Anda di halaman 1dari 12

INFRASTRUKTUR KAWASAN PESISIR

(GROIN)

OLEH :
MUHAMMAD IRJIIL
E1G121055

Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo


Kendari
2023
Jurusan Teknik Sipil
Program Studi Teknik Kelautan

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan Rahmat hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami menyelesaikan makalah tentang infrastruktur
kawasan pesisir.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga dengan adanya makalah ini ada manfaat untuk
pembaca dan dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Kendari, 23 mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4
1.1.1 Karakteristik Masyarakat Pesisir .................................................................. 5
1.1.2 Manfaat Bangunan Groin ............................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 7
2.1 Pengertian Groin ...................................................................................................... 7
2.2 Tipe tipe groin .......................................................................................................... 8
2.3 Sistem Kerja Groin .................................................................................................... 9
2.4 Bahan Lapis Lindung Rubble Mound Groin .............................................................. 9
2.5 Tata Letak Groin ...................................................................................................... 10
BAB III ................................................................................................................................ 11
PENUTUP ........................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 11
3.2 Saran ....................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki potensi wilayah pantai yang sangat besar.
Bagi masyarakat Indonesia pantai sudah tidak asing karena sebagian besar penduduk
bermukim di daerah pesisir. Adanya karakter pantai yang khas seperti semilir angin yang
bertiup, deburan ombak, pemandangan matahari terbenam (sunset), pasang surut dan
berbagai organisme seperti cangkang kerang-kerangan yang terdampar serta tepian pantai
yang berpasir putih menjadi daya tarik pantai

Pantai merupakan wilayah yang sangat kompleks sebagai hasil dari interaksi antara
faktor fisik, kimiawi dan biologis. Daerah pantai merupakan wilayah pertemuan antara
ekosistem daratan dan lautan sehingga memiliki karakteristik yang spesifik. Konsep
keterpaduan dalam pengelolaan kawasan pesisir sangat diperlukan agar kondisi
lingkungan di daerah tersebut dapat terjaga sepanjang masa. Salah satu konsep penting
yang perlu diperhatikan adalah mengelola alam sesuai dengan kemampuan alam
melakukan perbaikan dirinya sendiri

Di Indonesia sendiri 60% penduduknya hidup di wilayah pesisir, peningkatan jumlah


penduduk yang hidup di wilayah pesisir memberikan dampak tekanan terhadap sumber
daya alam pesisir seperti degradasi pesisir, pembuangan limbah ke laut, erosi pantai
(abrasi), akresi pantai (penambahan pantai) dan sebagainya. Dalam melakukan berbagai
aktivitas untuk meningkatkan taraf hidupnya, manusia melakukan perubahan-perubahan
terhadap ekosistem dan sumber daya alam sehingga berpengaruh terhadap lingkungan di
wilayah pesisir khususnya garis pantai.

Penurunan keseimbangan pantai, akibat pemanfaatan potensi di daerah pesisir, dapat


dihindari dengan penerapan teknologi bangunan pengaman pantai. Perencanaan bangunan
pengaman pantai harus mempertimbangkan kemampuan pantai mempertahankan
keseimbangannya. Maka perlu dilakukan evaluasi kinerja bangunan pengaman pantai
yang telah ada ditinjau dari aspek lingkungan, konstruksi, dan efektifitasnya dalam
menjaga keseimbangan pantainya.

Namun sebelum merancang sebuah bangunan pelindung pantai mari kita mengenal
mengenai kehidupan masyarakat yang ada di kawasan pesisir pantai.

4
1.1.1Karakteristik Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir pada umumnya telah menjadi bagian masyarakat yang
pluraristik tapi masih tetap memiliki jiwa kebersamaan. Artinya bahwa struktur
masyarakat pesisir rata-rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan
dan pedesaan. Karena, struktur masyarakat pesisir sangat plurar, sehingga mampu
membentuk sistem dan nilai budaya yang merupakan akulturasi budaya dari masing-
masing komponen yang membentuk struktur masyarakatnya.

Hal menarik adalah bahwa bagi masyarakat pesisir, hidup di dekat pantai merupakan
hal yang paling diinginkan untuk dilakukan mengingat segenap aspek kemudahan
dapat mereka peroleh dalam berbagai aktivitas kesehariannya. Dua contoh sederhana
dari kemudahan-kemudahan tersebut diantaranya:

Pertama,bahwa kemudahan aksesibilitas dari dan ke sumber mata pencaharian


lebih terjamin, mengingat sebagian masyarakat pesisir menggantungkan
kehidupannya pada pemanfaatan potensi perikanan dan laut yang terdapat di
sekitarnya, seperti penangkapan ikan, pengumpulan atau budidaya rumput laut, dan
sebagainya. Kedua, bahwa mereka lebih mudah mendapatkan kebutuhan akan MCK
(mandi, cuci dan kakus), dimana mereka dapat dengan serta merta menceburkan
dirinya untuk membersihkan tubuhnya; mencuci segenap peralatan dan perlengkapan
rumah tangga, seperti pakaian, gelas dan piring; bahkan mereka lebih mudah
membuang air (besar maupun kecil). Selain itu, mereka juga dapat dengan mudah
membuang limbah domestiknya langsung ke pantai/laut.

