PENELITIAN MANDIRI
PENELITI
Hlm
HALAMAN SAMPUL ………..………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………….………………..ii
DAFTAR ISI ……………..……………………………………………iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
bahasa latin disebut sebagai ‘vernaculus, yang artinya adalah native atau
penduduk setempat, berasal dari daerah setempat sementara dalam istilah dalam
bahasa Italia, vernacular berasal dari kata ‘verna‘ yang artinya adalah tenaga
kerja setempat (Oliver, 2007). Dari pengertian tersebut terlihat bahwa unsur
‘tempat’ yang spesifik di dalam suatu wilayah memiliki peran besar dalam kata
…it includes many types of building which have not been professionally
1
… The folk tradition, on the other hand, is the direct and unself-consious
translation into physical form of a culture, its needs and values-as well as the
The folk traditionis much more closely related to the culture of the majority and
life as it is really lived than is the grand design tradition, whichrepresents the
culture of the elite. The folk tradition also represents the bulk of the built
environment.
Nilai - nilai vernacular justru terkandung tidak pada apa yang nampak tetapi hubungan
yang terjalin antara penghuni dengan bangunan, bangunan dengan lingkungan dan site,
Bangunan vernacular dibangun dengan cara lokal untuk memenuhi kebutuhan manusia
terhadap perlindungan dari kondisi alam. Umumnya bangunan dibangun dengan teknik
konstruksi yang dikembangkan setempat oleh masyarakat, dan telah teruji selama
yang mana adaptasi ini sering dilupakan oleh bangunan-bangunan yang digolongkan
sebagai karya arsitektur modern. Bangunan vernacular merupakan reaksi alami manusia
dan masyarakatnya dalam menanggapi salah satu kebutuhan mendasarnya (lihat Paul
2
permukiman sebagai suatu susunan dari sifat yang berbeda dalam hubungan
terdiri dari memanjang sungai, jalan, dan garis pantai; (2). Pola permukiman
bentuk melingkar; (3). Pola permukiman bentuk persegi panjang; dan (4). Pola
Indonesia menjadi titik sentral, merupakan wilayah yang sangat kaya dengan
cukup terperinci disajikan oleh Roxana Waterson dalam buku Living house: An
tahun 1997 tersebut, Waterson melakukan study mulai dari kawasan Asia
yang sangat kaya, dipengaruhi oleh kehidupan local serta budaya setempat,
banyak pula ditemukan kesamaan prinsip yang mendasari bangunan serta tata
permukiman pada kawasan ini. Di salam salah satu bagian bukunya, Waterson
mencoba mencari garis pemisah antara tata cara membangun modern yang
dibawa oleh kolonialis ke kawasan ini. Pemisahan ini mirip seperti yang
mebangunan suatu wilayah. Peran tersebut antara lain sebagai penghasil devisa
3
(Neto, F. 2003; Samimi et al., 2011), meningkatkan pendapatan masyarakat dan
(Hillery et al., 2011) serta memperkokoh persatuan bangsa (UU No. 10 tahun
ekonomi (Lee & Chang, 2008; Smeral, 2010), bukan saja padat modal tetapi
berbagai dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif
daerah (Neto, 2003). Akan tetapi dampak negatif dari pengembangan pariwisata
yang kurang dianalisis efeknya, seperti perubahan norma sosial, bencana alam
lingkungan dan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan (Hillery et al.,
ekosistem (Davenport & Davenport, 2006). Hal ini menunjukan bahwa industri
pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik. Sehingga
9.360 hektar dan memiliki kedalaman 52 meter serta berada di ketinggian sekitar
72 meter di atas permukaan laut. Danau ini berada di bawah lereng Pegunungan
4
Cagar Alam Cyclops dan terbentang antara kota Jayapura dan (Distrik Abepura)
dan kabupaten Jayapura (Distrik Sentani Timur, Distrik Sentani, Distrik Waibu,
hasil interaksi antar elemen lanskap alami, maupun hasil interaksi antara
Danau Sentani juga dihuni oleh masyarakat asli sentani, yang bermukim di
yang khas juga dapat menjadi atraksi wisata bagi wisatawan. Letak Danau
terlihat dari kurangnya sarana dan fasilitas pendukung wisata serta kurangnya
atraksi wisata, sehingga Kawasan Danau Sentani belum menjadi daerah tujuan
5
1.2. Rumusan Masalah
Sentani.
