Staf Pengajar Pada Program Studi Arsitektur- Universitas Sains dan Teknologi Jayapura
*E-mail : mercyanatrianne.zebua@gmail.com
ABSTRAK
Tradisi perang suku dalam masyarakat Hubula pada masa lalu memiliki kaitan dengan konsep
pemilihan lokasi dan penataan ruang serta bentuk bangunan pada permukiman silimo. Masalah
utama dalam penelitian ini adalah bagaimana tata ruang dan teritorialitas membentuk simbol
keamanan dalam permukiman. Bagaimana proses dan faktor pendukung terbentuknya permukiman
silimo ditinjau dari aspek relasi alam, relasi sosial, dan relasi leluhur. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode fenomenologi dengan pendekatan kualitatif. Metode
fenomenologi digunakan untuk menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena
pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Metode ini akan
mempermudah untuk mendeskripsikan informasi pada tingkat abstraksi yang tinggi sehingga dapat
memaknai permukiman silimo sebagai simbol keamanan dalam kebudayaan suku Hubula. Hasil yang
dicapai dari penelitian ini adalah konsep keamanan permukiman, baik modern maupun tradisonal,
sangat terkait dengan teritorialitas dan menghindari 3 (tiga) aspek dalam permukiman yaitu: 1).
Stranger Danger (tidak saja kepada manusia, ketakutan juga kepada hantu), 2). Risk (batasan-
batasan ruang yang nyata maupun simbolik), 3). Affect effect (ruang-ruang yang terbentuk
merupakan countersites sebagai sistem keamanan).
ini tidak dibenarkan oleh Pemerintah, tempat kegiatan perekonomian, upacara adat
sehingga peran kepala suku dan para pria dan ritual-ritual (Cunningham 1964:13,35,226,
suku Hubula mengalami perubahan tugas Septiady 2001:6 dalam Septiady 2002:1)
yang berkaitan dengan simbol menjaga Ritual-ritual yang dilakukan terhadap rumah
keamanan keluarga dan klen. Inti dari mengacu pada sebuah keselarasan terhadap
keberadaan hidup laki-laki dan perempuan alam serta simbol kosmologi (Watersoon,
Hubula dalam kehidupan sehari-hari adalah 1990:91).
membentuk kehidupan bersama.
Kebersamaan adalah nilai budaya yang tertata Rumah sebagai elemen utama dari
dalam sejumlah pola hidup bersama suku permukiman merupakan hasil karya bersama
Hubula. Nilai ini merupakan pendalaman hidup dari masyarakat yang menurut Rapoport
leluhur yang diwariskan secara turun-temurun (1969:47), bentuk fisik rumah akan sangat
melalui sistem pengetahuan, pandangan dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya dari
hidup, dan berbagai mitologi (mite Naruekul) masyarakat tersebut. Penekanan hasil karya
sebagaimana yang diungkapkan oleh Niko bersama ini mencirikan suatu kebudayaan,
Lokobal (2003) dalam Numbery (2018: 5). sehingga nilai-nilai kebudayaan yang
dianggap cocok dan berharga dalam
Struktur ruang dalam silimo diatur masyarakat akan terus dipelihara dan
menyesuaikan dengan pendekatan diwariskan lintas generasi menjadi suatu
keamanan, di mana pilamo (honai untuk kaum tradisi, Rapoport (1997:7) menyebutnya
lelaki) ditempatkan sejajar dengan pintu pagar sebagai Cultural sustainable. Nilai-nilai ini
masuk kompleks silimo, dengan pertimbangan dalam masyarakat akan memandu pola
bahwa setiap orang yang masuk melewati perilaku dan tercermin dalam wadah aktivitas
pintu pagar akan kelihatan oleh laki-laki di masyarakat tersebut, yakni arsitektur.
pilamo. Apabila ada ancaman, maka akan Rapoport menyatakan bahwa pola perilaku
diketahui dan diatasi secepat mungkin. Simbol sebagai bentuk kebudayaan diwadahi secara
pilamo sebagai kepala manusia tempat longgar oleh arsitektur, sehingga pola perilaku
mengolah informasi betul-betul sesuai dengan dalam arsitektur permukiman merupakan
maknanya sebagai simbol keamanan suku relasi (manusia-leluhur-alam) yang terwujud
Hubula dalam permukiman silimo. Keamanan dalam bentuk interaksi sosial dan komunikasi
dalam permukiman silimo dapat diwujudkan simbolik.