Dengan berkaca pada perilaku masyarakat di pesisir pantai mereka sangat


berketergantungan pada laut itu sendiri tetapi mereka tidak menyadari semakin lama
tempat mereka akan terkerus oleh gelombang, arus, yang menyebabkan semakin
terkikisnya kawasan pemukiman mereka.

Maka dengan adanya infrastruktur berupa pembangunan groin di kawasan tersebut


akan menjaga kawasan permukiman tersebut.

1.1.2 Manfaat Bangunan Groin


Selain mempunyai beberapa fungsi groin juga memiliki fungsi menjaga tidak
terjadi erosi groin juga dapat di manfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat sandaran
kapal kapal kecil selepas dari laut.

5
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah penjelasan mengenai infrastruktur
bangunan pelindung pantai groin.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
infrastruktur kawasan pesisir dalam hal ini bangunan pelindung pantai atau groin.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Groin


Groin adalah banguna pelindung pantai yang biasanya dibuat tegak lurus garis pantai
dan berfungsi untuk menahan transpor sedimen sepanjang pantai sehingga bisa
mengurangi/menghentikan erosi yang terjadi. Bangunan ini juga bisa digunakan untk
menahan masuknya transport sedimen sepanjang pantai ke pelabuhan atau muara sungai.
Groin yang ditempatkan di pantai akan menahan gerak sedimen tersebut sehingga
sedimen mengendap di sisi sebelah hulu ( terhadap arah transport sedimen sepanjang
pantai ).
Di sebelah hilir groin angkutan sedimen masih tetap terjadi sementara suplai dari
sebelah hulu terhalang oleh bangunan, akibatnya daerah di hilir groin mengalami deficit
sedimen sehingga pantai mengalami erosi. perlindungan pantai dengan menggunakan
satu buah groin tidak efektif. Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan membuat
suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak
tertentu.
Umumnya konstruksi groin berupa konstruksi rubble mound atau tumpukan batu baik
berupa batu alam maupun batu buatan,caisson beton, turap, tiang yang dipancang sejajar,
namun ada beberapa groin yang terbuat dari kayu. Perlindungan pantai dengan
menggunakan satu groin tidaklah efektif, karena perubahan garis pantai yang terjadi tidak
terlalu besar (Triatmodjo,1999).Biasanya perlindungan pantai
dilakukandenganmenggunakan suatu seri bangunan yang terdiri atas beberapa groin yang
di tempatkan pada jarak tertentu.

7
2.2 Tipe tipe groin
Groin dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu tipe lurus, tipe T dan tipe L.
Menurut kontruksinya groin dapat berupa tumpukan batu, caisson beton, turap, tiang yang
dipancang berjajar, atau tumpukan buis beton yang didalamnya diisi beton. Di dalam
perencanaan groin masih dimungkinkan terjadinya suplai pasir melintasi groin ke daerah
hilir. Pasir dapat melintasi groin dengan melewati sisi atasnya (overpassing) atau
melewati ujungnya (endpassing).

Gambar : Tipe Groin L

Gambar : Tipe Groin T

8
2.3 Sistem Kerja Groin
Interaksi antara proses – proses pantai dengan groin atau sistem groin adalah rumit.
Bagaimanapun ada sedikit prinsip dasar yang dapat diterapkan dalam perencanaan groin,
antara lain :
1. Groin hanya dapat digunakan untuk menghentikan longshore transport dan tidak
menghentikan onshore – off shore transport.
2. Pembentukan pantai di dekat groin tergantung dari besar dan arah longshore
transport. Arah tersebut tergantung dari sudut datang gelombang. Apabila arah datang
gelombang normal terhadap garis pantai maka longshore transport akan sama dengan
nol. Jadi cara groin mengurangi longshore transport adalah dengan membiarkan garis
pantai berorientasi normal terhadap arah datang gelombang sehingga longshore
transport sama dengan nol.
3. Akumulasi groin terhadap long shore drift memodifikasi profil pantai yang
kemudian berusaha menata kembali bentuk alami pantainya.
4. Arah yang didorong oleh gelombang kearah groin kadang – kadang berbalik ke laut
dalam bentuk arus balik (rip current) sepanjang sisigroin. Dengan cara ini groin dapat
menambah jumlah sedimen yang bergerak ke laut.
5. Prosentase longshore transport yang melewati groin tergantung pada ukuran groin,
ukuran fillet,water level dan kondisi gelombang.
6. Longshore drift yang terjadi pada fillet atas dicegah agar tidak mencapai fillet
bawah dimana keseimbangan pasir lemah (tidak terlalu baik).