Sentani.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menemukan variasi bentuk yang sangat kaya dan dipengaruhi oleh kehidupan
lokal serta budaya setempat, banyak pula ditemukan kesamaan prinsip yang
dengan bentuk yang paling sederhana, mengacu pada bentuk yang diproduksi oleh
tertentu, tetapi juga mencakup aspek organisasi sosial. Sementara tempat tinggal
yang diproduksi dalam budaya seperti itu, yang menurut pandangan standar
teknologi kita, muncul elemen, tetapi mereka sebenarnya dibangun oleh orang-
orang yang menggunakan kecerdasan dan sumber daya yang mereka miliki.
yang pola penataan, bentuk, struktur dan fungsi serta cara pembuatannya
diwariskan secara turun temurun, melewati kurun waktu yang sangat panjang
sosial dan budaya dimana permukiman itu dibuat. Hal ini dapat dijelaskan
estetika, keluarga kontekstual dan pola pemukiman, dan banyak lagi yang lainnya.
kondisi tertentu, pengaruh faktor budaya lebih dominan terhadap aspek lainnya.
Studi identifikasi Arsitektur tradisional Irian Jaya yang dilkukan oleh USTJ pada
tahun 1997 meliputi wilayah adat di bebrapa Kawasan Papua masa masa lalu,
Kawasan pesisir yaitu: Kota dan Kabupaten Jayapura, Kabupaten Biak Numfor,
dan Merauke. Di samping itu Kawasan Lembah Baliem menjadi salah satu
wilayah identifikasi studi tersebut. Namun tindak lanjut dari hasil identifikasi
tradisional Papua ke Bangunan secara luas. Hasil yang dapat dilihat saat ini adalah
penerapan masih terbatas pada kantor bupati dan DPRD, itupun hasilnya belum
khas arsitektur Papua yang sebenarnya justru menjadi factor yang sangat penting
mencerminkan budaya khas Bali menjadi salah satu daya Tarik wisata baik
8
wisatawan lokal maupun asing datang ke Bali. Demikian Pula dengan kawasan
wisata Asia Tenggara, di samping Bali, wisatawan yang cenderung lebih memilih
yang meliputi Bangkok = 25.8 jt, Singapura = 19,7 jt, Kual Lumpur= 14,0 jt,
Puket =10,9 jt, Pattaya = 9,9 Jt, Ho Chi Minh City=8,2 jt, Denpasar 8,5 jt, Johor
Bahru=7,2 jt, Ha Long =6,2 jt dan Hano 5,1 jt. (sumber: Southeast Asia’s Top
ditunjang oleh budaya yang khas dan infrastruktur wisata yang berkelas
satunya ibukota negara anggota Asean yang kunjungan wisatanya kalah dari kota
lain yaitu Bali mengungguli Indonesia karena kekhasan budaya di Bali. DEmikian
pula dengan HO Chi Minh City mengungguli Hanoi sebgai ibukota Vietnam,
walaupun keduanya kaya akan wisata budaya dan sejarah, tetapi Kota Ho Chi
Minh lebih modern dari segi infrastrktur karena dulu menjadi pangkalan Pasukan
AS. Dari Gambaran diatas terlihat bahwa kekhasan suatu kota (wiayah) sangat
keindahan alam sebagai destinasi wisata, kekayaan budaya dan Sejarah seperti
Bangkok dan Kuala Lumpur, maupun keindahan dan kebersihan kota seperti
Singapura.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan nilai destinasi wisata, maka perlu
sehingga menjadi daya tarik wisatawan. Di Provinsi Papua, destinasi wisata yang
9
paling menarik minat wisatawan dalam beberapa tahun terakhir adalah wisata
alam Raja Ampat, dengan jumlah kunjungan 32.000 jiwa. (Sumber: Kunjungan
Salah satu penerapan Arsitektur vernacular adalah pos linta Batas Skow
yang telah berdiri pada tahun 2006, dengan mengadaptasi bangunan Rumah
Tangfa, rumah adat masyarakat pesisir di daerah Skouw. Ciri khasnya adalah
bagian atapnya dengan bentuk perisai. Ada juga dua ruang panjang tempat
Jayapura seperti kantor Bupati Kabuapten Jayapura di Sentani dan Gedung DPRD
kota Jayapura. Namun demikian fasilitas wisata yang ada di kabupaten Jayapura