dalam bentuk, tata letak, dan pola tata ruang
serta pola perilaku penghuninya. Dari uraian di atas dapat dimaknai
bahwa penelitian tentang kaitan antara
Penelitian mengenai kaitan arsitektur arsitektur dengan kebudayaan pada
permukiman dengan kebudayaan setempat masyarakat tradisional mengarah pada rumah
akan memberi pengetahuan tentang peran tinggal yang dalam konteks masyarakat adat
simbolis rumah dalam permukiman yang disebut sebagai permukiman tradisional.
diwujudkan dalam pola tata letak, orientasi Permukiman tradisional dalam penelitian ini
dan hubungan ruang untuk mengakomodasi adalah permukiman silimo, merupakan wujud
kegiatan sehari-hari dari penghuninya. Oliver dari bentuk (fisik dan non fisik), pola tata letak
(2006:xxi) menganggap rumah tidak sekedar (melingkar dan memanjang), pola tata ruang
fisik bangunan yang teraga saja, tetapi juga (publik dan pribadi) dan pola perilaku (relasi:
apa yang terasa bagi penghuninya sehingga kekerabatan-leluhur-alam) akan berhubungan
hubungan rumah tinggal dengan kebudayaan dengan simbol bentuk, simbol kosmologi, dan
akan terkait dengan konteks lingkungan dan simbol territori serta interaksi sosial dan
kebutuhan masyarakatnya. Rumah lebih dari komunikasi simbolik, sebagai konsep
sekedar tempat tinggal, tetapi juga keamanan dan kenyamanan bermukim.
mempelajari atau menganalisis simbol. Rumah
ditempatkan pada pusat analisa organisasi Dari latar belakang tersebut di atas,
sosial, kategori sosial dari masyarakatnya, maka masalah yang perlu dirumuskan adalah:
1. Bagaimana tata ruang dan teritorialitas Faktor keamanan yang berkaitan dengan
membentuk simbol keamanan territory dijelaskan oleh Altman dan Chemers
permukiman silimo? (1989), dengan membagi territory menjadi:
2. Apa fungsi dan makna konsep lokasi, primary territories, secondary territories, dan
bentuk bangunan, organisasi ruang, public territories. Edney (1976) dalam Altman
privasi ruang dan hubungan sosial dan Chemers (1989:137) menyatakan: kita
sebagai simbol keamanan dalam dapat menekankan dua fungsi dari teritori
permukiman silimo? manusia : (1) mengatur identitas personal dan
(2) mengatur sistem sosial, termasuk kontrol
Masalah tersebut pada rumusan di atas pada beberapa sumberdaya atau aktivitas -
dibatasi pada: makan, tidur, pengasuhan anak, berkebun,
1. Simbol keamanan dibatasi pada faktor memelihara hewan ternak. Teritori dalam
tata ruang dan territorialitas dalam silimo pengertian fisik adalah batasan kepemilikan
yang mambatasi ruang dalam dan luar bisa berupa pagar, dinding dan elemen
pagar silimo. penentu batas fisik lainnya. Teritori dalam arti
2. Aspek lokasi, bentuk bangunan ruang non fisik adalah batas yang dimiliki oleh
merupakan faktor fisik, sedangkan privasi seorang individu dalam interaksi dengan orang
ruang dan hubungan sosial merupakan lain baik secara individual maupun kelompok.
faktor non fisik.
Konsepsi Keamanan Permukiman
Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini Konsepsi ”keamanan” dalam
adalah: permukiman, baik permukiman yang bersifat
1. Untuk mengetahui pola penataan ruang tradisional maupun modern, mengacu kepada
dan teritorialitas yang dapat membentuk permasalahan yang perlu diperhatikan.
simbol keamanan dalam permukiman Menurut Watson (2006:166-170) konsepsi
silimo. keamanan didasarkan pada penghindaran 3
2. Untuk mengidentifikasi fungsi dan makna (tiga) hal penting dalam ruang-ruang yang bisa
konsep lokasi, bentuk bangunan, dimasuki secara umum (publik), yaitu:
organisasi ruang, privasi ruang dan Stranger danger, Risk, dan Affect Effect.
hubungan sosial sebagai simbol Apabila ketiga hal penting tersebut dapat
keamanan dalam permukiman silimo. dihindari, maka dapat dikatakan bahwa
keamanan telah tercapai.