2.4 Bahan Lapis Lindung Rubble Mound Groin


Bahan lapis lindung yang dipakai untuk rubblemound groind harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut (Yuwono, 1982) :
a) Bahan lapis lindung harus tahan terhadap keadaan lingkungan (tidak mudah rusak
karenabahan kimia, tahan terhadap gaya dinamik yangberasal dari gelombang pecah,
dan sebagainya)
b) Batu, baik batu alam maupun buatan harus mempunyai berat jenis yang cukup besar
(>2.6). Semakin besar berat jenis bahan yang dipakai, semakin kecil ukuran batu
yangdiperlukan sehingga mempermudah pekerjaan.
c) Bahan lapis lindung harus cukup kasar sehingga mampu menahan gaya – gaya yang
disebabkangelombang
d) Bahan lapis lindung yang dipakai harus relatif murah, kalau perlu pemilihan jenis
bahan yangada pada lokasi pekerjaan sehingga diperoleh jenis konstruksi yang murah.

9
Konstruksi groin yang dibangun umumny amerupakan konstruksi rubble mound
groin. Rubblemound groin terbuat dari beberapa lapisan batuan yang ditata miring.
Sebagai suatu aturan umum desain groin, tiap-tiap lapisan harus didesain sedemikian agar
lapisan yang terdiri atas materialyang lebih halus tidak mudah berpindah atau berubah
susunannya. Sedangkan lapisan terluar didesain agar tahan terhadap hempasan
gelombang yang mengenai struktur groin.
Keuntungan bangunan pelindung tipe rubble mound ini adalah pada kemampuannya
untuk menahan serangan gelombang yang cukup besar, masih dapat dibangun dengan
kondisi tanah yang kurang baik sekalipun, mampu beroperasidengan baik dalam periode
yang cukup lama. Selain itu apabila terjadi penurunan konstruksi perbaikannya mudah
dilakukan.
2.5 Tata Letak Groin
Perencanaan tata letak groin meliputi penentuan jarak antara groin serta penempatan
groin pada lokasi. Jarak antar groin didefenisikan sebagai fungsi dari panjang groin untuk
spasi. Selain itu jugamerupakan fungsi sudut datang gelombang, selisih pasang – surut,
material dan kelandaian pasir. Jarak groin yang terlalu dekat akan memberikan system
yang mahal, selain itu dari segi artistik akan mengganggu keindahan pantai. Sedangkan
jarak yang terlalu jauh akan menghasilkan suatu sistem groin yang tidak efektif dan erosi
akan tetap berlanjut, sehingga fungsi groin untuk menangkapsedimen tidak tercapai. Jarak
antar groin pada pantai berpasir secara spesifik adalah 2 sampai 3 kalipanjang groin
(Erlich and Kulhawy, 1982).

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk Menanggulangi erosi pantai, langkah pertama yang harus dilakakukan adalah
mencari penyebab terjadinya erosi. Dengan mengetahui penyebabnya, selanjutnya kita
dapat menentukan cara penanggulangannya yang biasanya dapat berupa bangunan-
bangunan pelindung pantai ataupun dengan menambah suplai sedimen.Salah satu jenis
bangunan yang dapat dibuat untuk mengatasi erosi dan gelombang pada pantai antara lain
dengan membangun susunan groin pada pesisir pantai.
3.2 Saran
Kita sebagai Warga Negara yang baik hendaknya ikut beperan dalam proses
pengamanan pantai tersebut, yaitu dengan ikut melestarikan ekosistem laut beserta isinya,
melakukan pembangunan sesuai peraturan yang berlaku agar tidak melewati garis pantai,
serta tidak melakukan penambangan pasir atau perusakan karang.

11
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Ir. H. Bambang Triadmojo, CES, DEA. Teknik Pantai Edisi kedua tahun 1999. Beta
offset yogyakarta.
Catatan kuliah dari Dosen pembimbing mata kuliah Teknik Pantai Universitas Sumatera Utara
bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia Tarigan, MSc.
A guide to managing coastal erosion in beach/dune systems, Artificial Headland US.
Putu Aditya Setiawan Blog, jetty (bangunan pelindung pantai).
US Army Corps of Engineers, 2000, Coastal Engineering Manual Part.
Pope, Joan, 1997 “Responding to Coastal Erosion and Flooding Damages”, Journal of Coastal
Research, Vol 13 Issue 3 p 704-710.
Budhi Kuswan Susilo ST, MT. Materi kuliah Geologi Kelautan.

12

Anda mungkin juga menyukai