kekhasan daerah tidak Nampak dalam destinasi wisata, kalaupun ada hanya
diterapkan di pos jaga yang sebenarnya kurang sesuai dengan nilai vernacular
dengan nilai sejarah dan budaya di justru diterapkan ke dalam bangunan pos jaga
dan telah menjadi trend beberapa tahun belakangan ini. Penelitian tersebut telah
destinasi wisata yang dikunjungi. Namun sejauh ini, penelitian tersebut masih
supply dan demand tersebut terhadap kualitas informasi, kualitas layanan, citra
10
destinasi, kepuasan dan loyalitas wisatawan untuk melakukan kunjungan ulang
destinasi yang dikunjungi sehingga dapat mengetahui pola perilaku lanjutan dari
destinasi wisata, khususnya danau sentani. Untuk menjawab tujuan tersebut maka
tentang supply dan demand pariwisata masih sangat kurang. Salah satu penelitian
yang dilakukan oleh Formica & Uysal (2006). Artikel ini menyajikan model
pariwisata dengan mengukur indikator supply dan demand. Prinsip dari penelitian
ini adalah bahwa daya tarik destinasi pariwisata secara keseluruhan tergantung
pada hubungan antara ketersediaan atraksi yang ada dan pentingnya atraksi
tersebut. Metode yang digunakan analisis statistik kualitatif dan kuantitatif untuk
persediaan, kelompok, dan mengukur portofolio dan pentingnya daya tarik yang
sumber daya dan persepsi aktual sumber daya tersebut. Kerangka yang diusulkan
11
pemasaran, dan mengembangkan strategi alokasi sumber daya yang tepat.
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel- variabel
Beberapa penelitain yang dikutip oleh penulis sebagai dasar empiris adalah
sebagai berikut;
dengan memeriksa fakta-fakta teoritis dan empiris dari hubungan kausal antara
kognitif dan afektif yang membentuk citra destinasi. Hasil penelitian mendukung
model loyalitas destinasi yang berkaitan dengan niat wisatawan untuk kembali
atau merekomendasikan kepada orang lain. Temuan ini menyarankan hal penting
bagi manajer destinasi untuk melakukan investasi yang lebih besar dalam sumber
12
yang lebih tepat terkait dengan perilaku destinasi, terutama menyangkut loyalitas
wisatawan.
Lee et al., (2011) yang menguji hubungan kausal antara pengalaman, motivasi
oleh Kim et al, (2012) untuk menguji hubungan antara citra destinasi dan faktor-
faktor yang dievaluasi (kualitas layanan, persepsi nilai dan kepuasan. Sedangkan
Liu & Lee (2013) mengidentifikasi esensi dari faktor-faktor kualitas yang
(2014) untuk Menguji hubungan kausal antara e-WOM, citra destinasi, kepuasan
dan loyalitas terhadap turis domestic yang berkeliling di Pulau Bali – Denpasar.
Dan penelitian Guzman-Parra et al., (2016) yang menyediakan bukti empiris dari
hubungan antara dua kelompok dari atribut persepsi citra destinasi, kepuasan dan
perspektif yang berbeda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut
orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar
13
tempat dimana mereka biasa hidup dan bekerja dan kegiatan- kegiatan mereka
diluar tempat tinggal dan tempat kerjanya dan melaksanakan kegiatan selama di
untuk menikmati objek dan daya tarik wisata termasuk penguasaan obyek dan
dengan tujuan untuk menghibur yang dilakukan diluar kegiatan sehari-hari yang
bahwa kegiatan pariwisata memiliki ciri-ciri, yaitu; (1) Terdapat dua lokasi yang
saling terkait yaitu dareah asal dan daerah tujuan (destinasi); (2) Sebagai daerah
tujuan pasti memiliki objek dan daya tarik wisata; (3) Sebagai daerah tujuan pasti
tujuan dilakukan dalam waktu sementara; dan (5) Terdapat dampak yang
ditimbulkan, khususnya pada daerah tujuan segi sosial budaya, ekonomi dan
lingkungan.
