PAPER
Disusun oleh:
E1B120010
FAKULTAS TEKNIK
KENDARI
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah dengan judul “ Arsitektur Kawasan Pesisir Di Daerah
Bungkutoko, Kecamatan Abeli, Kota Kendari ” ini dapat tersusun hingga selesai.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Wawasan kemaritiman.Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan
agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkann kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi
para pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………...…………..…...2
DAFTAR ISI……………………………………………………...……………....3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………...………………....4
A. Latar Belakang…………………………………..…………………….4
B. Rumusan Masalah…………………………...………………………...5
C. Tujuan…………………………………..……………………………..5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………......……..........6
A. Tinjaun Umum..………………………………………….........………6
B. Tinjaun Khusus..…………………………………………….......……9
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………..……....…..10
A. Bentuk arsitektur kawasan pesisir……………………………..……..10
B. Karakteristik Lokasi Pada Kawasan Pesisir.………………......……..12
C. Bentuk Hunian Kawasan Pesisir Bungkutoko ……………...……….13
D. Struktur Dan Infrastruktur Rumah Tinggal di
Kawasan Pesisir Daerah Bungkutoko………………….................….14
E. Hubungan Arsitektur Amfibi Dan Arsitektur Daerah Pesisir…....…20
BAB IV PENUTUP…………………………………………………..…..……..21
A. Kesimpulan……………………………………………………..……21
B. Solusi………………………………………………………….……...22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..….....23
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berada dekat dengan kota, permukiman pesisir ini tidak terlepas dari
fenomena pendatang dengan beragam suku (muna, tolaki, dan Bugis).
Berdasarkan hasil observasi awal, sebagian besar masyarakat yang tinggal di
daerah bungkutoko berasal dari suku muna dan tolaki, sementara rumah yang
ditinggali suku bugis hanya beberapa rumah saja. Oleh karena itu, analisis
4
terhadap tipologi arsitektur yang ada di permukiman pesisir bungkutoko
diperlukan untuk mendapat gambaran karakter terbaru dari kawasan tersebut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bentuk adaptasi bangunan pada daerah pesisir.
2. Mengetahui karakteristik lokasi rumah daerah pesisir khususnya rumah
tinggal masyarakat daerah bungkutoko.
3. Mengetahui bentuk Hunian Kawasan Pesisir Bungkutoko
4. Mengetahui struktur dan infrastruktur rumah tinggal di daerah pesisir
bungkutoko
5. Dapat mengetahui hubungan antara arsitektur amfibi dan bentuk bangunan
pada daerah pesisir?
5
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum
1. Arsitektur kemaritiman
Pesisir adalah daerah yang berada di tepi laut sebatas antara surut terendah
dan pasang tertinggi dimana daerah pantai terdiri atas daratan dan perairan. Pada
daerah pantai masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas darat
(dilakukan di daerah perairan) serta aktivitas marine (dilakukan di daerah
daratan), sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua daerah tersebut saling
6
memiliki ketergantungan satu sama lain, atau dapat juga diartikan saling
mempengaruhi (Yuwono, 1999; Triatmodjo, 1999 dalam Kodoatie, 2010).
Menurut Egam dan Rengkung (2017), tipologi hunian dapat menjadi salah
satu simbol karakter fisik permukiman pesisir, mulai dari tampilan fasad,
geometri, hingga pola hubungan ruang. Contoh karakter rumah tinggal vernakular
daerah pesisir khususnya di Jawa yakni beratap pelana bermaterialkan genteng,
berdinding kayu, dan batu bata ekspos (Hermawan et al., 2018).
Selain itu, dari morfologi kawasan seperti pola permukiman (Santri, 2018)
dan fungsi ruang-ruang kawasan secara makro (Egam & Rengkung, 2017) dapat
tercermin pula karakter dari permukiman pesisir. Perlu menjadi catatan adalah
salah satu konsekuensi yang dapat terjadi akibat fenomena akulturasi budaya
7
penduduk asli dengan pendatang adalah melemahnya budaya lokal. Namun, hal
ini tidak selalu menjadi hal yang negatif. Kehadiran karakter baru yang
merupakan hasil adaptasi budaya lokal dapat menjadi sebuah potensi jika dapat
dibina dengan baik.
Garis linier secara arbitrer tegak lurus terhadap garis pantai (coastline atau
shoreline).
. Batas-batas administratif dan hukum negara.
Karakteristik dan dinamika ekologis (biofisik) yakni atas dasar sebaran
spasial dari karakteristik alamiah (natural features) atau kesatuan
prosesproses ekologis (seperti aliran sungai, migrasi biota dan pasang
surut).