tidak dikenal dianggap sebagai hal yang batasan ruang dengan bentuk-bentuk yang
mengejutkan. khusus – baik bersifat nyata (fungsional)
Sistem keamanan dalam kelompok maupun simbolik.
yang inklusif untuk mengatasi masalah Risiko berkaitan juga dengan adanya
Stranger danger dilakukan dengan cara: bahaya ketika berada di tempat yang
dianggap ”terbuka” (umum), yang dapat
a. Membatasi hubungan sosial dengan berakibat kepada ancaman kekerasan dari
orang-orang yang tidak dikenal, dalam hal orang lain, terutama kepada yang lebih muda,
ini ditentukan siapa saja yang bisa dan atau dari tempat mereka yang tidak aman bagi
boleh berbicara dengan orang yang tidak tubuh yag lemah, oleh karenanya membatasi
dikenal; Dalam ruang mana saja di dalam mobilitas mereka yang sebenarnya mudah
permukiman tersebut orang asing dapat (Watson, 2006:169).
berada (masuk) untuk berkomunikasi dan
berinteraksi dengan kategori penghuni – 3. Affect Effect
dan siapa yang mengizinkan. Merupakan kondisi ketika pelindung
b. Membangun kepedulian akan terhadap keselamatan dianggap lemah,
keselamatan antar anggota kelompok karenanya dapat diserang dari berbagai arah
untuk saling mengingatkan dan menjaga (Watson, 2006:169). Dari kondisi ini dibentuk
satu sama lainnya, membuat batasan- ruang-ruang khusus yang sifatnya pribadi dan
batasan gerak bagi orang yang tidak terlindungi (dengan keamanan dan
dikenal – secara langsung juga persenjataan yang dianggap tepat). Ruang-
membatasi gerak terhadap anggota- ruang yang terbentuk merupakan countersites
anggota kelompok, khususnya anggota sebagai sistem keamanan jika sewaktu-waktu
kelompok yang dianggap lemah. terjadi serangan – atau adanya orang asing
c. Unassimilated otherness, yaitu yang melanggar masuk ke dalam ruang-ruang
menawarkan potensi untuk mengetahui yang dianggap privat.
identitas orang lain (asing) untuk Faktor keamanan juga berkaitan
mendapatkan pemahaman tentang dengan territory. Altman Irwin (1980),
kelompok dan budaya yang dimiliki oleh membagi territory menjadi: primary territories,
orang-orang tersebut (Young, 2002:437 secondary territories, dan public territories.
dalam Watson, 2006:168). Unassimilated Edney (1976, dalam Altman & Chemers
otherness merupakan toleransi terhadap (1989:137) menyatakan: kita dapat
keberadaan orang yang dianggap asing menekankan dua fungsi dari teritori manusia,
untuk memasuki ruang-ruang yang yaitu: (1) mengatur identitas personal dan (2)
dianggap ”tidak membahayakan” bagi mengatur sistem sosial, termasuk kontrol pada
para pemilik ruang-ruang tersebut. beberapa sumberdaya atau aktifitas -
makanan, tidur, pengasuhan anak, berkebun,
Stranger danger juga tidak hanya kepada memelihara hewan ternak. Dari uraian Edney
manusia, menurut Bauman (2003 dalam dapat dilihat bahwa teritori berhubungan
Watson, 2006:169) ada juga ketakutan dengan aspek fisik
terhadap hantu, dan penanganannya adalah dan non fisik. Teritori dalam pengertian fisik
dengan ritual pengusiran pada waktu-waktu adalah batasan kepemilikan bisa berupa
tertentu. pagar, dinding, dan elemen penentu batas fisik
lannya. Teritori dalam arti non fisik adalah
2. Risk batas yang dimiliki oleh seorang individu
Risiko merupakan akibat yang muncul dalam interaksi dengan orang lain baik secara
dari lemahnya atau hilangnya penghalang individual maupun kelompok.