14
Pitana dan Diarta (2009) mengemukakan bahwa semua definisi yang
muncul selalu mengandung beberapa unsur, yaitu: (1) Adanya unsur travel
(perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain; (2)
tinggal yang biasanya, dan; (3) Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut
Mathieson dan Wall dalam Pitana dan Diarta (2009), mengatakan bahwa
pariwisata mencakup tiga elemen utama, yaitu: (1) A Dynamic Element, yaitu
travel ke suatu tempat tujuan wisata; (2) A Static Element, yaitu singgah di
daerah tujuan; dan (3) A Consequential Element, atau akibat dari dua hal di atas
perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan oleh suatu
kantor perjalanan di dalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai
tempat atau kota baik didalam maupun luar negeri. Sehingga pada pengertian
bersejarah. Hal tersebut merupakan gambaran dari pengertian wisata itu sendiri,
apabila dijelaskan secara singkat wisata adalah suatu kegiatan dalam suatu
15
oleh minat dari wisatawan itu sendiri. Tidak hanya ditentukan oleh minat
karena itu banyak muncul istilah wisata sejarah, wisata budaya, wisata alam,
yaitu:
ekonomi, budaya, dan sebagainya. Dengan motif dan latar belakang yang
produk dan jasa wisata. Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk
berdampak langsung pada kebutuhan wisata, yang dalam hal ini permintaan
wisata.
Industri pariwisata. Industri pariwisata artinya semua usaha barang dan jasa
bagi pariwisata yang dikelompokan ke dalam dua golongan utama, yaitu: (1)
perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan dan lain-lain; (2) Pelaku
tangan, penerbit buku atau lembar panduan wisata, penjual roti, dan lain-lain
Jasa Pendukung Wisata. Kelompok ini adalah usaha yang tidak secara khusus
16
wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk tersebut. Termasuk didalamnya
adalah penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, olahraga, usaha bahan pangan,
masing-masing.
di kawasan wisata, menjadi salah satu peran kunci dalam pariwisata, karena
17
pariwisata yang dapat berfungsi sebagai bentuk khusus pariwisata. Hal ini
terkait dengan output akhir yang diharapkan oleh wisatawan yaitu kepuasan
sebagai berikut:
18
lainnya, kantor informasi wisata, pelayanan pribadi (seperti salon
untuk masuk dan keluar (seperti kantor imigrasi dan bea cukai).
dan udara.
(supply).
19
Pengembangan sektor pariwisata biasanya menggabungkan
sisi supply pariwisata sebagai: “agregat dari semua bisnis ritel yang
sumber daya alami dan kultural. Karena penggunaan yang sama dari
kata ini digunakan secara bergantian dan memiliki arti yang sama.
20
Ketika menganalisis sumber daya suatu regional sangat perlu untuk
alami dan buatan manusia yang berada dalam suatu situs wisata. Sebagai
contoh, suatu pantai tidak cukup untuk menjadi atraksi destinasi apabila
tidak ditunjang oleh kedua faktor yang disebutkan di atas. Faktor lain
daya wisata mempunyai daya tarik yang kuat dibandingkan dengan yang
21
pengalaman yang dialami sector wisata tetapi tidak cukup untuk
yaitu:
baru yang merupakan temmpat wisata alam, social budaya dan atraksi
buatan manusia.
22
Kombinasi dari unsur-unsur ini akan menentukan pengalaman
konsekuensi dari unsur ini dapat meningkatkan nilai daya tarik suatu
waktu lama (seperti untuk konvensi, resort-resort pantai, club med, dll).
23
mempengaruhi perkembangan destinasi wisata. Banyak atraksi wisata
saat itu yang dibangun disekitar stasiun - stasiun kereta api. Sesudah
perencanaan destinasi.
dalam tiga komponen utama. Pertama, sector komersial yang terdiri dari
hotel, motel, dan vila. Kedua adalah sector prifat seperti rumah, properti
24
besar, beberapa ahli sepakat untuk memasukan empat kelompok besar
daya tarik itu sebagai factor penting yang mempengaruhi daya saing
destinasi.
