.
3.2.1 Metode Pendekatan Sosial
Metode pendekatan sosial yang digunakan adalah dengan cara menggunakan studi
kasus atau jurnal yang mengumpulkan data informasi dari kondisi lapangan,
menggunakan hasil wawancara masyarakat dari artikel, jurnal, dan studi kasus.
3.2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metode pelaksanaan kegiatan yang telah digunakan adalah serangkaian proses
kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis dan terencana menggunakan studi kasus
dari berbagai sumber lalu mengumpulkan data yang terkait mengenai lokasi adapun
tahap-tahap pelaksanaan sebagai berikut :
1. Persiapan pengolahan data dan informasi
2. Menganalisis data dan informasi yang telah diperoleh
3. Mengulas dengan cara studi banding keberhasilan dengan kondisi tapak
sejenis
4. Mengeluarkan output dan kesimpulan akhir dalam pelaksanaan kegiatan
Metode pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan dengan sosialisasi mengenai
masalah, usulan gagasan tentang perencanaan perancangan penataan permukiman kumuh,
dan juga selanjutnya sosialisasi mengenai rancangan. Beberapa hal ini dilakukan salah
satunya juga agar dapat mendapatkan masukan dari masyarakat (sasaran).

BAB IV. Gambaran Umum Kawasan Perencanaan dan Gambaran Khusus Lokasi Prioritas

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Dadap Kecamatan Kosambi


Kelurahan Dadap terbentuk pada tahun 2005. Wilayah ini membentang sepanjang
kali Prancis dan langsung berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta. Sehingga dapat
diakses melalui Kecamatan kalideres dan juga melalui Provinsi Banten. Lokasinya
tidak jauh dari Bandara Soekarno-Hatta, kurang dari satu jam. Dalam kelurahan ini
terdapat 4 perumahan, yaitu Villa Taman Bandara, Griya Dadap, Dadap Residence, dan
Puri
Kamal.

18
Sumber : CNN Indonesia Sumber : Tribunnews
4.1.1 Data Kelurahan Kumuh di Kecamatan Kosambi
Pada Kecamatan Kosambi, terdapat 7 kelurahan/desa kumuh, yaitu :
1. Kelurahan/Desa Rawa Rengas (Kumuh Ringan)
• RW 04 = 41 rumah kumuh
• RW 07 = 48 rumah kumuh
2. Kelurahan/Desa rawa Burung (Kumuh Ringan)
• RW 04 = 34 rumah kumuh
• RW 05 = 22 rumah kumuh