keamanan yang dianggap merugikan atau Teritori dalam permukiman silimo suku
membahayakan. Dalam pengertian ini, risiko Hubula di Lembah Baliem nampak baik secara
berkaitan dengan pengalaman atas rasa tidak fisik berupa pagar yang mengelilingi
aman dari suatu interaksi dengan orang yang permukiman silimo dan pagar yang
tidak dikenal atau orang lain (Watson, mengelilingi kebun milik beberapa klan suku
2006:169). Oleh karena itu, orang membuat dalam satu konfederasi, merupakan upaya
”pertahanan-pertahanan” utuk menghindari pertahanan untuk melindungi permukiman dan
risiko dari suatu yang merugikan atau kebun dari gangguan musuh. Di samping itu
membahayakan. Pertahanan-pertahanan itu teritori bisa menghadirkan perasaan nyaman
bisa berupa teknik penghindaran (dengan karena kondisi yang terjaga dari ancaman
orang lain) maupun membuat batasan- luar.
opini, penilaian, perasaan, harapan subjek terbuka di bagian tengah merupakan ruang
penelitian tentang fenomena yang dialaminya. umum yang bisa didatangi oleh laki-laki dan
Tahap-tahap analisis yang dikemukakan di perempuan, dapur diperuntukan untuk
atas perlu dilanjutkan dengan tahap perempuan yang letaknya disebelah kiri dari
berikutnya, disebut tahap deskripsi esensi: pintu gapura pada silimo adat. Penataan
peneliti mengonstruksi (membangun) deskripsi ruang dapur (hunila) yang berhadapan dengan
menyeluruh mengenai makna dan esensi ebe-ai (honai perempuan): pintunya saling
pengalaman para subjek. Untuk mencapai berhadapan sehingga perempuan dapat
makna diperlukan beberapa langkah analisis melihat ke dalam dapur, sebaliknya
textual description dan structural description. perempuan yang ada di dapur dapat melihat
pintu honainya.
IV. LOKASI PENELITIAN Posisi pilamo yang lurus dengan pintu masuk
Penelitian ini dilaksanakan di Distrik gapura dari jaman dahulu sampai saat ini tidak
Pisugi, terletak di wilayah tengah dari mengalami perubahan. Hal ini menjadi salah
satu bukti bahwa disamping fungsinya untuk
Kabupaten Jayawijaya. Secara geografis
memantau tamu yang masuk ke silimo juga
posisi Distrik Pisugi berada pada posisi secara adat pilamo ini merupakan bangunan
geografi: 40615” Lintang Selatan dan paling suci (sacral) dalam silimo karena di
1385819” Bujur Timur. dengan batasan dalamnya ada benda-benda sakral yang
disimpan dan harus dijaga serta dipelihara.
administrasi dapat dilihat pada gambar berikut
Salah satu alasan orang luar tidak
ini. diperkenankan masuk ke dalam pilamo adat
adalah untuk mencegah hilangnya kaneke dan
benda sakral berupa peralatan perang yang
disimpan di dalam pilamo.
Pola tata ruang dalam permukiman Silimo
Kumugima, di Desa Pabuma, Distrik Pisugi
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
V. PEMBAHASAN
Tata Ruang dan Teritorialitas Sebagai
Simbol Perwujudan Sistem Keamanan
Permukiman Silimo Gambar 3. Pola Permukiman
1. Pola Tata Ruang Silimo Kumugima di Lembah
Penataan bangunan dalam Silimo Baliem
merupakan bentuk cluster yang mengelilingi
ruang terbuka yang biasa dipergunakan untuk 2. Teritorialitas
ritual upacara bakar batu. Sedangkan ruang- Pagar dalam bahasa suku Hubula disebut
ruang di dalamnya diatur mengelilingi ruang leget, merupakan unsur bangunan kompleks
terbuka yang merupakan ruang publik. Ruang silimo. Silimo dikelilingi pagar dengan satu
pintu masuk yang disebut holakola. Aturan luar pagar saja merupakan simbol ancaman
dalam membuat silimo yang baik adalah pintu bagi penghuni di dalam silimo.