1989). Dalam pengertian ini, variabel yang digunakan untuk melihat sisi
(Gitelson dan Kerstetter, 1980), motivasi (Fomica dan Uysal, 1998) dan
psikologis pribadi (system nilai dan manfaat yang dicari) yang mungkin
Secara teoritis segmentasi pariwisata pada dua kekuatan utama yaitu pull
25
dapat diekspresikan oleh kebutuhan dan keinginan, seperti keinginan
tantangan baru akan suka pada tujuan yang kaya dengan sumber daya
pada destinasi yang bercuaca hangat dan cerah, lingkungan yang eksotis
mereka yang berpartisipasi, tetapi juga bagi mereka yang tidak bepergian
suatu indikator yang berguna dari partisipasi pariwisata, dimana hal ini
kegiatan pariwisata.
26
Banyak faktor yang mempengaruhi orang melakukan
serta aksesibilitas.
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
danau sentani. Oleh karena itu, metode kualitatif ini dianggap sesuai dengan
tujuan penelitian yang hendak mengetahui tata ruang dan tata letak yang
28
Metode penelitian kualitatif dianggap tepat untuk memaknai
kaji secara mendalam. Hakekat hubungan antara peneliti dan informan akan
memberi pemahaman yang lebih, agar dapat merespon kegiatan secara bersama
Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada
Pendekatan studi kasus adalah mengamati dan mengkaji pusat budaya fisik dan
non fisik aspek yang diteliti, dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan
serta melihat gejala-gejala yang ada dilapangan sesuai dengan sasaran yang
sentani, kampung tersebut teridiri dari 3 kampung yang berada di sisi jalan
29
1) Kampung Nolokla,
2) Kampung Nendali
dari
30
h Administrasi Distrik Kurulu
Gambar 3. 1
31
Wilayah Administrasi Penilitian
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari jenis
data primer dan sekunder. Jenis data primer adalah data hasil penelitian
jenis data sekunder adalah data hasil penelitian yang diperoleh dari sumber
promotor.
seperti bentuk, tata letak dan tata ruang permukiman Masyarakat adat,
wilayah. Dokumen ini pada umumnya terdiri dari dokumen pribadi, dan
yang berharga ini meliputi buku harian, surat pribadi, dan autobiografi
33
bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu Lembaga resmi berupa :
jurnal, bulletin, surat kabar dan majalah ilmiah dan ulasan literatur yang
antara sumber data yang satu dengan sumber data yang lain.
3.3.1. Wawancara
yang telah disusun. interview ini digunakan untuk menjaring informasi mengenai
wawancara, 2). menyiapkan pokok masalah yang akan ditanyakan pada saat
34
Wawancara akan ditanyakan mengenai kebudayaan Masyarakat adat
meliputi : 1). nilai-nilai budaya (filosofis dan ideologis) berupa norma, aturan
adat, cerita rakyat dan karya seni berkaitan dengan bentuk permukiman
vernakular ; 2). Sistem budaya berupa gagasan dan konsep yang juga merupakan
dengan permukiman Masyarakat adat, hasil pembuatan benda-benda seni dan alat
benda lain yang dihasilkan dari proses kebudayaan fisik untuk tujuan ekonomi;
3.3.2. Observasi
Peneliti juga mengamati : pola tata letak dan tata ruang permukiman
satu dengan yang lain, besaran ruang (tempat kegiatan pria dan wanita
apa yang dilakukan oleh tamu yang membuat kurang nyaman dan aman
35
penghuni permukiman Masyarakat adat ini. Kegiatan apa yang dilakukan
baik terkait dengan waktu maupun terkait dengan tempat dan pelaku.