19
• RW 08 = 76 rumah kumuh
3. Kelurahan/Desa Belimbing (Kumuh Ringan)
• RW 11 = 77 rumah kumuh
• RW 12 = 103 rumah kumuh
• RW 13 = 140 rumah kumuh
• RW 15 = 33 rumah kumuh
• RW 16 = 55 rumah kumuh
4. Kelurahan/Desa Dadap (Kumuh Berat)
• RW 01 = 381 rumah kumuh
• RW 02 = 245 rumah kumuh
• RW 03 = 728 rumah kumuh
5. Kelurahan/Desa Kosambi Barat (Kumuh Ringan)
• RW 02 = 41 rumah kumuh
• RW 04 = 73 rumah kumuh
• RW 05 = 42 rumah kumuh
6. Kelurahan/Desa Cengklong (Kumuh Ringan)
• RW 05 = 46 rumah kumuh
• RW 07 = 66 rumah kumuh
• RW 09 = 103 rumah kumuh
• RW 10 = 89 rumah kumuh
7. Kelurahan/Desa Salembaran (Kumuh Ringan)
• RW 03 = 77 rumah kumuh
• RW 04 = 109 rumah kumuh
• RW 10 = 45 rumah kumuh
• RW 11 = 58 rumah kumuh
• RW 14 = 50 rumah kumuh
4.1.2 Permasalahan Kumuh pada Kelurahan-kelurahan di Kecamatan Kosambi
Rumah-rumah pada kecamatan Kosambi berdempetan. Terdapat banyak sampah
yang menggunung. Di salah satu kelurahannya, yaitu Kampung Dadap, kawasan tempat
tinggalnya sering tergenang.
4.1.3 Analisa Pemilihan Kelurahan Terkumuh di Kecamatan Kosambi
Pemilihan Kampung Dadap sebagai kelurahan untuk penataan permukiman kumuh
dikarenakan kondisinya yang sudah termasuk sangat buruk. Kelurahan ini sudah masuk
tingkat kekumuhan kumuh berat. Tempat tinggalnya sudah tidak layak huni lagi untuk
warga. Sampah-sampah juga menggunung di sungai hingga ke sisi jalan. Kampung ini
juga merupakan kawasan yang sering tergenang. Namun, sebenarnya kelurahan ini
memiliki potensi dikarenakan lokasinya yang termasuk strategis. Maka diharapkan
dengan terjadinya penataan ulang, kelurahan ini dapat berkembang dan juga dapat
memberikan keuntungan untuk warganya.
4.1.4 Data RW Kumuh di Kelurahan Dadap
Berikut 3 RW kumuh yang terdapat Kelurahan Dadap :
1. RW 01 = 381 rumah kumuh (2,78 Ha)
2. RW 02 = 245 rumah kumuh (1,79 Ha)
3. RW 03 = 728 rumah kumuh (5,31 Ha)
4.1.5 Permasalahan Kumuh pada RW-RW di Kelurahan Dadap

20
RW-RW di Kelurahan Dadap memiliki kondisi yang sangat kumuh dengan rumahnya
yang berdempetan, terbuat dari tripleks atau bambu. Di sekitar lingkungannya banyak
menumpuk sampah, baik di sungai dan juga di sisi jalan.

BAB V. Analisa SWOT dan Isu Strategis

5.1 Analisa SWOT Terhadap Aspek Manusia

Strength Weakness

• Warga (terutama nelayan) yang • Kurangnya kepercayaan warga


tidak mudah menyerah walaupun terhadap (rencana) pemerintah
pendapatan semakin berkurang • Kurangnya koordinasi/komunikasi
sejak terjadinya reklamasi pantai antara pemerintah dengan warga
setempat

Opportunities Threats

• Sudah ada rencana pemerintah • Dari letaknya yang dekat dengan


untuk menata dan bandara menjadi jalur peredaran
menyempurnakan kawasan ini narkotika

5.2 Analisa SWOT Terhadap Aspek Bangunan

Strength Weakness

• Sudah ada beberapa bangunan • Bangunan - bangunan yang


yang masuk kedalam tipe terletak di kampung ini
perumahan. menggunakan material - material
seadanya seperti kayu - kayu tidak
layak, terpal, dan triplek.

Opportunities Threats

• Sudah ada nya rencana dari • Dari materialnya saja sangat tidak
pemerintah untuk menata dan kokoh untuk menghadapi cuaca
memberikan bangunan layak huni seperti hujan yang sangat deras,
untuk para nelayana disana. maupun bencana banjir.

5.3 Analisa SWOT Terhadap Aspek Lingkungan

Strength Weakness

21
• Lokasi yang strategis, dekat • Dekat dengan laut sehingga ketika
dengan bandara banjir kondisi lingkungan semakin
• Memiliki lahan kosong yang dapat parah
dimanfaatkan untuk mata • Terdapat banyak sampah
pencaharian atau sumber pokok menggunung
kehidupan warga • Kurangnya kesadaran warga
sendiri untuk meningkatkan
kebersihan lingkungan

Opportunities Threats

• Lokasi strategis dapat membantu • Reklamasi pantai membuat para


meningkatkan pendapatan warga warga resah dikarenakan hal
tersebut membuat pendapatan
nelayan semakin menurun
• Posisi wilayah yang dekat dengan
laut memperburuk kondisi
wilayah tersebut terutama ketika
banjir

Isu Strategis dari Aspek Manusia

• Penataan untuk Kelurahan Dadap, dengan rencana pada beberapa titik tertentu, salah
satunya seperti menjadi pusat kuliner atau kerohanian

Isu Strategis dari Aspek Bangunan

• Di beberapa kawasan, sudah terdapat perumahan


• Menata rumah - rumah warga di bantaran agar menjadi rumah - rumah yang siap huni
dan layak pakai.
• Membangun pasar untuk menjual hasil tangkapan nelayan sehingga dapat menarik
minat dari wisatawan.