masuk (holakola) bila ditarik garis harus tegak
Sistem keamanan dalam kelompok
lurus dengan pilamo (honai laki-laki). Posisi
konfederasi yang inklusif untuk mengatasi
pilamo yang tegak lurus dengan gerbang pintu
masalah Stranger danger dilakukan dengan
masuk silimo telah diatur secara adat sejak
cara:
jaman nenek moyang suku Hubula. Tujuannya
adalah agar setiap orang yang datang dan 1) Membatasi hubungan sosial dengan
masuk ke dalam kompleks silimo, yang orang-orang yang tidak dikenal, sehingga
pertama melihat adalah laki-laki, sehingga dapat ditentukan : siapa saja yang bisa
dapat diketahui orang-orang yang masuk ke atau boleh berbicara dengan orang yang
dalam silimo itu apakah masih kerabat atau tidak dikenal. Dalam penelitian ditemukan
musuh yang akan menyerang. bahwa tugas kepala suku atau orang laki-
laki dewasa untuk berbicara dengan
Teritori, merupakan area yang erat kaitannya orang yang tidak dikenal degan
membatasi ruang gerak pada area yang
dengan privacy dan personal space, sama
dapat diterima terutama di honai laki-laki
dengan personal space, teritorialitas adalah dan di dapur yang dipergunakan sebagai
juga perwujudan ego yang tidak ingin tempat berinteraksi. Dalam ruang mana
diganggu, dengan kata lain merupakan saja di dalam permukiman tersebut orang
perwujudan privasi. Teritorialitas itu sendiri asing dapat berada (masuk) untuk
adalah suatu pola tingkah laku yang ada berkomunikasi atau berinteraksi dengan
hubungannya dengan kepemilikan atau hak kategori penghuni dan siapa yang
mengizinkan. Orang asing atau orang
seseorang atas suatu lokasi. Pagar dalam
yang baru dikenal tidak diperkenankan
budaya Hubula sebagai penanda teritori masuk ke dalam pilamo adat, tempat
mereka dan sangat berperan dalam menjaga benda sakral disimpan. Hal ini memberi
keamanan, sebab pelanggaran terhadap pemahaman bahwa mereka bukan hanya
teritori berupa pencurian hasil kebun dan babi takut pada orang asing yang dapat
serta gangguan pada perempuan bagi suku mencelakai mereka, tetapi ketakutan
mereka juga pada hantu. Ketakutan
Hubula adalah masalah besar yang dapat
mereka terhadap leluhur dan hantu
menjadi pemicu perang suku. bahkan bisa mengalahkan ketakutan
terhadap manusia.
3. Konsep Keamanan Permukiman Silimo 2) Membangun kepedulian akan
Menurut Watson (2006:166-170), konsepsi keselamatan antar anggota kelompok
keamanan didasarkan pada penghindaran 3 untuk saling mengingatkan dan menjaga
(tiga) hal penting pada ruang-ruang yang bisa satu sama lainnya, membuat batasan-
dimasuki secara umum (public), yaitu: batasan gerak bagi orang yang tidak
Stranger danger, Risk, dan Affect Effect. dikenal khususnya anggota kelompok
Apabila ketiga hal tersebut dapat dihindari, yang dianggap lemah. Konsepsi
keamanan dengan membangun
maka dapat dikatakan bahwa keamanan telah
kepedulian akan keselamatan anggota
tercapai. kelompok dilakukan dengan cara: ruang
yang bersifat sakral yaitu pilamo adat
a. Stranger danger, merupakan tidak boleh dimasuki oleh orang asing,
ketakutan terhadap orang lain yang dianggap karena merupakan tempat penyimpanan
berbeda dan tidak diketahui identitasnya. Hal benda-benda sakral dan dikhawatirkan
ini ditemukan dalam penelitian di permukiman akan terjadi kehilangan benda-benda
Silimo Kumugima, bahwa perang suku yang tersebut. Di samping itu para leluhur akan
sering terjadi pada waktu dulu adalah karena marah apabila ada orang asing yang
adanya gangguan dari orang lain di luar masuk, merusak dan mengambil benda-
konfederasi, yang masuk dan mengganggu benda tersebut. Honai perempuan pun
permukiman mereka. Bentuk permukiman tidak boleh dimasuki oleh laki-laki selain
silimo yang dikelilingi oleh pagar sebanyak suami dari pemiliki honai tersebut. Jika
dua lapis memberi batasan bagi orang luar terjadi pelanggaran akan diberi sanksi,
yang tidak dikenal untuk masuk ke dalam dan selama penelitian tidak ditemukan
permukiman silimo. Bahkan mengintip dari
adanya pelanggaran territory ini. Hal ini pilamo adat juga terdapat batas imajiner yang
terjadi karena sejak kecil mereka sudah membatasi orang asing dan perempuan
dididik untuk tidak membuat pelanggaran masuk ke dalamnya. Batas nyata dan imajiner
teritori dalam permukiman silimo.