Kejadian atau peristiwa yang dirasakan nyaman dan aman serta kejadian
dan peristiwa apa yang kelihatannya tidak nyaman dan aman. Bagaimana
yang berkaitan dengan studi tentang permukiman adat Papua dan aspek
dengan obyek penelitian yang berbeda. Studi dokumen yang lain adalah
36
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi
37
diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang
hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk yang tidak mengalami
38
BAB IV
ARSITEKTUR VERNAKULAR DAN PENGEMBANGAN DESTINASI
WISATA Di KABUPATEN JAYAPURA
selatan Gunung Cycloop yang tingginya kurang lebih 2.160 m (Dubois 1961:8)
dan berada di antara Teluk Yos Sudarso di sebelah timur dan Teluk Tanah Merah
di sebelah barat. Lokasi daerah ini berada pada posisi antara meridian 140°27'-
30 km, berada pada elevasi 70 m di atas permukaan laut. Garis pantainya tidak
lekukan yang menjorok amat jauh ke dalam berbentuk 'teluk', misalnya 'teluk'
39
Puai yang terdapat di bagian selatan pada ujung timur danau dan 'teluk' Doyo
yang terletak di sebelah barat danau. Di dalam danau terdapat pulau-pulau yang
sejak dahulu kala hingga sekarang dijadikan tempat bermukim, misalnya Pulau
Asei di sebelah timur, Pulau Ajau, Pulau Putali, Pulau Atamali, Pulau Kensio di
bagian tengah, dan Pulau Yonokom di sebelah barat. Tiga di antara pulau-pulau
pendatang dari Papua maupun dari luar Papua (Toraja, Bugis, Manado, Padang,
Batak, Jawa, Ambon). Mereka hidup dalam suasana persaudaraan dan saling
tempat yang layak dan aman kepada pendatang untuk hidup bersama,
mereka hidup dalam suasana penuh persaudaraan penuh hormat, aman, damai,
budaya dan etnik yang ekslusif, serta keanekaragaman suku dan bahasa. Di
jumlah bahasa sampai saat ini belum ditentukan secara pasti banyaknya. Selain
40
Aspek kecenderungan perkembangan di Distrik sentani timur lebih
cenderung berkembang ke arah koridor jalan tepatnya kearah kota jayapura dan
permukiman yang saat ini sangat terbatas berada di sisi jalan utama karena
disalah satu sisi ruas jalan terdapat tebing yang cukup terjal sedangkan
pada disi danau sangat berhimpitan dengan danau, namun pada lokasi
dapat dipahami karena kawasan Sentani memiliki kondisi lahan yang berbukit
disebelah utara dan rawa dan danau dibagian selatan, sehingga arah
41
sekitar jalan dari Kota Jayapura ke Kota Sentani dan melewati pinggiran Danau
Sentani.
Kondisi ini menjadi salah satu penyebab ketersediaan prasarana jalan ke arah
orang asing (orang Eropa) baru terjadi pada akhir abad lalu, ketika seorang
pemerintah Hindia Belanda yang pertama dan resmi di Pulau Metu Debi,
Teluk Yotefa, pada tahun 1908 (Dubois 1961:28). Kunjungan orang asing
kedua di Danau Sentani terjadi pada tahun 1893 oleh pendeta Bink yang
42
Pos pemerintah Belanda yang pertama di daerah Danau Sentani
dibuka di Koyabu yang terletak di ujung timur laut danau (Pantai Waena
sekarang) pada tahun 1916. Pos tersebut pada tahun 1921 dipindahkan ke
Doyo Baru tetapi tidak lama kemudian berpindah kembali ke Koyabu pada
tahun 1926.
tersebut baru kelihatan pengaruhnya sekitar tahun 1921 sampai tahun 1926
berhala itu dilakukan di semua kampung dan sejak itu masyarakat tidak
lagi melaksanakan upacara adat inisiasi bagi para pemuda remaja di daerah
Jayapura tidak dapat dilihat saat ini karena adanya anggapan dari para
kabar injil yang datang di Jayapura bahwa kegiatan inisiasi yang dilakukan
Hal ini berbeda dengan prinsip pekabaran injil di daearah Asmat yang
43
membiarkan bangunan Jew (Arsitektur Vernakular Papua di Asmat)
dibangun Kembali dengan Sentani (pulai Asei Besar) berupa rumah adat
Arsitektur vernacular sebagai ciri khas daerah. Peran sebagai obyek wisata
mulai dari Sabang sampai Merauke menjadi wujud Arsitekur yang telah
teruji oleh waktu sehingga dapat menjadi bentuk arsitektur yang dapat
hadapan satu sama lain, dan kedua dereten bangunan tadi dipisahkan oleh
44
keprcayaan masyarakat bahkan di daerah yang memiliki pemahaman
aslinya akan sulit karena tidak adanya peninggalan budaya yang dapat
diamati dan dijadikan sebagai patron. Dalah satu upaya yang dapat
ada saat ini tidak akan sama dengan bangunan aslinya terutama pada
secara teliti. Beberapa bangunan Kariwari yang dibangun seperti yang ada
desain dapat memanfaatkan bangunan kariwari yang ada di Asei Besar dan
Bandara Sentani.