Isu Strategis dari Aspek Lingkungan

• Penataan kawasan/wilayah menjadi permukiman dan ruang terbuka hijau


• Penataan kawasan/wilayah yang dapat dijadikan suatu objek wisata karena dekat
dengan laut.
• Penataan kawasan/wilayah yang dapat dijadikan suatu tempat untuk menjual ikan -
ikan segar yang dapat membantu perekonomian masyarakat

22
BAB VI. Pengabdian Kepada Masyarakat

6.1.1 Gambaran Lokasi Prioritas

Gambaran lokasi RT 01 yang terletak pada RW 02 ini merupakan are yang tingkat kumuh nya
sudah masuk kategori kumuh berat. Pada lokasi ini tempat tinggal nya sudah tidak layak
huni, tidak tertata. Area sekitarnya juga banyak sampah, sungai yang sudah tercemar, sering
terjadi banjir air laut yang menyebabkan area ini sering digenangi air yang tidak surut-surut.
Untuk efek baik kedepannya dan kampung nelayan dadap ini dapat berkembang kea rah
yang lebih baik, maka diharapkan adanya penataan ulang pada lokasi ini.

6.1.2 Potensi dan masalah pada Lokasi Proritas

Pada wilayah prioritas ini sangat berpotensi dengan hasil nelayan nya yang sebagai sumber
mata pencaharian utama bagi masyarakat lokasi ini. Lokasi ini dapat dibuat sebagai pusat
pasar ikan yang segar dengan adanya bagian kuliner di lantai 2 pasar tersebut yang
membuat lokasi ini sebagai pusat kuliner masakan laut dan pasar ikan modern yang bersih
dan rapih. Tetapi untuk saat ini harus menata ulang lokasi ini dikarenakan kondisi lokasi
yang sangat kumuh, sehingga mengurangi peminat berkunjung wisatawan.

6.1.3 Isu Strategis pada Lokasi Prioritas

Isu Strategis dari Aspek Manusia

1. Penataan permukiman, pasar ikan modern, dan pusat kuliner makanan laut.

Isu Strategis dari Aspek Bangunan

1. Membangun ulang permukiman yang layak huni.


2. Membangun rumah susun agar lebih tertata dan hemat lahan, serta mengurangi
rumah yang terdampak banjir air laut.

Isu Strategis dari Aspek Lingkungan

1. Membuat pengelolaan sampah agar tidak mudah banjir karena penumpukan


sampah yang tidak terkelola.
2. Membuat danau/ tanggul untuk menampung kelebihan air, agar tidak terjadi
penumpukan genangan air Ketika terjadi banjir.
3. Membuat kawasan terbuka hijau/ taman untuk masyarakat umum dan wisatawan.

6.1.4 Usulan Program Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat

23
1. Dari segi perekonomian
Membuat pasar ikan modern untuk menyalurkan hasil tangkapan ikan nelayan, agar
pendapatan nelayan dapat dikelola dengan baik dan merata.

2. Dari segi pendidikan


Mendirikan sekolah dan mengedukasi masyarakat pendingnya Pendidikan.

3. Dari segi sarana dan prasarana


Menata ulang sarana prasarana yang dibutuhkan, dan memperbaiki sarana
prasarana yang sudah tidak layak.

4. Dari segi bangunan


Menata ulang keseluruhan, bisa dengan membuat rumah susun agar tidak ada lagi
rumah-rumah yang terbuat dari triplek yang membuat lokasi terlihat berantakan dan
kumuh.