dalam permukiman silimo merupakan
Stranger danger tidak hanya pada manusia,
konsepsi keamanan berkaitan dengan teritori
teapi juga ada ketakutan terhadap hantu.
yang perlu dijaga karena adanya risiko apabila
Untuk waktu-waktu tertentu, penanganannya
terjadi pelemahan penghalang yang
adalah dengan ritual pengusiran. Bila terjadi
mengakibatkan mudah untuk diintervensi
perang suku, maka langkah pertama dalam
pihak yang tidak berhak memasuki kawasan
proses perdamaian adalah melakukan
tersebut. Gangguan dapat berupa pencurian
upacara bakar batu. Tujuan upacara bakar
babi, baik di waktu siang hari maupun malam
batu adalah untuk menghindari permusuhan
hari.
berlarut-larut, memberi babi bagi keluarga
korban meninggal untuk mengurangi c. Affect Effect, merupakan kondisi ketika
kesedihan. Sebenarnya tujuan upacara ini pelindung terhadap keselamatan dianggap
disamping sebagai ritual perdamaian juga lemah, karenanya dapat diserang dari
berfungsi sebagai ritual pengusiran terhadap beberapa arah (Watson, 2006:169). Dari
hantu yang menjadi penyebab perang di kondisi ini, dibentuk ruang-ruang khusus yang
antara mereka sebagaimana yang sifatnya pribadi dan terlindungi (dengan
keamanan dan persenjataan yang dianggap
disampaikan oleh Bauman (2003 dalam tepat). Ruang-ruang yang terbentuk
Watson 2006:169). merupakan countersites sebagai sistem
keamanan jika sewaktu-waktu terjadi
b. Risk sebagai batasan ruang nyata dan serangan atau adanya orang asing yang
simbolik melanggar masuk ke dalam ruang-ruang yang
Risiko merupakan akibat yang muncul dari dianggap pribadi.
lemahnya atau hilangnya penghalang
keamanan yang dianggap merugikan atau VI. KESIMPULAN
membahayakan. Dalam pengertian ini, risiko 1. Konsep tata ruang dalam permukiman
berkaitan dengan pengalaman atas rasa tidak silimo membagi ruang pribadi dan publik,
aman dari suatu interaksi dengan orang yang ruang sakral dan profan yang menjadi
tidak dikenal atau orang lain (Watson, dasar pemisahan: ruang pribadi-sakral
2006:169). Oleh karena itu, orang membuat (pilamo), ruang pribadi-profan (ebe-ai) dan
ruang publik-profan (hunila), yang menjadi
“pertahanan-pertahanan” untuk menghindari
dasar dalam mewujudkan sistem
risiko dari suatu yang merugikan dan keamanan dalam permukiman silimo
membahayakan. Pertahanan-pertahanan itu dengan cara memudahkan pemilik silimo
bisa berupa teknik penghindaran (dengan untuk melakukan kontrol terhadap
orang lain) maupun membuat batasan- penghuni yang ada dalam kompleks silimo.
batasan ruang dengan bentuk-bentuk yang 2. Konsep territory sebagai ruang pertahanan
khusus, baik bersifat nyata (fungsional) (pola tata ruang silimo dan pagar/ leget)
dan wilayah kekuasaan (kawasan dalam
maupun simbolik.
silimo dan kebun), merupakan wujud relasi
sosial dan relasi alam untuk mewujudkan
Dalam permukiman silimo, pertahanan-
keamanan dalam permukiman silimo.
pertahanan yang berbentuk nyata adalah 3. Permukiman silimo merupakan simbol dari
adalah pagar dalam permukiman silimo yang keamanan dalam permukiman tradisional,
terdiri dari dua lapis pagar dengan bagian atas yaitu menghindari tiga hal:
pagar dibuat runcing memberi simbol Stranger danger, merupakan ketakutan
keamanan yang maksimal dalam permukiman terhadap orang lain yang dianggap
silimo. Batas imajiner dalam permukiman berbeda dan tidak diketahui identitasnya.
Hal ini ditemukan dalam penelitian di
silimo adalah yang memberi batas pada
permukiman Silimo Kumugima, bahwa
bagian luar dari honai perempuan yang tidak perang suku yang sering terjadi pada
boleh dilewati oleh pria lain kecuali suami waktu dulu adalah karena adanya
pemilik honai tersebut. Di pihak lain pada gangguan dari orang lain di luar