45
a. Dasar Teori
pembentuk image kota secara fisik, yaitu: path (jalur), edge (tepian),
elemen ini dirasa dapat mewakili cita rasa dari suatu kawasan dan
pembentuk ciri khas suatu kawasan obyek wisata yaitu baik berupa jalan,
bangunan, batas kota, ciri alam, atau bangunan tradisional yang bsa
1. Path adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Kevin Lynch
menemukan dalam risetnya bahwa jika identitas elemen ini tidak jelas, maka
46
kebanyakan orang meragukan citra kota secara keseluruhan. Path merupakan
secara umum. Path mempunyai identitas yang lebih baik kalau memiliki tujuan
besar (misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun, dan lain-lain), serta ada penampakan
yang kuat (misalnya fasad, pohon, dan lain-lain), atau ada belokan yang jelas.
Kualitas ruang mampu menguatkan citra jalan-jalan khusus, dengan cara yang
sebagai path oleh pengamat. Edges adalah batas-batas antara dua wilayah, sela-
sela linier dalam kontinuitas: pantai, potongan jalur kereta api, tepian
bangunan, dinding.
47
Edges juga merupakan elemen linier yang dikenali manusia pada saat dia
berjalan, tapi bukan merupakan jalur/paths. Batas bisa berupa pantai, dinding,
deretan bangunan, atau jajaran pohon/ lansekap. Batas juga bisa berupa barrier
antara dua kawasan yang berbeda, seperti pagar, tembok, atau sungai. Fungsi
dari elemen ini adalah untuk memberikan batasan terhadap suatu area kota
ini tidak semudah memahami paths. Edges berada pada batas antara dua
merupakan pengakhiran dari sebuah district yang lebih baik jika kontinuitas
tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas; membagi
atau menyatukan.
Gambar 3.5. Fasilitas berupa Edge adalah Batas Kawasan berupa penanda kawasan
3. Distrik (district) adalah kawasan kota yang bersifat dua dimensi dengan skala
kota menengah sampai luas, dimana manusia merasakan ’masuk’ dan ’keluar’
48
dari kawasan yang berkarakter beda secara umum. Karakter ini dapat
dirasakan dari dalam kawasan tersebut dan dapat dirasakan juga dari luar
Elemen ini adalah elemen kota yang paling mudah dikenali setelah
yang mirip (bentuk, pola, wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, dimana
identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan
pengamat bisa masuk, dan yang merupakan fokus untuk ke dan dari mana dia
49
berjalan. Nodes bisa merupakan persimpangan jalan, tempat break (berhenti
sejenak) dari jalur, persilangan atau pertemuan path, ruang terbuka atau titik
kuat akan menandai karakter suatu district. Untuk beberapa kasus, nodes bisa
juga ditandai dengan adanya elemen fisik yang kuat. Nodes menjadi suatu
adalah satu tempat dimana orang mempunyai perasaan ‘masuk’ dan ’keluar’
Gambar 3.6. Bagian dari Node kawasan berupa fasilitas Wisatawan dan Prasarana Liannya
adalah di luar. Landmark at terlihat dari banyak sudut dan jarak, atas puncak-
puncak dari elemen yang lebih kecil, dan digunakan sebagai acuan orintasi.
50
Landmark-landmark lain adalah yang bersifat lokal, hanya bisa dilihat di
Landmark adalah elemen fisik suatu kota sebagai referensi kota dimana
Landmark sudah dikenali dalam jarak tertentu secara radial dalam kawasan
kota dan dapat dilihat dari berbagai sudut kota; tetapi ada beberapa landmark
yang hanya dikenali oleh kawasan tertentu pada jarak yang relatif dekat.