8
B. Tinjauan Khusus
1. Lokasi Kawasan
9
BAB III
PEMBAHASAN
Shearing layers adalah konsep yang diciptakan oleh arsitek Frank Duffy,
yang kemudian dielaborasi oleh Stewart Brand dalam bukunya, How Buildings
Learn: What Happens After They’re Built (Brand, 1994), dan merujuk pada
bangunan yang terdiri dari beberapa lapisan perubahan Terdapat 6 tipologi
adaptasi, yaitu: Adjustable, Versatile, Refitable, Convertible, Scalable, dan
Movable. Dalam jangka waktu tertentu, bangunan akan mengalami penurunan
performance dan kerusakan secara fungsi maupun elemen-elemen arsitekturnya
di karenakan faktor usia bangunan.
a. Adaptasi vertisale, yaitu perubahan karena adanya perubahan tatanan
fisik ruang
b. Adaptasi refitable yaitu perubahan komponen yang dipengaruhi
elemen arsitektur bangunan.
c. Adaptasi adjustable yaitu perubahan furnitur akibat kebutuhan pemilik
rumah
d. Adaptasi covertible yaitu perubahan fungsi atau adanya penambahan
ruang.
e. Adaptasi scalbel yaitu perubahan ukuran yang berkaitan dengan
perubahan konstruksi dan penambahan struktur dalam memenhi
kebutuhan pengguna
10
f. Adaptasi movable yaitu perubahan atau perpindahan lokasi suatu
bangunan.
2. Arsitektur Transformasi
11
B. Karakteristik Lokasi Pada Kawasan Pesisir
Kawasan pesisir yang diamati oleh peneliti yaitu kawasan yang dibangun
pemerintah sebagai bantuan kepada masyarakat yang tidak mampu yang terletak
di jalan hambali. Rw.3/ RT.12, bungkutoko, kec. Abeli.lokasi site berupa tanah
yang ditumbuhi semak dan dan rawa- rawa disekitarnya. Adapun jarak total yang
ditempuh dari dari jalan utama ketempat pengamatan ini yaitu kurang lebih
sejauh 363,20 m (1.191,59 kaki) apabila melalui jalan sapel namba.
12
rumah semi panggung yaitu rumah yang pada bagian kolongnya dijadikan sebuah
ruangan.
13
konstruksi antara lain kayu kelapa dan kayu sembarang untuk pondasi dan rangka
bangunan, multiplek untuk dinding, lantai papan kayu, penutup atap seng, dan
jendela kayu dengan daun jendela dilapisi oleh kaca 5mm dan beberapa rumah
jendela nya hanya terbuat dari kayu.
Adapun struktur rumah yang terdapat di kawasan pesisir yaitu terdiri dari
struktur bawah,struktur tengah, dan struktur bawah.
bawah atau kolong rumah, bagian ini digambarkan sebagai kaki rumah dan
berfungsi sebagai tempat beristirahat, bersosialisasi dengan tetangga.
14
Gambar 4. Pondasi Kayu Panca Dan Umpak
Benua tengah atau badan rumah berbentuk segi empat yang berfungsi
sebagai tempat melakukan aktifitas penghuni sehari-hari. Dinding rumah tinggal
di kawasan pesisir bungkutoko sebagian besar menggunakan material papan kayu
dan pada bagian dapur hanya menggunakan material asbes atapun tripleks
15
Gambar 6. Tampak Belakang Rumah
c. Struktur atas
Struktur Atap (Atas) Benua atas atau kepala rumah berbentuk segitiga
yang berciri bangunan tropis di daerah Indonesia Timur, secara tradisional atap
difungsikan sebagai tempat menyimpan hasil panen walaupun pada saat ini sudah
tidak difungsikan lagi sebagai tempat penyimpanan. Material atap pada
pemukiman pesisir di daerah bungkutoko menggunakan atap yang terbuat dari
seng dengan model atap pelana.
16
2. Infrastruktur kawasan pesisir di bungkutoko
a. Jalan
b. Lapangan
17
Gambar 9. lapangan utama Gambar 10. lapangan bola
c. Mushola
18
d. Empang
Selain itu, infrasrtuktur lain yang terdapat di kawasan ini yaitu tempat
empang yang dapat digunakan masyarakat untuk memancing dan menangkap
ikan yang merupakan salah satu daya tarik daerah ini. Pada daerah ini juga
terdapat semacam pelabuhan kecil untuk tempat pemberhentian perahu yang
digunakan untuk menyebrang.
19
E. Hubungan Arsitektur Amfibi Dan Arsitektur Daerah Pesisir
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bentuk Hunian yang umum dijumpai pada kawasan pesisir yaitu rumah
panggung, rumah non panggung dan rumah panggung pengembangan. Sedangkan
di kawasan bungkutoko sendiri lebih sering ditemui rumah panggung dengan
tinggi tiang yang cukup beragam.
21
B. Solusi
Solusi yang dapat diambil dari makalah ini yaitu untuk mengatasi
perkampungan kumuh yang sering ditemui di daerah kawasan pesisir diharapkan
arsitektur rumah panggung dapat berkembang menjadi arsitektur amfibi sebagai
bentuk baru rumah dikawasan pesisir. Selain itu,arsitektur amfibi dapat menjadi
solusi untuk mengantisipasi naiknya permukaan air laut.
22
DAFTAR PUSTAKA
Aguspriyanti,D.C.,Wilarso,S.A.,&Ariansyach,B.H.(2021).Analisis Tipologi
Arsitektur Permukiman Pesisir Kampung Tua Belian. Journal Of
Combines.1(1):2.Retrievedfrom
http://www.researchgate.net/publication/353036440_Analisis_Tipologi_Ar
sitektur_Permukiman_Pesisir_Kawasan_Kampung_Tua_Belian diakses
pada tanggal 6 mei 2022
23