5. Dari segi lingkungan


Mengedukasi masyarakat pentingnya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat,
serta mengadakan pembersihan rutin serperti gotong royong, dan dapat
mengadakan sistem denda agar masyarakat disiplin terhadap peraturan yang ada.
Sehingga lokasi tetap bersih.

24
DAFTAR PUSTAKA
Asriadi and Sutiono, Wilis. Kriteria Dasar Infrastruktur Permukiman Pada Daerah Nelayan
(Contoh Kasus Daerah Nelayan Kota Sorong).
Sungai Penuh. 2017. Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh Nomor 7 Tahun 2017 Tentang
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh. Pemerintah Kota Sungai Penuh: Sungai Penuh.
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 02/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh. Jakarta.
Chrisvananda, Bagoes Fachrul. 2021. Penataan Kawasan Permukiman Nelayan Ujungbatu
Kota Jepara dengan Pendekatan Green Architecture (Fokus Perancangan Pada Area
Waterfront).
Syaltut, Machmud. 2016. Analisis Sosial Ekonomi Nelayan di Kampung Wuring Kecamatan
Alok Barat Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur.
Larasita, Irma Dela, Parino Rahardjo, dan Bambang Deliyanto. 2020. Rencana Penataan
Kampung Nelayan Kamal Muara Sebagai Kampung Wisata (Objek Studi : Kampung Nelayan,
Kelurahan Kamal Muara, Jakarta Utara).
Kabupaten Tangerang. 2017. Penetapan Lokasi Perumahan dan Permukiman Kumuh serta
Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan di kabupaten
Tangerang. Pemerintah Kabupaten Tangerang: Tangerang.
Republika.co.id. 22 Agustus 2019. Kampung Nelayan Kamal Muara, Pelangi di Pesisir Utara
Jakarta. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&u
act=8&ved=2ahUKEwiTxt3M2af3AhWjTmwGHeC_CT8QFnoECAsQAQ&url=https%3A%
2F%2Frepublika.co.id%2Fberita%2Fgaya-
hidup%2Ftravelling%2F19%2F08%2F21%2Fpwkuyd0-kampung-nelayan-kamal-muara-
pelangi-di-pesisir-utara-jakarta&usg=AOvVaw0I1BNgQ-hDAhqfS6ju39v6
Masterplandesa.com. 21 Mei 2019. Ine No Funaya, Wisata Perkampungan Nelayan di
Jepang. https://www.masterplandesa.com/desa-pesisir/ine-no-funaya-wisata-perkampungan-
nelayan-di-jepang/
Natih.net. 2 Mei 2019. Ine No Funaya : Desa Nelayan Sejuta Pesona di Kyoto
Jepang. https://natih.net/ine-no-funaya-desa-eksostis-sejuta-pesona-di-kyoto-jepang/
Medisata.com. 2 September 2021. Chew Jetty : Kampung Nelayan Warisan Dunia
UNESCO. https://www.medisata.com/wisata/chew-jetty-penang
Tangerangnews.com. 27 Maret 2018. Begini Rencana Penataan Kawasan Dadap
Tangerang. https://tangerangnews.com/kabupaten-tangerang/read/23257/Begini-Rencana-
Penataan-Kawasan-Dadap-Tangerang
http://repository.unissula.ac.id/11489/6/BAB%201.pdf
Kompas.com. 28 Desember 2016. Penataan Dadap, Antara Program Pemerintah dan Kesiapan
Masyarakat. https://megapolitan.kompas.com/read/2016/12/28/16000091/penataan.dadap.ant
ara.program.pemerintah.dan.kesiapan.masyarakat?page=all
Detakbanten.com. Dadap Jalur Strategis Peredaran Narkoba. 12 Februari
2018. https://www.detakbanten.com/today/dadap-jalur-strategis-peredaran-narkoba

25

Anda mungkin juga menyukai