Landmark bisa terletak di dalam kota atau diluar kawasan kota (bedakan
51
diperlukan adanya upaya pengelolaan dan pengendalian penggunaan air tanah
secara bijaksana serta pengelolaan sampah dan saluran drainase sehingga dapat
yaitu antara lain adalah kawasan wisata sentani timur, kawasan pusat
ada.
52
pengembangan (dalam hal ini merupakan kebijakan sectoral seperti
mencakup 7 kampung.
perdagangan dan jasa, yang erat kaitannya dengan fungsi koleksi dan
pula sebaliknya.
53
Dengan mensinergikan kedua garis/guidance kebijakan strategis
olahraga, Fungsi
perdagangan dan jasa, Fungsi kawasan sarana pelayanan umum dan Fungsi RTH
54
Gambar 3.9. Peruntukan Lahan Makro
55
Peruntukan lahan di Segmen 2 adalah untuk: Permukiman, RTH,
pihak yang membebaskan seluruh area yang dibatasi secara fisik oleh
bangunan tersebut.
56
Gambar 3. 11. Konsep Penataan Bangunan Tampak Atas
sistem blok bila ada pihak yang membebaskan seluruh area yang dibatasi
secara fisik oleh Jalan atau saluran, sehingga blok-blok kecil yang
ada diganti dengan blok besar. Hal ini akan berpengaruh pada intensitas
berikut:
adalah bangunan dengan gaya arsitektur lokal. Hal ini didasarkan pada bangunan
dengan fungsi – fungsi lainya. Desain yang modern menampilkan gaya yang lebih
baru, yang akan menghasilkan bentuk disain yang lebih segar dan berbeda dari
57
dengan kesan kekinian dan untuk menciptakan gaya ini, tak harus dengan material
baru. Jenis material bangunan boleh sama, tapi dengan desain yang baru.
Bangunan yang terdapat di wilayah perencanaan terdiri dari bangunan lama dan
tentu bangunan – bangunan baru yang akan dihadirkan ingin menampilkan gaya
masa kini. Hal ini bisa kita jembatani dengan tetap menghadirkan gaya arsitektur
Wisata Sentani lebih dititikberatkan pada kajian vocal point yang merupakan titik
atau satu lokasi dari suatu kawasan atau area yang sangat strategis untuk
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
sejak bangunan tradisional tersebut dianggap sebagai tempat berhala oleh para
pekabar injil dari Belnda pada tahun 1921 – 1926, sehingga bangunan Kariwari
yang ada saat ini di Danau Sentani maupun di kawasan Bandara Sentani
merupakan bentuk Kariwari perkirakan bentuknya sesuai dengan foto yang ada
di beberapa pustaka.
budaya Daerah Papua. Oleh karena itu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
Sains dan teknologi Jayapura yang memiliki Program studi Arsitektur. Perlu
Arsitektur Kariwari yang mendekati bentuk aslinya baik dari segi proporsi
agar dapat menampilkan jati diri orang Papua alam khasasanah budaya bangsa,
b. Saran
1. Perlu ada upaya yang lebih besar dari berbagai pihak terutama Pemerintah
2. Perlu adanya kajian yang lebih mendalam dalam bentuk seminar atau bentuk
vernacular Papua yang ada di Sentani sehingga dapat dijadikan sebagai dasar
bentuk, makna dan desain bangunan yang menjadi Jati diri masyarakat Sentani
wujudkan.
61
Daftar Pustaka
Altman, Irwin and Chemer, Martins, Culture and Environment, New York,
Cambridge University Press, 1984 reprinted 1989;
Bruner, Jerome dalam Shweder, A. Richard & Good, Byron (2014), Gertz &
Para Koleganya. Yogyakarta – Kanisius.
Lee & Chang, 2008. Tourism Development and Economic Growth: A Closer
Look at Panels, Tourist and Management Journal 29 (1):180-192.
Davenport & Davenport, 2006). The impact of tourism and personal leisure
transport on coastal environments: A review. Estuarine, Coastal and
Shelf Science. Volume 67, Issues 1–2, March 2006, Pages 280-292.
https://www.mainmain.id/r/4818/5-destinasi-wisata-yang-paling-sering-dikunjungi-
di-asia-tenggara.
https://wartawisata.id/en/2020/01/03/kunjungan-wisatawan-ke-raja-ampat-naik-
drastis-tahun-2019/.
63